86304493 Proposal Ade

24
PROPOSAL SKRIPSI Oleh : ADE MULYADI NIM. 111.070.128 PRODI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2012 GEOLOGI DAN STUDI EVOLUSI TEKTONIK DAERAH AEK GODANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

Transcript of 86304493 Proposal Ade

Page 1: 86304493 Proposal Ade

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

ADE MULYADI

NIM. 111.070.128

PRODI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2012

GEOLOGI DAN STUDI EVOLUSI TEKTONIK

DAERAH AEK GODANG DAN SEKITARNYA

KABUPATEN MANDAILING NATAL

SUMATERA UTARA

Page 2: 86304493 Proposal Ade

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

ADE MULYADI

NIM. 111.070.128

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Geologi

Yogyakarta, Januari 2012

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I

Ir. Firdaus Maskuri , MT NIP. 19580822 199203 1 001

Dosen Pembimbing II

Ir. S. Kis Daryono MT . NIP. 196306241990031001

Mengetahui

Ketua Jurusan

Ir. H. Sugeng Raharjo, M.T NIP. 19581208 199203 1

Geologi Dan Studi Evolusi Tektonik Daerah Aek Godang Dan

Sekitarnya, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara

Page 3: 86304493 Proposal Ade

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Maksud dan Tujuan

1.3 Lokasi, Luas dan Kesampaian Daerah Telitian

BAB II. METODELOGI PENELITIAN2.1 Tahap Pendahuluan

2.2 Tahap Pengumpulan dan Analisis Data

2.3 Tahap Penyelesaian dan Penyajian Data

2.4 Peralatan Yang Digunakan

BAB III. GEOLOGI

3.1 Geomorfologi Regional

3.2 Stratigrafi Regional

3.3 Struktur geologi dan Tektonika

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 4: 86304493 Proposal Ade

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan geologi tergantung pada dua aspek, yaitu sumber daya alam

sebagai laboratorium alam sebagai masalah yang harus dipecahkan dan sumber daya

manusia sebagai subyek yang akan memecahkan persoalan geologi yang ada.

Sebagai seorang calon sarjana geologi, kita dituntut memiliki pengetahuan dasar

tentang geologi yang luas serta dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah

diperolehnya dalam bentuk karya nyata yang dapat bermanfaat, baik untuk

pembangunan maupun demi pengembangan khasanah dunia ilmu kebumian. Oleh

karena itu, seorang calon sarjana geologi harus dapat berperan aktif dalam menerapkan

ilmu geologi untuk menjawab permasalan-permasalahan geologi yang dihadapi bangsa

dan negara. Salah satu bentuk partisipasi adalah dengan melakukan pemetaan geologi.

Pemetaan geologi ini dilakukan di Kabupaten Mandailing Natal,Sumatera Utara.

Pemilihan lokasi ini dikarenakan secara geologi daerah ini cukup kompleks, baik

ditinjau dari segi stratigrafi, geomorfologi dan struktur geologi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari usulan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan akademik

pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jogjakarta, dalam rangka melaksanakan tugas akhir (skripsi)

tingkat sarjana (S-1).

Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan geologi daerah telitian

secara detil yang meliputi penyebaran batuan, macam batuan penyusunnya,

geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi serta lingkungan

pengendapannya dalam hubungannya dengan kondisi geologi regional dari penelitian

terdahulu dan di khususkan untuk mengetahui lingkungan tektonik di daerah

penelitian.

Page 5: 86304493 Proposal Ade

1.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah Telitian

Lokasi daerah telitian secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten

mandailing natal, Sumateta utara. Daerah telitian terdapat pada lembar peta geologi

lubuk sikaping skala 1: 100 000.daerah penelitian merupakan daerah hutan dengan

bukit-bukit yang terjal denagn jalan yang belum di aspal masih berupa tanah,Untuk

mencapai daerah telitian dapat menggunakan kendaraan bermotor baik roda dua

ataupun roda empat atau berjalan kaki dari pangkalan kerja (base camp).

Foto kenampakan Daerah Mandailing Di ambil dari Google Earth

BAB II

Page 6: 86304493 Proposal Ade

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Tahap Pendahuluan

Pada tahap ini dilakukan persiapan berupa kelengkapan administrasi, pemilihan

judul skripsi, studi pustaka dan diskusi dengan dosen pembimbing. Tahap ini

dilakukan di Kampus Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran”

Yogyakarta.

2.1.1 Penyusunan Proposal Penelitian

Tahap ini dilakukan sebelum melakukan penelitian dilapangan berkoordinasi

dengan dosen pembimbing mengenai tema / judul penelitian yang akan diambil sesuai

dengan keinginan dan keadaan di lapangan.

2.1.2 Studi Pustaka

Tahap ini dilakukan untuk menunjang penelitian. Studi pustaka ini meliputi

studi mengenai geologi regional Daerah aigodang di Kabupaten mandailing natal

merupakan daerah konsentrasi telitian, maupun teori - teori dasar geologi lainnya yang

akan menunjang dalam penelitian ini.

2.2 Tahap Pengumpulan dan Analisis Data

Tahap pengumpulan dan analisis data ini juga melewati beberapa tahap untuk

dapat menuju ke tujuan akhir ini yaitu untuk mengetahui mineralisasi di daerah

telitian, adapun tahap - tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut.

2.2.1 Pengumpulan Data

Page 7: 86304493 Proposal Ade

Data yang digunakan untuk penelitian ini meliputi data geologi seperti litologi,

pengukuran kedudukan lapisan batuan, dan pengambilan sample batuan yang segar

maupun yang lapuk. Pengukuran penampang stratigrafi terukur juga merupakan bagian

yang penting yaitu untuk mengetahui urut - urutan straigrafi dari tua - muda secara

vertikal dan mengetahui letak pengambilan sample dalam stratigrafi. Semua data

tersebut dicatat dalam buku lapangan dan juga bisa langsung diplotkan kedalam peta

2.2.2 Analisis data

Analisis data yang telah dikumpulkan di lapangan akan dilakukan di

laboratorium yang meliputi analisis :

a. Analisis Petrografi

Analisis petrografi ini merupakan analisis yang sangat penting dalam

penelitian. Semua hasil atau tujuan yang hendak dicapai, sebagian besar dari

analisis petrografi. Analisis petrografi dilakukan untuk mengetahui komposisi

batuan termasuk di dalamnya mineral penyusun batuan tersebut sehingga kita

bisa mengidentifikasi meneralisasi daerah penelitian dan Pada akhirnya peneliti

dapat mengetahui jenis batuan tersebut berdasarkan pengklasifikasian yang

telah ada, lingkungan pengendapan, dan mikrofasies.

Untuk dapat dilakukan analisis secara petrografis maka terlebih dahulu

dibuat sayatan tipis di atas gelas preparat dari contoh batuan yang telah dipilih

dan mewakili. Caranya yaitu batuan yang akan diasah tersebut dipotong

terlebih dahulu agar permukaannya rata dengan alat pemotong. Selanjutnya

dilem dengan balsam kanada pada kaca preparat bagia yang rata tadi, kemudian

dipanaskan dengan alat pemanas sampai melengket. Jika sudah melengket dan

balsam kanada sudah kering, baru dilakukan penggosokan agar batuan tersebut

menjadi tipis dengan alat penggosok berupa gerinda, dan untuk

menghaluskannya digosok diatas kaca biasa dengan dicampur dengan bubuk

karbonkorondum. Sayatan batuan ini diusahakan maksimum setebal 0.03 mm.

Setelah mencapai ketebalan kurang lebih 0.03 mm, maka sayatan tersebut

diberi balsam kanada lagi dan ditempel dengan gelas preparat yang kecil agar

Page 8: 86304493 Proposal Ade

sayatan tersebut tertutup, lalu dipanaskan sampai melengket dan kering, dan

setelah selesai sehingga sayatan ini siap untuk dianalisa secara petrografis.

b. Analisis Paleontologi

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kandungan fosil yang terdapat

pada suatu tubuh batuan. Analisis ini berguna dalam penentuan umur dan

lingkungan batimetri daerah telitian. Pada akhirnya peneliti dapat mengetahui

umur dan lingkungan batimetri batuan tersebut berdasarkan pengklasifikasian

yang telah ada.

c. Analisis Kalsimetri

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kadar CaCO3 bila batuan karbonat

direaksikan dengan larutan HCl, dilihat dari volume gas yang dihasilkan.

Tujuannya untuk menentukan seri batuan karbonat menurut Pettijohn (1957).

2.3 Tahap Penyelesaian dan Penyajian Data

Tahapan ini merangkum semua kegiatan yang telah dilakukan baik di lapangan

maupun pada saat analisis di laboratorium menjadi satu kesatuan. Penyajian data pada

akhirnya berupa peta lintasan, peta geologi (regional) dan penampang stratigrafi

terukur yang terangkum dengan baik dalam bentuk laporan skripsi.

2.4 Peralatan Yang Digunakan

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa peralatan baik

yang digunakan di lapangan maupun pada saat di laboratorium, antara lain :

• Peralatan di Lapangan

- Peta Topografi

- Palu geologi

- Kompas

- GPS ( Global Positioning System)

- Larutan HCl

Page 9: 86304493 Proposal Ade

- Meteran

- Clipboard

- Buku lapangan

- Loupe

- Kamera

- Komparator

- Plastik sample

- Alat tulis

• Peralatan di laboratorium

Untuk analisis mikropaleontologi :

- Peroksida (H2O2)

- Mikroskop polarisasi & Mikroskop Binokuler

- Cawan

- Jarum

- Sayatan tipis

Untuk analisis petrografi :

- Mikroskop polarisasi

- Sayatan tipis batuan

Untuk analisis kalsimetri :

- Neraca elektrik (timbangan)

- Alat chittic

- Morter dan Pastle

- Bubuk CaCO3 murni

- Larutan HCl

- Aquade

Page 10: 86304493 Proposal Ade

No. KEGIATAN Desember Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Studi Pustaka dan konsultasi pembimbing

2

Pengamatan lapangan dan pengambilanData penampang stratigrafi terukur

3Pemilahan Data dan Analisis Lab. :

a. Paleontologi

b. Petrografi

c. Granulometri & Kalsimetri

d. Petrofisik

4 Penulisan laporan

5 Kolokium

6 Revisi

7 Sidang sarjana

8 Wisuda

Tabel rencana waktu penelitian

Page 11: 86304493 Proposal Ade

Gambar 2.1. Bagan alir tahapan penelitian

Persiapan LapanganPersiapan peralatan lapanganSurvey pendahuluanInterpretasi peta topografiPerencanaan lintasan

Studi literatur, peneliti terdahulu(buku teks, laporan)

Kegiatan Lapangan ( Pengumpulan Data Lapangan ) Observasi lapangan Pengambilan data geologi yang meliputi:

a. penentuan titik lokasi pengamatanb. pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan c. pemerian litologi : deskripsi dan pengambilan contoh batuand. foto lapangane. pengukuran penampang stratigrafi terukur

Laboratorium Analisis petrografi Analisis paleontologi Analisis Kalsimetri Analisis Petrofisik

Hasil yang diharapkan - Karakteristik mineralisasi

Analisis data

Studio Pengambaran peta Pengambaran MS Pengambaran grafik

Page 12: 86304493 Proposal Ade

BAB III

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.1. Geomorfologi Regional

1. Fisiografi Sumatera Utara

Kajian Geomorfologi bertujuan untuk memahami keadaan bentang alam daerah

penelitian, klasifikasi, perkembangan dan faktor pengontrolnya. Pulau Sumatera secara

regional mempunyai bentuk memanjang dengan kecenderungan arah kira-kira U 3000

T. panjang pulau ini lebih kurang 1700 km dengan lebar lebih kurang 200 km dibagian

Utara dan 350 km di bagian Selatan. Proses pengangkatan dari pulau Sumatera adalah

Bukit Barisan dengan arah Barat Laut – Tenggara menempati sepanjang sisi barat

pulau ini. Bagian barat pulau ini dibatasi oleh pantai yang sempit, sedangkan bagian

timur merupakan pegunungan lipatan yang lebih rendah dan semakin ke timur

merupakan dataran aluvial yang sangat lebar dan berdekatan dengan Selat Malaka.

Disepanjang barat daya tanah Sunda, perluasan lempeng Eurasia yabg berupa daratan

Asia Tenggara dan merupakan bagian busur Sunda. Dilepas Barat Sumatera, kerak

samudera yang mendasari lautan Hindia dan bagian Indo-Australiamenunjam miring

disepanjang parit Sunda. Penunjaman di bawah Sumatera ( magmatic arc) selama

Tersier Awal samapai Resen telah menyebabkan terjadinya busur magma yang luas di

pegunungan Bukit Barisan, penunjaman di bawah Sumatera secara berkala tidak

teratur, mungkin sudah terjadi sejak Perm akhir ( Katili,1969). Walaupun posisi busur

dan parit seperti sekarang mungkin baru terjadi pada Miosen. Tegangan yang timbul

sebagai akibat penunjaman miring secara berkala telah dilepaskan melalui dextral yang

Page 13: 86304493 Proposal Ade

sejajar dengan tepi lempeng dan menghasilkan sesar Sumatera (patahan Semangko)

yang membujur sepanjang pulau Sumatera, sebagai hasil interaksi konvergen antara

lempeng Eurasia dengan lempeng Indo-Australia.

R.W.Van Bemmelen (1949) membagi fisiografi Sumatera Utara dalam 3

(tiga) satuan fisiografi yang mempunyai pola penyebaran yang hampir seragam dan

sejajar dengan arah memanjang pulau Sumatera. Adapun ketiga fisiografi tersebut

sebagai berikut :

1.1.1. Fisiografi Dataran Rendah

Fisiografi dataran rendah terletak disebelah timur Sumatera Utara dan sebagian kecil

berada disebelah barat, daerah tersebut pada umumnya dibentuk oleh sedimen Tersier

dan Kuarter.

1.1.2. Fisiografi Daerah Graben

Fisiografi daerah graben, meliputi daerah-daerah antara lain Kotanopan, Sidikalang,

Tarutung, Padang Sidempuan, Panyabungan, dll. Daerah ini membentuk jalur sempit

dan memanjang dari Utara hingga ke Selatan. Daerah Graben dibatasi oleh 2 (dua)

sesar dan batuannya merupakan hasil aktivitas gunung api yaitu Tufa.

1.1.3. Fisiografi Daerah Bukit Barisan

Fisiografi daerah Bukit Barisan terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu Bukit Barisan

sebelah timur yang membentang dari Aceh, Kabanjahe, Parapat, dan Sumatera Selatan,

sedangkan daerah Bukit Barisan sebelah barat melalui daerah sekitar Tapaktuan,

Barus, Sibolga, sampai ke Lampung. Daerah Bukit Barisan dipisahkan oleh daerah

Page 14: 86304493 Proposal Ade

Graben kadang-kadang terputus-putus, yang menyusun daerah Bukit Barisan terdiri

dari batuan metamorf, vulkanik dan sedimen relatif berumur tua.

Rock, dkk,(1983) Secara regional membagi daerah penelitian menjadi enam satuan

fisiografi (lihat gambar 2.1.) yaitu :

• Dataran pantai bagian Barat (West Coastal Plains )

Suatu dataran yang dikelilingi oleh sederetan perbukitan dengan puncak

tertinggi 400 m, disusun oleh batuan vulkanik tersier. Menurut Verstappen,

1973, suatu blok di bawah permukaan air yang merupakan dasar daratan, tetapi

ini bukan menandakan penurunan pada kala Resen, ketinggian permukaan

sekitar 75 m di atas permukaan laut, dengan teras-teras 2,6 m pada lembah

Batang Natal. Umumnya daerah ini disusun oleh tufa dengan pola pengaliran

denritik.

• Rangkaian pegunungan Bukit Barisan bagian Barat (western Barisan Mountain

Range)

Zona ini membentuk pegunungan memanjang, yang dipisahkan oleh graben.

Bagian Barat graben disusun oleh batuan metavulkanik dan metasedimen

berumur Mesozoikum Akhir, intrusi granit kemudian ditutupi oleh sedimen-

sedimen resisten dan vulkanik berumur Miosen dan selanjutnya di endapkan

batuan vulkanik berumur Kwarter.

• Zona Graben (Graben and Related Graben)

Page 15: 86304493 Proposal Ade

Graben ini cenderung berarah Barat Laut-Tenggara seperti terlihat di daerah

Panyabungan (Panyabungan Graben), Rao (Rao-Rao Graben), dan Lubuk

Sikaping (Sumpur Graben), oleh Verstappen (1973) disebut Sistem Sesar

Sumatera (Sumatera Faults System).

• Rangkaian Bukit Barisan bagian Timur (Eastern Barisan Range)

Ini berbeda dengan zona bagian Barat dari segi umur terutama batuan dasar

(metasedimen dan intrusi berumur Paleozoikum Akhir), tidak dijumpai

Vulkanik Kwarter. Beberapa puncak membulat dan puncak tertinggi ± 2000 m.

umumnya daerah ini tidak dapat dicapai dan mempunyai torehan sungai yang

sangat dalam.

• Kaki Bukit Barisan (Barisan Foothills)

Menggambarkan suatu graben dasar horst membentuk lipatan pada lapian

tersier, batas sesar ini mengikuti sayap lipatan. Daerah horst disusun oleh

lapisan Tersier Tua (Formasi Sihapas) dibagian Timur zona Bukit Barisan,

umumnya tidak datar, namun mempunyai relief rendah. Torehan sungai yang

sangat dalam dengan jurang yang terjal. Daerah ini disusun oleh metasedimen

Pra-Tersier dan umumnya berarah Utara hingga bagian Timur horst. Graben ini

tersusun oleh lapisan Tersier (Formasi Telisa) dengan sebaran aluvial

sepanjang aliran sungai dengan perbukitan yang berelevasi sedang hingga

tinggi dengan torehan sungai tidak dalam.

Page 16: 86304493 Proposal Ade

• Lembah Lubuk Sikaping,

Menempati daerah rendah yang memotong perbukitan yang disusun oleh Flat

Aluvial. Perbukitan ini berbentuk perlipatan yang ditutupi oleh sedimen Tersier

dengan ketebalan bervariasi dari suatu urutan klastik berumur Plistosen.

3.2. Stratigrafi Regional

Secara regional daerah penelitian termasuk dalam stratigrafi lembar Lubuk Sikaping

dan masih dalam jajaran pegunungan Bukit Barisan dalam sistem fore arc basinal.

Pada daerah ini telah terjadi beberapa kali fase magmatisme dan pengendapan sedimen

yang berulang-ulang. Dari yang tertua sampai yang termuda urutan stratigrafinya

adalah sebagai berikut :

a. Pra Tersier

Pada Pra Tersier dikenal ada tiga kelompok zona Bukit Barisan bagian Timur

mempunyai lapisan yang cukup tebal. Pada umur karbon awl hingga perm awl

umumnya didominasi oleh batu sabak formasi Kuantan ( Silitonga dan Kastowo,

1975) dan metamorfisme dari greenschit atau amfhobilite facies. Dimana formasi

Kuantan sama dengan Kluet ( PUK )dan termasuk kedalam kelompok Tapanuli (PUT).

• Kelompok Tapanuli

Page 17: 86304493 Proposal Ade

Kelompok Tapanuli berumur Palaezoikum atas atau Permokarbon, umumnya terdiri

batuan sedimen klastik yang sebagian besar diantaranya telah mengalami perlipatan

yang intensif. Kelompok ini terdiri dari, yaitu :

Formasi Kuantan (Pukul) anggota batugamping, terdiri dari : batugamping

marmer dan filit.

Formasi Kuantan (Puku) : daerah Kuantan yang terdiri dari

metasedimen,batusabak, metaaernit kuarsa dan meta kuarsit.

• Kelompok Peusangan

Kelompok Peusangan berumur Palezoikum Akhir sampai Mesozoikum awal yang

terdiri dari formasi, yaitu :

Formasi Kuali berumur Trias Tengah sampai Trias Akhir berupa sedimen

non-klastik dengan batugamping, dan lain-lain.

Formasi Silungkang berumur Perm Akhir, berupa batuan vulkanik yang

menutupi kelompok Tapanuli secara tidak selaras dimana umumnya

dijumpai di daerah sebelah Timur hamparan Bukit Barisan.

• Kelompok Woyla

Kelompok Woyla berumur mesozoikum Akhir sampai Kwarter yang terdiri dari batuan

ofiolit endapan vulkanik dan tak teruraikan diatasnya secara tidak selaras batuan

sedimen non-klastik berumur tersier sampai kwarter dan batuan terobosan berumur

Page 18: 86304493 Proposal Ade

pra-tersier sampai tersier sedangkan batuan termuda adalah endapan aluvial.

Kelompok ini terdiri dari formasi, yaitu :

Formasi Muara Soma (Mums) yang terdiri dari argilit, meta batugamping,

batusabak, meta gunungapi dan meta tufa.

Formasi Belok Gadang (Mubg) yang terdiri dari selang seling arenit, argilit

dan argilit radilaria.

Formasi Sikubu (Musk) terdir dari meta gunungapi klastika, batu

gunungapi andesit.

b. Tersier

Sedimentasi Tersier Sumatera Utara adalah kompleks, beberapa cekungan

sedimen terbentuk pada waktu yang berbeda dan dipisahkan oleh pegunungan Bukit

barisan oleh suatu ketinggian. Perbedaan nama kelompok , formasi dan anggota

digunakan pada tiap-tiap cekungan. Secara lateral ketiga super kelompok, yaitu :

Tersier I, II, III yang dipisahkan menurut peristiwa geologinya.

Tersier I berumur Eosen hingga Oligosen Awal, Tersier II berumur Oligosen

akhir hingga Miosen Tengah. Batas antara Tersier II dan III dicirikan oleh puncak

marine transgresi, tersier II bersifat transgresi dan tersier III bersifat regresi.

Lapisan Tersier I tidak dapat dikenal dipermukaan pada lembar Natal,

walaupun batuan mempunyai umur yang sama dengan batuan yang dijumpai di daerah

Panjang (Pantai Barat). Tersier II dan III masing-masing menempati cekungan

Page 19: 86304493 Proposal Ade

Sumatera Tengah dan Sumatera Barat. Batuan dari cekungan Sumatera Barat di duga

diendapkan dibagian Barat lembar peta Lubuk Sikaping dan dekat dengan zona

Pasaman dan tererosi secara subsekuen (Rock,dkk, 1983).

Ada beberapa kelompok pada zaman Tersier yang dibedakan menurut

umurnya, yaitu :

• Kelompok Gadis

Kelompok batuan ini berumur antara Oligosen hingga Miosen Awal, dibagi

menjadi, yaitu :

Formasi Barus (Tmbap) : di daerah Parlampungan terdiri dari batulanau

dan batupasir.

Formasi Barus (Tmbal) : di daerah barus, terdiri dari kadang arkose dan

lanau mikaan,arenit kuarsa dan konglomerat. Perselingan kasar-halus

batupasir,batulanau, batu lumpur (mudstone), serpih berkarbon dan sedikit

batubara. Formasi ini berumur Miosen Awal hingga Miosen Tengah.

• Kelompok Kampar

Kelompok ini berumur Tersier yang terdiri dari formasi Sihapas, dan formasi

telisa. Formasi Sihapas terdiri dari batupasir kuarsa dan batulumpur serta sedikit

batubara. Formasi ini berumur Miosen Awal hingga Miosen Tengah.

Page 20: 86304493 Proposal Ade

c. Kwarter

Lapisan Kwarter dibatasi oleh dataran Pantai Barat dan daerah Graben,

menurut Kanao,et.al (1971) umumnya daerah aluvial menempati sepanjang bagian

Barat Daya Gunung Malintang merupakan rombakan batuan Vulkanik. Berdasarkan

interpretasi geologi foto bahwa endapan aluvial menempati daerah dataran yang terdiri

dari lempung sungai dan pantai, lanau, pasir, dan kerikil, termasuk endapan kipas

longsoran tanah.

Lapisan batuan yang berumur kwarter berupa batuan sedimen dan gunungapi.

Ada beberapa kelompok batuan dalam lapisan ini, yaitu :

1. Formasi Air Balam yang termasuk dalam batuan sedimen seperti batulanau dan

batulanau pasiran yang berumur plistosen hingga holosen.

2. Kelompok batuan gunungapi

Kelompok ini diperkirakan berumur pliosen hingga holosen, yang terdiri dari :

Pusat Sorik Marapi

Terdiri dari lava andesit piroksen(Qhvsm) berumur holosen dan lava andesitik

serta breksi gunungapi (Qvsm) brumur plistosen.

Pusat malintang

Lava andesitik dan breksi, lava andesitik lebih muda. Lahar andesitik sampai

dasitik. Breksi gunungapi dan lava (Qvmt) berumur plistosen.

Page 21: 86304493 Proposal Ade

Pusat Talamau

Endapan pertama berupa lava dan endapan kedua berupa lahar hasil endapan

gunungapi Talamau (Qvta) berumur plistosen dan endapan ketiga berupa

aluvium gunungapi klastika hasil gunungapi Pasaman (Qvpa) berumur

plistosen.

Pusat Sarik: Berupa andesit dan basalt porfiritik (Qvsk) berumur

plistosen hingga holosen.

Pusat Gajah: Andesit dan Dasit vesikuler (Qvga) berumur plistosen

hingga holosen.

Pusat Maninjau: Tufa, batuapung riolitik (Qhvm), batuan yang tak

terbedakan, tidak menunjukkan aktivitas gunungapi (Tmv),

pembenarannya ada pada lembar Padang

Formasi Gunungapi Sikara-kara: Berupa breksi dan lava andesitik dan

batu rombakan (Tmvsk).

Formasi Gunungapi Air Bangis : Berupa andesit dan porfiritik (Tmvab)

Formasi Gunungapi Amas: Berupa batuan gunungapi klastika

menengah, lava, dan sedikit intrusif (Tmvam)

Formasi Gunungapi Mangani: Lava asam sampai basa, batuan klastika,

dan sedikit intrusif (Tuvm).

Page 22: 86304493 Proposal Ade

Formasi Gunungapi Langsat: Berupa lava avbasarokitik, porfiritik,

kaya akan piroksen (Tlvl).

Formasi Gunungapi Panti: Berupa meta gunungapi, batu hijau dan

meta gunungapi klastika (Ppvp).

3.3. Struktur Geologi Dan Tektonik

Perkembangan struktur geologi Sumatera Utara pada zaman tersier dipengaruhi

oleh adanya kegiatan penunjaman di sebelah Barat Sumatera yang akhirnya

membentuk Sistem sesar Sumatera ( Curray, dkk, 1979). Arah sesar Sumatera adalah

dextral, sejajar dengan arah memanjang pulau Sumatera yang terjadi pada kala Pliosen

– Plestosen. Menurut Davis, 1984 keadaan pulau Sumatera pada Kala Eosen dan

Oligosen relatif berarah Utara – Selatan. Persentuhan antara lempeng Indo-Australia

dengan lempeng Benua Eurasia mengakibatkan terjadinya tegasan ’Couple”, akibat

interaksi tersebut maka struktur- struktur yang ada di Pulau Sumatera akan saling

berkaitan dengan sesar utama Sumatera.

Kala Oligosen Akhir terjadi gerak rotasi sebesar 200 dari lempeng mikro Sunda

yang bergerak berlawanan arah jarum jam. Kedudukan pulau Sumatera bergeser dari N

1800 E dan lempeng Indo-Australia berada pada kedudukan N 2000 E. Sudut interaksi

antara kedua lempeng berubah dari 200 menjadi 400. Pada Kala Akhir Miosen Tengah

terjadi lagi gerak rotasi kedua sebesar 200 – 250 berlawanan arah jarum jam dari

lempeng mikro Sunda.

Page 23: 86304493 Proposal Ade

Kedudukan pulau Sumatera bergerak ke arah Tenggara, yang kedudukannya

menjadi N 1350 E. Akibatnya susut interaksi antara dua lempeng menjadi 650 . interaksi

kedua lempeng tersebut menghasilkan tegasan komprosi dan peningkatan dari

komprosi ini tercermin pada pengangkatan pegunungan Bukit Barisan. Selain itu,

lanjutan dari interaksi ini sesar tua berupa sesar mendatar yang telah terbentuk pada

kala Oligosen Akhir yang semula berarah Utara – Selatan berubah menjadi berarah

Barat Laut – Tenggara,sedangkan sesar normal yang semula berarah Timur Laut –

Barat Daya menjadi arah Utara – Selatan pada kala Pliosen-Plestosen sampai saat ini.

Akibat dari perubahan arah dan pengaktifan sesar-sesar tua di bawah dibawah dua pola

tegasan utama, maka pola tektonik Sumatera menjadi sangat kompleks (Davis, 1984).

DAFTAR PUSTAKA

Page 24: 86304493 Proposal Ade

A.J. Barber. “The origin of the Woyla Terranes in Sumatra and the Late Mesozoicevolution of the Sundaland margin” SE Asia Research Group, Department of Geology, Royal Holloway, University of London, Egham, Surrey TW20 0EX, UK Received 5 June 1999; accepted 29 April 2000.

Aspden, J.A., Stephenson, B., Cameron, N.R. 1982. Tectonic Map of Northern Sumatra (1:5,000,000), Directorate of Overseas Surveys, Keyworth.

Bemmelen van, R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Martinus Nijhoff, The Hague, Netherlands.

Bennett, J.D., Bridge, D.McC, Cameron, N.R., Djunuddin, A., Ghazali, S.A., Jeffrey, D.H., Kartawa, W., Keats, W., Rock, N.M.S., Thompson, S.J., Whandoyo, R. 1981a. The Geology of the Banda Aceh Quadrangle, Sumatra (1:250,000). Geological Research and Development Centre, Bandung.

Bennett, J.D., Bridge, D.McC, Cameron, N.R., Djunuddin, A., Ghazali, S.A., Jeffrey, D.H., Kartawa, W., Keats, W., Rock, N.M.S., Thompson, S.J. 1981b. The Geology of the Calang Quadrangle, Sumatra (1:250,000). Geological Research and Development Centre, Bandung.

Cameron, N.R., Bennett, J.D., Bridge, D.McC, Djunuddin, A., Ghazali, S.A., Harahap, H., Jeffrey, D.H., Kartawa, W., Keats, W., Rock, N.M.S., Whandoyo, R. 1982. The Geology of the Tapaktuan Quadrangle, Sumatra (1:250,000). Geological Research and Development Centre, Bandung.

Amal Madina.Pengusahaan Bahan Galian dimMadina.mht

David-Suarahati.Mht