ANALISIS PERILAKU KONSUMEN TERHADAP …/Analisis... · Pada tanggal 12 Juni 2009 ... Seluruh...
Transcript of ANALISIS PERILAKU KONSUMEN TERHADAP …/Analisis... · Pada tanggal 12 Juni 2009 ... Seluruh...
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN
TERHADAP PEMBELIAN IKAN KAKAP MERAH
DI PASAR TRADISIONAL KOTA SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh:
Fransisca Destiana Tunjungsari
NIM. H 0304072
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN
TERHADAP PEMBELIAN IKAN KAKAP MERAH
DI PASAR TRADISIONAL KOTA SURAKARTA
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Fransisca Destiana Tunjungsari
H 0304072
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 12 Juni 2009
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua Anggota I Anggota II
Ir. Sugiharti Mulya H, MP Wiwit Rahayu, SP, MP Ir. Heru Irianto, MM NIP. 131 884 422 NIP. 132 173 134 NIP. 131 976 082
Surakarta, Juni 2009
Mengetahui, Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. H.Suntoro, M.S. NIP. 131 124 609
iii
KATA PENGANTAR
Segala Hormat, Pujian, dan Kemulian hanya bagi Allah Bapa Yang Maha
Kasih, Bapa Yang Maha Besar, yang tidak pernah berhenti melimpahkan berkat
dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penyusunan skripsi ini dapat selesai karena bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Ir. Catur Tunggal Basuki J.P., M.S. selaku Ketua Jurusan/Program
Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Ir. Agustono, M.Si. selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program
Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Pembimbing Akademik
sekaligus Pembimbing Utama yang dengan sabar telah memberikan
bimbingan, dukungan, semangat, kritik, dan masukan yang sangat bermanfaat
bagi penulis.
5. Ibu Wiwit Rahayu, SP. MP selaku Pembimbing Pendamping atas dukungan,
kritik, dan masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Bapak Ir. Heru Irianto, MM selaku Penguji Tamu atas semua masukan, kritik,
dan saran yang bermanfaat bagi penulis.
7. Mbak Ira dan Pak Sam atas semua bantuan administrasi selama ini di Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis.
8. Kepala Kantor Kesbanglinmas Kota Surakarta, Kepala Kantor Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta, Kepala Kantor Pasar Gede, Kepala Kantor
Pasar Nusukan, Kepala Kantor Pasar Kadipolo, dan Kepala Kantor Pasar
Hardjodaksino atas ijin dan bantuannya dalam penelitian ini.
iv
9. Kedua orangtuaku, Papi dan Mami tercinta, yang selalu memberikan kasih
sayang, doa, nasehat dan teguran, semangat, serta dukungan material untuk
penulis. Maturnuwun Pi....Mi....Gusti Yesus Mberkahi.
10. My sista, mba Ncy yang memberikan keceriaan, kasih sayang, doa, support,
kritik, dan saran yang membangun bagi penulis.
11. My zobe, mz Wahyu Setiadi, yang selalu memberikan cinta dan doanya untuk
penulis, yang selalu menjadi tempat berkeluh kesah, dan yang selalu memberi
warna serta keceriaan pada hidup penulis. Luv u zobe....
12. Ibu Marto Suwito, untuk semua doa yang dipanjatkan, untuk semua nasehat
dan dukungan yang membuat penulis mengerti arti kasih sayang yang besar.
Maturnuwun Buk...Gusti Yesus Mberkahi.
13. Sahabat-sahabatku tersayang, “G-Munyet” : Anis, Irma, Lency, dan Arum,
yang telah memberikan persahabatan yang manis dan mengisi hari-hari
indahku selama kuliah. Terima kasih atas support dan persahabatan yang
indah ini. Semoga persahabatan ini terjaga utuh selamanya.
14. mz Fani dan keluarga, mz Iwan, mz Hendi, dan mba Mira yang memberikan
support dan dukungan, serta menemani hari-hari penulis.
15. Keponakan-keponakan kecilku : Nathan, Ezra, Ifo, dan Joshua yang telah
memberikan keceriaan di saat penulis lelah bekerja dan mengerjakan skripsi.
16. Teman-temanku “Solo Female Promotion” : Dewi, Pungky, Christina yang
selalu memberi semangat pada penulis di tengah-tengah promo. Terimakasih
untuk setiap info jobnya. God Bless Us...
17. Seluruh keluarga besar Agrobisnis 2004 Wulan, Inez, Amel, Anggita, Pipit,
Yeni, Putri, Ling&Seng, Uli, Sidiq, Hendrik, Agung, dan semuanya yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaanmya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
Surakarta, Juni 2009
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………. v
DAFFTAR TABEL……………………………………………………….. viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xi
RINGKASAN……………………………………………………………… xii
SUMMARY……………………………………………………………….. xiii
I. PENDAHULUAN………………………………………………….…… 1
A. Latar Belakang………………………………………………….….. 1
B. Perumusan Masalah…………………………………………….…... 4
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………… 5
D. Kegunaan Penelitian………………………………………………… 5
II. LANDASAN TEORI………………………………………………. …. 6
A. Penelitian Terdahulu………………………………………………… 6
B. Tinjauan Pustaka……………………………………………………. 8
1. Komoditi Ikan dan Ikan Kakap Merah………………………….. 8
2. Pemasaran……………………………………………………….. 10
3. Bauran Pemasaran ………………………………………………. 11
4. Perilaku Konsumen……………………………………………… 13
5. Pasar Tradisional………………………………….……………. 14
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah………………………………. 15
D. Pembatasan Masalah ………………………………………………. 17
E. Hipotesis …………………………………………………………… 18
F. Asumsi……………………………………………………………… 18
G. Definisi Operasional Pengukuran Variabel………………………… 18
vi
III. METODOLOGI PENELITIAN……………………………………… 22
A. Metode Dasar Penelitian……………………………………………. 22
B. Metode Pengumpulan Data…………………………………………. 22
1. Metode Penentuan Daerah Penelitian…………………………… 22
2. Metode Penentuan Lokasi Penelitian…………………………… 23
3. Metode Penentuan Sampel Responden…………………………. 25
C. Jenis dan Sumber Data ……………………………………………… 26
D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………. 27
E. Metode Analisis Data……………………………………………….. 27
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN……………………… 30
A. Keadaan Alam...................................................................................... 30
B. Keadaan Penduduk............................................................................... 31
1. Pertumbuhan Penduduk ................................................................. 31
2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.......................... 32
3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian............................. 32
C. Keadaan Sarana Perekonomian............................................................ 33
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………… 38
A. Karakteristik Konsumen …………………………………………….. 38
1. Karakteristik Konsumen Menurut Jenis Kelamin……………….. 38
2. Karakteristik Konsumen Menurut Kelompok Umur…………….. 39
3. Karakteristik Konsumen Menurut Tingkat Pendidikan………….. 40
4. Karakteristik Konsumen Menurut Mata Pencaharian……………. 41
5. Karakteristik Konsumen Menurut Pendapatan Rumah Tangga….. 42
6. Karakteristik Konsumen Menurut Jumlah Anggota Keluarga…… 43
B. Perilaku Beli Konsumen dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Ikan Kakap Merah di Pasar Tradisional Kota Surakarta…………...... 44
1. Jumlah Pembelian Ikan Kakap Merah…………………………… 44
2. Frekuensi Pembelian Ikan Kakap Merah………………………… 45
3. Jarak Pasar Tradisional…………………………………………… 46
vii
C. Preferensi Konsumen dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Ikan Kakap Merah di Pasar Tradisional Kota Surakarta…………….. 47
1. Kandungan Gizi Ikan Kakap Merah.…………………………….. 47
2. Ukuran Ikan Kakap Merah….…………………………………… 48
3. Warna Ikan Kakap Merah……………………………………….. 49
4. Keadaan Mata Ikan Kakap Merah………………………………. 50
5. Kebersihan Sisik Ikan Kakap Merah….………………...……….. 51
D. Hasil Analisis Faktor………………………………………………… 52
E. Pembahasan………………………………………………………….. 60
VI. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………… 67
A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 67
B. Saran…………………………………………………………………. 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Komposisi Kimia Pada Daging Ikan………………………………. 8
2. Perincian 4P dari Marketing Mix ..................................................... 12
3. Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan untuk Ikan Segar di Kota Surakarta 2007...................................................................... 23
4. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang Ikan/Daging/Ayam di Pasar Tradisional di Kota Surakarta............................................................ 24
5. Sampel Pasar Tradisional, Jumlah Pedagang Ikan Kakap Merah, dan Jumlah Responden di Pasar Tradisional............................. 26
6. Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1990-2007............... 31
7. Banyaknya Penduduk Kota Surakarta Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007........................................................................................ 32
8. Banyaknya Penduduk Kota Surakarta Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007........................................................................................ 33
9. Banyaknya Pasar Menurut Jenisnya di Kota Surakarta Tahun 2008……………………………………………………………….. 34
10. Banyaknya Los dan Kios di Pasar Tradisional di Kota Surakarta Tahun 2008………………………………………………………… 35
11. Karakteristik Konsumen Menurut Jenis Kelamin…………………. 38
12. Karakteristik Konsumen Menurut Kelompok Umur……………… 39
13. Karakteristik Konsumen Menurut Tingkat Pendidikan…………… 40
14. Karakteristik Konsumen Menurut Mata Pencaharian…………….. 41
15. Karakteristik Konsumen Menurut Pendapatan Per Kapita ………. 42
16. Karakteristik Konsumen Menurut Jumlah Anggota Keluarga…….. 43
17. Perilaku Beli Konsumen Menurut Jumlah dalam Tiap Kali Pembelian………………………………………………………….. 44
18. Perilaku Beli Konsumen Menurut Frekuensi Pembelian Ikan Kakap Merah dalam Tiap Satu Bulan…………………………….. 45
19. Perilaku Beli Konsumen Menurut Jarak Pasar Tradisional dari Rumah………………………………………………………… 46
20. Preferensi Konsumen Menurut Kandungan Gizi Ikan Kakap Merah……………………………………………………………… 48
ix
21. Kandungan Protein Berbagai Jenis Ikan Segar................................. 48
22. Preferensi Konsumen Menurut Ukuran Ikan Kakap Merah………. 49
23. Preferensi Konsumen Menurut Warna Ikan Kakap Merah……….. 49
24. Preferensi Konsumen Menurut Keadaan Mata Ikan Kakap Merah………………………………………………………..……. 50
25. Preferensi Konsumen Menurut Kebersihan Sisik Ikan Kakap Merah…………………………………………………...………… 51
26. KMO dan Barlett’s Test…………………………………………… 53
27. Hasil Perhitungan Analisis Faktor………………………………… 54
28. KMO dan Barlett’s Test…………………………………………… 54
29. Hasil Perhitungan Lanjutan Analisis Faktor………………………. 55
30. Communalities.................................................................................. 56
31. Angka Eigenvalue dan Proporsi Varians dari Tiap Faktor………… 57
32. Nilai Faktor Loading untuk Tiap-tiap Variabel................................. 59
x
DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah.......................... 17
2. Grafik Scree Plot…………………………………………………. 57
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Identitas Responden Ikan Kakap Merah di Pasar Tradisional Kota Surakarta................................................................................ 71
2 Profil Perilaku Konsumen Ikan Kakap Merah di Pasar Tradisional Kota Surakarta............................................................ 75
3 Preferensi Konsumen Ikan Kakap Merah di Pasar Tradisional Kota Surakarta................................................................................ 79
4 Identifikasi Faktor Dalam Pembelian Ikan Kakap Merah.............. 83
5 Factor Analysis............................................................................... 87
6 Kuesioner........................................................................................ 93
7 Foto-foto Penelitian........................................................................ 97
8 Peta.................................................................................................. 98
xii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang dipertimbangkan
konsumen dalam membeli ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta
dan mengkaji variabel-variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam
keputusan membeli ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta.
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Kota
Surakarta. Lokasi penelitian adalah di pasar tradisional Kota Surakarta. Metode
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah judgement sampling. Sampel
yang diambil berjumlah 100 orang pembeli berdasarkan pada ukuran sampel
untuk analisis faktor, yaitu sedikitnya adalah 4 atau 5 kali jumlah variabel yang
diteliti. Penelitian dilakukan di empat pasar tradisional di Surakarta, dengan
penentuan jumlah responden secara proporsional. Jenis data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui teknik pencatatan,
wawancara, dan observasi. Metode analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis faktor. Analisis faktor adalah suatu analisis yang digunakan
untuk mereduksi, meringkas dari banyak variabel menjadi beberapa faktor. Hasil
analisis faktor menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor yang dipertimbangkan
konsumen dalam membeli ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta.
Ketiga faktor tersebut berdasarkan prioritasnya adalah faktor produk sebesar
29,975%, faktor tempat sebesar 24,404%, dan faktor harga sebesar 10,179%.
Sedangkan variabel-variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam
membeli ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta pada masing-
masing faktor adalah variabel ukuran ikan pada faktor produk, variabel jarak pasar
pada faktor tempat, dan variabel harga ikan pada faktor harga.
Kata Kunci: Perilaku Konsumen, Ikan Kakap Merah, Analisis Faktor
xiii
I. PENDAHULUAN Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris yang padat penduduknya, namun di
sisi lain Indonesia juga dikaruniai sumberdaya alam yang sangat potensial dan
wilayah yang sangat luas, sehingga sudah mampu mencukupi kebutuhan
pangan bagi penduduknya. Kebutuhan akan bahan pangan bagi penduduk
Indonesia dapat diperoleh dari sektor pertanian di dalam negeri maupun dari
luar negeri seperti impor dari negara lain. Sektor pertanian tersebut meliputi
lima sub sektor, yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan
kehutanan.
Perikanan sebagai salah satu sub sektor pertanian mempunyai
kedudukan yang unik dan spesifik dalam Pola Dasar Pembangunan Nasional,
yang perlu mendapat perhatian khusus mengingat dominannya faktor-faktor
geografis, hidrografis, serta jenis flora dan fauna perikanan yang sangat
beragam. Peranan sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama
adalah menghasilkan bahan pangan protein hewani, mendorong pertumbuhan
agroindustri melalui penyediaan bahan baku, meningkatkan devisa melalui
peningkatan ekspor hasil perikanan, menciptakan kesempatan kerja,
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani nelayan, serta menunjang
pembangunan daerah (Dinas Perikanan Surakarta, 2000).
Sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat, pertambahan
penduduk, perbaikan pendidikan serta modernisasi sistem komunikasi dan
transportasi, maka hal ini akan mempercepat terjadinya perubahan-perubahan
dalam susunan menu anggota masyarakat. Terpenuhinya kebutuhan akan
karbohidrat mendorong masyarakat lebih berorientasi kepada menu yang lebih
tinggi nilainya, yaitu protein hewani. Kebutuhan manusia terhadap protein
hewani yang selalu meningkat berkaitan dengan kebutuhan manusia pada gizi
(Soedjana, 1997).
xiv
Kebutuhan akan protein hewani salah satunya dapat diperoleh dari
sumberdaya perikanan laut. Ikan merupakan salah satu sumber makanan yang
sangat dibutuhkan oleh manusia karena banyak mengandung protein hewani.
Jenis ikan yang sering dikonsumsi beraneka ragam jenisnya. Menurut
Junianto (2007) jenis ikan yang dipasarkan dapat digolongkan ke dalam dua
kelompok, yaitu ikan atau hasil perikanan dalam keadaan segar atau sering
disebut ikan segar dan dalam bentuk olahannya. Ikan segar dapat berupa ikan
laut maupun ikan air tawar. Beberapa jenis ikan segar yang sekarang ini ada
dipasaran adalah ikan bandeng, kakap, gurameh, nila, lele, mujaer dan
berbagai jenis ikan lainnya yang masih dalam bentuk segar.
Di Indonesia masih terdapat beberapa jenis ikan demersal, yaitu jenis
ikan yang secara komersial layak untuk diusahakan atau dengan kata lain
menguntungkan. Salah satu jenis ikan demersal yang ada di Indonesia
diantaranya adalah ikan kakap. Ada dua jenis ikan kakap yang dikenal, yaitu
ikan kakap merah atau blood snapper dan ikan kakap putih atau seabass. Jenis
ikan kakap yang sering dikonsumsi masyarakat dan juga sering dijumpai di
pasar ikan adalah jenis kakap merah dari keluarga Lutjandae (Asikin, 1994).
Kakap merah yang nama dagangnya dikenal sebagai Snapper,
Red Snapper maupun Blood Snapper ini, di Indonesia sendiri mempunyai
nama atau penamaan yang berbeda menurut tempat dan daerah, misalnya di
Jawa Tengah dan Jawa Timur kakap merah dikenal dengan nama Kellet,
Darongan, atau Bambangan. Di Madura, ikan ini dikenal dengan nama
Posepa. Sedangkan di Ambon, kakap merah dikenal dengan sebutan Delis,
Sengaru, atau Rae, dan masih banyak lagi istilah yang digunakan sebagai
nama lain kakap merah. Ditinjau dari khasanah kekayaan perbendaharaan
kata, nama yang beragam demikian memang menguntungkan, namun untuk
dunia dagang penamaan yang seragam terkadang sangat diperlukan, terlebih
lagi apabila komoditi yang dimaksud harus dikumpulkan dahulu dari beberapa
daerah di Indonesia sebelum diekspor ke luar negeri (Pardjoko, 2001).
Pengusahaan sumberdaya kakap merah ini, selain untuk memenuhi
konsumsi dan kebutuhan protein masyarakat dalam negeri, juga digunakan
xv
untuk konsumsi luar negeri atau menjadi komoditi ekspor bagi bangsa
Indonesia, hal ini mengingatkan bahwa komoditi ini dapat memenuhi
kebutuhan akan jenis-jenis ikan berdaging putih yang sangat popular pada
beberapa negara, utamanya Eropa, Amerika, Jepang maupun Hongkong.
Sumberdaya ikan kakap merah selain memiliki nilai gizi tinggi guna
memenuhi kebutuhan protein bagi masyarakat Indonesia sendiri, juga mampu
untuk berperan pula dalam menyumbangkan devisa bagi negara.
(Anonim, 2007a)
Tingkat konsumsi jenis ikan segar yang mempunyai rata-rata tinggi
terhadap pengeluaran rumah tangga per bulan di Kota Surakarta adalah
sebagai berikut : ikan lele dengan rata-rata pengeluaran rumah tangga per
bulan Rp 7.084, 66; ikan kakap merah dengan rata-rata pengeluaran rumah
tangga per bulan Rp 4.133, 81; dan ikan bandeng dengan rata-rata pengeluaran
rumah tangga per bulan Rp 3.840, 63 (BPS Kota Surakarta, 2007). Data
tersebut memperlihatkan bahwa ikan kakap merah menempati posisi kedua
tertinggi diantara jenis ikan segar lainnya dalam rata-rata pengeluaran rumah
tangga per bulan, yaitu sebesar Rp 4.133, 81. Hal ini menunjukkan bahwa ikan
kakap merah memiliki porsi yang cukup besar dalam pemenuhan kebutuhan
makanan masyarakat Kota Surakarta
Konsumen biasanya memilih pasar tradisional untuk mendapatkan
ikan kakap merah dalam keadaan segar. Pasar tradisonal memiliki kelebihan
yang tidak dimiliki oleh pasar modern, yaitu adanya interaksi sosial
antara pedagang dan pembeli, produk-produk yang dijual selalu segar,
dan kebanyakan pasar tradisional menampung produk-produk lokal
(Anonim, 2006a).
Kondisi persaingan pasar yang semakin ketat mendorong para
produsen dan pemasar bersaing untuk menyediakan produk sesuai dengan
kebutuhan konsumen dan memasarkan produk yang dihasilkan dengan strategi
pemasaran yang baik. Tujuannya, agar produsen tetap mendapat kepercayaan
dari konsumen dan yang terpenting adalah memberikan kepuasan kepada para
konsumen, sehingga diperlukan analisis perilaku konsumen terhadap
xvi
pembelian ikan kakap merah. Menurut Simamora (2004) perilaku konsumen
sebagai suatu proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktivitas
individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mengatur
barang dan jasa.
Rumusan Masalah
Dalam usaha pemenuhan kebutuhan akan pangan bergizi tinggi,
mendorong semakin banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi makanan
dengan kandungan protein hewani, salah satunya ikan kakap merah. Saat ini
ikan kakap merah bukan lagi menjadi konsumsi yang mahal bagi masyarakat.
Kandungan proteinnya yang tinggi, serta harganya yang terjangkau,
menyebabkan ikan kakap merah banyak digemari masyarakat Kota Surakarta.
Ikan kakap merah merupakan salah satu jenis ikan segar yang banyak
dijual di pasar, baik pasar tradisional maupun pasar modern. Konsumen
biasanya membeli ikan kakap merah di pasar tradisional karena pasar
tradisional biasanya menyediakan produk-produk dengan harga yang
terjangkau serta dalam keadaan yang masih segar, seperti sayuran, daging, dan
ikan.
Dalam usaha pemenuhan kebutuhan ikan kakap merah bagi masyarakat
Kota Surakarta, pemasar tidak hanya dituntut untuk menyajikan produk sesuai
dengan standar mutunya, tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen. Untuk mendapatkan respon yang baik dan memberikan
kepuasan kepada konsumen, penting bagi pemasar untuk mengetahui apa yang
mempengaruhi konsumen ikan kakap merah di Kota Surakarta dalam
keputusan pembeliannya.
Persaingan dalam pemasaran ikan kakap merah yang semakin ketat
menuntut para pedagang untuk menerapkan stategi secara tepat dan efisien,
oleh karena itu, penting bagi pedagang kakap merah untuk mengetahui faktor-
faktor apa saja yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kakap merah.
Setelah mengetahui faktor-faktor tersebut, maka dapat diputuskan bagaimana
strategi pengembangan yang akan dilakukan sehingga konsumen merasa puas
xvii
akan produk yang diberikan, sehingga penting sekali bagi pemasar dalam
menyediakan ikan kakap merah sesuai dengan yang diinginkan konsumen.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa sajakah yang dipertimbangkan konsumen dalam
membeli ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta?
2. Variabel apakah yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam
keputusan membeli ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli
ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta.
2. Mengkaji variabel-variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen
dalam keputusan membeli ikan kakap merah di pasar tradisional Kota
Surakarta.
D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi produsen dan pemasar ikan kakap merah, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan wawasan yang berkaitan dengan perilaku konsumen
dan sebagai dasar pertimbangan untuk penentuan strategi pemasaran ikan
kakap merah di Kota Surakarta.
3. Bagi akademisi dan peminat masalah pemasaran, penelitian ini dapat
memberikan sumber informasi dan referensi yang berkaitan dengan
perilaku konsumen.
xviii
II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu
Penelitian Prasetyawati (2003) mengenai Analisis Perilaku Konsumen
Dalam Membeli Daging Ayam (Kasus Di Pasar Wonokromo dan Pasar
Swalayan Alfa Surabaya), menunjukkan bahwa atribut-atribut yang
dipertimbangkan konsumen dalam membeli daging ayam dikelompokkan
menjadi lima faktor, yaitu : faktor produk, fasilitas, promosi, tempat, dan
harga. Atribut-atribut pada faktor produk adalah kesegaran, ukuran,
kebersihan kulit, warna, ketebalan daging, berat daging, kekenyalan kulit dan
rasa. Faktor fasilitas terdiri dari atribut-atribut yaitu fasilitas pasar,
kenyamanan pasar, kemasan, dan kondisi pasar. Atribut pada faktor promosi
adalah jarak pasar, promosi, keamanan pasar, dan ketersediaan daging. Atribut
pada faktor tempat adalah pelayanan pasar, lokasi pasar, dan kebersihan pasar.
Sedangkan atribut-atribut pada faktor harga adalah potongan harga, harga, dan
kualitas daging.
Penelitian Diana (2008) mengenai Analisis Perilaku Konsumen Dalam
Membeli Ikan Lele Di Pasar Tradisional Kota Surakarta, hasil analisis faktor
menunjukkan bahwa keputusan konsumen dalam membeli ikan lele di pasar
tradisional Kota Surakarta, dipengaruhi oleh tiga faktor bauran pemasaran
secara berurutan, yaitu faktor tempat, produk, dan harga. Faktor 1 (Tempat)
dengan variabelnya yaitu jarak pasar, kenyamanan, pelayanan, kebersihan, dan
keamanan mampu menjelaskan 29,571% varians ke-10 variabel penelitian.
Faktor 2 (Produk) dengan variabelnya yaitu kandungan gizi, ukuran, warna,
dan kebersihan tubuh ikan mampu menjelaskan 15,290% varians ke-10
variabel penelitian. Faktor 3 (Harga) dengan variabel harga ikan mampu
menjelaskan 10,986% varians ke-10 variabel penelitian. Sementara itu, faktor
promosi tidak dipertimbangkan konsumen dalam keputusan membeli ikan lele.
Promosi merupakan komponen yang dipakai untuk memberitahu dan
mempengaruhi pasar. Sedangkan ikan lele sendiri sudah sangat populer dan
dikenal oleh masyarakat Kota Surakarta sehingga promosi tidak
xix
dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan lele di pasar tradisional Kota
Surakarta.
Penelitian Wijayanto (2007) mengenai Analisis Preferensi Konsumen
terhadap Ikan Bandeng Segar di Pasar Tradisional Kota Surakarta, bertujuan
untuk mengetahui atribut ikan bandeng segar yang menjadi preferensi
konsumen di pasar tradisional Kota Surakarta dan mengetahui atribut yang
dipertimbangkan konsumen dalam melakukan pembelian ikan bandeng segar
di pasar tradisional Kota Surakarta. Preferensi konsumen terhadap ikan
bandeng segar di pasar tradisional Kota Surakarta dianalisis dengan metode
analisis Chi Square dan Multiatribut Fishbein. Hasil analisis Chi Square
menunjukkan bahwa ikan bandeng segar yang menjadi preferensi konsumen di
pasar tradisional Kota Surakarta adalah ikan bandeng dengan atribut keadaan
mata yang bersinar cerah/terang dan menonjol, kekenyalan daging ikan elastis,
kebersihan kulit sisik bersih, dan ukuran ikan sedang (3-4 ekor per kilogram).
Sedangkan hasil analisis Multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa atribut
ikan bandeng segar yang dipertimbangkan sampai kurang dipertimbangkan
adalah keadaan mata, kekenyalan daging ikan, kebersihan kulit sisik, dan
ukuran ikan.
Hasil penelitian di atas dijadikan referensi dalam penelitian ini karena
yang menjadi pokok penelitian sama, yaitu variabel-variabel yang
dipertimbangkan konsumen dalam mengambil keputusan membeli suatu
produk, dari yang paling dipertimbangkan sampai yang kurang
dipertimbangkan. Konsumen ikan kakap merah dianggap mempunyai
karakteristik yang hampir sama dengan konsumen ikan lele dan juga ikan
bandeng segar, karena semuanya merupakan produk dari sektor perikanan
yang mengandung sumber protein hewani yang penting bagi tubuh.
Berkaitan dengan pembelian di pasar tradisional, konsumen biasanya
lebih memilih membeli di pasar tradisional karena pasar tradisional
menampung banyak penjual yang mewakili golongan pedagang menengah ke
bawah dan masa operasinya rata-rata dari subuh sampai sore hari, walaupun
ada sebagian pasar tradisional yang beroperasi malam hari. Selain itu, pasar
xx
tradisional juga selalu menyediakan produk-produk dalam keadaan segar,
seperti produk ikan, daging, maupun ayam.
Proses pengambilan keputusan konsumen tersebut dapat dianalisis
sehingga hasilnya dapat membantu para produsen untuk mengetahui perilaku
konsumen dalam membeli suatu produk. Variabel-variabel yang
dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan kakap merah antara lain rasa
ikan, kandungan gizi ikan, ukuran ikan, warna ikan, keadaan mata ikan,
kebersihan sisik, harga ikan, promosi, jarak pasar, kenyamanan pasar,
pelayanan pasar, kebersihan pasar, dan keamanan pasar.
B. Tinjauan Pustaka
1. Komoditi Ikan dan Ikan Kakap Merah
Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung
protein hewani dan sering dikonsumsi masyarakat. Jenis ikan yang sering
dikonsumsi masyarakat beraneka ragam jenisnya. Ikan selain sebagai
sumber protein hewani juga memiliki zat-zat lain yang bisa mencegah
penyakit yang masih sulit untuk diobati yakni kanker (Harli, 2006).
Menurut Alfianto dan Liviawaty (1994), daging ikan mempunyai
komposisi kimia sebagai berikut :
Tabel 1. Komposisi Kimia Pada Daging Ikan
Komposisi Kimia Kadar (%) Air 60 – 84 Protein 20 – 30 Lemak 0,1 - 2,2 Karbohidrat 0 – 1 Vitamin dan mineral 0,5 - 0,9
Sumber: Alfianto dan Liviawaty (1994)
Selain itu, bagi manusia daging ikan mempunyai beberapa fungsi,
yaitu diantaranya : a. Menjadi sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari
b. Membantu pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh
c. Mempertinggi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dan juga memperlancar proses-
proses fisiologi di dalam tubuh
(Afianto dan Liviawaty, 1994).
xxi
Ikan dapat dikatakan mempunyai kesegaran yang maksimal apabila
sifat-sifatnya masih sama dengan ikan hidup. Sifat-sifat tersebut meliputi
baik rupa, bau, cita rasa maupun teksturnya. Cara mengenali ikan yang
masih segar dan yang sudah tidak segar sebenarnya tidak terlalu sulit. Cara
mengenalinya yaitu dengan metode 4M, yaitu melihat, meraba, menekan,
dan mencium. Ikan yang masih segar biasanya memiliki ciri-ciri yaitu
matanya cerah (bersinar terang), selaput mata jernih, dan menonjol. Warna
insang merah tua cemerlang atau sedikit kecoklatan dan tidak ada lendir.
Ikan yang masih segar teksturnya pejal, lentur atau elastis dan jika ditekan
cepat pulih. Sedangkan baunya segar spesifik menurut jenis ikannya atau
sedikit berbau amis yang lembut (Junianto, 2003).
Ikan kakap merah menurut Gufran dan Kordi (1997) mempunyai
klasifikasi sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub-phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub-kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidae
Famili : Lutjandae
Kakap merah adalah salah satu jenis ikan demersal atau secara
komersial layak untuk diusahakan. Jenis ikan ini cukup banyak tertangkap
di perairan Indonesia, biasanya tertangkap di perairan paparan (continental
shelf). Beberapa jenis diantaranya berada pada habitat perairan yang
sedikit berkarang. Bentuk tubuhnya bulat pipih memanjang dengan
mempunyai sirip di bagian punggung. Di bawah perut juga terdapat sirip.
Sebagai ikan penguasa karang, ikan kakap merah dilengkapi dengan gigi
untuk mengkoyak mangsanya. Karakternya dalam menyergap mangsanya,
ikan kakap merah biasanya bersembunyi di balik karang atau rumpon dan
mengambil lokasi tepat di muka arus (Badrudin, 2003).
xxii
Sebagai bahan makanan, ikan kakap merah sangat digemari oleh
masyarakat luas tidak saja di Indonesia, melainkan juga di negara-negara
Asia lainnya, dalam hal in kualitas daging ikan kakap merah sangat
menentukan. Di rumah-rumah makan, terutama yang khusus menyajikan
“sea food” atau “Chinese food”, hidangan ikan kakap merah senantiasa
ditonjolkan sebagai hidangan pilihan dengan berbagai variasi masakan
yang tertera dalam daftar menu, seperti misalnya kakap bakar, kakap asam
manis, kakap masak acar, kakap goreng mentega, kakap ala meunire, dan
masih banyak lagi (Asikin, 1994).
2. Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok
yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Pemasaran
mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifikasi
kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang
hendak diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai, menentukan
cara-cara promosi dan penyaluran/penjualan produk tersebut.
Jadi, kegiatan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang saling
berhubungan sebagai suatu sistem (Dharmmesta dan Handoko, 1997).
Konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap
keinginan dan kebutuhan konsumen, atau berorientasi pada konsumen
(consumer oriented). Hal ini secara azasi berbeda dengan falsafah bisnis
terdahulu yang berorientasi pada produk (product concept) dan penjualan
(sales concept) atau keuangan perusahaan (financial concept). Konsep
pemasaran mengajarkan bahwa kegiatan pemasaran harus dimulai dengan
usaha mengenal dan merumuskan keinginan dan kebutuhan dari
konsumennya (Swastha dan Handoko, 1997).
Konsep pemasaran beranggapan bahwa produk yang dihasilkan
harus berorientasi pada kebutuhan konsumen. Hal ini disebabkan karena
selera dan kebutuhan konsumen terus berubah, maka macam dan kualitas
xxiii
produk perlu ada pembaharuan-pembaharuan. Dalam mendesain konsep
pemasaran, peranan konsumen, masyarakat, dan lingkungan perlu
mendapatkan perhatian khusus. Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan
dalam mendesain konsep pemasaran yaitu : a. Identifikasi keinginan konsumen
b. Identifikasi terhadap produk yang dipasarkan. Hal ini mengandung pengertian bahwa buat apa produk itu
dipasarkan dan bukan sebaliknya membuat produk untuk dijual
c. Identifikasi konsumen dan sekaligus menciptakan serta membina konsumen. Di sinilah faktor dari konsep
pemasaran itu, yaitu tindakan untuk menciptakan dan membina langganan pada semua segmen yang ada.
Oleh karena itu identifikasi konsumen perlu diikuti dengan identifikasi segmen pasar, karena konsumen
pada segmen pasar tertentu akan menentukan macam dan kualitas barang yang akan diminta (Soekartawi,
2002).
3. Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran (marketing mix) adalah susunan yang unik
terhadap empat variabel pemasaran yang pokok (produk, promosi, harga,
dan saluran distribusi) yang dikendalikan oleh sebuah organisasi
pemasaran (Schiffman dan Lazar, 2007).
Menurut Mc Carthy dalam Dharmmesta dan Handoko (1997),
kombinasi aspek-aspek strategi pemasaran, atau lebih dikenal dengan
sebutan 4P dari marketing mix dapat dirinci sebagai berikut :
Tabel 2. Perincian 4P dari Marketing Mix Product (Produk)
Place (Sistem distribusi)
Promotion (Kegiatan promosi)
Price (Harga)
· Kualitas · Feature
and style · Merek · Product
line · Tingkat
pelayanan
· Saluran distribusi
· Jangkauan distribusi
· Lokasi penjualan
· Pengangkutan · Persediaan · Penggudangan
· Periklanan · Personal
selling · Promosi
penjualan · Publisitas
· Tingkat harga · Potongan
harga · Waktu
pembayaran · Syarat
pembayaran · Cadangan
Sumber: Dharmmesta dan Handoko (1997)
xxiv
Mc Carthy (1995), mempopulerkan sebuah klasifikasi atau
penggolongan empat unsur dari alat-alat bauran pemasaran yang kemudian
dikenal 4P, yaitu:
a. Produk (Product), sesuatu yang ditawarkan produsen yang terwujud
atau tidak (jasa) kepada pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
b. Harga (Price), jumlah uang pelanggan yang dibayarkan untuk produk
tertentu.
c. Tempat (Place), berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
membuat produk yang diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sebagai
sasaran, dalam hal ini adalah distribusi produk.
d. Promosi (Promotion), semua kegiatan yang dilakukan perusahaan
untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada
pasar sasarannya seperti iklan, promosi penjualan, hubungan
masyarakat, serta pemasaran langsung dan on line.
Menurut Dharmmesta dan Handoko (1997), untuk mencapai tujuan
pemasaran setiap perusahaan perlu menyusun kebijakan pemasaran yang
tepat sesuai dengan sasaran. Kebijakan pemasaran tidak lepas dari
marketing mix atau bauran pemasaran, terdiri dari empat variabel pokok,
yaitu produk, harga, promosi, dan sistem distribusi.
4. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan
sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk
didalamnya proses pengembangan keputusan pada persiapan dan
penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Ada dua elemen penting dari arti
perilaku konsumen: (1) proses pengambilan keputusan, dan (2) kegiatan
fisik yang semua ini melibatkan individu dalam menilai,
xxv
mendapatkan, dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa ekonomis
(Swastha dan Handoko, 1997).
Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana konsumen
membuat keputusan-keputusan pembelian dan bagaimana mereka
menggunakan dan mengatur pembelian barang atau jasa. Perilaku
konsumen juga menyangkut analisa faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian dan penggunaan produk (Lamb et al, 2001).
Perilaku konsumen bukanlah sekedar mengenai pembelian barang.
Lebih dari itu, perilaku konsumen adalah suatu hal yang dinamis, yang
mencangkup suatu hubungan interaktif antara afektif dan kognitif serta
perilaku dan lingkungan. Perilaku konsumen juga melibatkan pertukaran
antara dua pihak atau lebih, dimana masing-masing pihak memberi dan
menerima sesuatu yang berharga (Simamora, 2003).
Perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan
yang mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh,
menggunakan atau mengatur barang dan jasa. Sehingga dari definisi
tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
a. Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga.
b. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan
sebelum pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai,
mengkonsumsi dan menghabiskan produk.
c. Mengetahui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati
seperti sejumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa
dan bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi. Juga termasuk
variabel-variabel yang tidak dapat diamati, seperti nilai-nilai yang
dimiliki konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana mereka
mengevaluasi alternatif, dan apa yang mereka rasakan tentang
kepemilikan dan penggunaan produk yang bermacam-macam
(Simamora, 2004).
5. Pasar dan Pasar Tradisional
xxvi
Pasar merupakan sarana jual beli berbagai komoditas. Sesuai
dengan perkembangannya terdapat pasar tradisional dan pasar modern.
Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual, dilaksanakan
dengan manajemen tanpa perangkat teknologi modern dan mereka lebih
mewakili golongan pedagang menengah kebawah dan tersebar baik di
kampung-kampung, kota-kota kecil maupun kota-kota besar dengan masa
operasi rata-rata dari subuh sampai siang atau sore hari serta ada sebagian
yang beroperasi malam hari (Anonim, 2006b).
Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang mempunyai
kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan mampu
melibatkan diri dalam suatu pertukaran yang berguna untuk memuaskan
kebutuhan atau keinginan tersebut (Kotler, 1997).
Ada empat poin penting yang menonjol yang menandai
terbentuknya pasar: pertama, ada penjual dan pembeli; kedua, mereka
bertemu di sebuah tempat tertentu; ketiga, terjadi kesepakatan di antara
penjual dan pembeli sehingga terjadi jual beli atau tukar menukar; dan
keempat, antara penjual dan pembeli kedudukannya sederajat. Dalam
sejarah ekonomi, pasar seperti ini disebut sebagai pasar tradisional, yang
masih bertahan, walaupun sulit bersaing di masa modern sekarang ini
(Anonim, 2003).
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan
pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara
langsung, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan
dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan
berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang
elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue
dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di
Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar
memudahkan pembeli untuk mencapai pasar (Anonim, 2007b).
xxvii
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Arti pentingnya kesehatan bagi masyarakat yang semakin meningkat, mengakibatkan terjadinya perubahan konsumsi bahan makanan masyarakat menuju pemenuhan gizi tinggi, yaitu protein hewani. Salah satu caranya adalah dengan mengkonsumsi ikan kakap merah. Ikan kakap merah adalah salah satu jenis ikan segar yang sering dikonsumsi masyarakat, karena saat ini ikan kakap merah bukan lagi menjadi konsumsi yang mahal. Ikan kakap merah mempunyai kandungan protein yang tinggi dan mudah dalam pengolahannya.
Alasan konsumen dalam membeli suatu produk merupakan informasi yang penting bagi seorang pemasar dalam memberikan rangsangan pemasaran kepada konsumen, yang meliputi faktor produk, harga, promosi, dan tempat. Faktor-faktor tersebut merupakan stimulus yang akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses keputusan pembeliannya.
Menurut Hair et al (1998), analisis faktor adalah nama generik dari metode statistik multivariat yang tujuannya adalah untuk mendefinisikan struktur mendasar pada matriks data. Analisis faktor dapat mengidentifikasikan struktur dari hubungan antar variabel-variabel atau responden dengan menguji korelasi antar variabel atau responden.
Analisis faktor yang digunakan memakai data yang berasal dari pendapat responden terhadap variabel-variabel ikan kakap merah. Dalam analisis faktor, variabel-variabel tidak diklasifikasikan sebagai variabel dependen atau independen.
Secara matematis, Maholtra (1993) mengemukakan model dari analisis
faktor adalah sebagai berikut :
Xi = A1F1 + A2F2 + A3F3 + ........+ AimFm+ ViUi
Dimana : Xi = Variabel standar ke-i Aij = Koefisien standarized loading dari variabel ke-i pada fakor umum j F = Faktor umum ViUi = Error M = jumlah faktor m
Faktor umum sendiri dapat digambarkan sebagai kombinasi linier dari variabel yang diteliti, sebagai berikut : Fi = Wi1X1 + Wi2X2 + .........+ WinXn
Dimana :
Fi = Estimasi faktor ke-i
Wi = Bobot atau koefisien skor faktor
Xn = Variabel bauran pemasaran yang diamati
xxviii
Faktor umum merupakan bauran pemasaran (marketing mix), yaitu
faktor produk, faktor harga, faktor promosi dan faktor tempat. Sedangkan
variabel-variabel yang diteliti yaitu rasa ikan (X1), kandungan gizi ikan (X2),
ukuran ikan (X3), warna ikan (X4), keadaan mata ikan (X5), kebersihan sisik
(X6), harga ikan (X7), promosi (X8), jarak pasar (X9), kenyamanan pasar (X10),
pelayanan pasar (X11), kebersihan pasar (X12), dan keamanan pasar (X13).
Dalam metode analisis faktor, untuk menentukan sekelompok variabel
layak sebagai faktor digunakan kriteria berdasarkan eigenvalue yaitu yang
lebih besar dari satu, sedangkan sumbangan masing-masing faktor terhadap
pertimbangan keputusan pembelian dilihat dari nilai total varian masing-
masing faktor. Untuk melihat peran masing-masing variabel dalam suatu
faktor dilihat dari besarnya faktor loading variabel yang bersangkutan
(Hair et al dalam Setyani, 2006).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dibuat skema kerangka pemikiran pendekatan masalah sebagai berikut :
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah
Keterangan :
.......... : diamati akan tetapi tidak dianalisis
: diteliti dan dianalisis
Produsen/Pedagang Ikan kakap merah
Faktor bauran pemasaran 1. Produk
a. Rasa b. Kandungan gizi ikan c. Ukuran ikan d. Warna ikan e. Keadaan mata ikan f. Kebersihan sisik
2. Harga 3. Promosi 4. Tempat
a. Jarak pasar b. Kenyamanan c. Pelayanan d. Kebersihan e. Keamanan
Karakteristik pribadi
Konsumen
Ikan Kakap Merah
Proses Pengambilan Keputusan
Keputusan
Perilaku konsumen dalam membeli ikan
kakap merah
Pengenalan produk
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, politik
xxix
D. Pembatasan Masalah 1. Dalam penelitian analisis perilaku konsumen, yang dikaji adalah perilaku
konsumen dalam membeli ikan kakap merah di pasar tradisional di Kota
Surakarta .
2. Faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan kakap
merah tercakup dalam bauran pemasaran yaitu produk, harga, promosi,
dan tempat.
3. Responden adalah konsumen akhir yaitu konsumen yang membeli ikan
kakap merah untuk dikonsumsi sendiri atau rumah tangga dan pembelian
dilakukan di pasar tradisional Kota Surakarta.
4. Waktu penelitian diadakan pada bulan Nopember 2008.
E. Hipotesis 1. Diduga faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli
ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta adalah faktor produk,
faktor harga, dan faktor tempat.
2. Diduga variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam
membeli ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta adalah
variabel ukuran ikan, variabel harga ikan dan variabel jarak pasar.
F. Asumsi 1. Responden merupakan pengambil keputusan dalam pembelian ikan kakap merah.
2. Keputusan pembelian diambil secara rasional dengan mempertimbangkan dan mengevaluasi berbagai variabel
ikan kakap merah.
G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel 1. Konsumen adalah seseorang yang membeli ikan kakap merah di pasar
tradisional Kota Surakarta untuk dikonsumsi sendiri (sebagai konsumen
akhir). Domisili konsumen tidak terbatas hanya di Surakarta saja.
2. Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam membuat keputusan-keputusan pembelian serta
menggunakan dan mengatur pembelian ikan kakap merah di pasar
tradisional Kota Surakarta.
xxx
3. Ikan kakap merah adalah salah satu jenis ikan kakap yang dijual di pasar
tradisional dan masih dalam keadaan segar.
4. Pasar tradisional merupakan pasar yang biasanya terdiri dari kios-kios
yang dibuka oleh penjual dan kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari
seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur,
daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain.
5. Bauran pemasaran adalah kumpulan dari variabel-variabel pemasaran ikan
kakap merah yang terdiri atas produk, harga, tempat dan promosi yang
dapat dikendalikan pemasar untuk merespon yang diinginkan pasar.
6. Variabel adalah unsur-unsur pada produk, harga, promosi, dan tempat
yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan membeli ikan kakap
merah. Dalam hal ini variabel yang diteliti adalah rasa ikan, kandungan
gizi ikan, ukuran ikan, warna ikan, keadaan mata ikan, kebersihan sisik,
harga ikan, promosi, jarak pasar, kenyamanan pasar, pelayanan pasar,
kebersihan pasar, dan keamanan pasar.
7. Faktor merupakan kumpulan variabel dimana beberapa variabel yang
berkaitan menjelaskan suatu faktor. Faktor dalam penelitian ini adalah
faktor produk, harga, promosi, dan tempat.
8. Analisis faktor adalah analisis yang mencari hubungan interdepensi antar
variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan membeli ikan
kakap merah, sehingga mampu mengidentifikasi faktor yang
menyusunnya.
9. Rasa ikan (X1) adalah kesan konsumen terhadap kepuasan yang didapat
dari rasa ikan kakap merah, meliputi daging ikan yang halus tidak berserat,
tebal, dan gurih.
10. Kandungan gizi (X2) adalah kesan konsumen terhadap kandungan protein
dalam ikan kakap merah.
11. Ukuran ikan (X3) adalah kesan konsumen terhadap penampakan ikan
kakap merah berdasarkan besar kecilnya. Menurut pemasar ikan kakap
merah di pasar tradisional, ukuran ikan kakap merah terdiri dari ukuran
xxxi
besar sebanyak ±1 ekor per Kg, sedang sebanyak 2-3 ekor per Kg, dan
kecil sebanyak ±4 ekor per Kg.
12. Warna ikan (X4) adalah kesan konsumen terhadap warna dari sisik ikan
kakap merah. Warna ikan kakap merah segar yang paling baik adalah
merah cerah agak sedikit kekuningan.
13. Keadaan mata ikan (X5) adalah kesan konsumen terhadap ciri-ciri mata
ikan kakap merah, dimana ciri-ciri mata ikan kakap segar yang baik adalah
mata cerah (bersinar terang), selaput mata jernih, dan menonjol.
14. Kebersihan sisik (X6) adalah kesan konsumen terhadap karakteristik ikan
kakap merah berdasarkan penampakan sisik yang meliputi keadaan sisik
yang utuh atau tidak cacat, dan bebas dari kotoran-kotoran yang
menempel. Keadaan sisik ada dua pilihan, yaitu ikan kakap merah yang
sisiknya masih melekat kuat dan juga ikan kakap merah yang sudah
dibersihkan sisiknya/tanpa sisisk.
15. Harga ikan (X7) adalah kesan konsumen terhadap besarnya uang yang
digunakan untuk membeli ikan kakap merah, yang diukur dengan satuan
rupiah (Rp).
16. Promosi (X8) adalah kesan konsumen terhadap bagian dari sistem
pemasaran yang memberikan informasi kepada konsumen tentang ikan
kakap merah. Promosi hanya berupa informasi dari mulut ke mulut, yaitu
pemasaran ikan kakap merah secara langsung.
17. Jarak pasar (X9) adalah kesan konsumen terhadap jarak yang ditempuh
untuk mencapai pasar tradisional yang menjual ikan kakap merah.
Variabel ini diukur dengan satuan (ukuran) kilometer (Km).
18. Kenyamanan pasar (X10) adalah kesan konsumen terhadap tingkat
kenyamanan yang didapat selama berada di pasar tradisional, meliputi
adanya penataan blok pasar yang baik, adanya kegiatan tawar-menawar,
serta adanya pedagang langganan.
19. Pelayanan pasar (X11) adalah kesan konsumen terhadap pelayanan pasar
tradisional dalam menjual ikan kakap merah. Pelayanan meliputi kejujuran
pedagang dalam menimbang ikan kakap merah, cara pedagang
xxxii
membersihkan ikan kakap merah, serta keramahan dan kesabaran dari
pedagang ikan kakap merah.
20. Kebersihan pasar (X12) adalah kesan konsumen terhadap tingkat
kebersihan yang dirasakan selama berada di pasar yang menjual ikan
kakap merah.
21. Keamanan pasar (X13) adalah kesan konsumen terhadap keamanan yang
diperoleh selama berada di pasar yang menjual ikan kakap merah.
Keamanan meliputi fasilitas tempat parkir yang memadai dan kondisi
pasar yang bebas dari tindak kejahatan, seperti pencopet.
22. Beberapa pengertian penting yang berkaitan dengan analisis faktor :
a. Bartlett test of sphericity adalah uji statistik untuk keseluruhan
signifikansi dari semua korelasi antara matrik korelasi.
b. Matrik korelasi adalah tabel yang menunjukkan saling hubungan
(intercorrelation) diantara semua variabel yang diteliti.
c. Communality adalah jumlah total variasi dari sebuah variabel yang
dijelaskan faktor umum.
d. Eigenvalue adalah jumlah kolom dari kuadrat loading untuk sebuah
faktor yang menunjukkan besarnya varians yang dijelaskan oleh faktor
tersebut.
e. Faktor loading adalah korelasi antara variabel dengan faktor dan
kunci untuk memahami faktor khusus. Kuadrat faktor loading
menggambarkan persentase variasi yang dapat dijelaskan oleh faktor.
f. Matrik faktor adalah tabel yang menggambarkan faktor loading dari
semua variabel pada setiap faktor.
g. Rotasi faktor adalah proses manipulasi atau penyesuaian sudut (axis)
faktor untuk mendapatkan hasil analisis faktor yang mudah dan
pragmatis didalam menginterpretasikannya.
h. Measure of sampling adequacy (MSA) adalah ukuran baik terhadap
keseluruhan korelasi maupun korelasi variabel individu yang
menyatakan kesesuaian dalam penggunaan analisis faktor. Nilai MSA
xxxiii
diatas 0,5 menunjukkan bahwa analisis faktor dapat diterapkan pada
data.
xxxiv
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif
analitis. Metode deskriptif analitis berkaitan dengan pengumpulan data untuk
memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala, juga
menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan status obyek penelitian
pada saat ini, misalnya sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, dan
sebagainya. Metode deskriptif analitis bertujuan menggambarkan secara
sistematik dan akurat fakta dan karateristik populasi atau bidang tertentu
(Wirartha, 2006).
Teknik penelitian yang akan digunakan adalah teknik survey yaitu cara
pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam jangka waktu yang
bersamaan dalam jumlah yang besar dan luas dengan menggunakan alat
pengukuran wawancara berupa kuisioner yang berisi daftar pertanyaan
(Wirartha, 2006).
B. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)
yaitu di Kota Surakarta. Peneliti memilih Kota Surakarta sebagai lokasi
penelitian karena Kota Surakarta merupakan daerah potensial bagi
pemasar untuk memasarkan hasil perikanan terutama ikan segar, dan ikan
kakap merah termasuk di dalamnya.
Kota Surakarta dikatakan sebagai daerah potensial karena
berdasarkan hasil survei biaya hidup tahun 2007, diketahui bahwa rata-rata
pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi ikan kakap merah di Kota
Surakarta menunjukkan angka yang cukup tinggi diantara jenis ikan segar
lain, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3.
xxxv
Tabel 3. Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan Untuk Ikan Segar di Kota Surakarta Tahun 2007
No Jenis Ikan Segar Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan (Rupiah)
1. Lele 7.084, 66 2. Kakap Merah 4.133, 81 3. Bandeng 3.840, 63 4. Udang basah 1.719, 59 5. Cumi-cumi 919, 13 6. Tongkol 859, 87 7. Gurameh 391, 76 8. Kembung/Gembung 308, 54
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta 2007
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa rata-rata pengeluaran rumah
tangga per bulan di Kota Surakarta untuk konsumsi ikan kakap merah
menempati posisi kedua tertinggi diantara jenis ikan segar lainnya, yaitu
sebesar Rp 4.133, 81. Hal ini menunjukkan bahwa ikan kakap merah
memiliki porsi yang cukup besar dalam pemenuhan kebutuhan makanan
masyarakat Kota Surakarta.
2. Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di pasar tradisional karena konsumen
ikan kakap merah berasal dari golongan menengah bawah sampai
golongan menengah atas, mengingat saat ini ikan kakap merah bukan lagi
menjadi konsumsi yang mahal. Hal tersebut berkaitan dengan keadaan
pasar tradisional, dimana konsumennya berasal dari berbagai golongan.
Dinas Pengelolaan Pasar membagi Kota Surakarta menjadi empat wilayah
pasar, pasar-pasar tradisional yang terpilih merupakan pasar dengan
pedagang ikan/daging/ayam yang paling banyak di setiap wilayah pasar
dimana jumlah pedagang ikan, daging, dan ayam dalam suatu pasar telah
dikelompokkan menjadi satu oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta.
Pengelompokkan pasar tradisional menurut Dinas Pengelolaan
Pasar Kota Surakarta disajikan pada Tabel 4.
xxxvi
Tabel 4. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang Ikan/Daging/Ayam di Pasar Tradisional di Kota Surakarta
Wilayah
Nama Pasar
Jumlah pedagang
ikan/daging/ ayam
Jumlah Pedagang
Ikan Kakap Merah
I 1. Pasar Gede 2. Pasar Ngemplak 3. Pasar Rejosari 4. Pasar Jebres 5. Pasar Mojosongo 6. Pasar Mojosongo
Perumnas 7. Pasar Sangkrah 8. Pasar Tunggulsari 9. Pasar Tangul
105 1 9 1 2 2 1 9 5
12
II 1. Pasar Nusukan 2. Pasar Turisari 3. Pasar Bangunharjo 4. Pasar Legi 5. Pasar Joglo
48 34 2 34 3
5
III 1. Pasar Kadipolo 2. Pasar Penumping 3. Pasar Jongke 4. Pasar Sidodadi 5. Pasar Purwosari 6. Pasar Kembang
42 8 10 14 8 8
4
IV 1. Pasar Hardjodaksino
2. Pasar Gading 3. Pasar Kliwon
58
17 10
6
Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta 2007
Empat pasar tradisional yang akan diambil sebagai tempat
penelitian yaitu Pasar Gede dengan 105 pedagang ikan/daging/ayam
dan 12 pedagang ikan kakap merah yang mewakili wilayah Kota Surakarta
bagian Timur, Pasar Nusukan dengan 48 pedagang ikan/daging/ayam
dan 5 pedagang ikan kakap merah yang mewakili wilayah Kota Surakarta
bagian Utara, Pasar Kadipolo dengan 42 pedagang ikan/daging/ayam
dan 4 pedagang ikan kakap merah yang mewakili wilayah Kota Surakarta
bagian Barat, dan Pasar Hardjodaksino dengan 58 pedagang ikan/
xxxvii
daging/ayam dan 6 pedagang ikan kakap merah yang mewakili wilayah
Kota Surakarta bagian Selatan.
3. Metode Penentuan Sampel Responden
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah konsumen yang
membeli ikan kakap merah di lokasi-lokasi yang telah ditentukan. Metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
judgement sampling. Menurut Kinnear dan Taylor (1995), metode
judgement sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan apa yang
dipertimbangkan bahwa unit atau unsur penarikan sampel tersebut akan
dapat membantu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan riset yang
sedang dikerjakan.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 100 orang
responden. Menurut Maholtra (1993), ukuran sampel untuk analisis faktor
adalah sedikitnya empat atau lima kali dari jumlah variabel yang diteliti.
Dimana variabel yang diteliti dalam penelitian ini berjumlah 13, yaitu rasa
ikan (X1), kandungan gizi ikan (X2), ukuran ikan (X3), warna ikan (X4),
keadaan mata ikan (X5), kebersihan sisik ikan (X6), harga ikan (X7),
promosi (X8), jarak pasar (X9), kenyamanan pasar (X10), pelayanan pasar
(X11), kebersihan pasar (X12), dan keamanan pasar (X13).
Berdasarkan jumlah lokasi penelitian yaitu empat pasar tradisional,
maka penentuan responden untuk masing-masing lokasi penelitian diambil
secara proporsional karena banyaknya pedagang ikan kakap merah tidak
sama besar jumlahnya. Diasumsikan bahwa semakin banyak jumlah
pedagang ikan kakap merah di suatu pasar tradisional, maka semakin
tinggi pula jumlah konsumennya, dengan demikian jumlah respondennya
juga lebih banyak.
Penentuan jumlah responden secara proporsional dapat dihitung
menggunakan rumus:
100xN
NkNi =
xxxviii
Keterangan:
Ni : jumlah responden tiap pasar
Nk : jumlah pedagang ikan kakap merah tiap pasar sampel
N : total jumlah pedagang ikan kakap merah pada pasar sampel
100 : jumlah keseluruhan responden yang diamati
Perhitungan dari penerapan rumus di atas digunakan untuk
menentukan jumlah responden tiap pasar tradisional, dan diperoleh hasil
seperti pada Tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5. Sampel Pasar Tradisional, Jumlah Pedagang Ikan Kakap Merah, dan Jumlah Responden di Pasar Tradisional
No. Nama Pasar Jumlah Pedagang Ikan Kakap Merah
(orang)
Jumlah Responden (orang)
1. Pasar Gede 12 44 2. Pasar Nusukan 5 19 3. Pasar Kadipolo 4 15 4. Pasar Harjodaksino 6 22 Total 27 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data Sekunder dari Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta 2007
C. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden
melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner)
yang sudah dipersiapkan. Kuesioner meliputi identitas responden, profil
perilaku konsumen, serta identifikasi faktor dalam keputusan pembelian
konsumen dan preferensi konsumen.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dicatat secara sistematis dan
dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga
yang terkait dengan penelitian ini. Data diperoleh dari Dinas Pengelolaan
Pasar, Badan Pusat Statistik (BPS) dan sumber-sumber lain yang relevan
dengan penelitian ini.
xxxix
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden. Media yang
digunakan peneliti dalam mengambil data primer ini adalah kuisioner.
2. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk melengkapi data yang telah
diperoleh dari wawancara yaitu dengan pengamatan secara langsung pada
obyek yang diteliti.
3. Pencatatan
Pencatatan merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mencatat data yang diperoleh dari segala sumber yang berkaitan dengan
penelitian, baik dari hasil wawancara maupun hasil pengamatan langsung
di lapangan.
E. Metode Analisis Data
1. Analisis Faktor
Analisis faktor adalah suatu analisis yang digunakan untuk
mereduksi, meringkas dari banyak variabel menjadi beberapa faktor.
Analisis faktor yang digunakan memakai data yang berasal dari pendapat
responden terhadap berbagai variabel ikan kakap merah. Analisis faktor
dapat mengidentifikasikan struktur dari hubungan antar variabel-variabel
atau responden-responden dengan menguji korelasi antar variabel atau
responden. Menurut Maholtra (1993), secara matematis model dari analisis
faktor adalah sebagai berikut :
Fi = Wi1X1 + Wi2X2 + .........+ WinXn
Dimana :
Fi = Estimasi faktor ke-i
Wi = Bobot atau koefisien skor faktor
Xn = Variabel bauran pemasaran yang diamati
Variabel bauran pemasaran yang diamati adalah :
xl
X1 : Rasa ikan
X2 : Kandungan gizi ikan
X3 : Ukuran ikan
X4 : Warna ikan
X5 : Keadaan mata ikan
X6 : Kebersihan sisik ikan
X7 : Harga ikan
X8 : Promosi
X9 : Jarak pasar
X10 : Kenyamanan pasar
X11 : Pelayanan pasar
X12 : Kebersihan pasar
X13 : Keamanan pasar
Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala
likert. Menurut Simamora (2002), karena perilaku merupakan variabel
kualitatif, maka pengukurannya memerlukan penyekalaan (scaling) untuk
mengurangi subjektivitas responden. Salah satu skala ini adalah skala
likert, yang juga disebut summated ratings scale dan merupakan teknik
pengukuran sikap yang paling luas digunakan dalam riset pemasaran.
Pertanyaan yang diberikan pada responden adalah pertanyaan tertutup.
Pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling tinggi sampai paling
rendah, misalnya ada lima pilihan jawaban, maka untuk sangat
memuaskan diberi skor 5 sedangkan tidak memuaskan diberi skor 1.
Hair et al dalam Setyani (2006), mengemukakan tahap-tahap
dalam analisis faktor sebagai berikut:
a. Membuat matriks korelasi atas semua variabel
Pada tahap ini untuk memperoleh analisis faktor yang akurat,
semua variabel harus berkorelasi. Uji statistik yang digunakan adalah
Bartlett test of sphericity atau menggunakan Measure of sampling
adequacy (MSA).
xli
b. Mencari dan meringkas variabel menjadi faktor-faktor inti
Prosedur ini dilakukan agar dapat meringkas informasi yang
terkandung dalam variabel-variabel asli secara tepat. Faktor ditetapkan
berdasarkan nilai eigenvalue, yaitu yang bernilai diatas 1. Eigenvalue
menunjukkan varians yang dijelaskan oleh faktor. Dengan ini diketahui
faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan pembelian.
c. Melakukan rotasi untuk penyelesaian akhir
Rotasi faktor diperlukan untuk menyederhanakan matrik faktor
sehingga mudah untuk diinterpretasikan. Variabel dianggap paling
penting jika memiliki loading tertinggi, sedangkan variabel lain dapat
dimasukkan dalam faktor jika memiliki kriteria sigfinikan. Dengan
cara ini diketahui variabel yang terkandung didalam faktor dan
variabel yang paling dipertimbangkan dalam keputusan pembelian.
d. Menguji tingkat signifikan dari factor loading dan menamai faktor
Kriteria signifikan yang ditetapkan adalah sigfinikansi praktis
dimana loading diatas 0,5 adalah signifikan secara praktis. Loading
diatas 0,5 juga menunjukkan instrumen yang digunakan untuk
mengukur variabel valid. Variabel dengan loading tertinggi dianggap
lebih penting dan memiliki kontribusi terbesar untuk menamai faktor.
Penamaan faktor bisa dilakukan dengan melihat variabel-variabel yang
diwakili oleh faktor.
2. Analisis Variabel yang Dominan Dipertimbangkan Konsumen
Untuk mengetahui variabel yang dominan dipertimbangkan
konsumen dalam keputusan membeli ikan kakap merah di pasar tradisional
Kota Surakarta adalah dengan melihat nilai factor loading tertinggi dari
suatu variabel. Cara ini merupakan bagian dari tahapan yang dilakukan
dalam Analisis Faktor. Factor Loading menunjukkan besarnya korelasi
antara suatu variabel dengan faktor, dimana semakian besar nilai factor
loading maka suatu variabel dan faktor tersebut semakin dipertimbangkan
xlii
konsumen dalam keputusannya membeli ikan kakap merah di pasar
tradisional Kota Surakarta.
xliii
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Keadaan Alam
Kota Surakarta atau Kota Solo merupakan salah satu kota besar di
Provinsi Jawa Tengah yang terletak antara 110º 45’ 15” dan 110º 45’35”
Bujur Timur dan antara 7º 36’ dan 7º 56’ Lintang Selatan. Wilayah Kota
Surakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian kurang lebih 92 m di
atas permukaan laut, dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 25,9ºC
sampai dengan 27,9ºC dan kelembaban udaranya berkisar antara 71% sampai
dengan 87%.
Wilayah Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan “Kota Solo”
berbatasan dengan beberapa Kabupaten, yaitu:
Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo
Kota Surakarta memiliki luas wilayah sebesar 44,06 km2.
Secara administratif, wilayah Kota Surakarta terbagi menjadi 5 kecamatan dan
51 kelurahan, yaitu: Kecamatan Banjarsari dengan 13 Kelurahan, Kecamatan
Jebres dengan 11 Kelurahan, Kecamatan Pasar Kliwon dengan 9 Kelurahan,
Kecamatan Serengan dengan 7 Kelurahan, dan Kecamatan Laweyan dengan
11 Kelurahan. Kecamatan Banjarsari merupakan Kecamatan terluas dengan
luas mencapai 33,83% dari luas Kota Surakarta. Sebagian besar lahan di Kota
Surakarta digunakan sebagai tempat pemukiman, yaitu sebesar 61,68%.
Sedangkan kegiatan ekonomi juga menempati tempat yang cukup besar, yaitu
kurang lebih 20% dari luas lahan yang ada di Kota Surakarta
(Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2007).
xliv
Keadaan Penduduk
Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 1990 dan tahun 2000,
juga berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)
tahun 1995 dan hasil Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk
Berkelanjutan (P4B) tahun 2003 dan Data Update P4B tahun 2004, serta
hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2005 dan 2006,
dan 2007, pertumbuhan penduduk Kota Surakarta tahun 1990-2007
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1990-2007
Tahun Jumlah penduduk
(jiwa)
Pertambahan jiwa dari kurun waktu sebelumnya (jiwa)
Pertumbuhan penduduk
(%) 1990 503.827 - - 1995 516.594 12.767 0,51 2000 490.214 -26.830 -1,02 2003 497.234 7.020 0,48 2004 510.711 13.477 2,71 2005 534.540 23.829 4,66 2006 512.898 -21.642 -4,05 2007 515.372 2.474 0,48
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2007 Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2000 pertumbuhan penduduk Kota Surakarta cenderung mengalami penurunan dibandingkan tahun 1995. Pertumbuhan penduduk tahun 2000 mengalami pertumbuhan negatif, yaitu sebesar 1,02%, akan tetapi pada tahun 2003 dan 2004 pertumbuhan penduduk kembali meningkat sebesar 0,48% dan 2,71%. Bahkan pada tahun 2005, pertumbuhan penduduk mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 4,66%. Pada tahun 2006 pertumbuhan penduduk Kota Surakarta kembali mengalami penurunan sebesar 4,05%, namun pada tahun 2007 mengalami peningkatan kembali sebesar 0,48%. Semakin pesat pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan semakin padat dan berkembangnya wilayah sekitar Kota Surakarta sehingga tuntutan
kebutuhan akan pangan juga semakin meningkat, termasuk kebutuhan ikan kakap merah.
Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Menurut data Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2007,
berdasarkan monografi masing-masing kelurahan wilayah Surakarta,
diketahui jumlah penduduk 5 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan
yang disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Banyaknya Penduduk 5 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2007
xlv
Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa)
Tamat Akademi / PT 30.090 Tamat SMU 83.364 Tamat SLTP 77.830 Tamat SD 77.029 Tidak Tamat SD 28.018 Belum Tamat SD 49.199 Tidak sekolah 12.468 Jumlah 357.998
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2007
Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2007, penduduk
Kota Surakarta telah memiliki kesadaran pendidikan yang cukup tinggi.
Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya jumlah penduduk yang tidak
bersekolah. Disamping itu, penduduk yang sudah tamat SD, SLTP, SMU,
dan tamat Akademi/PT jumlahnya lebih banyak daripada penduduk yang
tidak bersekolah.
Tingkat pendidikan penduduk akan mempengaruhi jenis pekerjaan
dan pendapatan penduduk. Dengan adanya perbedaan tingkat pendidikan,
maka akan memberikan keputusan yang berbeda pula dalam melakukan
pembelian, dalam hal ini pembelian ikan kakap merah di Kota Surakarta.
Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Menurut data Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2007,
berdasarkan monografi masing-masing kelurahan wilayah Surakarta,
diketahui jumlah penduduk Kota Surakarta menurut mata pencaharian,
yang dibagi menjadi sepuluh kategori mata pencaharian dan disajikan pada
Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Banyaknya Penduduk Kota Surakarta Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007
Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Petani sendiri 450 Buruh tani 438 Pengusaha 8.752 Buruh Industri 74.655 Buruh bangunan 63.114 Pedagang 32.710
xlvi
Angkutan 15.347 PNS/TNI/POLRI 26.445 Pensiunan 16.974 Lain-lain 162.526 Jumlah 401.411
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2007
Tabel 8 menunjukkan bahwa penduduk Kota Surakarta yang
bekerja di bidang non pertanian lebih banyak daripada penduduk yang
bekerja di bidang pertanian. Hal ini disebabkan karena semakin
berkembangnya Kota Surakarta sehingga lahan untuk pertanian semakin
menyempit dan beralih fungsi menjadi perumahan, pabrik industri, dan
bangunan sarana perekonomian. Kenyataan ini juga ditunjukkan dengan
paling banyaknya jumlah penduduk yang bermata pencaharian di bidang
lain-lain. Jenis pekerjaan akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang
diterima seseorang. Meningkatnya pendapatan akan berpengaruh pada
pola konsumsi yang cenderung lebih memperhatikan nilai gizi dan
kesehatan, salah satunya dengan mengkonsumsi ikan kakap merah yang
mengandung sumber protein hewani.
Keadaan Sarana Perekonomian
Saat ini Kota Surakarta tidak hanya dikenal sebagai kota budaya, akan tetapi juga sebagai daerah perdagangan, industri, dan jasa yang tentunya sangat didukung dengan keberadaan sarana perekonomian yang baik, salah satunya yaitu pasar. Kota Surakarta sampai dengan tahun 2008 mempunyai 63 pasar yang dibedakan menurut jenisnya, disajikan pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Banyaknya Pasar Menurut Jenisnya di Kota Surakarta Tahun 2008
Jenis pasar Jumlah Departement store 1 Pasar swalayan 9 Pusat perbelanjaan 3 Pasar tradisional a. Umum 28 b. Hewan 2 c. Buah 2 d. Sepeda 1 e. Ikan 1 f. Lain-lain 16
xlvii
Jumlah 63
Sumber: Badan Pusat Statistik Surakarta, 2008
Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa jenis pasar yang ada di Kota
Surakarta cukup bervariatif. Meskipun jumlahnya relatif sedikit, namun
keberadaan pasar-pasar tersebut cukup dapat menopang kegiatan
perekonomian di Kota Surakarta. Pada tahun 2005, terjadi penambahan pasar
swalayan di Kota Surakarta, yaitu Luwes Group membuka cabang Luwes
Nusukan, selain itu ada juga penambahan pusat perbelanjaan sebanyak dua
buah, yaitu Solo Grand Mall dan Solo Square. Pada tahun 2008 Luwes Group
kembali membuka cabang, yaitu Luwes Lojiwetan, serta pada pasar tradisional
juga mengalami penambahan pasar baru, yaitu Pasar Ngarsopuro. Adanya
berbagai jenis pasar ini akan memudahkan masyarakat Kota Surakarta untuk
mencari dan memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, termasuk kebutuhan
ikan kakap merah.
Sebagian besar pasar di Kota Surakarta merupakan pasar umum yang
merupakan tempat kegiatan jual beli berbagai macam barang kebutuhan hidup
sehari-hari. Pasar umum di Kota Surakarta kebanyakan masih merupakan
pasar-pasar tradisional. Menurut Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
terdapat 39 pasar tradisional yang dapat dibedakan menurut jenisnya, disajikan
pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Banyaknya Los dan Kios di Pasar Tradisional Kota Surakarta Tahun 2008
Los Kios No Pasar Kelas Luas
Tanah
Isi Kosong Isi Kosong 1 Legi IA 16.640 1450 95 205 0 2 Klewer IA 6.731 135 0 2.069 0 3 Cinderamata IA 0 48 0 41 0 4 Singosaren IB 4.900 30 38 243 0 5 Notoharjo IB 17.276 0 0 989 29 6 Gede IB 5.607 634 30 134 0 7 Nusukan IB 6.531 519 147 87 121 8 Hardjodaksino IB 8.997 863 46 56 24
xlviii
9 Jongke IB 12.200 747 121 97 0 10 Rejosari IIA 2.477 133 27 24 0 11 Turisari IIA 2.750 241 10 36 0 12 Purwosari IIA 1.272 157 32 14 0 13 Sidodadi IIA 1.784 231 23 14 0 14 Ledoksari IIA 494 32 7 20 0 15 Kadipolo IIB 1.496 335 104 7 0 16 Tanggul IIB 2.400 99 43 9 0 17 Depok IIB 4.480 182 3 0 0 18 Kabangan IIB 3.660 64 79 47 0 19 Penumping IIB 1.200 85 27 2 0 20 Ayam IIB 11.220 115 157 0 0 21 Kliwon IIB 2.301 118 49 237 5 22 Jebres IIB 2.484 47 43 17 0 23 Kembang IIB 1.409 80 0 20 14 24 Ayu Balapan IIB 397 0 0 37 0 25 Proliman IIB 818 152 0 0 0 26 Mebel IIB 5.750 67 0 18 0 27 Windujenar IIB 1.530 195 0 0 0 28 Ngemplak IIIA 947 58 2 14 0 29 Mojosongo IIIA 1.190 130 21 0 11 30 Bangunharjo IIIA 1.116 15 29 5 0 31 Sidomulya IIIA 840 58 0 0 0 32 Gading IIIA 2.283 192 3 33 0 33 Sangkrah IIIA 1.122 136 4 4 0 34 Tunggulsari IIIA 740 132 5 19 0 35 Jurug IIIA 540 0 0 36 0 36 Dawung IIIA 800 0 0 0 0 37 Mojosongo Perum IIIB 1.458 75 53 3 0 38 Ngumbul IIIB 482 10 36 11 0 39 Bambu IIIB 450 0 0 0 0 40 Besi IIIB 15.120 309 0 0 0 41 Joglo IIIB 1.005 68 2 29 0
Sumber: Badan Pusat Statistik Surakarta, 2008
Tabel 10 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 pasar tradisional di
Kota Surakarta berjumlah sebanyak 41 pasar, yang terbagi dalam enam kelas
pasar yaitu kelas IA, IB, IIA, IIB, IIIA, dan IIIB. Perbedaan kelas-kelas pasar
ini berkaitan dengan luas pasar, jumlah pedagang atau kios/los pasar, jumlah
pembeli, fasilitas atau pelayanannya, dan jumlah atau macam barang yang
diperdagangkan di pasar tersebut. Pembagian kelas pasar tersebut secara tidak
langsung juga akan berpengaruh pada banyaknya retribusi yang akan
diberikan pasar kepada Dinas Pengelolaan Pasar. Semakin luas wilayah pasar,
xlix
maka jenis barang yang dijual di pasar lebih beragam, dan kebanyakan
pembelinya para pedagang pengecer dari berbagai wilayah di Surakarta
maupun wilayah Karisidenan Surakarta. Maka pasar dengan kriteria tersebut
harus memberikan retribusi dalam jumlah yang juga besar kepada Dinas
Pengelolaan Pasar.
Pasar tradisional merupakan sarana yang penting di Kota Surakarta
karena pasar tradisional menyediakan berbagai macam kebutuhan hidup
sehari-hari. Keberadaaan pasar tradisional akan sangat membantu masyarakat
Kota Surakarta dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk dalam hal
pemenuhan kebutuhan pangan, salah satunya yaitu pemenuhan ikan kakap
merah bagi penduduk Kota Surakarta. Dari seluruh pasar tradisional yang ada
di Kota Surakarta, yang dijadikan sebagai tempat penelitian, yaitu Pasar Gede,
Pasar Nusukan, dan Pasar Hardjodaksino dari kelas IB, dan Pasar Kadipolo
dari kelas IIB. Keempat pasar tradisional tersebut dipilih dengan pertimbangan
bahwa pasar-pasar tersebut memiliki jumlah padagang ikan/daging/ayam
terbanyak diwilayahnya masing-masing sehingga memungkinkan konsumen
ikan kakap merah yang ditemui juga lebih banyak. Konsumen di pasar
tradisional yang beragam mulai dari golongan bawah, golongan menengah,
hingga golongan atas akan memberikan gambaran mengenai perilaku
konsumen ikan kakap merah di Kota Surakarta.
Tersajinya data mengenai keadaan penduduk dan sarana perekonomian
di Kota Surakarta akan dapat membantu dan memudahkan para produsen dan
pemasar dalam menentukan segmentasi pasar, daerah pemasaran, dan strategi
pemasaran yang baik, khususnya dalam memasarkan ikan kakap merah bagi
masyarakat di wilayah Kota Surakarta.
l
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Konsumen
Menurut Swastha dan Handoko (1997), pasar konsumen terdiri dari
seluruh individu-individu dan rumah tangga yang membeli atau membutuhkan
barang dan jasa untuk keperluan pribadi. Konsumen akhir merupakan
individu-individu yang melakukan pembelian untuk memenuhi kebutuhan
pribadinya atau konsumsi rumah tangganya.
Karakteristik konsumen dalam penelitian ini dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian,
pendapatan per bulan, dan jumlah anggota keluarga. Karakteristik responden
tersebut disajikan sebagai berikut:
Karakteristik Konsumen Menurut Jenis Kelamin
Konsumen dalam penelitian ini berjumlah 100 orang, dengan
karakteristik yang dibedakan menurut jenis kelaminnya sebagaimana
disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Karakteristik Konsumen Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Responden (orang) Persentase (%) Perempuan 93 93 Laki-laki 7 7 Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 1
Tabel 11 menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah berjenis
kelamin perempuan, yaitu 93 orang. Hal ini terjadi karena pada umumnya
perempuanlah yang bertanggung jawab dalam mengatur konsumsi rumah
tangga. Kegiatan rumah tangga termasuk didalamnya adalah berbelanja
kebutuhan pangan, terutama ikan kakap merah masih dominan dikerjakan
oleh perempuan. Dengan demikian, perempuan cenderung memiliki peran
yang lebih besar dalam melakukan keputusan pembelian ikan kakap merah
dibandingkan laki-laki karena perempuan lebih sering terlibat langsung
dalam kegiatan pembelian ikan kakap merah.
li
Karakteristik Konsumen Menurut Kelompok Umur
Memahami umur konsumen adalah penting, karena konsumen
yang berbeda umur akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda
(Sumarwan, 2003). Umur konsumen merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui bagaimana faktor umur akan menentukan penilaian yang
diberikan konsumen terhadap ikan kakap merah sebagai obyek penelitian.
Perbedaan umur dapat menimbulkan penilaian yang berbeda terhadap ikan
kakap merah . Jumlah konsumen ikan kakap merah menurut kelompok
umur disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Karakteristik Konsumen Menurut Kelompok Umur
Umur Responden (orang) Persentase (%) 20-29 Tahun 23 23 30-39 Tahun 37 37 40-49 Tahun 25 25 50-59 Tahun 13 13 ≥60 Tahun 2 2
Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 1
Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa responden yang membeli
ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta sebagian besar
berada pada kelompok umur 30-39 tahun, yaitu sebanyak 37 responden.
Menurut Schiffman dan Lazar (2007), kelompok umur 13-19 tahun
tergolong remaja, kelompok umur 20-29 tergolong dewasa mula, dan
kelompok umur 30 tahun ke atas tergolong dewasa lanjut. Hal ini berarti
sebagian besar responden tersebut berada pada kelompok umur dewasa
lanjut. Konsumen dewasa cenderung sudah mampu berpikir rasional dalam
keputusan pembelian ikan kakap merah. Artinya, konsumen tersebut sudah
memiliki pertimbangan tertentu dalam mengambil keputusan pembelian
ikan kakap merah.
Karakteristik responden berdasarkan umur tersebut dapat
membantu produsen atau pemasar dalam mengetahui golongan
umur responden yang terbanyak mengkonsumsi ikan kakap merah.
Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan pasar sasaran
lii
dan strategi dalam memasarkan ikan kakap merah khususnya di pasar
tradisional Kota Surakarta.
Karakteristik Konsumen Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan menentukan seseorang dalam menerima
pengetahuan dan informasi. Konsumen yang memiliki pendidikan yang
lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi (Sumarwan, 2003).
Tabel 13 berikut berisi karakteristik konsumen menurut tingkat
pendidikannya.
Tabel 13. Karakteristik Konsumen Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Responden (orang) Persentase (%) SD 5 5
SMP 8 8 SMA 44 44
DIPLOMA 27 27 S1 14 14 S2 2 2
Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 1
Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan SMA, yaitu sebanyak 44 responden. Sementara itu,
responden yang berpendidikan Diploma sebanyak 27 responden dan S1
sebanyak 14 responden. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen ikan
kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta sudah memiliki
pendidikan yang cukup tinggi.
Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki, maka konsumen
akan semakin mudah dalam menerima dan menyerap informasi dan
pengetahuan yang berkaitan produk yang dikonsumsinya. Semakin banyak
informasi yang diketahui konsumen terhadap nilai gizi ikan kakap merah
yang baik bagi kesehatan, maka akan mempengaruhi konsumen dalam
keputusan membeli ikan kakap merah sebagai menu konsumsinya.
liii
Karakteristik Konsumen Menurut Mata Pencaharian
Jenis pekerjaan konsumen akan mempengaruhi pendapatan yang
mereka terima. Pendapatan tersebut kemudian akan mempengaruhi proses
keputusan dan pola konsumsinya yang selanjutnya akan mempengaruhi
daya beli konsumen terhadap ikan kakap merah. Pada penelitian ini
didapatkan responden dengan beragam latar belakang mata pencaharian
sebagaimana disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Karakteristik Konsumen Menurut Mata Pencaharian
Mata Pencaharian Responden (orang) Persentase (%)
Mahasiswa 2 2 Pegawai Negeri 8 8 Pegawai Swasta 17 17 Wiraswasta 22 22 Ibu Rumah Tangga 51 51
Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 1
Tabel 14 menunjukkan bahwa konsumen ikan kakap merah di
pasar tradisional Kota Surakarta terdiri dari latar belakang pekerjaan yang
beragam. Hal ini disebabkan ikan kakap merah sudah sangat dikenal dan
banyak digemari oleh masyarakat. Konsumen ikan kakap merah yang
paling banyak dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga, yaitu
sebanyak 51 responden. Hal ini disebabkan kegiatan ibu rumah tangga
sehari-hari adalah mengurus rumah tangga sehingga mereka memiliki
waktu yang lebih banyak untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan
mengatur pengeluaran atau kebutuhan keluarga, termasuk diantaranya
berbelanja ikan kakap merah untuk menu makanan dalam keluarga.
Menurut Anggraeny (2006), ibu rumah tangga adalah pekerjaan
yang tidak hanya membutuhkan perangkat kasar berupa tangan, kaki, dan
anggota tubuh lainnya yang diperlukan untuk mencuci, menyetrika, dan
berbenah rumah, tetapi dibutuhkan pula perangkat lunak berupa keahlian
otak dalam mengatur keuangan, mengolah makanan, meredam emosi, serta
beberapa perangkat lunak lainnya yang berhubungan dengan naluri
liv
keibuan berupa kelembutan dan kesabaran untuk mengayomi rumah
tangga.
Karakteristik Konsumen Menurut Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan memiliki peranan penting dalam rumah tangga, sebab
pendapatan akan mempengaruhi keputusan dalam konsumsi rumah tangga.
Besarnya jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli
dari konsumen. Menurut Sumarwan, (2003) daya beli sebuah rumah
tangga bukan hanya ditentukan oleh pendapatan dari satu orang, tetapi dari
seluruh anggota rumah tangga yang bekerja. Dengan demikian, daya beli
dari sebuah rumah tangga akan ditentukan oleh total jumlah pendapatan
dari seluruh anggota rumah tangga tersebut. Pada tabel 15 berikut
disajikan karakteristik konsumen menurut pendapatan rumah tangga.
Tabel 15. Karakteristik Konsumen Menurut Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan Rumah Tangga (Rupiah)
Responden
(orang)
Persentase (%)
500.000 - 999.999 9 9 1.000.000 - 1.999.999 31 31 2.000.000 - 2.999.999 28 28 3.000.000 - 3.999.999 15 15 4.000.000 - 4.999.999 8 8 ≥ 5.000.000 9 9
Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 1
Tabel 15 menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen
mempunyai pendapatan rumah tangga Rp 1.000.000-Rp 1.999.999 yaitu
sebanyak 31 responden. Pendapatan rumah tangga merupakan jumlah
seluruh pendapatan anggota keluarga yang bekerja, jika lebih dari satu
orang yang bekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen ikan
kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta mempunyai tingkat
pendapatan yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat lebih dari 50%
responden memiliki tingkat pendapatan di atas Rp.2.000.000,00. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan memiliki peranan penting
dalam rumah tangga, sebab pendapatan akan mempengaruhi keputusan
lv
dalam konsumsi rumah tangga, dalam hal ini keputusan pembelian ikan
kakap merah.
Karakteristik Konsumen menurut Jumlah Anggota Keluarga
Keluarga adalah lingkungan yang paling dekat dengan konsumen.
Keluarga adalah lingkungan dimana sebagian besar konsumen tinggal dan
berinteraksi dengan anggota-anggota keluarga lainnya (Sumarwan, 2003).
Anggota keluarga akan mempengaruhi konsumen dalam pengambilan
keputusan pembelian ikan kakap merah. Pada Tabel 16 disajikan
karakteristik konsumen ikan kakap merah menurut jumlah anggota rumah
tangga.
Tabel 16. Karakteristik Konsumen Menurut Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah Anggota Keluarga (orang)
Responden (orang)
Persentase (%)
2 8 8 3 30 30 4 34 34 5 17 17 6 5 5 7 4 4 8 2 2
Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 1
Tabel 16 menunjukkan responden ikan kakap merah di pasar
tradisional Kota Surakarta berasal dari keluarga yang terdiri dari suami-
istri dan beberapa anak. Sebagian besar konsumen ikan kakap merah
dalam penelitian ini memiliki anggota keluarga berjumlah 4 orang yaitu
sebanyak 34 responden. Jumlah anggota keluarga konsumen akan
mempengaruhi keputusan pembelian ikan kakap merah dalam keluarga,
terkait dengan jumlah yang akan dibeli. Semakin banyak jumlah anggota
keluarga konsumen, maka kebutuhan ikan kakap merah dalam keluarga
tersebut cenderung semakin besar sehingga konsumen akan membeli ikan
kakap merah dalam jumlah yang lebih besar.
lvi
Perilaku Beli Konsumen dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Ikan Kakap Merah di Pasar Tradisional Kota Surakarta
Menurut Sutisna (2003), alasan perilaku konsumen perlu dipelajari
adalah karena konsumen sebagai titik sentral perhatian pemasaran.
Mempelajari apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen pada saat ini
merupakan hal yang sangat penting. Memahami konsumen akan menuntun
pemasar pada kebijakan pemasaran yang tepat dan efisien.
Perilaku beli konsumen merupakan bagian dari perilaku konsumen
dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Pembelian meliputi
keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli, apakah membeli atau tidak,
kapan membeli, dimana membeli, dan bagaimana cara membayarnya
(Sumarwan, 2003) Dengan demikian perilaku beli merupakan faktor yang
penting dalam menentukan perilaku konsumen.
Perilaku beli konsumen ikan kakap merah di pasar tradisional Kota
Surakarta yang diteliti, meliputi jumlah pembelian ikan kakap merah,
frekuensi pembelian ikan kakap merah, dan jarak pasar tradisional.
Jumlah Pembelian Ikan kakap merah
Informasi mengenai jumlah pembelian yang dilakukan konsumen
terhadap ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta disajikan
pada Tabel 17.
Tabel 17. Perilaku Beli Konsumen Menurut Jumlah dalam Tiap Kali
Pembelian
Jumlah dalam Tiap kali
Pembelian (kg)
Responden (orang)
Persentase (%)
1-2 65 65 3-4 32 32 > 4 3 3
Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 2
lvii
Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di pasar
tradisional Kota Surakarta membeli ikan kakap merah sebanyak
1-2 kilogram dalam tiap kali pembelian, namun tidak sedikit juga
responden yang membeli ikan kakap merah sebanyak 3-4 kilogram tiap
kali pembelian. Pembelian tersebut juga berdasarkan pada keinginan
responden dalam hal memilih ukuran ikan kakap merah. Semakin besar
ukuran ikan kakap merah yang diinginkan, maka jumlah tiap kilogramnya
semakin sedikit. Konsumen yang menginginkan 1 kilogram ikan kakap
merah dengan ukuran kecil, maka akan mendapatkan ±4 ekor ikan kakap
merah, namun konsumen yang menginginkan 1 kilogram ikan kakap
merah dengan ukuran besar, maka hanya akan mendapatkan ±1 ekor ikan
kakap merah. Responden merasa jumlah pembelian tersebut sudah cukup
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, yang rata-rata
beranggotakan tiga sampai empat orang. Hal ini disebabkan responden
membeli ikan kakap merah untuk konsumsi keluarga dan bukan untuk
dijual kembali.
Banyaknya ikan kakap merah yang dibeli konsumen dalam tiap
kali pembelian merupakan informasi bagi pemasar untuk mengetahui
banyaknya ikan kakap merah yang diinginkan konsumen. Hal ini dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemasar dalam menentukan
banyaknya ikan kakap merah yang harus dijual di pasar, sehingga tidak
kekurangan maupun terlalu berlebihan dalam menyediakan stock.
Frekuensi Pembelian Ikan kakap merah
Frekuensi pembelian ikan kakap merah dalam satu bulan yang
dilakukan konsumen di pasar tradisional Kota Surakarta disajikan pada
Tabel 18.
Tabel 18. Perilaku Beli Konsumen menurut Frekuensi Pembelian Ikan
Kakap Merah dalam Satu Bulan
lviii
Frekuensi Pembelian
dalam Satu Bulan (kali)
Responden (orang)
Persentase (%)
1-2 74 74 3-4 25 25 > 5 1 1
Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 2
Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
melakukan pembelian ikan kakap merah sebanyak 1-2 kali dalam satu
bulan. Frekuensi pembelian ini disesuaikan dengan harga ikan kakap
merah, selain itu disesuaikan juga dengan kebutuhan dan kesukaan
keluarga terhadap ikan kakap merah.
Harga ikan kakap merah sebesar Rp 16.000, 00 per kilogram
dirasa tidak mahal oleh responden yang pada umumnya adalah golongan
menengah ke atas. Dibandingkan dengan jenis ikan lain seperti lele
ataupun bandeng segar yang juga banyak peminatnya, ikan kakap merah
memiliki kandungan gizi (protein) yang tinggi, rendah lemak, serta daging
ikan yang tebal dan gurih, sehingga responden sering membeli ikan kakap
merah sebagai variasi menu makanan keluarga.
Konsumen yang tidak terlalu sering membeli ikan kakap merah
dikarenakan mereka menginginkan variasi dalam menu makanannya.
Variasi menu makanan dilakukan untuk menghindari kejenuhan keluarga
terhadap menu makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Akan tetapi, ada
juga konsumen yang sering membeli ikan kakap merah karena ikan kakap
merah merupakan menu favorit keluarganya, sehingga dalam satu bulan
konsumen tersebut bisa membeli ikan kakap merah sebanyak 5 kali atau
lebih.
Jarak Pasar Tradisional
Konsumen ikan kakap merah di Kota Surakarta biasanya membeli
ikan kakap merah di pasar tradisional. Perilaku beli konsumen ikan kakap
lix
merah di pasar tradisional Kota Surakarta menurut jarak pasar tradisional
dari rumah responden disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Perilaku Beli Konsumen Menurut Jarak Pasar Tradisional
dari Rumah
Jarak Pasar Tradisional
dari Rumah (km)
Responden (orang)
Persentase (%)
Dekat ( <2 km) 35 35 Sedang (3-4 km) 51 51 Jauh ( > 5 km) 14 14
Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 2
Tabel 19 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai tempat tinggal yang berjarak sedang (3-4 km) dari pasar
tradisional, yaitu sebanyak 51 responden. Hal ini menunjukkan bahwa
mesikpun dengan jarak yang cukup jauh, konsumen lebih memilih
berbelanja ikan kakap merah di pasar tradisional, karena berbelanja di
pasar tradisional lebih lengkap dibandingkan berbelanja di penjual sayur
keliling atau di warung-warung dekat rumah. Selain itu, alasan responden
membeli ikan kakap merah di pasar tradisional karena harganya terjangkau
dan relatif lebih murah bila dibandingkan dengan pasar modern.
Konsumen juga dapat melakukan tawar menawar dengan penjual sehingga
mereka mendapatkan harga yang sesuai dengan keinginan mereka.
Sebagian besar konsumen sudah memiliki pedagang langganan di pasar,
sehingga konsumen cenderung memilih membeli kebutuhannya pada
pedagang tersebut karena lebih percaya terhadap kualitas barang yang
dijualnya, khususnya dalam membeli ikan kakap merah.
Preferensi Konsumen dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Ikan
kakap merah di Pasar Tradisional Kota Surakarta
lx
Proses pengambilan keputusan konsumen dalam membeli ikan kakap
merah juga dipengaruhi oleh preferensi konsumen terhadap ikan kakap merah.
Preferensi konsumen ikan kakap merah merupakan pilihan suka atau tidak
suka oleh konsumen terhadap ikan kakap merah yang akan dikonsumsi.
Preferensi konsumen dalam membeli ikan kakap merah di pasar tradisional
Kota Surakarta yang diteliti meliputi kandungan gizi, ukuran, warna, keadaan
mata dan kebersihan sisik ikan.
Kandungan Gizi Ikan Kakap Merah
Ikan kakap merah merupakan salah satu jenis ikan yang kandungan
proteinnya tinggi serta tergolong makanan dengan kandungan lemak yang
relatif rendah. Preferensi konsumen dalam pembelian ikan kakap merah di
pasar tradisional Kota Surakarta menurut kandungan gizi yang terdapat
pada ikan kakap merah disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20. Preferensi Konsumen Menurut Kandungan Gizi Ikan Kakap Merah
Kandungan Gizi (Protein) Responden (orang)
Persentase (%)
Protein lebih tinggi 75 75 Protein sama dengan ikan lain 2 2 Lemak lebih rendah 23 23
Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 3
Tabel 20 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
menginginkan mengkonsumsi ikan kakap merah dibandingkan jenis ikan
lain. Menurut Badrudin (2003), berbagai jenis ikan segar mempunyai
kandungan protein dalam daging berbeda-beda, yang dirinci sebagai
berikut :
Tabel 21. Kandungan Protein Berbagai Jenis Ikan Segar
Jenis Ikan Segar Kandungan Protein (%) Udang basah 28-30 Kakap Merah 26-29 Gurameh 26-29 Nila 23-26 Lele 20-25
Sumber : Badrudin (2003)
lxi
Ikan kakap merah mengandung 26-29% kadar protein lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan jenis ikan segar lain seperti nila dan lele.
Selain alasan protein yang tinggi, ikan kakap merah juga banyak disukai
konsumen karena kandungan lemak yang relatif rendah dibandingkan
daging sapi dan daging ayam, sehingga tidak banyak mengandung
kolesterol.
Ukuran Ikan kakap merah
Ikan kakap merah yang dijual di pasar tersedia dengan berbagai
ukuran, yaitu besar yang terdiri dari ±1 ekor per kilogram, sedang yang
terdiri dari 2-3 ekor per kilogram, dan kecil yang terdiri dari ± 4 ekor per
kilogram. Preferensi konsumen menurut ukuran ikan kakap merah
disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22. Preferensi Konsumen Menurut Ukuran Ikan Kakap Merah
Ukuran Responden (orang)
Persentase (%)
Besar (± 1 ekor per kilogram) 18 18 Sedang (2-3 ekor per kilogram) 73 73 Kecil (± 4 ekor per kilogram) 9 9
Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 3
Tabel 22 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyukai
ikan kakap merah yang berukuran sedang (2-3 ekor per kilogram), yaitu
sebanyak 73 responden. Responden lebih menyukai ikan kakap merah
yang berukuran sedang karena ukuran ikan kakap merah tersebut dirasa
sesuai untuk memenuhi konsumsi keluarga responden, yang rata-rata
berjumlah 3-4 orang anggota keluarga. Satu ekor ikan kakap merah dalam
ukuran kecil dan sedang biasanya sudah sesuai untuk memenuhi porsi satu
orang anggota keluarga. Namun ada juga responden yang masih
memotongnya lagi menjadi beberapa bagian seperti pada ikan kakap
merah ukuran besar, sebelum ikan tersebut dimasak.
Warna Ikan Kakap Merah
lxii
Warna ikan kakap merah biasanya juga menjadi pertimbangan
konsumen dalam membeli ikan kakap merah di pasar. Warna ikan kakap
merah yang dijual di pasar tradisional Kota Surakarta, yaitu merah cerah
kekuningan dan merah cerah. Preferensi konsumen menurut warna ikan
kakap merah disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23. Preferensi Konsumen Menurut Warna Ikan Kakap Merah
Warna Responden (orang) Persentase (%)
Merah cerah kekuningan 76 76 Merah cerah 24 24
Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 3
Tabel 23 menunjukkan bahwa responden lebih menyukai ikan
kakap merah yang berwarna merah cerah kekuningan, yaitu sebanyak 76
responden. Sedangkan yang memilih ikan kakap merah dengan warna
merah cerah sebanyak 24 responden. Menrut Badrudin (2003), Ikan kakap
merah anggota famili Lutjandae yang sering tertangkap dan dijumpai di
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) atau pasar ikan pada umumnya mudah
dikenali karena warnanya yaitu merah cerah seperti darah dan agak
kekuningan. Sebagian besar responden menyukai ikan kakap merah yang
berwarna merah cerah kekuningan karena mereka beranggapan bahwa
ikan kakap merah dengan warna tersebut masih segar, walaupun ada juga
sebagian responden yang memilih ikan kakap merah dengan warna merah
cerah tanpa warna kekuningan, karena ketidaktahuan mereka.
Keadaan Mata Ikan Kakap Merah
Ikan dalam kondisi masih segar yang dipasarkan pada umumnya
dapat dilihat dari keadaan matanya, begitu juga dengan ikan kakap merah.
Ciri-ciri mata ikan kakap merah yang masih segar adalah mata cerah
(bersinar terang), selaput mata jernih, dan menonjol (Asikin,1994).
Preferensi konsumen menurut keadaan mata ikan kakap merah disajikan
pada Tabel 24.
lxiii
Tabel 24. Preferensi Konsumen Menurut Keadaan Mata Ikan Kakap Merah
Keadaan Mata Responden (orang)
Persentase (%)
Bersinar cerah dan menonjol 89 89 Bersinar cerah dan datar 5 5 Menonjol dan sedikit bersinar 6 6
Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 3
Tabel 24 menunjukkan bahwa sebanyak 89 % responden sudah
mengetahui ciri-ciri mata ikan kakap merah yang masih segar, oleh karena
itu mereka memilih ikan kakap merah dengan keadaan mata bersinar cerah
dan menonjol. Sedangkan ikan kakap merah dengan keadaan mata sedikit
bersinar dan bola mata tenggelam atau datar kurang disukai responden,
karena mereka ragu apakah ikan kakap merah yang dibeli masih baru dan
segar. Selain itu konsumen juga ragu apakah ikan kakap merah tersebut
telah beberapa hari mengalami pengawetan es, sehingga mempengaruhi
rasa. Variabel keadaan mata merupakan variabel ikan kakap merah yang
paling mudah atau tampak jelas dilihat oleh responden tanpa harus
memegangnya. Hal ini disebabkan ikan kakap merah yang masih segar
kebanyakan menimbulkan bau amis, sehingga responden enggan untuk
memegangnya.
Kebersihan Sisik Ikan Kakap Merah
Kebersihan sisik ikan kakap merah merupakan salah satu variabel
penting yang juga menjadi pertimbangan konsumen dalam keputusan
membeli ikan kakap merah di pasar. Pada dasarnya ada dua pilihan untuk
responden, yaitu ikan kakap merah yang sudah dibersihkan sisiknya dan
ikan kakap merah yang masih terdapat sisik yang melekat. Preferensi
konsumen menurut kebersihan sisik ikan kakap merah disajikan pada
Tabel 25.
Tabel 25. Preferensi Konsumen Menurut Kebersihan Tubuh Ikan Kakap Merah
Kebersihan Sisik Responden Persentase
lxiv
(orang) (%) Masih ada sisik yang melekat, bersih, dan tidak ada cacat
27 27
Sisik sudah dihilangkan, bersih, dan tidak ada cacat
73 73
Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 3
Tabel 25 menunjukkan bahwa sebanyak 73 % responden memilih
ikan kakap merah dengan keadaan sisik sudah dihilangkan, bersih dari
kotoran, dan tidak ada cacat. Hal ini disebabkan sebagian besar responden
tidak ingin repot membersihkan sisik ikan kakap merah di rumah, oleh
karena itu mereka menyuruh pedagang ikan kakap merah untuk
membersihkan sisiknya setelah ditimbang. Mereka menginginkan kualitas
ikan kakap merah yang akan dikonsumsinya dalam keadaan bersih dan
baik, sehingga aman dikonsumsi. Sebanyak 27% responden yang lain
memilih ikan kakap merah yang masih ada sisik yang melekat, namun
tetap bersih dari kotoran, dan tidak ada cacat. Ada dua alasan dari
responden yang memilih untuk membersihkan sisik ikan kakap di rumah.
Pertama, responden tersebut tidak yakin kepada pedagang dalam
membersihkan sisik ikan kakap merah. Mereka yakin bahwa ikan kakap
merah yang akan dikonsumsi benar-benar bersih, apabila mereka
membersihkan sendiri sisik ikan kakap merah tersebut di rumah. Kedua,
sebagian responden tidak memiliki banyak waktu untuk berbelanja,
sehingga menurut mereka terlalu banyak membuang waktu apabila harus
menunggu pedagang ikan kakap merah membersihkan sisik setelah
ditimbang, sehingga mereka memilih untuk membersihkan sisik ikan
kakap merah tersebut di rumah sekaligus mencucinya, dan kemudian
memasaknya, sehingga ikan kakap merah yang disajikan dan dikonsumsi
tetap aman bagi kesehatan.
Hasil Analisis Faktor
Perilaku kosumen dalam membeli ikan kakap merah di pasar
tradisional Kota Surakarta, dianalisis dengan menggunakan metode analisis
lxv
faktor. Analisis faktor dapat mengidentifikasikan variabel-variabel bauran
pemasaran yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan kakap
merah di pasar tradisional Kota Surakarta. Variabel-variabel bauran
pemasaran tersebut selanjutnya akan membentuk faktor-faktor yang
dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan kakap merah di pasar
tradisional Kota Surakarta.
Faktor bauran pemasaran meliputi faktor produk, harga, promosi, dan tempat. Produk pada penelitian ini adalah ikan kakap merah, dimana variabel yang diteliti meliputi rasa ikan, kandungan gizi, ukuran, warna, keadaan mata dan kebersihan sisik ikan kakap merah. Sedangkan variabel pada faktor harga dan promosi, yang diteliti adalah harga ikan kakap merah dan promosi ikan kakap merah. Faktor tempat pada penelitian ini adalah pasar tradisional, variabel yang diteliti meliputi jarak pasar, kenyamanan, pelayanan, kebersihan, dan keamanan. Variabel-variabel tersebut dianalisis menggunakan analisis faktor dengan bantuan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) 15.
Hasil dari analisis faktor akan menunjukkan seberapa besar kontribusi variabel-variabel yang terangkum dalam bauran pemasaran yang dipertimbangkan konsumen dalam mengambil keputusan pembelian ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta. Persyaratan pokok yang harus dipenuhi dalam analisis faktor, yaitu nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) harus diatas 0,5. Hasil penelitian KMO dan Barlett’s Test disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26. KMO dan Barlett’s Test
KMO and Barlett’s Test Hasil Penelitian Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy
0,783
Barlett’s Test of Sphericity 460,353 Df 78 Sig. 0,000
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 5
Kriteria dalam analisis faktor adalah sebagai berikut :
- Jika probabilitas (sig) <0,05, maka variabel dapat dianalisis lebih lanjut.
- Jika probabilitas (sig) >0,05, maka variabel tidak dapat dianalisis lebih
lanjut.
lxvi
Besarnya angka MSA ialah antara 0-1, jika digunakan dalam menentukan
penggabungan variabel ketentuannya sebagai berikut :
- Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan.
- Jika MSA ≥ 0,5, maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dapat
dianalisis lebih lanjut.
- Jika MSA < 0,5, maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak
dapat dianalisis lebih lanjut sehingga variabel tersebut harus dikeluarkan
atau dibuang.
Hasil penelitian pada Tabel 26 menunjukkan bahwa nilai KMO
Measure of Sampling Adequacy sebesar 0,783 dengan signifikansi sebesar
0,000. Nilai MSA sebesar 0,783 berada di atas 0,5 dan signifikansi 0,000 lebih
kecil dari 0,05. Berdasarkan kriteria di atas maka variabel dan data dapat terus
dianalisis lebih lanjut.
Hasil awal penelitian yang menganalisis faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta, disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27. Hasil Perhitungan Analisis Faktor
Variabel-variabel MSA Rasa ikan 0,810 Kandungan Gizi 0,803 Ukuran 0,831 Warna 0,851 Keadaan mata 0,847 Kebersihan sisik 0,751 Harga 0,528 Promosi 0,482 Jarak pasar 0,744 Kenyamanan 0,731 Pelayanan 0,752 Kebersihan 0,759 Keamanan 0,788
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 5
Hasil perhitungan analisis faktor menunjukkan bahwa
variabel-variabel yang mempunyai nilai MSA >0,5 yaitu rasa ikan, kandungan
gizi, ukuran, warna, keadaan mata, kebersihan sisik, harga, jarak pasar,
kenyamanan, pelayanan, kebersihan, dan keamanan. Sedangkan variabel
lxvii
promosi mempunyai nilai MSA <0,5 sehingga harus dikeluarkan dari
perhitungan analisis faktor karena tidak memenuhi persyaratan. Maka
diperlukan analisis ulang untuk analisis lebih lanjut.
Analisis lanjutan yang telah dilakukan mendapatkan hasil yang disajikan pada Tabel 28 berikut.
Tabel 28. KMO dan Barlett’s Test
KMO and Barlett’s Test Hasil Penelitian Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy
0,791
Barlett’s Test of Sphericity 453,701 Df 66 Sig. 0,000
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 5
Hasil analisis lanjutan menunjukkan perubahan nilai KMO Measure of
Sampling Adequacy dari 0,783 menjadi sebesar 0,791. Nilai MSA tersebut
mengalami kenaikan setelah mengeluarkan variabel promosi yang tidak
memenuhi persyaratan, karena nilai MSA kurang dari 0,5.
Dari hasil kedua analisis, maka nilai MSA dapat dibandingkan seperti
pada Tabel 29.
Tabel 29. Hasil Perhitungan Analisis Faktor Lanjutan
Variabel-variabel MSA Awal MSA Lanjut Rasa ikan 0,810 0,819 Kandungan Gizi 0,803 0,812 Ukuran 0,831 0,836 Warna 0,851 0,851 Keadaan mata 0,847 0,846 Kebersihan sisik 0,751 0,770 Harga 0,528 0,547 Jarak pasar 0,744 0,741 Kenyamanan 0,731 0,739 Pelayanan 0,752 0,750 Kebersihan 0,759 0,748 Keamanan 0,788 0,799
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 5
Tabel 29 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dan penurunan nilai
MSA dari beberapa variabel setelah dilakukan analisis lanjutan.
Variabel-variabel yang mengalami peningkatan nilai MSA, yaitu rasa ikan,
kandungan gizi, warna, kebersihan sisik, harga, kenyamanan, dan keamanan.
lxviii
Sedangkan variabel-variabel yang mengalami penurunan nilai MSA, yaitu
keadaan mata, jarak pasar, pelayanan, dan kebersihan. Sementara, variabel
warna bernilai tetap. Dengan demikian, 12 variabel tersebut akan dianalisis
lebih lanjut.
Analisis yang dilakukan selanjutnya adalah Communalities.
Communalities merupakan jumlah total variasi dari sebuah variabel penelitian
yang bisa dijelaskan faktor umum. Dari nilai communalities dapat diketahui
hubungan antara variabel dengan faktor-faktor yang nantinya terbentuk.
Besarnya communality untuk masing-masing variabel yang berbeda-beda
dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Communalities
Variabel-variabel Initial
Extraction
Rasa ikan 1,000 0,626 Kandungan Gizi 1,000 0,639 Ukuran 1,000 0,700 Warna 1,000 0,639 Keadaan mata 1,000 0,638 Kebersihan sisik 1,000 0,610 Harga 1,000 0,693 Jarak pasar 1,000 0,752 Kenyamanan 1,000 0,662 Pelayanan 1,000 0,557 Kebersihan 1,000 0,592 Keamanan 1,000 0,639
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 5
Communalities pada Tabel 30 menunjukkan besarnya communality
untuk masing-masing variabel berbeda-beda. Communality untuk variabel
jarak pasar bernilai 0,752 artinya sekitar 75,2% variabel dari varian jarak pasar
dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Sedangkan communality
untuk variabel pelayanan nilainya 0,557 artinya sekitar 55,7% variabel dari
varian pelayanan dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Hal
tersebut menunjukkan bahwa semakin kecil communality dari sebuah variabel,
lxix
maka semakin lemah hubungan variabel tersebut dengan faktor yang terkait.
Sebaliknya, semakin besar communality sebuah variabel, maka semakin kuat
hubungannya dengan faktor yang terbentuk.
Kriteria suatu faktor dipertimbangkan oleh konsumen dalam keputusan
membeli ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta, dapat
diketahui dengan melihat nilai eigenvalue dari suatu faktor. Faktor yang
dipertimbangkan konsumen dalam keputusan membeli ikan kakap merah
harus memiliki nilai eigenvalue yang lebih besar atau sama dengan satu.
Nilai eigenvalue menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor yang
terbentuk dalam menghitung varians dari variabel-variabel penelitian yang
dianalisis.
Angka Eigenvalue dan Proporsi Varians dari Tiap Faktor disajikan
pada Tabel 31.
Tabel 31. Angka Eigenvalue dan Proporsi Varians dari Tiap Faktor
Faktor Eigenvalue Proporsi Varians 1 3,597 29,975% 2 2,928 24,404% 3 1,222 10,179%
Total 7,747 64,558%
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 5
Tabel 31 menunjukkan bahwa terdapat 3 faktor yang memiliki nilai
eigenvalue di atas satu. Dengan demikian ditemukan 3 faktor yang menjadi
pertimbangkan konsumen dalam keputusan membeli ikan kakap merah di
pasar tradisional Kota Surakarta. Faktor 1 mampu menjelaskan 29,975%
varians ke-12 variabel penelitian. Faktor 2 mampu menjelaskan 24,404%
varians ke-12 variabel penelitian. Faktor 3 mampu menjelaskan 10,179%
varians ke-12 variabel penelitian. Total varians yang mampu dijelaskan ketiga
faktor tersebut adalah 64,558 %. Dengan demikian, penelitian ini mampu
menjelaskan faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli
ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta sebesar 64,558%,
sedangkan sisanya merupakan faktor lain yang tidak tercakup dalam hasil
faktor, yaitu sebesar 35,442%.
lxx
Hasil dari analisis faktor juga menghasilkan grafik scree plot. Scree plot
merupakan grafik yang menggambarkan tentang jumlah faktor yang terbentuk.
Grafik scree plot disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Scree Plot
Grafik di atas menunjukkan bahwa nilai eigenvalue dari komponen
satu ke komponen dua digambarkan dengan garis yang menurun tajam.
Selanjutnya, nilai eigenvalue berangsur-angsur mengalami penurunan dari
komponen dua sampai dengan komponen dua belas. Nilai eigenvalue pada
komponen satu sampai tiga lebih besar dari 1, sedangkan penurunan yang
terjadi setelah komponen ketiga menunjukkan bahwa nilai eigenvalue kurang
dari 1. Dengan demikian, komponen satu sampai tiga merupakan 3 faktor yang
sesuai untuk meringkas ke-12 variabel pada penelitian ini.
Masing-masing faktor yang dihasilkan tersebut merupakan kumpulan
dari variabel-variabel yang merupakan unsur pembentuk faktor tersebut.
Penamaan masing-masing faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam
membeli ikan kakap merah di pasar tradisional didasarkan pada variabel-
variabel yang menyusun faktor tersebut.
Setelah dihasilkan 3 faktor yang sesuai untuk meringkas ke-12 variabel
penelitian, selanjutnya diperoleh tabel component matrix. Tabel 32
menunjukkan distribusi dari 12 variabel penelitian pada 3 faktor yang
terbentuk. Angka-angka yang terdapat pada tabel component matrix adalah
factor loadings yang menunjukkan besarnya korelasi antara suatu variabel
dengan faktor 1, faktor 2, dan faktor 3. Semakin besar nilai factor loadings
Scree Plot
Component Number 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Eigenvalue
4
3
2
1
0
lxxi
suatu variabel dari suatu faktor maka korelasi antara variabel dan faktor
tersebut semakin kuat. Informasi ini digunakan untuk menginterpretasikan
faktor secara subyektif. Proses penentuan faktor dilakukan dengan melihat
perbandingan besarnya korelasi setiap baris, yaitu besar nilai korelasi yang
lebih besar dari 0,5.
Factor loading dari 12 variabel tersebut, selanjutnya dirotasikan
dengan metode varimax, yaitu metode rotasi orthogonal yang
menyederhanakan kolom dari matriks faktor agar hanya didapat satu factor
loading tertinggi untuk tiap-tiap variabel. Nilai factor loading setelah
mengalami rotasi disajikan pada Tabel 32.
Tabel 32. Nilai Factor Loading untuk Tiap-tiap Variabel
Faktor Nama Faktor Variabel yang Terlibat pada Faktor Inti
Factor Loading
1 Produk Ukuran Warna Keadaan mata Kandungan gizi Rasa ikan Kebersihan sisik
0,817 0,774 0,765 0,706 0,693 0,662
2 Tempat Jarak pasar Keamanan Kenyamanan Kebersihan Pelayanan
0,841 0,772 0,735 0,665 0,660
3 Harga Harga ikan kakap merah 0,812
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 5
Tabel 32 menunjukkan bahwa terdapat 3 faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta beserta variabel-variabel yang dikandungnya. Faktor yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian ikan kakap merah adalah faktor yang menempati urutan pertama. Tiga faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan kakap merah di pasar tradisional menurut kepentingannya adalah faktor produk, faktor tempat, dan faktor harga. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis pertama benar. Faktor promosi tidak dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta
lxxii
karena ikan kakap merah sendiri, sudah sangat dikenal oleh masyarakat Surakarta, sehingga penjual ikan kakap merah jarang melakukan promosi dalam pemasarannya.
Selain itu, dari Tabel 32 juga dapat diketahui variabel-variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen ikan kakap merah pada masing-masing faktor. Variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen ikan kakap merah memiliki nilai factor loading yang tertinggi pada masing-masing faktor. Pada faktor produk, variabel yang paling dipertimbangkan konsumen ikan kakap merah adalah variabel ukuran. Pada faktor tempat, variabel yang paling dipertimbangkan konsumen adalah variabel jarak pasar. Sedangkan pada faktor harga, variabel yang paling dipertimbangkan konsumen adalah variabel harga ikan kakap merah.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis perilaku konsumen
diketahui bahwa perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan
pembelian ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta dipengaruhi
oleh berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi profil perilaku beli
konsumen dan preferensi konsumen. Kedua aspek tersebut akan
mempengaruhi faktor-faktor bauran pemasaran. Faktor-faktor tersebut
dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan kakap merah di pasar
tradisional Kota Surakarta.
Perilaku kosumen dalam membeli ikan kakap merah di pasar
tradisional Kota Surakarta dianalisis dengan menggunakan metode analisis
faktor. Analisis faktor adalah analisis yang mencari hubungan interdependensi
antar variabel sehingga mampu mengidentifikasi faktor yang menyusunnya.
Rochaety et al (2007), mengemukakan bahwa dalam analisis faktor tidak
terdapat variabel bebas atau variabel terikat, karena dalam analisis ini tidak
mengklasifikasikan variabel bebas maupun variabel terikat. Manfaat dari
analisis faktor adalah melakukan peringkasan variabel berdasarkan tingkat
keeratan hubungan antar variabel, sehingga akan diperoleh faktor-faktor
dominan yang berpengaruh terhadap variabel lainnya.
Pada penelitian ini, hasil analisis faktor menunjukkan bahwa
keputusan konsumen dalam membeli ikan kakap merah di pasar tradisional
lxxiii
Kota Surakarta, dipengaruhi oleh tiga faktor bauran pemasaran secara
berurutan, yaitu faktor produk, tempat, dan harga. Faktor 1 (Produk) dengan
variabelnya yaitu rasa ikan, kandungan gizi, ukuran, warna, keadaan mata dan
kebersihan sisik ikan mampu menjelaskan 29,975% varians ke-12 variabel
penelitian. Faktor 2 (Tempat) dengan variabelnya yaitu jarak pasar,
kenyamanan, pelayanan, kebersihan, dan keamanan mampu menjelaskan
24,404% varians ke-12 variabel penelitian. Faktor 3 (Harga) dengan variabel
harga ikan mampu menjelaskan 10,179% varians ke-12 variabel penelitian.
Sementara itu, faktor promosi tidak dipertimbangkan konsumen dalam
keputusan membeli ikan kakap merah. Promosi merupakan komponen yang
dipakai untuk memberitahu dan mempengaruhi pasar, sedangkan ikan kakap
merah sendiri sudah sangat populer dan dikenal oleh masyarakat Kota
Surakarta, sehingga promosi tidak dipertimbangkan konsumen dalam membeli
ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta.
Faktor produk merupakan faktor utama yang dipertimbangkan
konsumen dalam keputusan pembelian ikan kakap merah di pasar tradisional
Kota Surakarta. Pada saat konsumen akan membeli suatu produk maka
perhatian konsumen akan tertuju pada variabel yang melekat pada produk
tersebut. Variabel-variabel yang diteliti pada faktor produk adalah rasa ikan,
kandungan gizi, ukuran, warna, keadaan mata, dan kebersihan sisik ikan.
Variabel ukuran merupakan variabel yang dominan dipertimbangkan
konsumen dalam keputusan pembelian ikan kakap merah pada faktor produk.
Berdasarkan hasil penelitian, konsumen lebih menyukai ikan kakap merah
dengan ukuran sedang (2-3 ekor per kilogram). Hal ini disebabkan ikan kakap
merah sedang merupakan ukuran yang paling sesuai untuk porsi konsumsi
keluarga yang rata-rata berjumlah tiga sampai empat orang anggota keluarga.
Ikan kakap merah tersebut bisa disajikan utuh atau dipotong-potong sesuai
selera. Variabel yang juga dipertimbangkan konsumen pada saat membeli ikan
kakap merah yaitu variabel warna. Konsumen lebih menyukai ikan kakap
merah yang berwarna merah cerah kekuningan karena mereka beranggapan
bahwa ikan kakap merah dengan warna tersebut masih baru dan segar.
lxxiv
Variabel ketiga pada faktor produk yang dipertimbangkan konsumen
dalam membeli ikan kakap merah adalah variabel keadaan mata. Sebagian
besar konsumen sudah mengetahui ciri-ciri keadaan mata ikan segar,
khususnya ikan kakap merah. Konsumen pada umumnya menginginkan ikan
kakap merah dengan keadaan mata bersinar cerah dan menonjol. Variabel
keadaan mata merupakan variabel ikan kakap merah yang paling mudah atau
tampak jelas dilihat oleh responden tanpa harus memegangnya. Variabel
kandungan gizi yang terdapat pada ikan kakap merah juga merupakan salah
satu bahan pertimbangan bagi konsumen dalam mengkonsumsi ikan kakap
merah. Konsumen menilai kandungan gizi pada ikan kakap merah yang paling
bermanfaat bagi tubuh adalah protein. Kebanyakan konsumen mengkonsumsi
ikan kakap merah karena ikan kakap merah memiliki kandungan protein
hewani yang tinggi, yang baik untuk perkembangan otak manusia.
Variabel selanjutnya yang dipertimbangkan konsumen adalah variabel
rasa ikan. Konsumen lebih memilih membeli ikan kakap merah karena
menurut mereka rasa ikan kakap merah lebih enak dibandingkan jenis ikan
segar lain seperti ikan lele, nila, gurameh, dan lain sebagainya. Daging ikan
kakap merah yang halus tidak berserat, tebal, gurih, dan lezat membuat
konsumen senang mengkonsumsinya. Variabel terakhir yang dipertimbangkan
konsumen pada faktor produk adalah variabel kebersihan sisik ikan.
Konsumen menginginkan ikan kakap merah yang dibelinya di pasar memiliki
keadaan yang bersih dari kotoran dan tidak cacat. Selain itu, sebagian besar
dari mereka menginginkan ikan kakap merah yang sudah dibersihkan dari
sisiknya. Hal ini disebabkan sebagian besar responden tidak ingin repot
membersihkan sisik ikan kakap merah di rumah, oleh karena itu mereka
menyuruh pedagang ikan kakap merah untuk membersihkan sisiknya setelah
ditimbang. Mereka menginginkan kualitas ikan kakap merah yang akan
dikonsumsinya dalam keadaan bersih dan baik, sehingga aman dikonsumsi
Faktor tempat merupakan faktor yang juga dipertimbangkan
konsumen dalam keputusan pembelian ikan kakap merah di pasar tradisional
Kota Surakarta. Konsumen biasanya membeli ikan kakap merah di pasar
lxxv
tradisional karena pasar tradisional menyediakan kualitas ikan kakap merah
yang masih segar. Variabel-variabel yang diteliti pada faktor tempat, yaitu
jarak pasar, kenyamanan, pelayanan, kebersihan, dan keamanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jarak pasar merupakan
variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan
kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta. Sebagian besar responden
mempunyai tempat tinggal dengan jarak sedang (3-4 km) untuk menuju ke
pasar pasar tradisional. Walaupun tempat tinggal mereka tidak cukup dekat
dengan pasar tradisional, namun mereka lebih memilih berbelanja ikan kakap
merah di sana karena pasar tradisional menjual berbagai jenis ikan segar lebih
lengkap daripada di warung-warung dan penjual sayur keliling. Selain alasan
tersebut, walaupun jarak pasar tradisional tidak dekat dengan tempat tinggal
mereka, namun letak pasar tradisional yang strategis memudahkan konsumen
untuk berbelanja di sana karena dapat dijangkau dengan kendaraan umum atau
kendaraan pribadi.
Konsumen juga mempertimbangkan variabel keamanan pada saat
berbelanja ikan kakap merah di pasar tradisional. Setiap konsumen pasti
menginginkan berbelanja di tempat yang aman, yaitu terdapat fasilitas tempat
parkir yang memadai dan kondisi pasar yang bebas dari tindak kejahatan,
seperti pencopet. Keempat pasar tradisional yang digunakan sebagai tempat
penelitian dapat dikatakan aman, karena dengan bangunan pasar yang baru,
konsumen yang mengendarai kendaraan pribadi mendapatkan fasilitas tempat
parkir yang memadai, selain itu pasar tradisional tersebut juga terdapat
pos-pos keamanan. Dengan demikian, kondisi pasar yang aman akan
memberikan rasa tenang kepada konsumen pada saat berbelanja.
Variabel lain yang juga dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan
kakap merah adalah variabel kenyamanan, karena konsumen sebagian besar
membeli ikan kakap merah bersamaan dengan pembelian barang-barang
kebutuhan yang lain. Merupakan hal yang wajar apabila kenyamanan di
tempat belanja menjadi faktor yang dipertimbangkan konsumen karena tujuan
konsumen yang sebenarnya adalah berbelanja barang kebutuhan yang
lxxvi
bermacam-macam, bukan khusus untuk membeli ikan kakap merah. Kondisi
riil pasar tradisional pada umumnya cenderung penuh sesak oleh konsumen
dan pedagang karena aktivitas mereka, akan tetapi penataan blok pasar yang
baik, yaitu adanya area tersendiri bagi pedagang ikan, daging, dan ayam,
sangat membantu konsumen menemukan pedagang ikan kakap merah dengan
mudah. Konsumen juga merasa nyaman berbelanja di pasar tradisional karena
di sana mereka bisa melakukan tawar menawar harga, selain itu adanya
pedagang langganan yang sudah mereka percaya juga membuat mereka
nyaman berbelanja di pasar tradisional.
Variabel keempat pada faktor tempat adalah variabel kebersihan. Hal
ini menunjukkan bahwa konsumen peduli terhadap kebersihan tempat
berbelanjanya. Konsumen menyukai pasar yang bersih, semakin bersih
lingkungan pasar maka konsumen juga semakin percaya terhadap kualitas
barang-barang yang dijual di pasar tersebut, khususnya ikan kakap merah.
Secara umum, kondisi pasar tradisional di Kota Surakarta yang dijadikan
lokasi penelitian cukup bersih, dimana dari empat pasar tradisional, dua
diantaranya sudah menggunakan lantai keramik. Kondisi kebersihan pada
masing-masing pedagang kakap merah juga cukup baik dimana pengelola
pasar telah mengelompokkan pedagang-pedagang ikan segar, daging, dan
ayam menjadi satu tempat dan memberi tanggung jawab pada masing-masing
pedagang untuk selalu membersihkan lingkungan berdagangnya. Pengelola
pasar juga telah memberikan fasilitas berupa kran air di dekat para pedagang
ikan segar untuk memudahkan mereka membersihkan tempat berdagangnya.
Permasalahan kebersihan pasar secara umum yaitu kurang tanggapnya petugas
kebersihan pasar sehingga kadang terjadi penumpukan sampah yang
mengakibatkan bau yang kurang sedap di pasar. Oleh karena itu, peran
petugas kebersihan, kepedulian para pedagang, serta konsumen itu sendiri
sangat mempengaruhi kebersihan pasar.
Sementara itu, variabel pelayanan menjadi variabel kelima yang
dipertimbangkan konsumen dalam keputusan membeli ikan kakap merah di
pasar tradisional Kota Surakarta. Cara pedagang melayani konsumen dalam
lxxvii
membeli ikan kakap merah akan mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen. Pelayanan tersebut meliputi kejujuran dalam menimbang ikan
kakap merah dan cara pedagang membersihkan ikan kakap merah yang dibeli
konsumen. Selain itu, keramahan dan kesabaran dari pedagang ikan kakap
merah juga merupakan daya tarik yang akan mempengaruhi konsumen dalam
keputusan pembeliannya. Konsumen biasanya menjadikan pedagang yang
memberikan pelayanan terbaik sebagai pedagang langganannya dalam
membeli ikan kakap merah.
Faktor harga merupakan faktor ketiga yang dipertimbangkan
konsumen dalam keputusan pembelian ikan kakap merah di pasar tradisional
Kota Surakarta, dengan variabelnya harga ikan kakap merah itu sendiri.
Meskipun para konsumen yang membeli ikan kakap merah di pasar tradisional
Kota Surakarta sebagian besar dari golongan ekonomi menengah keatas,
namun dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa variabel harga menjadi
pertimbangan dalam pembelian ikan kakap merah. Setiap konsumen pasti
akan mempertimbangkan harga dalam keputusan pembeliannya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ikan kakap merah dikonsumsi oleh berbagai
golongan masyarakat. Meskipun harga ikan kakap merah sebesar
Rp 16.000,00 per kilogram cenderung lebih mahal dibandingkan
harga ikan lele yang juga banyak diminati konsumen, yaitu seharga
Rp 11.000,00- Rp 12.000,00 per kilogram, akan tetapi ikan kakap merah tetap
digemari konsumen karena rasanya yang lebih lezat, dagingnya yang lebih
tebal, dan kandungan proteinnya yang lebih tinggi.
Setelah hasil analisis faktor diketahui, maka selanjutnya dapat
dilakukan pembuktian terhadap hipotesis pada penelitian ini. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam
keputusan pembelian ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta
adalah faktor produk, faktor tempat, dan faktor harga. Hal ini membuktikan
bahwa hipotesis pertama diterima. Sementara itu, faktor promosi tidak dapat
dianalisis lebih lanjut karena nilai MSA dibawah 0,5. Promosi tidak
dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli ikan kakap merah di pasar
lxxviii
tradisional Kota Surakarta karena ikan kakap merah sendiri sudah sangat
dikenal oleh masyarakat. Promosi di sini bukan dengan foto atu gambar
(visual) seperti pada periklanan, namun promosi ikan kakap merah hanya
berupa informasi dari mulut ke mulut, yaitu pembicaraan informal mengenai
ikan kakap merah
Berdasarkan nilai factor loading tertinggi dari analisis faktor, diketahui
variabel-variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam membeli
ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta pada masing-masing
faktor. Pada faktor produk, ukuran merupakan variabel yang paling
dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan kakap merah. Pada faktor
tempat, variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan kakap
merah di pasar tradisional adalah variabel jarak pasar. Sedangkan pada faktor
harga, harga ikan kakap merah merupakan variabel yang dipertimbangkan
konsumen ikan kakap merah. Dengan demikian, hipotesis kedua juga
diterima.
lxxix
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan kakap
merah di pasar tradisional Kota Surakarta secara berurutan adalah faktor
produk sebesar 29,975%, faktor tempat sebesar 24,404%, dan faktor harga
sebesar 10,179%.
Variabel-variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam membeli
ikan kakap merah di pasar tradisional Kota Surakarta pada masing-masing
faktor adalah variabel ukuran pada faktor produk, variabel jarak pasar pada
faktor tempat, dan variabel harga ikan kakap merah pada faktor harga.
Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, antara
lain:
Pada faktor produk, sebaiknya pedagang ikan kakap merah di pasar tradisional
Kota Surakarta menambah jumlah persediaan (stock) ikan kakap merah
ukuran sedang (2-3 ekor per kilogram) karena ukuran ikan ikan kakap
merah tersebut paling banyak diminati konsumen.
Pada faktor tempat, mengingat pedagang ikan, daging, dan ayam yang banyak
dikunjungi konsumen dijadikan dalam satu area/lokasi, hendaknya
pengelola pasar memperluas area tersebut untuk meningkatkan
kenyamanan konsumen. Selain itu kebersihan pasar juga harus tetap
dijaga, misalnya dengan menambah petugas kebersihan serta menghimbau
para pedagang untuk menjaga kebersihan lingkungan berdagang masing-
masing.
lxxx
DAFTAR PUSTAKA
Afianto, Eddy dan Evi Liviawaty. 1994. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Anggraeny, L. 2006. Saya Adalah Ibu Rumah Tangga. http://syahidfam. blogspirit. com/archive/2006/04/27/saya-adalah-ibu-rumah-tangga.html. Diakses tanggal 15 Juni 2008.
Anonim. 2003. Pasar. http://azzamirsan.wordpress.com/2007/11/17/pasar/. Diakses pada tanggal 21 Juni 2007.
. 2006a. http://fair-biz.org/berita.php. Diakses tanggal 5 Juni 2008 .
. 2006b. http://pikiran-rakyat.com/cetak/2006/wacana. Diakses tanggal 5 Juni 2008.
. 2007a. Kakap Merah. http://id.wikipedia.org/wiki/Kakap Merah. Diakses pada tanggal 9 Maret 2008.
. 2007b. Pasar. http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar. Diakses pada tanggal 21 Juni 2008.
Asikin. 1994. Budidaya Ikan Kakap. Penebar Swadaya. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kota Surakarta. 2007. Survey Biaya Hidup Tahun 2007. BPS Jakarta.
_______________________________. 2007. Surakarta dalam Angka 2007. BPS Jakarta.
_______________________________. 2008. Investasi Bangunan Surakarta 2008. BPS Jakarta.
Badrudin. 2003. Kakap Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Dharmmesta, B. S. dan H. Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen. BPFE. Yogyakarta
Diana, Irma. 2008. Analisis Perilaku Konsumen dalam Membeli Ikan Lele di Pasar Tradisional Kota Surakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. 2007. Jumlah Pedagang Daging (Ikan, Ayam, Sapi) di Pasar Tradisional. Surakarta.
Dinas Perikanan Surakarta, 2000. Laporan Pelaksanaan Pembangunan Sub Sektor Perikanan Kota Surakarta Tahun 1999/2000. Surakarta
Gufran, M dan Kordi, K. 1997. Budidaya Ikan Kakap:Biologi dan Teknik. Dahara Prize. Semarang.
lxxxi
Hair, Joseph. F, Rolp.E. Anderson, Ronald. L. Tatham dan William. C. Black. 1998. Multivariate Data Analysis. Fifth Edition. Prentice-Hall International, Inc. New Jersey.
Harli, M. 2006. Makan Ikan Mencegah Kanker. Dalam http: //www.depkes.go.id.
Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
______. 2007. Kiat Memilih Ikan Segar dan Produk Olahannya. Dalam http://www.pikiran-rakyat.com/berita/cetak.
Kinnear, T.C. dan James R. Taylor. 1995. Riset Pemasaran Pendekatan Terpadu Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Erlangga. Jakarta.
Lamb, C.W, Joseph F. H dan Carl, M. 2001. Pemasaran. Penerbit Salemba Empat. Jakarta
Maholtra, N. K. 1993. Marketing Research An Applied Orientation. Second Edition. Prentice-Hall International, Inc. New Jersey.
Mc. Carthy, J. 1995. Marketing Management. Jakarta. Erlangga.
Pardjoko.2001. Ikan Kakap Merah : Sumber Daya Hayati Laut yang Diekspor. http://www.pikiran rakyat.com. Diakses tanggal 9 Maret 2008.
Prasetyawati, A. 2003. Analisis Perilaku Konsumen dalam Membeli Daging Ayam (Kasus di Pasar Wonokromo dan Pasar Swalayan Alfa Surabaya). Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Rochaety, Ety, Ratih Tresnawati, dan H. Abdul Madjid Latief. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS. Penerbit Mitra Wacana Media. Jakarta.
Schiffman, Leon dan Lazar Leslie. 2007. Consumer Behaviour. Seventh Edition. Prentice-Hall International, Inc. New Jersey.
Setyani, Lita.T. 2006. Analisis Perilaku Konsumen dalam Membeli Jeruk Medan di Pasar Modern di Surakarta (Kasus di Hypermart Solo Grand Mall) . Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta
Simamora, B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka. Jakarta.
. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Gramedia Pustaka. Jakarta.
. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka. Jakarta.
Soedjana, Tjeppy D. 1997. Penawaran, Permintaan dan Konsumsi Produk Peternakan di Indonesia. Jurnal Forum Agroekonomi. Vol.1&2. Desember 1997:23.
lxxxii
Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Swastha, B. D. dan T. Hani Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen. BPFE UGM. Yogyakarta.
Wijayanti, E., Masyhuri dan Suratiyah K. 1999. Analisis Konsumsi Pangan Hewani Pada Tingkat Rumah Tangga di Daerah Istimewa Yogyakarta. Agro Ekonomi Volume VI/No 1. UGM Pres. Yogyakarta.
Wijayanto, Arif. 2007. Analisis Preferensi Konsumen terhadap Ikan Bandeng Segar di Pasar Tradisional Kota Surakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Wiratha, Made. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit Andi. Yogyakarta
lxxxiii
Lampiran 1
IDENTITAS RESPONDEN
NO NAMA JENIS KELAMIN UMUR (TH) PENDIDIKAN PEKERJAAN
PENDAPATAN (RUPIAH)
1 Dyah Wulandari Perempuan 27 SMA Ibu Rumah Tangga 1,500,000 2 Ny. Tutik Perempuan 50 D3 Ibu Rumah Tangga 2,000,000 3 Minandar Perempuan 45 S1 PNS 5,000,000 4 Yuni Perempuan 39 SMA Swasta 4,500,000 5 Suparti Perempuan 52 SMP Ibu Rumah Tangga 1,000,000 6 Ismilla Perempuan 23 SMA Ibu Rumah Tangga 2,5007 Ny. Ruri Perempuan 33 D3 Ibu Rumah Tangga 3,800,000 8 Ambar Perempuan 34 D1 Swasta 2,000,000 9 Nonik Perempuan 38 S1 Wiraswasta 9,000,000
10 Astrid Perempuan 27 SMA Ibu Rumah Tangga 4,000,000 11 Ny. Wanto Perempuan 26 S2 PNS 5,000,000 12 Sri Mulyani Perempuan 45 SMA Ibu Rumah Tangga 1,700,000 13 Endah Perempuan 29 D3 Ibu Rumah Tangga 4,000,000 14 Ny. Samsul Perempuan 58 SD Wiraswasta 800,000 15 Sofi Perempuan 25 D3 Ibu Rumah Tangga 2,000,000 16 Anik Perempuan 43 SMA Wiraswasta 2,000,000 17 Yanti Perempuan 46 SMA Wiraswasta 3,000,000 18 Ny. Sarta Perempuan 53 SMP Ibu Rumah Tangga 5,000,000 19 Sinta Perempuan 30 D3 Wiraswasta 3,500,000 20 Puji Perempuan 52 D3 Ibu Rumah Tangga 2,000,000 21 Nana Perempuan 45 S2 Ibu Rumah Tangga 10,000,000 22 Sri Sulastri Perempuan 27 SMA Wiraswasta 2,200,000 23 Ny. Sadyani Perempuan 46 SMP Ibu Rumah Tangga 1,600,000 24 Wahyu Setiadi Laki-laki 36 S1 Swasta 3,250,000 25 Naning Perempuan 35 SMA Wiraswasta 3,750,000 26 Sari Perempuan 57 S1 Ibu Rumah Tangga 4,000,000 27 Widati Perempuan 26 SMA Ibu Rumah Tangga 700,000 28 Titik Perempuan 28 D3 Wiraswasta 2,800,000 29 Satuti Perempuan 47 SMA Wiraswasta 600,000 30 Dwi Rini Perempuan 45 D3 Ibu Rumah Tangga 1,500,000 31 Tariyastri Perempuan 56 S1 PNS 12,500,000 32 Maria Perempuan 23 SMA Mahasiswa 3,000,000 33 Novi Perempuan 29 S1 PNS 1,500,000 34 Endang R. Perempuan 30 SMA Ibu Rumah Tangga 2,000,000 35 Suwarni Perempuan 25 D3 PNS 5,000,000 36 Ndari Perempuan 51 SMP Ibu Rumah Tangga 2,000,000 37 Ny. Sarono Perempuan 63 SMA Swasta 2,000,000 38 Yanti Perempuan 45 SMA Wiraswasta 1,800,000
lxxxiv
39 Rifai Eko Laki-laki 26 D3 Ibu Rumah Tangga 3,000,000 40 Darmini Perempuan 36 SMA Ibu Rumah Tangga 2,000,00041 Ny. Kristanto Perempuan 29 D3 Ibu Rumah Tangga 1,750,000 42 Tami Perempuan 47 SMA Swasta 5,000,000 43 Ny. Aryo Perempuan 33 S1 Ibu Rumah Tangga 4,000,000 44 Indrati Perempuan 28 SMA Wiraswasta 700,000 45 Hesti Perempuan 24 D1 Swasta 2,500,000 46 Yuni Perempuan 32 SMA Wiraswasta 1,500,000 47 Tri Astuti Perempuan 26 D3 Swasta 1,000,000 48 Eni Perempuan 28 SMA Ibu Rumah Tangga 1,200,000 49 Ny. Hastaryo Perempuan 31 D3 Wiraswasta 900,000 50 Karni Perempuan 50 S1 Ibu Rumah Tangga 2,500,000 51 Arum Perempuan 21 SMA Mahasiswa 3,000,000 52 Fanny Perempuan 26 D3 Ibu Rumah Tangga 1,500,000 53 Kasno Laki-laki 47 S1 Swasta 3,000,000 54 Ari Dwi Perempuan 49 SD Ibu Rumah Tangga 1,000,000 55 Wanti Perempuan 35 SMA Swasta 800,000 56 Sri Sunarsi Perempuan 48 SMP Ibu Rumah Tangga 2,000,000 57 Endang Perempuan 51 SMA Ibu Rumah Tangga 3,500,000 58 Rani Perempuan 47 SMA Ibu Rumah Tangga 3,000,000 59 Ny.Burhan Perempuan 50 SMA Wiraswasta 1.500,000 60 Sumiati Perempuan 26 S1 Swasta 4,000,000 61 Lilyana Perempuan 30 SMA Swasta 1,000,000 62 Eli Perempuan 39 SMA Ibu Rumah Tangga 2,000,000 63 Warti Perempuan 39 S1 PNS 2,000,000 64 Ny. Budi Perempuan 38 SMA Wiraswasta 1,500,000 65 Rini Perempuan 49 D3 Swasta 2,000,000 66 Ny. Prakoso Perempuan 30 SMA Ibu Rumah Tangga 1,000,000 67 Ny. Erwin Perempuan 29 SMA Ibu Rumah Tangga 1,600,000 68 Nina Perempuan 37 SMA Ibu Rumah Tangga 2,600,000 69 Dewi Perempuan 46 SMA Swasta 1,900,000 70 RatnaWulandari Perempuan 27 SMP Ibu Rumah Tangga 3,000,000 71 Muji Rahayu Perempuan 49 SMA Ibu Rumah Tangga 600,00072 Ny. Sumarno Perempuan 52 D3 Ibu Rumah Tangga 5,000,000 73 Ny. Slamet Perempuan 36 SMA Wiraswasta 4,000,000 74 Ny. Sarjinem Perempuan 61 SD Ibu Rumah Tangga 3,000,000 75 Daryani Perempuan 46 SMA Wiraswasta 2,850,000 76 Hartini Perempuan 32 D1 Wiraswasta 1,000,000 77 Lina Perempuan 27 D3 Ibu Rumah Tangga 1,700,000 78 Ary Perempuan 47 SMA Wiraswasta 1,750,000 79 Ny. Wahyu Perempuan 39 SMA Ibu Rumah Tangga 800,000 80 Tatik Perempuan 36 SMA Ibu Rumah Tangga 1,500,000 81 Fitri Perempuan 52 SD Swasta 1,700,000 82 Ana Perempuan 28 D3 Ibu Rumah Tangga 2,600,000 83 Ruswanti Perempuan 31 SMA Ibu Rumah Tangga 2,500,000
lxxxv
84 Ny. Sri Perempuan 38 D1 Swasta 1,800,000 85 Lestari Perempuan 47 SMP Ibu Rumah Tangga 2,750,000 86 Maryati Perempuan 33 S1 PNS 1,500,000 87 Suyoto Laki-laki 47 D3 Wiraswasta 1,000,000 88 Ny. Bambang Perempuan 37 SMA Ibu Rumah Tangga 2,500,000 89 Nita Perempuan 31 D3 Swasta 1,000,000 90 Santi Perempuan 50 SMP Ibu Rumah Tangga 1,500,000 91 Mahmudah Perempuan 38 SMA Wiraswasta 2,600,000 92 Ny. Gunawan Perempuan 39 SMA Ibu Rumah Tangga 1,700,000 93 Winingsih Perempuan 26 S1 PNS 3,000,000 94 Heru Laki-laki 35 D3 Ibu Rumah Tangga 2,700,000 95 Yuli Perempuan 44 SMA Ibu Rumah Tangga 2,900,000 96 Ny. Sarno Perempuan 36 D3 Ibu Rumah Tangga 1,500,000 97 Aries Laki-laki 26 S1 Wiraswasta 4,000,000 98 Rahayu Perempuan 52 SD Ibu Rumah Tangga 2.000,000 99 Subandi Laki-laki 46 D3 Swasta 800,000 100 Ny. Ida Perempuan 33 SMA Ibu Rumah Tangga 3,000,000
lxxxvi
Lampiran 2
PROFIL PERILAKU KONSUMEN
No JUMLAH DALAM TIAP KALI
PEMBELIAN (KG) JUMLAH PEMBELIAN
DALAM 1 BULAN (KALI) JARAK PASAR TRADISIONAL
1 1 sampai 2 1 sampai 2 2 1 sampai 2 1 sampai 2 3 3 sampai 4 1 sampai 2 4 1 sampai 2 1 sampai 2 5 1 sampai 2 1 sampai 2 6 1 sampai 2 3 sampai 4 7 3 sampai 4 1 sampai 2 8 1 sampai 2 3 sampai 4 9 lebih dari 4 1 sampai 2
10 1 sampai 2 1 sampai 2 11 3 sampai 4 1 sampai 2 12 1 sampai 2 3 sampai 4 13 3 sampai 4 1 sampai 2 14 1 sampai 2 1 sampai 2 15 3 sampai 4 1 sampai 2 16 1 sampai 2 1 sampai 2 17 1 sampai 2 3 sampai 4 18 1 sampai 2 1 sampai 2 19 3 sampai 4 1 sampai 2 20 1 sampai 2 1 sampai 2 21 lebih dari 4 1 sampai 2 22 1 sampai 2 3 sampai 4 23 1 sampai 2 1 sampai 2 24 3 sampai 4 1 sampai 2 25 1 sampai 2 1 sampai 2 26 3 sampai 4 1 sampai 2 27 1 sampai 2 3 sampai 4 28 1 sampai 2 1 sampai 2 29 1 sampai 2 1 sampai 2 30 1 sampai 2 3 sampai 4 31 lebih dari 4 1 sampai 2 32 3 sampai 4 1 sampai 2 33 1 sampai 2 1 sampai 2 34 1 sampai 2 1 sampai 2 35 3 sampai 4 1 sampai 2 36 1 sampai 2 3 sampai 4 37 1 sampai 2 1 sampai 2
lxxxvii
38 1 sampai 2 1 sampai 2 39 1 sampai 2 3 sampai 4 40 1 sampai 2 3 sampai 4 41 3 sampai 4 1 sampai 2 42 3 sampai 4 1 sampai 2 43 3 sampai 4 1 sampai 2 44 1 sampai 2 3 sampai 4 45 3 sampai 4 1 sampai 2 46 1 sampai 2 1 sampai 2 47 1 sampai 2 3 sampai 4 48 1 sampai 2 1 sampai 2 49 1 sampai 2 3 sampai 4 50 1 sampai 2 3 sampai 4 51 3 sampai 4 1 sampai 2 52 3 sampai 4 1 sampai 2 53 3 sampai 4 1 sampai 2 54 1 sampai 2 1 sampai 2 55 1 sampai 2 1 sampai 2 56 1 sampai 2 1 sampai 2 57 3 sampai 4 1 sampai 2 58 3 sampai 4 1 sampai 2 59 1 sampai 2 3 sampai 4 60 3 sampai 4 1 sampai 2 61 1 sampai 2 1 sampai 2 62 1 sampai 2 3 sampai 4 63 3 sampai 4 1 sampai 2 64 1 sampai 2 1 sampai 2 65 3 sampai 4 1 sampai 2 66 1 sampai 2 1 sampai 2 67 1 sampai 2 3 sampai 4 68 1 sampai 2 3 sampai 4 69 1 sampai 2 1 sampai 2 70 3 sampai 4 1 sampai 2 71 1 sampai 2 1 sampai 2 72 3 sampai 4 1 sampai 2 73 3 sampai 4 1 sampai 2 74 3 sampai 4 1 sampai 2 75 1 sampai 2 3 sampai 4 76 1 sampai 2 1 sampai 2 77 1 sampai 2 1 sampai 2 78 1 sampai 2 3 sampai 4 79 1 sampai 2 1 sampai 2 80 1 sampai 2 1 sampai 2 81 1 sampai 2 1 sampai 2
lxxxviii
82 1 sampai 2 1 sampai 2 83 3 sampai 4 1 sampai 2 84 1 sampai 2 1 sampai 2 85 1 sampai 2 3 sampai 4 86 1 sampai 2 3 sampai 4 87 1 sampai 2 1 sampai 2 88 3 sampai 4 1 sampai 2 89 1 sampai 2 1 sampai 2 90 1 sampai 2 3 sampai 4 91 3 sampai 4 1 sampai 2 92 1 sampai 2 1 sampai 2 93 3 sampai 4 1 sampai 2 94 1 sampai 2 3 sampai 4 95 1 sampai 2 1 sampai 2 96 1 sampai 2 1 sampai 2 97 3 sampai 4 5 atau lebih 98 1 sampai 2 1 sampai 2 99 1 sampai 2 1 sampai 2
100 3 sampai 4 3 sampai 4
lxxxix
Lampiran 3
PREFERENSI KONSUMEN IKAN KAKAP MERAH
NO KANDUNGAN GIZI UKURAN IKAN WARNA IKAN KEADAAN MATA 1 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol2 Lemak rendah Kecil Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol3 Protein tinggi Sedang Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol4 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol5 Lemak rendah Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol6 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol7 Protein tinggi Besar Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol8 Lemak rendah Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol9 Protein tinggi Besar Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol10 Protein tinggi Sedang Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol11 Protein tinggi Besar Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan datar 12 Protein sama Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol13 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol14 Protein tinggi Kecil Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol15 Protein tinggi Besar Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol16 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol17 Protein tinggi Sedang Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol18 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol19 Protein tinggi Sedang Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol20 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol21 Lemak rendah Besar Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan datar 22 Lemak rendah Sedang Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol23 Protein tinggi Kecil Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol24 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol25 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol26 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol27 Protein tinggi Sedang Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol28 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol29 Lemak rendah Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol30 Protein tinggi Sedang Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol31 Protein tinggi Besar Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol32 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Menonjol dan sedikit bersinar33 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol34 Lemak rendah Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol35 Protein tinggi Besar Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol36 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol37 Protein tinggi Kecil Merah cerah kekuningan Menonjol dan sedikit bersinar38 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol39 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol
xc
40 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol41 Protein tinggi Besar Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol42 Protein sama Sedang Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol43 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol44 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol45 Protein tinggi Besar Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan datar 46 Protein tinggi Sedang Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol47 Lemak rendah Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol48 Protein tinggi Kecil Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol49 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol50 Protein tinggi Sedang Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol51 Protein tinggi Besar Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol52 Lemak rendah Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol53 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol54 Lemak rendah Kecil Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol55 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol56 Protein tinggi Sedang Merah cerah Menonjol dan sedikit bersinar57 Protein tinggi Besar Merah cerah Menonjol dan sedikit bersinar58 Lemak rendah Besar Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol59 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol60 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol61 Protein tinggi Sedang Merah cerah Bersinar cerah dan datar 62 Lemak rendah Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol63 Lemak rendah Besar Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol64 Protein tinggi Sedang Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol65 Protein tinggi Besar Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol66 Protein tinggi Sedang Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol67 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol68 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol69 Lemak rendah Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol70 Protein tinggi Besar Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol71 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol72 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol73 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol74 Protein tinggi Besar Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol75 Protein tinggi Kecil Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan datar 76 Lemak rendah Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol77 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol78 Lemak rendah Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol79 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol80 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Menonjol dan sedikit bersinar81 Protein tinggi Kecil Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol82 Lemak rendah Sedang Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol83 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol84 Protein tinggi Sedang Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol
xci
85 Lemak rendah Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol86 Lemak rendah Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol87 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol88 Lemak rendah Besar Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol89 Protein tinggi Sedang Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol90 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol91 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol92 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol93 Lemak rendah Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol94 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Menonjol dan sedikit bersinar95 Lemak rendah Kecil Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol96 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol97 Protein tinggi Besar Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol98 Protein tinggi Sedang Merah cerah Bersinar cerah dan menonjol99 Lemak rendah Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol100 Protein tinggi Sedang Merah cerah kekuningan Bersinar cerah dan menonjol
xcii
Lampiran 4
IDENTIFIKASI FAKTOR DALAM PEMBELIAN IKAN KAKAP MERAH
NO
Rasa Ikan
Kandungan Gizi
Ukuran Warna Keadaan
Mata Kebersihan
Sisik Harga Promosi
Jarak Pasar
1 4 5 5 5 5 5 4 4 3 2 4 4 4 4 5 5 5 2 3 3 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 5 5 5 3 3 4 5 3 3 3 3 3 4 1 1 4 6 5 4 5 5 4 4 3 3 3 7 5 5 4 3 4 4 5 4 4 8 4 5 5 4 4 5 4 4 3 9 5 5 5 4 4 4 2 1 3 10 5 4 4 5 4 4 4 3 4 11 4 5 5 4 5 5 3 3 5 12 4 5 4 5 4 4 4 3 4 13 4 4 4 4 4 4 3 2 4 14 5 4 4 4 3 3 5 1 2 15 5 4 4 4 4 4 2 2 3 16 5 4 5 5 5 5 1 3 2 17 4 4 5 4 4 4 3 1 3 18 4 3 4 4 4 4 5 1 5 19 4 4 3 3 3 4 3 1 3 20 4 4 4 4 3 4 3 4 4 21 5 4 5 4 5 5 1 2 4 22 3 3 3 3 3 3 4 1 2 23 3 3 3 3 3 3 2 4 3 24 5 5 5 5 4 4 4 4 5 25 5 4 5 4 4 5 3 2 3 26 4 4 5 4 5 5 3 4 4 27 3 3 4 4 3 4 1 2 4 28 4 4 4 3 3 4 2 1 5 29 4 4 5 5 5 4 3 3 4 30 4 4 5 5 4 5 1 2 4 31 3 4 5 5 4 5 2 1 4 32 5 4 5 4 5 4 2 1 3 33 3 4 4 5 4 5 3 2 4 34 4 4 4 3 3 4 2 1 4 35 3 3 3 4 5 5 1 3 4 36 5 5 5 4 4 4 1 2 3 37 4 3 3 3 3 3 4 1 4 38 3 4 3 4 3 5 2 2 3 39 3 3 3 3 3 4 4 3 5 40 5 4 4 4 5 4 1 2 4 41 4 4 4 3 4 4 3 2 4 42 5 4 5 5 4 4 4 3 2
xciii
43 5 5 4 5 4 4 3 2 4 44 4 3 3 3 4 4 3 2 4 45 4 3 4 3 3 5 3 4 3 46 3 4 3 3 3 3 3 2 4 47 5 5 5 5 5 5 3 2 1 48 3 4 4 3 3 5 2 1 3 49 2 2 2 2 2 2 4 2 3 50 5 4 4 5 4 4 2 1 3 51 5 4 4 5 4 5 3 4 4 52 5 5 4 5 4 4 5 1 4 53 4 4 3 3 3 3 4 1 3 54 4 3 5 5 4 5 4 1 3 55 4 5 3 4 4 4 3 1 1 56 4 4 4 5 4 5 3 2 3 57 5 5 4 4 4 4 5 2 5 58 5 5 4 4 5 4 1 3 3 59 4 4 4 5 4 3 2 2 4 60 4 4 4 4 3 4 2 4 5 61 4 3 3 4 3 5 1 3 4 62 5 4 3 5 4 5 3 1 4 63 4 5 4 4 5 4 3 3 4 64 3 4 4 4 3 4 2 2 5 65 2 3 2 3 2 2 3 3 4 66 5 4 4 4 3 5 4 5 2 67 5 5 5 5 5 5 2 3 4 68 5 4 4 4 4 4 1 1 3 69 3 3 3 2 3 3 3 5 5 70 4 4 4 4 4 4 2 3 5 71 4 4 4 4 5 5 3 3 4 72 3 3 4 4 4 4 2 1 5 73 5 4 4 5 5 5 3 2 4 74 4 4 4 4 4 4 4 5 4 75 4 4 4 4 4 4 1 5 4 76 4 4 5 5 4 4 2 1 3 77 4 4 4 4 4 4 3 2 5 78 4 4 4 4 3 3 5 4 3 79 4 4 4 4 4 4 5 4 1 80 4 5 5 4 4 4 3 2 5 81 4 4 3 4 4 4 2 4 2 82 4 4 4 4 4 4 1 1 3 83 4 4 4 3 4 4 3 2 2 84 5 5 5 4 4 4 3 3 4 85 4 4 4 4 4 5 4 3 3 86 4 4 4 4 3 4 4 2 4 87 5 5 5 4 4 3 3 1 3 88 3 3 4 3 3 4 5 2 1 89 4 4 3 4 3 4 2 4 3 90 3 3 3 2 2 3 5 3 4
xciv
91 4 5 5 5 5 4 3 3 1 92 4 4 5 4 4 5 3 3 5 93 5 4 3 3 3 3 4 1 2 94 4 4 4 4 1 4 5 3 5 95 4 5 4 5 2 4 2 2 4 96 3 4 3 3 3 3 1 4 3 97 3 3 3 3 3 3 4 5 3 98 4 4 4 4 4 4 5 3 2 99 4 5 4 4 4 4 3 2 4 100 4 5 5 4 4 5 2 1 1
xcv
Factor Analysis KMO and Bartlett's Test
.783
460.353
78
.000
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.
Approx. Chi-Square
df
Sig.
Bartlett's Test ofSphericity
Anti-image Matrices
.537 -.177 -.048 -.079 -.087 .008 -.081 .075
-.177 .531 -.137 -.074 -.046 .070 -.004 -.052
-.048 -.137 .423 -.115 -.070 -.120 -.045 .047
-.079 -.074 -.115 .487 -.085 -.120 .026 .017
-.087 -.046 -.070 -.085 .489 -.132 .102 -.021
.008 .070 -.120 -.120 -.132 .524 .063 -.095
-.081 -.004 -.045 .026 .102 .063 .853 -.131
.075 -.052 .047 .017 -.021 -.095 -.131 .916
.076 .020 .011 -.030 .036 .002 .012 -5.84E-05
-.012 -.061 .024 .020 .021 -.133 .035 .059
-.028 .042 -.115 .096 -.108 .037 .071 -.040
.059 -.071 .052 -.018 -.046 .071 -.162 -.053
-.102 .044 -.006 -.052 .056 .085 .038 -.088
.810a -.331 -.101 -.155 -.170 .016 -.119 .107
-.331 .803a -.288 -.146 -.090 .132 -.006 -.075
-.101 -.288 .831a -.253 -.153 -.254 -.075 .076
-.155 -.146 -.253 .851a -.173 -.238 .040 .026
-.170 -.090 -.153 -.173 .847a -.261 .157 -.031
.016 .132 -.254 -.238 -.261 .751a .094 -.137
-.119 -.006 -.075 .040 .157 .094 .528a -.148
.107 -.075 .076 .026 -.031 -.137 -.148 .482a
.165 .044 .027 -.069 .083 .004 .021 -9.74E-05
-.024 -.126 .055 .044 .045 -.277 .057 .092
-.052 .079 -.240 .188 -.210 .070 .105 -.056
.101 -.123 .101 -.033 -.084 .123 -.220 -.070
-.195 .084 -.014 -.104 .113 .166 .058 -.129
Rasa Ikan
Gizi Ikan
Ukuran
Warna
Keadaan Mata
Kebersihan Sisik Ikan
Harga Ikan
Promosi
Jarak Pasar
Kenyamanan
Pelayanan
Kebersihan
Keamanan
Rasa Ikan
Gizi Ikan
Ukuran
Warna
Keadaan Mata
Kebersihan Sisik Ikan
Harga Ikan
Promosi
Jarak Pasar
Kenyamanan
Pelayanan
Kebersihan
Keamanan
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Rasa Ikan Gizi Ikan Ukuran WarnaKeadaan
MataKebersihanSisik Ikan Harga Ikan Promosi Jarak Pasar
Measures of Sampling Adequacy(MSA)a.
Total Variance Explained
3.597 27.670 27.670 3.597 27.670 27.670
2.957 22.742 50.412 2.957 22.742 50.412
1.266 9.736 60.148 1.266 9.736 60.148
.991 7.621 67.769
.766 5.891 73.660
.667 5.128 78.788
.599 4.605 83.393
.493 3.791 87.184
.451 3.472 90.656
.364 2.798 93.454
.323 2.482 95.936
.279 2.145 98.082
.249 1.918 100.000
Component1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Extraction Method: Principal Component Analysis.
xcvi
Component Matrixa
.693 -.206 .258
.705 -.152 .308
.817 -.178 .041
.774 -.200 -.004
.765 -.198 -.073
.662 -.174 -.283
-.182 -.009 .807
.007 .205 .425
.137 .836 -.189
.323 .727 -.174
.350 .659 -.034
.130 .670 .340
.190 .773 .053
Rasa Ikan
Gizi Ikan
Ukuran
Warna
Keadaan Mata
Kebersihan Sisik Ikan
Harga Ikan
Promosi
Jarak Pasar
Kenyamanan
Pelayanan
Kebersihan
Keamanan
1 2 3
Component
Extraction Method: Principal Component Analysis.
3 components extracted.a.
Factor Analysis Lanjutan KMO and Bartlett's Test
.791
453.701
66
.000
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.
Approx. Chi-Square
df
Sig.
Bartlett's Test ofSphericity
Anti-image Matrices
.544 -.176 -.053 -.082 -.087 .017 -.072
-.176 .534 -.135 -.074 -.047 .066 -.012
-.053 -.135 .426 -.116 -.069 -.117 -.039
-.082 -.074 -.116 .487 -.084 -.121 .029
-.087 -.047 -.069 -.084 .490 -.137 .101
.017 .066 -.117 -.121 -.137 .534 .051
-.072 -.012 -.039 .029 .101 .051 .872
.077 .020 .011 -.030 .036 .002 .013
-.017 -.058 .021 .020 .022 -.131 .045
-.025 .041 -.114 .098 -.109 .034 .067
.064 -.075 .056 -.017 -.048 .067 -.174
-.097 .039 -.002 -.051 .055 .079 .026
.819a -.326 -.110 -.159 -.168 .031 -.105
-.326 .812a -.284 -.145 -.093 .124 -.018
-.110 -.284 .836a -.256 -.152 -.246 -.065
-.159 -.145 -.256 .851a -.173 -.237 .044
-.168 -.093 -.152 -.173 .846a -.267 .155
.031 .124 -.246 -.237 -.267 .770a .075
-.105 -.018 -.065 .044 .155 .075 .547a
.166 .044 .027 -.069 .083 .004 .022
-.034 -.120 .048 .042 .048 -.268 .072
-.046 .075 -.236 .190 -.212 .063 .097
.109 -.129 .107 -.031 -.086 .115 -.234
-.184 .075 -.004 -.102 .110 .151 .039
Rasa Ikan
Gizi Ikan
Ukuran
Warna
Keadaan Mata
Kebersihan Sisik Ikan
Harga Ikan
Jarak Pasar
Kenyamanan
Pelayanan
Kebersihan
Keamanan
Rasa Ikan
Gizi Ikan
Ukuran
Warna
Keadaan Mata
Kebersihan Sisik Ikan
Harga Ikan
Jarak Pasar
Kenyamanan
Pelayanan
Kebersihan
Keamanan
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Rasa Ikan Gizi Ikan Ukuran WarnaKeadaan
MataKebersihanSisik Ikan Harga Ikan Jarak Pasar
Measures of Sampling Adequacy(MSA)a.
xcvii
Communalities
1.000 .626
1.000 .639
1.000 .700
1.000 .639
1.000 .638
1.000 .610
1.000 .693
1.000 .752
1.000 .662
1.000 .557
1.000 .592
1.000 .639
Rasa Ikan
Gizi Ikan
Ukuran
Warna
Keadaan Mata
Kebersihan Sisik Ikan
Harga Ikan
Jarak Pasar
Kenyamanan
Pelayanan
Kebersihan
Keamanan
Initial Extraction
Extraction Method: Principal Component Analysis. Total Variance Explained
3.597 29.975 29.975 3.597 29.975 29.975 3.476 28.963
2.928 24.404 54.379 2.928 24.404 54.379 2.977 24.812
1.222 10.179 64.558 1.222 10.179 64.558 1.294 10.783
.781 6.505 71.064
.693 5.776 76.840
.600 5.003 81.842
.496 4.130 85.973
.452 3.764 89.736
.364 3.033 92.769
.329 2.744 95.513
.289 2.407 97.920
.250 2.080 100.000
Component1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Scree Plot
Component Number 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Eigenvalue
4
3
2
1
0
Component Matrix
Rasa Ikan
Gizi Ikan
Ukuran
Warna
Keadaan Mata
Kebersihan Sisik Ikan
Harga Ikan
Jarak Pasar
Kenyamanan
Pelayanan
Kebersihan
Keamanan
Extraction Method: Principal Component Analysis.
3 components extracted.a.
xcviii
xcix
FOTO-FOTO PENELITIAN
c
Rotated Component Matrixa
.768 -.004 .192
.770 .047 .210
.829 .053 -.104
.784 .019 -.152
.759 .015 -.249
.609 .005 -.489
-.024 -.063 .830
-.126 .845 -.152
.084 .793 -.161
.149 .729 -.059
.007 .679 .362
-.014 .796 .078
Rasa Ikan
Gizi Ikan
Ukuran
Warna
Keadaan Mata
Kebersihan Sisik Ikan
Harga Ikan
Jarak Pasar
Kenyamanan
Pelayanan
Kebersihan
Keamanan
1 2 3
Component
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Rotation converged in 4 iterations.a.
Component Transformation Matrix
.947 .271 -.172
-.269 .962 .037
.175 .011 .984
Component1
2
3
1 2 3
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.