Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

17

Click here to load reader

Transcript of Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

Page 1: Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

1

ANALISIS FAKTOR PENDAPATAN USAHATANI

PEMBIBITAN CABE (Capsicum Annum L.)

(Studi Kasus di Desa Pujon Kabupaten Malang)

Dwita Indrarosa

ABSTRAK

Usahatani merupakan kegiatan manajerial pelaku utama agribisnis

pertanian dalam mengelola/memanfaatkan sumberdaya pertanian yang ada secara efektif, efisien dalam rangka meningkatkan pendapatan usahataninya. Tujuan utama pelaku agribisnis adalah memaksimumkan keuntungan. Keuntungan maksimum diperoleh jika pengalokasian input produksi dilakukan secara optimal.

Pengkajian ini bertujuan untuk menganalisis apakah usahatani pembibitan cabe layak dikembangkan, dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani serta menganalisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani pembibitan cabe.

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui suatu usaha dapat dikembangkan atau tidak digunakan analisis finansial yaitu Return Cost Ratio (R/C), untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani digunakan persamaan fungsi keuntungan Cobb Douglas, dan untuk analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi digunakan perbandingan antara nilai produk marginal (NPM) dengan harga input (Px).

Hasil analisis finansial untuk mengetahui suatu usaha layak atau tidak untuk dikembangkan diperoleh nilai R/C sebesar 1,54 yang artinya setiap pengeluaran biaya sebesar satu rupiah terhadap input yang diberikan akan memperoleh penerimaan sebesar 1,54 rupiah. Jumlah penerimaan usahatani pembibitan cabe untuk luas lahan 17 m2 adalah sebesar Rp 1.678.500,- dengan pengeluaran sebanyak Rp 1.093.465,-. Maka dengan demikian usahatani ini secara finansial layak dikembangkan.

Faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada pendapatan usahatani pembibitan cabe adalah harga media tanam, harga pupuk, dan luas lahan. Untuk harga pupuk dan luas lahan berpengaruh positif, sedangkan harga media tanam berpengaruh negatif. Kata Kunci : Cabe, R/C Ratio, Efisiensi Faktor Produksi

Page 2: Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

2

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usahatani merupakan kegiatan manajerial pelaku utama bisnis pertanian

dalam mengelola/memanfaatkan semua sumberdaya pertanian yang ada agar

mereka mampu melakukan kegiatan usaha yang efektif, efisien dalam rangka

meningkatkan kegiatan produksi dan produktivitas sehingga meningkatkan

pendapatan untuk mencapai kesejahteraan bagi keluarga.

Indikator kesejahteraan bagi keluarga adalah: (a) tercukupi kebutuhan

pangan yang bergizi, (b) terpenuhinya sandang yang layak pakai, (c) adanya

papan yang layak huni, (d) adanya biaya untuk menjaga kesehatan keluarga,

(e) adanya biaya untuk sekolah anak, dan (f) dapat melakukan kegiatan rekreasi

keluarga. Indikator-indikator tersebut dapat dipenuhi jika pendapatan

keluargatani dari usahataninya dapat memenuhi kebutuhan dari indikator-

indikator tersebut.

Namun kenyataan dilapangan dimana semakin sempitnya lahan

pertanian akibat perubahan penggunaan lahan di Indonesia, merupakan

tantangan bagi petani lahan sempit untuk meningkatkan efisiensi usahataninya

melalui alokasi penggunaan faktor-faktor produksi secara efisien. Usahatani pada

sub sistem agroinput, yaitu pembibitan bisa merupakan salah satu upaya dalam

meningkatkan pendapatan usahatani petani kecil dengan cara alokasi

penggunaan input faktor produksi yang efisien sehingga produksi yang diperoleh

optimum dan dapat mencapai keuntungan yang maksimum. Selain itu usahatani

pembibitan cabe dengan luas lahan yang sempit diharapkan dapat memberikan

pendapatan yang lebih menguntungkan dalam jangka waktu yang singkat

dibandingkan dengan usahatani yang lain seperti budidaya komoditas cabe itu

sendiri.

Page 3: Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

3

1.2 Tujuan Pengkajian

Secara umum tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengetahui sejauh

mana efisiensi usahatani pembibitan cabe dapat meningkatkan pendapatan

usahatani petani bibit. Secara khusus, pengkajian bertujuan untuk:

1. menganalisis usahatani bibit cabe apakah dapat dikembangkan dan

memberikan keuntungan untuk peningkatan pendapatan usahatani

2. menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

pembibitan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Hasil Pengkajian Terdahulu

Pengkajian ini menggunakan metode analisis return cost ratio (R/C),

dalam analisis ini tidak menghitung bunga modal karena perputaran penggunaan

modal sangat cepat sesuai dengan periode pembibitan cabe yaitu 25-30 hari.

Nurung (2002) juga melakukan pengkajian yang bertujuan untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan dan efisiensi alokatif

penggunaan input tidak tetap pada usahatani padi. Faktor-faktor yang

mempengaruhi keuntungan dianalisis dengan menggunakan model Fungsi

Keuntungan Unit Output Price (UOP) Cobb Douglas. Hasil analisis menunjukkan

bahwa faktor yang mempengaruhi keuntungan usahatani padi secara negatif

(menyebabkan keuntungan menurun) adalah biaya pupuk SP-36 dan biaya

tenaga kerja. Sedangkan untuk luas lahan dan jumlah hari kerja berpengaruh

positif terhadap keuntungan, yang artinya penggunaan faktor tersebut dapat

meningkatkan keuntungan. Sementara itu alokasi penggunaan input pupuk SP-

36, bibit, dan tenaga kerja tidak efisien.

Indonesia yang memiliki keunggulan komparatif sebagai negara

agribisnis, sampai saat ini belum memiliki industri perbenihan yang mampu

Page 4: Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

4

mendukung perkembangan agribisnis secara keseluruhan. Dimana penyediaan

benih/bibit komoditas agribisnis di Indonesia, baik kelompok hortikultura,

perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan masih memprihatinkan.

2.2 Analisis Usahatani

Analisis usahatani atau disebut juga analisis finansial adalah cara untuk

membandingkan taksiran pendapatan yang akan diperoleh dari penjualan hasil

dengan biaya produksi atau taksiran pengeluaran yang akan dikeluarkan dari

mulai tanam sampai panen (SEARCA dan Pusbangdiktan, 2001).

Analisis finansial dilakukan untuk melihat kelayakan usaha yang

dilakukan oleh petani bibit dalam berusahatani, yang artinya apakah

pendapatan/penerimaan yang akan diperoleh lebih besar dari biaya yang akan

dikeluarkan sehingga menunjukkan usahatani tersebut menguntungkan atau

tidak.

Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah seluruh nilai uang yang diterima dari

semua cabang produksi selama jangka waktu tertentu. Penerimaan berasal dari

penjualan produk, bahan-bahan, dan sebagainya (Nugroho, 1995). Penerimaan

usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual

yang dapat dinyatakan dengan rumus matematik, yaitu:

TR = Y . Py (Rahim dan Hastuti, 2007)

dimana TR = penerimaan, Y = produksi, dan Py = harga jual produk.

Pengeluaran Usahatani

Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas (sumber non kas yang dapat

diubah menjadi barang atau jasa) yang dikorbankan untuk mendapatkan barang

atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa mendatang

(Anonymous, 2008).

Page 5: Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

5

Secara grafis bentuk dari biaya tetap dan biaya variabel disajikan dalam

bentuk gambar pada Gambar 2.

Penentuan biaya tetap dan biaya variabel tergantung pada sifat dan

waktu pengambilan keputusan tersebut (Rahim dan Hastuti, 2007), dan cara

penghitungan biaya tetap adalah sebagai berikut:

n

i

xiiPXFC1

, dimana Xi = banyaknya input ke-i

Pxi = harga dari variabel Xi (input)

n = banyaknya input

Dari rumus tersebut dapat digunakan untuk menghitung biaya total (total cost/TC)

dan biaya tidak tetap total (total variable cost/TVC) dengan rumus:

TC = TFC + TVC

biaya total dalam bentuk grafik disajikan dalam bentuk gambar kurva total biaya

pada Gambar 3.

Biaya

Output

FC

Biaya

Output

VC

Gambar 2. Grafik Biaya Tetap (FC) dan Biaya Variabel (VC)

Page 6: Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

6

0 Q

TFC

TVCTC

Biaya

Total

Gambar 3. Kurva Total Biaya.

Pada Gambar 3, kurva TFC merupakan garis lurus yang menggambarkan

biaya yang penggunaannya dalam jumlah tetap dalam satu periode produksi,

sedangkan untuk kurva TVC menunjukkan adanya hubungan antara biaya-biaya

variabel dengan output.

Dua hal yang ditunjukkan pada Gambar 3, yaitu: pertama, apabila output

sama dengan nol, maka biaya total ditentukan oleh biaya tetap. Artinya walaupun

perusahaan tidak berproduksi, maka perusahaan harus tetap mengeluarkan

biaya produksi. Kedua, bentuk kurva biaya total mengikuti bentuk kurva biaya

variabel jangka pendek sesuai dengan perubahan input yang digunakan. Dalam

jangka panjang semua biaya dianggap berubah.

Biaya tetap yang digunakan dalam proses produksi dapat berupa biaya

penyusutan asset tetap, yaitu biaya peralatan yang digunakan untuk proses

produksi.

Pendapatan Usahatani

Soekartawi (1986) mendefinisikan pendapatan usahatani sebagai berikut:

1. pendapatan kotor usahatani (gross farm income) adalah sebagai nilai produk

total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik dijual maupun tidak dijual.

Page 7: Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

7

Produk total usahatani tersebut mencakup semua produk yang dijual,

dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit atau

makanan ternak, untuk pembayaran maupun produk yang disimpan di

gudang pada akhir tahun.

2. pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya

yang digunakan dalam produksi. Nisbah pendapatan kotor per hektar atau

per unit kerja dapat dihitung untuk menunjukkan intensitas operasi usahatani.

3. pengeluaran total usahatani (total farm expense) adalah sebagai nilai semua

masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak

termasuk tenaga kerja keluarga petani. Sehingga pengeluaran yang dihitung

dalam tahun pembukuan adalah yang dikeluarkan untuk menghasilkan

produk dalam tahun pembukuan tersebut.

4. pengeluaran tidak tetap (variable cost) adalah sebagai pengeluaran yang

digunakan untuk tanaman atau ternak tertentu dan jumlahnya berubah

sebanding dengan besarnya produksi tanaman atau ternak itu.

5. pengeluaran tetap (fixed cost) adalah sebagai pengeluaran usahatani yang

tidak tergantung pada besarnya produksi.

Return Cost Ratio (R/C)

Menurut Soekartawi (2002), R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio,

atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya.

Secara matematik, hal ini dituliskan sebagai berikut:

YPR y.

VCFCC

VCFCYPCR y /./

dimana:

R = penerimaan

C = biaya

Py = harga output

Y = output

Page 8: Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

8

FC = biaya tetap (fixed cost)

VC = biaya variabel (variable cost)

Dengan kriteria:

jika R/C > 1, usahatani untung sehingga usahatani layak untuk

dikembangkan;

jika R/C < 1, usahatani rugi sehingga usahatani tidak layak dikembangkan;

dan

jika R/C = 1, usahatani berada pada titik impas atau berada pada titik break

even point artinya usahatani tidak untung dan tidak rugi.

III KERANGKA KONSEP PENGKAJIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Pelaku utama pertanian di Indonesia didominasi oleh petani kecil, + 80%

dari + 37 juta petani. Petani kecil dicirikan dengan: (1) pendapatannya yang

rendah, yaitu setara 240 kg beras per kapita per tahun, (2) luas lahan yang

sempit, yaitu rata-rata minimal < 0,17 ha di luar Jawa dan < 0,10 ha di pulau

Jawa, (3) kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas, dan (4) petani

yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamik (Soekartawi, Soeharjo,

Dillon, dan Hardaker, 1986).

Kepemilikan lahan yang semakin menyempit dengan percepatan di Pulau

Jawa lebih cepat dari pulau lainnya mengakibatkan peningkatan pendapatan

untuk kesejahteraan sulit diperoleh. Untuk itu perlu dicari solusi pemecahan

melalui efisiensi usahatani pada sub sistem agribisnis khususnya pada agroinput,

yaitu dengan usaha pembibitan, karena: (1) dapat menciptakan peluang usaha

bagi petani yang mempunyai lahan sempit, dan (2) efisiensi waktu bagi pelaku

usahatani “on farm” dalam berproduksi karena sudah tersedianya bibit yang

unggul.

Untuk mengkaji pengembangan kegiatan usahatani agar dapat

meningkatkan pendapatan petani perlu dilihat efisiensi penggunaan faktor-faktor

produksi usahatani pembibitan cabe, dan analisa finansial untuk melihat

kelayakan usahatani yang dilaksanakan. Dengan demikian diharapkan hasil dari

Page 9: Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

9

analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani pembibitan cabe

dan analisis finansial dapat meningkatkan pendapatan usahatani.

IV. BAHAN DAN METODE PENGKAJIAN

Pada pengkajian ini pembibitan dilakukan dengan menggunakan plastik

kecil yang berukuran kurang lebih 12 cm x 8 cm. Plastik yang telah tersedia

dilubangi bagian samping dan bawahnya untuk membuang kelebihan air yang

kemudian diisi dengan media tanam berupa tanah dan pupuk kandang halus

dengan perbandingan campurannya adalah 2 ember : 1 ember.

Pembibitan cabe hendaknya dilakukan tiga kali dengan selang waktu satu

dan dua minggu. Satu minggu setelah penyemaian pertama, benih disemai lagi

sebanyak 5% dari seluruh kebutuhan bibit, begitu pula dengan minggu ke dua.

Dengan demikian, akan tersedia cadangan bibit sebanyak 10% yang digunakan

untuk menyulam tanaman di lahan yang mati, cacat, atau terserang hama dan

penyakit.

Dua contoh jenis atau varietas cabe unggul yang banyak dan layak

dibudidayakan secara komersial serta populer dikalangan petani (Wiryanta,

2006):

Hot Beauty F1 (Cabe besar hibrida), dengan karakteristik:

tanaman tegak, agak tinggi, kuat, dan subur

tahan terhadap serangan virus

umur panen 95 hst

warna buah muda hijau tua dan berubah merah saat masak

produksi buah mencapai 140 buah dengan berat rata-rata7,5g per buah

panjang buah 13cm dengan garis tengah 1,4cm

dagingnya tipis, sangat pedas.

Page 10: Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

10

TM 999 F1 (cabe keriting hibrida) dengan karakteristik:

pertumbuhan tanaman kuat dan tinggi

tanaman terus menerus berbunga sehingga waktu panennya lama

cocok untuk dataran rendah

panjang buah 12,5cm dengan diameter 0,8cm

berat buah 5-6 gram

potensi hasil 0,8-1,2 kg per tanaman

Umur panen 90 hst di dataran rendah dan 105 hst di dataran tinggi.

4.1 Tempat dan Waktu Pengkajian

Pengkajian dilakukan di Desa Pujon Kabupaten Malang yang dilakukan

pada bulan Januari-April 2013.

4.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dari pengkajian ini adalah petani yang merupakan petani bibit

cabe di Desa Pujon dengan jumlah populasi sebanyak 21 orang, maka

seluruhnya sebagai responden, dimana pengkajian ini dilakukan dengan metode

sensus.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh dengan metode wawancara langsung dengan petani responden

menggunakan kuisioner sebagai alat bantu pengumpulan data. Data sekunder

diperoleh dengan metode pencatatan, dokumentasi dari lembaga atau instansi

terkait yang mendukung penyelesaian pengkajian ini,

4.4. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam pengkajian ini meliputi metode

return cost ratio (R/C), analisis regresi untuk fungsi keuntungan sebagai metode

Page 11: Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

11

analisis untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

usahatani dan analisis perbandingan antara Nilai Produk Marginal (NPMx)

dengan harga faktor produksinya (Px) untuk mengetahui tingkat efisiensi

usahatani pembibitan cabe.

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Usahatani Pembibitan Cabe

Hasil perhitungan analisis usahatani pembibitan cabe yang tampak pada

Tabel 1, menunjukkan nilai R/C sebesar 1,54 yang diartikan bahwa usahatani

pembibitan cabe menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Nilai R/C

sebesar 1,54 dapat diartikan bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar satu

rupiah (Rp 1,-) dalam usahatani ini akan memperoleh penerimaan sebesar 1,54

rupiah. Sehingga secara finansial usahatani ini akan memperoleh keuntungan.

Hasil analisis usahatani pembibitan cabe tersebut disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis Kelayakan Usahatani Pembibitan Cabe

FAKTOR PRODUKSI

RATA-RATA JUMLAH PENGGUNAAN INPUT

HARGA INPUT (Rp)

RATA-RATA (Rp)

Penerimaan:

Produksi 16.785 100 1.678.500

Pengeluaran:

Benih (butir) 21.087 30 632.610

Pupuk (kilogram) 189 345 65.265

Media Tanam (kilogram) 1.895 31 59.569

Polybag (potong) 21.087 4 74.286

Obat-obatan (liter) 10 1.231 11.786

Tenaga Kerja (upah per polybag) 21.087 7 152.127

Sewa Lahan (m2) 17 1.585 27.151

Biaya Penyusutan Alat & Mesin 1.059

Biaya Naungan 77.316

Total Pengeluaran 1.093.465

Pendapatan Usahatani 585.035 R/C 1,54

Page 12: Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

12

Selanjutnya secara rinci variabel-variabel yang masuk dalam analisis

kelayakan usahatani pembibitan cabe diuraikan dalam pembahasan berikut ini:

Pendapatan Usahatani Pembibitan Cabe

Pendapatan usahatani pembibitan cabe untuk per 17m2 pada saat

pengkajian dengan periode tanam selama 25-30 hari adalah sebesar Rp

585.035,- untuk produksi sebanyak 16.785 polybag bibit cabe, sehingga

pendapatan per polybagnya sebesar Rp 35,-. Jika dibandingkan dengan

usahatani budidaya cabe varietas TM 999, maka usahatani pembibitan cabe

lebih menguntungkan. Keuntungan usahatani budidaya cabe per hektar per

bulan adalah sebesar Rp 6.927.479,- dan jika dikonversikan per 17m2 sebagai

perbandingan dengan usaha pembibitan cabe maka keuntungannya adalah

Rp 11.777,-. Perbandingan pendapatan antara usahatani pembibitan cabe

dengan usahatani budidaya cabe secara jelas disajikan dalam bentuk tabel pada

Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Pendapatan antara Usahatani Pembibitan Cabe dengan Usahatani Budidaya Cabe

Uraian Usahatani

Pembibitan Cabe (Rp)

Usahatani Budidaya Cabe

(Rp)

Lama usaha 25-30 hari 6 bulan

Luas usaha 17 m2

1 ha

Pendapatan 585.035 41.564.874

Pendapatan per bulan 585.035 6.927.479

Pendapatan per 17m2 per bulan 585.035 11.777

Berdasarkan perbandingan pendapatan kedua usahatani memberikan

keuntungan yang lebih besar dibandingan usahatani budidaya cabe dan dapat

meningkatkan pendapatan usahatani petani pembibitan cabe sehingga usahatani

ini secara ekonomis dapat dikembangkan.

Page 13: Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

13

Pengeluaran Usahatani Pembibitan Cabe

Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usahatani pembibitan cabe meliputi

biaya sewa lahan, biaya benih, biaya pupuk, biaya media tanam, biaya obat-

obatan, upah tenaga kerja, biaya penggunaan plastik polybag, biaya naungan,

dan biaya penyusutan alat pertanian yang keseluruhannya merupakan biaya

produksi. Sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan untuk usahatani budidaya

cabe meliputi (1) biaya penyiapan lahan, (2) biaya pembibitan dan penanaman,

dan (3) biaya pemeliharaan tanaman dan panen.

Berikut perbandingan pengeluaran biaya antar usahatani pembibitan cabe

dengan usaha budidaya cabe (Tabel 3).

Tabel 3. Perbandingan Pengeluaran antara Usahatani Pembibitan Cabe dengan Usahatani Budidaya Cabe

Uraian Usahatani

Pembibitan Cabe (Rp)

Usahatani Budidaya Cabe

(Rp)

Lama usaha 25-30 hari 6 bulan

Luas usaha 17 m2

1 ha

Biaya produksi 1.093.465

34.935.125

Biaya produksi per bulan 1.093.465

5.822.521

Biaya produksi per 17 m2 per bulan 1.093.465 9.898

Tabel 3 menunjukkan bahwa bila dibandingkan antara pengeluaran

usahatani pembibitan cabe dengan usahatani budidaya cabe per bulannya

nampak bahwa pengeluaran biaya usahatani pembibitan cabe lebih sedikit

dibandingkan dengan pengeluaran usaha untuk budidaya cabe.

5.2. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Pembibitan Cabe

Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

pembibitan cabe disajikan pada Tabel 4

Page 14: Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

14

Tabel 4. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Pembibitan Cabe

Variabel Koefisien Regresi

Thitung Sig.

(Constant) -14,723 -2,895 0,012

Harga Benih (Rp/butir) -1,219 -0,844 0,413

Harga Pupuk (Rp/kg) 0,095* 2,676 0,018

Harga Media Tanam (Rp/kg) -3,595* -2,528 0,024

Upah Tenaga Kerja (Rp) -0,968 -1,425 0,176

Luas Lahan (m2) 0,205* 2,571 0,022

Penyusutan Alat (Rp) -0,048 -0,690 0,501

R (Multiple R)

R Square

R Square (Adjusted)

F hitung

= 0,789

= 0,623

= 0,461

= 3,851

Keterangan: (*) = signifikan pada taraf 0,05

F tabel 0,1 = 4,456

F tabel 0,05 = 2,848

Sign. F = 0,018

t tabel 0,01 = 2,977

t tabel 0,05 = 2,145

α = 0,05

Dari Tabel 4, diketahui bahwa nilai Fhitung > Ftabel dengan selang

kepercayaan 95% (α = 0,05), yang artinya secara bersama-sama semua variabel

input mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usahatani

dengan taraf signifikansi sebesar 0,018 atau dengan kata lain bahwa model

regresi yang dihasilkan layak digunakan. Untuk melihat kelayakan dari model

yang digunakan selain dengan cara uji F, dapat pula di lihat dari matrik korelasi

antara produksi dengan faktor-faktor produksi yang masuk dalam model, nilai

VIF, tolerance, nilai residual berdistribusi normal, dan dengan melihat sebaran

dari residual terhadap estimasi produksi secara grafis. Sumber untuk melihat

ketepatan model tersebut dapat di lihat pada hasil output analisis dengan

menggunakan alat analisis SPSS.

Hasil analisis fungsi keuntungan dengan menggunakan analisis regresi

juga menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) dengan jumlah responden

Page 15: Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

15

sebanyak 21 petani bibit cabe dan dengan variabel sebanyak enam variabel

sebesar 0,62 yang artinya variabel harga benih, harga pupuk, harga media

tanam, upah tenaga kerja, luas lahan, dan penyusutan alat pertanian (input

harga variabel dan input variabel tetap yang dimasukkan ke dalam model) dapat

menjelaskan variabel pendapatan usahatani sekitar 62%, dan sisanya dijelaskan

oleh faktor lain di luar model.

Variabel harga benih, dan upah tenaga kerja, bertanda negatif namun

tidak nyata atau tidak bermakna secara statistik dengan taraf signifikansi masing-

masing sebesar 0,413 dan 0,176. Nilai koefisien regresi dari variabel tersebut

adalah sebesar 1,219 untuk variabel harga benih dan 0,968 untuk variabel upah

tenaga kerja.

Hasil koefisien regresi untuk variabel harga media tanam yang digunakan

dalam model fungsi keuntungan juga bertanda negatif dan nyata pada taraf

signifikansi sebesar 0,024 terhadap pendapatan dengan nilai koefisiensi

regresinya sebesar 3,595 yang artinya dengan adanya kenaikan harga media

tanam, maka pendapatan yang diperoleh akan menurun sebesar 3,60%. Variabel

media tanam berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani disebabkan

karena variabel ini merupakan variabel media tanam yang lebih banyak

digunakan dibandingkan dengan pupuk, sehingga dengan adanya kenaikan dari

harga media tanam sangat berpengaruh terhadap pendapatan.

Sementara itu variabel harga pupuk memiliki hubungan yang positif nyata

dengan taraf signifikansi 0,018 terhadap pendapatan dan nilai koefisien

regresinya adalah sebesar 0,095. Dengan adanya kenaikan harga pupuk tidak

berpengaruh terhadap pendapatan karena perbandingan kenaikkan harga pupuk

dengan penggunaan pupuk masih lebih kecil sehingga kenaikkan harga pupuk

masih dapat meningkatkan pendapatan usahatani.

Page 16: Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

16

Sedangkan variabel tetap yang dimasukkan ke dalam model masing-

masing adalah luas lahan dan biaya penyusutan alat. Nilai koefisien regresi

untuk luas lahan adalah 0,205 yang berhubungan positif terhadap keuntungan

dan berpengaruh nyata pada taraf signifikansi 0,022 sehingga dengan adanya

penambahan luas lahan sebesar satu persen akan mempengaruhi keuntungan

sebesar 0,21%, dan biaya penyusutan bertanda negatif senilai 0,048 sehingga

apabila ada kenaikan biaya penyusutan alat sebesar satu persen akan

menurunkan keuntungan usahatani sebesar 0,05% namun tidak berpengaruh

secara nyata terhadap keuntungan dengan taraf signifikansinya sebesar 0,501.

VI. KESIMPULAN

6.1.Kesimpulan

Dari hasil pengkajian, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai

berikut:

1. Secara finansial usahatani pembibitan cabe yang dilakukan oleh petani di

Desa Pujon Kabupaten Malang layak untuk dikembangkan dengan nilai

R/C sebesar 1,54 yang artinya setiap investasi atau biaya yang dikeluarkan

untuk penggunaan input Rp 10.000,- akan diperoleh penerimaan sebesar

Rp 15.400,-.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada pendapatan usahatani

pembibitan cabe adalah harga media tanam, harga pupuk, dan luas lahan.

Untuk harga pupuk dan luas lahan berpengaruh positif, sedangkan harga

media tanam berpengaruh negatif.

Page 17: Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon

17

DAFTAR PUSTAKA

Beattie, B.R. dan Taylor, C.R. 1996. Ekonomi Produksi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Chairudin, Rudi. 2000. Analisis Efisiensi Ekonomi pada Usahatani Padi

Lebak (Studi Kasus di Desa Kotadaro, Kec. Tanjung Raja, Kab. Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan). Tesis. Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang (Tidak Dipublikasikan).

Chand, R. dan Kaul, J.L. 1986. A Note on The Use of The Cobb-Douglas

Profit Function. American Journal Vol. 68, p. 162 – 164. Doll, J.P. dan Orazen. F. 1984. Production Economics Theory with

Applications. 2nd. John Wiley and Sons. Singapura. Gujarati, Damodar dan Zain, Sumarno. 2006. Ekonometrika Dasar. Erlangga.

Jakarta. Hadi, P.U. 1989. Alternatif Kebijakan Harga untuk Meningkatkan Produksi

Padi Sawah dan Pendapatan Petani. Jurnal Agro Ekonomi Vol. 8 (2), p. 46 – 63.

Hakim, Abdul. 2004. Statistika Deskriptif untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.

Harsono. 2000. Analisis Total Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi

Sawah (RTPPS) dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya di Kabupaten Tulungagung. Disertasi, Program Pascasarjana. Universitas Airlangga. Surabaya.

Henderson, J.H. dan Quant, R.E. 1980. Microeconomic Theory; A

Mathematical Approach, 3-nd ED. McGraww-hill International Book Company.

Miller, R.L. dan Meiners, R.E. 2000. Teori Mikroekonomi Intermediate.

Terjemahan, Haris Munandar. Raya Grafindo Persada. Jakarta. Mustadjab, Muslich. 1994. Alokasi Sumberdaya Pertanian dan Usaha

Konservasi Tanah pada Usahatani Lahan Kering dengan Status Penggunaan Lahan yang Berbeda. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Padjajaran. Bandung.

Pindyck, R.S. dan Rubenfeld, D.L. 1990. Econometric Models and Economic

Forecast, Third Edition. McGraw-Hill. New York. Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas. Rajawali Press. Jakarta.

Susantun, Indah. 2000. Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas dalam Pendugaan Efisiensi Ekonomi Relatif. Jurnal Ekonomi Pembangunan Kajian Ekonomi Negara Berkembang Vol. 5 (2), p. 149 – 162.