Kasus 2. amel

download Kasus 2. amel

of 20

Transcript of Kasus 2. amel

PENATALAKSANAAN DIET PENDERITA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN

AMELIA OKTAVALINA

PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN INDUSTRI JASA MAKANAN DAN GIZI PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Setiap tahun, kurang lebih 15 juta orang di seluruh dunia terserang stroke. Di Indonesia, stroke menyerang 35,8 % pasien usia lanjut dan 12,9 % pada usia yang lebih muda. Jumlah total penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 2,5% atau 250.000 orang meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Stroke adalah serangan mendadak yang terjadi pada pembuluh darah otak yang disebabkan oleh tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah dalam otak, stroke juga merupakan penyakit neurologic (saraf) yang sering menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga dapat juga disebut sebagai brain attack atau serangan otak. Stroke Iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen ke jaringan otak. Salah satu faktor resiko utama penyebabnya adalah hipertensi. Untuk membantu proses pemulihan pada penderita stroke khususnya stroke iskemik akibat hipertensi, diperlukan pengaturan diet khusus sehingga diharapkan kondisi pasien dapat berangsurangsur membaik. b. Tujuan Umum Melakukan diet melalui pengkajian terhadap penderita Stroke Iskemik yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Tujuan Khusus :1. Mengkaji keadaan gizi penderita Stroke Iskemik 2. Mengkaji resume masalah gizi penderita Stroke Iskemik melalui kegiatan

assesment3. Menghitung kebutuhan energi dan zat gizi pasien penderita Stroke Iskemik

4. Melakukan intervensi gizi dengan cara menyusun menu, mengolah, dan menyajikan makanan yang sesuai dengan tujuan dan syarat diet 5. Menghitung konsumsi dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi makanan yang disajikan

6. Memonitor dan mengevaluasi keadaan penderita Stroke Iskemik 7. Melakukan modifikasi menu sesuai dengan tujuan dan syarat diet pasien.

KASUS II STROKE ISKEMIK 1. Data Identitas Nama pasien Umur Jenis kelamin Pekerjaan 2. Data Subjektif Lemas badan sebelah kiri, tangan dan kaki sejak jam 12.00 WIB kemarin siang. Kepala pusing, mual, muntah dan hipertensi. 3. Data Objektifa. Pemeriksaan Fisik

: Ny. Sawiyah : 52 tahun : Perempuan : Ibu Rumah Tangga

Tekanan darah Nadi Pernafasan Kesadaran

: 150/90 mmHg : 86x/menit : 20x/menit : Compos Mentis

b. Pemeriksaan Laboratorium

Lekosit 11,67 ribu/mm3, netrofil 88,0%, limfosit 9,1%, eosinofil 0,1%, tekanan darah 150/90 mmHg. c. Antropometrik IMT = BB = 60 = 60 = 24,97 (TB)m2 (1,55)2 2,4025 Status gizi : At risk

4. AssesmentTanda, gejala penyakit & data laboratorium Mual, muntah, kepala pusing Masalah Gizi Anoreksia, gangguan sakit kepala Tujuan Diet -Melancarkan pencernaan -Menurunkan gejala -Meningkatkan BB= 60 Kg, TB = 155 cm IMT = 24,97 Obesitas I asupan - Mencapai status gizi sesuai dengan umur, gender, & kebutuhan fisik Diet energi rendah Jenis Diet Diet lunak Syarat Diet - Mudah dicerna - Rendah serar - Tidak mengandung bumbu tajam

- Energi rendah, dihitungberdasarkan BBI - Lemak rendah, dapat menurunkan massa makanan - Karbohidrat rendah, dalam tubuh dapat diubah dan disimpan menjadi lemak - Protein tinggi, menahan rasa lapar

- Vitamin dan mineral cukup(tiamin dan B kompleks)

- Cairan cukup 2-2 l perhari- Batasi bahan makanan rendah Tekanan darah 150/90 mmHg Hipertensi sisa (tepung-tepungan) - Energi cukup

- Menurunkantekanan darah penderita

Diet RG II

- Protein cukup, lemak sedang (30%), pilih lemak tak jenuh

- Mencegahdan menangani komplikasi akibat hipertensi

- bentuk makanan sesuaikeadaan penyakit ( lunak) - Jumlah narium disesuaikan dengan stadium hipertensi

- Vitamin & mineral cukup(potasium dan kalsium larut air - Energi dan protein tinggi - Lemak dan karbohidrat cukup - Vitamin dan mineral cukup ) - Serat cukup, terutama serat

Lekosit 11,67 ribu mm3, netrofil 88,0%, limfosit 9,1%, Eosinofil 0,1 g/dl

Gangguan respon imunitas

- Mencegahresiko terjadinya infeksi

Diet TKTP

5. Patofisiologi

Hipertensi

Tak terkontrol pembuluh darah Aterosklerosis

Sumbatan pada pembuluh darah Iskemia jaringan otak

Stroke iskemik

Gambar 1. Patofisiologi Stroke Iskemik Faktor resiko terjadinya stroke iskemik ada dua, yaitu faktor resiko yang dapat diubah : Kadar lemak atau kolesterol dalam darah, tekanan darah tinggi, perokok, kencing manis, obesitas, aktifitas fisik kurang. Dan Faktor resiko tidak dapat dirubah :Usia, jenis kelamin, ras/suku, faktor genetik. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko yang bila tidak dapat dikontrol dengan baik maka akan menyebabkan timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis adalah pengapuran dinding pembuluh darah arteri. Hal itu disebabkan adanya peradangan sehingga terjadi proses pembekuan darah berlebihan pada dinding pembuluh darah maupun penumpukan plak di dinding pembuluh darah yang diakibatkan kadar kolesterol atau kadar gula tinggi. Bila pembuluh darah yang terkena adalah pembuluh darah pada otak maka akan timbul sumbatan, yang pada akhirnya menyebabkan iskemia jaringan otak. Kerusakan jaringan otak tersebut timbul sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak dan pada akhirnya menyebabkan stroke iskemik.

6. Penatalaksanaan Diet :

a. Jenis Diet dan Konsistensi

Jenis diet yang diberikan kepada pasien adalah diet RG II (Rendah garam II). Diet tersebut diberikan karena pasien menderita hipertensi derajat 2, dengan tekanan darah sistolik 150 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Konsistensi makanan bubur, namun karena kondisi pasien sudah membaik, pasien diberikan makanan dengan konsistensi tim.b.

Tujuan dan Syarat Dieta. Tujuan Diet

- Menurunkan tekanan darah penderita- Mencegah dan menangani komplikasi (stroke) akibat hipertensi

- Memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien dengan memperhatikan keadaan dan komplikasi penyakit - Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. b. Syarat Diet - Energi cukup - Protein cukup, lemak sedang ( 30%), pilih lemak tak jenuh- Bentuk makanan sesuai keadaan penyakit (lunak)

- Jumlah narium disesuaikan dengan stadium hipertensi - Vitamin & mineral cukup (potasium dan kalsium - Serat cukup, terutama serat larut airc.

)

Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkana. Bahan Makanan yang Dianjurkan - Sumber karbohidrat kompleks, seperti beras, kentang, ubi, singkong,

terigu, hunkwe, tapioka, sagu, gula, madu- Sumber protein hewani, seperti daging sapi dan ayam tak berlemak,

ikan, telur ayam, susu skim, dan susu penuh dalam jumlah terbatas - Sumber protein nabati, semua kacang-kacangan dan produk olahan yang dibuat dengan garam dapur, dalam jumlah terbatas- Sayuran berserat sedang dan buah segar

- Sumber lemak, seperti minyak jagung dan minyak kedelai, margarin

dan mentega tanpa garam, yang digunakan untuk menumis atau setup, santan encer - Minuman, seperti teh, kopi, cokelat dalam jumlah terbatas dan encer susu skim dan sirup- Bumbu yang tidak tajam, seperti garam (terbatas), gula, bawang merah,

bawang putih, jahe, laos, asem, kayu manis dan pala.b. Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan

- Sumber karbohidrat yang dibuat menjadi produk olahan dengan tambahan garam dapur, soda/baking powder, kue-kue yang terlalu manis dan gurih- Sumber protein hewani, seperti daging sapi dan ayam berlemak,

jerohan, otak, hati, ikan banyak duri, susu penuh, keju, es krim, dan produk olahan protein hewani yang diawetkan seperti daging asap, ham, bacon, dendeng dan kornet- Sumber protein nabati, pindakas dan semua kacang-kacangan yang

diawetkan dibuat dengan garam natrium atau digoreng- Sayuran yang menimbulkan gas, seperti sawi, kol, kembang kol, dan

lobak, sayuran berserat tinggi, seperti daun singkong, daun katuk, daun melinjo, dan pare- Sumber lemak, seperti minyak kelapa dan minyak kelapa sawit,

margarin dan mentega biasa, santan kental, krim dan produk gorengan. - Minuman, seperti teh, kopi, cokelat dalam jumlah terbatas dan encer susu skim dan sirup- Bumbu yang tajam, seperti cabe, merica, dan cuka, yang mengandung

bahan natrium, seperti kecap, terasi, petis, vetsin, soda, dan baking powder.

d.

Kebutuhan Energi dan Zat Gizia. BBI = (TB-100) 10% (TB-100)

= (155-100) 10% (155-100) = 55 10% (55) = 49,5 kg b. AMB = 655 + (9,6xBB) + (1,7xTB) (4,7xU) = 655 + (9,6x49,5) + (1,7x155) (4,7x52) = 655 + 475,2 + 263,5 244,4 = 1393,7 244,4 = 1.149,3 c. Kebutuhan Energi = AMB x FA x FS = 1.149,3 x 1,2 x 1,3 = 1.792,9 = 1.793 Kal Kebutuhan Protein = 15% x 1793= 269,0 = 67,2 g 4 9 Kebutuhan Kh 4 4 9 4 Kebutuhan Lemak = 25% x 1793= 448,3 = 49,8 g = 60% x 1793= 1075,8 = 269,0 g

e. Susunan MenuTabel 1. Hari ke-1 (Tanggal 15 November 2011) Waktu makan Kerang ka menu M. Pokok Lauk hewani Lauk nabati Hidangan Bahan Berat (g) Kandungan zat gizi E (Kal) 216 112 23 16 367 Santan Gula Gula pasir Beras Daging Tahu Telur Wortel Wortel Melon 5 10 15 75 54 38 10 10 110 100 16 36 55 107 270 112 26 16 4 46 28 502 Beras Telur Minyak Tempe Kc. panjang Toge Pepaya Roti Palmsuiker 75 45 5 50 60 10 110 80 5 360 73 45 75 26 2 51 550 198 19 217 1743 P (g) 4,1 10,2 0,7 1,1 16,1 2,1 2,1 5,1 10,2 3,0 1,3 0,1 1,3 0,5 21,5 6,8 5,8 9,2 0,9 1,6 0,6 23,2 6,4 6,4 69,3 L (g) 0,4 7,6 0,2 8,2 1,7 1,7 0,5 7,6 1,7 1,2 0,3 0,2 11,5 0,7 5,2 5,0 2,0 0,2 0,2 13,5 0,9 0,9 35,8 Kh (g) 47,3 5,1 3,5 55,9 0,3 9,4 14,1 23,8 59,2 0,6 0,9 10,2 6,9 77,8 78,9 0,3 6,4 4,7 0,4 13,4 84,5 40,0 4,8 44,8 286,8

Bubur Semur daging Sup wortel+ buncis Subtotal Agar2 cokelat Gula pasir Subtotal Tim Bola-bola daging Skutel tahu Sup wortel Buah Subtotal

Beras Daging Wortel Buncis

60 54 55 45

M. Pagi

Jam 10.00

Buah

M. Pokok Lauk hewani M.siang Lauk nabati Sayur Buah M. Pokok L. Hewani M. Sore Lauk nabati Sayur Buah

Tim Telur dadar Tumis tempe Tumis kc. panjang+toge Buah Subtotal Roti + Palmsuiker Subtotal Total

Malam

Snack

Ketersediaan energi yang didapat pada hari pertama adalah sebesar 1743 Kalori, protein sebesar 69,3 gram, lemak sebesar 35,8 gram, dan karbohidrat sebesar 286,8 gram.

Tabel 2. Hari ke-2 (Tanggal 16 November 2011) Waktu makan Kerangka menu Hidangan Bahan Berat (g) 60 5 26 1 63 9 5 10 15 75 52 60 138 94 75 42 5 51 99 15 2 95 38 7 4 4 Kandungan zat gizi E P L Kh (kal) (g) (g) (g) 216 4,1 0,4 47,3 16 2,1 1,7 0,3 79 4,7 6,5 9 1,0 77 1,1 0,4 17,6 81 9,0 478 12,0 19,0 65,2 16 36 55 107 270 59 41 58 42 470 270 21 45 76 42 3 7 94 564 47 11 20 15 93 1712 2,1 2,1 5,1 8,8 4,7 1,6 0,8 21,0 5,1 4,5 9,3 1,2 0,1 1,0 1,1 23,1 0,5 0,9 1,0 2,4 60,6 1,7 1,7 0,5 2,3 2,8 0,4 0,2 6,2 0,5 5,0 2,0 0,3 0,2 8,2 0,1 0,8 1,2 2,1 37,2 0,3 9,4 14,1 23,8 59,2 1,0 12,8 10,5 83,5 59,2 0,3 6,5 9,3 0,6 1,6 24,5 102,1 12,1 1,5 3,8 17,4 292,0

M. Pokok M. Pagi Makan dari luar

Bubur ayam Singkong goreng Subtotal Agar2 santan encer Gula pasir Subtotal Tim Ikan bb. Tomat Tahu bb.kuning Tumis wortel Buah Subtotal Tim Telur dadar Tempe semur Sup oyong, wortel, soun Buah Subtotal Skutel pisang Subtotal Total

Beras Santan Ayam Minyak Singkong Minyak Santan Gula Gula pasir Beras Ikan Tahu Wortel Jeruk Beras Telur Minyak Tempe semur Wortel Oyong Soun Pisang ambon Pisang Telur Susu Gula

Jam 10.00

Snack

M.siang

M. Pokok Lauk hewani Lauk nabati Sayur Buah M. Pokok L. Hewani Lauk nabati Sayur Buah

M. Sore

Ekstra

Snack

Ketersediaan energi yang didapat pada hari kedua adalah sebesar 1712 Kalori, protein sebesar 60,6 gram, lemak sebesar 37,2 gram, dan karbohidrat sebesar 292,0 gram.Tabel 3. Hari ke-3 (Tanggal 17 November 2011)

Waktu makan

Kerangka menu

Hidangan

Bahan

Berat (g) 80 10 54 42

Kandungan zat gizi E (kal) 198 37 88 140 463 P (g) 6,4 6,9 4,5 17,8 0,7 2,1 2,8 5,1 5,8 2,2 0,2 1,0 12,8 2,7 0,6 30,4 5,1 9,3 4,7 0,7 1,1 0,7 21,6 6,4 6,4 79,0 L (g) 0,9 6,2 1,0 8,1 1,7 1,7 0,5 4,3 2,0 1,2 2,8 0,3 11,1 0,5 12,8 2,8 0,2 0,1 0,3 16,7 0,9 0,9 38,5 Kh (g) 40,0 9,5 0,4 23,0 72,9 8,0 0,3 9,5 14,1 31,9 59,2 0,1 1,5 1,5 8,9 7,9 13,4 92,4` 59,2 1,0 5,1 3,5 9,3 78,1 40,0 4,8 44,8 320,1

M. Pokok M. Pagi Lauk Hewani Makan dari luar

Roti isi palmsuiker TAN rebus Susu Subtotal

Roti Pindakas Telur Susu

Jam 10.00

Snack

Bubur sumsum Gula pasir Subtotal

Tp. beras Santan Gula merah Gula pasir

10 5 10 15

36 16 37 55 144

M.siang

M. Pokok Lauk hewani Lauk nabati Sayur Buah M. Pokok L. Hewani

Tim Rollade daging Tumis tempe Kc. panjang Buah Subtotal Tim Ayam bb bali Tahu bb. Kuning Sup sayuran Buah Sub total Roti + Palmsuiker Subtotal Total

Beras Daging Telur Roti Susu Tempe Kc.panjang Pepaya Beras Ayam Tahu Wortel buncis Melon Roti Palmsuiker

75 31 17 3 4 70 40 122 75 51 60 55 45 135 80 5

270 64 28 7 20 104 44 51 588 270 154 41 23 16 38 542 198 19 217 1954

M. Sore

Lauk nabati Sayur Buah

Malam

Snack

Ketersediaan energi yang didapat pada hari ketiga mengalami peningkatan dibandingkan hari pertama dan kedua yaitu sebesar 1954 Kalori, protein sebesar 79,0 gram, lemak sebesar 38,5 gram, dan karbohidrat sebesar 320,1 gram.

f.

Evaluasi KonsumsiEnergi Hari ke-1 Energi Hari ke-2 Tingkat Konsumsi (%) Ketersediaan Konsumsi (Kal) (Kal) Tingkat Konsumsi (%) Energi Hari ke-3 Ketersediaan Konsumsi (Kal) (Kal) Tingkat Konsumsi (%)

Tabel 4. Evaluasi Konsumsi Energi Berdasarkan KetersediaanWaktu Makan Pagi Selingan Siang Sore Ekstra Sehari Ketersediaan Konsumsi (Kal) (Kal)

367 107 502 550 217 1743

313 107 428 441 217 1506

85 100 85 80 100 86

478 107 470 564 93 1712

420 107 436 436 93 1492

88 99 82 63 100 87

463 144 588 542 217 1954

433 144 548 470 217 1812

94 100 77 30 100 93

Tabel 5. Evaluasi Konsumsi Energi Berdasarkan Tingkat KecukupanEnergi Hari ke-1 Kebutuhan Konsumsi (Kal) (Kal) Tingkat Kecukupan (%) Kebutuhan (Kal) Energi Hari ke-2 Konsumsi (Kal) Tingkat Kecukupan (%) Energi Hari ke-3 Kebutuhan Konsumsi (Kal) (Kal) Tingkat Kecukupan (%)

1793

1506110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

84

1793

1492

83

1793

1812

102

Ha 1 ri Ha 2 ri Ha 3 ri

84%

83%

102%

Grafik 1. Tingkat Konsumsi Energi Selama Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 hari berturutturut, tingkat konsumsi energi pada pasien di hari pertama ke hari kedua mengalami sedikit penurunan, sebesar 1%. Sedangkan konsumsi pada hari ketiga kembali mengalami peningkatan sebesar 19%. Hal ini disebabkan kondisi pasien yang sudah mulai membaik, sehingga nafsu makan pun akan meningkat. Serta upaya memberikan motivasi dan intervensi menu. Intervensi menu dilakukan dengan memberikan hidangan tambahan, pada hari pertama dan ketiga diberikan hidangan berupa roti isi palmsuiker, sedangkan pada hari kedua diberikan skutel pisang. Hidangan tersebut disajikan sebagai ekstra pada waktu malam hari, tujuan dilakukan intervensi adalah untuk memberikan asupan tambahan, karena asupan belum tercukupi di waktu makan pagi, siang, ataupun di sore hari.

Tabel 6. Evaluasi Konsumsi Protein Berdasarkan KetersediaanProtein Hari ke-1 Waktu Makan Pagi Selingan Siang Sore Ekstra Sehari Ketersediaan Konsumsi (g) (g) Tingkat Konsumsi (%) Protein Hari ke-2 Ketersediaan Konsumsi (g) (g) Tingkat Konsumsi (%) Protein Hari ke-3 Ketersediaan Konsumsi (g) (g) Tingkat Konsumsi (%)

16,1 2,1 21,5 23,2 6,4 69,3

15,1 2,1 20,2 19,8 6,4 63,6

94 100 94 85 100 92

12,0 2,1 21,0 23,1 2,4 60,6

10,5 2,1 20,4 18,6 2,4 54,0

88 100 97 81 100 89

17,8 2,8 30,4 21,6 6,4 79,0

17,0 2,8 27,7 20,2 6,4 74,1

96 100 91 94 100 94

Tabel 7. Evaluasi Konsumsi Protein Berdasarkan Tingkat KecukupanProtein Hari ke-1 Kebutuhan Konsumsi (g) (g) Tingkat Kecukupan (%) Kebutuhan (g) Protein Hari ke-2 Konsumsi (g) Tingkat Kecukupan (%) Protein Hari ke-3 Kebutuhan Konsumsi (g) (g) Tingkat Kecukupan (%)

67,2

63,6110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

95

67,2

54,0

80

67,2

74,1

110

Hari 1 Hari 2 Hari 3

9 5%

8 0%

110%

Grafik 2. Tingkat Konsumsi Protein Selama Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan selama 3 hari berturut-turut, tingkat konsumsi protein pada pasien di hari pertama ke hari kedua mengalami penurunan sebesar 15%. Hal ini dikarenakan bahan makanan yang digunakan pada hidangan hari pertama lebih banyak menyumbangkan kontribusi protein dibandingkan bahan makanan yang digunakan pada hidangan di hari kedua, seperti menu makan pagi pada hari pertama yaitu semur daging yang dijadikan sebagai lauk hewani, seperti diketahui daging merupakan sumber protein yang cukup tinggi. Sedangkan pada hari ketiga tingkat konsumsi protein mengalami peningkatan mencapai 110%. Hal ini selain dikarenakan karena pada hari ketiga hidangan yang disajikan pada saat makan siang dan sore merupakan hidangan yang memberikan kontribusi protein cukup besar, seperti ayam dan daging. Peningkatan terjadi juga karena

keadaan pasien yang sudah peningkatan.

membaik, nafsu makan juga sudah mengalami

Tabel 8. Evaluasi Konsumsi Lemak Berdasarkan KetersediaanLemak Hari ke-1 Waktu Makan Pagi Selingan Siang Sore Ekstra Sehari Ketersediaan Konsumsi (g) (g) Tingkat Konsumsi (%) Lemak Hari ke-2 Ketersediaan Konsumsi (g) (g) Tingkat Konsumsi (%) Lemak Hari ke-3 Ketersediaan Konsumsi (g) (g) Tingkat Konsumsi (%)

8,2 1,7 11,5 13,5 0,9 35,8

6,2 1,7 11,3 7,0 0,9 27,1

76 100 87 52 100 76

19,0 1,7 6,2 8,2 2,1 37,2

18,5 1,7 6,1 6,1 2,1 34,5

97 100 98 74 100 93

8,1 1,7 11,1 16,7 0,9 38,5

8,0 1,7 11,0 16,6 0,9 38,2

100 100 79,3 7 100 99

Tabel 9. Evaluasi Konsumsi Lemak Berdasarkan Tingkat KecukupanLemak Hari ke-1 Kebutuhan Konsumsi (g) (g) Tingkat Kecukupan (%) Kebutuhan (g) Lemak Hari ke-2 Konsumsi (g) Tingkat Kecukupan (%) Lemak Hari ke-3 Kebutuhan Konsumsi (g) (g) Tingkat Kecukupan (%)

49,8

27,1100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

54

49,8

34,5

69

49,8

38,2

77

Ha 1 ri Ha 2 ri Ha 3 ri

54%

69%

77%

Grafik 3. Tingkat Konsumsi Lemak Selama Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan selama 3 hari berturut-turut, tingkat konsumsi lemak pada pasien di hari pertama hingga hari ketiga mengalami peningkatan secara bertahap namun masih dalam batas konsumsi yang diperbolehkan (sesuai kebutuhan). Peningkatan ini terjadi karena keadaan pasien yang sudah mulai membaik, nafsu makan juga sudah mengalami peningkatan. Dan bahan makanan yang digunakan mengandung lemak yang cukup memberikan kontribusi lemak yang sesuai diperlukan pasien.Tabel 10. Evaluasi Konsumsi Karbohidrat Berdasarkan KetersediaanWaktu Makan Karbohidrat Hari ke-1 Ketersediaan Konsumsi Tingkat (g) (g) Konsumsi Karbohidrat Hari ke-2 Ketersediaan Konsumsi Tingkat (g) (g) Konsumsi Karbohidrat Hari ke-3 Ketersediaan Konsumsi Tingkat (g) (g) Konsumsi

(%) Pagi Selingan Siang Malam Ekstra Sehari

(%)

(%)

55,9 23,8 77,8 84,5 44,8 286,8

44,1 23,8 59,5 69,6 44,8 241,8

79 100 76 82 100 84

57,4 23,8 83,5 102,1 17,4 284,2

45,5 23,8 76,1 78,9 17,4 241,7

79 100 91 77 100 84

72,9 31,9 92,4 78,1 44,8 320,1

66,7 31,9 85,2 61,7 44,8 290,2

100 100 92 79 100 91

Tabel 11. Evaluasi Konsumsi Karbohidrat Berdasarkan Tingkat KecukupanKarbohidrat Hari ke-1 Tingkat Kebutuhan Konsumsi Kecukupan (g) (g) (%) Karbohidrat Hari ke-2 Tingkat Kebutuhan Konsumsi Kecukupan (g) (g) (%) Karbohidrat Hari ke-3 Tingkat Kebutuhan Konsumsi Kecukupan (g) (g) (%)

269,0

241,8110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

90

269,0

241,7

90

269,0

290,2

108

Ha 1 ri Ha 2 ri Ha 3 ri

90%

90%

108%

Grafik 4. Tingkat Konsumsi Karbohidrat Selama Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan, tingkat konsumsi karbohidrat pada pasien dari hari pertama hingga hari ketiga sudah cukup stabil, dengan rata-rata tingkat konsumsi sebesar 90%. Hal ini disebabkan kondisi pasien yang sudah mulai membaik, sehingga nafsu makan juga meningkat, serta upaya memberikan motivasi pada pasien dan modifikasi menu yang dibuat. Ketersediaan kandungan karbohidrat terbesar didapatkan dari ketersediaan bahan makanan pokok (beras).

7. Kesimpulan dan Saran Bagi Penderita

a. Kesimpulan

a. Status gizi penderita Stroke Iskemik yang diamati adalah at risk, hal ini

dapat dilihat dari data antropometri berdasarkan indeks massa tubuh pasien memperoleh hasil 24,97 kg/m2b. Resume masalah gizi berdasarkan kegiatan assesment, seorang wanita

berusia 52 tahun dengan status gizi at risk, mengalami Lemas badan sebelah kiri, tangan dan kaki. Kepala pusing, mual, muntah dan memiliki riwayat hipertensi, dengan tekanan darah 150/90 mmHg. Pasien didiagnosa mengalami stroke iskemik dan hipertensi.c. Pasien diberikan diet RG II dengan konsistensi makanan lunak (tim), hal

ini disesuaikan dengan status gizi pasien dan perhitungan kebutuhan energi sehari. Kebutuhan energi dihitung berdasarkan angka metabolisme basal sebesar 1149,3 kemudian dikalikan faktor aktifitas sebesar 1,2 dan dikalikan lagi dengan faktor stress sebesar 1,3. Maka diperoleh kebutuhan sehari energi pasien sebesar 1793 Kal, kebutuhan protein sehari (15%) adalah 67,2 gram, kebutuhan lemak sehari (25%) adalah 49,8 gram, dan kebutuhan karbohidrat sehari (60%) adalah 269,0 gram. d. Intervensi gizi yang dilakukan dengan memberikan tambahan makan atau ekstra, karena bila dihitung berdasarkan tingkat konsumsi energi dan zat gizi lain masih belum mencukupi tingkat kebutuhan. Intervensi dilakukan pada hari pertama berupae. Konsumsi dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi lain (protein, lemak,

dan karbohidrat) pada pasien di hari pertama energi terpenuhi sebesar 84% atau 1506 Kal, protein sebesar 95% atau 63,6 gram, lemak sebesar 54% atau 27,1 gram, karbohidrat sebesar 90% atau 241,8 gram. Hari kedua energi terpenuhi sebesar 83% atau 1492 Kal, protein sebesar 80% atau 54,0 gram, lemak sebesar 69% atau 34,5 gram, karbohidrat sebesar 90% atau 241,7 gram. Dan hari ketiga energi terpenuhi sebesar 102% atau 1812 Kal, protein sebesar 110% atau 74,1 gram, lemak sebesar 77% atau 38,2 gram, karbohidrat sebesar 108% atau 290,2 gram.f. Keadaan kondisi penderita selama pengamatan terlihat membaik.

Meskipun dari tingkat konsumsi makanan yang disajikan pada hari kedua mengalami sedikit penurunan, tingkat konsumsi energi turun 1% dan

tingkat konsumsi protein turun 15% dari hari pertama, berbeda dengan tingkat konsumsi lemak dan karbohidrat mengalami kenaikan. Tetapi pada hari ketiga tingkat konsumsi energi dan zat gizi lain kembali mengalami peningkatan. Penurunan tingkat konsumsi di hari kedua dipengaruhi oleh perbedaan bahan makanan yang disajikan antara hari pertama dengan hari kedua. Intervensi berupa ekstra roti isi palmsuiker yang diberikan pada hari pertama dan ketiga memberikan kontribusi energi dan zat gizi lain yang lebih tinggi dibandingkan dengan intervensi pada hari kedua berupa skutel pisang.g. Modifikasi menu yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan dan syarat

diet pasien, dan sesuai siklus menu yang ada di instalasi gizi. Menu yang dimodifikasi pada hari pertama berupa skutel tahu sebagai lauk nabati dan tumis kacang panjang dan tauge sebagai hidangan sayur pada waktu makan siang. Pada hari kedua menu yang dimodifikasi berupa skutel pisang sebagai ekstra di malam hari. Dan pada hari ketiga menu yang dimodifikasi berupa rollade daging saus tomat sebagai lauk hewani di siang hari. c. Sarana. Penderita harus memperbaiki kebiasaan makan sehari-hari, untuk

menjaga tekanan darah dalam batas normal. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam tau air dan tingkat hipertensi. Hindari produk olahan makanan kalengan atau yang diawetkan. Batasi bahan makanan yang menggunakan soda kue, MSG, dan minuman bersoda.b. Mengatur pola makan sehari-hari, dengan mengonsumsi makanan

seimbang (makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan buah) sesuai dengan kebutuhan sehari. Karena status gizi pasien at risk disarankan untuk mengonsumsi sumber karbohidrat kompleks, sumber protein rendah lemak, dan sumber lemak dibatasi. Makanan diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, dan direbus.

c. Bila kondisi pasien sudah membaik, disarankan untuk mulai berolahraga

secara teratur.