ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf ·...

124
ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Oleh : ARDHILES WAHYU K 156070300111001 PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PEMINATAN GAWAT DARURAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf ·...

Page 1: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

i

ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD

MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister

Oleh :

ARDHILES WAHYU K

156070300111001

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

PEMINATAN GAWAT DARURAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

ii

TESIS

ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD

MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR

Oleh :

Ardhiles Wahyu K

156070300111001

Dipertahankan didepan penguji

Pada tanggal 01 Agustus 2017

Dan dinyatakan Memenuhi Syarat

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Ahsan, S.Kp, M.Kes Ns.Setyoadi, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom

NIP.196408141984011001 NIP. 197809122005021001

Komisi Penguji

Ketua Anggota

Dr. Titin Andri W, S.Kp, M.Kes Dr. dr. Yuyun Yueniwati, M.Kes, Sp.Rad (K)

NIP.197702262003122001 NIP. 196810311996012001

Mengetahui

Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya

Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes

NIP. 195804141987012001

Page 3: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang

pengetahuan saya, di dalam Naskah TESIS ini tidak terdapat karya ilmiah yang

pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu

Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah

ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat

unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia tesis ini digugurkan dan gelar akademik

yang telah saya peroleh (MAGISTER) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(UU No.20 Tahun 2003, Pasal 25 Ayat 2 dan pasal 70)

Malang, Juli 2017

Mahasiswa,

Nama : Ardhiles Wahyu K

NIM : 156070300111001

PS : Magister Keperawatan

Prog : Pascasarjana

Fak : Kedokteran UB

Page 4: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

iv

JUDUL TESIS :

ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD

MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR

Nama Mahasiswa : Ardhiles WK

NIM : 1560703001110001

Program Studi : Magister Keperawatan

Minat : Gawat Darurat

KOMISI PEMBIMBING

Ketua : Dr. Ahsan, S.Kp, M.Kes

Anggota : Ns.Setyoadi, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom

TIM DOSEN PENGUJI

Dosen Penguji 1 : Dr. Titin Andri Wihastuti, S.Kp, M.Kes

Dosen Penguji 2 : Dr. dr. Yuyun Yueniwati P, M.Kes, Sp.Rad (K)

Page 5: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

v

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang

berjudul “Analisis Faktor Perilaku Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan di Instalasi Gawat Darurat Menggunakan Theory Of Planed

Behavior”.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih dan

rasa hormat setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya Malang.

2. Kepala Rumkit TK II dr Soepraoen Kesdam V/Brawijaya yang telah

memberikan kami kesempatan untuk penelitian di RS TK II dr Soepraoen.

3. Direktur RS Panti Waluya Sawahan yang telah memberikan kami ijin

untuk penelitian di RS Panti Waluya Sawahan.

4. Direktur RS Islam Malang yang telah memberikan kami tempat untuk

penelitian di RS Islam Malang.

5. Kolonel Ckm Purn dr. I Putu Gde Santika, M.Si selaku Direktur Poltekkes

RS TK II dr Soepraoen yang telah memberikan ijin studi lanjut di Magister

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

6. Dr. Titin Andri Wihastuti, S.Kp, M.Kes selaku Ketua Program Studi

Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Malang dan Penguji I yang telah memberikan masukan dan perbaikan

dalam penyusunan tesis.

7. Dr. Ahsan, S.Kp, M.Kes selaku Pembimbing I yang dengan telaten

memfasilitasi, sabar membimbing, dan memberikan masukan kepada

penulis.

8. Ns.Setyoadi, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom selaku Pembimbing II yang

telah banyak membantu penulis dalam mematangkan ide dan konsep

terkait tema penelitian yang diambil.

9. Dr. dr. Yuyun Yueniwati P, M.Kes, Sp.Rad (K) selaku Penguji II yang

telah memberikan masukan dan perbaikan dalam penyusunan tesis.

10. Kepala Instaldik Rumkit TK II dr Soepraoen Malang yang telah membantu

proses perijinan tempat penelitian.

Page 6: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

vi

11. Kepala Diklat RS Panti Waluya Sawahan yang telah membantu proses

perijinan tempat penelitian.

12. Kepala Diklat RS Islam Malang yang telah membantu proses perijinan

tempat penelitian.

13. Kepala Ruang IGD dan Kasi Yanmed Rumkit TK II dr Soepraoen Malang

yang telah menyediakan waktu dan saran saat penelitian.

14. Kepala Ruang IGD dan Kepala Rekam Medik RS Panti Waluya Sawahan

yang telah menyediakan waktu dan saran saat penelitian.

15. Kepala Ruang IGD dan Kepala Rekam Medik RS Islam Malang yang

telah menyediakan waktu dan saran saat penelitian.

16. Para perawat pelaksana IGD Rumkit TK II dr Soepraoen, RS Panti

Waluya Sawahan, RS Islam Malang yang telah bersedia menjadi

responden penelitian.

17. Semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini

Penulis menyadari akan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki

sehingga tesis ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis

mengharapkan adanya saran, dan masukan yang bersifat membangun agar

tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Malang, Juli 2017

Penulis

Ardhiles WK

Page 7: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

vii

RINGKASAN

Ardhiles Wahyu K, NIM. 156070300111001. Program Studi Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Analisis Faktor Perilaku Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Instalasi Gawat Darurat Menggunakan Theory Of Planed Behavior.

Komisi Pembimbing Ketua : Dr. Ahsan, S.Kp, M.Kes, Anggota : Ns.Setyoadi, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom.

Latar Belakang. Lingkungan kerja IGD yang kompleks akan mempengaruhi kualitas perawatan, pelayanan kesehatan, keselamatan pasien, termasuk dokumentasi yang dilakukan tidak tepat atau tidak lengkap. Dokumentasi keperawatan yang tidak lengkap menunjukkan proses asuhan keperawatan tidak berjalan dengan baik dan berkesinambungan. Theory of Planed Behavior (TPB) sebagai salah satu teori yang terbaik pada ilmu perilaku yang telah digunakan dalam beberapa penelitian untuk menjelaskan perilaku dan mengidentifikasi faktor-faktor penting yang mempengaruhi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor yang berhubungan dengan perilaku perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat menggunakan Theory of Planed Behavior.

Metode. Penelitian ini adalah penelitian analysis observational dengan pendekatan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di IGD Rumkit TK II dr Soepraoen, IGD RS Panti Waluya Sawahan dan IGD RS Islam Malang. Sejumlah 45 sampel perawat IGD dan 341 dokumen dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi.

Hasil. Hasil analisis uji statistik partial least square menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara sikap dan intensi dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD dengan nilai T-Statistik sebesar 2,335 (>1,68) dengan koefisien jalur sebesar 0,024. Tidak terdapat hubungan signifikan antara norma subyektif dan intensi dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dibuktikan dengan nilai T-Statistik sebesar 1,414 (<1,68) dengan koefisiensi jalur sebesar 0,164. Terdapat hubungan signifikan antara perceived behavioral control dengan intensi dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD dibuktikan dengan nilai T-Statistik sebesar 1,830 (>1,68) dengan koefisien jalur sebesar 0,074. Terdapat hubungan signifikan antara intensi dengan perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD dibuktikan dengan nilai T-Statistik sebesar 1,933 (>1,68) dengan koefisien jalur sebesar 0,409.

Kesimpulan. Berdasarkan Theory of Planed Behavior.yang digunakan peneliti diketahui sikap, perceived behavioral control dan intensi perawat IGD saling berhubungan membentuk perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan. Sikap yang baik serta perceived behavioral control yang baik akan menyebabkan intensi yang baik sehingga terbentuk perilaku pendokumentasian yang baik pula.

Kata kunci : Perawat IGD, Dokumentasi Keperawatan, Theory of Planed Behavior

Page 8: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

viii

SUMMARY

Ardhiles Wahyu K, NIM. 156070300111001. Master of Nursing, Faculty of

Medicine Universitas of Brawijaya. Analysis of Nursing Behavior Factors in

Documentation of Nursing Care in Emergency Installation Using Theory Of

Planed Behavior.

Supervising Commission: Dr. Ahsan, S.Kp, M.Kes, Member: Ns.Setyoadi, S.Kep,

M.Kep, Sp.Kep.Kom.

Background. The complex IGD work environment will affect the quality of care,

health care, patient safety, including inaccurate or incomplete documentation.

Incomplete nursing documentation indicates that the nursing care process is not

working properly and continuously. Theory of Planed Behavior (TPB) as one of

the best theories on behavioral science that has been used in several studies to

explain behavior and identify important factors that influence. The purpose of this

study is to analyze factors related to the behavior of nurses in documenting

nursing care in Emergency Installation using Theory of Planed Behavior.

Method. This research is an observational analysis research with cross sectional

design approach. Population in this research is all implementing nurses at IGD

Rumkit TK II dr Soepraoen, IGD RS Panti Waluya Sawahan and IGD RS Islam

Malang. A total of 45 samples of IGD nurses and 341 documents were selected

according to inclusion and exclusion criteria.

Results. The result of statistical analysis of partial least square shows that there

is a significant correlation between attitude and intention in documenting nursing

care in IGD with T-Statistic value 2,335 (> 1,68) with path coefficient equal to

0,024. There is no significant correlation between subjective norm and intention

in documenting nursing care as evidenced by the value of T-Statistics of 1.414

(<1.68) with path coefficient of 0.164. There is a significant correlation between

perceived behavioral control and intention in documenting nursing care in IGD as

evidenced by the T-Statistic value of 1.830 (> 1.68) with the path coefficient of

0.074. There is a significant correlation between intention with documentation

behavior of nursing care in IGD proved with value of T-Statistic equal to 1,933 (>

1,68) with path coefficient 0,409.

Conclusion. Based on Theory of Planed Behavior. The researcher used to know

attitude, perceived behavioral control and intention of nurses of IGD are related to

form the documenting behavior of nursing care. Good attitude and good

perceived behavioral control will cause good intention to form good

documentation behavior as well.

Keywords: Nurse IGD, Nursing Documentation, Theory of Planed Behavior

Page 9: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i Halaman Pengesahan ...................................................................................... ii Halaman Pernyataan Orisinalitas ................................................................... iii Halaman Identitas Tim Penguji ....................................................................... iv Kata Pengantar ................................................................................................ v Ringkasan ........................................................................................................ vii Summary ......................................................................................................... viii Daftar Isi ........................................................................................................... ix Daftar Gambar .................................................................................................. xi Daftar Tabel ...................................................................................................... xii Daftar Lampiran .............................................................................................. xiii Daftar Singkatan ............................................................................................. xiv Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 6 1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6 BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Instalasi Gawat Darurat ............................................................................... 8 2.2 Dokumentasi Keperawatan di IGD ............................................................... 9

2.2.1 Manfaat dan Tujuan Dokumentasi Keperawatan di IGD ...................... 9 2.2.2 Karakteristik Dokumentasi Keperawatan Gawat Darurat ..................... 10 2.2.3 Proses Dokumentasi Keperawatan Gawat Darurat ............................. 12

2.2.3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................... 14 2.2.3.2 Diagnosis Keperawatan ............................................................. 19 2.2.3.3 Rencana Keperawatan .............................................................. 23 2.2.3.4 Implementasi Keperawatan ....................................................... 23 2.2.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................... 24

2.2.4 Bentuk Dokumentasi Keperawatan di IGD .......................................... 24 2.2.5 Aspek Legal Dokumentasi Keperawatan ............................................. 28

2.3 Theory Of Planed Behavior .......................................................................... 30 2.3.1 Sejarah Theory Of Planed Behavior .................................................... 30 2.3.2 Bagan Theory Of Planed Behavior ...................................................... 32

2.3.2.1 Intensi ......................................................................................... 35 2.3.2.2 Sikap .......................................................................................... 38 2.3.2.3 Norma Subyektif ......................................................................... 40 2.3.2.3 Perceived Behavior Control (PBC) .............................................. 42 2.3.2.4 Background factor ...................................................................... 43

BAB 3 Kerangka Konsep dan Hipotesis 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................ 46 3.2 Penjelasan Kerangka Konsep ...................................................................... 47 3.3 Hipotesis ...................................................................................................... 48

Page 10: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

x

BAB 4 Metode Penelitian 4.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 49 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 49

4.2.1 Tempat ................................................................................................ 49 4.2.2 Waktu … .............................................................................................. 49

4.3 Populasi dan Sampel ................................................................................... 50 4.3.1 Populasi .............................................................................................. 50 4.3.2 Sampel ............................................................................................... 50 4.3.3 Teknik Penentuan Sampel ................................................................. 51

4.4 Variabel Penelitian ...................................................................................... 51 4.4.1 Variabel Independen ........................................................................... 52 4.4.2 Variabel Dependen .............................................................................. 52

4.5 Definisi Operasional .................................................................................... 53 4.6 Instrumen Penelitian ................................................................................... 63

4.6.1 Sikap Terhadap Perilaku Pendokumentasian ...................................... 63 4.6.2 Norma Subyektif .................................................................................. 63 4.6.3 Perceived Behavior Control (PBC) ....................................................... 64 4.6.4 Intensi.. ............................................................................................... 65 4.6.5 Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.. ........................... 65

4.7 Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................... 66 4.7.1 Proses Perijinan Penelitian .................................................................. 66 4.7.2 Pengumpulan data .............................................................................. 66

4.8 Pengolahan dan Analisa Data .................................................................... 67 4.8.1 Pengolahan Data ................................................................................. 67 4.8.2 Analisis Data ....................................................................................... 67

4.9 Etik Penelitian .... ......................................................................................... 69 BAB 5 Hasil dan Analisis Penelitian 5.1 Analisis Univariat ........................................................................................ 71

5.1.1 Data jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan responden ........................ 71 5.1.2 Sikap terhadap perilaku pendokumentasian ........................................ 72 5.1.3 Norma subyektif terhadap perilaku pendokumentasian ........................ 74 5.1.4 Perceived Behavioral Control terhadap perilaku pendokumentasian ... 75 5.1.5 Intensi terhadap Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan .... 77 5.1.6 Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan .............................. 78

5.2 Analisis Multivariat ...................................................................................... 80 BAB 6 Pembahasan 6.1 Hubungan sikap dengan intensi dalam pendokumentasian ......................... 83 6.2 Hubungan norma subyektif dengan intensi dalam pendokumentasian ........ 88 6.3 Hubungan Perceived Behavioral Control dengan intensi ............................ 91 6.4 Hubungan intensi dengan perilaku pendokumentasian ................................ 95 BAB 7 Simpulan dan saran 7.1 Simpulan …………………………………………………………………………...100 7.1 Saran………………………………………………………………………………...100 Daftar Pustaka ..................................................................................................102 Lampiran............................................................................................................109

Page 11: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Theory Of Reasoned Action ........................................................... 31 Gambar 2.2 Theory Of Planed Behavior ............................................................ 32 Gambar 2.3 Theory Of Planed Behavior and background Factors ..................... 35 Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ..................................................................... 46 Gambar 5.1 Struktur Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku

Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ............ 80

Page 12: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional ........................................................................... 53 Tabel 5.1 Data Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Responden ............................. 71 Tabel 5.2 Sikap Perawat Terhadap Perilaku Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan Di IGD .......................................................................... 72 Tabel 5.3 Keyakinan Kuat Perawat (Belief Strenght) Terhadap Perilaku

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di IGD .............................. 72 Tabel 5.4 Perasaan Perawat Tentang Konsekuensi (Outcome Evaluation) Terhadap Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di IGD 73 Tabel 5.5 Norma Subjektif Terhadap Perilaku Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan Di IGD .......................................................................... 74 Tabel 5.6 Persepsi Perawat Tentang Dukungan Sosial Terhadap Perilaku

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ......................................... 74 Tabel 5.7 Motivasi Perawat Mematuhi Anjuran Terhadap Perilaku

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ......................................... 75 Tabel 5.8 PBC Perawat Terhadap Perilaku Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan...................................................................................... 76 Tabel 5.9 Keyakinan Perawat Tentang Mudah Atau Tidak Perilaku

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ......................................... 76 Tabel 5.10 Persepsi Perawat Tentang Pendorong Dan Penghambat Perilaku

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ......................................... 77 Tabel 5.11 Intensi Perawat Terhadap Perilaku Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan...................................................................................... 77 Tabel 5.12 Komponen Intensi Perawat Terhadap Perilaku Pendokumentasian

Asuhan Keperawatan ......................................................................... 78 Tabel 5.13 Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan .......................... 78 Tabel 5.14 Uraian Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ............... 79 Tabel 5.15 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Analisis Faktor Yang Berhubungan

Dengan Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ............. 81

Page 13: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Data Demografi ................................................................... 109

Lampiran 2. Petunjuk Pengisian & Kuisioner Sikap ................................................. 110

Lampiran 3. Petunjuk Pengisian & Kuisioner Norma Subyektif ............................... 114

Lampiran.4 Petunjuk Pengisian & Kuisioner Perceived Behavioral Control ............ 116

Lampiran 5 Petunjuk Pengisian & Kuisioner Intensi ............................................... 121

Lampiran 6 Lembar Observasi Pendokumentasian Keperawatan di IGD ............... 122

Lampiran 7 Kisi-Kisi Intrumentasi Penelitian .......................................................... 125

Lampiran 8 Maping Artikel Penelitian ..................................................................... 128

Lampiran 9 Penjelasan & Pernyataan Mengikuti Penelitian ................................... 131

Lampiran 10 Surat Pengantar Uji Etik .................................................................... 133

Lampiran 11 Surat Keterangan Kelaikan Etik .......................................................... 134

Lampiran 12 Surat Pengantar Ijin Penelitian ........................................................... 135

Lampiran 13 Surat Balasan Ijin Penelitian .............................................................. 138

Lampiran 14 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 143

Lampiran 15 Rekapitulasi Data Penelitian .............................................................. 149

Lampiran 16 Hasil Analisa Data .............................................................................. 161

Lampiran 17 Surat Keterangan Bebas Plagiasi ....................................................... 166

Lampiran 18 Surat Keterangan Publikasi Artikel Jurnal .......................................... 167

Lampiran 19 Manuskrip .......................................................................................... 168

Page 14: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

xiv

DAFTAR SINGKATAN

% = Persen

AB = Attitudes

B = Behavior

b = Belief

Bi = Normatif belief

CBE = Charting by Exception

Ci = Control belief

ENA = Emergency Nurse Association

e = Evaluasi

F = Frekuensi

I = Intention

IGD = Instalasi Gawat Darurat

KARS = Komisi Akreditasi Rumah Sakit

Mi = Motivation to comply

PBC = Perceived Behavior Control

PIE = Problem, Intervensi dan Evaluasi

Pi = Power belief

PLS = Partial Least Square

PP-PPNI = Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

RS = Rumah Sakit

SN = Subjective Norms

SOAPIE = Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning, Intervensi dan Evaluasi

TPB = Theory of Planed Behavior

TRA = Theory of Reasoned Action

W = Weight

Page 15: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

1

ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD

MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR

ARTIKEL ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister

Oleh :

ARDHILES WAHYU K

156070300111001

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

PEMINATAN GAWAT DARURAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 16: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

2

ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR

Ardhiles Wahyu K1, Ahsan

2, Setyoadi

3

Program Studi Magister Keperawatan Peminatan Gawat Darurat Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAK

Lingkungan kerja IGD yang kompleks akan mempengaruhi kualitas perawatan, pelayanan kesehatan, termasuk dokumentasi yang dilakukan tidak tepat atau tidak lengkap. Dokumentasi keperawatan yang tidak lengkap menunjukkan proses asuhan keperawatan tidak berjalan dengan baik dan berkesinambungan. Theory of Planed Behavior (TPB) telah digunakan untuk menjelaskan perilaku seseorang dan mengidentifikasi faktor-faktor penting yang mempengaruhi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan perilaku perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat menggunakan Theory of Planed Behavior. Desain penelitian menggunakan analysis observational dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian perawat pelaksana di IGD Rumkit TK II dr Soepraoen, IGD RS Panti Waluya Sawahan Malang dan IGD RS Islam Malang. Sampel berjumlah 45 perawat IGD dan 341 dokumen dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil analisis uji statistik partial least square menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara sikap dengan intensi, antara perceived behavioral control dengan intensi, antara intensi dengan perilaku pendokumentasian keperawatan dibuktikan dengan masing-masing nilai T-Statistik sebesar >1,68. Sebaliknya tidak terdapat hubungan antara norma subyektif dengan intensi dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dibuktikan dengan nilai T-Statistik <1,68. Rumah Sakit dan perawat IGD diharapkan mengembangkan sikap positif serta PBC yang baik sehingga menyebabkan intensi yang baik selanjutnya terbentuk perilaku pendokumentasian keperawatan yang baik pula.

Kata Kunci : Perawat IGD, Dokumentasi Keperawatan, Theory of Planed Behavior

ABSTRACT

The complex IGD work environment will affect the quality of care, health care, including inaccurate or incomplete documentation. Incomplete nursing documentation indicates that the nursing care process is not working properly and continuously. Theory of Planed Behavior (TPB) has been used to describe a person's behavior and identify important factors that influence. The purpose of this study was to analyze factors related to nurse behavior in documenting nursing care in Emergency Installation using Theory of Planed Behavior. The research design used observational analysis with cross sectional approach. The sample in this research is part of nurse of executing at IGD Rumkit TK II dr Soepraoen, IGD RS Panti Waluya Sawahan and IGD RS Islam Malang. The sample of 45 nurses IGD and 341 documents were selected according to inclusion and exclusion criteria. The result of statistical analysis of partial least square shows that there is a significant correlation between attitude with intention, between perceived behavioral control with intention, between intention and nursing documentation behavior evidenced by each value of T-Statistic equal to> 1.68. Conversely there is no relationship between subjective norms with the intention in documenting nursing care is evidenced by the value of T-Statistics <1.68. Hospital and nurse IGD is expected to develop a positive attitude and good PBC so that cause good intention then formed good nursing documenting behavior as well.

Keywords : Nurse IGD, Nursing Documentation, Theory of Planed Behavior

Page 17: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan keperawatan gawat darurat menjadi salah satu area yang

paling sensitif diantara pelayanan keperawatan yang lain karena adanya faktor

urgency (keadaan mendesak) dan crowding (keadaan yang penuh sesak dan

ramai) (Aacharya, Gastman & Denier, 2011). Beban kerja, keramaian, bencana,

kematian dan kondisi pasien yang kritis mengakibatkan lingkungan kerja IGD

lebih kompleks dan penuh stress (Healy & Tyrell, 2011). Lingkungan kerja IGD

yang kompleks akan mempengaruhi kualitas perawatan, pelayanan kesehatan,

keselamatan pasien, termasuk dokumentasi yang dilakukan tidak tepat atau tidak

lengkap (Hoot & Aronsky, 2008; Powell et al., 2012)

Beberapa kemampuan yang harus dimiliki perawat IGD yaitu kemampuan

melakukan pengkajian dengan cepat tetapi akurat, kemampuan melakukan

dokumentasi secara menyeluruh dan akurat (Wolf, 2007). Dokumentasi

keperawatan gawat darurat harus menyediakan catatan faktual tentang kondisi

klien, lokasi, dan gelang untuk identifikasi pada awal klien masuk, dan

selanjutnya data tentang pengkajian awal, waktu intervensi dilakukan, masalah

dan prosedur yang dilakukan, respon klien terhadap intervensi berikut solusinya,

observasi perawat, komunikasi dengan tim kesehatan dan keluarga klien,

edukasi pada klien, instruksi pulang dan penolakan perawatan oleh klien

(Newberry & Criddle, 2007). Dokumentasi keperawatan yang tidak efektif akan

menghambat evaluasi kualitas perawatan pada pasien (Christensen et al., 2011).

Kualitas dokumentasi keperawatan di Indonesia masih rendah. Terlihat

dari penelitian yang dilakukan Sabila (2009) dari 300 sampel rekam medik

Page 18: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

2

dokumentasi keperawatan 69,3% berada dalam kategori tidak lengkap. Purwanti

(2012), kelengkapan dokumentasi keperawatan hanya 63% yang terdiri dari

kelengkapan pengkajian hanya 53%, diagnosa dan perencanaan keperawatan

61%, dan implementasi dan evaluasi 75%. Fuchtbauer, Norgaard dan

Mogensen, (2013) melakukan riset untuk mengetahui proporsi waktu yang

dihabiskan oleh perawat dalam melakukan perawatan pada pasien di Instalasi

Gawat Darurat. Penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa perawat

menghabiskan 25% waktu mereka untuk melakukan kontak atau tindakan pada

pasien secara langsung, 5,8% waktu dihabiskan untuk melakukan perawatan

pada pasien secara tidak langsung, 24% waktu dihabiskan untuk melakukan

komunikasi pada staf lainnya, 31% untuk melakukan dokumentasi terhadap

segala tindakan yang dilakukan kepada pasien, dan 6% dilakukan untuk

melakukan transportasi pasien.

Dokumentasi IGD yang baik menunjang penilaian Akreditasi RS selain

menjadi aspek legal diranah hukum. Septanty (2016), keberhasilan dalam

akreditasi Rumah Sakit. Salah satunya yang harus dipenuhi dalam keberhasilan

akreditasi versi KARS 2012 adalah analisis kuantitatif kelengkapan dokumentasi/

rekam medis yang sesuai dengan elemen penilaian dari standar akreditasi versi

KARS 2012. Laporan yang ditulis Rahman (2014), perawat dan dokter IGD RS E

Jakarta mendapat tuntutan hukum karena pasien balita meninggal setelah diberi

suntikan obat melalui infus di IGD. Dokumentasi dokter dan perawat di IGD

menjadi bukti dari pihak kuasa hukum RS bahwa petugas bekerja sesuai

prosedur. Keluarga pasien tetap tidak menerima dan meminta kasus kematian

anaknya dilanjutkan ke proses hukum.

Gambaran kelengkapan dokumentasi pada analisa rekam medik dalam

studi aplikasi di Instalasi Gawat Darurat 12-30 Desember 2016 didapatkan hasil

di Rumkit TK II dr Soepraoen 10-60 % data pengkajian berupa (waktu masuk,

Page 19: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

3

identitas pasien, primary survey, secondary survey dan keadaan umum) di isi

kurang lengkap, keterkaitan diagnosa dan rencana keperawatan didapatkan 64%

tidak sesuai. Di RS Islam Malang 20-40 % data pengkajian keperawatan tidak

diisi, ada 80% diagnosa keperawatan tidak diisi, serta 47-71% rencana tindakan

keperawatan tidak diisi (Laporan Aplikasi Mahasiswa Magister Gadar UB, 2016).

Menurut hasil wawancara beberapa perawat pelaksana IGD Rumkit TK II

dr Soepraoen bahwa mereka tidak kesulitan dalam mengisi lembar dokumentasi

dan menurut mereka lembar dokumentasi di IGD sudah praktis dan lengkap.

Menurut perawat IGD RS Islam Malang format pengkajian di IGD antara medis

dan perawat perlu dijadikan 1 format pengkajian terintegrasi sehingga lebih

praktis. Perawat juga merasa perlu mendapatkan sosialisasi dan superfisi secara

kontinyu terkait kelengkapan dokumen di IGD (Laporan Aplikasi Mahasiswa

Magister Gawat Darurat Universitas Brawijaya, 2016).

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan

perawat yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan

dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat

dan lengkap secara tertulis (Setiadi, 2014). Pribadi (2009), dokumentasi

keperawatan yang tidak lengkap menunjukkan proses asuhan keperawatan tidak

berjalan dengan baik dan berkesinambungan, tidak terjalin komunikasi yang baik

antar perawat dan dengan petugas kesehatan lain karena tidak ada komunikasi

tertulis secara jelas. Berdasarkan hasil penelitian Diyanto (2007), faktor

penghambat pada pendokumentasian keperawatan diantaranya beban kerja

yang tinggi, lembar isian dokumen terlalu panjang dan mendampingi visite

dokter. Bijani et al (2016), faktor yang mempengaruhi ketidaklengkapan

dokumentasi terdiri dari faktor perawat (jumlah perawat kurang, tidak cukup

waktu, kelelahan), faktor lingkungan kerja (jumlah pasien banyak, bekerja di area

yang padat), faktor manajemen (tidak ada monitoring, kurang disiplin, dan

Page 20: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

4

kurangnya dorongan). Mangole, Rompas dan Ismanto (2015), ada keterkaitan

yang erat antara perilaku perawat dengan dokumentasi keperawatan.

Eccles et al., (2007) menyimpulkan bahwa intensi/ niat adalah ukuran

baku terbentuknya perilaku pada petugas kesehatan (yaitu, dokter, perawat,

apoteker, tenaga kesehatan lainnya). Mereka tidak mengukur kekuatan

hubungan antara niat dan perilaku di kalangan profesional kesehatan, tetapi

berdasarkan penelaahan atas sepuluh studi prospektif, mereka menyimpulkan

bahwa hubungan ini sama besarnya dengan yang dilaporkan untuk populasi non

tenaga kesehatan. Dalam ringkasan kuantitatif meta-analisis, diperkirakan bahwa

rata-rata 28% dari varians dalam perilaku ditentukan oleh niat atau intensi.

Theory of Planed Behavior (TPB) sebagai salah satu teori yang terbaik

pada ilmu perilaku yang telah digunakan dalam beberapa penelitian untuk

menjelaskan perilaku dan mengidentifikasi faktor-faktor penting yang

mempengaruhi. Teori ini digunakan sebagai kerangka karena dari berbagai

penelitian telah menunjukkan ketepatan dalam memprediksi niat dan perilaku

kelompok yang berbeda dari petugas kesehatan (Eccles et al, 2006; Perkins et

al, 2007). TPB didasarkan pada prinsip logis bahwa orang akan mengevaluasi

konsekuensi sebelum melakukan tindakan tertentu (Sharifirad et al., 2015).

Menurut TPB, tindakan manusia dipandu oleh tiga macam pertimbangan:

keyakinan tentang kemungkinan hasil dari perilaku dan evaluasi dari hasil

(attitude toward behavior), keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan

motivasi untuk mematuhi harapan-harapan ini (subjective norm ), dan keyakinan

tentang adanya faktor-faktor yang dapat memfasilitasi atau menghambat kinerja

perilaku dan kekuatan yang dirasakan dari faktor-faktor ini (perceived behavioral

control) (Ajzen, 1991; Javadi M et al., 2013).

Sesuai penerapan Theory of Planed Behavior dari Ajzen, intensi

merupakan faktor terdekat yang dapat memprediksi munculnya perilaku perawat

Page 21: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

5

dalam pendokumentasian keperawatan (Fishbein & Ajzen, 2010). Penelitian

Martini (2007), sikap memiliki korelasi terhadap dokumentasi keperawatan.

Rahim A (2009) dan Nelfiyanti (2009), motivasi intrinsik dan persepsi terhadap

pekerjaan memiliki peran terhadap kelengkapan pengisian dokumentasi

keperawatan. Penelitian Sharifirad et al, (2015), menemukan perceived

behavioral control (PBC) sebagai prediktor terkuat pada perawat dalam

melakukan edukasi.

Berdasarkan latar belakang diatas perilaku perawat berperan penting bagi

baik atau tidaknya dokumentasi keperawatan khususnya di Instalasi Gawat

Darurat. Peneliti tertarik melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi

Gawat Darurat dengan pendekatan Theory of Planed Behavior.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan sikap dengan intensi dalam pendokumentasian

asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat ?

2. Apakah ada hubungan norma subyektif dengan intensi dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat ?

3. Apakah ada hubungan perceived behavioral control dengan intensi

dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Gawat

Darurat ?

4. Apakah ada hubungan intensi dengan perilaku perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat ?

Page 22: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

6

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor yang berhubungan

dengan perilaku perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di

Instalasi Gawat Darurat menggunakan Theory of Planed Behavior.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis hubungan sikap dengan intensi dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat.

2. Menganalisis hubungan norma subyektif dengan intensi dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat.

3. Menganalisis hubungan perceived behavioral control dengan intensi

dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Gawat

Darurat.

4. Menganalisis hubungan intensi dengan perilaku perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat.

1.4 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi rumah sakit

dan perawat sebagai berikut:

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini menjadi pertimbangan dan masukan bagi pengelola

rumah sakit untuk pelaksanaan perilaku pendokumentasian sehingga menjadi

standar penilaian kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan

Page 23: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

7

1.4.1 Bagi Perawat

Menjadi dasar dalam membudayakan perilaku perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan dalam upaya meningkatkan mutu

pelayanan di Instalasi Gawat Darurat.

Page 24: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Instalasi Gawat Darurat

Instalasi Gawat Darurat dikenal sebagai lokasi pelayanan kesehatan yang

komplek dan sibuk sehingga mengakibatkan terjadi gangguan, kekacauan dan

interupsi sehingga berisiko terjadi kesalahan (Brixey et al, 2005; Laxmisan et al,

2007; Yu & Green, 2009) kondisi lingkungan yang kompleks dan sibuk akan

mempengaruhi pengambilan keputusan yang dibuat dibawah tekanan waktu dan

keterbatasan atau ketidaklengkapan informasi yang didapat sehingga

mengakibatkan suatu kesalahan dan tuntutan malapraktik (Yu & Green, 2009).

Lingkungan IGD berbeda dengan lingkungan di ruang rawat inap rumah

sakit karena tenaga kesehatan dari multidisiplin membutuhkan informasi yang

dikumpulkan dengan waktu cepat dan akurat (Reddy & Spence, 2006). Kerja

keras, beban kerja tinggi, keramaian, kejadian bencana, kematian dan perawatan

pasien dengan kondisi kritis merupakan faktor yang mengakibatkan lingkungan

kerja IGD komplek dan penuh stres (Ross Adjie et al 2007; Healy & Tyrrell,

2011). Instalasi gawat darurat (IGD) merupakan suatu unit pelayanan kesehatan

yang memiliki lingkungan kerja yang unik, kompleks, penuh stres dan dinamis

serta tidak berdiri sendiri tetapi menjadi bagian penting serta saling berhubungan

di sebuah rumah sakit yang besar (Eeden, 2009;Yu & Green, 2009).

Jumlah pasien yang banyak dengan kondisi kritis memerlukan

penangaanan cepat dan tepat sehingga mengakibatkan stres atau beban yang

tinggi pada perawat IGD. Jumlah pasien yang banyak dan berlebihan disebut

overcrowding merupakan masalah paling umum di IGD yang memberikan beban

tinggi perawat dan mempengaruhi kualitas perawatnya, akses pelayanan

kesehatan, keselamatan pasien dan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang

Page 25: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

9

diberikan (Baer, Pasternack, & Zwemer, 2001; Hoot & Aronsky, 2008; Kolb,

Peck, Schoening, & Lee, 2008; Powell et al, 2012). Situasi yang begitu sibuk,

ramai, jumlah pasien berlebihan dan banyaknya aktifitas perawat menyebabkan

stres tinggi yang mempengaruhi pelaksanaan proses dan dokumentasi

keperawatan serta kualitas pelayanan perawat yang diberikan (Gilboy, 2002;

Bruce & Suserud, 2005; Eeden, 2009; Powell et al., 2012).

Pelayanan keperawatan gawat darurat menjadi salah satu area yang

paling sensitif di area pelayanan keperawatan yang lainnya oleh karena adanya

faktor urgency ( keadaan yang mendesak ) dan crowding (keadaan yang penuh

sesak dan ramai) (Moskop et al., 2009; Aacharya, Gastmans & Denier, 2011).

Keperawatan urgency merupakan hasil dari kombinasi distress (tekanan) fisik

dan psikologis yang muncul secara tidak terduga, mendadak, menyebabkan

menyebabkan penderitaan dan mengancam nyawa dalam semua situasi

kegawatdaruratan sehingga mendorong pasien untuk masuk IGD (Aacharya,

Gastmans & Denier, 2011).

2.2 Dokumentasi Keperawatan di IGD

2.2.1 Manfaat & Tujuan Dokumentasi Keperawatan di IGD

Dokumentasi keperawatan di IGD memiliki manfaat antara lain yaitu

aspek hukum dokumentasi dapat dipergunakan sebagai barang bukti di

pengadilan bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi

keperawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna

jasa, aspek jaminan mutu (kualitas pelayanan). Mengetahui sejauh mana

masalah klien dapat teratasi dan seberapa masalah baru dapat diidentifikasi dan

dimonitor melalui catatan yang akurat. Dokumentasi membantu meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan, aspek komunikasi merupakan alat perekam

terhadap masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan

Page 26: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

10

lain akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang

dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan (Setiadi, 2012).

Dokumentasi keperawatan diluar IGD untuk penilaian pasien mencakup

penilaian lengkap riwayat pasien secara komprehensif dan pemeriksaan fisik

dari semua sistem tubuh. Pendekatan ini, meskipun ideal, sulit dilakukan di IGD

oleh petugas kesehatan karena pasien berada dengan masalah yang

mengancam nyawa pada saat kedatangan sambil mengumpulkan data sekaligus

memprioritaskan dan memberikan perawatan. Pendekatan pasien kondisi biasa

dan teknik untuk penilaian umum harus diubah dalam kondisi gawat darurat

untuk menyeimbangkan kebutuhan informasi, sementara mempertimbangkan

sifat kritis dari pasien dan situasi kecemasan keluarga (Tracy MF, 2014).

Cheevakasemsook et al., (2006) menyatakan tujuan dari dokumentasi

keperawatan di IGD adalah menjamin kualitas dan kontinuitas perawatan yang

diberikan melalui komunikasi dan memberikan bukti hukum dari proses dan hasil

akhir perawatan. Tujuan tersebut menjadi tantangan besar bagi perawat dalam

pembuatan dokumentasi yang yang akurat dan berkualitas dari proses

keperawatan yang dilakukan.

2.2.2 Karakteristik Dokumentasi Keperawatan Gawat Darurat

Potter dan Perry (2011), dokumentasi asuhan keperawatan yang

berkualitas mengandung beberapa karakteristik penting antara lain: lengkap yaitu

seluruh data yang diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien

dicatat dengan terperinci. Data yang terkumpul harus lengkap, guna membantu

mengatasi masalah klien yang adekuat, akurat dan nyata yaitu dalam

pengumpulan data ada kemungkinan terjadi salah paham. Mencegah hal

tersebut, maka perawat harus berpikir akurasi dan nyata untuk membuktikan

benar tidaknya apa yang telah didengar, dilihat dan diamati, serta diukur melalui

Page 27: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

11

pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang mungkin

meragukan, relevan yaitu pencatatan data yang komprehensif biasanya banyak

data yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu perawat untuk

mengidentifikasi. Kondisi seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat data

komprehensif tetapi singkat dan jelas. Mencatat data yang relevan sesuai

dengan masalah klien yang merupakan data fokus terhadap klien sesuai dengan

perkembangan pasien.

Dokumentasi keperawatan dilakukan sejak penilaian pra kedatangan

(prearrival) yaitu saat menerima informasi pasien IGD akan datang. Informasi ini

berasal dari kontak tim perawatan kesehatan awal. Kontak berasal dari dokter

atau perawat di lapangan yang melaporkan ke instalasi gawat darurat (IGD),

transfer dari fasilitas kesehatan lain, atau transfer dari rumah sakit daerah lain.

Penilaian pra kedatangan yang tentang gambaran awal pasien memungkinkan

perawat IGD untuk mulai mengantisipasi kondisi pasien dan kebutuhan fisiologis

serta psikologis. Penilaian pra kedatangan ini juga memungkinkan perawat untuk

menentukan sumber daya yang tepat yang dibutuhkan untuk merawat pasien.

Informasi yang diterima di fase pra kedatangan sangat penting karena

memungkinkan perawat IGD mempersiapkan lingkungan untuk memenuhi

kebutuhan khusus pasien dan keluarga (Tracy MF, 2014).

Penilaian cepat (quick check) segera diperoleh setibanya pasien di IGD

dan didasarkan pada penilaian parameter diwakili oleh akronim ABCDE.

Penilaian cek cepat adalah gambaran singkat dari kecukupan ventilasi dan

perfusi untuk memastikan intervensi dini untuk setiap situasi yang mengancam

jiwa. Penilaian juga difokuskan pada eksplorasi keluhan utama dan memperoleh

informasi dari tes diagnostik penting untuk melengkapi penilaian fisik. Penilaian

cepat adalah tampilan gawat darurat pasien, sangat penting karena memvalidasi

fungsi jantung dasar dan fungsi pernafasan (Tracy MF, 2014).

Page 28: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

12

Wang, Haley, dan Yu (2011), memberikan gambaran dokumentasi

keperawatan yang berkualitas termasuk di IGD dilihat dari tiga kriteria, yaitu

struktur dan format dokumentasi, proses dokumentasi dan konten dokumentasi.

Dokumentasi keperawatan yang memenuhi kriteria kualitas akan memberikan

bukti tertulis yang kuat sebagai pertanggungjawaban perawat terhadap

pelayanan yang diberikan sehingga dapat digunakan sebagai bukti hukum jika

terjadi tuntutan (Baath, Balai-Lord, Johanson & Larson, 2007). Kuehl (2005),

menambahkan bahwa dokumentasi yang tepat, mudah dibaca dan lengkap akan

menjamin kualitas perawatan dari potensial gugatan malpraktik. Dokumentasi

keperawatan yang sesuai dengan standart keperawatan yang berlaku juga akan

menunjukkan kualitas dokumentasi yang baik dan kompetensi sebagai perawat

professional (Sadler & Meadows, 2004; Urquhart et al, 2009; Wang, Haley & Yu,

2011).

2.2.3 Proses Dokumentasi Keperawatan di Instansi Gawat Darurat

Proses dokumentasi keperawatan digunakan sebagai panduan prosedur

dan syarat dalam pemberian praktik keperawatan yang berkualitas (Hagos et al.,

2014). Menggunakan dokumentasi keperawatan dalam praktik keperawatan akan

membantu memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan perawatan

kesehatan pasien. Harapan pasien untuk perawat yang teregristrasi adalah

cukup berkompeten melakukan semua aspek proses keperawatan dengan

terampil diseluruh lingkup praktik keperawatan termasuk dibawah tekanan yang

tinggi seperti dalam lingkungan IGD. Proses keperawatan di IGD memiliki

keuntungan sebagai struktur logika yang memberikan pedoman pada perawat

ketika mendokumentasikan tindakannya secara sistematis sehingga menciptakan

dasar sebagai keperawatan profesional (Karkkaine & Erikson, 2004; Eeden,

2009).

Page 29: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

13

Proses keperawatan sudah lama digunakan dalam pelaksanaan praktik

keperawatan pada pasien atau klien. Pertama kali digunakan oleh Lydia Hall di

awal tahun 1950-an melalui tiga tahapan, yaitu; pengkajian, perencanaan, dan

evaluasi (Tarwoto & Wartonah, 2006; Nursalam, 2008). Tahun 1960-an di

Amerika Serikat, proses keperawatan mulai dikembangkan yang memiliki tujuan

utama untuk menggambarkan aktivitas yang telah dilakukan oleh perawat

(Karkkaine & Eriksson, 2004). Proses dokumentasi keperawatan kemudian

dikembangkan oleh American Nurse Association (ANA) menjadi 5 tahapan, yaitu

pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Tarwato dan

Wartonah, 2006; Adeyemo & Olaogun, 2013; Ofi & Sowunmi, 2013). Proses

dokumenatsi keperawatan digunakan untuk membantu melaksanakan praktik

keperawatan secara sistematis dan memecahkan masalah keperawatan

(Tarwato & Wartonah, 2006).

Keperawatan profesional akan memberikan kualitas keperawatan

pelayanan keperawatan yang baik jika dapat mengaplikasikan proses

keperawatan (Alves, Lopes & Jorge, 2008; Hagos et al., 2014). Aplikasi proses

keperawatan memiliki karakteristik sistematis, fleksibel, dinamis dan siklus,

berpusat pada pasien, memiliki tujuan, orientasi pada masalah dan proses

kognitif (Hagos et al., 2014). Berikut uraian karakeristik dari proses dokumentasi

keperawatan.

Proses dokumentasi keperawatan terdiri dari lima tahapan yang saling

berhubungan dapat diaplikasikan di berbagai bidang keperawatan termasuk

gawat darurat. Proses dokumentasi keperawatan dalam bidang gawat darurat

memiliki fokus berbeda pada tahap pengkajian karena terkait kondisi akut pasien

atau kegawatdaruratan yang mengancam nyawa. Penerapan proses

keperawatan di IGD juga berbeda sesuai karakteristiknya, seperti tahap

pengkajian selesai dilakukan lalu akan langsung ditindaklanjuti ke tahap

Page 30: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

14

implementasi untuk menyelamatkan kondisi yang mengancam nyawa (Iyer, 2004;

Asmadi, 2008).

Tahap pertama dari proses keperawatan adalah tahap pengkajian. Tahap

ini akan dibedakan menjadi 2 yaitu primer dan sekunder (Emergency Nurses

Association, 2007). Tahapan berikutnya akan dirumuskan keperawatan yang

mengancam jiwa, merencanakan tindakan yang tepat dan cepat, intervensi dan

evaluasi. Berikut tahapan proses keperawatan:

2.2.3.1 Pengkajian Keperawatan

Eeden (2009), menyatakan bahwa selama pengkajian, data dikumpulkan

secara sistematis untuk menentukan status kesehatan pasien. Lingkup

kegawatdaruratan, pengkajian keperawatan bersifat siklus, membutuhkan

perencanaan berkelanjutan, evaluasi dan pengkajian ulang (Curtis et al., 2009).

Tahapan pertama ini akan mendapatkan data-data pengkajian dari hasil

wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik. Data dalam pengkajian dapat

berupa data subyektif dan data obyektif. Data subyektif didapatkan dari

peryataan pasien atau yang berkaitan seperti dari keluarga atau staf prehospital

sedangkan data obyektif yang dapat dilihat dan diukur seperti pemeriksaan fisik

dan tanda vital (Kuckyt, 2006; Eeden, 2009).

Emergency Nurse Association (ENA) (2007), membagi tahapan pengkajian

dalam proses keperawatan menjadi 2, yaitu; pengkajian primer dan pengkajian

sekunder. Pengkajian primer merupakan data dasar dari seluruh intervensi

kegawatdaruratan yang diberikan dalam perawatan pasien sedangkan

pengkajian sekunder merupakan data kelanjutan dari pengkajian primer yang

bertujuan untuk menemukan seluruh abnormalitas atau cedera (Iyer, 2004; ENA,

2007). Berikut uraian pengkajian primer dan sekunder di IGD (Newberry &

Criddle, 2005; ENA, 2007) :

1. Pengkajian primer

Page 31: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

15

Semua faktor yang dikaji dalam pengkajian primer adalah semua kondisi

yang kritis atau mengancam nyawa dan menyimpang jauh dari norma yang

membutuhkan tindakan segera. Proses pengkajian tidak akan dilanjutkan

ketahapan berikutnya sampai semua penyimpangan yang mengancam

hidup ditentukan dalam pengkajian primer dan mendapatkan intervensi

segera dan tepat. Pengkajian primer termasuk pengkajian jalan nafas,

pernafasan, sirkulasi dan disability (status neurologis). Data yang

dikumpulkan dalam pengkajian primer sebagai berikut;

a. Data Subjektif

Data subjekti terdiri dari peryataan singkat tentang keluhan utama,

pemicu peristiwa atau gejala awal sampai mendapatkan perawatan saat

ini, dan sumber data (pasien, keluarga yang lainnya, petugas

emergency medical services dan penolong pertama (by stander)

b. Data objektif

1) Airway (jalan nafas) dan Cervical Spine (tulang servikal)

Pertama kali dilakukan pengkajian jalan nafas dan ada tidaknya

resiko cidera tulang servikal di pengkajian primer. Pengkajian risiko

cedera tulang serikal dilakukan pada pasien yang mengalami

mekanisme cedera, gejala atau hasil pemeriksaan fisik yang

menunjukkan adanya cidera spinal sehingga perlu dilakukan

pemasangan stabilisasi atau immobilisasi tulang servikal. Pengkajian

jalan nafas di bagi menjadi 2 bagian, yaitu;

a) Jalan nafas terbuka dan bersih

Data subyektif yang dikaji yaitu; tidak ada riwayat yang

berhubungan dengan masalah jalan nafas dan sesak nafas atau

disfagia. Data obyektif yang perlu ditemukan, yaitu; pasien mampu

berbicara atau membuat suara sesuai usianya, tidak ada benda

Page 32: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

16

asing yang terlihat dijalan nafas atas (darah, muntahan,

kehilangan gigi) dan kemudahan pengembangan dada turun naik

dengan ventilasi tekanan positif.

b) Jalan nafas tertutup sebagian atau tertutup total yang

membutuhkan intervensi segera

Data subyektif yang dikaji yaitu; trauma pada wajah, mulut, faring,

leher atau dada, pasien mengeluh sulit menelan saat makan, sisa

muntahan, kontak dengan alergen, dan riwayat pasien menaruh

benda di mulut. Data obyektif yang perlu ditemukan yaitu; retraksi

substernal dan interkostal, kelemahan atau paralisis wajah, batuk

yag keras, penurunan kesadaran, sianosis, stridor, panik dan

tangan memegang leher, pasien tidak bisa berbicara, dan tidak

ada nafas. Kemungkinan penyebab terjadinya obstruksi jalan

nafas,yaitu; lidah jatuh kebelakang termasuk jalan nafas atas,

saliva atau sputum, muntahan, darah, gigi, makanan, benda kecil

yang masuk ke mulut, edema jalan nafas akibat alergi dan

kerusakan jalan nafas akibat trauma pada wajah atau leher.

Pengkajian tulang servikal pada pemeriksaan jalan nafas

dibedakan menjadi 2, yaitu ;

a) Stabil

Data subyektif yang dikaji yaitu; tidak ada riwayat trauma,

penyakit degeneratif tulang, dan tidak ada keluhan nyeri pada

pergerakan atau palpasi leher. Data obyektif yang perlu

ditemukan yaitu: sensasi dan pergerakan seluruh ekstremitas

tanpa batasan atau kelemahan, dan tidak ada kerusakan

bernafas

b) Tidak stabil atau membutuhkan intervensi segera

Page 33: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

17

Data subyektif yang dikaji, yaitu; trauma langsung kewajah

dan leher, trauma mengakibatkan deselerasi mendadak pada

kecelakaan sepeda motor atau terjatuh, mati rasa atau

kesemutan kepada ekstremitas, nyeri leher atau tidak ada,

syok elektrik. Data obyektif yang perlu ditemukan, yaitu;

paralisis atau parestesia, nafas abdominal, kelemahan,

inkontinesia blader/ bowel, kehilangan sensasi simpatis,

hipotensi, bradikardi, kehilangan sensasi sfigter, hipotermi,

kulit dingin dan kering.

2) Breathing (pernafasan)

Kemungkinan penyebab terjadinya gangguan dalam pernafasan,

yaitu akibat proses penyakit, trauma (tumpul atau tajam) dan

terpapar obat atau bahan kimia. Pengkajian pernafasan dibagi

menjadi 2 yaitu;

a) Dapat diterima

Data subyektif yang dikaji yaitu; tidak ada distres, tidak ada

riwayat trauma pada dada atau abdomen, dan tidak ada

penyimpangan pola nafas pasien. Data obyektif yang perlu

sekunder dan berfokus (ENA, 2007). Hasil dari pemeriksaan

diagnostik atau laboratorium harus didokumentasikan dengan

baik setiap harinya (ENA, 2007).

Perawat yang mampu melakukan pengkajian secara tepat,

cermat dan teliti akan dapat mengetahui abnormalitas pada

sistem tubuh yang mengalami gangguan. Sadler dan

Meadows (2004), menyatakan bahwa perawat IGD harus

mampu mengenali adanya abnormalitas pada sistim tubuh dan

Page 34: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

18

berpartisipasi dalam penatalaksanaan medis yang tepat, baik

untuk pengobatan dan pembedahan umum, maupun pediatrik,

remaja dan geriatrik ataupun kondisi khusus, seperti; gagal

ginjal, trauma, dermatologi (luka bakar), neurologis, psikiatrik,

kardiak, obstetri, neonatus, onkologi, dental dan jenis kasus

lainnya. Kasus yang datang ke IGD tidak ada batasannya

terhadap jenis pasien oleh karena itu, tidak ada alasan

perawat tidak dapat mengkaji pasiennya dengn tepat.

Pengkajian di IGD memiliki standarisasi sendiri yang

membedakannya dengan pengkajian dibidang keperawatan

lainnya. Pengkajian data obyektif dan subyektif di IGD harus

dilakukan dengan waktu 2-5 menit. Pengkajian keperawatan

merupakan proses berkelanjutan yang perlu dilakukan oleh

perawat gawat darurat di IGD yang memiliki kriteria standar

pengkajian pasien akut dan kritis sebagai berikut:

1. Data dikumpulkan dari pasien, keluarga, tenaga kesehatan

lainnya dan komunitas dengan tepat untuk

mengembangkan gambaran kebutuhan pasien secara

holistik.

2. Prioritas pengumpulan data tergantung dari karakteristik

pasien.

3. Data yang dikumpulkan menggunakan pengkajian berdasarkan

studi ilmiah menggunakan alat dan teknik yang tepat

4. Keputusan dibuat dengan membandingkan atau mencocokan

pengetahuan

5. Data yang relevan harus didokumentasikan

Page 35: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

19

6. Data yang relevan dikomunikasikan dengan tim kesehatan yang

lain

Pengkajian yang akurat dan tepat akan menjadi dasar dalam

merumuskan diagnosis keperawatan dan merencanakan tindakan keperawatan

yang efektif sampai mengevaluasi rencana (Subekti, Hadi & Utami, 2012;

Dermawan, 2012)

2.2.3.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah tahapan kedua dari proses keperawatan.

Kuckyt (2006) mengatakan bahwa diagnosa merupakan keputusan klinis tentang

respon individu pada masalah kesehatan yang dihadapi baik aktual atau

potensial. Perumusan diagnosis perlu pemikiran kritis perawat dan pemahaman

dalam anatomi fisiologi, patofisiologi, pertumbuhan dan perkembangan manusia.

Perumusan diagnosis harus dikuasai perawat untuk dapat mempertimbangkan

diagnosis yang tepat dari data pengkajian yang dikumpulkan sehingga dapat

digunakan sebagai pedoman untuk tahapan berikutnya perencanaan, intervensi

dan evaluasi (Dermawan, 2012).

Data pengkajian telah terkumpul akan digunakan sebagai pertimbangan

merumuskan diagnosis keperawatan. Data yang terkumpul akan dianalisa,

interpretasi data berdasar patofisiologinya dan merumuskan masalah

keperawatan (Kuckyt, 2006; Subekti, Hadi & Utami, 2012; Dermawan, 2012).

Pernyataan tersebut didukung oleh Nettina dan Mills (2006) bahwa diagnosis

keperawatan diformulasikan setelah data pengkajian diorganisir, dianalisa,

disintesis dan disimpulkan. Perumusan diagnosis keperawatan perlu peninjauan

kriteria atau batasan karakteristik yang telah ditetapkan NANDA (Iyer, 2004;

Subekti, Hadi & Utami, 2012; Dermawan, 2012). Diagnosis akan memberikan

Page 36: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

20

dasar dalam menyusun rencana keperawatan untuk mencapai akhir yang

diinginkan untuk pasien (Eeden, 2009 ; Paans et al., 2010).

Salah satu kriteria standar dalam penyusunan diagnosis keperawatan

pada pasien akut dan kritis di IGD adalah diagnosis dan masalah keperawatan

disusun berdasar data pengkajian. Data yang sudah terkumpul akan dilakukan

analisis data, interpretasi data berdasar patofisiologinya sehingga dapat

dirumuskan masalah keperawatan yang menjadi bagian dari diagnosis

keperawatan (Kuckyt, 2006; Subekti, Hadi & Utami, 2012; Dermawan, 2012).

Nettina dan Mills (2006), juga sependapat dengan hal tersebut yang menyatakan

bahwa diagnosis keperawatan diformulasikan setelah data pengkajian

diorganisir, dianalisis, disintesis dan disimpulkan.

Sumber data yang tepat dan pemiliran kritis yan dilakukan perawat akan

menghasilkan diagnosis yang tepat. Pemahaman perawat untuk mengetahui

sumber data sangat penting sehingga perlu mempelajari batasan karakteristik

dalam NANDA (North American Nursing Diagnosis Association). Diagnosis yang

dirumuskan akan memiliki jenis sesuai batasan karakteristik yang ditentukan.

a. Tipe Diagnosis Keperawatan

Batasan karakteristik yang ditetapkan akan membantu perawat dalam

menegakan diagnosis keperawatan yang tepat. Hasil penelitian bahwa perawat

lebih banyak menegakan diagnosis keperawatan tipe aktual. Diagnosis aktual

yang ditegakan oleh perawat IGD dari data nyata masalah kegawatdaruratan

yang dilihat pada pasien yang msuk ke IGD. Kondisi gawat tersebut sudah

menjadi data yang nyata mengancam nyawa atau kehidupan dari pasien yang

akan masuk IGD.

Menurut Aacharya, Gastmans, dan Danier (2011), bahwa keperawatan

gawat darurat adalah kombinasi distress (tekanan) fisik dan psikologis yang

muncul mendadak yang menyebabkan pederitaan dan ancaman nyawa sehingga

Page 37: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

21

pasien dalam situasi kegawatdaruratan yang mendorongnya masuk IGD.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa distress fisik dan psikologis yang

dialami pasien benar-benar nyata gawat darurat dan mengancam nyawa

sehingga data tersebut dapat merumuskan data aktual. Dermawan (2012),

bahwa diagnosis aktual dirumuskan berdasar kondisi klinis yang telah divalidasi

melui batasan karakteristik yang diidentifikasi. Penentuan diagnosis aktual

ditegakkan jika memiliki data yang cukup dan valid sesuai batasan

karakteristiknya. Batasan karakteristik dapat ditinjau dari kriteria NANDA (Iyer,

2004; Subekti, Hadi, Utami 2012; Dermawan, 2012).

Penyusunan diagnosis keperawatan terdiri dari beberapa komponen yang

tergantung dari tipe diagnosis. Paans et al., (2010) menyatakan komponen

diagnosis yang tepat meliputi faktor yang berhubungan dengan tanda dan gejala.

Tarwoto dan Wartonah (2006) bahwa diagnosis terdiri dari PES (Problem Etiologi

dan Symptom). Penulisan formulasi diagnosis relatif jarang dilakukan dan tidak

didokumentasikan dengan baik (Paans et al., 2010). Berikut tipe diagnosis

keperawatan

1. Diagnosis aktual.

Diagnosis yang menyatakan keadaan klinis yang telah divalidasai melalui

batasan karakteristik yangdiidentifikasi. Diagnosis ini ditegakan jika sudah

cukup data yang valid ditemukan sesuai batasan karakteristik. Komponennya

adalah PES.

2. Diagnosis resiko/resiko tinggi

Yaitu diagnosis yang ditegakkan berdasar keputusan klinis bahwa individu,

keluarga atau komunitas memiliki kerentanan mengalami masalah,

dibandingkan dengan lainya dalam situasi yang sama atau hampir sama.

Diagnosis resiko tinggi ditegakan pada klien yang lebih menentukan

perkembangan pasien kearah hasil dan tujuan serta harus

Page 38: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

22

mendokumentasikan respon pasien terhadap intervensi pengobatan dan

perkembanganya.

Berdasar hal tersebut, diagnosis aktual menjadi diagnosis utama yang

ditegakan perawat untuk segera diberikan tindakan kegawatdaruratan. Tipe

diagnosis keperawatan yang lain mungkin ditegakkan, tapi tidak banyak dan tidak

menjadi prioritas utama perawat untuk memberikan tindakan pertolongan segera.

b. Keterbatasan Perumusan Diagnosis Keperawatan

Keterbatasan dalam merumuskan diagnosis keperawatan dapat terjadi

jika tidak mengalami batasan karakteristik dan komponen dari diagnosis

keperawatan. Hasil penelitian menggambarkan bahwa pengetahuan perawat

dalam merumuskan diagnosis belum cukup terutama ketidaktahuan dalam

menyusun komponen diagnosis. Ketidaktahuan dalam menyusun komponen

diagnosis keperawatan dapat terjadi akibat kurang pemahaman dalam menyusun

diagnosis.

Hasil penelitian Paans et al. (2010), bahwa penulisan formulasi diagnosis

keperawatan relatif jarang dilakukan dan tidak terdokumentasi dengan baik.

Tarwoto dan Wartonah (2006), bahwa diagnosis keperawatan aktual yang tepat

terdiri dari 3 komponen yaitu Problem, Etiologi, Symptom (PES). Formulasi atau

komponen tidak dilakukan karena faktor pengetahuan yang dimiliki perawat.

Penelitian Adeyemi dan Olagon (2013), bahwa faktor pengetahuan perawat

memilik pengaruh lebih besar dari faktor lainya dalam aplikasi proses

keperawatan sehingga perawat tidak dapat merumuskan sesuai formulasi

diagnosis keperawatan.

Pemahaman tentang komponen diagnosis keperawatan perlu dipelajari

kembali oleh perawat. Diagnosis keperawatan dapat dipelajari dengan

pendidikan atau pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan pengetahuan dan

menjalankan evaluasi keperawatan. Penelitian Powell et al. (2012) bahwa jumlah

Page 39: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

23

pasien yang berlebihan akan menyebabkan situasi IGD ramai dan sibuk dan

berdampak beban kerja perawat tinggi yang mempengaruhi kualitas

perawatanya.

Situasi yang ramai dengan banyaknya pasien dan kesibukan petugas

kesehatan memberikan tindakan kegawatdaruratan pasien akan membuat

lingkungan kerja yang tidak kondusif di IGD dan menjadi keterbatasan evaluasi

keperawatan. Hasil penelitian bahwa situasi yang ramai akibat pasien datang ke

IGD berlebihan membuat evaluasi keperawatan sulit dilaksanakan secara

lengkap atau bahkan tidak terlaksana. Situasi yang banyak pasien dan ramai

disebut crowding sehingga area IGD yang paling sensitif (Moskop et al., 2009;

Aacharya, Gastmans & Denier, 2011). Jika pasien melebihi kapasitas disebut

overcrowding yang menjadi masalah umum yang dihadapi perawat di IGD

sehingga beban kerja menjadi tinggi dan berpengaruh pada kualitas pelayanan

keperawatan yang diberikan termasuk melaksanakan evaluasi keperawatan

(Baer, Pasternack & Zwemer, 2001; Hoot & Aronsky, 2008; Kolb, peck,

Schoening & Lee, 2008; Powell et al., 2012).

2.2.3.3 Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan merupakan tahapan dimana perawat menetapkan

tujuan keperawatan, penetapan hasil, penetapan rencana tindakan yang akan

diberikan kepada klien untuk memecahkan masalah yang dialami klien serta

rasional dari masing-masing rencana tindakan yang akan diberikan kepeda klien

(Hutahean, 2010).

2.2.3.4 Implementasi Keperawatan

Tahap implementasi merupakan tahap pelaksanaan dari rencana

keperawatan yang bertujuan membantu klien mencapai tujuan yang telah

Page 40: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

24

ditetapkan yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping

2.2.3.5 Evaluasi Keperawatan

Yaitu tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan analisa

seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya

sudah berhasil dicapai. Evaluasi ini dilakukan dengan melihat repon klien

sehingga perawat dapat mengambil keputusan sebagai berikut :

a. Mengakhiri rencana asuhan keperawatan (jika klien telah mencapai

tujuan yang ditetapkan)

b. Memodifikasi rencana asuhan keperawatan (jika klien mengalami

kesulitan untuk mencapai tujuan)

c. Meneruskan rencana asuhan keperawatan (jika klien memerlukan waktu

yang lebih lama untuk mencapai tujuan) (Nursalam , 2008)

2.2.4 Bentuk Dokumentasi Keperawatan di IGD

Buku tertulis atau catatan dari tindakan yang telah dilakukan dapat

menggunakan berbagai bentuk dan tipe pencatatan. Hector (2009) menyatakan

bukti tertulis atau dokumentasi keperawatan dapat berbentuk kertas atau

dokumen elektronik, seperti catatan medis elektronik, faks, email, audio, video

tape atau gambar. Iyer (2004), menyampaikan bahwa banyak tren atau tipe

pencatatan yang digunakan perawat dalam mencatat pelayanan yang diberikan,

diantaranya pencatatan naratif, berorientasi maslah, pencatatn PIE, pencatatan

focus, charting by exception, pencatatan dengan alur klinis dan pencatatan

dengan komputerisasi atau elektronik.

Berikut beberapa bentuk dan tipe pencatatan yang digunakan di IGD

Page 41: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

25

1. Pencatatan narasi

Pencatatan narasi atau free text paper chart adalah pencatatan yang sudah

lama digunakan dan paling sederhana dengan cara mengisi ruang kosong di

kertas terkait keluhan utama sampai akhir perawatan (Yu & green, 2009).

Pencatatan narasi merupakan catatan harian atau format cerita dalam bentuk

paragraf sederhana yang menggambarkan status pasien, intervensi,

pengobatan serta respon pasien terhadap intervensi. (Iyer, 2004; Yu &

Green, 2009).

Format SOAP (data subyektif dan obyektif, assessment/pengkajian,

diagnosis keperawatan, perencanaan) atau SOAPIE (Subyektif & Obyektif,

assessment atau diagnosis keperawatan, perencanaan, intervensi dan

evaluasi). Keuntungan dan kerugian yaitu (Iyer, 2004; Subekti, Hadi & Utami,

2012)

a. Keuntungan dari pencatatan berorientasi masalah, terstruktur, SOAPIE

mencerminkan proses keperawatan, berorientasi pada maslah dan

sebagai rekam medis yang terintegrasi

b. Kerugian dari pencatatan ini: kesulitan menentukan tempat yang tepat

untuk dokumentasi dan pengulangan data pengkajian

2. Pencatatan PIE

PIE (problem atau masalah, intervensi dan evaluasi) merupakan format

dokumentasi berorientasi pada masalah seperti SOAP. Pencatatan SOAP

berakar dari model medis sedangkan PIE berdasarkan proses keperawatan.

Tujuan pencatatan PIE adalah menyederhanakan proses dokumentasi,

menyatukan rencana perawatan dan catatan perkembangan serta menulis

catatan ringkas mengenai asuhan keperawatan yang direncanakan dan

diberikan. Karakteristik PIE yaitu: mengkaji data pasien sejak masuk RS,

intervensi di catat dalam lembar alur (flowsheet) dan evaluasi dilakukan minimal

Page 42: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

26

delapan jam atau pergantian dinas (Subekti, Hadi & Utami, 2012). Keuntungan

dan kerugian dari pencatatan PIE:

a. Keuntungan: menggunakan proses keperawatan, identifikasi masalah dan

intervensi berkelanjutan, memberikan gambaran klien sejak masuk sampai

pulang

b. Kerugian: tidak dapat digunakan oleh disiplin lainya, pencapaian hasil yang

dicapai pasien tidak ditentukan secara jelas dan dokumentasi menjadi

panjang jika mencatat maslah setiap 8-24 jam terutama pasien dengan

banyak masalah

3. Pencatatan fokus

Menggunakan proses keperawatan untuk mengorganisai dokumentasi dan

klien sebagai sentralnya (Subekti, Hadi & Utami, 2012). Perawat mengalami

frustasi akibat keterbatasan format SOAP sehingga dibentuk sistem pencatatan

fokus. Pencatatan fokus akan mengatur dokumentasi naratif dengan memasukan

data, tindakan dan respon atau DAR (Data, Action, Response) untuk setiap

masalah yang diidentifikasi (Iyer, 2004; Subekti et al., 2012). DAR telah

dimodifikasi menjadi AIE (Asessment, Implementation, Evaluation) untuk

memudahkan perawat mendokumentasikan masalah yang multipel secara akurat

(Blair & Smih, 2012). Beberapa keuntungan dan kerugian pencatatan fokus (Iyer,

2004; Subekti et al., 2012)

a. Keuntungan: fleksibel, waktu lebih singkat, mudah digunakan dan dimengerti

oleh tim lain

b. Kerugian: kerancuan pada tindakan yang akan dan atau telah dilakuka,

kesulitan mengkonstruksi catatan fokus yang akurat dan logis

4. Pencatatan Charting by Execption (CBE)

CBE merupakan sistem pencatatan yang mencatat secara naratif

hasil/penemuan yang menyimpang dari normal atau standart (Subekti et al.,

Page 43: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

27

2012). Motivasi dikembangkan sistem CBE meliputi: mengatasi masalah

dokumentasi, menghemat waktu, membuat laporan dinas serta informasi terbaru

status pasien. Komponen inti dari CBE, yaitu (Iyer, 2004; Subekti et al., 2012)

a. Flowsheet yang berisi penjabaran dan penemuan termasuk insruksi

dokter/perawat, grafik, caatan edukasi dan pemulangan

b. Pencatatan dilakukan sesuai standart dengan standart praktik keperawatan

untuk mengurangi pencatatan secara rutin

c. Data dasar keperawatan dan perencanaan sesuai diagnosis

d. Catatan perkembangan SOAP

Beberapa keuntungan dan kerugian CBE (Iyer, 2004; Subekti et al., 2012)

a. Keuntungan: data baru tersedia disamping tempat tidur, data yang tidak

normal sangat jelas dan mudah dipahami, data normal tidak menganggu

informasi lainya, menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak

tertulis, dan rencana tindakan ditulis secara permanen.

b. Kerugian: duplikasi catatan, butuh perawat terintegrasi, catatan narasi terlalu

singkat, catatan rutin diabaikan, tidak mengakomodasi catatan dari tim lainya.

5. Pencatatan komputerisasi

Perkembangan saat ini telah banyak menggunakan dokumentasi dengan

sistem komputerisasi untuk menghemat waktu perawat dalam mengerjakan

dokumentasi. Kelley, Brandon, dan Docherty (2011) memiliki pendapat berbeda

dalam peninjauan literaturnya tentang dokumentasi keperawatan elektronik

menemukan bahwa tidak ada asumsi yang mendasari konversi dari dokumentasi

kertas ke elektronik dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien sehingga

perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

a. Keuntungan: catatan mudah dibaca, siap tersedia, produktivitas perawat

membaik, mengurangi kerusakan catatan dan dokumentasi yang berlebihan

serta menunjang proses keperawatan dan sesuai standart keperawatan

Page 44: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

28

b. Kerugian: catatan tidak dapat dbawa kemana-mana, kurang fleksibel karena

sudah terprogram, kerahasiaan dan kemanan kurang terjamin, gangguan

kerusakan komputer (downtime), resistensi perubahan, keterbatasan format

catatan dan komputer serta biaya pembelian software dan hardware tinggi.

2.2.5 Aspek Legal Dokumentasi Keperawatan

Keuntungan dan kerugian dari variasi bentuk dokumentasi perlu menjadi

pertimbangan untuk memudahkan dalam aplikasi dan dapat digunakan sebagai

bukti hukum. Dokumentasi digunakan sebagai landasan berbagai kasus gugatan,

tuntutan malpraktik atau sebagai alat pembela diri perawat, dokter atau fasilitas

(Iyer, 2004). Situasi IGD yang banyak pasien dan situasi kritis akan

meningkatkan tuntutan hukum terhadap perawat (Giordano, 2003).

Aspek legal bagi perawat adalah dokumentasi keperawatan sebagi bukti

hukum dalam memberikan asuhan keperawatan (Dermawan, 2012). Legal

adalah sesuai dengan hukum (Subekti, et al, 2012). Menurut hukum jika sesuatu

tidak didokumentasikan berarti pihak yang bertanggungjawanb tidak melakukan

apa yang seharusnya dilakukan (Dermawan, 2012). Perawat yang tidak

melakukan dokumentasi secara akurat dapat dituntut malpraktik. Kelalaian atau

negligence yang dilakukan perawat salah satunya adalah kegagalan dalam

pengkajian, melaporkan atau mencatat perubahan tindakan medis dan kurang

akuratnya dokumentasi (Giordano, 2003; Dermawan, 2012).

Perawat harus memiliki kemampuan untuk melakukan dokumentasi

keperawatan yang akurat dan dipercaya tentang perawatan yang diberikan

(Dermawan, 2012). Perawat gawat darurat memiliki tanggung jawab sebagai

pembela pasien dalam lingkungan sibuk dan kritis sehingga perawat harus

mengikuti standart keperawatan yang ada termsuk melakukan dokumentasi

Page 45: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

29

keperawatan yang akurat sesuai standart (Giordano, 2003; Iyer, 2004). Syarat

dokumentasi yang dapat dipercaya (Dermawan, 2012):

1. Dokumentasi dikerjakan pada periode sama artinya dokumentasi

perawatan dilakukan sewaktu perawatan diberikan

2. Dokumentasi ditulis akurat tentang apa yang dilakukan dan bagaimana

respon pasien

3. Dokumentasi mencakup kejujuran tentang apa yang sebenarnya

dilakukan atau yang diamati

4. Dokumentasi harus tepat sesuai apa yang dianggap nyaman untuk

dibahas di lingkungan umum.

Dokumentasi yang dikerjakan sesuai pedoman atau standar keperawatan

akan mencegah terjadinya kelalaian atau tuntutan malpraktik. Salah satu elemen

kelalaian adalah kegagalan untuk melakukan tugas sesuai standart yang berlaku

(Giordano, 2003; Subekti et al., 2012). Subekti et al., (2012) menyatakan bahwa

perawat menghabiskan 35-40 menit untuk pencatatan per dinas. Keparahan

kondisi seperti IGD akan menentukan waktu pencatatan dan kenyataanya

perawat banyak melakukan pencatatan duplikasi atau pengulangan sehingga

banyak yang tidak terdokumentasi akurat karena terbatasnya waktu.

Dokumentasi yang buruk merupakan indikasi membutuhkan investigasi

lebih lanjut untuk dinilai apakah perawatan yang diberikan kurang optimal atau

tidak diberikan (Blair & Smith, 2012; Dermawan, 2012). Berbagai upaya telah

dikembangkan untuk memperbaiki dokumentasi keperawatan. Wang, Hailey, dan

Yu (2011) menyatakan pendekatan yang digunakan dalam perbaikan

dokumentasi meliputi pencatatan menggunakan sistem elektronik, standardisasi

sistem dokumentasi, aplikasi teori khusus keperawatan, pendidikan dan

perubahan organisasi. Lay, Long dan Lau (2006) dalam penelitian retrospektif di

unit trauma bahwa perubahan bentuk format dokumentasi menggunakan

Page 46: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

30

pencatatan pre formatted akan membantu memperbaiki dokumentasi trauma.

Implementasi model dan teori keperawatan yang terstruktur disertai pelatihan

simultan seluruh staf keperawatan dan dukungan manajemen akan membantu

meningkatkan kualitas dokumentasi (Karkkainen & Eriksson, 2005; Darmer et al.,

2006).

Beberapa penelitian mendukung bahwa edukasi dan dukungan organisasi

berperan penting dalam memperbaiki dokumentasi keperawatan. Wang, Halley,

dan Yu (2011) bahwa edukasi dan dukungan otoritas organisasi disertai

penggunaan standarisasi bahasa keperawatan dapat meningkatkan kualitas

dokumentasi. Edukasi dan dukungan organisasi juga akan membantu perawat

memahami teori proses keperawatan dan memperbaiki ketrampilan klinis yang

layak dalam melakukan pengkajian keperawatan sistematis, formulasi diagnosis

keperawatan yang akurat, perencanaan yang konkrit dan intervensi keperawatan

yang efektif serta pendokumentasian hasil observasi keperawatan (Nilson dan

Willman, 2000; Bjorvell et al., 2002; Florin et al., 2005; Muller Staub et al., 2007).

2.3 Theory Of Planed Behavior

2.3.1 Sejarah Theory of Planed Behavior

Theory of Planed Behavior (TPB) sebagai salah satu teori yang terbaik

pada ilmu perilaku yang telah digunakan dalam beberapa penelitian untuk

menjelaskan perilaku dan mengidentifikasi faktor-faktor penting yang

mempengaruhi. Teori ini digunakan sebagai kerangka karena dari berbagai

penelitian telah menunjukkan ketepatan dalam memprediksi niat dan perilaku

kelompok yang berbeda dari petugas kesehatan (Eccles et al., 2006; Perkins et

al., 2007). TPB didasarkan pada prinsip logis bahwa orang akan mengevaluasi

konsekuensi sebelum melakukan tindakan tertentu (Sharifirad et al., 2015).

Menurut TPB, tindakan manusia dipandu oleh tiga macam pertimbangan:

Page 47: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

31

keyakinan tentang kemungkinan hasil dari perilaku dan evaluasi dari hasil

(attitude toward behavior), keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan

motivasi untuk mematuhi harapan-harapan ini (subjective norm ), dan keyakinan

tentang adanya faktor-faktor yang dapat memfasilitasi atau menghambat kinerja

perilaku dan kekuatan yang dirasakan dari faktor-faktor ini (perceived behavioral

control) (Ajzen, 1991; Javadi M et al, 2013).

Intensi berperilaku adalah kemauan seseorang atau kecenderungan

seseorang untuk melakukan sesuatu. Salah satu teori yang terkenal dalam

menjelaskan intensi berperilaku adalah Theory of Reasoned Action. Teori ini

pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini

disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara

yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam TRA

ini Ajzen menyatakan bahwa niat seseorang melakukan perilaku akan

menentukan dilakukan atau tidak dilakukan perilaku tersebut (Ajzen, Albarracin,

& Hornik, 2010).

Lebih lanjut Ajzen mengemukakan bahwa niat melakukan atau tidak

melakukan perilaku dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama

berhubungan dengan sikap (attitude toward behavior) dan yang lain

berhubungan dengan pengaruh social yaitu norma subjektif terhadap niat untuk

dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, Ajzen melengkapi TRA ini dengan

keyakinan (belief) (Fishbein & Ajzen, 2010).

Gambar 2.1 Theory of Reasoned Action (Ajzen, 1991)

Keyakinan pada

perilaku

Sikap terhadap

perilaku

Keyakinan pada

norma

Norma

subjektif

Intensi/ Niat

Perilaku

Page 48: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

32

Pada tahun 1985-1988 Ajzen menyempurnakan faktor yang

mempengaruhi intensi selain sikap dan norma subjektif adalah PBC (Perceived

Behavior Control) teori yang disempurnakan ini dikenal dengan theory of planed

behavior (TPB). PBC merupakan persepsi individu mengenai mudah atau

tidaknya individu melakukan perilaku dan diasumsikan merupakan refleksi dari

pengalaman yang telah terjadi sebelumnya juga hambatan yang diantisipasi.

TPB dikembangkan untuk memprediksi perilaku yang sepenuhnya tidak didasari

oleh kemampuan diri sendiri. TPB percaya bahwa semakin kuat intensi

seseorang melakukan sesuatu maka semakin kuat seseorang melakukannnya

(Fishbein & Ajzen, 2010).

2.3.2 Bagan Theory of Planed Behavior

Gambar 2.2 Theory of Planed Behavior (Fishbein & Ajzen, 2010).

Theory of Planned Behavior (TPB) menyampaikan bahwa perilaku yang

ditampilkan oleh individu timbul karena adanya intensi/ niat untuk berperilaku.

Sedangkan munculnya niat berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentu yaitu :

Persepsi tentang

kemampuan

Keyakinan pada hasil perilaku Sikap

terhadap perilaku

Keyakinan tentang harapan orang lain Norma

subjektif

Intensi/

Niat

Perilaku

Persepsi

terhadap kontrol

Keyakinan tentang dukungan & hambatan

Evaluasi pada

hasil perilaku

Motivasi memenuhi harapan orang lain

Page 49: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

33

1) Attitude toward behavior, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu

perilaku (beliefs strenght/ behavioral beliefs) dan evaluasi atas hasil

tersebut (outcome evaluation),

2) Subjective norm, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain

(normative beliefs) dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut

(motivation to comply), dan

3) Perceived behavioral control, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal

yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan

(control beliefs) dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang

mendukung dan menghambat perilakunya tersebut (power beliefs).

Hambatan yang mungkin timbul pada saat perilaku yang ditampilkan

dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun lingkungan.

Secara berurutan behavioral beliefs menghasilkan sikap terhadap

perilaku positif atau negatif, normative beliefs menghasilkan tekanan sosial yang

dipersepsikan (perceived social pressure) atau norma subyektif (subjective norm)

dan control beliefs menimbulkan perceived behavioral control atau kontrol

perilaku yang dipersepsikan (Fishbein & Ajzen, 2010).

Menurut Reams et al (2013) petugas kesehatan dengan kontrol perilaku

(PBC) yang lebih tinggi memiliki perilaku yang lebih baik pada orang dewasa

pada pelatihan di bidang penyakit menular seksual. Nai-Ying et al menemukan

kontrol perilaku (PBC) menjadi faktor terkuat dari niat perawat untuk merawat

pasien SARS (Tersptra & Lindell, 2012). Dalam Bunce dan Birdi menyampaikan

kontrol perilaku dapat memprediksi perilaku dokter mengenai niat dokter untuk

meminta otopsi rumah sakit sebagai fungsi kontrol pekerjaan (Semenza,

Ploubidis & George, 2011).

Bagan diatas dapat menjelaskan empat hal yang berkaitan dengan

perilaku manusia, yaitu :

Page 50: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

34

1) Hubungan yang langsung antara tingkah laku dan intensi. Hal ini dapat

berarti bahwa intensi merupakan faktor terdekat yang dapat memprediksi

munculnya tingkah laku yang akan ditampilkan individu.

2) Intensi dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu sikap individu terhadap tingkah

laku yang dimaksud (attitude toward behavior), norma subyektif

(subjective norm), dan persepsi terhadap kontrol yang dimiliki (perceived

behavioral control).

3) Masing-masing faktor yang mempengaruhi intensi diatas (sikap, norma,

subyektif dan PBC) dipengaruhi oleh anteseden lainnya, yaitu beliefs.

Sikap dipengaruhi oleh behavioral beliefs, norma subyektif dipengaruhi

oleh normatif beliefs, dan PBC dipengaruhi oleh beliefs tentang kontrol

yang dimiliki disebut control beliefs. Baik sikap, norma subyektif dan PBC

merupakan fungsi perkalian dari masing-masing beliefs dengan faktor

lainnya yang mendukung.

4) PBC merupakan ciri khas teori ini dibandingkan dengan TRA. Pada bagan

diatas dapat dilihat ada dua cara yang menghubungkan tingkah laku

dengan PBC. Cara pertama diwakili oleh garis penuh yang

menghubungkan PBC dengan tingkah laku secara tidak langsung melalui

perantara intensi. Cara kedua adalah hubungan secara langsung antara

PBC dengan tingkah laku yang digambarkan dengan garis putus-putus,

tanpa melalui intensi (Fishbein & Ajzen, 2010).

Page 51: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

35

Gambar 2.3 Theory of Planed Behavior and Bacground Factors (Ajzen, Albarracin, & Hornik, 2010).

Penjelasan mengenai background factors memang masih menjadi

pertanyaan empiris mengenai seberapa jauh pengaruhnya terhadap belief,

intensi dan tingkah laku. Namun, faktor ini pada dasarnya tidak menjadi bagian

dari TPB yang dikemukakan oleh Ajzen, melainkan hanya sebagai pelengkap

untuk menjelaskan lebih dalam determinan tingkah laku manusia.

2.3.2.1 Intensi

Ajzen mengungkapkan bahwa intensi merupakan indikasi seberapa kuat

keyakinan seseorang akan mencoba suatu perilaku, dan seberapa besar usaha

yang akan digunakan untuk melakukan sebuah perilaku (Fishbein & Ajzen,

2010).. Hastono (2007) mendefinisikan intensi (niat) sebagai keinginan untuk

melakukan perilaku. Dapat dikatakan bahwa seseorang berperilaku karena faktor

keinginan, kesengajaan atau karena memang sudah direncanakan. Niat

berperilaku (behavioral intention) masih merupakan suatu keinginan atau

rencana. Dalam hal ini, niat belum merupakan perilaku, sedangkan perilaku

(behavior) adalah tindakan nyata yang dilakukan

Intensi merupakan faktor motivasional yang memiliki pengaruh pada

perilaku, sehingga orang dapat mengharapkan orang lain berbuat sesuatu

berdasarkan intensinya. Pada umumnya, intensi memiliki kolerasi yang tinggi

Page 52: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

36

dengan perilaku, oleh karena itu dapat digunakan untuk meramalkan perilaku.

Intensi diukur dengan sebuah prosedur yang menempatkan subyek di dimensi

probabilitas subyektif yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan

tindakkan. Menurut Theory of Planned Behavior, intensi memiliki 3 determinan,

yaitu: sikap, norma subyektif, dan kendala-perilaku-yang-dipersepsikan (Fishbein

& Ajzen, 2010). Untuk melihat besar/bobot pengaruh masing-masing determinan

digunakan perhitungan analisis multiple regresi, dengan persamaan sebagai

berikut:

B ~ I = (AB) W1 + (SN) W2 + (PBC) W3

Keterangan: B = behavior = perilaku

I = intention = intensi melakukan perilaku B

AB = attitudes = sikap erhadap perilaku B

SN = subjective norms = norma subyektif

PBC = perceived behavior control = kendala perilaku yang

dipresepsikan

W1,2,3 = weight = bobot pengaruh

Keakuratan intensi dalam memprediksi tingkah laku tentu bukan tanpa

syarat, karena ternyata ditemukan pada beberapa studi bahwa intensi tidak

selalu menghasilkan tingkah laku yang dimaksud. Menurutnya Ajzen walaupun

banyak ahli yang sudah membuktikan hubungan yang kuat antara intensi dan

tingkah laku, namun pada beberapa kali hasil studi ditemukan pula hubungan

yang lemah antara keduanya (Fishbein & Ajzen, 2010). Diungkapkan oleh King

(1975 dalam Amaliah, 2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kemampuan intensi dalam memprediksi tingkah laku yaitu:

1. Kesesuaian antara intensi dan tingkah laku.

Pengukuran intensi harus disesuaikan dengan perilakunya dengan hal

konteks dan waktunya.

Page 53: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

37

2. Stabilitas intensi

Faktor kedua adalah ketidakstabilan intensi seseorang. Hal ini bisa

terjadi jika terdapat jarak/jangka waktu yang cukup panjang antara

pengukuran intensi dan dengan pengamatan tingkah laku. Setelah

dilakukan pengukuran intensi, sangat mungkin ditemui hal-hal/ kejadian

yang dapat mencampuri atau mengubah intensi seseorang untuk

berubah, sehingga pada tingkah laku awal yang ditampilkannya tidak

sesuai dengan intensi awal. Semakin panjang interval waktunya, maka

semakin besar kemungkinan intensi akan berubah.

3. Literal inconsistency

Pengukuran tingkah laku sudah sesuai (compatible) dan jarak waktu

antara pengukuran intensi dan tingkah laku singkat, namun kemungkinan

terjadi ketidaksesuaian antara intensi dengan tingkah laku yang

ditampilkannya masih ada. Penjelasan literal inconsistency ini adalah

indvidu terkadang tidak konsisten dalam mengaplikasikan tingkah lakunya

sesuai dengan intensi yang sudah dilakukan sebelumnya. Hal ini bisa

disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya individu tersebut merasa

lupa akan apa yang pernah mereka ucapkan. Maka untuk mengantisipasi

hal ini strategi implementation intention, yaitu dengan meminta individu

untuk merinci bagaimana intensi tersebut akan diimplementasikan dalam

tingkah laku. Rincian mencakup kapan, di mana dan bagaimana tingkah

laku akan dilakukan.

4. Base rate

Base rate adalah tingkat kemungkinan sebuah tingkah laku akan

dilakukan oleh orang. Tingkah laku dengan base rate yang tinggi adalah

tingkah laku yang dilakukan oleh hampir semua orang, misalnya mandi,

makan. Sedangkan tingkah laku dengan base rate rendah adalah tingkah

Page 54: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

38

laku yang hampir tidak dilakukan oleh kebanyakan orang, misal bunuh

diri. Intensi dapat memprediksi perilaku aktualnya dengan baik jika

perilaku tersebut memiliki tingkat base rate yang sedang, misal

pendokumentasian keperawatan.

Pengukuran intensi dapat digolongkan kedalam pengukuran belief.

Sebagaimana pengukuran belief, pengukuran intensi terdiri dari 2 hal, yaitu

pengukuran isi (content) dan kekuatan (strenght). Isi dari intensi diwakili oleh

jenis tingkah laku yang akan diukur, sedangkan kekuatan responnya dilihat dari

rating jawaban yang diberikan responden pada pilihan skala yang tersedia.

Contoh pilihan skalanya adalah mungkin-tidak mungkin dan setuju-tidak setuju.

Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan pengukuran intensi harus mengundang 4

elemen, yaitu tingkah laku, obyek target, situasi dan waktu (Amaliah, 2008).

2.3.2.2 Sikap

Menurut Ajzen sikap merupakan besarnya perasaan positif atau negatif

terhadap suatu obyek. (favorable) atau negatif (unfavorable) terhadap suatu

obyek, orang, institusi, atau kegiatan. Sikap sebagai kecenderungan psikologis

yang diekspresikan dengan mengevaluasi suatu entitas dalam derajat suka dan

tidak suka. Sikap dipandang sebagai sesuatu yang efektif atau evaluative

(Fishbein & Ajzen, 2010).

Konsep sentral yang menentukan sikap adalah belief. Menurut Fishbein

dan Ajzen (2010), belief merepresikan pengetahuan yang dimiliki seseorang

terhadap suatu objek, dimana belief menghubungkan suatu objek dengan

beberapa atribut. Kekuatan hubungan ini diukur dengan prosedur yang

menempatkan seseorang dalam dimensi probabilitas subyektif yang melibatkan

objek dengan atribut terkait.

Page 55: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

39

Menurut Fishbein dan Ajzen (2010), sikap seseorang terhadap suatu

objek sikap dapat diestimasikan dengan menjumlahkan hasil kali antara evaluasi

dengan atribut yang diasosiasikan dengan objek sikap (belief evaluation) dengan

probabilitas subyektifnya bahwa suatu objek memiliki atau tidak memiliki suatu

atribut tersebut (behavioral belief). Atau dengan kata lain, dalam theory of

planned behavior sikap yang dimiliki sesorang terhadap suatu tingkah laku

dilandasi oleh belief seseorang terhadap konsekuensi (outcome) yang akan

dihasilkan jika tingkah laku tersebut dilakukan (outcome evaluation) dan

kekuatan terhadap belief tersebut (belief strenght). Belief adalah peryataan

subyektif sesorang yang menyangkut aspek-aspek yang dapat dibedakan

tentang dunianya, yang sesuai dengan pemahaman tentang diri dan

lingkungannya.

Dikaitkan dengan sikap, belief mempunyai tingkatan atau kekuatan yang

berbeda-beda, yang disebut dengan (belief strenght). Kekuatan ini berbeda-beda

pada orang dan kuat lemahnya belief ditentukan berdasarkan persepsi sesorang

terhadap tingkat keseringan suatu objek memiliki atribut tertentu (Fishbein &

Ajzen, 1975 dalam Ismail & Zain, 2008). Sebagai salah satu komponen dan

rumusan intensi, sikap terdiri dari belief dan evaluasi belief (Fishbein & Ajzen,

2010), seperti rumus berikut ini :

AB = ∑ b i e i

Keterangan:

AB = sikap terhadap perilaku tertentu

b = Belief terhadap perilaku tersebut yang mengarah pada konsekuensi i

e = Evaluasi seseorang terhadap outcome i (outcome evaluation)

Berdasarkan rumus di atas, sikap terhadap perilaku tertentu (AB)

didapatkan dari penjumlahan hasil kali antara kekuatan belief terhadap outcome

yang dihasilkan (bi) dengan evaluasi terhadap outcome (ei). Dengan kata lain,

Page 56: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

40

seseorang yang percaya bahwa sebuah tingkah laku dapat menghasilkan

sebuah outcome yang positif, maka ia akan memiliki sikap yang positif. Begitu

juga sebaliknya, jika seseorang memiliki keyakinan bahwa dengan melakukan

suatu tingkah laku akan menghasilkan outcome yang negatif, maka seseorang

tersebut juga akan memiliki sikap yang negatif terhadap perilaku tersebut.

Pengukuran sikap tidak bisa didapatkan melalui pengamatan langsung,

melainkan harus melalui pengukuran respon. Pengukuran sikap ini didapatkan

dari interaksi antara belief content-outcome evaluation dan belief strenght. Belief

seseorang mengenai suatu obyek atau tindakan dapat dimunculkan dalam format

respon bebas dengan cara meminta subyek untuk menuliskan karakteristik,

kualitas dan objek atau konsekuensi tingkah laku tertentu. Fishbein dan Ajzen

menyebutnya dengan proses elisitas. Elisitasi digunakan untuk menentukan

belief utama yang akan digunakan dalam penyusunan alat ukur atau instrumen.

2.3.2.3 Norma Subyektif

Norma subyektif merupakan kepercayaan seseorang mengenai

persetujuan orang lain terhadap suatu tindakan (Ajzen, 1991), atau persepsi

individu tentang apakah orang lain akan mendukung atau tidak terwujudnya

tindakan tersebut. Norma subyektif adalah pihak-pihak yang berperan dalam

perilaku seseorang dan memiliki harapan pada orang tersebut, dan sejauh mana

keinginan untuk memenuhi harapan tersebut (Ismail dan Zain, 2008). Dengan

kata lain bahwa norma subyektif adalah produk dari persepsi individu tentang

belief yang dimiliki orang lain. Orang lain tersebut disebut referent, dan dapat

merupakan orang tua, sahabat, atau orang yang dianggap ahli atau penting.

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi norma subyektif : normatif belief, yaitu

keyakinan individu bahwa referent berpikir ia harus atau harus tidak melakukan

Page 57: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

41

sesuatu perilaku dan motivation to comply, yaitu motivasi individu untuk

memenuhi norma dari referent tersebut.

Rumusan norma subjektif pada intensi perilaku tertentu, dirumuskan

sebagai berikut (Fishbein & Ajzen, 2010):

SN = ∑ b i m i

Keterangan :

SN = Norma subyektif

Bi = Normatif belief

Mi = Motivasi untuk mengikuti anjuran (motivation to comply)

Berdasarkan rumusan tersebut, dapat dikatakan bahwa norma subyektif

adalah persepsi seseorang terhadap orang-orang yang dianggap penting bagi

dirinya untuk berperilaku atau tidak berperilaku tertentu, dan sejauh mana

seseorang ingin mematuhi anjuran orang-orang tersebut. Norma subyektif secara

umum dapat ditentukan oleh harapan spesifik yang dipersepsikan seseorang,

yang merupakan referensi (anjuran) dari orang orang-orang yang disekitarnya

dan oleh motivasi untuk mengikuti referensi atau anjuran tersebut.

Berdasarkan rumus diatas, norma subyektif (SN) didapatkan dari hasil

penjumlahan hasil kali normative belief tentang tingkah laku (bi) dan dengan

motivation to comply/ motivasi untuk mengikutinya (mi). Dengan kata lain bahwa,

seseorang yang memiliki keyakinan bahwa individu atau kelompok yang cukup

berpengaaruh terhadap (referent) akan mendukung ia untuk melakukan tingkah

laku tersebut, maka hal ini akan menjadi tekanan sosial untuk seseorang tersebut

melakukannya. Sebaliknya, jika seseorang percaya bahwa orang lain yang

berpengaruh padanya tidak mendukung tingkah laku tersebut, maka hal ini

menyebabkan ia memiliki norma subyektif untuk tidak melakukannya.

Pengukuran norma subyektif sesuai dengan antesedennya, yaitu

berdasarkan 2 skala: normative belief dan motivation to comply. Maka

Page 58: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

42

pengukurannya juga diperoleh dari penjumlahan hasil perkalian keduanya.

Norma subyektif sama halnya dengan sikap, belief dengan pihak-pihak yang

mendukung atau tidak mendukung didapatkan dari hasil elisitasi untuk

menentukan belief utamanya

2.3.2.4 Perceived Behavior Control (PBC)

Kendali perilaku yang dipersepsikan (perceived behavior control)

merupakan persepsi terhadap mudah atau sulitnya sebuah perilaku dapat

dilaksanakan. Variabel ini dapat diasumsikan merefleksikan pengalaman masa

lalu, dan mengantisipasi halangan yang mungkin terjadi (Fishbein & Ajzen,

2010). Atau perceived behavioral control adalah persepsi seseorang tentang

kemudahan atau kesulitan untuk berperilaku tertentu.

Terdapat dua asumsi mengenai kendali-perilaku-yang-dipersepsikan.

Pertama, kendali perilaku yang dipersepsikan diasumsikan memiliki pengaruh

motivasional terhadap intensi. Individu yang meyakini bahwa ia tidak memiliki

kesempatan untuk berperilaku, tidak akan memiliki intensi yang kuat, meskipun ia

bersikap positif, dan didukung oleh referent (orang-orang disekitarnya). Kedua,

kendali-perilaku-yang-dipersepsikan memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi

perilaku secara langsung, tanpa melalui intensi, karena ia merupakan subtitusi

parsial dari pengukuran terhadap kendali aktual (Fishbein & Ajzen, 2010).

Perceived behavioral control sama kedua faktor sebelumnya yaitu

dipengaruhi juga oleh beliefs. Beliefs yang dimaksud adalah tentang ada/hadir

dan tidaknya faktor yang menghambat atau mendukung performa tingkah laku

(control belief) (Fishbein & Ajzen, 2010). Berikut adalah rumus yang

menghubungkan antara perceived behavioral control dan control belief :

PBC = ∑ c i p i

Keterangan :

Page 59: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

43

PBC =Perceived behavioral control

Ci = Control belief

Pi = Power belief

Kendali perilaku yang dipersepsikan/PBC didapat dengan menjumlahkan

hasil kali antara keyakinan mengenai mudah atau sulitnya suatu perilaku

dilakukan (control belief) dan kekuatan faktor dalam memfasilitasi atau

menghambat tingkah laku (power belief/ perceived power). Dengan kata lain,

semakin besar persepsi seseorang mengenai kesempatan dan sumber daya

yang dimiliki (faktor pendukung), serta semakin kecil persepsi tentang hambatan

yang dimiliki, maka semakin besar perceived behavioral control yang dimiliki

seseorang.

Pengukuran perceived behavioral control yang dapat dilakukan hanyalah

mengukur persepsi individu yang bersangkutan terhadap kontrol yang ia miliki

terhadap beberapa faktor penghambat atau pendukung tersebut. Beberapa

faktor yang dipersepsikan sebagai penghambat atau pendorong tersebut

didapatkan dari proses elisitasi untuk mendapatkan belief yang utama.

2.3.2.5 Background Factor

Background factor pada dasarnya tidak menjadi bagian dari TPB yang

dikemukakan oleh Ajzen, melainkan hanya sebagai pelengkap untuk

menjelaskan lebih dalam determinan tingkah laku manusia. Beberapa

background factor yang mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut :

1) Usia

Menurut Martini (2007) bahwa usia yang lebih tua umumnya lebih

bertanggung jawab dan teliti dibanding usia yang lebih muda. Hal ini

terjadi kemungkinan karena yang lebih muda kurang berpengalaman.

Page 60: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

44

Rahim (2009), menyampaikan bahwa pekerja usia 20-30 tahun

mempunyai motivasi kerja relatif lebih rendah dibandingkan pekerja yang

lebih tua, karena pekerja yang lebih tua belum berdasar pada landasan

realitas, sehingga pekerja muda lebih sering mengalami kekecewaan

dalam bekerja.hal ini dapat menyebabkan rendahnya kinerja dan

kepuasan kerja.

2) Jenis kelamin

Menurut Ilyas (2009), mengutip pendapat Shiye, bahwa tidak ada

perbedaan produktifitas kerja antara karyawan perempuan dan karyawan

laki-laki. Namun demikin jenis kelamin perlu mendapatkan perhatian

karena sebagian besar tenaga kesehatan berjenis kelamin perempuan.

Pada laki-laki dengan beban keluarga tinggiakan meningkatkan jam kerja

perminggu, sedangkan pada perempuan yang memiliki beban keluarga

yang tinggi akan menurunkan beban kerja perminggu. Diasumsikan juga

bahwa bukan perbedaan jenis kelamin itu sendiri yang menyebabkan

perbedaan kinerja, tetapi berbagai faktor yang berkaitan dengan jenis

kelamin, seperti perbedaan besarnya gaji, mendapatkan formasi dan lain-

lain.

3) Pendidikan

Menurut Faizin dan Winarsih (2008), pendidikan merupakan salah

satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan untuk pengembangan

diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah mereka

menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi, sehingga

akan meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya akan

meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Pendidikan keperawatan di Indonesia mengacu kepada Undang-

Undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Page 61: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

45

Dengan demikian jenis pendidikan keperawatan di Indonesia mencakup

pendidikan vokasi, akademik dan profesi (PP PPNI,2010) :

a. Pendidikan vokasi adalah jenis pendidikan diploma sesuai

jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu terapan keperawatan yang

diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.

b. Pendidikan akademik adalah jenis pendidikan tinggi program sarjan

dan pasca sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan

disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

c. Pendidikan profesi merupakan pendidikan tertinggi setelah program

sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki

pekerjaan dengan persyaratan khusus.

d. Sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup program

pendidikan : diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor (PP

PPNI, 2010).

4. Faktor informasi

Faktor informasi adalah pengalaman, pengetahuan dan ekspose

pada media. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini

terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra

penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang

lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2010).

Page 62: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

46

BAB III

KERANGKA KONSEP

3. 1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Instalasi Gawat Darurat Dengan Pendekatan Theory of Planed Behavior

Keterangan : : diteliti

: berhubungan

Kualitas

Asuhan

Keperawatan

Sikap

pada

kegiatan

Intensi

1. Belief

strenght

2. Outcome

evaluation

Norma

Subyektif

1. Normative

belief

2. Motivation

to comply

Persepsi

terhadap

kontrol

1. Control

belief

2. Power

belief

Perilaku

Perawat dalam

Dokumentasi

Keperawatan

di IGD meliputi

1. Pengkajian

2. Diagnosa

3. Perencanaan

4. Implementasi

5. Evaluasi

Page 63: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

47

Penjelasan Kerangka Konseptual

Menurut Theory of Planed Behavior (TPB), tindakan perawat dalam

pendokumentasian di Instalasi Gawat Darurat dipandu oleh tiga macam

pertimbangan: keyakinan tentang kemungkinan hasil dari perilaku dan evaluasi

dari hasil (attitude toward behavior), keyakinan tentang harapan normatif orang

lain dan motivasi untuk mematuhi harapan-harapan ini (subjective norm), dan

keyakinan tentang adanya faktor-faktor yang dapat memfasilitasi atau

menghambat kinerja perilaku dan kemampuan yang dirasakan dari faktor-faktor

ini (perceived behavioral control).

Attitude toward behavior, subjective norm, dan perceived behavioral

control selanjutnya akan mempengaruhi niat atau intensi perawat dalam

pendokumentasian kegawatdaruratan. Niat merupakan kekuatan dari dalam yang

mendorong perawat berperilaku dan menjadi penentu kegiatan

pendokumentasian dilakukan atau tidak. Menurut berbagai penelitian niat

menjadi prediktor terbaik seseorang melakukan sebuah kegiatan.

Selanjutnya perilaku pendokumentasian akan diukur untuk menilai

perawat dalam kegiatan pengkajian, diagnosa, perencanaan dan implementasi

keperawatan. Dengan menggunakan Theory of Planed Behavior (TPB) peneliti

akan mengetahui keterkaitan perilaku pendokumentasian di IGD dengan faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut khususnya dari dalam. Perilaku

pendokumentasian keperawatan yang baik, diharapkan kualitas asuhan

keperawatan di IGD juga akan semakin baik. Akhirnya kepuasan, keselamatan

dan kualitas pelayanan pasien semakin meningkat.

Page 64: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

48

3.2 Hipotesis Penelitian

H1: Ada hubungan sikap perawat tentang pendokumentasian asuhan

keperawatan dengan intensi dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan di Instalasi Gawat Darurat

H1: Ada hubungan norma subjektif tentang pendokumentasian asuhan

keperawatan dengan intensi dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan di Instalasi Gawat Darurat

H1: Ada hubungan perceived behavioral control tentang pendokumentasian

asuhan keperawatan dengan intensi dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan di Instalasi Gawat Darurat

H1: Ada hubungan intensi tentang pendokumentasian asuhan keperawatan

dengan perilaku perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di

Instalasi Gawat Darurat

Page 65: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

49

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analysis

observational dengan pendekatan desain cross sectional karena penelitian ini

dilakukan untuk menemukan penjelasan tentang suatu kejadian atau gejala

terjadi, dengan hasil akhir adalah gambaran mengenai hubungan sebab akibat

variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian ini variabel bebas dan variabel

terikat diamati pada saat yang bersamaan (variabel sebab dan akibat yang

terjadi pada subyek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu bersamaan

(Sugiono,2006).

Pendekatan yang digunakan oleh peneliti bertujuan untuk menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawat dalam pendokumentasian

asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat dengan pendekatan Theory of

Planed Behavior.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di IGD Rumkit TK II dr Soepraoen, IGD RS

Panti Waluya Sawahan dan IGD RS Islam Malang. Pemilihan tempat penelitian

atas kesamaan status akreditasi KARS versi 2012 yaitu tingkat paripurna.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Pebruari sampai dengan Juli 2017.

Waktu penelitian dihitung mulai dari pembuatan proposal sampai penyusunan

laporan dan publikasi penelitian.

Page 66: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

50

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di IGD

Rumkit TK II dr Soepraoen sebanyak 21 orang, IGD RS Panti Waluya Sawahan

sebanyak 15 orang, dan IGD RS Islam Malang sebanyak 15 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian perawat pelaksana di IGD

yang menjadi responden penelitian sesuai kriteria sampel yang telah ditetapkan.

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus (Sugiono,2006)

n = N

1 + N (d2 )

n = 51

1 + 51 ( 0,05 )2

n = 51

1 + 0,13

= 45,2 dibulatkan menjadi 45 orang

Keterangan

n=besar sampel

N=besar populasi

d=tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan

Dengan besar sampel sebanyak 45 perawat terdiri atas perawat pelaksana

di IGD Rumkit TK II dr Soepraoen sebanyak 19 orang, IGD RS Panti Waluya

Sawahan sebanyak 13 orang, dan IGD RS Islam Malang sebanyak 13 orang..

Perawat pelaksana dimaksudkan adalah perawat yang memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien secara langsung di IGD. Besar sampel dokumentasi

Page 67: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

51

asuhan keperawatan di IGD yang di observasi dengan dasar waktu kunjungan

pasien selama 1 minggu yaitu sebanyak 341 dokumen, terdiri dari 125 dokumen

dari Rumkit TK II dr Soepraoen, 120 dokumen dari RS Panti Waluya Sawahan,

dan 96 dokumen dari RS Islam Malang

4.3.3 Teknik Penentuan Sampel

Prosedur sampel diambil dari sebagian populasi yaitu sebagian dari

perawat di IGD Rumkit TK II dr Soepraoen, IGD RS Panti Waluya Sawahan dan

IGD RS Islam Malang.

Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

non probability sampling. Non probability sampling adalah teknik yang tidak

memberi kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk dapat dipilih

menjadi sampel. Pendekatan teknik non probability sampling yang digunakan

yaitu secara purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Adapun kriteria pengambilan sampel sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah

Responden merupakan perawat pelaksana yang aktif bekerja di IGD

2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah

a. Responden merupakan kepala perawat ruang IGD

b. Responden sedang cuti selama jangka waktu observasi yang dilakukan

oleh peneliti.

c. Responden tidak bersedia menandatangani informed cosent penelitian.

Page 68: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

52

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah sikap, norma subyektif,

perceived behavioral control dan intensi.

4.4.2 Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku

pendokumentasian asuhan keperawatan, yang terdiri dari 5 sub variabel, yaitu:

pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi

Page 69: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

53

4.5 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian

Variabel Sub variabel Definisi operasional Indikator Alat ukur skala Hasil Ukur

Independen

Sikap

terhadap

pendokument

asian asuhan

keperawatan

Belief strenght Perasaan perawat IGD

tentang seberapa kuat

keyakinan yang dimiliki

terhadap suatu kegiatan

(pendokumentasian

asuhan keperawatan)

Keyakinan perawat IGD

tentang :

1. Penulisan asuhan

keperawatan di IGD

2. Tanggung jawab

perawat IGD

3. Waktu untuk mencapai

tujuan

4. Perlindungan hukum

5. Monitoring

perkembangan pasien

6. Fokus perawatan

sesuai kondisi pasien

7. Beban kerja IGD

8. Bukti tertulis tindakan

perawat

9. Komunikasi antar

Kuisioner

(Modifikasi

dari Ajzen,

2006;

Wahyuni,

2012 dalam

Nursalam,

2013)

Interval 20 - 80

Page 70: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

54

perawat dan tim

10.Menghabiskan banyak

form

Outcome

evaluation

Perasaan perawat IGD

tentang konsekuensi yang

akan dihasilkan jika

pendokumentasian asuhan

keperawatan dilakukan.

Penilaian perawat IGD

tentang konsekuensi yang

dihasilkan dari :

1. Penulisan asuhan

keperawatan di IGD

2. Tanggung jawab

perawat IGD

3. Waktu untuk mencapai

tujuan

4. Perlindungan hukum

5. Monitoring

perkembangan pasien

6. Fokus perawatan

sesuai kondisi pasien

7. Beban kerja IGD

8. Bukti tertulis tindakan

perawat

9. Komunikasi antar

perawat dan tim

Kuisioner

(Modifikasi

dari Ajzen,

2006;

Wahyuni,

2012 dalam

Nursalam,

2013)

Interval

Page 71: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

55

10.Menghabiskan banyak

form

Norma

subyektif

pendokument

asian asuhan

keperawatan

Normatif belief Keyakinan perawat IGD

tentang harapan normatif

sejumlah orang yang

dianggap penting dalam

menganjurkan untuk

melakukan/tidak

melakukan dokumentasi

asuhan keperawatan.

Keyakinan tentang harapan

normatif yang dirasakan

perawat dari :

1. Komite keperawatan

2. Kepala bidang

keperawatan

3. Kepala instalasi rawat

jalan

4. Kepala ruangan IGD

5. Teman sejawat

6. Tim kesehatan lain

Kuisioner

(Modifikasi

dari Ajzen,

2006;

Wahyuni,

2012 dalam

Nursalam,

2013)

Interval 12 - 96

Motivation to

comply

Motivasi perawat IGD

memenuhi harapan orang

lain untuk melakukan/tidak

melakukan dokumentasi

asuhan keperawatan

Motivasi perawat IGD

memenuhi harapan orang

lain melakukan

dokumentasi, yaitu:

1. Komite keperawatan

2. Kepala bidang

keperawatan

3. Kepala instalasi rawat

jalan

Kuisioner

(Modifikasi

dari Ajzen,

2006;

Wahyuni,

2012 dalam

Nursalam,

2013)

Interval

Page 72: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

56

4. Kepala ruangan IGD

5. Teman sejawat

6. Tim kesehatan lain

Perceived

behavioral

control

pendokument

asian asuhan

keperawatan

Control belief Keyakinan perawat IGD

tentang mudah atau

sulitnya pendokumentasian

asuhan keperawatan

dilakukan.

Keyakinan mudah atau sulit

tentang :

1. Peraturan RS

2. Kebutuhan bukti legal

etik

3. Keinginan melakukan

kewajiban dan

tanggung jawab

4. Ruangan IGD yang

sibuk

5. Supervisi atasan

6. Akreditasi RS dan Mutu

7. Kebutuhan komunikasi

tertulis

8. Pengetahuan perawat

tentang askep

9. Tersedianya sarana

prasarana

Kuisioner

(Modifikasi

dari Ajzen,

2006;

Wahyuni,

2012 dalam

Nursalam,

2013)

Interval 26 - 104

Page 73: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

57

10.Kondisi kegawatan

pasien

11.Beban kerja

12.Keterbatasan waktu

13. Rendahnya reward

Power belief Persepsi perawat IGD

tentang pendorong dan

penghambat

pendokumentasian asuhan

keperawatan

Persepsi tentang

pendorong dan

penghambat dari :

1. Peraturan RS

2. Kebutuhan bukti legal

etik

3. Melakukan kewajiban

dan tanggung jawab

4. Ruangan IGD yang

sibuk

5. Supervisi atasan

6. Akreditasi RS dan Mutu

7. Kebutuhan komunikasi

tertulis

8. Pengetahuan perawat

9. Tersedianya sarana

prasarana

Kuisioner

(Modifikasi

dari Ajzen,

2006;

Wahyuni,

2012 dalam

Nursalam,

2013)

Interval

Page 74: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

58

10.Kondisi kegawatan

pasien

11.Beban kerja

12.Keterbatasan waktu

13.Rendahnya reward

Intensi

pendokument

asian asuhan

keperawatan

Keinginan/ niat perawat

melakukan

pendokumentasian askep

dengan menggunakan

proses keperawatan

secara suka rela (berasal

dari dalam diri individu

tersebut)

Keinginan/ niat perawat

tentang :

1. Dokumentasi yang

lengkap, akurat sesuai

format

2. Dokumentasi sesuai

masalah keperawatan

3. Dokumentasi sesuai

diagnosis, prioritas,

terinci dan jelas

4. Dokumentasi

menggambarkan

tindakan mandiri,

kolaborasi

5. Dokumentasi secara

jelas dan ringkas

Kuisioner

(Modifikasi

dari Ajzen,

2006;

Wahyuni,

2012 dalam

Nursalam,

2013)

Interval 5 - 20

Page 75: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

59

Dependen

Perilaku

Pendokument

asian Asuhan

Keperawatan

Perilaku

Pendokumentasi

an Pengkajian

Keperawatan

Perilaku mencatat asuhan

keperawatan berupa

informasi atau data tentang

respon klien agar dapat

mengidentifikasi

masalah/kebutuhan

kesehatan dan

keperawatan pasien

Instrumen pengkajian

keperawatan :

1. Menggunakan format

baku

2. Sistematis

3. Diisi sesuai item yang

tersedia

4. Aktual dan baru

Lembar

observasi

skala likert

(Rahmania,

2016)

Interval 25 - 100

Perilaku

Pendokumentasi

an Diagnosis

Keperawatan

Perilaku mencatat asuhan

keperawatan berupa

pernyataan perawat yang

menjelaskan respon

manusia (status kesehatan

atau resiko perubahan

pola) dari klien

Instrumen diagnosa

keperawatan :

1. Diagnosa keperawatan

dihubungkan dengan

penyebab kesenjangan

dan pemenuhan

kebutuhan pasien

2. Dibuat sesuai dengan

masalah keperawatan

baku dalam bentuk

aktual dan resiko

3. Komponen terdiri dari

masalah dan penyebab

Lembar

observasi

skala likert

(Rahmania,

2016)

Interval

Page 76: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

60

(PE) atau juga dengan

gejala (PES)

Perilaku

Pendokumentasi

an Perencanaan

Keperawatan

Perilaku mencatat asuhan

keperawatan berupa

desain spesifik intervensi

untuk membantu klien

dalam mencapai tujuan

keperawatan

Instrumen perencanaan

keperawatan :

1. Terdapat tujuan

rencana keperawatan

yang spesifik, bisa

diukur, dicapai, ada

batas waktu, realistik

2. Rencana keperawatan

menggambarkan

kerjasama dengan tim

kesehatan lain

3. Rencana tindakan

berupa kalimat instruksi,

ringkas, tegas dengan

bahasanya mudah

dimengerti

Lembar

observasi

skala likert

(Rahmania,

2016)

Interval

Perilaku

Pendokumentasi

an Implementasi

Keperawatan

Perilaku mencatat asuhan

keperawatan berupa

pengelolaan dan

perwujudan dari rencana

1. Menggambarkan

tindakan mandiri,

kolaborasi dan

ketergantungan sesuai

Lembar

observasi

skala likert

(Rahmania,

Interval

Page 77: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

61

tindakan keperawatan dengan rencana

keperawatan

2. Bertujuan untuk

promotif, preventif,

kuratif, rehabilitatif dan

mekanisme koping

3. Bersifat holistik, dan

menghargai hak-hak

klien

4. Melibatkan partisipasi

aktif klien

5. Observasi terhadap

setiap respon setelah

tindakan dilakukan

2016)

Perilaku

Pendokuemntasi

an Evaluasi

Keperawatan

Perilaku mencatat asuhan

keperawatan berupa tahap

akhir dari proses

keperawatan yang

merupakan analisa

seberapa jauh tujuan

berhasil dicapai

1. Evaluasi mengenai

status kesehatan

berupa perubahan

fungsi tubuh, tanda dan

gejala

2. Evaluasi dilakukan

dengan menggunakan

pendekatan SOAP

Lembar

observasi

skala likert

(Rahmania,

2016)

Interval

Page 78: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

62

3. Mengacu kepada tujuan

dan kriteria hasil

4. Evaluasi terhadap

tindakan keperawatan

yang diberikan

5. Evaluasi terhadap

pengetahuan setelah

diberikan promosi

kesehatan

6. Evaluasi terhadap

perubahan fungsi tubuh

dan kesehatan klien

setelah dilakukan

tindakan

Page 79: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

63

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berupa kuisioner menggunakan gabungan panduan

TPB measurement Ajzen (2006) dan Constructing Questionnaires Based On The

Theory Of Planned Behaviour dari Francis et al (2004) serta modifikasi dari

Wahyuni (2012) dalam Nursalam (2013). Modifikasi yang dimaksud secara

umum yaitu :

1. Peneliti memberikan kuisioner menggunakan theory of planed behavior

untuk perawat pelaksana IGD dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan bukan pada unsur manajemen RS.

2. Peneliti menyesuaikan permasalahan yang dihadapi di IGD sesuai diskusi

dengan perawat IGD sehingga pada sub-variabel belief strength dan

outcome evaluation penghitungan tarif, sumber data penelitian dan angka

kredit tidak menjadi permasalahan di IGD. Peneliti juga tidak

menyertakan Bed Occupation Rate (BOR), format yang tidak sesuai

dengan akreditasi, dan sifat malas yang tidak relevan dengan kondisi

lahan IGD.

3. Peneliti menggunakan pertanyaan tertutup bukan pertanyaan terbuka

pada variabel sikap yaitu sub-variabel strength belief dan power belief

untuk memperjelas responden memahami dan memilih jawaban.

4. Peneliti tidak menggunakan kuesioner pengetahuan karena bukan bagian

dari TPB

4.6.1 Sikap Terhadap Perilaku Pendokumentasian

Instrumen ini menggunakan kuesioner dengan skala likert dengan pilihan

jawaban sebanyak 4 pilihan jawaban. Sikap diukur melalui 2 skala, yaitu skala

belief subyek tentang perilaku pendokumentasian (belief strength) dan skala

Page 80: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

64

evaluasi terhadap belief (outcome evaluation). Skala yang mengukur sikap terdiri

dari 20 item , dengan pembagian 10 item mengukur belief strength dan 10 item

mengukur evaluasinya. Skala yang pertama yaitu skala belief strength tentang

perilaku pendokumentasian (nilai 1 diberikan untuk jawaban sangat setuju (ST)

dan nilai 4 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS). Untuk skala yang kedua

mengukur tentang outcome evaluation nilai 1 untuk jawaban sangat buruk (SBU)

dan skor 4 untuk pilihan sangat baik (SB) pada item yang favorable, dan berlaku

sebaliknya untuk item yang unfavorable.

Bagian pertama semua item bersifat favorable sedangkan bagian kedua

item favorable ditunjukkan oleh nomor 1,2,4,6,8 dan 9. Item unfavorable

ditunjukkan oleh nomor 3, 7 dan 10. Tahap selanjutnya adalah mengalikan setiap

pasangan item belief strength dan outcome evaluation. Setiap hasil perkalian

seluruh item dijumlahkan kemudian dihitung rata-ratanya dan didapatkan skor

sikap. Dengan kriteria sikap positif ≥ mean dan sikap negatif < mean.

4.6.2 Norma Subyektif

Norma subyektif diukur dengan melalui 2 skala,yaitu skala motivation to

comply dan skala normative belief. Skala yang diukur norma subyektif ini terdiri

dari 12 item, dengan pembagian 6 item untuk mengukur motivation to comply

dan 6 item untuk mengukur normative belief. Skala yang digunakan adalah skala

likert dengan 4 pilihan jawaban. Pada kedua bagian ini nilai 1 diberikan untuk

jawaban sangat tidak setuju (STS) dan nilai 4 untuk sangat setuju (ST), untuk

item item unfavorable nilai 1 diberikan untuk jawaban sangat setuju (ST) dan nilai

4 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS).

Bagian pertama dari kuesioner semua item adalah favorable sedangkan

pada bagian kedua, item favorable ditunjukkan oleh item 1,2,3,4 dan item

unfavorable ditunjukkan oleh item pertanyaan nomor 5 dan 6.

Page 81: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

65

Tahapan berikutnya adalah mengalikan pasangan item motivation to

comply dan nomative belief. Setiap hasil perkalian seluruh item dijumlahkan dan

didapatkan normative belief dan motivation to comply hasil skor maksimal

adalah 48 dengan skor minimal 6. Dengan kriteria baik skor ≥ mean, cukup skor

< mean.

4.6.3 Perceived Behavioral Control (PBC)

Perceived behavioral control (PBC) diukur melalui 2 skala yaitu skala

yang mengukur control belief dan skala yang mengukur power belief. Skala yang

mengukur PBC ini terdiri dari 26 item, dengan pembagian 13 item, untuk

mengontrol belief dan 13 item mengukur kekuatan atau power belief (setelah uji

validitas dan releabilitas kuesioner untuk PBC terdiri dari 26 item dengan

pembagian 13 item untuk control belief dan 13 item mengukur power belief.

Skala yang digunakan adalah skala likert dengan 4 pilihan jawaban. Pada

bagian skala mengukur control belief nilai 1 berarti sangat tidak setuju (STS) dan

nilai 4 untuk pilihan sangat setuju (ST). Sedangkan untuk skala yang mengukur

kekuatan atau power belief, nilai 1 berarti sangat kecil (SK) dan nilai 4 sangat

besar (SB).

Bagian pertama dan kedua dari kuesioner ini terdapat item favorable

yang ditunjukkan oleh item nomor 1,2,3,5,6,7,8,9 dan item unfavorable

ditunjukkan oleh item pertanyaan nomor 4,10,11,12,13

Tahapan berikutnya adalah mengalikan setiap pasangan item control

belief dengan kekuatan atau power belief. Setiap hasil perkalian seluruh item

dijumlahkan dan didapatkan skor PBC. Hasil skor maksimal untuk PBC 26 item

adalah 104 dan skor minimal 26. Kriteria baik ≥ mean, cukup < mean.

Page 82: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

66

4.6.4 Intensi

Instrumen ini menggunakan kuesioner dengan skala likert dengan pilihan

jawaban sebanyak 4 ,yaitu: sangat tidak setuju , tidak setuju , setuju dan sangat

setuju. Hal ini dilakukan untuk menghindari error of central tendency atau

kecenderungan subyek untuk menghindari posisi ekstrim dan menempatkan

dirinya diposisi tengah. Kuesioner dengan skor jawaban 1,2,3 dan 4. Hasil skor

maksimal untuk intense 5 item adalah 20 dan skor minimal 5. Dan riteria baik ≥

mean, cukup < mean. Sesuai dengan pernyataan Fishbein dan Ajzen (2010),

skala yang mengukur intensi pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD

harus mengandung 4 elemen, yaitu: tingkah laku, obyek target, situasi dan

waktu. Tingkah laku yang dimaksud adalah pendokumentasian asuhan

keperawatan obyek targetnya adalah dokumentasi asuhan keperawatan , situasi

dan waktu selama menjadi perawat diruang Instalasi Gawat Darurat.

4.6.4 Perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan

Instrumen perilaku pendokumentasian menggunakan lembar observasi.

Instrumen ini terdiri dari 24 item penilaian yang terbagi menjadi 5 sub variabel

yaitu pengkajian ,diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dengan

kriteria baik ≥ mean, cukup < mean.

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam,2008).

4.7.1 Proses Perijinan Penelitian

Proses perijinan penelitian dilaksanakan melalui proses sebagai berikut :

1. Peneliti mengajukan surat kelayakan etik dari komisi etik FK

Universitas Brawijaya

Page 83: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

67

2. Dilanjutkan dengan peneliti mengajukan penelitian kepada Kepala

Rumkit TK II dr Soepraoen Malang, Direktur RS Islam Malang dan

Direktur RS Panti Waluya Sawahan

3. Setelah mendapatkan ijin penelitian dari RS yang dituju peneliti

melakukan penelitian di IGD Rumkit TK II dr Soepraoen, IGD RS

Islam Malang, dan IGD RS Panti Waluya Sawahan

4.7.2 Pengumpulan Data

Melakukan pengumpulan data berupa pengukuran faktor sikap, faktor

norma subyektif, faktor perceived behavioral control, faktor intensi serta perilaku

pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang IGD Rumkit TK II dr

Soepraoen, IGD RS Islam Malang, dan IGD RS Panti Waluya Sawahan.

Pengukuran faktor – faktor tersebut dengan menggunakan kuesioner yang diisi

oleh responden. Responden adalah perawat pelaksana di IGD yang berdinas

pada saat penelitian dilakukan. Sedangkan untuk pengukuran perilaku

pendokumentasian asuhan keperawatan diruang IGD dilakukan observasi oleh

peneliti terhadap dokumen asuhan keperawatan dengan menggunakan lembar

observasi. Dokumentasi keperawatan di IGD menjadi satu bagian dengan

dokumen rekam medis IGD. Dokumentasi IGD yang di observasi merupakan

dokumentasi dalam kurun waktu terdekat dengan penelitian dimana komposisi

perawat IGD tidak berubah, sehingga representatif terhadap perilaku perawat

dalam pendokumentassian di IGD.

4.8 Pengolahan dan Analisa Data

4.8.1 Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data mentah yang harus diorganisasi

sedemikian rupa agar dapat disajikan dalam bentuk tabel atau diagram/ grafik

Page 84: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

68

sehingga mudah dianalisis dan ditarik kesimpulan. Proses pengolahan data

dilakukan melalui tahap :

1. Editing

Editing merupakan pemeriksaan lembar observasi yang telah diisi

oleh peneliti. Pemeriksaan ini dapat berupa kelengkapan jawaban dan

kebenaran penghitungan skor.

2. Coding

Coding merupakan pemberian tanda atau mengklasifikasikan

jawaban-jawaban dari para responden ke dalam kategori tertentu.

3. Entry

Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode katagori kemudian

dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data. Data

diolah dengan cara manual atau melalui pengolahan komputer dengan

SPSS. Entry dilakukan dengan bantuan SPSS 16.

4. Cleaning

Cleaning merupakan teknik pembersihan data, dengan melihat

variabel apakah data sudah benar atau belum. Data yang sudah

dimasukkan diperiksa kembali sejumlah sampel dari kemungkinan data

yang belum di entry. Hasil dari Cleaning didapatkan bahwa tidak ada

kesalahan sehingga seluruh data dapat digunakan.

4.8.2 Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah uji univariat,

dan dilanjutkan dengan uji multivariat

1. Uji Univariat

Analisis univariat tergantung jenis data yang ada. Data yang terdiri

dari jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan data numerik yaitu sikap, norma

Page 85: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

69

subjektif, PBC, intensi serta perilaku perawat dilakukan analisa dengan

menghitung distribusi frekuensi masing-masing kelompok. Nilai rata-rata

dihitung untuk melihat sebaran data interval yang digunakan, kriteria baik ≥

mean, cukup < mean

2. Uji Multivariat

Pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis Partial

Least Square (PLS). PLS mempunyai keunggulan , yaitu analisis yang

powerfull,oleh karena tidak mengasumsikan data harus dengan

pengukuran skala tertentu sampel kecil,dan juga dapat digunakan untuk

konfirmasi teori (Ghozali,2008).

PLS merupakan metode analisis yang dapat diterapkan pada semua

skala data, tidak membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampelnya

tidak harus besar, direkomendasikan berkisar dari 30-100 kasus (Ghozali,

2008). Dalam penelitian ini unit yang dianalisis adalah faktor yang

berhubungan dengan perilaku perawat dalam pendokumentasian di

Instalasi Gawat Darurat dengan sampel sebanyak 45 perawat. Dalam

penelitian ini dengan n=45 sudah memenuhi untuk penggunaan PLS. Uji

PLS menggunakan program SMART PLS 2.0.

4.9 Etik Penelitian

Penelitian memiliki beberapa prinsip etika yaitu: (1) menghormati harkat

martabat manusia, (2) berbuat baik, (3) tidak merugikan, dan (4) keadilan.

Penelitian dilaksanakan dengan berpedoman pada masalah etik yang meliputi:

1. Menghormati Harkat Martabat Manusia (Respect for Persons)

Prinsip ini menekankan pada penghormatan terhadap martabat

manusia sebagai pribadi yang bebas berkehendak, memiliki, dan sekaligus

bertanggung jawab secara pribadi terhadap keputusannya sendiri. Bila

Page 86: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

70

informan bersedia, maka informan harus menandatangani lembar

persetujuan dan jika informan menolak, maka peneliti tidak akan memaksa

dan menghormati haknya. Peneliti harus menjaga prinsip anonymity dengan

berusaha menjaga kerahasiaan responden.

2. Berbuat Baik (Beneficence)

Penelitian ini menganalisis faktor yang berhubungan dengan perilaku

perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Gawat

Darurat menggunakan Theory of Planed Behavior sehingga diharapkan

penelitian ini menjadi pertimbangan dan masukan bagi pengelola rumah sakit

untuk pelaksanaan perilaku pendokumentasian.

3. Tidak Merugikan (Non-Maleficence)

Prinsip etik penelitian menekankan pada peningkatan kesejahteraan

manusia & tidak mencelakan responden yang terlibat dalam penelitian yang

dilakukan. Pada penelitian ini, responden berupa perawat IGD digali melalui

kuisioner tentang penilaian mereka mengenai dokumentasi keperawatan,

juga dilakukan observasi dokumentasi keperawatan yang tertulis pada rekam

medik.

4. Keadilan (Justice)

Penelitian yang dilakukan akan memperlakukan setiap responden

sama berdasar moral, martabat, dan hak asasi manusia. Hak dan kewajiban

peneliti maupun subyek juga harus seimbang. Prinsip justice ditunjukkan

melalui perlakuan yang sama kepada responden. Peneliti bersifat

professional kepada semua responden. Peneliti akan memberikan informasi

yang sama kepada semua responden mengenai tujuan, manfaat, prosedur,

dan resiko ketidaknyamanan selama penelitian. Selain itu, peneliti

memperlakukan responden dengan cara yang sama tanpa membedakan

suku, agama, ras, dan status sosialnya.

Page 87: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

71

BAB 5

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada 18 Mei 2017

sampai dengan 12 Juni 2017 dengan menggunakan lembar kuisioner kepada

perawat IGD dan lembar observasi untuk dokumentasi keperawatan IGD pada

dokumen rekam medik. Penelitian ini dilakukan di 3 RS yaitu Rumkit TK II dr

Soepraoen, RS Panti Waluya Sawahandan RS Islam Malang. Responden yang

digunakan dalam penelitian ini sebanyak 45 perawat pelaksana IGD dan lembar

dokumentasi keperawatan IGD yang dilakukan observasi sejumlah 341

dokumen. Penyajian hasil penelitian dianalisis berdasarkan analisis univariat,

dan analisis multivariat.

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Gambaran Data Jenis Kelamin, Usia dan Tingkat Pendidikan

Responden.

Tabel 5.1 Data Jenis Kelamin, Usia dan Tingkat Pendidikan Responden.

n %

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

Pendidikan D3/ D4 Keperawatan S1 Keperawatan

Usia 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun

17 28

41 4

25 18 2

37,8 62,2

91,1 8,9

55,6 40 4,4

Tabel 5.1 menginformasikan bahwa sebagian besar jenis kelamin

responden adalah perempuan yaitu 28 orang (62,2%), hampir semua tingkat

Page 88: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

72

pendidikan responden adalah D3/D4 keperawatan yaitu 41 orang (91,1%),

sebagian besar usia responden 21-30 tahun yaitu 25 orang (55,6%).

5.1.2 Sikap Terhadap Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Sikap perawat terhadap perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan

di IGD Rumkit TK II dr Soepraoen, IGD RS Panti Waluya Sawahan, IGD RS

Islam Malang sebagai berikut.

Tabel 5.2 Sikap Perawat Terhadap Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di IGD

Variabel Kategori Jumlah Dokumentasi Rekam Medik IGD

F % Sikap Positif 24 53.3

Negatif 21 46.7 Total 45 100.0

Tabel 5.2 menunjukan bahwa sebagian besar sikap perawat positif

terhadap perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD yaitu 24

perawat (53,3%).

Tabel 5.3 Keyakinan Kuat Perawat (Belief Strength) Terhadap Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di IGD

No Keyakinan Kuat Perawat Terhadap

Pendokumentasian Keperawatan di IGD Skor Kategori

1 Penulisan asuhan keperawatan di IGD 151 baik 2 Tanggung jawab perawat IGD 167 baik 3 Menghabiskan waktu untuk mencapai

tujuan 113 cukup

4 Perlindungan hukum 171 baik 5 Monitoring perkembangan pasien 141 baik 6 Fokus perawatan sesuai kondisi pasien 114 cukup 7 Menambah beban kerja IGD 100 cukup 8 Bukti tertulis tindakan perawat 168 baik 9 Komunikasi antar perawat dan tim 161 baik

10 Menghabiskan banyak form 101 cukup Mean 139

Tabel 5.3 menunjukan bahwa sebagian besar keyakinan kuat perawat

terhadap perilaku pendokumentasian dengan kategori baik dengan skor tertinggi

Page 89: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

73

yaitu untuk perlindungan hukum, selanjutnya untuk bukti tertulis tindakan

perawat, lalu sebagai tanggung jawab perawat IGD. Keyakinan kuat perawat

terhadap perilaku pendokumentasian dengan kategori cukup dengan skor

terendah yaitu untuk menambah beban kerja IGD, selanjutnya untuk

menghabiskan banyak form.

Tabel 5.4 Perasaan Perawat Tentang Konsekuensi Yang Akan Dihasilkan (Outcome Evaluation) Terhadap Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di IGD

No Konsekuensi Yang Akan Dihasilkan

Terhadap Pendokumentasian

Keperawatan di IGD

Skor Kategori

1 Penulisan asuhan keperawatan di IGD 142 baik

2 Tanggung jawab perawat IGD 143 baik

3 Menghabiskan waktu untuk mencapai tujuan

112 cukup

4 Perlindungan hukum 161 baik

5 Monitoring perkembangan pasien 145 baik

6 Fokus perawatan sesuai kondisi pasien 141 baik

7 Menambah beban kerja IGD 101 cukup

8 Bukti tertulis tindakan perawat 158 baik

9 Komunikasi antar perawat dan tim 142 baik

10 Menghabiskan banyak form 111 cukup

Mean 136

Tabel 5.4 menunjukan bahwa sebagian besar perasaan perawat tentang

konsekuensi yang akan dihasilkan dari dokumentasi keperawatan di IGD dengan

kategori baik dengan skor tertinggi yaitu untuk perlindungan hukum, selanjutnya

untuk bukti tertulis tindakan perawat, lalu untuk monitoring perkembangan

pasien. Perasaan perawat tentang konsekuensi yang akan dihasilkan dengan

kategori cukup dengan skor terendah yaitu untuk menambah beban kerja IGD,

selanjutnya untuk menghabiskan banyak form.

Sikap diartikan sebagai perasaan yang mendukung atau memihak

(favorableness) atau perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

(unfavorableness) terhadap suatu objek dalam hal ini pendokumentasian asuhan

keperawatan.

Page 90: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

74

5.1.3 Norma Subyektif Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Norma subyektif perawat terhadap perilaku pendokumentasian asuhan

keperawatan di IGD Rumkit TK II dr Soepraoen, IGD RS Panti Waluya Sawahan,

IGD RS Islam Malang sebagai berikut.

Tabel 5.5 Norma Subjektif Perawat Terhadap Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di IGD

Variabel Kategori Jumlah Dokumentasi Rekam Medik IGD

F %

Norma Subjektif Baik 21 46.7

Cukup 24 53.3

Total 45 100.0

Tabel 5.5 menunjukan bahwa sebagian besar norma subjektif perawat

terhadap perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD dengan

kategori cukup yaitu 24 perawat (53,3%).

Tabel 5.6 Persepsi Perawat Tentang Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di IGD

No Persepsi Perawat Tentang Dukungan Sosial

Skor Kategori

1 Komite keperawatan 141 cukup 2 Kepala bidang keperawatan 153 baik 3 Kepala instalasi rawat jalan 133 cukup 4 Kepala ruangan IGD 154 baik 5 Teman sejawat 152 baik 6 Tim kesehatan lain 127 cukup

Mean 143

Tabel 5.6 menunjukan separuh persepsi perawat tentang dukungan sosial

dengan kategori baik dengan skor tertinggi yaitu dukungan sosial oleh kepala

ruang IGD, selanjutnya kepala bidang keperawatan, lalu teman sejawat. Separuh

persepsi perawat tentang dukungan sosial dengan kategori cukup yaitu tim

kesehatan lain dan kepala instalasi rawat jalan.

Page 91: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

75

Tabel 5.7 Motivasi Perawat Mematuhi Anjuran Terhadap Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di IGD

No Motivasi Perawat Mematuhi Anjuran

Skor Kategori

1 Komite keperawatan 121 baik 2 Kepala bidang keperawatan 139 baik 3 Kepala instalasi rawat jalan 139 baik 4 Kepala ruangan IGD 141 baik 5 Teman sejawat 94 cukup 6 Tim kesehatan lain 91 cukup Mean 121

Tabel 5.7 menunjukan sebagian besar motivasi perawat mematuhi

anjuran dengan kategori baik dengan skor tertinggi yaitu oleh kepala ruang IGD,

selanjutnya kepala bidang keperawatan dan kepala instalasi rawat jalan.

Sebagian kecil motivasi perawat mematuhi anjuran dengan kategori cukup

dengan skor terendah yaitu oleh tim kesehatan lain, selanjutnya oleh teman

sejawat.

Norma subyektif diartikan persepsi dari individu terhadap tekanan sosial

atau sejumlah orang yang dianggap penting dalam menganjurkan untuk

melakukan atau tidak melakukan perilaku pendokumentasian asuhan

keperawatan dan berkeinginan untuk mematuhi anjuran atau larangan tersebut.

5.1.4 Perceived Behavioral Control Terhadap Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan

Perceived Behavioral Control perawat terhadap perilaku

pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD Rumkit TK II dr Soepraoen, IGD

RS Panti Waluya Sawahan, IGD RS Islam Malang sebagai berikut.

Page 92: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

76

Tabel 5.8 Perceived Behavioral Control Perawat Terhadap Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di IGD.

Variabel Kategori Jumlah Dokumentasi Rekam Medik IGD

F %

PBC Baik 27 60.0

Cukup 18 40.0

Total 45 100.0

Tabel 5.8 menunjukan bahwa sebagian besar Perceived Behavioral

Control perawat terhadap perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan di

IGD dengan kategori baik yaitu 27 perawat (60%).

Tabel 5.9 Keyakinan Perawat Tentang Mudahnya Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di IGD.

No Keyakinan Perawat Tentang Mudah atau Tidak Perilaku

Skor Kategori

1 Peraturan RS 146 baik 2 Kebutuhan bukti legal etik 139 baik 3 Kewajiban dan tanggung jawab

perawat 139 baik

4 Ruangan IGD yang sibuk 108 cukup 5 Supervisi atasan 138 baik 6 Akreditasi RS dan Mutu 145 baik 7 Kebutuhan komunikasi tertulis 137 baik 8 Pengetahuan perawat tentang

askep 141 baik

9 Tersedianya sarana prasarana 140 baik 10 Kondisi kegawatan pasien 99 cukup 11 Beban kerja 96 cukup 12 Keterbatasan waktu 112 cukup 13 Rendahnya reward 109 cukup

Mean 127

Tabel 5.9 menunjukan sebagian besar keyakinan perawat tentang

penyebab mudahnya perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan dengan

kategori baik dengan skor tertinggi yaitu peraturan RS, selanjutnya akreditasi RS

dan mutu, lalu pengetahuan perawat dan tersedianya sarana. Sebagian kecil

keyakinan perawat tentang penyebab mudahnya perilaku pendokumentasian

asuhan keperawatan dengan kategori cukup dengan skor terendah yaitu beban

kerja, selanjutnya kondisi kegawatan pasien.

Page 93: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

77

Tabel 5.10 Persepsi Perawat IGD Tentang Pendorong Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di IGD.

No Persepsi Perawat IGD Tentang Pendorong Perilaku

Skor Kategori

1 Peraturan RS 137 baik 2 Kebutuhan bukti legal etik 140 baik 3 Kewajiban dan tanggung jawab

perawat 142 baik

4 Ruangan IGD yang sibuk 102 cukup 5 Supervisi atasan 137 baik 6 Akreditasi RS dan Mutu 136 baik 7 Kebutuhan komunikasi tertulis 141 baik 8 Pengetahuan perawat tentang

askep 136 baik

9 Tersedianya sarana prasarana 143 baik 10 Kondisi kegawatan pasien 95 cukup 11 Beban kerja 100 cukup 12 Keterbatasan waktu 104 cukup 13 Rendahnya reward 106 cukup

Mean 125

Tabel 5.10 menunjukan sebagian besar persepsi perawat tentang

pendorong perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan dengan kategori

baik dengan skor tertinggi yaitu tersedia sarana, selanjutnya kewajiban dan

tanggung jawab, lalu kebutuhan komunikasi tertulis. Sebagian kecil persepsi

perawat tentang pendorong perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan

dengan kategori cukup dengan skor terendah yaitu kondisi kegawatan pasien

dan beban kerja.

5.1.5 Intensi Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Intensi perawat terhadap perilaku pendokumentasian asuhan

keperawatan di IGD Rumkit TK II dr Soepraoen, IGD RS Panti Waluya Sawahan,

IGD RS Islam Malang sebagai berikut.

Tabel 5.11 Intensi Perawat Terhadap Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di IGD.

Variabel Kategori Jumlah Dokumentasi Rekam Medik IGD

F % Intensi Baik 27 60.0

Cukup 18 40.0 Total 45 100.0

Page 94: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

78

Tabel 5.11 menunjukan bahwa sebagian besar intensi perawat terhadap

perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD dengan kategori baik

yaitu 27 perawat (60.0%).

Tabel 5.12 Komponen Intensi Perawat Terhadap Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di IGD.

Tabel 5.12 menunjukan sebagian besar komponen intensi perawat

terhadap perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD dengan

kategori baik dengan skor tertinggi yaitu dokumentasi secara jelas dan ringkas,

selanjutnya dokumentasi sesuai masalah keperawatan, lalu dokumentasi

menggambarkan tindakan mandiri, kolaborasi.

5.1.6 Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD Rumkit TK II dr

Soepraoen, IGD RS Panti Waluya Sawahan, IGD RS Islam Malang pada tabel

5.13 sebagai berikut.

Tabel 5.13 Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di IGD.

No Perilaku Pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD

Jumlah Dokumentasi Rekam Medik

F %

1 Baik 141 41.3

2 Cukup 200 58.7

Total 341 100.0

No Intensi Perawat Terhadap Perilaku Pendokumentasian Skor Kategori

1 Dokumentasi yang lengkap, akurat sesuai format 130 cukup 2 Dokumentasi sesuai masalah keperawatan 148 baik 3 Dokumentasi sesuai diagnosis, prioritas, terinci dan jelas 136 cukup 4 Dokumentasi menggambarkan tindakan mandiri, kolaborasi 147 baik 5 Dokumentasi secara jelas dan ringkas 152 baik

Mean 143

Page 95: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

79

Tabel 5.13 memberikan informasi bahwa perilaku perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan sebagian besar dalam kategori cukup

yaitu 200 dokumen RM (58,7%).

Tabel 5.14 Uraian Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di IGD.

No Uraian perilaku pendokumentasian keperawatan di IGD

Kategori Jumlah Dokumentasi Rekam Medik IGD

F %

1 Pengkajian Baik 235 68.9

Cukup 106 31.1

2 Diagnosis Baik 139 40.8

Cukup 202 59.2

3 Rencana Baik 136 39.9

Cukup 205 60.1

4 Implementasi Baik 261 76.5

Cukup 80 23.5

5 Evaluasi Baik 219 64.2

Cukup 122 35.8

Tabel 5.14 menginformasikan bahwa uraian perilaku pendokumentasian

asuhan keperawatan yang baik didominasi oleh implementasi keperawatan yaitu

261 dokumen (76,5%), disusul pengkajian keperawatan yaitu 235 dokumen

(68,9%), dan evaluasi keperawatan yaitu 219 dokumen (64,2). Sebaliknya

perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan yang cukup didominasi oleh

rencana keperawatan yaitu 205 dokumen (60,1%), disusul diagnosa

keperawatan yaitu 202 dokumen (59,2%).

Page 96: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

80

5.2 Analisis Multivariat

Penelitian ini menggunakan teknik analisa data PLS (partial least square).

Berdasarkan hasil pengolahan data terdapat bentuk struktural untuk mengetahui

hubungan antar faktor dapat dilihat pada gambar 5.1 sebagai berikut.

Keterangan Gambar 5.1 : Struktur analisis faktor yang berhubungan dengan

perilaku perawat dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan.

Latent variable 1 : Sikap terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan

Latent variable 2 : Norma subyektif pendokumentasian asuhan keperawatan

Latent variable 3 : Perceived behavioral control pendokumentasian asuhan

keperawatan

Latent variable 4 : Intensi pendokumentasian asuhan keperawatan

Latent variable 5 : Perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan

X1.1 : Belief strength (keyakinan yang dimiliki terhadap suatu

kegiatan)

X1.2 : Outcome evaluation (Perasaan perawat IGD tentang

konsekuensi yang akan dihasilkan)

Page 97: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

81

X2.1 : Normatif belief (Persepsi perawat IGD terhadap dukungan

sosial)

X2.2 : Motivation to comply (keyakinan mematuhi anjuran)

X3.1 : Control belief (keyakinan perawat IGD tentang mudah atau

sulitnya dilakukan)

X3.2 : Power belief (Persepsi perawat IGD tentang pendorong dan

penghambat)

X4 : Intensi (niat perawat untuk melakukan)

Y1 : Perilaku pengkajian keperawatan

Y2 : Perilaku diagnosis keperawatan

Y3 : Perilaku perencanaan keperawatan

Y4 : Perilaku implementasi keperawatan

Y5 : Perilaku evaluasi keperawatan

Tabel 5.15 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Analisis Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di IGD.

Hubungan antar variabel T-Statistik Koefisien Jalur

Keterangan

Sikap Intensi 2,335 0,024 Signifikan

Norma subjektif

Intensi 1,414 0,164 Tidak signifikan

PBC Intensi 1,830 0,074 Signifikan

Intensi Perilaku Pendokumentasian

1,933 0,409 Signifikan

Berdasarkan Tabel 5.15 rekapitulasi hasil uji hipotesis dijelaskan sebagai berikut.

1. Terdapat hubungan signifikan antara sikap dengan intensi dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan

2. Tidak terdapat hubungan signifikan antara norma subjektif dengan intensi

dalam pendokumentasian asuhan keperawatan

Page 98: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

82

3. Terdapat hubungan signifikan antara perceived behavioral control dengan

intensi dalam pendokumentasian asuhan keperawatan

4. Terdapat hubungan signifikan antara intensi dengan perilaku

pendokumentasian asuhan keperawatan

5. Hasil penelitian menunjukkan sumbangan terbesar untuk intensi diberikan

oleh variabel sikap dan disusul oleh perceived behavioral control.

Page 99: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

83

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Hubungan Antara Sikap Dengan Intensi Dalam Pendokumentasian

Asuhan Keperawatan di Instalasi Gawat Darurat

Pada tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar sikap perawat positif

terhadap perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD yaitu 24

perawat (53,3%). Sikap merupakan perasaan yang mendukung atau memihak

(favorableness) atau perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

(unfavorableness) terhadap suatu objek dalam hal ini pendokumentasian asuhan

keperawatan. Sikap positif perawat IGD terhadap pendokumentasian dapat

disebabkan keyakinan yang baik dari perawat dan perasaan perawat yang baik

tentang konsekuensi yang dihasilkan dari pendokumentasian keperawatan.

Pada tabel 5.3 diketahui bahwa sebagian besar keyakinan kuat perawat

terhadap perilaku pendokumentasian dengan kategori baik dengan skor tertinggi

yaitu untuk perlindungan hukum, selanjutnya untuk bukti tertulis tindakan

perawat, lalu sebagai tanggung jawab perawat IGD. Pada tabel 5.4 diketahui

bahwa sebagian besar perasaan perawat tentang konsekuensi yang akan

dihasilkan dari dokumentasi keperawatan di IGD memiliki kategori baik dengan

skor tertinggi yaitu untuk perlindungan hukum, selanjutnya untuk bukti tertulis

tindakan perawat, lalu untuk monitoring perkembangan pasien.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan perawat IGD memiliki keyakinan

dan perasaan tentang konsekuensi yang dihasilkan dari dokumentasi

keperawatan yaitu untuk kepentingan hukum bagi pasien, perawat dan tenaga

kesehatan yang terlibat maupun bagi Rumah Sakit. Dokumentasi keperawatan

juga menjadi bukti tertulis atas segala tindakan keperawatan, perkembangan

Page 100: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

84

penyakit dan penanganan selama pasien dirawat di Rumah sakit. Perawat juga

meyakini dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari tanggung jawab

yang harus dilaksanakan. Keyakinan tersebut menjadi sikap perawat IGD untuk

melakukan dokumentasi keperawatan.

Setiadi (2012), menyatakan bahwa dokumentasi keperawatan di IGD

dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan bila terjadi suatu

masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan, dimana perawat

sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa. Dokumentasi untuk

mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa masalah

baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat.

Cheevakasemsook et al, (2006) menyatakan dokumentasi keperawatan di IGD

bertujuan menjamin kualitas dan kontinuitas perawatan yang diberikan melalui

komunikasi dan memberikan bukti hukum dari proses dan hasil akhir perawatan.

Dokumentasi keperawatan yang sesuai dengan standart keperawatan yang

berlaku juga akan menunjukkan kualitas dokumentasi yang baik dan kompetensi

sebagai perawat professional (Urquhart et al, 2009; Wang, Haley & Yu, 2011).

Hasil penelitian tentang keyakinan kuat perawat terhadap perilaku

pendokumentasian dengan kategori cukup dengan skor terendah yaitu untuk

menambah beban kerja IGD, selanjutnya untuk menghabiskan banyak form.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan perawat IGD memiliki keyakinan bahwa

dokumentasi keperawatan tidak menjadi beban, tidak menghabiskan banyak

form, namun justru membantu praktik keperawatan serta memecahkan masalah

keperawatan.

Hasil penelitian tersebut berbeda dengan pernyataan Hoot dan Aronsky

(2008); Kolb, Peck, Schoening dan Lee (2008); Powell et al (2012) bahwa jumlah

pasien yang banyak dan berlebihan disebut overcrowding merupakan masalah

paling umum di IGD yang memberikan beban tinggi perawat dan mempengaruhi

Page 101: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

85

kualitas perawatnya. Menurut Eeden (2009); Powell et al (2012) situasi IGD yang

begitu sibuk, ramai, jumlah pasien berlebihan dan banyaknya aktifitas perawat

menyebabkan stres tinggi yang mempengaruhi pelaksanaan proses dan

dokumentasi keperawatan serta kualitas pelayanan perawat yang diberikan.

Perbedaan hasil tersebut dapat disebabkan perawat sudah terbiasa

membagi waktu antara merawat pasien dengan melaksanakan dokumentasi,

ruang IGD juga memiliki format dokumentasi keperawatan yang ringkas dan

praktis sehingga mampu mengurangi beban kerja dan lembar format

dokumentasi. Menurut Tracy MF (2014) pendekatan pasien kondisi biasa dan

teknik untuk penilaian umum harus diubah dalam kondisi gawat darurat untuk

menyeimbangkan kebutuhan informasi, sementara mempertimbangkan sifat kritis

dari pasien dan situasi kecemasan keluarga.

Kepmenkes nomor 856 tahun 2009 menyatakan pasien yang masuk ke

IGD Rumah Sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat untuk itu

perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat sesuai

dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu

penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan

yang tepat. Tracy MF (2014) menyatakan penilaian cepat (quick check) segera

diperoleh setibanya pasien di IGD dan didasarkan pada penilaian parameter

diwakili oleh akronim ABCDE. Penilaian cek cepat adalah gambaran singkat dari

kecukupan ventilasi dan perfusi untuk memastikan intervensi dini untuk setiap

situasi yang mengancam jiwa. Penilaian juga difokuskan pada eksplorasi keluhan

utama dan memperoleh informasi dari tes diagnostik penting untuk melengkapi

penilaian fisik.

Komunikasi antar perawat IGD dan tim serta monitoring perkembangan

pasien juga menjadi alasan yang baik melakukan dokumentasi keperawatan.

Hasil penelitian sesuai dengan pernyataan Setiadi (2012), dokumentasi

Page 102: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

86

keperawatan merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan

pasien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada

dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan

asuhan keperawatan. Potter dan Perry (2011), dokumentasi asuhan

keperawatan yang berkualitas mengandung beberapa karakteristik penting

antara lain akurat dan nyata yaitu perawat harus berpikir akurasi dan nyata untuk

membuktikan benar tidaknya apa yang telah didengar, dilihat dan diamati, serta

diukur melalui pemeriksaan. Relevan yaitu mencatat data yang sesuai dengan

masalah pasien yang merupakan data fokus terhadap kondisi perkembangan

pasien.

Keyakinan kuat perawat (belief strength) dan perasaan perawat tentang

konsekuensi yang dihasilkan (outcome evaluation) saling mendukung terbentuk

sikap positif perawat IGD dalam pendokumentasian keperawatan. Pada gambar

5.1 didapatkan nilai outer loading keyakinan perawat 1,420 (> 0,7) dan perasaan

tentang konsekuensi dengan nilai 2,207 (>0,7). Dengan demikian kedua sub

variabel tersebut valid membentuk sikap positif perawat IGD. Berdasarkan hasil

analisis Partial Least Square pada tabel 5.15 didapatkan nilai T-statistik 2,335 >

T-tabel (1,68) dengan koefisien jalur sebesar 0,024 sehingga dapat disimpulkan

sikap perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan memiliki

hubungan signifikan dengan intensi dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan. Koefisien jalur positif mengindikasikan bahwa semakin positif sikap

perawat maka secara langsung menjadikan semakin baik intensi perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD. Intensi yang baik cenderung

dipengaruhi oleh sikap positif perawat.

Theory of Planned Behavior menyampaikan bahwa sikap yang dimiliki

seseorang terhadap suatu tingkah laku dilandasi oleh belief seseorang terhadap

konsekuensi (outcome) yang akan dihasilkan jika tingkah laku tersebut dilakukan

Page 103: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

87

(outcome evaluation) dan kekuatan terhadap belief tersebut (belief strong)

(Fishbein & Ajzen, 2010). Intensi yang baik cenderung dipengaruhi oleh sikap

positif perawat. Menurut Theory of Planed Behavior perilaku individu dipengaruhi

oleh niat individu itu (behavioral intention) terhadap perilaku tertentu. TPB

didasarkan pada prinsip logis bahwa orang akan mengevaluasi konsekuensi

sebelum melakukan tindakan tertentu (Sharifirad et al, 2015). Menurut TPB,

tindakan manusia dipandu salah satunya oleh sikap yaitu keyakinan tentang

kemungkinan hasil dari perilaku dan evaluasi dari hasil (Javadi M et al, 2013).

Sikap dianggap sebagai penyebab pertama dari intensi perilaku tertentu,

dalam hal ini perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan. Seorang individu

akan berniat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu ketika ia menilainya

secara positif. Perawat IGD akan berniat (memiliki intensi yang baik) untuk

menampilkan perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan ketika perawat

menilai pendokumentasian asuhan keperawatan secara positif (bersikap positif).

Sikap ditentukan oleh kepercayaan individu mengenai konsekuensi dari suatu

perilaku dan berdasarkan hasil evaluasi terhadap konsekuensinya. Sikap

tersebut dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap intensi berperilaku.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin positif sikap perawat maka

secara langsung menjadikan semakin baik intensi perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD. Sikap yang negatif dapat

menghasilkan intensi yang negatif untuk selanjutnya menghasilkan perilaku

pendokumentasian yang negatif pula, sehingga disini perlu dilakukan perbaikan

untuk meningkatkan sikap positif para perawat IGD dalam pendokumentasian

keperawatan yang pada akhirnya juga akan meningkatkan tingkat intensi ke arah

yang baik.

Page 104: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

88

6.2 Hubungan Antara Norma Subyektif Dengan Intensi Dalam

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Instalasi Gawat Darurat

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar norma subjektif perawat

terhadap perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD dengan

kategori cukup yaitu 24 perawat (53,3%). Norma subjektif yang cukup tersebut

disebabkan persepsi perawat yang cukup tentang dukungan sosial dan motivasi

perawat yang cukup untuk mematuhi anjuran pendokumentasian keperawatan.

Dukungan sosial dengan kategori baik memiliki skor tertinggi yaitu

dukungan sosial oleh kepala ruang IGD, selanjutnya kepala bidang keperawatan,

lalu teman sejawat. Persepsi perawat tentang dukungan sosial dengan kategori

cukup yaitu tim kesehatan lain, kepala instalasi rawat jalan dan komite

keperawatan. Motivasi perawat mematuhi anjuran dengan kategori baik dengan

skor tertinggi yaitu kepada kepala ruang IGD, selanjutnya kepala bidang

keperawatan dan kepala instalasi rawat jalan. Motivasi perawat mematuhi

anjuran dengan kategori cukup dengan skor terendah yaitu oleh tim kesehatan

lain, selanjutnya oleh teman sejawat.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan dukungan sosial pada perilaku

dokumentasi asuhan keperawatan menurut perawat IGD diperlukan dari

beberapa pihak. Kepala ruangan IGD sebagai pimpinan terdekat yang bekerja

dengan perawat pelaksana menjadi dukungan utama terlaksananya dokumentasi

keperawatan. Kepala bidang keperawatan sebagai atasan perawat dinilai

memiliki peran terselengaranya dokumentasi keperawatan yang baik. Teman

sejawat yaitu antar perawat IGD dan perawat ruangan juga memiliki peran

dukungan yang besar berperan mengingatkan antar teman sejawat dan saling

membantu pelaksanaan dokumentasi keperawatan.

Motivasi mematuhi anjuran terkait dokumentasi keperawatan lebih

kepada kepatuhan perawat IGD kepada atasan yaitu kepala ruang IGD, kepala

Page 105: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

89

bidang keperawatan dan kepala instalasi rawat jalan. Tim kesehatan lain dan

teman sejawat terkait dokumentasi keperawatan bukan dipandang sebagai

atasan tetapi sebagai mitra kerja sehingga bukan penyebab kepatuhan perawat

IGD melakukan dokumentasi keperawatan.

Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Wang, Halley dan Yu (2011)

bahwa dukungan organisasi disertai penggunaan standarisasi bahasa

keperawatan dapat meningkatkan kualitas dokumentasi. Menurut Muller Staub et

al (2007) dukungan otoritas organisasi juga akan membantu perawat memahami

teori proses keperawatan dan memperbaiki ketrampilan klinis yang layak dalam

melakukan pengkajian keperawatan sistematis, formulasi diagnosis keperawatan

yang akurat, perencanaan yang konkrit dan intervensi keperawatan yang efektif

serta pendokumentasian hasil observasi keperawatan.

Faktor lain yang mempengaruhi norma subyektif perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu dukungan rekan kerja (peer

review) dalam lingkungan sosial. Orang cenderung bersama sesuai kelompok

sosialnya misal umur, jenis kelamin, hobi dan pekerjaan yang sama. Seseorang

cenderung bertindak dan berperilaku seperti anggota dari kelompok tersebut.

Pada penelitian Kusumadewi (2012) didapatkan hubungan positif antara

dukungan sosial peer group dengan ketaatan pada peraturan. Rekan kerja yang

melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan baik akan membuat

rekan kerja lain menjadi baik. Demikian sebaliknya, rekan kerja yang cenderung

melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan sekedarnya akan

mempengaruhi rekan kerja yang lain. Seseorang cenderung berperilaku sama

dengan rekan yang sama dalam lingkungan sosialnya (peer group).

Berdasar hasil analisis Partial Least Square pada tabel 5.15 didapatkan

nilai T-statistik 1,414 > T-tabel (1,68) menginformasikan bahwa norma subyektif

Page 106: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

90

perawat IGD dalam pendokumentasian asuhan keperawatan tidak memiliki

hubungan signifikan terhadap intensi pendokumentasian asuhan keperawatan.

Norma subyektif adalah pihak-pihak yang dianggap berperan dalam

perilaku seseorang dan memiliki harapan pada orang tersebut, dan sejauh mana

keinginan untuk memenuhi harapan tersebut (Ismail dan Zain, 2008). Norma

subyektif yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain (normative beliefs)

dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (motivation to comply) (Fishbein

& Ajzen, 2010). Azwar (2010) menyampaikan bahwa orang lain disekitar kita

merupakan salah satu komponen sosial yang ikut mempengaruhi keyakinan.

Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persertujuannya

bagi setiap tingkah laku dan pendapat kita, seseorang tidak ingin kita

kecewakan, atau seseorang mempengaruhi pembentukan sikap dan keyakinan

tethadap sesuatu. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap atau

keyakinan yang konformis atau searah dengan orang yang dianggapnya penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk mengindari konflik

dengan orang yang dianggap penting.

Penelitian ini menunjukkan orang atau kelompok yang dianggap memberi

dukungan terhadap perawat IGD dalam melakukan pendokumentasian asuhan

keperawatan adalah kepala ruangan, kepala bidang keperawatan dan teman

sejawat. Jika perawat IGD percaya bahwa referent akan mendukung perawat

untuk melakukan tingkah laku pendokumentasian asuhan keperawatan maka hal

ini akan menjadi dukungan sosial untuk perawat tersebut melakukannya. Jika

perawat IGD percaya bahwa orang lain yang berpengaruh padanya tidak

mendukung tingkah laku tersebut, maka hal ini akan menyebabkan perawat

memiliki kecenderungan untuk tidak melakukannya.

Berdasarkan hasil analisis uji statistik didapatkan norma subyektif

perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan tidak memiliki hubungan

Page 107: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

91

signifikan dengan intensi dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil

tersebut dapat disebabkan oleh faktor kedekatan figur otoritas, yaitu dalam

pelaksanaan pendokumentasian diperlukan kehadiran atau pengawasan

langsung dari figur otoritas. Dalam hal ini, figur otoritas adalah kepala ruangan

IGD dan kepala bidang keperawatan. Bila figur otoritas meninggalkan ruangan

atau memberikan instruksi secara tidak langsung maka kepatuhan akan menurun

(Atkitson, 1983 dalam Ulum 2013). Lebih mudah untuk tidak melakukan sebuah

anjuran dari figur otoritas jika mereka tidak dekat (Dewey, 2007). Sebaliknya, jika

figur otoritas dekat maka ketaatan terhadap anjuran lebih tinggi. Kehadiran figur

otoritas maka dapat mengawasi langsung dan memberikan instruksi langsung

atau anjuran dalam pendokumentasian. Sesuai dengan penelitian Ulum (2013),

didapatkan ada pengaruh kedekatan figur otoritas terhadap kepatuhan

pendokumentasian asuhan keperawatan. Terdapat peningkatan angka

kepatuhan saat kedekatan figur otoritas baik. Dimungkinkan karena kemudahan

dalam berkomunikasi langsung sehingga instruksi yang diberikan lebih jelas.

6.3 Hubungan Antara Perceived Behavioral Control Dengan Intensi Dalam

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar Perceived

Behavioral Control perawat terhadap perilaku pendokumentasian asuhan

keperawatan di IGD dengan kategori baik yaitu 27 perawat (60%). PBC dibentuk

oleh keyakinan tentang mudah atau tidak dilakukan dan persepsi pendorong dan

penghambat perilaku. Pada penelitian ini keyakinan perawat tentang penyebab

mudahnya perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan sebagian besar

memiliki kategori baik dengan skor tertinggi yaitu peraturan RS, selanjutnya

akreditasi RS dan mutu, lalu pengetahuan perawat dan tersedianya sarana

prasarana. Sebagian kecil keyakinan perawat tentang penyebab mudahnya

Page 108: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

92

perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan dengan kategori cukup yang

memiliki skor terendah yaitu beban kerja, selanjutnya kondisi kegawatan pasien.

Dengan kata lain, beban kerja dan kondisi kegawatan pasien tidak dianggap

menyebabkan kesulitan dalam pendokumentasian keperawatan di IGD.

Peraturan RS terkait dokumentasi menjadi kepanjangan dari peraturan

yang telah diatur oleh pemerintah bahwa dokumentasi harus tertulis lengkap dan

jelas, salah satunya dokumentasi yang dilakukan perawat saat di IGD. RS yang

telah menetapkan standar dokumentasi dengan fungsi kontrol yang ketat akan

dipahami sebagai keharusan yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan

salah satunya perawat. Kebijakan RS yang jelas dan tegas terkait dokumentasi

menjadi penentu utama kelengkapan dokumentasi medis dan keperawatan.

Akreditasi RS menjadi keharusan dan memiliki kekuatan memaksa bagi

petugas kesehatan dan RS tersebut untuk memenuhi standar akreditasi yang

telah ditetapkan. Dokumentasi yang dilakukan perawat IGD sebagai bagian dari

rekam medik dituntut kelengkapannya. Perawat menganggap bahwa akreditasi

menjadi alasan perilaku pendokumentasian keperawatan harus dilakukan. Status

akreditasi Rumah Sakit yang menjadi tempat penelitian ini adalah tingkat

paripurna.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Permenkes nomor 269 tahun

2008 pada pasal 2 bahwa rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan

jelas atau secara elektronik. Dokumentasi IGD yang baik menunjang penilaian

Akreditasi RS selain menjadi aspek legal diranah hukum. Septanty (2016),

keberhasilan dalam akreditasi Rumah Sakit, salah satu yang harus dipenuhi

dalam keberhasilan akreditasi versi KARS 2012 adalah analisis kuantitatif

kelengkapan dokumentasi/ rekam medis yang sesuai dengan elemen penilaian

dari standar akreditasi versi KARS 2012.

Page 109: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

93

Penilaian akreditasi yang baik akan berkaitan dengan prestige atau rasa

bangga dari anggota organisasi tersebut, salah satunya adalah perawat sebagai

pemberi asuhan keperawatan di rumah sakit. Prestige yang tinggi maka akan

mempengaruhi kepatuhan dalam melakukan pendokumentasian asuhan

keperawatan. Smith (2012), bahwa prestige organisasi berhubungan positif

dengan keterikatan pegawai terhadap organisasi. Semakin tinggi keterikatan

pegawai maka semakin baik kinerjanya, salah satunya adalah kinerja

pendokumentasian asuhan keperawatan.

Pengetahuan memiliki fungsi sebagai dasar dalam menganalisis sesuatu

hal, mempersepsikan dan menginterpretasikan, yang kemudian dilanjutkan

dengan keputusan yang dianggap perlu (Achterberg & Vriens, 2002 dalam

Pribadi, 2009). Pengetahuan dalam hal ini adalah definisi, tujuan, manfaat, dan

pendokumentasian asuhan keperawatan. Pengetahuan perawat tentang asuhan

keperawatan berpengaruh terhadap penerapan asuhan keperawatan, sehingga

perawat perlu pengembangan ilmu agar pelayanan keperawatan dapat

terlaksana dengan baik. Pengetahuan yang baik dapat menjadi tolak ukur dari

suatu pelaksanaan tindakan, sehingga pelaksanaan pendokumentasian asuhan

keperawatan yang baik dan benar harus didasari oleh pengetahuan dan

pengalaman (Yusuf, 2013). Sesuai dengan penelitian Ardika (2012), bahwa ada

hubungan pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan dengan

kelengkapan pengisian pendokumentasian keperawatan.

Pendidikan yang dicapai seseorang diharapkan menjadi faktor

determinan produktifitas antara lain pengetahuan, ketrampilan, kemampuan dan

perilaku yang cukup dalam menjalankan aktifitas pekerjaanya (Newland, 1994

dalam Martini, 2009). Hasil penelitian seluruh responden berlatar belakang

tingkat pendidikan perguruan tinggi yaitu 41 orang (91,1%) berpendidikan D3/D4

keperawatan dan 4 orang (8,9%) berpendidikan S1. Perawat memahami bahwa

Page 110: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

94

pengetahuan dengan latar belakang pendidikan menjadi penentu mudah

melaksanakan dokumentasi keperawatan.

Pada tabel 5.10 diketahui pendorong perilaku pendokumentasian asuhan

keperawatan sebagian besar memiliki kategori baik dengan skor tertinggi yaitu

tersedia sarana prasarana, selanjutnya kewajiban dan tanggung jawab, lalu

kebutuhan komunikasi tertulis. Ketersediaan sarana prasarana dapat berupa

tersedia format dokumentasi IGD yang praktis dan ringkas menjadi alasan

pendorong pelaksanaan dokumentasi keperawatan. Sarana prasarana adalah

segala jenis peralatan, perlengkapan kerja atau fasilitas lain yang berfungsi

sebagai alat dalam pelaksanaan tugas. Fasilitas yang sesuai standart diharapkan

dapat meningkatkan kualitas mutu pelayanan, dalam hal ini adalah

pendokumentasian asuhan keperawatan (Simamora, 2004). Penelitian Parulian

(2011) bahwa fasilitas berpengaruh terhadap kinerja perawat dalam melakukan

pendokumentasian.

Berdasar hasil analisis Partial Least Square pada tabel 5.15 didapatkan

nilai T-statistik 1,830 > T-tabel (1,68) dengan koefisien jalur sebesar 0,074,

sehingga dapat disimpulkan bahwa Perceived Behavional Control perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan memiliki hubungan signifikan terhadap

intensi dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil pengujian

menunjukkan koefisiensi hubungan bertanda positif, yang mengidindikasi bahwa

semakin positif perceived behavioral control responden maka secara langsung

menjadikan semakin baik intensi perawat dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan. Pada gambar 5.1 didapatkan nilai outer loading control belief 3,670

(> 0,7) dan power belief dengan nilai 2,406 (>0,7). Dengan demikian kedua sub

variabel tersebut valid membentuk PBC perawat IGD.

Variabel Perceived Behavional Control diasumsikan merefleksi

pengalaman masa lalu, dan mengantisipasi halangan yang mungkin terjadi atau

Page 111: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

95

Perceived Behavional Control adalah persepsi seseorang tentang kemudahan

atau kesulitan untuk berperilaku tertentu. Perceived Behavional Control

diasumsikan memiliki pengaruh motivasional terhadap intensi. Individu yang

menyakini bahwa ia tidak memiliki kesempatan untuk berperilaku, tidak akan

memiliki intensi yang kuat, meskipun ia bersikap positif dan didukung oleh

referents (orang-orang disekitarnya) (Fishbein & Ajzen, 2010). Menurut Reams et

al (2013) petugas kesehatan dengan kontrol perilaku (PBC) yang lebih tinggi

memiliki perilaku yang lebih baik pada orang dewasa pada pelatihan di bidang

penyakit menular seksual. Kontrol perilaku dapat memprediksi perilaku dokter

mengenai niat dokter untuk meminta otopsi rumah sakit sebagai fungsi kontrol

pekerjaan (Semenza, Ploubidis & George, 2011).

Perceived Behavional Control ini dihasilkan oleh pengalaman masa lalu dan

perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan

perilaku pendokumentasian. Perceived Behavional Control ini sangat penting

ketika rasa percaya diri seseorang cukup dalam berada dalam kondisi yang

lemah, karena Perceived Behavional Control meningkatkan motivasi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa intensi yang baik dihasilkan oleh Perceived

Behavional Control yang baik.

6.4 Hubungan Antara Intensi Dengan Perilaku Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan

Hasil penelitian menunjukkan intensi perawat pada perilaku

pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD didapatkan sebagian besar

dengan kategori baik yaitu 27 perawat (60.0%). Intensi yang baik disebabkan

hampir semua komponen intensi perawat terhadap perilaku pendokumentasian

asuhan keperawatan di IGD dengan kategori baik dengan skor tertinggi yaitu

Page 112: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

96

dokumentasi secara jelas dan ringkas, selanjutnya dokumentasi sesuai masalah

keperawatan.

Dokumentasi keperawatan IGD yang berkualitas dibuat berdasarkan

prioritas, terinci dan jelas serta ringkas. Prioritas artinya mendahulukan pada

masalah pasien yang mengancam nyawa atau tingkat kegawatan berat,

selanjutnya turun ke masalah yang tidak mengancam nyawa. Pendokumentasian

secara terinci dan jelas menggambarkan akurasi data sesuai masalah pasien.

Ringkas menunjukkan efisiensi dan efektifitas dokumentasi IGD tanpa

mengurangi kualitas dokumentasi itu sendiri.

Proses dokumentasi keperawatan dalam bidang gawat darurat memiliki

fokus berbeda pada tahap pengkajian karena terkait kondisi akut pasien atau

kegawatdaruratan yang mengancam nyawa (Iyer, 2004; Asmadi, 2008). Seluruh

data yang diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien dicatat

dengan terperinci. Data yang terkumpul harus lengkap, guna membantu

mengatasi masalah klien yang adekuat, akurat dan nyata (Potter & Perry, 2011).

Kuehl (2005), menambahkan bahwa dokumentasi yang tepat, mudah dibaca dan

lengkap akan menjamin kualitas perawatan dari potensial gugatan malpraktik.

Perawat IGD menyadari dokumentasi keperawatan yang dibuat harus

menggambarkan masalah yang dialami pasien, karena asuhan keperawatan

yang diberikan bertujuan mengatasi masalah pasien. Oleh karena itu akurasi

atau ketepatan data pada saat pengkajian sangat diperlukan agar sesuai dengan

masalah pasien yang sebenarnya. Hasil penelitian sesuai dengan pernyataan

Eeden (2009) bahwa dokumentasi keperawatan dalam praktik keperawatan akan

membantu memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan perawatan

kesehatan pasien. Tarwato & Wartonah (2006), proses dokumentasi

keperawatan digunakan untuk membantu melaksanakan praktik keperawatan

secara sistematis dan memecahkan masalah keperawatan.

Page 113: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

97

Hasil penelitian menunjukkan data perilaku perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD sebagian besar dalam kategori

cukup yaitu 200 dokumen (58,7%). Pada data uraian perilaku perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan di IGD didapatkan bahwa perilaku baik

didominasi implementasi keperawatan yaitu 261 dokumen (76,5%), disusul

pengkajian keperawatan yaitu 235 dokumen (68,9%). Perilaku cukup didominasi

rencana keperawatan yaitu 205 dokumen (60,1%) dan diagnosa keperawatan

yaitu 202 dokumen (59,2%).

Data diatas menunjukkan perilaku pendokumentasian keperawatan di

IGD sebagian besar kategori cukup disebabkan kekurangan pada bagian

rencana keperawatan dan diagnose keperawatan. Perilaku pendokumentasian di

IGD lebih banyak berfokus di pengkajian, implementasi dan evaluasi

keperawatan. Situasi pasien IGD yang mengancam dan kritis menyebabkan data

yang diperoleh dari pengkajian langsung diimplementasikan ke pasien sambil

diamati hasil dari tindakan tersebut dalam bentuk evaluasi. Sesuai dengan

pernyataan Iyer (2004); dan Asmadi (2008), penerapan proses keperawatan di

IGD juga berbeda sesuai karakteristiknya, seperti tahap pengkajian selesai

dilakukan lalu akan langsung ditindaklanjuti ke tahap implementasi untuk

menyelamatkan kondisi yang mengancam nyawa.

Pada kegiatan penelitian didapatkan dua IGD RS tidak menggunakan

format cek list tapi menggunakan isian pada bagian diagnosa dan rencana

keperawatannya. Hasil observasi peneliti bentuk isian pada diagnosa dan

rencana keperawatan ini menyebabkan sering tidak diisi daripada bentuk cek list.

Bentuk isian diagnosa dan rencana keperawatan di IGD memerlukan waktu

menulis lebih lama dan membutuhkan pengetahuan perawat yang lebih baik.

Keterkaitan diagnosa dan rencana keperawatan sangat erat, biasanya bila

diagnosa keperawatan tidak dibuat maka rencana keperawatan juga tidak dibuat.

Page 114: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

98

Hasil penelitian Paans et al (2010) bahwa penulisan formulasi diagnosis

keperawatan relatif jarang dilakukan dan tidak terdokumentasi dengan baik.

Penelitian Adeyemi dan Olagon (2013) bahwa faktor pengetahuan perawat

memilik pengaruh lebih besar dari faktor lainya dalam aplikasi proses

keperawatan sehingga perawat tidak dapat merumuskan sesuai formulasi

diagnosis keperawatan. Eeden (2009); Paans et al (2010) menyatakan bahwa

diagnosis akan memberikan dasar dalam menyusun rencana keperawatan untuk

mencapai akhir yang diinginkan untuk pasien.

Hasil yang ditunjukkan oleh tabel 5.15 menunjukkan bahwa intensi

perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan memiliki hubungan

signifikan dengan perilaku perawat dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan. Perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan yang baik

dipengaruhi oleh intensi yang baik.

Faktor intensi perilaku merupakan inti dari perilaku terencana, namun

penyebab intensi tidak hanya dua (sikap terhadap perilaku pendokumentasian

asuhan keperawatan dan norma subyektif) melainkan tiga dengan diikutsertakan

aspek kontrol perilaku (Perceived Behavional Control). Ketiga komponen ini

berinteraksi dan menjadi determinan bagi intensi yang pada gilirannya akan

menentukan apakah perilaku yang bersangkutan dalam hal ini perilaku

pendokumentasin asuhan keperawatan akan dilakukan atau tidak (Azwar,2010)

Ajzen menyatakan bahwa niat seseorang melakukan perilaku akan

menentukan dilakukan atau tidak dilakukan perilaku tersebut (Ajzen, Albarracin,

& Hornik, 2010). Intensi merupakan faktor motivasional yang memiliki pengaruh

pada perilaku, sehingga orang dapat mengharapkan orang lain berbuat sesuatu

berdasarkan intensinya. Pada umumnya, intensi memiliki kolerasi yang tinggi

dengan perilaku, oleh karena itu dapat digunakan untuk meramalkan perilaku.

Intensi diukur dengan sebuah prosedur yang menempatkan subyek di dimensi

Page 115: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

99

probabilitas subyektif yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan

tindakkan (Fishbein & Ajzen, 2010). Intensi juga merupakan faktor penentu

apakah perilaku yang bersangkutan dalam hal ini perilaku pendokumentasian

asuhan keperawatan akan dilakukan atau tidak (Azwar, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa intensi perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan memiliki hubungan signifikan terhadap

perilaku perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Hubungan ini

dapat diprediksi bahwa intensi sebagai faktor motivasional yang menentukan

seorang melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dan

mengindifikasikan seberapa kuat keyakinan seseorang akan menerapkan suatu

perilaku dan seberapa besar usaha yang akan digunakan untuk melakukan

perilaku tersebut.

Intensi yang kurang menghasilkan perilaku pendokumentasian yang

kurang, sehingga pendokumentasian yang tidak lengkap atau kosong mulai dari

pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana, implementasi dan evaluasi. Intensi

yang baik menghasilkan perilaku pendokumentasian yang baik, karena intensi

yang baik dapat menjadi faktor motivasional yang memiliki pengaruh pada

perilaku.

6.5. Keterbatasan Penelitian

Peneliti memiliki keterbatasan dalam kemampuan melakukan modifikasi

instrument penelitian dari beberapa sumber referensi, sehingga ketepatan

instrumen perlu dikembangkan lebih lanjut.

Page 116: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

100

BAB 7

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan intensi dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat.

2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara norma subyektif dengan

intensi dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi Gawat

Darurat.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara perceived behavioral control

dengan intensi dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di

Instalasi Gawat Darurat.

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara intensi dengan perilaku

perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi

Gawat Darurat.

7.2 Saran

1. Rumah Sakit

1) Membudayakan perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan di

IGD dengan memperbaiki intensi melalui peraturan RS dan SOP yang

jelas tentang pendokumentasian asuhan keperawatan.

2) Melakukan sosialisasi berkala kepada perawat pelaksana tentang

pendokumentasian asuhan keperawatan khususnya menyusun

diagnosa dan rencana keperawatan, sebagai upgrade pengetahuan

dan terjadi persamaan persepsi perawat dalam pendokumentasian

keperawatan.

Page 117: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

101

3) Menyusun format dokumentasi keperawatan IGD yang praktis dan

efisien.

2. Perawat

1) Peningkatan pengetahuan dalam penulisan asuhan keperawatan, hal

ini dapat dipenuhi dengan mengikuti refreshing dan pendidikan

ataupun pelatihan tentang pendokumentasian asuhan keperawatan

secara berjenjang

2) Meningkatkan sikap positif dan niat yang baik dalam

pendokumentasikan asuhan keperawatan, sehingga akan terbentuk

perilaku yang baik pada pendokumentasian asuhan keperawatan.

3. Penelitian Lanjut

1) Observasi dalam perilaku pendokumentasian dapat dilakukan secara

langsung pada saat perawat melakukan pendokumentasian asuhan

keperawatan dalam rentang waktu penelitian yang lebih lama.

2) Penelitian lebih lanjut dapat meneliti pengaruh komponen background

factor seperti faktor personal, sosial dan informasi yang bukan bagian

dari Theory of Planed Behavior namun dianggap melengkapi teori

tersebut.

Page 118: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

102

DAFTAR PUSTAKA

Aacharya, Gastman & Denier. 2011. Emergency Department Triage: An Ethical

Analysis. BMC Emergency Medicine, 11(16): 1-13 Adeyemo, F.O., dan Olaogun, A.A.A.E. 2013. Factors Affecting The Use of

Nursing Process In Health Institutions In Ogbomoso Town, Oyo State. International. Journal of Medicine and Pharmaceutical Sciences , 3(1): 91-98

Ajzen. I. 1991. The Theory of Planed Behavior. Organizational Behavior And

Human Decision Processes. Academic Press. University of Massachusetts.

Ajzen, I., Albarracin, D., dan Hornik, R. 2010. Prediction and Change of Health

Behavior. Applying the Reasoned Action Research. LEA Publisher. New Jersey.

Amaliah, K. 2008. Peranan Sikap, Norma Subyektif, Perceived Behavioral

Control dalam Memprediksi Intensi Mahasiswa untuk Bersepeda di Kampus, Tesis, Universitas Indonesia, Depok

Alves, A.R., Lopes, C.H & Jorge, M.S. 2008. The meaning of the nursing process

for nurses of intensive theraphy units: an Interactionist Approach. Rev Esc Enferm USP, 42 (4): 649-655

American Nurses Association. 2007. Nursing: Scope and standards of practice.

Washington DC. Ardika, R. 2012. Hubungan Pengetahuan Perawat Asuhan Keperawatan dengan

kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di RSUP dr. Kariadi semarang . Universitas Diponegoro. Semarang

Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan. EGC. Jakarta Baath, C., Balai-Lord, M., Johansson, I., & Larson, BW. 2007. Nursing

Assessment Documentation and Care of Hip Fracture Patient Skin . Journal of Orthopedics Nursing, 11(1): 4-14

Baer, R.B., Pasternack, J.S & Zwemer, F.L. 2001. Recently Discharge Inpatients

as A Sorce of Emergency Department Overcrowding. Academic Emergency Medicine, 8(11): 1091-1094

Bijani, M., Sadeghzadeh, M., Khani, J.A., dan Kashfi, S.H. 2016. Factors

Influencing Poor Nursing Documentation from The Perspective of Nursing Staff. International Journal of Medical Research & Health Sciences, 5(11): 717-718

Blair, W., dan Smith, B. 2012. Nursing Documentation: Framework And Barriers.

Contempory Nurse, 41(2): 160-168

Page 119: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

103

Brixey, J., Robinson, D.J., Tang, Z., Johnson, T.R., Turley, J.P., dan Zhang, J.

2005. Interruption in Workflow for RNs in A Level One Trauma Centre. AMIA Annual Symposium Proceeding, American Medical Informatics Association, Bethesda, MD. P. 86-90

Bruce, K., dan Suserud, B.O. 2005. The Handover Process and Triage of Ambulance Borne Patients: The Experience of Emergency Nurses. British Association of Critical Care Nurses, Nursing in Critical Care, 10(4): 201-209

Cheevakasemsook, A., Chapman, Y., Francis, K., dan Davies, C. 2006. The

Study of Nursing Documentation Complexies. International Journal of Nursing Practice, 12: 366-374

Curtis, K., Murphy, M., Hoy, S., dan Lewis, M.J. 2009. The Emergency Nursing

Assessment Process: A Structured Framework for A Systematic Approach. Australasian Emergency Nursing Journal, 12: 130-136.

Darmer, M.R., Ankersen, L., Nielsen, B.G., Landberger, G., Lippert, E., Egerod, I.

2006. Nursing Documentation Audit-The Effect of A VIPS Implementation Programme in Denmark, J Clin Nurs, 15:525-534

Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan: Penerapan Konsep dan Kerangka

Kerja. Gosyen Publishing. Yogyakarta. Dewey, Russel A. 2007. Obedience: Milgram. Retrieved from

http://www.intropsych.com/ch 15_social/milgram_1963_obedience.html. Diyanto, Y 2007, Analisis Faktor-Faktor Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan

Keperawatan di RSUD Tugurejo Semarang, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang

Eccles, M.P., Hrisos, S., Francis, J., Kaner, E.F., Dickinson, H.O., Beyer, F dan

Johnston, M. 2007. Do self-reported intentions predict clinicians' behaviour: a systematic review. Implement Sci.1:28

Eeden, I.E. 2009. Development of A Nursing Record Tool for Critically III or

Injuried Patients in An Accident and Emergency (A&E) Units. Dissertation. University of Pretoria.

Emergency Nurses Association, 2007. Emergency Nursing Core Curriculum.

Sixth Edition. WB. Saunders Company. Philadelphia Faizin dan Winarsih (2008), Hubungan Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja

Perawat dengan Kinerja Perawat di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali, Berita Ilmu Keperawatan. ISSN 1979-2697, Vol 1, No.3, hal. 137-142

Fernald, Dodge. 2007, Psychology. Retrieved from

http://www.prenhall.com/fernald/chapter/fern 4.html Fishbein, M & Ajzen, I, 2010, Predicting and Changing Behavior: The Reasoned

Action Approach, Psychology Press, New York.

Page 120: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

104

Florin, J., Ehrenberg, A., dan Ehnfors, M. 2005. Quality of Nursing Diagnosis : Evaluation of an educational intervention. International Journal of Nursing Terminologies and Classifications, 16(2): 33-43

Fuchtbauer, Norgaard, & Mogensen. (2013). Emergency Department Physicians

Spend Only 25% of Their Working Time on Direct Patient Care. Dan Med J; 60 (1): A4558.

Gilboy, N. 2002. A Newly Revised Nursing ED Documentation Form for A Level I

Trauma Center. Journal of Emergency Nursing, 28(1): 36-39 Giordano, K. 2003. Examining Nursing Malpractice: A Defense Attorney’s

Prespective. Thesis. Victoria University of Wellington. Hagos, F., Alemseged, F. Balcha, F., Berhe, S., dan Aregay, A. 2014. Application

of Nursing Process and It’s Affecting Factors Among Nurses Working in Mekelle Zone Hospital, Northem Ethiopia. Nursing Research and Practice. Hindawi Publising Corporation.

Hastono, S.P. 2007. Basic Date Analysis for Health Research. Depok: FKM - UI Healy, S., dan Tyrrell, M. 2011. Stress in Emergency Departments: Experiences

of Nurses and Doctors. Emergency Nurse, 19(4): 31-36 Hector, D.S. 2009. Retrospective Analysis of Nursing Documentation in The

Intensive Care Units of An Academic Hospital In Western Cape. Thesis.

Hutahaean. 2010. Konsep dan Dokumentasi Keperawatan, Jakarta : Trans Info Media.

Hoot, N.R., dan Aronsky, D. 2008. Sistematic Review of Emergency Department

Crowding: Causes, Effects and Solutions. Annals of Emergency Medicine, 52(2): 126-136.

Ilyas, Y. 2009. Teori, Penilaian dan Penelitian. Jakarta, Badan penerbit FKM-UI Ismail, V.Y., & Zain, E, 2008, Peranan Sikap, Norma Subyektif dan Perceived

Behavioral Control terhadap Intensi Pelajar SLTA untuk Memilih Fakultas Ekonomi, Jurnal Ekonomi, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol 5, No.3, hal. 237-257.

Iyer, P.W., dan Camp, N.H. 2004. Dokumentasi Keperawatan: Suatu Pendekatan

Proses Keperawatan. EGC. Jakarta. Javadi, M., Kadkhodaee,M., Yaghoubi, M., Maroufi, M., dan Shams, A. 2013.

Applying Theory of Planned Behavior in Predicting of Patient Safety Behaviors of Nurses. Mater Sociomed. 25(1): 52–55.

Jogiyanto, 2007. Sistem Informasi Keperilakuan, Yogyakarta: Penerbit Andi

Yogyakarta. Karkkaine, O., dan Eriksson, K. 2005. Recording The Content of The Caring

Process. J Nurs Manage, 13(3): 202-208.

Page 121: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

105

Kelley, T.F., Brandon, D.H., dan Docherty, S.L, 2011. Electronic Nursing Documentation as A Strategy to Improve Quality of Patient Care. J Nurs Scholarsh, 43(2): 154-162

Kolb, E.M.W., Peck, J., Schoening, S., dan Lee T, 2008. Reducing Emergency

Department Overcrowding Five Patient Buffer Concept in Comparasion Proceeding. Winter Simulation Conference.

Kuehl, A. 2005. Documentation Crisis in The Emergency Department. Dateline, 3(1): 1-5

Kuckyt, C. 2006. Nursing Process and Critical Thinking. http:home.cogeco.ca/-

nursingprocess.htm. Diakses pada 5 Maret 2017.

Kusumadewi. 2012. Hubungan Dukungan Sosial Peer Group dan Kontrol Diri

dengan Kepatuhan terhadap Peraturan pada remaja Putri. Retrieved from

http;//candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/candrawijaya/article/view

/25/15

Laxmisan, A., Hakimzada, F., Sayan, O.R., et al. 2007. The Multiasking Clinician: Decission Making and Cognitive Demand During and After Team Handoffs in Emergency Care. Int J Med Inform, 76(11-12): 801-811.

Lay, C.W., Long, T.W., dan Lau, C.C., 2006. A Studi on Trauma Documentation

in Accident and Emergency. Journal of Emergency Medicine, 13(1): 31-37 Hongkong.

Martini 2007, Hubungan Karakteristik Perawat, Sikap, Beban Kerja, Ketersediaan

Fasilitas Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rawat Inap RSUD Kota Salatiga, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang

Moskop, J.C., Sklar, D.P., Geiderman, J.M., Schears, R.M., dan Bookman, K.J.

2009. Emergency Department Crowding, Part1- Concept, Causes, and Moral Consequences. Ann Emerg Med, 53(5): 605-11

Muller, S.M,. Needam, I., Odenbreit, M., Lavin, M.A., dan Van Actherberg, T.

2007. Improved Quality of Nursing Documentation: Result of Nursing Diagnosis, Intervention and outcome implementation Study. International Journal of Nursing Terminologies and Classification, 18(1).

Nelfiyanti, 2009, Pengaruh Pengetahuan dan Motivasi Perawat Terhadap

Kelengkapan Pengisian Dokumentasi Asuhan Keperawatan pada Rekam Medis di Ruang Rawat Inap RSH Medan, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Nettina, S.M., dan Mills, E.J. 2006. The Nursing Process. 8th Edition. Lippincott

Williams and Wilkins. Philadelphia. Newberry, L., dan Criddle,L.M. 2007. Sheehy’s Manual of Emergency Care.

Elsevier Mosby. Missouri. Notoatmodjo, S 2010, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT Rineka Cipta, Jakarta

Page 122: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

106

Nursalam, 2008, Proses & Dokumentasi Keperawatan: Konsep & Praktik, Salemba Medika, Jakarta

Nursalam, 2013, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika,

Jakarta Ofi, B., dan Sowunmi, O. 2013. Nursing Documentation: Experience of The Use

of The Nursing Process Model In Selected Hospital In Ibadan, Oyo State, Nigeria. International Journal of Nursing Practice, 18: 354-362

Paans, W., Sermeus, W., Nieweg, R.M.B dan Van Der Schans, G.P. 2010.

Prevalence of accurate nursing documentation in patient records. Journal of Advance Nursing, 66(11):2481-2489

Paans, W., Sermeus, W., Nieweg, R.M.B dan Van Der Schans, G.P. 2010.

Prevalence of accurate nursing documentation in patient records. Journal of Advance Nursing, 66(11):2481-2489

Parulian, D. 2011. Pengaruh Lingkungan Kerja Organisasi Terhadap Kinerja

Perawat dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di RSJ Sumatera Utara. USU. Medan

PP-PPNI, 2010, Standar Profesi & Kode Etik Perawat Indonesia, PP-PPNI,

Jakarta. Potter, P, & Perry , 2011, Basic nursing, Ed. 7th. Mosby Elsevier, Canada Powell, E.S., Khare, R.K., Venkatesh, A.K., Adam, J.G., dan Reinhardt, G.

(2012). The relationship between inpatient discharge timing and emergency department boarding. The journal of emergency medicine. 42(2): 186-196

Pribadi, A. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Pengetahuan, Motivasi, Dan Persepsi

Perawat Tentang Supervisi Kepala Ruang Terhadap Pelaksanaan Dokumentasi Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD Kelet, Jepara. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang

Purwanti. (2012). Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan dan Karakteristiknya Pada Pasien Rawat Inap Dewasa Nn Kebidanan di Rumah Sakit Haji Jakarta. Tesis FKM UI.

Rahim, A ,2009, Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Psikologis dan

Organisasi Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan pada Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Zainoel Abidin Nanggroe Aceh Darussalam, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Rahman, T. 2014. Seorang Bocah Tewas di IGD RS Elizabeth, Korban Malpraktik?. News Republika. Dari Rebuplika.co.id (Diakses pada 21-3-2017, jam 09.00 Wib)

Ross-Adjie, G., Leslie, G., Gillman, L. 2007. Occupational Stress In The ED:

What Matter to Nurses? Australasian Emergency Nursing Journal. 10(3): 117-123

Page 123: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

107

Sabila. (2009). Evaluasi Kelengkapan Pengisian Format Pengkajian Keperawatan Narasi Dan Format Pengkajian Keperawatan Checklist Terintegrasi Di RSUD Sleman Yogyakarta. Skripsi .UGM.

Sadler, M.K dan Meadows, P. 2004. Dokumentasi Perawatan Kritis. Dokumentasi Unit Gawat Darurat. Chapter 11. Ed. 3. EGC. Jakarta.

Semenza JC, Ploubidis GB, George LA. 2011. Climate Change and Climate Variability: Personal Motivation for Adaptation and Mitigation.

Environmental Health, 10:46

Septanty, D. 2016. Tinjauan Analisis Kuantitatif Resume Medis Pasien Rawat Inap Dalam Mempersiapkan Akreditasi Versi Kars 2012 Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Periode Juli 2016. Tesis. Universitas Eka Unggul. Jakarta

Setiadi, 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan: Teori

dan Praktik. Graha Ilmu. Jakarta. Sharifirad, G., Mostafavi, F., Reisi, M., Mahaki, B., HJavadzade, Heydarabadi,

A., dan Esfahani, M.N. 2015. Predictors of Nurses’ Intention and Behavior in Using Health Literacy Strategies in Patient Education Based on the Theory of Planned Behavior. Mater Sociomed. 27(1): 22–26

Simamora, H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi 3. STIE YKPN.

Yogyakarta Smith. 2012. The Perception Of Organizational Prestige and Employee

Engagement.Retrievedhttp://digitool.library.colostate.edu/webclient/delivery manager?pid=164924

Subekti, I., Hadi, S., dan Utami, N.G. 2012. Dokumentasi Proses Keperawatan.

UMM Press. Malang Tarwoto dan Wartonah, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan. Ed.3. Salemba Medika. Jakarta.

Tersptra, T & Lindell, M.K. 2012. Citizens’ Perceptions of Flood Hazard Adjustments: An Application of the Protective Action Decision Model. Environment and Behavior. 45(8) 993–1018

Ulum, M & Wulandari, R. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori Kepatuhan Milgram. Universitas Airlangga Surabaya.

Urquhart, C., Currel, R., Grant, M dan Hardiker, N.R. 2009. Nursing Record

Systems: Effect on Nursing Practice and Healthcare Outcomes. Cochrane Database of Systematic Reviews. 1: 1-66

Wang, N., Hailey, D., dan Yu, P. 2011. Quality of Nursing Documentation and

Approaches to Its Evaluation: A Mixed Method Systematic Review. Journal of Advance Nursing, (0): 1-17.

Page 124: ANALISIS FAKTOR PERILAKU PERAWAT DALAM …repository.ub.ac.id/2164/1/ARDHILES WAHYU K.pdf · PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IGD MENGGUNAKAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR Oleh

108

Wolf, L. 2007. Teaching critical thinking. Lesson from an emergency department educator. Paper presented at conference the 39th Bienial Convention, Masssachusetts, USA. Diakses pada tanggal 20 Pebruari 2017.

Yu, K.T., dan Green, R.A. 2009. Critical aspects of emergency department

documentation and communication. Emerg Med Clin N Am, 27:641-654. Yusuf, Rahmad. 2013. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Asuhan

Keperawatan Di Ruang Interna RSUD Prof Dr Aloe Saboe Gorontalo: Universitas Neger Gorontalo