ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah...
Transcript of ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah...
ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI BUNGA MAWAR
DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI
(Studi Kasus Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu)
Oleh:
NATA RINA UTAMI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
MALANG
2017
ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI BUNGA MAWAR
DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI
(Studi Kasus Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu)
Oleh:
NATA RINA UTAMI
125040100111119
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata
Satu (S-1)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
MALANG
2017
PERNYATAAN
Penulis menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan hasil
penelitian penulis sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini tidak pernah
diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan
penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Malang, Maret 2017
Nata Rina Utami
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
RINGKASAN .............................................................................................. ii
SUMMARY.................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Penelitian Terdahulu ........................................................... 7
2.2 Tinjauan Teknis Budidaya Tanaman Bunga Mawar ...................... 10
2.3 Tinjauan Teori Tentang Posisi Tawar ............................................. 14
2.4 Tinjauan Teori Tentang Usahatani ................................................. 15
2.5 Tinjauan Teori Tentang Analisis Regresi ....................................... 20
2.6 Tinjauan Teori Tentang Uji Beda Rata-Rata .................................. 21
III. KERA NGKA DAN KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 23
3.2 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 25
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................ 25
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Metode Penetuan Lokasi Penelitian............................................... 29
4.2 Metode Penentuan Sampel ............................................................ 29
4.3 Metode Pengumpulan Data............................................................ 30
4.4 Metode Analisis Data ..................................................................... 30
4.4.1. Tujuan 1. Analisis Tingkat Posisi Tawar……………… 31
4.4.2. Tujuan 2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Poisi Tawar........................................................................... 32
Tujuan 3. Analisis Tingkat Pendapatan Usahatani Bunga
Halaman
x
Mawar di Daerah Penelitian dengan Hasil
Penelitian Terdahulu.............................................. 33
4.4.4. Tujuan 4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan................................................................. 34
4.4.5. Tujuan 5. Analisis Pengaruh Posisi Tawar Terhadap
Pendapatan Petani.................................................... 34
V. KEADAAN UMUM DAERAjH PENELITIAN
5.1 Keadaan Geografis dan Topografis ................................................ 36
5.2 Keadaan Tanah dan Iklim ............................................................. 36
5.3 Keadaan Penduduk ........................................................................ 37
5.4 Keadaan Pertanian ......................................................................... 40
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Petani Responden ..................................................... 41
6.2 Analisis Tingkat Posisi Tawar Di Desa Gunungsari ...................... 44
6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Posisi Tawar Petani
Di Desa Gunungsari .................................................................... 45
6.4 Analisis Tingkat Pendapatan Usahatani Bunga Mawar Di
Daerah Penelitian Dengan Hasil Penelitian Terdahulu ................. 48
6.5 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan
Petani Di Desa Gunungsari ......................................................... 50
6.6 Analisis Pengaruh Posisi Tawar Petani Dengan Tingkat
Pendapatan Petani Di Desa Gunungsari ...................................... 53
VII. KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan .................................................................................... 57
7.2 Saran .............................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Florikultura adalah adalah suatu kelompok jenis tanaman hortikultura
yang bagian atau keseluruhannya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan
keindahan, keasrian dan kenyamanan didalam ruang tertutup atau terbuka.
Tanaman florikultura merupakan salah satu komoditas hortikultura yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek yang sangat cerah
sebagai komoditas unggulan ekspor maupun untuk pemasaran di dalam negeri.
Jenis tanaman florikultura antara lain bunga potong, bunga dalam pot, tanaman
hias, dan bunga tabur. Secara umum tanaman hias sendiri dikelompokkan
menjadi dua yaitu tanaman hias bunga dan tanaman hias daun. Tanaman hias
yang paling digemari masyarakat adalah bunga mawar ( Rukmana, 1994).
Mawar merupakan salah satu jenis tanaman semak dari genus (Rosa
hybrida L.) Tanaman bunga ini menjadi pilihan konsumen, salah satu faktor
pendorongnya adalah dikarenakan keindahan bunganya dan warna yang
bermacam-macam. Sebagai salah satu tanaman florikultura, usahatani mawar
dihadapkan pada kendala yang biasa muncul antara lain, seperti biaya
usahatani yang cukup besar untuk pembelian bibit, penggunaan tenaga kerja,
dan biaya perawatan. Pengelolaan usahatani mawar yang efisien perlu adanya
analisis dan pengetahuan akan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan output. Selain itu juga diperlukan ketekunan, sehingga
memerlukan perhatian yang cukup besar. Berikut data mengenai total produksi
tanaman hias di Indonesia :
Tabel 1. Total Produksi Tanaman Hias di Indonesia
Tahun 2011 2012 Presentase Kenaikan tahun
2011 -2012 Jenis komoditas Produksi
(Batang) Produksi (Batang)
Mawar 39.131.603 60.724.424 36% Krisan 99.158.942 106.742.779 7%
Anggrek 15.430.040 16.066.443 4% Sumber : (Badan Pusat Statistik Indonesia 2010)
Dari tabel tesebut dapat dilihat bahwa produksi bunga mawar tahun
2011 ke tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 36%, presentase paling
tinggi dibandingkan peningkatan bunga krisan dan anggrek. Dapat disimpulkan
2
bahwa bunga mawar memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan
dibandingkan dengan tanaman hias lainnya.
Produksi bunga potong mawar sampai saat ini masih menduduki
rangking pertama industri florikultura di dunia sejak 1993. Impor bunga potong
oleh negara-negara Uni Eropa masih didominasi oleh bunga mawar. Bunga
potong Indonesia sudah memasuki pasar internasional, yaitu ke negara-negara
Asia, Eropa, Australia, Afrika, dan Amerika, namun masih dalam jumlah kecil
dan tidak kontinyu (Purnawanti 2002).
Daerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah
antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sentra produksi di Jawa
Barat adalah di Sukabumi, Cipanas, Parompong, dan Lembang. Di daerah Jawa
Tengah adalah kota Bandungan, dan sentra di daerah Jawa Timur adalah Kediri
dan Batu. Kota Batu adalah salah satu sentra yang memiliki potensi yang
cukup baik dalam pengembangan usahatani bunga mawar. Pada Tabel 2 adalah
produksi bunga mawar potong yang ada di Kota Batu :
Tabel 2. Total Produksi Tanaman Hias Kota Batu
Komoditas Total produksi per tahun (tangkai) 2011 2012
Mawar 1.819.752 1.893.138 Krisan 687.105 755.556
Anthurium 63.568 64.502 Gladiol 30.846 29.950
Sumber : Dinas Pertanian Kota Batu, 2012
Tabel diatas membuktikan bahwa usaha tanaman mawar hias memiliki
rasio produktifitas yang paling tinggi diantara komoditas tanaman hias
unggulan di Jawa Timur, dibandingkan dengan krisan, antahrium, dan gladiol.
Mengingat kawasan Kota Batu ini berada di ketinggian sekitar 680
sampai 1.200 meter dari permukaan laut serta memiliki suhu udara rata-rata
yang berkisar 15°-19° Celsius, menjadikan Desa Gunungsari sebagai ladang
yang tepat untuk membudidayakan bunga mawar. Desa Gunungsari merupakan
salah satu wilayah di Kota Batu yang sebagian besar termasuk wilayah hutan
yang luasnya hampir 1.000 hektar dan di wilayah Kecamatan Bumiaji, Kota
Batu yang memiliki potensi bunga potong mawar yang cukup luas yaitu
mencapai kurang lebih 80 hektar lahan. Keanaekaragaman jenis bunga mawar
3
di Desa Gunungsari ini beraneka jenis dan warna. Jenis mawar unggulan lokal
yang dikembangkan dari Desa Gunungsari dinamakan mawar Pergiwo dan
Pergiwati dengan warna merah tua dan merah muda. Selain itu berkembang
aneka jenis bunga mawar hibrida yang berasal dari Holland (Belanda) mawar
yang banyak digemari adalah mawar hibrid tea dan medium, memiliki variasi
warna bunga cukup banyak, mulai dari putih sampai merah padam, dan
dikembangkan juga mawar jenis Cherry Brendy, Havallan, Grand Galla, yang
sangat digemari oleh konsumen. Namun mawar sebagai tanaman hias yang
tidak mengikuti tren mampu menjadi usaha yang menjanjikan dalam jangka
panjang dikarenakan harganya di pasar akan cenderung stabil atau tidak
fluktuatif.
Posisi tawar petani memiliki pengertian kemampuan petani atau
kelompok yang lebih besar untuk menentukan nilai harga jual bunga mawar.
Bunga mawar sendiri memiliki peminat yang paling banyak dibandingkan
dengan tanaman hias lain, dengan begitu seharusnya petani mampu memiliki
posisi tawar yang kuat agar harga jual mawar meningkat.
Sesbany (2014) menyebutkan posisi tawar petani yang lemah umumnya
disebabkan karena petani kurang mendapatkan/memiliki akses pasar, informasi
pasar dan permodalan yang kurang memadai. Problem mendasar bagi
mayoritas petani Indonesia adalah ketidakberdayaan dalam melakukan
negosiasi harga hasil produksinya. Posisi tawar petani pada saat ini umumnya
lemah, hal ini merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan
pendapatan petani.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa petani bunga mawar
menghadapi masalah kurangnya akses pasar, permodalan dan informasi pasar
mengakibatkan rendahnya posisi tawar di Desa Gunungsari. Sehingga adanya
penelitian mengenai posisi tawar petani di Desa Gunungsari, Kecamatan
Bumiaji, Kota Batu untuk memperoleh masukan upaya peningkatan
pendapatan petani di daerah penelitian.
1.2 Rumusan Masalah
Tanaman florikultura merupakan jenis tanaman hias yang memiliki
permasalahan pada aspek penanganan pasca panen. Pada aspek penanganan
4
pasca panen tanaman florikultura sering mengalami kerusakan fisik seperti
bunga layu, untuk menjaga agar bunga tetap sesuai kondisi awal dan
permintaan konsumen maka petani harus memberikan perlakuan khusus,
dimana perlakuan khusus tersebut membutuhkan biaya yang cukup banyak.
Hal ini sering terjadi pada tanaman florikultura jenis tanamana hias bunga
mawar.
Desa Gunungsari merupakan desa yang dijadikan percontohan sebagai
desa wisata bunga oleh pemerintah daerah dimana sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian sebagai petani tanaman dan bunga hias. Desa Gunungsari
memiliki luas lebih dari 80 ha. Desa ini jika dilihat secara langsung akan
terlihat hamparan luas baik lahan yang rata ataupun miring dan banyak sekali
tanaman hias. Jenis komoditas tanaman hias utama yang diusahakan adalah
mawar, anggrek, krisan, anthurium dan berbagai jenis tanaman tropis lainnya.
Bunga mawar merupakan tanaman yang banyak disukai masyarakat
penggemarnya karena warna bunganya yang cantik dengan ragam warna serta
pesona harumnya yang menawan. Tanaman ini banyak ditanam di Kota Batu
Malang yang telah dikenal luas sebagai sentra tanaman hias terbesar di Jawa
Timur. Permintaan bunga mawar di Jawa Timur khususnya di daerah batu
sangat tinggi. Semakin banyak petani yang membudidayakan mawar sebagai
tanaman hias maka semakin besar pula produksinya, namun seperti halnya
usahatani lainnya, usahatani mawar juga memiliki kendala-kendala, salah
satunya adalah rendahnya posisi tawar petani.
Posisi tawar adalah kemampuan lembaga atau perorangan untuk
mempengaruhi tindakan lawannya. Pihak yang memiliki posisi tawar lebih
tinggi berhak untuk menentukan banyak hal termasuk mengambil keputusan
untuk dijalankan orang lain yang posisi tawarnya lebih rendah. Dalam hal ini
posisi tawar petani rendah itu artinya posisi petani itu tidak punya jalur untuk
memasarkan hasil pertaniannya, karena mereka masih berjalan sendiri-sendiri,
akibatnya para petani sering menggunakan sistim tebang jual sehingga banyak
dibeli oleh para spekulan atau tengkulak, disini menjadikan posisi tawar petani
jadi lemah.
5
Bunga mawar mempunyai sifat yang mudah rusak dan mudah layu.
Dengan sifat yang seperti itu membuat petani mau menjual pertangkainya
dengan harga Rp 500 ke tengkulak. Sedangkan harga jual di pasar sangat
tinggi bisa mencapai Rp 3000 hingga Rp 5000, pertangkainya. Dengan
permasalahan yang sebenarnya ada adalah mindset dari para petani itu sendiri,
karena ketakutan bunga mawarnya tidak laku terjual.
Atas dasar masalah diatas masalah penelitian dirumuskan sebagai
Sejauh mana posisi tawar petani berepengaruh terhadap pendapatan
usahatani petani bunga mawar
sebagai berikut :
1. Bagaimana posisi tawar bunga mawar yang diusahakan oleh petani di Desa
Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu?
2. Apa yang mempengaruhi posisi tawar petani bunga mawar di Desa
Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu?
3. Bagaimana pendapatan usahatani petani bunga mawar di Desa Gunungsari
Kecamatan Bumiaji Kota Batu?
4. Apa yang mempengaruhi pendapatan petani bunga mawar di Desa
Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu?
5. Bagaimana pengaruh posisi tawar terhadap tingkat pendapatan petani
bunga mawar di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, dirumuskan tujuan penelitian sebagai
berikut :
1. Menganalisis posisi tawar bunga mawar di Desa Gunungsari Kecamatan
Bumiaji Kota Batu.
2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi posisi tawar petani bunga mawar
di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
3. Menganalisis pendapatan usahatani yang dihasilkan petani bunga mawar di
Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
4. Menganalisis faktor yang mempengaruhi pendapatan petani bunga mawar
di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
6
5. Menganalisis pengaruh posisi tawar terhadap tingkat pendapatan petani
bunga mawar di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai masukan untuk upaya pengembangan usahatani bunga mawar.
2. Sebagai bahan informasi atau rujukan bagi para pembaca atau peneliti lain
yang ingin mengembangkan penelitian pada tahap berikutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Batasan masalah digunakan untuk menghindari luasnya pokok bahasan
dalam penelitian ini. Batasan masalah dalam penelitian ini diuraikan sebagai
berikut :
1. Analisis posisi tawar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
kemampuan petani dalam mempengaruhi tindakan lawannya. Analisis
poisis tawar dilakukan pada musim tanam (Juni Agustus 2016)
2. Usahatani bunga mawar yang dimkasudkan adalah usahatani petani yang
mengusahakan bunga mawar pada musim tanam (Juni Agustus 2016)
3. Pendapatan petani dalam penelitian ini adalah pendapatan petani dari hasil
usahatani bunga mawar pada musim tanam (Juni Agustus 2016)
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Penelitian Terdahulu
Pada penelitian terkait dengan posisi tawar petani yang telah dilakukan
oleh berbagai pihak dengan metode yang berbeda. Penelitian tersebut
umumnya juga mempunyai hasil dan kesimpulan yang berbeda pula.
Mengingat topik yang diangkat pada penelitian ini adalah Analisis Posisi
Tawar Petani pada Usahatani Bunga Mawar dalam Upaya Peningkatan
Pendapatan Petani di Desa Gunungsari, Kota Batu diperlukan beberapa
penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi. Penelitian-penilitian
tersebut antara lain adalah:
Sesbany (2014) dalam jurnalnya dengan judul penguatan kelembagaan
petani untuk meningkatkan posisi tawar petani menjabarkan penyebab dari
lemahnya posisi tawar petani dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan posisi tawar petani itu sendiri. Posisi tawar petani yang lemah
disebabkan oleh kurangnya akses pasar, informasi pasar dan permodalan yang
kurang memadai. Upaya penguatan kelembagaan bagi petani dapat dilakukan
melalui kelembagaan. Kelembagaan dapat membantu petani agar dapat
bersaing dalam melaksanakan kegiatan usahatani dan meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
Hal ini berarti penelitian tersebut dirasa cukup relevan dengan penelitian
yang dilakukan karena pengukuran posisi tawar menggunakan indikator
informasi pasar, akses pasar, dan permodalan. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan yaitu tidak adanya tujuan mengenai tingkat posisi
tawar di daerah penelitian.
Batubara (2011) dalam penelitiannya yang berjudul analisa posisi tawar
petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang
Bedagai menggunakan metode analisis uji logit untuk mengetahui posisi tawar
petani dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Setelah penelitian dilakukan,
didapatkan hasil bahwa posisi tawar petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan
Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai lemah. Tetapi, apabila dibandingkan
keduanya, posisi tawar petani kelapa sawit di Labuhan Batu lebih kuat
8
dibandingkan Kabupaten Serdang Bedagai. Sedangkan untuk faktor yang
paling berpengaruh bagi posisi tawar petani di kedua Kabupaten tersebut
adalah kredit dikarenakan nilai signifikasi kredit adalah 0,001<0,014 dan
bersifat nyata. Faktor lain seperti jenis bibit dan produksi tidak berpengaruh
secara nyata bagi posisi tawar petani.
Hal ini berarti penelitian tersebut sudah relevan dengan penelitian yang
dilakukan karena memiliki tujuan untuk menegtahui tingkat posisi tawar di dua
daerah penelitian. Perbedaan yang dilakukan dengan penelitian sekarang yaitu
alat analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi posisi tawar, penelitian sekarang menggunakan analisis regresi
linier berganda, dan penelitian terdahulu menggunakan uji logit.
posisi tawar petani kentang di Kabupaten Probolinggo. Metode yang digunakan
dalam penelitian tersebut adalah metode analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kuantitatif yang digunakan adalah dengan perhitungan indeks lerner.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa posisi
tawar petani kentang di Kabupaten Probolinggo rendah karena nilai indeks
Lerner yang rendah.
Hal ini berarti penelitian tersebut sudah relevan dengan penelitian yang
dilakukan karena tujuan untuk tingkat posisi tawar menggunakan metode
analisis kualitatif dan kuantitatif. Perbedaan yang dilakukan dengan penelitian
sekarang yaitu lokasi penelitian dan penggunaan metode analisis
kuantitatifnya.
Hertanto (2009) melakukan penelitian mengenai posisi tawar tanaman
hias dengan metode yang digunakan adalah skoring. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah infromasi pasar, modal, dan aksespasar. Hasil dari
analisis skoring tersebut menunjukkan posisi tawar lemah dengan skor sebesar
10,3 dan perusahaan inti dengan skor 29,6 yang tergolong kedalam kategori
kuat.
Hal ini berarti penelitian tersebut sudah relevan dengan penelitian yang
dilakukan karena untuk mengukur posisi tawar digunakan metode skoring.
9
Perbedaan yang dilakukan dengan penelitian sekarang yaitu jenis pada posisi
tawar yang dilihat, dan indikator yang digunakan untuk mengukur posisi tawar.
Menurut Afrengki (2011) mengenai Analisis Usahatani dan Efiseinsi
Pemasaran Bunga Mawar di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Pada usahatani bunga mawar dengan skala lahan luas lebih efisien
dibandingkan dengan skala lahan sempit. R/C ratio sebesar 1,40 untuk
usahatani lahan skala luas dan 1,29 untuk usahatani lahan skala sempit, artinya
usahatani ini telah efisien dan menguntungkan, karena kedua skala lahan
usahtani mempunyai nilai R/C ratio > 1. Dengan pendapatan sebesar Rp
14.552.658,00 /ha /musim tanam untuk petani lahan skala luas dan Rp
9.786.361,00 /ha /musim tanam untuk petani lahan skala sempit. Peneliti juga
menggunakan analisis skoring untuk menentukan apakah poisis tawar diaerah
penelitian tergolong tinggi/ rendah. Melalui pendekatan analisis efisiensi harga
didapatkan hasil bahwa fungsi transportasi tidak efisiensi karena selisih harga
antara lembaga pemasaran lebih besar dibandingkan dengan biaya transportasi.
Dapat dikatakan bahwa usahatani bunga mawar ini menguntungkan, tetapi
tingkat posisi tawarnya rendah.
Hal ini berarti penelitian tersebut cukup relevan dengan penelitian yang
dilakukan karena tujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani petani
bunga mawar. Perbedaannya yang dilakukan dengan penelitian sekarang yaitu
lokasi dan penggunaan analisis efisiensi harga.
Penelitian yang dilakukan Nur (2011) di Desa Bumiaji, Kecamatan
Bumiaji, Kota Batu dengan judul penelitian Analisis Usaha Tani Melati
didapatkan hasil analisis hasil dari penelitian menunjukkan bahwa usahatani
mawar dapat menguntungkan karena tidak membutuhkan biaya pupuk yang
besar dan mudah dalam pemasaran dilihat dari tingkat posisi tawarnya
menggunakan skoring. Penggunaan biaya produksi (TC) tanaman mawar selam
satu musim (6 bulan) rata-rata sebesar Rp. Rp. 7.928.850,00 per hektar,
kemudian besarnya penerimaan (TR) Rp. 20.325.400,00 per hektar. Dari hasil
tersebut diperoleh keuntungan sebesar Rp. Rp. 12.396.550,00 per hektar
selama enam bulan. Dengan nilai R/C ratio sebesar 2,68 sehingga
menguntungkan dan efisien untuk diusahakan. Hal tersebut juga didukung
10
melalui uji t, dari perhitungan uji diperoleh nilai t hitung = 6,030 dan nilai t
tabel = 2,00. Karena nilai t hitung > t tabel (6,030 > 2,00),maka dapat
disimpulkan bahwa usahatani mawar tersebut layak diusahakan dan efisien.
Hal ini berarti penelitian tersebut cukup relevan dengan penelitian yang
dilakukan karena tujuan untuk meningkatkan pendapatan petani dengan
menggunakan analisis uji t.
Berdasarkan telaah keenam penelitian terdahulu dapat diketahui
pesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilkaukan saat ini. Perbedaan
yang dilakukan dengan penelitian sekarang yaitu lokasi penelitian dan
penggunaan 4 indikator pada analisis posisi tawar yaitu informasi pasar,
permodalan, akses pasar , dan penentuan harga. Menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani juga menjadikan perbedaan
penelitian yang dilakukan saat ini. Perbedaan variabel yang digunakan sebagai
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani meliputi,
jumlah produksi, biaya tenaga kerja, jumlah pupuk, biaya penggunaan benih,
dan jumlah kebutuhan pestisida dalam satu musim tanam.
Persamaan skripsi saat ini dengan penelitian terdahulu adalah
menggunakan metode analisis kuantitatif, analisis bentuk regresi linier
berganda untuk mengtahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat posisi
tawar dan tingkat pendapatan usahatani bunga mawar, serta menegtahui
pengaruh posisi tawar terhadap pendapatan.
2.2 Tinjauan Teknis Budidaya Tanaman Bunga Mawar
Klasifikasi bunga mawar menurut Soekartawi (1994) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosanales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies : Rosa hybrida
11
Bunga potong atau florikultura merupakan tanaman khas daerah tropis
atau daerah dataran tinggi.Ada beberapa jenis bunga potong yang di produksi
dan di pasarkan di Indonesia, antara lain : mawar, anyelir, gladiol, krisan,
antherium, aster, hebras, sedap malam, anggrek, lily, alstromeria, dan
molucella (Soekartawi, 1994)
Mawar yang dikenal sebagai ratu bunga memiliki latar belakang sejarah
(historis) amat menarik untuk dicermati oleh kalangan masyarakat luas. Seperti
bunga-bunga yang lainnya, mawar pun tidak bisa dipisahkan begitu saja dari
tatanan kehidupan dan penghidupan manusia. Konon sejak zaman dahulu kala,
bunga sudah merupakan simbol atau lambang kehidupan religi dalam
peradaban manusia. Manusia mengenal mawar diduga sama tuanya dengan
perkembangan peradaban nenek moyang terdahulu, salah satu bukti yang
memperjelas dugaan tersebut adalah dengan ditemukannya fosil bunga mawar
yang berusia 40 juta tahun di Colorado dan Oregon Amerika Serikat
(Rukmana, 1994). Teknis budidaya pengolahan komoditas bunga mawar, yaitu
:
1. Pengolahan Lahan
Persiapan dimulai dengan pembuatan lubang-lubang tanam berdiameter
sekitar 15 cm dengan kedalaman 30 cm. Jarak tanam tergantung varietas. Jarak
tanam jenis Hybrid tea dan floribunda 100 cm x 60 cm, sedang jenis Polyantha
40 cm x 60 cm. Beberapa varietas baru bunga mawar potong ditanam dengan
jarak 31 cm x 31 cm atau 38 cm, atau 20 cm x 40 cm tergantung jenis mawar
yang ditanam.
2. Penanaman
Pasir, pupuk kandang dan tanah kebun dibutuhkan untuk media tanam
dengan perbandingan 1:2:1. Pupuk kandang diberikan pada awal tanam.
Pemberian pupuk dasar super fosfat sebanyak 0.25 kg/m2 diberikan 1-2
minggu sebelum tanam. Bila tanah terlalu asam dapat ditambahkan kapur
pertanian sebanyak 2.5 kg/10 m2 dan bila tanah terlalu basa dapat ditambahkan
belerang ¼ kg/10 m2. Pupuk kandang diberikan sebanyak 75 ton/ha.
Tambahan pupuk NPK 50 kg/ha/bl. Pemberian unsur mikro Fe, Mg dan S
dapat diberikan melalui spray satu bulan sekali. Sterilisasi dapat dilakukan
12
dengan menggunakan bahan kimia basamid atau vapam dengan dosis yang
dianjurkan.
3. Pemeliharaan Tanaman
a. Pemupukan
Jenis dan dosis (takaran) pupuk yang dianjurkan untuk tanaman mawar
adalah pupuk NPK (5-10-5) sebanyak 5 gram/tanaman. Bila pertumbuhan
tunas lambat dipupuk NPK pada perbandingan 10:10:5, bila tangkainya lemah
perbandingan pupuk NPK 5:15:5. Pemberian pupuk sebaiknya pada saat
sebelum berbunga, sedang berbunga, dan setelah kuntum bunga layu. Cara
pemberian pupuk dengan ditabur dalam paritparit kecil dan dangkal diantara
barisan tanaman atau di sekeliling tajuk tanaman, kemudian ditutup dengan
tanah tipis dan segera disiram hingga cukup basah.
b. Penyiangan
Kegiatan penyiangan biasanya bersamaan dengan pemupukan agar
dapat menghemat biaya dan tenaga kerja. Rumput liar yang tumbuh pada
selokan/parit antar bedengan dibersihkan agar tidak menjadi sarang hama dan
penyakit. Penyiangan sebulan sekali (tergantung pertumbuhan gulma), dengan
mencabut rumput-rumput liar (gulma) secara hati-hati agar tidak merusak akar
tanaman atau membersihkan dengan alat bantu kored/cangkul.
c. Panen dan Pengolahan Hasil
1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri bunga mawar siap dipetik (dipanen) untuk tujuan sebagai
bunga potong : kuntum bunganya belum mekar penuh dan berukuran normal.
Untuk tujuan bunga tabur pemetikan bunga pada stadium setelah mekar
penuh. Waktu panen yang ideal adalah pagi atau sore hari (saat suhu udara
dan penguapan air tidak terlalu tinggi). Di beberapa sentra produsen bunga
potong melakukan pemetikan bunga mawar pada malam hari.
2. Cara Panen
Cara panen bunga mawar adalah dengan memotong tangkai bunga pada
bagian dasar (pangkal) atau disertakan dengan beberapa tangkai daun. Alat
pemotong bunga mawar dapat berupa pisau ataupun gunting pangkas yang
tajam, bersih dan steril.
13
3. Periode Panen
Tanaman mawar yang bibitnya berasal dari stek ataupun okulasi dapat
dipanen pada umur 4-5 bulan setelah tanam atau tergantung varietas dan
kesuburan pertumbuhannya. Pembuangan ini akan produktif bertahun-tahun
berkisar 3-5 tahun.
4. Prakiraan Produksi
Tanaman mawar yang dipelihara secara intensif dari jenis/varietas
unggul dapat menghasilkan 120.000 280.000 kuntum/hektar/tahun. Tingkat
produksi ini tergantung pada varietas mawar, kesuburan tanah, jarak dan
tingkat perawatan tanaman selama di kebun.
d. Syarat Tumbuh Bunga Mawar
1. Iklim
Syarat iklim yang dibutuhkan mawar untuk tumbuh baik sebagai berikut:
a. Curah hujan bagi pertumbuhan bunga mawar yang baik adalah 1500-3000
mm/tahun. Memerlukan sinar mata-hari 5-6 jam per-hari. Di daerah cukup
sinar matahari, mawar akan rajin dan lebih cepat berbunga serta ber-batang
kokoh. Sinar matahari pagi lebih baik daripada sinar matahari sore, yang
menyebabkan pengeringan tanaman.
b. Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap lingkungan
tumbuh, dapat ditanam di daerah beriklim dingin/sub-tropis maupun didaerah
panas/tropis. Suhu uadara sejuk 18-26 derajat C dan kelembaban 70-80%.
2. Media Tanam
Media tanam yang digunakan berpengaruh pula terha-dap pertumbuhan
mawar. Untuk itu, hal-hal berikut harsu diperhatikan.
a. Penanaman dilakukan secara langsung pada tanah secara permanen di kebun
atau didalam pot. Tanaman mawar cocok pada tanah liat berpasir
(kandunagn liat 20-30%), subur, gembur, banyak bahan organic, aerasi, dan
drainase baik.
b. Pada tanah latosol, andosol yang memiliki sifat fisik dan kesuburan tanah
yang cukup baik.
c. Derajat keasaman tanah yang ideal adalah PH=5,5-7,0.pada tanah asam (pH
5,0) perlu pengapuran kapur Dolomit, Calcit ataupun Zeagro dosis 4-5
14
ton/hektar.Pemberian kapur bertujuan untuk menaikkan pH tanah,
menambah unsure-unsur Ca dna Mg, memperbaiki kehidupan
mikroorganisme, memperbaiki bintil-bintil akar, mengurangi keracunan Fe,
Mn, dan Al, serta menambah ketersediaan P dan Mo. Tanah berpori-pori
sangat dibutuhkan oleh akar mawar.
3. Ketinggian Tempat
Mawar tumbuh baik pada:
a. Ketinggian 560-800 m dpl, suhu udara minimum 16-18 derajat C dan
maksimum 28°-30°C;
b. Ketinggian 1100 m dpl, suhu udara minimum 14°-27°C;
c. Ketinggian 110 m dpl, suhu udara minimum 13,7°C-15,6°C dan maksimum
19,5°-22,6°C.Di daerah tropis sepertiIndonesia, tanaman mawar dapat
tumbuh dan produktif berbunga di dataran rendah sampai tinggi
(pegunungan) rata-rata 1500 m dpl.
Tinjauan teori budidaya bunga mawar merupakan telaah teori
yang relevan dengan penelitian ini, karena dapat digunakan sebagai acuan
untuk mengetahui sistem budidaya bunga mawar di daerah penelitian.
2.3 Tinjauan Teori Tentang Posisi Tawar
Posisi tawar adalah kemampuan lembaga atau perorangan untuk
mempengaruhi tindakan lawannya. Pihak yang memiliki posisi tawar yang
lebih tinggi berhak untuk menentukan banyak hal termasuk mengambil
keputusan untuk dijalankan orang lain yang posisi tawarnya lebih rendah.
Menurut Sesbany (2008) lemahnya posisi tawar petani umumnya disebabkan
petani kurang mendapatkan/memiliki akses pasar, informasi pasar dan
permodalan yang kurang memadai. Problem mendasar bagi mayoritas petani
Indonesia adalah ketidakberdayaan dalam melakukan negosiasi harga hasil
produksinya. Posisi tawar petani pada saat ini umumnya lemah, hal ini
merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan pendapatan petani.
Penentuan harga, perubahan syarat-syarat dalam perjanjian atau kontrak
apabila memiliki posisi tawar yag kuat. Posisi tawar yang kuat dapat
memberikan keuntungan yang lebih tinggi pada pihak yang memiliki daya
15
tawar kuat dibandingkan dengan pihak lain yang daya tawarnya lebih rendah.
Dalam rantai makanan pada saat ini, petani merupakan pihak yang memiliki
daya tawar rendah (Levins, 2002).
Posisi tawar menurut Fletcher (1961) adalah kemampuan untuk
mendapatkan harga yang diinginkan. Untuk mendapatkan harga sesuai dengan
apa yang diharapkan, tentunya kekuatan negosiasi sangat diperlukan.
Penentuan harga atau negosiasi yang kuat akan mengakibatkan posisi tawar
seseorang menjadi kuat dan pendapatan yang diperoleh juga tinggi. Moe
(2003) juga menyebutkan pengukuran lainnya untuk posisi tawar adalah
tingkat pendidikan, dan jangkauan pasar. Pendidikan formal dan jangkauan
pasar yang luas mampu meningkatkan posisi tawar yang dimiliki oleh
seseorang. Manyamsari dan Mujiburrahmad (2014) juga ikut memberikan
beberapa pernyataan mengenai posisi tawar. Salah satunya adalah modal yang
digunakan untuk kegiatan usahatani. Modal yang kurang memadai akan
menurunkan nilai posisi tawarnya, sedangkan modal yang cukup petani akan
berani menaikkan harga sesuai dengan modal yang sudah dikeluarkan.
Tinjauan mengenai posisi tawar merupakan telaah teori yang relevan
dengan penelitian skripsi ini, karena dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan petani dalam menentukan harga jual. Serta mengetahui indikator
apa saja yang digunakan dalam menentukan tingkat posisi tawar.
2.4 Tinjauan Teori Tentang Usahatani
Pengertian usahatani menurut Soekartawi (2011) merupakan ilmu yang
mempelajari pengalokasian sumber daya yang dimiliki petani agar berjalan
secara efektif dan efisien serta mampu dimanfaatkan agar mendapatkan
keuntungan yang tinggi. Menurut Adiwilaga (1992) usahatani merupakan
kegiatan untuk meninjau dan menyelidiki berbagai masalah dalam kegiatan
pertanian serta mampu menemukan solusinya, sedangkan menurut Kadarsan
(1993) usahatani adalah sistem pengelolaan sumber daya alam, tenaga kerja,
permodalan serta skill lainnya untuk menghasilkan produk pertanian secara
efektif dan efisien. Berdasarkan ketiga konsep tersebut dapat disimpulkan
bahwa usahatani merupakan suatu sistem pengorganisasian atau rangkaian
16
kegiatan pertanian yang dilakukan untuk menghasilkan produk pertanian secara
efektif dan efisien serta mampu menambah kesejahteraan dan meningkatkan
pendapatan petani.
Faktor-faktor produksi usahatani merupakan sumberdaya yang
digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang yang memiliki
nilai tinggi. Menurut Soekartawi (2002) faktor-faktor produksi usahatani
meliputi alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan atau manajemen. Berikut
penjelasan mengenai faktor-faktor produksi tersebut:
1. Faktor Produksi Alam
Faktor produksi alam terdiri dari udara, iklim, lahan, flora dan fauna.
Tanpa tanah/ lahan, sinar matahari, udara dan cahaya tidak ada hasil
pertanian. Faktor produksi yang tidak langka atau tidak terbatas (unscarcity)
seperti udara, cahaya sering dianggap bukan termasuk faktor produksi.
Tanah/lahan yang bersifat langka/terbatas (scarcity) dianggap sebagai faktor
produksi.
2. Faktor Produksi Modal
Menurut Riyanto (2011) modal adalah hasil produksi yang digunakan
untuk memproduksi lebih lanjut, modal ditekankan pada nilai, daya beli atau
kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-
barang modal. Menurut sifatnya modal dibagi menjadi dua, yaitu modal
tetap adalah barang modal yang digunakan dalam proses produksi dan dapat
digunakan beberapa kali sedangkan modal bergerak adalah barang-barang
modal yang dipakai dalam proses produksi dan habis terpakai dalam proses
produksi.
Perbedaan modal tetap dan modal bergerak berhubung dengan
perhitungan biaya pada proses produksi perlu dilakukan, yaitu biaya modal
bergerak diperhitungkan dalam harga biaya riil, sedangkan biaya modal
diperhitungkan melalui penyusutan nilai. Adapun perbedaan akan jenis
modal fisik dan modal manusiawi. Modal fisik atau modal material dalam
pertanian seperti alat-alat pertanian, bibit, pupuk, ternak, bangunan dan lain-
lain, sedangkan modal manusiawi (human capital) seperti biaya untuk
pendidikan petani, latihan dan peningkatan kesehatan dan lain-lain. Modal
17
manusiawi tidak secara langsung berpengaruh terhadap produksi, akan
tetapi dia akan dapat menaikkan produktivitas kerja pada waktu mendatang.
3. Faktor Produksi Tenaga Kerja
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan baik diri mereka sendiri dan untuk
masyarakat. Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara
langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Dalam
faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta
kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah tersedianya tenaga
kerja, kualitas tenaga kerja dan jenis kelamin.
4. Faktor Produksi Manajemen
Dalam usahatani modern, peranan manajemen sangat penting dan
strategis, yaitu sebagai seni untuk merencanakan, mengorganisasi dan
melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi, bagaimana
mengelola orang-orang dalam tingkatan atau tahapan proses produksi
(Soekartawi, 2005).
Manajemen sebagai sumber daya juga sangat penting karena sangat
menentukan keberhasilan dalam suatu usaha. Manajemen yang berbeda
meskipun menggunakan input yang sama maka akan didapat hasil yang
berbeda. Dengan kata lain keberhasilan usahatani sangat tergantung pada
upaya dan kemampuan manajer. Oleh karena manajemen adalah suatu seni,
maka akan sulit untuk mengkuantifikasikan atau mengukurnya (Suratiyah,
2006).
2.4.1 Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani
1. Biaya Usahatani
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan
uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan
tertentu. Menurut Sukirno (1994) Biaya produksi didefinisikan sebagai semua
pengeluaran yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan
bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang
18
yang diproduksi. Biaya produksi dapat dibedakan dua jenis biaya, yaitu biaya
eksplisit dan biaya tersembunyi. Biaya eksplisit adalah pengeluaran perusahaan
yang berupa pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor
produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan firma. Sedangkan biaya
tersembunyi adalah taksiran pengeluaran keatas faktor-faktor produksi yang
dimiliki sendiri. Dari definisi diatas, maka biaya produksi didefinisikan sebagai
semua pengeluaran yang dilakukan oleh petani, perusahaan untuk memperoleh
faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan output.
Menurut Soekartawi (2002), biaya usahatani diklasifikasikan menjadi
dua yaitu biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap (fixed cost). Biaya
variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang
diperoleh. Contoh biaya variabel adalah benih, pupuk, pestisida, dan tenaga
kerja. Sedangkan biaya total merupakan biaya yang relati tetap jumlahnya dan
terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.
Contoh biaya tetap dalam usahatani adalah penyusutan peralatan, pajak, irigasi,
dan sewa tanah. Biaya total (TC) adalah jumlah dari total biaya tetap (TFC)
dan total biaya variabel (TVC).
2. Biaya Penerimaan Usahatani
Menurut Soekartawi (2002), penerimaan pada dasarnya dibedakan
menjadi dua jenis yaitu penerimaan bersih dan penerimaan kotor. Pengertian
penerimaan kotor adalah penerimaan yang berasal dari penjualan hasil
produksi yaitu dengan cara harga jual dikalikan hasil produksi. Sementara
penerimaan bersih adalah penerimaan yang berasal dari penjualan hasil
produksi setelah dikurangi dengan biaya total usaha. Shinta (2011)
menjelaskan bahwa penerimanaan usahatani (TR) diperoleh dengan
mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produk
tersebut. Konsep penerimaan usahatani:
a) Total Penerimaan (TR) adalah penerimaan total produsen dari hasil
penjualan output dikalikan dengan harganya. Secara matematis dituliskan:
TR = Q . Pq
b) Penerimaan Rata rata (AR) adalah penerimaan produsen per unit output
yang dijual. Secara matematika dituliskan:
19
AR =
c) Penerimaan Marjinal (MR) adalah kenaikkan dari penerimaan total (TR)
yang disebabkan tambahan penjualan satu unit output. Secara matematika
dituliskan:
MR =
Dimana: TR = Total penerimaan AR = Penerimaan Rata-rata MR = Penerimaan Marjinal Q = Jumlah output Pq = Harga output 3. Biaya Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani merupakan ukuran perolehan total sumberdaya
yang digunakan dalam usahatani. Selisih antara penerimaan usahatani dengan
biaya total usahatani. Shinta (2011) menjelaskan bahwa pendapatan usahatani
merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan semua biaya yang
dikeluarkan. Apabila total penerimaan (TR) lebih besar dari total biaya (TC)
maka usahatani yang dilakukan menguntungkan. Sebaliknya jika TR lebih
kecil dari TC maka usahatani yang dilakukan tidak menguntungkan, dan jika
TR sama dengan TC maka usahatani yang dilakukan tidak menguntungkan dan
tidak merugikan dengan kata lain berada pada titik impas (perpotongan dari
kurva TR dan TC).
Menurut Soekartawi (2002) pendapatan total usahatani merupakan
selisih antara penerimaan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani.
Penerimaan kotor merupakan nilai produksi total biaya usahatani dalam jangka
waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual, sedangkan
pengeluaran total usahatani merupakan semua nilai yang habis digunakan
dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan. Secara matematis:
= TR TC
Dimana: : Pendapatan Usahatani
TR : Total Pendapatan TC : Total Biaya
20
Konsep teori tentang usahatani dalam tinjauan pustaka ini telah relevan
dengan penelitian skripsi yang dilakukan. Teori usahatani ini digunakan
sebagai acuan untuk menganalisis biaya, penerimaan, dan pendapatan
usahatani bunga mawar.
2.5 Tinjauan Teori Tentang Analisis Regresi
Menurut Nachrowi (2002) analisis regresi merupakan suatu metode
yang digunakan untuk menganalisis pengaruh antara variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat (Y). Untuk mempelajari pengaruh antar variabel bebas
(X) dan variabel terikat (Y) regresi linier terdiri dari dua, yaitu:
1. Analisis Regresi Sederhana (simple analysis regresi)
Regresi linier sederhana digunakan untuk menganalisis pengaruh antara
variabel X terhadap variabel Y. Bentuk umum dari persamaan regresi linier
sederhana yaitu :
Y = a + bX + e
Di mana: Y = Variabel takbebas X = Variabel bebas a = Parameter Intersep b = Parameter Koefisisen Regresi Variabel Bebas e = kesalahan 2. Analisis Regresi Berganda (Multiple analysis regresi)
Regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh antara
variabel X terhadap variabel Y dengan jumlah variabel X lebih dari satu.
Bentuk umum dari persamaan regresi linier berganda yaitu :
Y 1 X1 2 X2 3 X3 n Xn
Dimana : Y = variabel dependen X = variabel independen
1- n = koefisien regresi = nilai eror
Teori tentang analisis regresi yang ditelaah diatas digunakan untuk
menganalisis pengaruh posisi tawar petani terhadap pendapatan petani di
daerah penelitian.
21
2.6 Tinjauan Teori tentang Uji Beda Rata-rata
Menurut Nachrowi, 2006 uji beda rata-rata atau uji-t (t-test) digunakan
untuk melihat perbedaan variasi dua kelompok data. Varian kedua kelompok
data akan berpengaruh pada nilai standar error yang akhirnya akan
membedakan rumus pengujiannya. Syarat atau asumsi utama yang harus
dipenuhi dalam menggunakn uji-t adalah data harus terdistribusi normal. Jika
data tidak terdistribusi normal, maka harus dilakukan transformasi data terlebih
dahulu untuk menormalkan distribusinya. Jika transformasi yang dilakukan
tidak mampu menormalkan distribusi data tersebut, maka uji-t tidak valid
untuk dipakai, sehingga disarankan untuk melakukan uji non parametrik seperti
Wilcoxon (data berpasangan) atau Mann Whitney U. Penelitian ini
menggunakan analisis uji t untuk satu sampel yang dilakukan ketika informasi
mengenai nilai variance (ragam) populasi tidak diketahui (Siregar, 2014).
Uji beda rata-rata satu sampel adalah pengujian yang bertujuan untuk
melihat suatu nilai pembanding berbeda nyata atau tidak dengan rata-rata data
yang dimiliki. Suharjo (2013) menyatakan bahwa uji beda satu sampel adalah
uji yang dilakukan untuk mengetahui suatu populasi memiliki nilai yang sama,
lebih tinggi, atau lebih rendah dengan nilai pembanding. Uji beda rata-rata satu
sampel digunakan jika data yang dimiliki hanya satu sampel. Rumus t hitung
yang digunakan pada uji beda satu sampel adalah sebagai berikut:
Dimana: : Rata-rata
µ : Nilai Pembanding s : Standar Deviasi n : Jumlah Data Kriteria pengujian pada uji beda satu sampel adalah:
a. Jika thitung > ttabel maka tolak H0 dan terima H1. Hal ini berarti nilai rata-rata
sampel berbeda secara signifikan atau tidak sama dengan nilai
pembanding.
22
b. Jika thitung < ttabel maka tolak H1 dan terima H0. Hal ini berarti nilai rata-rata
sampel tidak berbeda secara signifikan atau sama dengan nilai
pembanding.
Konsep teori tentang uji beda rata-rata dalam tinjauan pustaka ini telah
relevan dengan penelitian skripsi yang dilakukan. Teori ini digunakan sebagai
acuan untuk menganalisis perbedaan pendapatan usahatani bunga mawar yang
diperoleh di daerah penelitian dengan pendapatan usahatani bunga mawar di
penelitian terdahulu. Sehingga dapat diketahui pendapatan yang diperoleh
petani di daerah penelitian lebih tinggi, lebih rendah atau sama dengan
penelitian sebelumnya.
23
II
I. K
ER
AN
GK
A K
ON
SEP
PEN
EL
ITIA
N
3.1
Ker
angk
a Pe
mik
iran
=
alur
pem
ikira
n
= a
lur a
nalis
is
Gam
bar 1
. Ske
ma
Ker
angk
a Pe
mik
iran
Ana
lisis
Pos
isi T
awar
Ter
hada
p Pe
ndap
atan
Pet
ani B
unga
Maw
ar.
Kon
disi
riil
: 1.
Pen
ggun
aan
fakt
or p
rodu
ksi
yang
ber
lebi
han,
sepe
rti
pest
isid
a.
2. H
arga
bun
ga m
awar
yan
g te
rgol
ong
rend
ah.
Usa
hata
ni P
etan
i Bun
ga M
awar
di
Des
a G
unun
gsar
i, B
atu.
Pote
nsi :
1.
To
pogr
afi y
ang
coco
k 2.
B
ibit
deng
an m
udah
did
apat
kan
3.
Prod
uk m
emili
ki n
ilai j
ual t
ingg
i 4.
Pa
sar s
elal
u te
rsed
ia
5.
Perm
inta
an p
asar
yan
g te
rus m
enin
gkat
Pend
apat
an ra
ta-
rata
bung
am
awar
Pend
apat
an
Usa
hata
ni
Ana
lisis
Reg
resi
Ber
gand
a
Fakt
or-fa
ktor
yan
g m
empe
ngar
uhi
pend
apat
an :
1. P
rodu
ksi (
X1)
2. B
iaya
Ten
aga
Ker
ja (X
2) 3.
Bia
ya P
upuk
(X
3) 4.
Bia
ya B
enih
(X
4) 5.
Bia
ya P
estis
ida
(X5)
Ana
lisis
Pos
isi
Taw
ar P
etan
i
Fakt
or-fa
ktor
yan
g m
empe
ngar
uhi p
osis
i ta
war
: 1.
In
form
asi p
asar
(X1)
2.
Perm
odal
an (X
2) 3.
A
kses
Pas
ar (X
3) 4.
Pe
nent
uan
Har
ga (X
4)
Scor
ing
Ana
lisis
regr
esi b
erga
nda
Peng
aruh
Pos
isi T
awar
Ter
hada
p Pe
ndap
atan
Usa
hata
ni
Peta
ni B
unga
Maw
ar
Ana
lisis
re
gres
i se
derh
ana
U
ntuk
Pen
ingk
atan
Pen
dapa
tan
Usa
hata
ni P
etan
i Bun
ga M
awar
Perm
asal
ahan
: 1.
Bun
ga M
udah
Lay
u 2.
Tak
ut T
idak
Ter
jual
/Lak
u 3.
Kur
angn
ya In
form
asi P
etan
i Ter
hada
p H
arga
Pas
ar
Uji
beda
ra
ta-ra
ta
24
Berdasarkan skema pada gambar 1 diuraikan sebagai berikut :
Desa Gunungsari, adalah sentra tanaman hias, dimana penduduknya
kebanyakkan bermata pencaharian sebagai petani bunga mawar. Meningkatnya
produksi tidak diikuti dengan meningkatnya harga pasar. Hal ini menyebabkan
posisi tawar petani menjadi rendah. Posisi tawar adalah kemampuan lembaga atau
perorangan untuk mempengaruhi tindakan lawannya. Pihak yang memiliki posisi
tawar lebih tinggi berhak untuk menentukan banyak hal termasuk mengambil
keputusan untuk dijalnkan orang lain yang posisi tawarnya lebih rendah. Apalagi
iklim yang selalu berubah-ubah membuat petani juga harus berpikir keras dalam
kegiatan usahatani agar kualitas bunga mawar yang akan diproduksi masih dalam
keadaan segar dan terjaga kualitasnya hingga ditangan konsumen. Dengan
menjalankan usahatani bunga mawar, petani juga harus mengalokasikan
sumberdaya mereka dengan baik dan ditunjang dengan adanya manajemen yang
baik pula. Tinggi rendahnya posisi tawar diukur melalui skoring.
Posisi tawar yang rendah memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi
diantaranya adalah informasi pasar, permodalan, akses pasar dan penentuan harga.
Setiap faktor memiliki keterkaitan yang cukup kuat pada posisi tawar. Akses pasar
yang luas mampu meningkatkan posisi tawar yang rendah, dimana informasi
harga didapatkan dari akses pasar yang luas. Kurangnya akses dan informasi pasar
disebabkan oleh minimnya pendidikan yang dimiliki petani dan juga tidak adanya
partisipasi petani dalam kelembagaan yang ada. Ketersediaan modal juga mampu
meningkatkan posisi tawar petani, dilihat dari modal sendiri atau modal pinjaman.
Sedangkan permodalan yang kurang juga turut andil dalam luas lahan dan jumlah
produksi yang dihasilkan petani. Penentuan harga dikatakan tinggi apabila
ditentukan oleh petani itu sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi posisi tawar akan dianlisis dengan
metode regresi berganda. Analisis ini akan diketahui faktor apa saja yang
berpengaruh secara positif terhadap posisi tawar petani. Variabel yang digunakan
adalah informasi pasar (X1), akses pasar (X2), permodalan (X3), dan penentuan
harga (X4). Selanjutnya yaitu menghitung tingkat pendapatan petani bunga mawar
dengan penelitian terdahulu di daerah penelitian. Tujuan ini dianalisis dengan
25
membandingkan rata-rata pendapatan petani bunga mawar dengan penelitian
terdahulu di daerah penelitian menggunakan uji beda rata-rata.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani akan dianalisis
dengan metode regresi linier berganda. Analisis ini akan diketahui faktor apa saja
yang berpengaruh secara positif terhadap pendapatan petani bunga mawar.
Variabel yang digunakan adalah Jumlah Produksi (X1),Biaya Tenaga Kerja (X2),
Biaya Pupuk (X3), Biaya Benih (X4), Biaya Pestisida (X5). Selanjutnya yaitu
menghitung pengaruh posisi tawar terhadap tingkat pendapatan petani. Metode
yang digunakan adalah dengan regresi sederhana, posisi tawar (X) dan pendapatan
(Y). Di duga bahwa posisi tawar berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani.
Hal ini tentunta menyebabkan pendapatan petani bunga mawar meningkat.
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat mengetahui seberapa
besar penagruh posisi tawar petani terhadap peningkatan pendapatan usahatani
petani bunga mawar dilokasi penelitian .
3.2 Hipotesis
1. Seperti hasil-hasil penelitian terdahulu petani tanaman hias, dihipotesiskan juga
bahwa posisi tawar petani bunga mawar masih rendah.
2. Informasi pasar, Akses Pasar, Permodalan, dan Penentuan harga berpengaruh
positif terhadap posisi tawar petani.
3. Atas dasar hasil-hasil penelitian terdahulu pada umumnya, dihipotesiskan juga
bahwa pendapatan usahatani bunga mawar di daerah penelitian masih
tergolong rendah.
4. Produksi, Biaya Tenaga Kerja, Biaya Pupuk, Biaya benih, dan Biaya pestisida
berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan petani.
5. Posisi tawar berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan petani bunga
mawar di Desa Gunungsari.
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang akan dianalisis pada penelitian ini didefinisikan sebagai berikut
:
1. Posisi tawar petani adalah kemampuan petani untuk mempengaruhi tindakan
lawannya. Posisi tawar diukur dengan 4 indikator yaitu informasi pasar,
26
permodalan, akses pasar, dan penentuan harga dengan memberi skor pada
persepsi petani terhadap 4 indikator posisi tawar, dari total skor dari 4
indikator tersebut menunjukan tingkat posisi tawar masing-masing responden.
Cara memberikan skor pada masing-masing indikator disajikan pada lampiran
6. Selanjutnya tingkat posisi tawar tersebut dikategorikan menjadi kuat,
sedang atau lemah.
2. Pendapatan usahatani merupakan keuntungan yang diterima oleh petani
dalam satu kali musim tanam bulan Juni-Agustus 2016. Pengukuran
pendapatan dirumuskan sebagai berikut :
TC
Dimana : : Pendapatan petani TC : total revenue TR : total cost
2. Total penerimaan petani bunga mawar dalam penelitian ini di peroleh dari
hasil perkalian antara total produksi bunga mawar dengan harga jual bunga
mawar pada musim tanam bulan Juni-Agustus 2016.
TR = P x Q
Dimana : TR : Total penerimaan P : harga jual bunga mawar Q : jumlah produksi bunga mawar
3. Jumlah Produksi bunga mawar (X1) adalah keseluruhan hasil yang diperoleh
dari usahatani bunga mawar yang diukur dengan menjumlahkan keseluruhan
bunga mawar yang diperoleh petani responden dengan satuan perikat per
musim tanam Juni- Agustus 2016 (kg/MT)
4. Harga (price) adalah harga jual per satuan berat (Kg) yang berlaku pada saat
petani melakukan penjualan. Harga diperoleh dari wawancara petani
responden.
5. Total biaya tetap (TFC) adalah semua biaya yang perlu dikeluarkan selama
proses produksi, yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya yang
digunkan adalah biaya produksi sekali musim tanam (Rupiah)
Dalam penelitian ini biaya tetap meliputi :
a) Biaya sewa lahan adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar atas
lahan yang digunakan untuk usahatani dalam satu musim tanam bulan Juni-
Agustus (2016) yang dihitung dalam satuan rupiah (Rp), dan diukur dengan
27
mengalikan luas lahan yang disewa dengan harga sewa lahan per m2 atau
perhektar.
b) Biaya depresiasi alat adalah biaya penyusutan semua peralatan milik petani
yang digunakan untuk usahatani selama satu kali musim tanam bulan Juni
Agustus 2016 yang dinyatakan dengan rupiah (Rp/musim tanam). Biaya
penyusutan alat dihitung dengan cara harga beli dikurangi harga jual setelah
digunakan, lalu dibagi dengan umur ekonomis setiap alat.
6. Total biaya variabel (variabel cost) adalah total biaya yang dikeluarkan oleh
petani untuk usahatani yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi.
Dalam penelitian ini biaya variabel meliputi :
a) Biaya benih adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli benih pada
usahatani dalam musim tanam bulan Juni-Agustus 2016 dibagi dengan jumlah
benih yang digunakan yang dihitung dengan satuan rupiah (Rp).
b) Harga benih diukur dengan mengalikan jumlah pengeluaran benih, dibagi
dengan jumlah yang digunakan pada usahatani bunga mawar pada masa
tanam bulan Juni-Agustus 2016, yang dihitung dalam satuan rupiah (Rp)
c) Biaya pupuk adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli pupuk yang
digunkan untuk usahatani dalam satu musim bulan Juni-Agustus 2016 dibagi
dengan jumlah pupuk yang digunakan dihitung dengan satuan rupiah (Rp)
d) Harga pupuk diukur dengan mengalikan jumlah pengeluaran pupuk, dibagi
dengan jumlah yang digunakan pada usahatani bunga mawar pada masa tanam
bulan Juni-Agustus 2016, yang dihitung dalam satuan rupiah (Rp)
e) Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan petani sebagai balas jasa
kepada tenaga kerja untuk melakukan kegiatan usahatani selama satu kali
musim tanam bulan Juni-Agustus 2016 yang dihitung dalam satuan rupiah.
Dan diukur dengan mengalikan jumlah tenaga kerja dengan upah masing-
masing tenaga kerja.
f) Biaya pestisida adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli pestisida
dalam satu kali musim tanam bulan Juni-Agustus 2016 dibagi dengan jumlah
pestisida yang digunakan yang dihitung dengan satuan rupiah (Rp).
28
g) Harga pestisida diukur dengan mengalikan jumlah pengeluaran pestisida,
dibagi dengan jumlah yang digunakan pada usahatani bunga mawar pada masa
tanam bulan Juni-Agustus 2016, yang dihitung dalam satuan rupiah (Rp)
7. Jumlah Produksi bunga mawar (X1) adalah keseluruhan hasil yang diperoleh
dari usahatani bunga mawar yang diukur dengan menjumlahkan keseluruhan
bunga mawar yang diperoleh petani responden dengan satuan perikat per
musim tanam (ikat/MT)
8. Biaya tenaga kerja (X2) adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilakn
bunga mawar dalam satu kali musim tanam yang berasal dari tenaga kerja
keluarga maupun dari luar keluarga.
9. Biaya benih (X3) adalah banyaknya biaya bibit yang dikeluarkan untuk
menghasilkan bunga mawar dalam satuan pertangkai bunga mawar.
10. Biaya penggunaan pupuk (X4) adalah banyaknya jumlah pupuk yang
digunakan untuk melakukan usahatani bunga mawar pada setiap musim
tanam meliputi pupuk NPK, yang diukur dengan rupiah dalam satuan
kilogram (kg/MT)
11. Biaya pestisida (X5) adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli
pestisida padat dan cair yang digunakan pada usahatani bunga mawar selama
satu musim tanam Juni -Agustus 2016 biaya pestisida dinyatakan dalam
satuan mata uang (Rupiah) dan diukur dari hasil perkalian antara kuantitas
pestisida yang digunakan dengan harga tiap satuan pestisida tersebut.
29
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Metode Penentuan Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota
Batu. Penentun ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan Desa
Gunungsari merupakan salah satu sentra produksi bunga mawar (Rosa
damascene Mill) sebagai tanaman hias, sehingga dengan demikian diharapkan
tujuan penelitian dapat dijawab. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan, bulan
Juni - Agustus 2016.
4.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani bunga mawar, dan tanaman
hias lain. Teknik pengambilan sampel petani pada penelitian ini menggunakan
probability sampling dengan teknik simple random sampling. Teknik ini
dilakukan karena luas lahan yang dimiliki petani bunga mawar bersifat homogen,
dimana rata-rata luas lahan tersebut 0,56 hektar, dengan standart devisiasi
minimum 0,34 dan maximum 1,67. Besarnya sample ditentukan dengan rumus
(Parel et.al.1973):
Dimana : n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi
: Varian populasi d² : Standar eror yang digunakan sebesar 10% (0,1) Z² : Nilai Z pada tingkat kepercayaan tertentu 90% (1,280) Varian populasi diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut :
Dimana : : Varian luas lahan Populasi
Xi : Luas lahan anggota populasi ke i µ : Rata-rata lahan populasi
Hasil perhitungan yang didapatkan dari total keseluruhan petani yang
tergabung dalam kelompok tani adalah 128. Daftar nama petani responden dengan
30
luas lahan yang dimiliki dapat dilihat pada lampiran 3 dan hasil perthitungan
jumlah sampel yang didapatkan disajikan pada Lampiran 4. Sampel yang
didapatkan adalah 34 responden.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, observasi dan
dokumentasi :
a. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data primer yang terkait
pelaksanaan usahatani bunga mawar di daerah penelitian, dengan cara
melakukan tanya jawab langsung dengan responden di lokasi penelitian dengan
menggunakan kuisioner. Kuisioner tersebut berisi pertanyaan-pertanyan yang
berhubungan dengan tujuan penelitian untuk memperoleh data yang
dibutuhkan. Data yang diperoleh melalui wawancara meliputi data-data yang
terkait usahatani bunga mawar. Contoh kuisioner dilampirkan pada lampiran 5
b. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dengan cara
pengamatan langsung di lapang mengenai fenomena yang ada baik aktivitas
sehari-hari maupun kegiatan yang berhubungan dengan penelitian usahatani
bunga mawar.
c. Dokumentasi
Dokumentasi atau foto diperlukan untuk melengkapi data sekunder yang
digunakan untuk pelengkap penjelasan data di akhir laporan penelitian. Hasil
dokumentasi yang telah dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada
lampiran 13.
4.4 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan dalam penelitian
ini sebagai berikut:
4.4.1 Tujuan 1 : Menganalisis Tingkat Posisi Tawar
Tujuan ini dianalisis dengan membandingkan analisis terdahulu dengan
analisis sekarang, seperti yang dikemukakan dalam Lampiran 6. Dari hasil
analisis tersebut akan diperoleh informasi tingkat posisi tawar masing-
31
masing responden di daerah penelitian tergolong salah satu dari ketiga
kategori tersebut.
4.4.2 Tujuan 2 : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Posisi Tawar
Tujuan ini dianalisis dengan analisis regresi linier berganda antara
pendapatan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan persamaan
fungsi regresi linier berganda sebagai berikut :
+ + + + e
Dimana : Y = Posisi Tawar (total skor)
= Informasi pasar (skor jawaban petani responden) = Akses Pasar (skor Jawaban petani responden) = Permodalan (besarnya modal) = Penentuan Harga (skor Jawaban petani responden)
e = Galat (kesalahan)
Sebelum melakukan analisis regresi, dilakukan terlebih dahulu uji asumsi
klasik dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan Uji Histogram,
uji Kolmogrov dan Uji Chi Square.
b) Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas adalah untuk melihat ada tidaknya korelasi yang
tinggi antara variabel-variabel bebas dalam satu model regresi linier
berganda. Jika ada korelasi yang tinggi anatara variabel-variabel bebasnya,
maka hubungan variabel bebas dengan variabel terikat menjadi terganggu.
Pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah ada multikolinearitas atau
tidak dilakukan uji variance inflation factor (VIF).
c) Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Melihat ada tidaknya hetekedastisitas dapat dilakukan (prediksi)
dengan SRESID (nilai residual). Uji Statistik yang dapat digunakan yaitu
uji glejser, uji park, atau uji white.
d) Uji Autoorelasi
32
Uji Autokorelasi untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode
t dengan periode sebelumnya (t-1). Uji yang didapat dilakukan yaitu uji
Durbin-Watson, Uji Run Test.
Setelah dilakukan uji asumsi klasik, kemudian dilakukan pengujian model
regresi yang terdiri dari uji F dan uji R2. Selanjutnya untuk mengetahui
keberartian koefisien regresi dilakukan dengan uji t. Secara rinci dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pengujian Model Regresi a. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui hubungan variabel dependen secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel independen :
1) H0 : 1 = 2 = 3 = 4 = 5 = 0
2) H1 : 1 2 3 4 5
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan kriteria uji sebagai berikut :
1) Jika nilai F hitung > F tabel, maka tolak H0 yang artinya semua variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen
2) Jika nilai F hitung < F tabel, maka terima H0 artinya semua variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Uji R2 Koefisien determinasi (R2) adalah besaran yang digunakan untuk mengukur
pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila nilai R2
suatu model regresi mendekati angka 1 2 semakin besar
pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila nilai R2
mendekati angka 0, maka semakin kecil pengaruh semua variabel independen
terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini, nilai Jadi uji R2 digunakan untuk
mengetahui kecocokan model regresi pada persamaan.
2. Uji Keberartian Koefisien Regresi (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis yang dirumuskan pada
pengujian ini sebagai berikut:
a. H0
b. H1
33
Kemudian hipotesis tersebut diuji dengan membandingkan nilai t hitung dan
sebagai berikut:
a. Jika nilai t hitung > t tabel, maka tolak H0 terima H1, artinya variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai t hitung < t tabel, maka tolak H1 terima H0, artinya variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
4.4.3 Tujuan 3 : Analisis Tingkat Pendapatan Usahatani Bunga Mawar di
Daerah Penelitian dengan Hasil Penelitian Terdahulu.
Tujuan ini dianalisis dengan membandingkan rata-rata pendapatan usahatani
bunga mawar di daerah penelitian dengan hasil-hasil penelitian terdahulu.
Perbedaan tersebut diuji dengan menggunakan uji t dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Membuat hipotesa statistik sebagai berikut :
a. H0 : µ1=
b. H1 : µ1
Dimana, µ1 : rata-rata pendapatan/ha usahatani bunga mawar di daerah penelitian
k : rata-rata pendapatan/ha usahatani tanaman hias lain dari hasil penelitian terdahulu.
2. Analisis uji t yang digunakan adalah uji t dengan rumus sebagai berikut:
Dimana: = Rata-rata pendapatan usahatani bunga mawar di daerah penelitian
k = Rata-rata pendapatan usahatani tanaman hias lain penelitian terdahulu s = Simpangan baku (Standar deviasi) n = Banyaknya data Kriteria pengujian:
1. Jika thitung<ttabel maka H0 diterima H1 ditolak. Artinya rata-rata pendapatan
petani di daerah penelitian tidak berbeda nyata dengan rata-rata pendapatan
petani dalam tiga penelitian terdahulu
34
2. Jika thitung>ttabel maka H0 ditolak H1 diterima. Artinya rata-rata pendapatan
petani di daerah penelitian berbeda nyata dengan rata-rata pendapatan petani
dalam tiga penelitian terdahulu
Hasil analisis ini menunjukkan apakah terdapat perbedaan rata-rata
pendapatan usahatani bunga mawar di daerah penelitian lebih besar, lebih kecil
atau sama dengan rata-rata pendapatan usahatani bunga mawar dari hasil
penelitian terdahulu.
4.4.4 Tujuan 4 : Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan
Tujuan ini dianalisis dengan analisis regresi linier berganda antara pendapatan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan persamaan fungsi regresi
linier berganda sebagai berikut :
+ + + + + e
Dimana : Y = Pendapatan (Rupiah)
= Produksi (Ikat) = Biaya Tenaga Kerja (Rp) = Biaya pupuk (Rp) = Biaya benih (Rp) = Biaya pestisida (Rp)
e = Galat (kesalahan)
Hasil analisis ini menunjukan faktor-faktor yang berpengaruh atau tidak
terhadap posisi tawar petani. Apabila thitung < ttabel maka H0 diterima H1 ditolak,
artinya tidak ada pengaruh yang nyata dari indikatr variabel (produksi, biaya
tenaga kerja, kebutuhan pupuk, kebutuhan benih, dan kebutuhan pestisida)
terhadap pendapatan petani bunga mawar. Apabila thitung > ttabel maka H0 ditolak H1
diterima, artinya terdapat pengaruh nyata antara variabel terhadap pendapatan
usahatani bunga mawar. Dengan analisis ini, maka diperoleh jawaban dari tujuan
keempat, yaitu faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pendapatan petani.
4.4.5 Tujuan 5 : Analisis Pengaruh Posisi tawar terhadap Pendapatan petani
Tujuan ini dianalisis dengan analisis regresi linier sederhana dengan
model persamaan sebagai berikut :
Keterangan:
Y = pendapatan usahatani bunga mawar (Rupiah)
35
X = posisi tawar (total skor) = Koefisien intersep regresi = Koefisien Regresi
e = error term
Hasil analisis ini menunjukkan pengaruh posisi tawar terhadap pendapatan,
koefisien regresi yang diperoleh diuji dengan uji t. Apabila thitung < ttabel maka H0
diterima H1 ditolak, artinya tidak ada pengaruh yang nyata dari posisi tawar
terhadap pendapatan petani bunga mawar. Apabila thitung > ttabel maka H0 ditolak H1
diterima, artinya terdapat pengaruh nyata antara posisi tawar terhadap pendapatan
usahatani bunga mawar. Dengan analisis ini, maka diperoleh jawaban dari tujuan
kelima, yaitu pengaruh posisi tawar terhadap pendapatan usahatani bunga mawar
36
V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
5.1 Keadaan Geografi dan Topografi
Kota Batu terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan
Junrejo dan Kecamatan Bumiaji. Kecamatan Bumiaji merupakan kecamatan
yang paling luas wilayahnya yaitu 12.797,89 ha. Dilihat komposisi jumlah
desa/kelurahan, Kecamatan Bumiaji memiliki jumlah desa/kelurahan terbanyak
yaitu masing-masing 9 desa/kelurahan. Kecamatan Bumiaji memiliki 81 RW
dan 426 RT, salah satunya berada di Desa Gunungsari. Desa Gunungsari
merupakan salah satu desa yang terletak di lerang Gunung Bayak. memiliki Luas
wilayah Desa Gunungsari mencapai 318,833 ha (4,106 km²) , dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu
Sebelah Barat : Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang
Sebelah Timur : Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu
Sebelah Selatan : Desa Sumberejo, Kecamatan Batu, Kota Batu.
Kota Batu terlihat berada pada posisi
pada ketinggian 1.000 dpl bentang wilayah
berbukit dengan dataran yang subur dengan kemiringan 35% yang cocok untuk
usahatani perkebunan, peternakan, palawija, padi dan kehutanan. Peta lokasi
penelitian disajikan pada Lampiran 1.
5.2 Keadaan Tanah dan Iklim
5.2.1 Keadaan Tanah
Secara geologis Desa Gunungsari meruapakan batuan bentukan hasil
gunung berapi. Jenis tanah yang ada yaitu andosol dengan struktur tanah pada
umumnya realtif baik, dengan kedalaman tanah 0,5m berwarna hitam. Rincian
penggunaan lahan sebagai berikut :
37
Tabel 3 jenis Penggunaan Lahan di Desa Gunungsari
No. Jenis Lahan Luas ( Ha ) 1 Hutan produksi 3.244 ha 2 Tegal / Lahan pertanian 134,385 ha 3 Irigasi teknis 127,496 ha 4 Irigasi semi teknis 6 ha 5 Pemukiman 65.433 ha 6 Jalan 5 ha 7 Lapangan 1.122 ha
Selain penggunaan jenis lahan diatas terdapat sisa tanah seluas 6,916 ha
sebagai tanah kas desa. Sisa dari tanah ini kemudian dimanfaatkan sebagai tanah
perkantoran atau pemerintahan seluas 0,701 ha dan 0,823 dimanfaatkan untuk
kegiatan lainnya.
5.2.2. Keadaan Iklim
Desa gunungsari memiliki iklim tropis dengan curah hujan 30 mm,
jumlah bulan 5 bulan hujan, dan 7 bulan kering, dan suhunya berkisar 18 - 25º
C. Kelembapan udara berkisar antara 75 98%.
5.3 Keadaan Penduduk
Kecamatan Bumiaji terbagi menjadi 81 RW dan 426 RT, keseluruhan
data nama desa tersebut dapat dilihat dalam Lampiran 2. Berdasarkan sumber
data BPS Kecamatan Bumiaji, Kota Batu 2015, penduduk Kecamatan Bumiaji
dalam tiga tahun terakhir terus mengalami kenaikan, pada tahun 2014 jumlah
penduduk mencapai 143.184 jiwa, dengan luas wilayah sekitar 53,62 km2, maka
kepadatan penduduk sekitar 2.668 jiwa per km2. Pertumbuhan penduduk
Kecamatan Bumiaji pada tahun 2014 sebesar 0,17%, nilai tersebut mengalami
peningkatan dari periode sebelumnya yaitu 0,08%, namun lebih lambat dari
tahun 2012 yaitu 0,36%. Berdasarkan jenis kelamin di tahun 2014 menunjukkan
bahwa 49,86% berejenis kelamin laki-laki dan 50,14% berjenis kelamin
perempuan. Data yang telah diperoleh dari Desa Gunungsari , Kecamatan
Bumiaji mengenai keadaan penduduk meliputi keadaan penduduk berdasarkan
jenis kelamin, jumlah kepala keluarga, umur, tingkat pendidikan, dan mata
pencaharian yang disajikan pada tabel-tabel sebagai berikut :
38
5.3.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 4
sebagai berikut :
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%) Laki-laki 3452 50.53 Perempuan 3379 49.46 Total 6831 100
Sumber : Data Balai Desa Gunungsari, Kecamatan Batu 2015
Berdasarkan Tabel 4 nampak bahwa, sebagian besar penduduk berjenis
kelamin laki-laki yaitu sebesar 50,53%. Hasil persentase yang didapatkan
perbedaan tersebut tidak berbeda jauh yaitu hanya 1,07 persen.
5.3.2 Jumlah Kepala Keluarga
Jumlah kepala keluarga di Desa Gunungsari cukup seimbang
dibandingkan dengan total penduduk desa. Hal ini dibuktikan oleh data yang
diperoleh yakni jumlah kepala keluarga di Desa Gunungsari sebanyak 2.006 KK.
Desa dengan jumlah kepala keluarga yang banyak berarti daerah tersebut telah
memiliki tanggungan ekonomi keluarga yang menyebabkan pengeluaran untuk
memenuhi kebutuhan perekonomiannya cukup tinggi.
5.3.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Bumiaji
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Desa Gunungsari,
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Tahun 2015.
Kategori Umur Jumlah (Orang) Persentase (%) 0-15 Tahun 1.597 23,37 16-59 Tahun 3.997 58,51 > 60 Tahun 778 11,38
Total 6831 100 Sumber : data balai Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji 2015
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk berada pada
kelompok umur 16-59 tahun yaitu sebesar 58,51% (3.997 orang) yang
merupakan usia produktif. Penduduk Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji
39
yang didominasi oleh usia produktif berpeluang besar untuk melakukan kegiatan
atau pekerjaan yang produktif dalam menghasilkan sesuatu yang
menguntungkan. Usia produktif harus dapat dimanfaatkan secara optimal
sehingga dapat memberikan pengaruh positif untuk mendukung pembangunan
daerah, khususnya di bidang ekonomi.
5.4.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Jumlah penduduk Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu
berdasarkan tingkat pendidikan disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.
Uraian Jumlah (Orang) Persentase (%)
Belum sekolah 265 3,87 Sedang sekolah 365 5,34 Tidak tamat SD 182 2,66 Tidak tamat SLTP 357 5,22 Tidak tamat SLTA 487 7,12 tamat SD 3029 44,34 tamat SLTP 1189 17,40 tamat SLTA 892 13,05 Perguruan tinggi 65 0,95 Jumlah 6831 100
Sumber: Data Balai Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji 2015
Tabel 6 mnenunjukan bahwa sebagian besar penduduk berada pada
tingkat pendidikan tamat SD, kemudian Tamat SMP dan tamat SMA. Tingginya
jumlah penduduk pada tingkat pendidikan tamat SD, SMP dan SMA
menunjukkan minat masyarakat untuk mampu menyelesaikan pendidikan pada
tingkat tertentu yang sesuai dengan kemampuan mereka.
5.3.5 Jumlah penduduk Menurut Mata Pencaharian
Jumlah penduduk Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu
menurut mata pencaharian disajikan dalam Tabel 7.
40
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu 2015
Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Pertanian 1856 35,46 Pemerintahan 213 4,06 Jasa 645 12,32 Industri 884 16,88 Lainnya 1618 30,91 Total 5234 100
Sumber: Data Balai Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji 2015
Tabel 7 menunjukkan sebagian besar penduduk bermata pencaharian
petani dengan nilai sebesar 35,46% (1856). Mata pencaharian sebagai petani
merupakan jenis pekerjaan yang paling bnayak karena lahan persawahan di desa
ini cukup luas.
5.4 Keadaan Pertanian
Sektor pertanian adalah penggerak utama roda perekonomian di Desa
Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Keadaan pertanian di Desa
Gunungsari meliputi lahan teknis, lahan semi teknis, lahan sederhana, lahan
desa, dan lahan tadah hujan. Total keseluruhan luasan lahan pertanian yang
tercatat sebesar 173,112 ha dari 318.833 ha (4,106 km²). Sebagian besar
komoditas utama yang dibudiayakan pada lahan sawah di Desa Gunungsari
adalah bunga mawar potong, ditunjukan dengan total produksi bunga mawar
sebesar 1.819.752 pada tahun 2012, dan produksi bunga krisan, anthurium, dan
gladiol rata-rata sebesar 687.105 pada tahun 2012.
41
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang dideskripsikan pada bahasan ini
merupakan karakteristik sosila ekonomi responden meliputi usia, tingkat
pendidikan, luas lahan usahatani, jumlah tanggungan keluarga, dan lama
berusahatani, berikut penjelasannya.
6.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Distribusi petani responden berdasarkan umur dilokasi penelitian
disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan umur di Desa Gunungsari
No. Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Presentase (%) 1. 35-44 11 32,35 2. 45-54 13 38,23 3. 55-64 8 23,52 4. 65-74 2 5,88
Total 34 100,0 Sumber : Data primer diolah,2016
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden di daerah
penelitian tergolong pada kelompok lanjut usia (>54 tahun). Hal ini dapat dilihat
pada presentase terbesar kelompok usia responden berada pada kisaran usia 45-
54 tahun dengan persentase 38,23% . berdasarkan nilai persentase tersebut
rentang usia 45-54 merupakan usia yang produktif sehingga responden dapat
mewakili poupulasi.
6.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Distribusi reponden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada tabel 9.
Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Desa Gunungsari
No Pendidikan Jumlah (orang) Presentase (%)
1 2 3
Tidak sekolah Tidak Tamat SD SD
4 13 11
14,70 38,23 32,35
4 SLTP 3 8,8 5 SLTA 2 5,88 6 Diploma/PT 1 2,42 Jumlah 34 100
Sumber : Data primer diolah,2016
42
Tabel 9 menunjukan mayoritas responden di daerah penelitian tidak
tamat SD dengan persentase 38,23%, artinya sebagian besar responden kurang
mampu menerima informasi dan teknologi baru dengan mudah serta kurang
memiliki pengetahuan dan wawasan yang tinggi terkait usahatani bunga mawar.
6.1.3 Luas Lahan Usahatani
Distribusi responden berdasarkan luas lahan usahatani bunga mawar
disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan luas lahan usahatani bunga mawar di Desa Gunungsari
No. Luas Usahatani (ha) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. <0,25 6 17,64 2. 0,26-0,4 3 8,82 3. 0,5-0,75 9 26,47 4. 0,76-1 10 29,41 5. >1 6 17,64
Total 34 100,0 Sumber : Data primer diolah,2016
Tabel 10 menunjukkan sebagian besar petani responden di daerah
penelitian tergolong pada petani yang memiliki luas lahan usahatani pada
sebesar 0,76 1 Ha. Petani yang memiliki luas lahan usahatani bunga mawar
mendekati satu hektar merupakan petani dengan kemampuan ekonomi
menengah dengan keuntungan yang didapatkan cukup tinggi. Luas sempitnya
lahan yang digarap oleh petani akan berepnegaruh pada pendapatan usahatani
yang diperoleh.
6.1.4 Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga yang menjadi beban petani selaku kepala
rumah tangga berdampak pada output yang harus di hasilkan petani dalam
berusahatani. Distribusi responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga di
Desa Gunungsari disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Tanggungan di Desa Gunungsari
No. Jumlah Tanggungan (orang)
Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. 1-3 19 55,88 2. 4-6 12 35,29 3. 7-9 3 8,82
Total 34 100,0 Sumber : Data primer diolah,2016
43
Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
tanggungan keluarga sejumlah 1 - 3 orang. Petani responden di daerah penelitian
merupakan petani dengan ekonomi menengah yang memiliki tanggungan
keluarga tidak terlalu banyak, sehingga beban ekonomi yang ditanggung oleh
petani responden tidak terlalu tinggi.
6.1.5 Pengalaman Usahatani
Lamanya petani melakukan usahatani yang dilakukan petani menjadi tolok
ukur pengalaman dalam kegiatan usahatani bunga mawar. Distribusi responden
berdasarkan lama usahatani di Desa Gunungsari disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Usahatani di Desa Gunungsari
No. Lama Usahatani (tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. 10-20 5 14,70 2. 21-30 13 38,23 3. 31-40 9 26,47 4. 41-50 7 20,58
Total 34 100,0 Sumber : Data primer diolah,2016
Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di daerah
penelitian tergolong petani yang sudah cukup memiliki pengalaman bertani (21-
30 tahun), artinya petani sudah lama melakukan budidaya tanaman bunga mawar
dan seharusnya memiliki wawasan yang cukup dalam kegiatan usahatani bunga
mawar. Sehingga dengan tingkat pengalaman yang dimiliki petani diharapkan
mampu menjawab masalah dari tujuan peneliti yaitu untuk meningkatkan
pendapatan usahatani bunga mawar .
44
6.2 Analisis Tingkat Posisi Tawar Petani di Desa Gunungsari,
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu
Analisis tingkat posisi tawar diukur dengan 4 indikator yaitu infromasi
pasar, akses pasar, permodalan, dan penentuan harga dengan memberikan
skor pada jawaban petani, disajikan pada Lampiran 6.
Hasil analisis tingkat posisi tawar di Desa Gunungsari disajikan pada
Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Tingkat posisi tawar di Desa Gunungsari dengan penelitian terdahulu
Posisi tawar Penelitian (2017) Persentase (%)
Tinggi 27 79,41% Sedang 7 20,58% Rendah 0 0%
Pengkategorian posisi tawar di daerah penelitian disajikan pada
Lampiran 7. Tabel 13 menunjukan bahwa posisi tawar di daerah penelitian
adalah tinggi dengan jumlah petani 27 (79,41%). Kemudian hasil posisi
tawar dibandingkan dengan penelitian terdahulu disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil perbandingan posisi tawar di Desa Gunungsari dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian Tingkat posisi tawar Saat ini 2017 Tinggi
Terdahulu (Hertanto, 2010) Rendah Terdahulu (Afrengki, 2011) Rendah
Berdasarkan Tabel 14 menunjukan bahwa tingkat posisi tawar di Desa
Gunungsari lebih tinggi dibandingkan dengan posisi tawar rata-rata dari hasil
penelitian terdahulu. Hal ini dikarenakan harga jual bunga mawar saat ini lebih
tinggi mengikuti jumlah permintaan dari tahun ke tahun yang terus meningkat..
45
6.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Posisi Tawar Petani di
Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu
Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi posisi tawar petani di Desa
Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Posisi Tawar Petani Variabel Koefisien Regresi thitung Sig VIF
Konstanta 1,571 12,136 0,000 Informasi pasar (skor) 0,390 3,543 0,019 1,061 Akses pasar (skor) 0,286* 2,764 0,024 2,028 Permodalan (besarnya modal) ) 0,371 4,823 0,006 1,054 Penentuan harga (skor) 0,295** 3,571 0,003 1,076
R2 = 0,821 = 82,1% F hitung = 19,137 Keterangan : Variabel dependen = Posisi Tawar (total skor) * ** *** Ftabel (0,05) = 2,70 ; df 1 = 4 ; df2 = 29 ttabel (0,01) = 2,46;
(0,05) = 1,70; (0,1) = 1,31
Sebelum membahas hasil regresi pada Tabel 15, dilakukan uji asumsi
klasik untuk menguji apakah model regresi tersebut dikatakan baik atau tidak.
Pembahasan hasil uji asumsi klasik pada model regresi sebagai berikut :
1. Uji Normalitas
Dari hasil uji normalitas diperoleh kesimpulan bahwa model regresi yang
digunakan memenuhi uji normalitas. Untuk menguji asumsi normalitas dapat
menggunakan Grafik normal P-P Plot dari grafik dapat disimpulkan bahwa
asumsi normalitas terpenuhi karena pada grafik terlihat titik-titik menyebar
disekitar garis diagonal, serta menyebar mengikuti arah garis diagonal, sehingga
model regresi memenuhi asumsi normalitas dan layak.
2. Uji Heteroskedastisitas
46
Berdasarkan gambar yang di lampirkan diketahui bahwa sebaran data
disekitar angka 0 pada sumbu Y, dan tidak membentuk satu pola tertentu atau
garis tertentu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi, sehingga model regresi layak untuk digunakan dalam
penelitian.
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik, model regresi dalam penelitian ini
tidak ada penyimpangan. Setelah model regresi memenuhi syarat uji asumsi
klasik, kemudian dilanjutkan dengan uji model regresi yaitu uji F dan R2.
1. Uji F
Dari Tabel 18 dapat disimpulkan bahwa secara statistik variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat secara bersama-sama, ditunjukkan dengan
nilai F hitung > F tabel (19,137> 2,70) dengan taraf kepercayaan sebesar 99%.
2. Uji R2
Hasil dari uji R2 di dapatkan nilai sebesar 0,821 artinya sebesar 82,1% variasi
perubahan total pendapatan dapat dijelaskan oleh semua variabel independen
dalam model (jumlah produksi, tenaga kerja, kebutuhan pupuk, kebutuhan
benih, dan penggunaan pestisida). Sisanya 17,9% dijelaskan oleh variabel lain
di luar model.
Berdasarkan hasil dari uji koefisien determinasi uji F dan R2 di atas, dapat
disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini dikatakan baik dan layak
untuk digunakan. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan uji keberartian
koefisien regresi (uji t) yang disajikan pada Tabel 15. Dari tabel tersebut
diperoleh kesimpulan bhawa semua veriabel bebas yang masuk dalam model
memperoleh koefisien regresi yang nyata, artinya berarti bahwa semua variabel
bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Penjelasanya sebagai berikut :
a) Informasi Pasar )
Variabel informasi pasar berpengaruh positif terhadap tingkat posisi
tawar petani. Nilai koefisien regresi 0,390 dan nilai thitung > ttabel (3,543 >2,46)
jika terjadi peningkatan informasi pasar sebesar
1 akan meningkatkan total skor posisi tawar sebesar 0,390. Hal ini berarti
bahwa infromasi pasar yang bertambah akan merubah sikap petani lebih
47
berhati-hati dalam menerima informasi usahatani bunga mawar sehingga dapat
meningkatkan pendapatan sehingga posisi tawar petani juga akan meningkat.
b) Akses pasar )
Variabel akses pasar berpengaruh positif terhadap tingkat posisi tawar
petani. Nilai koefisien regresi 0,289 dan nilai thitung > ttabel (2,764>
0,01. Ini berarti bahwa, jika terjadi peningkatan akses pasar sebesar 1, maka
akan meningkatkan total skor posisi tawar sebesar 0,289. Hal ini dikarenakan
semakin banyak petanin memasarkan, kemampuan akses pasar akan
meningkat, sehingga akan meningkatkan volume produksi, kemudian posisi
tawar petani juga akan meningkat.
c) Permodalan )
Variabel permodalan berpengaruh positif terhadap tingkat posisi tawar
petani. Nilai koefisien regresi 0,371 dan nilai thitung > ttabel (4,823>
0,01. Ini berarti bahwa, jika terjadi peningkatan Rp 1 modal yang digunakan
maka akan meningkatkan total skor posisi tawar sebesar 0,371. Hal ini
dikarenakan setiap peningkatan modal usahatani, maka akan diimbangi dengan
jumlah peningkatan produktivitas bunga mawar. Sehingga apabila
produktivitas suatu lahan meningkat maka produksi pun akan meningkat dan
tentu akan meningkatkan posisi tawar petani did aerah penelitian.
d) Penentuan Harga )
Variabel penentuan harga berpengaruh positif terhadap tingkat posisi
tawar petani. Nilai koefisien regresi 0,295 dan nilai thitung > ttabel (3,71>2,46)
setiap penambahan petani yang menentukan
harga sebesar 1, maka akan meningkatkan total skor posisi tawar sebesar
0,295. Hal ini dikarenakan semakin banyak petani yang menetukan harga
sendiri maka posisi tawar di daerah tersebut akan meningkat juga.
48
6.4 Analisis Tingkat Pendapatan Usahatani Bunga Mawar di Daerah
Penelitian dengan Hasil Penelitian Terdahulu
Cashflow usahatani bunga mawar dalam satu musim tanam di Desa
Gunungsari disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Cashflow Rata-rata usahatani bunga mawar dalam satu musim tanam di desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
No Variabel Nilai 1 Produksi (tangkai) 10.911 2 Harga Jual (tangkai) Rp 3.474 3 Penerimaan Rp 37.908.854 Biaya Tetap (Rp) 4 Biaya lahan 2.654.717,59 5 Sewa mesin 1.738.802,08 6 Penyusutan alat dan mesin 110.514,73 7 Total biaya tetap (TFC) 4.495.034,41
Biaya Variabel (Rp) 8 Benih 4.788.802,08 9 Pupuk Urea 820.572,92
10 Pupuk NPK 364.973,96 11 Pupuk SP36 245.312,50 12 Pupuk organic 97.762,63 13 Pupuk ZA 344.895,83 14 Pestisida 390.713,54 15 Tenaga kerja 5.914.401,04 16 Transportasi saprodi 1551,39 17 Biaya angkut 195.963,54 18 Biaya pengeringan 246.093,75 Total biaya variabel (TVC) 13.432.759,72
Total Biaya (TC) 17.927.794,13 Rata-rata Pendapatan usahatani bunga
mawar 19.981.060,04
Rata-rata pendapatan usahatani tanaman hias lain hasil penelitian terdahulu*)
T hitung = 2,794
13.408.483,00
Keterangan : Ttabel = 1,672
= 2,448 (berbeda nyata pada ) *) =rata-rata pendapatan usahatani tanaman hias lain pada penelitian terdahulu Afrengki (2011) di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Nugroho (2012) di Kecamatan Batu, Kota Batu Nur Muhammad (2011) di Kecamatan Batu, Kota Batu
49
Tabel 16 menunjukkan rata-rata tingkat pendapatan usahatani bunga
mawar dibandingkan rata-rata pendapatan usahatani tanaman hias lain pada
penelitian terdahulu Afrengki (2011), Nur Muhammad (2011), Nugroho (2012)
leboh tinggi, hal ini ditunjukkan oleh thitung 2,794 > ttabel 2,448, nyata pada
0,05. Perbedaan tersebut dikarenakan bunga mawar lebih diminati oleh
konsumen menurut Dinas Pertanian Kota Batu (2012), permintaan bunga mawar
1.893.138 tangkai pertahunnya, dibandingkan dengan tanaman hias lain yang
rata-rata permintaan sebesar 830.041 tangkai pertahunnya, sehingga semakin
banyak permintaan akan meningkatkan harga jual semakin tinggi, yang akan
diimbangi dengan peningkatan pendapatan petani bunga mawar di daerah
penelitian.
50
6.5 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan
Petani di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu
Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani
di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Petani Variabel Koefisien Regresi thitung Sig VIF
Konstanta 6244534 1,919 0,065 Produksi (Tangkai) 3690.9* 8,106 0.000 1.192 Biaya Tenaga kerja (Rp) 0,544* 0,864 0,020 3.863 Biaya Pupuk (Rp) 2,414** 1,818 0,017 1.397 Biaya benih(Rp) 0,482** 2,042 0,025 1.071 Biaya Pestisida (Rp) 19,323* 3,245 0,003 3.979 F hitung = 22,449 R2 = 0,765 = 76,5% Keterangan : Variabel dependen = Pendapatan Petani (Rp) * ** *** Ftabel (0,05) = 2,70 ; df 1 = 5 ; df 2 = 28 ttabel (0,01) = 2,46;
(0,05) = 1,69 (0,1) = 1,31
Hasil uji asumsi klasik menunjukan bahwa data yang dipakai sudah
memenuhi asumsi klasik. Secara rinci hasil uji asumsi klasik disajikan pada
lampiran 11. Tabel 17 dapat disimpulkan bahwa secara statistik variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat secara bersama-sama, ditunjukkan dengan
nilai F hitung > F tabel (22,449 > 2,70) dengan taraf kepercayaan sebesar 99%.
Pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen dilakukan uji keberartian koefisien regresi (uji t). Dari Tabel 17
diperoleh kesimpulan bahwa semua variabel berpengaruh nyata terhadap
pendapatan usahatani bunga mawar.
a. Hasil Produksi
Variabel jumlah produksi berpengaruh positif terhadap tingkat
pendapatan petani. Nilai koefisien regresi 3690.9 dan nilai thitung > ttabel
(8,106>2,46) pada 0,01. Ini berarti bahwa, jumlah produksi 1 tangkai dalam
51
kegiatan usahatani bunga mawar akan meningkatkan tingkat pendapatan petani
sebesar Rp 3.690,9. Hal ini dikarenakan produksi yang meningkat akan
meningkatkan harga jual bunga mawar tersebut, yang kemudian akan
diimbangi dengan meningkatkan pendapatan usahatai bunga mwar didaerah
penelitian.
b. Biaya Tenaga Kerja
Variabel biaya tenaga kerja berpengaruh positif nyata terhadap
pendapatan usahatani kentang dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.544 dan
dan nilai thitung > ttabel (0,864>2,46) pada 0,01. Artinya setiap peningkatan
Rp.1 biaya tenaga kerja maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp.544
dengan taraf kepercayaan sebesar 99,2%. Hal ini dikarenakan, rata-rata biaya
tenaga kerja di daerah penelitian masih tergolong rendah. Pada analisis
Afrengki (2011) di Kecamatan Bumiaji, diperoleh rata-rata biaya tenaga kerja
Rp 4.570.980 petani/bulan. Jika dibandingkan dengan rata-rata biaya tenaga
kerja didaerah penelitian yaitu Rp 3.339.897 petani/bulan masih begitu rendah.
Dengan demikian dapat disimpulkan biaya tenaga kerja didaerah penelitian
dapat ditingkatkan untuk menambah pendapatan usahatani petani bunga
mawar.
c. Biaya Pupuk
Variabel jumlah penggunaan pupuk ini berpengaruh posistif nyata
terhadap pendapatan petani bunga mawar. Nilai koefisien regresi 2,414 dan
nilai thitung > ttabel (-1,818>1,69 ) pada 0,05. Artinya setiap peningkatan Rp
1, biaya pupuk maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 2,414. %.
Hal ini dikarenakan, rata-rata biaya tenaga kerja di daerah penelitian masih
tergolong rendah. Hal ini dikarenakan setiap peningkatan biaya pupuk di
daerah penelitian juga diimbangi dengan hasil yang baik, sehingga akan
meningkatkan harga jual bunga mawar, yang kemudian akan berpengaruh
terhadap peningkatan pendapatan usahatani petani bunga mawar didaerah
penelitian.
d. Biaya benih
Variabel jumlah kebutuhan benih berpengaruh posistif secara nyata
terhadap pendapatan petani bunga mawar. Nilai koefisien regresi 0,482 dan
52
dan nilai thitung > ttabel (-2,042>1,69) pada 0,05. Artinya setiap peningkatan
Rp 1, biaya benih maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 482. Hal
ini dikarenakan, rata-rata biaya biaya benih di daerah penelitian masih
tergolong rendah. Pada analisis Santika (2009) di Kecamatan Sidomulyo,
diperoleh rata-rata biaya benih adalah Rp 3.750.800 /ha. Jika dibandingkan
dengan rata-rata biaya benih didaerah penelitian yaitu Rp 2.704.265/ ha
masih begitu rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan biaya benih
didaerah penelitian dapat ditingkatkan untuk menambah pendapatan
usahatani petani bunga mawar.
e. Biaya Pestisida
Variabel jumlah penggunaan pestisida berpengaruh posistif secara nyata
terhadap pendapatan petani bunga mawar. Nilai koefisien regresi 19,323 dan
dan nilai thitung > ttabel (19,323>2,46) pada 0,01. Artinya setiap peningkatan
Rp 1, biaya pestisida maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp
19.323. Hal ini dikarenakan, rata-rata biaya tenaga kerja di daerah penelitian
masih tergolong rendah. Pada analisis nur Muhammad (2011) di Kecamatan
Bumiaji, diperoleh rata-rata biaya pestisida Rp 497.354 /ha. Jika
dibandingkan dengan rata-rata biaya pestisida didaerah penelitian yaitu Rp
220.638 /ha masih begitu rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan biaya
pestisida didaerah penelitian dapat ditingkatkan untuk menambah pendapatan
usahatani petani bunga mawar.
53
6.6 Analisis Pengaruh Posisi Tawar Petani Terhadap Tingkat Pendapatan
Petani di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Hasil analisis regresi sederhana posisi tawar terhadap tingkat pendapatan
petani disajikan pada tabel 18.
Tabel 18. Pengaruh Posisi Tawar Terhadap Tingkat Pendapatan Petani.
Variabel Koefisien Regresi thitung Sig. (Constant) 4.695 0,765 0,385 Posisi Tawar (%) 0,306* 1,593 0,011 Fhitung = 2,831 R2 = 0,912 Keterangan : Variabel dependen = Pendapatan Petani (Rp) Ftabel (0,05) = 4,14 ; df 1 = 28 ; df 2 = 1 ttabel (0,05) = 1,69
(0,01) = 2,44 (0,1) = 1,30
*)
Hasil uji asumsi klasik menunjukan bahwa data yang dipakai sudah
memenuhi asumsi klasik. Secara rinci hasil uji asumsi klasik disajikan pada
lampiran 12. Tabel 18 dapat disimpulkan bahwa secara statistik variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat secara bersama-sama, ditunjukkan dengan
nilai t hitung > t tabel (1,593 > 1,30) pada = 0,1 dengan koefisien regresi yaitu
0,306. Ini berarti bahwa tingka posisi tawar akan berpengaruh terhadap
pendapatan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi posisi tawar di daerah penelitian
maka akan meningkatkan petani dalam memasarkan bunga mawar dengan harga
jual yang semakin tinggi sehingga akan diimabngi dengan peningkatan
pendapatan usahatani petani bunga mawar.
54
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Tingkat posisi tawar bunga mawar di Desa Gunungsari, Kecamatan
Bumiaji, Kota Batu tergolong tinggi, sedangkan pada penelitian terdahulu
semuanya tergolong rendah.
2. Didaerah penelitian variabel informasi pasar, permodalan, akses pasar, dan
penentuan harga yang berpengaruh positif terhadap tingkat posisi tawar,
artinya semakin tinggi variabel tersebut, semakin tinggi tingkat posisi
tawarnya.
3. Tingkat pendapatan usahatani bunga mawar di Desa Gunungsari lebih tinggi
dibandingkan penelitian terdahulu Afrengki (2011) di Desa Tulungrejo,
Kecamatan Bumiaji, Nugroho (2012) di Desa Giripurno, Kecamatan Batu,
dan Nur Muhammad (2011) di Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji.
Penelitian terdahulu dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 13.408.483,00,
dan penelitian saat ini sebesar Rp 19.981.060,04
4. Didaerah penelitian variabel jumlah produksi, biaya tenaga kerja, biaya
pupuk, biaya benih, dan biaya pestisida yang berpengaruh positif terhadap
tingkat pendapatan petani, artinya semakin tinggi penggunaan variabel
tersebut, semakin tinggi tingkat pendapatan yang diperoleh petani.
5. Didaerah penelitian tingkat posisi tawar berpengaruh positif terhadap
tingkat pendapatan usahatani bunga mawar, artinya semakin tinggi tingkat
posisi tawar petani, maka semakin tinggi penguasaan pasar petani sehingga
mampu meningkatkan pendapatan petani.
55
7.2 SARAN
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian dapat diajukan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Masih perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap tingkat posisi tawar. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kegiatan posisi tawar sebaiknya dianalisis dan dapat
disesuaikan dengan 4 indikator yaitu informasi pasar, permodalan, akses
pasar, dan penentuan harga.
2. Pendapatan usahatani bunga mawar di Desa Gunungsari sudah tinggi,
dibandingkan dengan penelitian terdahulu, namun masih dapat terus
ditingkatkan dengan cara meningkatkan hasil produksi dan meminimalkan
penggunaan modal usahatani bunga mawar.
3. Sebaiknya petani menambah informasi yang berhubungan dengan usahatani
bunga mawar, memperluas akses pasar untuk penjualan bunga mawar, serta
meminimalkan penggunaan modal dalam kegiatan usahatani bunga mawar
agar mampu menguasai pasar dan dapat mengontrol harga jual bunga
mawar, sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani didaderah
penelitian.
73
DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga, Anwar. 1992. Ilmu Usaha Tani. Cetakan ke-III. Alumni, Bandung.
Afrengki, D. 2011. Analisis Usahatani dan Efisiensi Pemasaran Bunga Melati
(Jasminum sambac L.). Kota Batu
Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi Tanaman Hias dalam Angka 2011-2012. BPS
Indonesia.
Batubara, Surya Hariyadi. 2011. Analisa Posisi Tawar Petani Kelapa Sawit di
Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai. Skripsi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara. [Online],
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25675. (Diakses pada 11
Agustus 2016)
Balai Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji. 2015. Keadaan Penduduk Desa
Ampeldento. Kecamatan Bumiaji. Kota Batu
Dinas Pertanian Kota Batu. 2012. Total Produksi Tanaman Hias. Kota Batu.
Fletcher, Lehman B. Concept and Importance of Bargaining Power. 1961. Iowa
State University: Ames, Iowa. [Online], http://lib.dr.ia
state.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1008&context=card_reports.
(Diakses pada 24 Mei 2016)
Kadarsan. 1993. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis.
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Moe, Karine S. 2003. Writings on the Economic of Gender. United Kingdom:
Blackwell Publishing Ltd. Halaman 50. [Online], https://books.google.
co.id/books?id=KSgKcXUcC0UC&printsec=frontcover&source=gbs_ge_
summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false. (Diakses pada 24 Mei 2016)
Levins, Richard A. 2002. Collective Bargaining by Farmers: Time for a Fresh
Look. [Online], http://www.choicesmagazine.org/2002-4/2002-4-02.pdf.
(Diakses pada 18 Januari 2016)
Mayamsari dan Mujiburrahmad. 2014. Analisa Posisi Tawar. (Studi Kasus:
Kabupaten Bogor). Bogor: IPB.
Nachrowi. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan: Dilengkapi Teknis Analisis dan Pengolahan Data
dengan SPSS dan EVIEWS. FE UI: Jakarta.
Nur, M. 2011. Analisis Usahatani Bunga Melati. Kota Batu.
74
Parel, C. P, et. al. 1973. Sampling Design and Procedures. PSSC Social Survey.
Quezon City.
Purnawanti, S. 2002. Potensi Pasar Bunga dan Tanaman Hias Rawa Belong. UPT
Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian.Dinas Pertanian dan
Kehutanan DKI. Jakarta. Hlm. 7-8.
Riyanto, Bambang. 2011. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE.
Rukmana, R. 1994a. Mawar. Kanisius. Yogyakarta: PT Raja Grafinfo Persada.
__________.1995b. Usahatani Mawar. Kanisisus. Yogyakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Sa’diyah, Ana Arifatus dan Dyanasari. 2014. Strategi Penguatan Posisi Tawar
Petani Kentang Melalui Penguatan Kelembagaan. Prosiding Seminar
Nasional Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo. [Online],
http://agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/nilai-tambah-
3.pdf. (diakses pada 18 agustus 2016)
Sesbany. 2014. Penguatan Kelembagaan Petani untuk Meningkatkan Posisi Tawar
Petani. STPP Medan
Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. Malang: UB Press.
Siregar, Syofian. 2014. Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Bumi Aksara.
Soekartawi. 1994a. Analisis Usaha Tani. Jakarta: UI–Press.
_________. 2002b. Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
_________. 2005c. Agribisnis Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
__________. 2011d. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani
Kecil. Jakarta: UI-Press.
__________.2014e. Analisis Bunga Potong. Jakarta: UI–Press.
Suharjo, Bambang. 2013. Statistika Terapan Disertai Contoh Aplikasi dengan
SPSS. Yogyakarta; Graha Ilmu.
Sukirno, S. 1994. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Raja Grafindo.
Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.
75