Gizi Buruk Amel

31
PENDAHULUAN Gizi buruk adalah Keadaan kurang zat gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam waktu cukup lama yang ditandai dengan berat badan menurut umur (BB/U) yang berada pada <-3SD tabel baku WHO-NCHS dan < - 3 SD juga pada tabel Z- score. Gizi buruk secara klinis terdiri atas marasmus, kwasiorkor, dan marasmus-kwasiorkor. 1,2,3 Menurut Depkes (2002), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organization – National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat :Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition) . Keempat, Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwashiorkor. 3 1

description

cz

Transcript of Gizi Buruk Amel

Page 1: Gizi Buruk Amel

PENDAHULUAN

Gizi buruk adalah Keadaan kurang zat gizi tingkat berat yang disebabkan

oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam waktu cukup lama yang

ditandai dengan berat badan menurut umur (BB/U) yang berada pada <-3SD tabel

baku WHO-NCHS dan < - 3 SD juga pada tabel Z-score. Gizi buruk secara klinis

terdiri atas marasmus, kwasiorkor, dan marasmus-kwasiorkor.1,2,3

Menurut Depkes (2002), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan

seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang

berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori

dan indikator yang digunakan dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada

ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sering

digunakan di Indonesia adalah World Health Organization – National Centre for

Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi

dibagi menjadi empat :Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk

kegemukan dan obesitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi

kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein

Calori Malnutrition). Keempat, Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk

marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwashiorkor.3

Kurang Energi Protein (KEP) diberi nama internasional Calori Protein

Malnutrition (CPM) dan kemudian diganti dengan Protein Energy Malnutrition

(PEM). 3 Kurang energi dan Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi

dan kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun

2010, sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi

buruk. Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak

sangat kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat pendek. Keadaan ini

berpengaruh kepada masih tingginya angka kematian bayi. Menurut WHO lebih

dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh

karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat. 3

KEP pada balita sangat berbeda sifatnya dengan KEP orang dewasa. Pada

balita, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama

1

Page 2: Gizi Buruk Amel

penyakit infeksi, kematian anak dan mengakibatkan rendahnya tingkat

kecerdasan.3

Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk

adalah dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap

kasus yang ditemukan. Pada saat ini seiring dengan perkembangan ilmu dan

teknologi tatalaksana gizi buruk menunjukkan bahwa kasus ini dapat ditangani

dengan dua pendekatan. Gizi buruk dengan komplikasi (anoreksia, pneumonia

berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam tinggi dan penurunan kesadaran)

harus dirawat di rumah sakit, Puskesmas perawatan, Pusat Pemulihan Gizi (PPG)

atau Therapeutic Feeding Center (TFC), sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi

dapat dilakukan secara rawat jalan. 3

Penyakit-penyakit penyerta yang sering terjadi adalah Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA), diare persisten, cacingan, tuberculosis, malaria, dan

HIV/AIDS.3

Penanganan gizi buruk di sesuaikan dengan masing-masing kondisi

(kondisi I,II,III,IV, dan V). Dimulai dengan fase stabilisasi awal dan lanjutan, fase

transisi, fase rehabilitasi, dan fase tindak lanjut.6

Berikut akan dibahas refleksi kasus mengenai gizi buruk kondisi 3, yaitu

gizi buruk disertai diare dengan dehidrasi ringan sedang dan bronkopneumonia.

2

Page 3: Gizi Buruk Amel

KASUS

Tanggal pemeriksaan : 27 November 2014

Nama : An. SQ

Tanggal lahir : 29 November 2012 (2 tahun )

Alamat : Poso

Nama orang tua : Ny. Halmin

Pekerjaan : PNS (Guru)

Alamat : Poso

Anamnesis:

Keluhan Utama: BAB cair dan sesak nafas

Riwayat penyakit sekarang: BAB cair sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk

rumah sakit, frekuensi >5x, warna kuning, darah (-), lendir (-), busa (-), sedikit

berampas, volume banyak, bau tinja biasa. BAK biasa. Mual (-), muntah (-),

demam (-). Selain itu pasien mengalami sesak nafas dan diperberat oleh batuk

sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, batuk berlendir, lendir

berwarna putih,darah (-), beringus (-).

Riwayat penyakit dahulu:

- Sebelumnya pasien sering batuk dan sesak nafas.

- Post operasi PDA (Patent Ductus Arteriosus) 6 bulan yang lalu.

- Pasien pernah mendapat terapi gizi buruk sebelumnya namun tidak tuntas

(hanya sampai masa transisi).

Riwayat penyakit keluarga: Di keluarga tidak ada yang mengalami sakit serupa

Riwayat kelahiran: Anak ke 2 dari 2 bersaudara, G2P1A0, lahir cukup bulan

spontan di rumah di bantu oleh bidan, anak lahir tidak langsung menangis, berat

badan lahir 3.200 gram, panjang badan lahir (?).

3

Page 4: Gizi Buruk Amel

Anamnesis makanan:

- Anak tidak pernah mendapatkan ASI.

- Susu formula: 0-sekarang

- Bubur saring: >3 bulan

- Nasi: > 1 tahun

Kepandaian/kemajuan bayi:

- Tengkurap: 1 tahun 8 bulan

- Sekarang pasien belum bisa duduk, belum bisa berdiri, belum bisa

berjalan.

Riwayat imunisasi:

Imunisasi tidak lengkap, (pasien tidak mendapat imunisasi Hep B)

Pemeriksaan fisis:

Kondisi Umum : Sakit berat Berat Badan : 5 kg

Tingkat Kesadaran : Compos Mentis Tinggi Badan : 69 cm

Status Gizi : Gizi buruk (< -3 SD) Lingkar Lengan : 11 cm

Tanda-Tanda Vital

Nadi : 82 kali/menit

Suhu : 36,70C

Pernapasan : 44kali/menit

Kulit : Warna kuning langsat, tidak ditemukan ruam, turgor kulit

kembali lambat.

Kepala : Bentuk bulat,rambut berwarna cokelat kemerahan kusam,

mudah dicabut, tipis dan tidak mengkilap, botak dibagian

belakang, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterus,

refleks kornea positif kanan dan kiri, pupil bulat isokor

diameter 3 mm, mata cowong (+), tatapan sayu. tulang

pipi tampak menonjol. Hidung sekret (-), pernapasan

cuping hidung (+). Telinga tidak ada sekret, bibir tidak

4

Page 5: Gizi Buruk Amel

sianosis, bibir kering.

Tenggorokan-Leher :Tonsil sulit dinilai, Tidak ad Pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening,

Tonsil sulit dinilai

Dada : Terdapat pectus carinatum, retraksi subcostal (+).

Paru-Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris, retraksi

subcostal (+).

Palpasi : tidak ada massa, taktil fremitus kiri

dan kanan sama.

Perkusi : sonor kanan dan kiri

Auskultasi : bunyi napas brokovesikuler, wheezing

(-/-), ronkhi (+/+) basah halus.

Jantung : Inspeksi : iktus kordis tampak

Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS V

midclavicula sinistra

Perkusi : pekak

Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler,

bising jantung (-).

Abdomen : Inspeksi : permukaan cembung

Auskultasi : peristaltik + kesan meningkat

Perkusi : timpani

Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan

limpa tidak teraba.

Turgot : > 2 detik

Ekstremitas

Atas

Bawah

:

:

Akral hangat , edema (-), hipotrofi.

Akral hangat, edema (-) hipotrofi.

Tulang : Deformitas tidak ada

SKOR DEHIDRASI:

5

Page 6: Gizi Buruk Amel

Kriteria

Keadaan umum Gelisah, rewel

Mata Cekung

Mulut Kering

Air mata Tidak ada

Turgor 2

Rasa haus Haus, ingin minum banyak

Merupakan tanda dehidrasi ringan sedang.

PEMERIKSAAN PENUNJANG: -

RESUME

Pasien perempuan berusia 2 tahun datang dengan keluhan BAB cair sejak

3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, frekuensi >5x, warna kuning, sedikit

berampas, volume banyak, bau tinja biasa. Selain itu pasien mengalami sesak

nafas dan batuk sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, batuk

berlendir, lendir berwarna putih.

Pasien pernah mempunyai riwayat PDA (Patent Ductus Arteriosus) saat

lahir pasien tidak langsung menangis. Pasien tidak pernah mendapatkan ASI sejak

lahir. Sejak lahir sampai sekarang pasien mengkonsumsi susu formula. Pasien

tidak mendapat imunisasi Hep B. Pasien juga mengalami keterlambatan

pertumbuhan (<-3SD) dan keterlambatan perkembangan.

Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan nafas cepat, yaitu 44x/menit. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan turgor kembali lambat, bentuk kepala bulat,rambut

berwarna cokelat kemerahan kusam, mudah dicabut, tipis dan tidak mengkilap,

botak dibagian belakang, konjungtiva anemis, mata cowong (+), tatapan sayu.

tulang pipi tampak menonjol. pernapasan cuping hidung (+). Bibir kering. Pada

bagian dada terdapat pectus carinatum, retraksi subcostal (+), auskultasi paru

didapatkan bunyi ronkhi (+/+) basah halus. Abdomen permukaan cembung,

peristaltik + kesan meningkat, otot-otot hipotrofi. Skor dehidrasi didapatkan

dehidrasi ringan sedang.

6

Page 7: Gizi Buruk Amel

DIAGNOSIS KERJA: Gizi buruk tipe kwashiorkor kondisi 3 dengan diare

disertai dehidrasi ringan sedang dan

bronkopneumonia

TERAPI :

IVFD D5% 8 tetes/menit

02 2L/menit

Injeksi ceftriaxone 2x125 mg IV

Vitamin A 100.000 IU

Zink 1x10 mg

Tatalaksana Gizi Buruk Rencana III/ fase stabilisasi (

muntah/diare/dehidrasi)

- 50 ml glukosa/larutan gula pasir 10% melalui oral/NGT

- 2 jam pertama berikan Resomal secara oral/NGT setiap 30 menit,dosis

25 cc (5 ml/kgBB). Jika membaik:

- 10 jam berikutnya teruskan pemberian resomal 25-50 cc berselang

seling dengan F75 setiap 2 jam 55 cc. (Resomal 5-10 ml/kgBB/ setiap

pemberian)

- Catat denyut nadi dan frekuensi nafas

- Bila sudah rehidrasi: Diare (-): Hentikan resomal teruskan F75 setaip

2 jam. Diare (+): setiap diare berikan resomal anak <2 tahun: 50-100

ml/setiap diare. Anak >2tahun: 100-200ml/setiap diare.

- Bila anak masih menetek berikan ASI anatar pemberian F75

- Kemudian lanjutkan pemberian menjadi setiap 3 jam dan jika kondisi

tetap membaik lanjutkan pemberian F75 menjadi setiap 4 jam.

FOLLOW UP

Tanggal 28 November 2014

S :Keadaan Umum : sakit berat

Panas (+), Buang air besar 1 kali berwarna kuningdan cair, batuk (+),

sesak (+), retraksi subcostal (+), pernafasan cuping hidung (+).

O :N : 110 x/menit

S : 39°C

7

Page 8: Gizi Buruk Amel

R : 52 x/menit

BB: 5 kg

A: Gizi buruk tipe kwashiorkor kondisi 3 dan bronkopneumonia

P :

IVFD RL 8 tetes/menit

Oksigen 2 Liter/menit

Injeksi ceftriaxone 2x125 mg IV

Zink 1x10 mg

Tatalaksana Gizi Buruk Rencana III/ fase stabilisasi (

muntah/diare/dehidrasi) Hari ke dua

Pasien Menolak terapi gizi buruk (pemberian f75)

8

Page 9: Gizi Buruk Amel

DISKUSI

Pasien ini didiagnosis sebagai gizi buruk karena berdasarkan tabel z-score

BB/U didapatkan hasilnya di bawah – 3SD. Hal ini sesuai dengan kriteria untuk

menentukan gizi buruk, yaitu ditandai dengan berat badan menurut umur (BB/U)

yang berada pada <-3SD tabel baku WHO-NCHS dan < - 3 SD juga pada tabel Z-

score.

Gejala klinik kekurangan energi protein (KEP) berdasarkan jenis KEP

yang dialami oleh seorang anak. Gejala klinik dari masing-masing kekurangan

energi protein sebagai berikut:

1. Kwasiorkor

Kwasiorkor adalah suatu kondisi kekurangan intake protein, yang

menyebabkan manifestasi klinik sebagai berikut:

Edema umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki (dorsum pedis)

Wajah membulat dan sembab

Otot-otot mengecil (hipotrofi)

Perubahan status mental: cengeng, rewel kadang apatis

Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)

Pembesaran hati

Sistem imun menurun, sehingga sering disertai infeksi dan anemia

Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut

Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi

hitam terkelupas (crazy pavement dermatosis)

Pandangan mata anak nampak sayu

9

Page 10: Gizi Buruk Amel

Gambar 1. Kwasiorkor

Dari manifestasi klinis yang ditemuka pada pasien, pasien merupakan gizi buruk

tipe kwasiorkor.

2. Marasmus

Marasmus adalah suatu kondisi kekurangan intake kalori, yang menyebabkan

manifestasi klinik sebagai berikut:

Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit

Wajah seperti orangtua

Cengeng, rewel

Perut cekung

Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada

Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air, serta penyakit

kronik

10

Page 11: Gizi Buruk Amel

Gambar 2. Marasmus

3. Marasmik kwasiorkor

Marasmik kwasiorkor adalah gabungan antara marasmus dan kwasiorkor

dengan BB/TB <-3 SD disertai edema yang tidak mencolok.

Gejala klinik ditemukan yang ditemukan adalah anak cengeng, rambut

hitam dan tidak rapuh, muka seperti orang tua dan sembab, terdapat atrofi otot,

ada edema pretibial.

Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara

garis besar penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan

yang kurang atau anak sering sakit / terkena infeksi.

Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain:

1. Tidak tersedianya makanan secara adekuat

Tidak tersedinya makanan yang adekuat terkait langsung dengan

kondisi sosial ekonomi. Selain itu, kadang-kadang bencana alam, perang,

maupun kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat

akan menyebabkan hal ini. Kemiskinan sangat identik dengan tidak

tersedianya makan yang adekuat. Data Indonesia dan negara lain

11

Page 12: Gizi Buruk Amel

menunjukkan bahwa adanya hubungan timbal balik antara kurang gizi dan

kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah

gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan

pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi

anak yang kekurangan gizi. Namun pada pasien ini tidak ada hubungan

dengan kondisi sosial ekonomi, karena termasuk golongan ekonomi

menengah ke atas.

2. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang

Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan

sesudah usia 6 bulan anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI

(MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi

terhadap status gizi bayi. Pasien ini tidak mendapatkan ASI ekslusif sejak

lahir hanya mendapakan susu formula sejak lahir sampai sekarang. MP-

ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi

juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta vitamin

dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri

di rumah.

3. Pola makan yang salah

Dari suatu penelitian mempelajari mengapa dari sekian banyak

bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk,

padahal orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari penelitian ini

diketahui pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk.

Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya

berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan

kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat.

Pasien merupakan anak kedua, dan jarak usia antara pasien dan kakak

pasien yang pertama tidak terlalu jauh hanya 1 tahun, hal itu menyebabkan

pola pengasuhan pasien yang tidak maksimal walaupun ibunya

berpendidikan.

12

Page 13: Gizi Buruk Amel

4. Sering sakit (frequent infection)

Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di

Negara-negara terbelakang dan yang sedang berkembang seperti

Indonesia, dimana kesadaran akan kebersihan/personal hygine yang masih

kurang, serta ancaman endemisitas penyakit tertentu, khususnya infeksi

kronik seperti misalnya tuberkulosis (TB) masih sangat tinggi. Kaitan

infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar

diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat.

Kondisi infeksi kronik akan menyebabkan kurang gizi dan kondisi

malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan

sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Pasien juga mempunyai riwayat

PDA (Patent Ductus Arteriosus) yang menyebabkan pasien sering sakit

sebelumnya.

Gambar 3. Alur pemeriksaan anak gizi buruk

13

Page 14: Gizi Buruk Amel

Pada kasus ini, terdapat penyakit penyerta yaitu terdapat

bronkopneumonia dan diare akut. Jadi, anak ini masuk dalam kelompok gizi

buruk dengan komplikasi yang merupakan indikasi dirawat di rumah sakit.

Gangguan gizi dan infeksi sering saling bekerja sama, dan bila bekerja bersama-

sama akan memberikan dampak yang lebih buruk dibandingkan bila kedua faktor

tersebut masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Infeksi memperburuk taraf gizi

dan sebaliknya, gangguan gizi memperburuk kemampuan anak untuk mengatasi

penyakit infeksi. Mikroorganisme yang tidak terlalu berbahaya pada anak-anak

dengan gizi baik, akan bisa menyebabkan kematian pada anak-anak dengan gizi

buruk. Hal ini terjadi karena pada gizi buruk protein kurang karena asupan yang

tidak adekuat menyebabkan sistem imun terganggu.

Gizi buruk terdiri atas 5 kondisi sesuai dengan keadaan dan gejala klinik

pasien saat dinyatakan sebagai pasien gizi buruk. Pembagian gizi buruk dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Perbedaan masing-masing kondisi pada gizi buruk

Tanda-Tanda Kondisi

I

Kondisi

II

Kondisi

III

Kondisi

IV

Kondisi

V

Renjatan/Syok + - - - -

Letargi/tidak sadar + + - + -

Muntah/diare/dehidrasi + + + - -

Pada kasus ini, anak termasuk dalam gizi buruk tipe kwarshiorkor kondisi III

karena anak masuk dengan tanpa syok karena nadi 82 x/menit dan respirasi

44x/menit. Pasien masih dalam keadaan sadar. Tetapi pasien mengalami diare

dengan dehidrasi ringan-sedang dan bronkopneumonia.

Penatalaksanaan gizi buruk (protein energi malnutrisi) terdiri atas 10 langkah

sebagai berikut:

14

Page 15: Gizi Buruk Amel

Tabel 2. 10 langkah penatalaksanaan gizi buruk

1. Fase stabilisasi (hari 1-2)

Pada fase ini energi yang dibutuhkan adalah 80-100 kkal/kgBB/hari,

protein 1-1,5 gr/kgBB/hari, dan cairan 130 ml/kgBB/hari atau 100

ml/kgBB/hari bila ada edema berat. Terapi yang diberikan pada fase ini adalah:

Mengatasi hipoglikemia

15

Page 16: Gizi Buruk Amel

Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa dalam darah pada

anak gizi buruk < 3 mmol/liter atau 54 mg/dl. Tanda-tanda hipoglikemia

adalah letargi, tidak sadar, dan nadi lemah. Gejala lain berkeringat dan pucat

tapi sangat jarang dijumpai pada anak gizi buruk. Biasa gejalanya hanya

diawali oleh mengantuk saja. Cara mengatasi hipoglikemia:

1) Jika pasien masih sadar: berikan cairan glukosa 10% atau glukosa oral 10%

atau NGT 50 ml.

2) Jika pasien tidak sadar: berikan cairan glukosa 10% (IV) dan bolus

sebanyak 5 mL/kgBB. Selanjutnya larutan glukosa 10% atau gula pasir 10

% secara oral atau NGT bolus 50 mL.

3) Jika pasien syok: Berikan cairan IV berupa RL dan dekstrose/glukosa 10%

dengan perbandingan 1:1 (= RL D 5%) sebanyak 15 mL/kgBB selama1 jam

pertama atau 5 tetes/menit/kgBB.

Pasien ini masih dengan keadaan sadar, jadi diberikan glukosa oral 10%.

Mengatasi dehidrasi

Pada kasus ini terdapat tanda dehidrasi, yaitu anak rewel, haus, dan mata

cekung. Jadi harus dilakukan penanganan pada dehidrasi.

16

ReSoMal 5 ml x 5 Kg = 25 ml/30 menit Dalam 2 jam pertama

Catat nadi dan pernapasan setiap 30 menit

Membaik Memburuk

Segera infus lihat rencana I tanpa pemberian bolus glukosa

10 jam berikutnya: Teruskan pemberian ReSoMal 5-10 ml/kgBB/setiap pemberian

berselang seling dengan F-75 setiap 1 jam ReSoMal 25 ml dan F-75 55 ml Catat nadi dan pernapasan/jam Bila sudah rehidrasi:

diare (-): hentikan ReSoMal teruskan F-75 setiap 2 jam diare (+): setiap diare berikan ReSoMal:

50-100 ml/setiap diare (< 2 tahun) 100-2000 ml/setiap diare (> 2 tahun)

Page 17: Gizi Buruk Amel

Pada pasien ini tidak terjadi hipotermia

Mengobati infeksi

Infeksi ditangani pada fase stabilisasi dan transisi. Pada kasus ini

karena terdapat penyakit penyerta yaitu bronkhopneumonia jadi anak

harus diberikan antibiotik.

Tabel 3. Petunjuk Pemberian Antibiotika

Tidak ada komplikasi Kotrimoksazol per oral (25 mg

sulfametoksazol+5mg

trimetoprim/kgBB) setiap 12 jam

selama 5 hari

Komplikasi (Renjatan, hipoglikemia,

hipotermia, dermatosis dengan kulit

kasar atau infeksi saluran nafas atau

infeksi saluran kencing atau

letargis/tampak sakit)

Gentamisin IV atau IM (7,5

mg/kgBB) setiap kali sehari selama

7 hari, ditambah:

Ampisilin IV atau IM (50 mg/kg)

setiap 6 jam selama 2 hari, ikuti

dengan Amoksisilin oral (15

mg/kg) setiap 8 jam selama 5 hari

Bila tidak membaik dalam 48 jam,

ditambahkan

Kloramfenikol IV atau IM (25

mg/kg) setiap 8 jam selama 5 hari

(beri setiap 6 jam bila diperkirakan

meningitis)

Bila ada infeksi khusus yang

membutuhkan tambahan antibiotik

Antibiotik khusus

17

Bila diare/muntah berkurang, dapat menghabiskan F-75, ubah pemberian F-75/3 jam (70 ml)

Bila tidak ada diare dan anak dapat menghabiskan F-75, ubah pemberian F-75/4 jam (90 ml)

Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F-75

Page 18: Gizi Buruk Amel

beri

Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro

Pada pasien ini diberikan vitamin A hanya hari pertama karena pada

pasien tidak terdapat kelainan mata (seperti: konjungtivitis) dan tidak

pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir. Dosis yang diberikan pada

anak ini adalah 200.000 SI (1 kapsul merah).

Tabel 4. Dosis vitamin A

Tabel 5. Jadwal pemberian vitamin A

2. Fase transisi (hari 3-7)

Fase transisi energi yang dibutuhkan adalah 100-150 kkal/kgBB/hari,

protein 2-3 gr/kgBB/hari, dan cairan 150 ml/kgBB/hari. Pada fase transisi F-75

diubah menjadi F-100. Sebelum diganti ke F-100, diberikan dulu 1 hari F-100

dengan volume seperti F-75. dosis F-100/4 jam sesuai dengan BB. Dosisnya

18

Page 19: Gizi Buruk Amel

dimulai dari dosis rendah, kemudian 4 jam dosisnya dinaikkan 10 ml sampai

dosis maksimal. F-100 diberikan dari hari ke 3-7.

3. Fase rehabilitasi

Kebutuhan energi pada fase ini adalah 150-220 kkal/kgBB/hari, protein 4-

6 gr/kg, dan cairan 150-200 ml/kgBB/hari. Pada fase rehabilitasi tetap

diberikan F-100 sesuai dengan dosis pada fase transisi, tapi harus perhatikan

kondisi anak. Pada fase ini F-100 diberikan bersama dengan makanan padat

sesuai dengan BB anak. Pemberian F-100 pada fase ini diberikan selama

minggu 2-6.

Kurangi pemberian F-100 bila ada tanda bahaya sebagai berikut:

Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat

Vena jugularis terbendung

Edema meningkat

Tablet Fe dapat diberikan pada fase rehabilitasi selama 4 minggu.

Tabel 6. Dosis Fe

4. Fase tindak lanjut

Dimulai pada minggu 7-26 minggu. Memberikan makanan dengan porsi kecil

dan sering, sesuai dengan umur anak. anak pada fase tindak lanjutnya

seharusnya diberikan makanan seperti dibawah ini:

Berikan ASI sesuai keinginan anak

Berikan nasi lembek yang ditambah telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging

sapi/wortel/bayam/kacang hijau/santan/minyak.

Berikan makanan tersebut 3 x sehari

Berikan juga makanan selingan 2 x sehari diantara waktu makan seperti:

bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan sebagainya.

19

Page 20: Gizi Buruk Amel

Pada pasien ini hanya diberikan terapi gizi buruk sampai fase stabilisasi,

yaitu sampai hari II, karena keluarga pasien menolak pemberian F-75 dengan

alasan batuk pasien semakin bertambah dan tidak ada kenaikan berat badan jika

diberi terapi gizi seperti yang pernah dialami sebelumnya di rumah sakit tempat

pasien pernah dirawat sebelumnya.

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien gizi buruk adalah mudah

terinfeksi, hipotermia, hipoglikemia, gangguan pertumbuhan dan perkembangan,

mengganggu kecerdasan anak, dan dapat menyebabkan kematian. Pada pasien

komplikasinya adalah ditemukan penyakit infeksi yaitu bronkhopneumonia, diare,

dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Pada kasus ini prognosis yang dialami oleh pasien adalah buruk untuk

kondisi gizinya karena tidak diterapi gizi buruk yang sesuai akibat penolakan

pemberian f75 dan terapi hanya sampai pada fase stabilisasi saja. Otomatis

komplikasi yang dialami, yaitu bronkopneumonia juga prognosisnya buruk,

karena kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar

20

Page 21: Gizi Buruk Amel

diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi

infeksi kronik akan menyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan

memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan

terjadinya infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: Gizi Buruk Amel

1. Pusat data dan informasi departemen kesehatan Republik Indonesia 2006.

Glosarium data & informasi kesehatan. Available from:

URL:http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Glosarium%202006.pdf.

2. WHOSevere Acute

Malnutrition:http://www.who.int/nutrition/topics/malnutrition/en/

3. Anonim. Gizi buruk. Available from.

URL:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20850/4/Chapter

%20II.pdf

4. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC; 1995.

5. Behrman, Kliegman, Jenson. 2004. Kernicteru. Textbook of Pediatrics. New

Yorkl. 17th edition. Saunders.

6. Kementerian kesehatan republik indonesia. Bagan tatalaksana anak gizi

buruk buku I. Jakarta; Departemen kesehatan: 2003.

7. Kementerian kesehatan republik indonesia. Bagan tatalaksana anak gizi

buruk buku II. Jakarta; Departemen kesehatan: 2003.

8. Benny. Penatalaksanaan PEM. Available from: URL:

http://www.scribd.com/doc/50591154/Lapkas-Pediatri-Benny

22