Studi lapangan cabe

31

Click here to load reader

description

 

Transcript of Studi lapangan cabe

Page 1: Studi lapangan cabe

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATA BELAKANG

Cabai atau lombok adalah sayuran buah semusim yang termasuk dalam anggota genus

Capsicum yang banyak diperlukan oleh masyarakat sebagai penyedap rasa masakan

(Sunaryono, 2003). Salah satu tanaman cabai yang banyak dibudidayakan di Indonesia

adalah tanaman cabai merah. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan

komoditas sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat. Ciri dari jenis sayuran ini

adalah rasanya yang pedas dan aromanya yang khas, sehingga bagi orang-orang tertentu

dapat membangkitkan selera makan. Karena merupakan sayuran yang dikonsumsi setiap

saat, maka cabai akan terus dibutuhkan dengan jumlah yang semakin meningkat seiring

dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perekonomian nasional (Setiawati, 2005).

Cabai merah mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan

manusia. Kandungan vitamin dalam cabe adalah A dan C serta mengandung minyak

atsiri, yang rasanya pedas dan memberikan kehangatan bila kita gunakan untuk rempah-

rempah (bumbu dapur). Sun et al. (2000). melaporkan cabai merah mengandung anti

oksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari radikal bebas. Radikal bebas yaitu

suatu keadaan dimana suatu molekul kehilangan atau kekeurangan elektron, sehingga

elektron tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari sel-

sel tubuh kita yang lainnya. Kandungan terbesar anti oksidan dalam cabai terdapat pada

cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan

sebagai zat anti kanker (Kilham 2006; Bano & Sivaramakrishnan 1980).

Cabai merah (Capsicum annum L.) banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia selain

karena manfaatnya bagi kesehatan juga karena cabai merah memiliki harga jual yang

cukup tinggi. Purwanto (2007), menyatakan bahwa cabai menempati urutan paling atas

diantara delapan belas jenis sayuran komersial yang dibudidayakan di Indonesia selama

beberapa tahun teakhir ini. Oleh karena itu permintaan cabai merah cenderung

meningkat tiap tahunnya. Gani (2011) mengatakan bahwa, berdasarkan pemantauan

harga disejumlah pasar terhadap komoditas cabai. Harga cabai merah keriting naik 25

persen dari Rp 40.000/kg menjadi Rp 50.000/kg, cabai merah besar naik 50 persen dari

Rp 40.000/kg kini menjadi Rp 60.000/kg. Hal yang sama juga berlaku untuk cabai rawit

yang naik 33 persen dari semula Rp 60.000/kg menjadi Rp 80.000/kg. Permintaan akan

cabai yang meningkat dari waktu kewaktu ini menyebabkan cabai dapat diandalkan

sebagai komoditas ekspor nonmigas. Hal ini terbukti dari enam besar komoditas sayuran

1

Page 2: Studi lapangan cabe

segar yang diekspor (seperti bawang merah, tomat, kentang, kubis dan wortel) cabai

termasuk salah satunya (Prajananta, 2007).

Menurut data statistik Indonesia tahun 2009, luas panen, produksi dan hasil perhektar

cabai besar SULAWESI TENGGARA adalah 8,08 ton/ha, masih jauh di atas Bali yang

hasil panen perhektaranya 11,55 ton/ha. Namun jika kita bandingkan dengan hasil

panen perhektar cabai merah SULAWESI TENGGARA yang jumlahnya sebesar 5,87

ton/ha, maka produksi cabai merah SULTRA masih jauh lebih besar. Begitupun jika

kita bandingkan dengan pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Maluku yang rata-rata

hasil panen perhektarnya sebesar 6,03 ton/ha, 7,56 ton/ha, 5,19 ton/ha, 4,00 ton ha dan

4,57 ton/ha, maka hasil produksi tanaman cabai besar SULTRA masih jauh lebih tinggi

(BPS-Indonesia, 2010).

Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) diantaranya: teknis

budidaya, kekahatan hara dalam tanah, serangan hama dan penyakit. Maka dari itu perlu

dukungan teknologi budidaya intensif baik itu terkait dengan pemupukan, proses

pengolahan lahan, pemeliharaan, maupun penerapan-penerapan teknologi tepat guna

sederhana dalam membudidayakannya (Prabowo, 2011). Pemberian unsur hara yang

tepat sesuai dengan kebutuhan, waktu tanam dan penempatan hara pada daerah serapan

akar juga menjadi pendukung dalam keberhasilan budidaya tanaman cabai. Salah satu

cara untuk meningkatkan produksi cabai besar sekaligus menanggulangi bayaknya

permintaan masyarakat tersebut adalah dengan manajemen pemupukan yang menjadi

bagian dari intensifikasi pertanian (Suriyadikarta, 2006).

Pemupukan merupakan tindakan yang bertujuan untuk menambah unsur hara yang

sudah berada dalam tanah, memberikan unsur hara yang memang belum tersedia dalam

tanah dan mengganti unsur hara yang diangkut oleh tanaman melalui panen. Sedangkan

bahan penyubur tanaman yang ditambahkan kedalam tanah atau diberikan langsung

kepada tanaman melalui penyemprotan pada permukaan daun disebut dengan pupuk

(Mulyati dan Lolita, 2010). Sejarah mencatat bahwa penggunaan pupuk kimia

meningkatkan produksi pertanian karena terbukti mampu memenuhi kebutuhan pangan

penduduk dunia yang terus meningkat populasinya. Namun akibat penggunaan pupuk

kimia yang terus menerus tersebut dapat mengganggu keseimbangan kimia tanah

sehingga produktifitas tanah menurun (Soleh, 2011).

Pemakain pupuk kimia secara terus menerus menyebabkan terjadinya residu yang

berlebihan dalam tanah. Tumpukan residu pupuk ini dalam tanah akan menjadi racun

tanah yang mengakibatkan tanah menjadi sakit. Pada tanah yang sakit ini akan terjadi

degradasi mikrobia pengendali keseimbangan kesuburan tanah, ketidak seimbangan

hara, dan munculnya mutan-mutan hama dan penyakit tanaman. Menurut Go Ban Hong

(1998), berbagai upaya program intensifikasi pada lahan sawah tidak lagi memberikan

2

Page 3: Studi lapangan cabe

kontribusi pada peningkatan produktifitas lahan karena telah mencapai titik jenuh

(Leveling Off) tetapi sebaliknya produktifitas lahan justru cenderung menurun.

Disamping itu juga penggunaan pupuk sebagai salah satu sumber nutrisi tanaman

apabila diberikan secara tidak bijaksana dapat menyebabkan penurunan kualitas dan

produksi tanaman, dapat menimbulkan pencermaran lingkungan hidup dan dapat

menurunkan ketahanan alami tanaman melawan gangguan lingkungan, hama dan

penyakit.

B. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

TujuanPenelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis perbandingan pupuk organik dengan

anorganik dalam menekan penggunaan pupuk anorganik aplikasinya terhadap

pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai besar.

C. KEGUNAAN PENELITIAN

Hasil dari penelitian dilapangan diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk

menggunakan pupuk organik dalam budidaya cabai merah serta tambahan informasi

bagi peneliti selanjutnya.

D. HIPOTESIS

Untuk mengarahkan jalannya penelitian ini maka diajukan hipotesis bahwa penggunaan

jenis pupuk dengan dosis perbandingan yang berbeda pada tanaman cabai merah akan

memberikan hasil yang berbeda-beda.

3

Page 4: Studi lapangan cabe

BAB II

PEMBAHASAN

1. Tanaman Cabai

Cabai merupakan tanaman sayuran buah semusim yang diperlukan oleh seluruh lapisan

masyarakat sebagi bumbu atau penyedap makanan. Tanaman cabai memiliki banyak

nama populer diberbagai negara. Namun secara umum tanaman cabai disebut sebagai

pepper atau chili. Nama pepper lebih umum digunakan untuk menyebut berbagai jenis

cabai besar, cabai manis, atau paprika. Sedangkan chili, biasanya digunakan untuk

menyebut cabai pedas, misalnya cabai rawit. Di Indonesia sendiri, penamaan cabai juga

bermacam-macam tergantung daerahnya. Cabai sering disebut dengan berbagai nama

lain, misalnya, lombok, mengkreng, rawit, cengis, cengek, Sebie dan sebutan lainnya

(Anonim, 2011 a).

Sejarah Penyebaran

Ditinjau dari segi sejarahnya. Tanaman cabai berasal dari dunia baru (Meksiko,

Amerika Tengah dan Pegunungan Andes di Amerika Selatan), kemudian menyebar ke

Eropa pada abad ke-15. Kini tanaman cabai sudah mulai menyebar ke berbagai Negara

tropik, terutama di Asia, Afrika Tropika, Amerika Selatan dan Karibia. Di Indonesia,

tanaman cabai tersebar luas diberbagai daerah seperti: Purworejo, Kebumen, Tegal,

Pekalongan, Pati, Padang, Bengkulu dan lain sebaginya (Sunaryono, 2003).

Klasifikasi tanaman cabai

Secara umum klasifikasi tanaman cabai adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annum L.

Cabai masuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang

mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak

mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang

menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan dan panas bila digunakan untuk

rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa

4

Page 5: Studi lapangan cabe

dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar. Tanaman cabai

cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang serta tidak tergenang

air (Prabowo, 2011).

Morfologi tanaman cabai besar

2. Keadaan Iklim

Tanama cabai lebih senang tumbuh di daerah yang tipe iklimnya lembab sampai agak

lembab, daerah yang memiliki tipe iklim ABACD, BABC, CABC, DABC (Menrut

Schmidt dan Ferguson). Tanaman cabai tidak senang terhadap curah hujan lebat, tetapi

pada stadia tertentu perlu banyak air. Di daerah yang iklimnya sangat basah tanaman

mudah terserang penyakit daun seperti bercak hitam (Antraknosa). Oleh karena itu

tanaman cabai sangat baik ditanam pada awal musim kemarau. Pada musim hujan

tanaman juga mudah mengalami tekanan (stress), sehingga bunganya sedikit, dan

banyak bunga yang tidak mampu menjadi buah. Kalaupun bisa berbuah, buahnya akan

mudah sekali gugur karena tekanan air hujan yang lebat (Sunaryono, 2003). Curah

hujan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai berkisar antara

600 – 1200 mm/tahun dengan jumlah bulan basah 3-9 bulan. Walaupun demikian

apabila pada waktu berbunga tanaman cabai kekuranga air, maka banyak bunganya

yang akan gugur tidak mampu menjadi buah. Pada umumnya tanaman cabai lebih

senang ditanaman di daerah yang terbuka (Martodiresi, 2011).

3. Suhu Udara

Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai berkisar

antara 210C – 280C. Suhu harian yang terlalu terik, yakni di atas 320C menyebabkan

tepung sari tanaman cabai tidak berfungsi untuk melakukan pembuahan. Selain itu juga

suhu harian yang terik dapat menyebabkan bunga dan buahnya terbakar. Suhu tanahpun

juga berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara terutama N dan P. Apabila pada

waktu berbunga suhu turun di bawah 150C, maka pembuahan dan pembijiannya

terganggu. Pada suhu ini, unsur mikro yang penting untuk pertumbuhan buah sukar

diserap oleh tanaman cabai sehingga terjadi buah tanpa biji atau parteokarpi. Suhu udara

yang rendah, menyebabkan banyak cendawan penyakit daun menyerang tanaman cabai,

teutama apabila disertai dengan kelembaban tinggi (Sunaryono, 2003).

4. Tanah

Tanah yang subur dan banyak mengandung humus (bahan organik), gembur dan

memiliki drainase baik sanagt cocok untuk budidaya tanaman cabai merah. Tanaman

cabai sebenarnya dapat tumbuh disegala macam tipe tanah, dan ketinggian tempat.

5

Page 6: Studi lapangan cabe

Tanaman cabai merah akan tumbuh baik pada ketinggian 0 – 1300 m dpl. Bahkan pada

ketinggian 1500 m dpl pun tanaman cabai merah masih mampu tumbuh dan berbuah

baik. Tanah yang air tanahnya dangkal dan prositasnya rendah menyebabkan tanaman

cabai mudah terserang hama dan penyakit akar, penyakit layu dan keguguran pada daun

dan buahnya. pH tanah yang baik untuk tanaman cabai berkisar antara 51/2 – 61/2.

Namun begitu tanaman cabai sangat toleran terhadap tanah masam yang pH-nya kurang

dari 5 hanya saja buahnya kurang lebat dan pertumbuhannya kerdil (Martodireso, 2011).

Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Cabai Merah

a. Bedengan

Tanaman cabai sebenarnya bisa ditanam dimana saja asal tanahnya sudah diolah

terlebih dahulu agar menjadi gembur dan layak untuk ditanami sebab kalau tidak begitu

maka pertumbuhan akar dan perkembangan tanaman akan terganggu. Penggunaan

bedengan dalam budidaya cabai adalah salah satu cara yang tepat untuk membantu

pertumbuhan akar agar mampu menyokong perkembangan tanaman cabai menjadi lebih

maksimal, selain itu juga menggunakan bedengan dalam buidaya tanaman cabai

membantu agar akar tanaman tidak tergenang air dan menurut beberapa ahli

menggunakan bedengan dalam budidaya tanaman mampu meningkatkan hasil produksi

tanaman cabai.

b. Pemulsaan

Pemasangan mulsa dilakukan setelah bedengan dibuat, mulsa yang bisa digunakan

adalah mulsa plastik yang berwarna hitam perak. Penggunaan mulsa mutlak diperlukan

apalagi jika kita melakukan budidaya cabai pada musim hujan. Salah satu keuntungan

pemakain mulsa plastik ini adalah bisa menekan serangan hama dan penyakit.

Keuntungan ini muncul karena warna perak akan memantulkan sinar ultra violet ke

permukaan bawah daun yang banyak dihuni oleh hama aphid, thrips, tungau, ulat dan

cendawan. Keuntungan lain dari penggunaan mulsa ini adalah: mengurangi penguapan

air dan pupuk oleh sinar matahari sehingga mampu menekan biaya pemupukan,

penyiraman bahkan penyiangan gulma, mencegah erosi bedengan pada musim hujan,

menjaga kelembaban, suhu dan kegemburan tanah; mengoptimalkan sinar matahari

untuk fotosintesis dengan pantulan sinar matahari dari lapisan warna perak pada mulsa;

menekan pertumbuhan gulma; membantu merangsang pertumbuhan akar tanaman

akibat suhu hangat dalam bedengan; mencegah hilangnya pupuk akibat siraman air

hujan dan mencegah kelebihan air pada media tanam (Prajanata, 2001).

c. Pengajiran

Tanaman cabai perlu ditopang pertumbuhannya agar kokoh dan mampu menopang

tajuknya yang rimbun. Pemasangan ajir diusahakan sedini mungkin, maksimal satu

bulan setelah tanam. Ajir biasa dipasang miring membentuk sudut 450 dengan batang

6

Page 7: Studi lapangan cabe

tanaman cabai atau tegak lurus dengan batang tanaman (redaksi Trubus, 2009).

Beberapa fungsi dari ajir ini adalah: membantu tegaknya tanaman dari buahnya yang

rimbun, tiupan angin, mengotimalkan sinar matahari pada tanaman sehingga fotosintesis

berlangsung maksimal, membantu penyebaran daun dan ranting supaya teratur sehingga

mempermudah penyiangan dan pemupukan. Selain itu juga penanaman cabai dengan

ajir dapat menaikkan produksi buah cabai sampai 48% dan dapat mengurangi serangan

hama dan penyakit (Prajanata, 2006)

d. Pupuk

Pengertian

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk

mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi

dengan baik. Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang

diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti

hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Dalam pemilihan pupuk

perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis unsur hara yang dikandungnya, serta

manfaat dari berbagai unsur hara pembentuk pupuk tersebut. Pemberian pupuk harus

sesuai dengan kebutuhan tumbuhan, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat

makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi

tumbuhan (Anonim, 2011 c).

Penggolongan pupuk

Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui

proses pembusukan (Dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk

kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk

kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan

unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai

dengan namanya, kandungan bahan organik pupuk ini termasuk tinggi (Anonim, 2011

d). Pupuk an-organik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik

dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase kandungan

hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat

dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis

unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro

primer, misalnya urea hanya mengandung unsur nitrogen (Saraswati, 2011).

Pemupukan Pada Tanaman Cabai

Keberhasilan budidaya cabai merah selama ini tidak lain karena dukungan program

intensifikasi seperti penggunaan pupuk yang tepat, pengendalian hama dan penyakit,

dan adopsi teknologi-teknologi baru. Disamping itu, peningkatan jumlah produksi cabai

7

Page 8: Studi lapangan cabe

merah sangat dipengaruhi oleh penggunaan kultivar-kultivar yang tahan dengan daya

hasil yang tinggi. Namun demikian agar tetap berproduksi tinggi tanaman cabai merah

tetap membutuhkan pasokan unsur hara yang tinggi bagi pertumbuhan dan

perkembangannya (Suryanto, 2011). Berikut beberapa tahapan dalam pemupukan

tanaman cabai merah.

Waktu Pemberian Pupuk

Pupuk organik seperti SP 36 dan KCL diberikan seluruhnya sebagi pupuk dasar, yaitu

satu hari sebelum tanam. Untuk pupuk-pupuk seperti Urea dan ZA diberikan secara

bertahap. Setengah bagian diberika sebagai pupuk susulan pertama yaitu 14 hari setelah

tanam. Setengah sisanya diberikan sebagai pupuk susulan kedua, yaitu pada 28 hari

setelah tanam (Anonim, 2011 e).

Pupuk Dasar dan Pupuk Susulan

Pupuk dasar diberikan dengan cara ditabur secara merata dan kemudian dicampur tanah.

Pupuk susulan baik pertama maupun kedua diberikan dengan cara diletakkan dalam

tugal yang dibuat sedalam 5-10 cm dengan jarak 10 – 15 cm di kiri kanan tanaman atau

barisan tanaman. Pupuk dasar diberikan pada awal proses penanaman (Anonim, 2011

c).

Pupuk Pelengkap

Pupuk pelengkap cair diberikan 4 kali dengan dosis 1.25 cc/liter air atau 6,25 cc/500

liter air setiap kali penyemprotan. Tahap pertama diberikan pada 20 hari setelah tanam

(HST), tahap kedua diberikan pada pada 30 HST dan tahap ketiga di berikan pada 40

HST, serta tahap keempat diberikan pada 40 HST.

8

Page 9: Studi lapangan cabe

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan

percobaan di lapangan.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan

Acak Kelompok (Randomized Block Design) yang terdiri dari 5 kombinasi perlakuan

yaitu:

K1 = 0,5 kg Bio-Sllurry/tanaman setara dengan 20 ton/ha + 0 gr Urea/tanaman,

0 gr TSP/tanaman dan 0 gr KCL/tanaman setara dengan 0 kg/ha Urea, 0 kg/ha

TSP dan 0 kg/ha KCL

K2 = 0,38 kg Bio-Sllurry/tanaman setara 15 ton/ha + 0,94 gr Urea/tanaman, 0,63

gr TSP/tanaman dan 6,3 gr KCL/tanaman setara dengan 37,5 kg/ha Urea, 25

kg/ha TSP dan 25 kg/ha KCL

K3= 0,25 kg Bio-Sllurry/tanaman setara dengan 10 ton/ha + 1,88 gr

Urea/tanaman, 1,25 gr TSP/tanaman dan 1,25 gr KCL/tanaman setara dengan 75

kg/ha Urea, 50 kg/ha TSP dan 50 kg/ha KCL

K4= 0,13 kg Bio-Sllurry/tanaman setara dengan 5 ton/ha + 2,81 gr

Urea/tanaman, 1,88 gr TSP/tanaman dan 1,88 gr KCL/tanaman K setara dengan

112,5 kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan 75 kg/ha KCL

K5= 0 kg Bio-Sllurry/tanaman setara dengan 0 ton/ha + 3,75 gr Urea/tanaman,

2,5 gr TSP/tanaman dan 2,5 gr KCL/tanaman setara dengan 150 kg/ha Urea, 100

kg/ha TSP dan 100 kg/ha KCL

Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak lima kali sehingga seluruh

percobaan menjadi 25 petak percobaan.

B. Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis keragaman (Analisis of

Variance) pada taraf nyata 5%. Beda nyata antar perlakuan diuji lanjut dengan Uji Beda

Nyata Jujur (BNJ) pada taraf nyata yang sama.

C. Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini akan dilaksanakan di Desa Sari Mulyo Kecamatan Kabangka Kabupaten

Muna di lahan sawah milik petani. Mulai dari Bulan April – Mei 2013

9

Page 10: Studi lapangan cabe

D. Pelaksanaan Percobaan

Persiapan Benih

Benih yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benih cabai merah. Sebelum

disemai benih direndam dengan menggunakan air hangat dengan suhu ± 50 0C selama 1

jam dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan benih Cabai. Kemudian air

rendaman biji dibuang. Biji dimasukkan kedalam lubang tray yang telah diisi media

semai dan sudah disemprot dengan pestisida nabati.

Persemaian

Media persemaian yang akan digunakan adalah pupuk kandang sapi + pasir + tanah

yang telah diayak dengan perbandingan 1:1:1 dicampur merata dan dimasukan ke dalam

bak semai/seedling/ tray. Setelah media semai dimasukkan ke dalam tray kemudian

disemprot dengan menggunkan pestisida nabati yang dibuat dari daun Imbe. Benih

dimasukan ke dalam lubang dengan jumlah satu biji per lubang. Tray ditempatkan di

rumah semai atau atap peneduh yang telah dibuatkan terlebih dahulu dari atap plastik.

Persiapan Pupuk

Bio-Sllurry diambil dari tempat penampungan milik petani. Sllurry yang diambil adalah

sllurry yang sudah jadi dengan cirri-ciri tidak memiliki bau dan gas-gas metananya

sudah hilang. Sllurry kemudian dipisahkan antara padatan dan cairan. Sllurry padat

dapat diaplikasikan melalui tanah dengan cara dibenamkan atau disebar. Sedangkan

sllurry cair dapat diaplikasikan dengan cara penyemprotan atau penyiraman. Sebelum

Bio-sllurry diaplikasikan pada tanaman maka harus diketahui C/N ratio dari Sllurry

tersebut. C/N ratio yang baik bagi tanaman berkisar anatar 8-20. Untuk mengetahui

berapa kandungan C/N ratio dari Bio-Sllurry yang digunakan maka dilakukan anlisis di

laboratorium.

Sllurry yang siap pakai kemudian ditimbang atau diukur sesuai dengan kebutuhan

pertanamannya. Setelah ukuran didapat Sllurry kemudian disebar pada bedengan yang

telah disiapkan sebelumnya.

Pembuatan Bedengan

Lahan yang akan digunakan untuk penanaman dibersihkan kemudian dilakukan

pengolahan lahan dengan cara dibajak. Bedengan dibuat sebanyak 30 petak dibagi

dalam 3 blok. Bedengan dibuat dengan tinggi 20 cm. Jarak antar bedengan dalam satu

blok yaitu 50 cm. Ukuran bedengan adalah 4m x 1m. Jarak antar blok 100 cm dengan

arah blok bedengan adalah timur-barat.

Penanaman

Penanaman dilakukan 3-4 minggu setelah persemaian atau bibit tanaman cabai merah

rata-rata mempunyai jumlah daun 4 helai. Setiap bedengan terdiri dari 3 baris tanaman,

10

Page 11: Studi lapangan cabe

dimana setiap baris terdiri dari 10 tanaman sehingga pada setiap bedengan terdapat 30

tanaman.

a. Pembuatan lubang tanam

Pembuatan lubang tanam dilakukan menggunakan kaleng bekas dengan diameter

lingkaran 10 cm. Kedalaman lubang tanam adalah 10 cm dari permukaan bedengan.

b. Penentuan jarak tanam

Jarak tanam yang digunakan adalah 50 cm antar baris dan 50 cm antar tanaman dalam

baris. ini bertujuan untuk memperlancar sirkulasi udara dan sinar matahari sehingga

kelembaban bisa ditekan dan penyakit tidak mudah berkembang.

Pemasangan Ajir

Pemasangan ajir pada penelitian ini menggunakan sistem posisi ajir tegak. Ajir terbuat

dari bilah bambu dengan panjang 150 cm. Ajir dipasang 2 minggu setelah penanaman

dilakukan.

Pemeliharaan

Penyiraman: Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari sampai tanaman berumur 2

minggu setelah tanam.

Pemupukan: Pemberian pupuk sebanyak 20 ton/ha pupuk kandang atau 15 kg/bedeng,

150 kg/ha pupuk urea atau 3,75 g/tanaman, 100 kg/ha pupuk TSP atau 2,5 g/tanaman,

dan 100 kg/ha pupuk KCl atau 2.5 g/tanaman. Pupuk diberikan dengan dua cara yaitu:

dengan cara ditugal/ditanam disekitar batang tanaman dan dengan cara disebar merata

pada bedengan. Pupuk sllurry diberikan satu minggu sebelum tanam sedangkan untuk

pupuk seperti TSP dan KCL diberikan satu hari sebelum tanamam. Pupuk urea

diberikan dengan dua tahapan yaitu tahap pertama pada saat tanaman berumur 14 hari

dan tahap kedua saat tanaman berumur 28 hari.

a. Penyulaman: Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam pada tanaman-

tanaman yang mati atau pertumbuhanya kurang baik diganti dengan bibit baru

yang telah disiapkan.

b. Perompesan: Perompesan dilakukan dengan tujuan memperoleh buah yang

berkualitas baik dan mencegah terjadinya penyakit. Perompesan dilakukan pada

tunas-tunas muda yang tumbuh di ketiak cabang/batang.

c. Pembubunan: Pembubunan dilakukan jika tanah disekitar perakaran atau batang

bawah tanaman cabai berkurang akibat air hujan ataupun karena penyiraman.

d. Sanitasi kebun: salah satu perawatan yang juga harus dilakukan adalah menjaga

sanitasi kebun, meliputi penjagaan areal kebersihan kebun. Sanitasi kebun

dilakukan dengan membuang daun, buah dan batang tunas hasil perampelan.

11

Page 12: Studi lapangan cabe

e. Pengendalian hama dan penyakit: Pengendalian hama dan penyakit tanaman

dapat dilakukan dengan memberika pestisida nabati yang berasal dari daun imbe

dengan cara penyemprotan secara teratur. Usaha lain adalah menyiangi

kemungkinan adanya gulma serta pengawasan secara rutin dan berkala terhadap

tanaman, sehingga ketika gejala hama dan penyakit menyerang, dapat sedini

mungkin teratasi.

Pemanenan

Panen pertama akan dilakukan setelah buah cabai menunjukan kematangan dengan

kriteria matang 80-90 % dan pemetikan dilakukan pada pagi atau sore hari untuk

mengurangi penyusutan kuantitas dan kandungan gizi buah.

Pengamatan

1. Penentuan Tanaman Sampel

Dalam satu petak terdapat 30 tanaman. Dalam setiap petak perlakuan ditentukan 5

tanaman sampel. Tanaman sampel ditentukan secara acak pada masing-masing petak

dengan system sistematis randem sampling. Dimana yang diacak hanya tanaman

pertaman pada tiap bedengan. Baru kemudian tanaman sampel berikutnya ditentukan

selang tiga tanaman dari tanaman pertama dan seterusnya untuk sampel berikutnya.

2. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah: tinggi tanaman, jumlah daun, umur

tanaman saat berbunga, jumlah cabang produktif, umur tanaman saat berbuah, persen

bunga menjadi buah, berat buah per buah, berat buah per petak, berat buah per tanaman,

jumlah buah pertanaman, berat kering tanaman, Panjang Buah dan diameter buah.

Cara Pengamatan

a. Tinggi tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur batang utama

tanaman dari atas permukaan media tumbuh sampai titik tumbuh tertinggi.

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sejak tanaman berumur 7, 14, 21, 28, 35,

42, dan 49 hari setelah tanam.

b. Jumlah daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan pada umur 7, 14, 21, 28, 35, 42, dan 49 hari

setelah tanam. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun tanaman.

c. Umur tanaman Saat Berbunga (hst)

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung umur tanaman dari saat tanam

sampai tanaman membentuk bunga pada masing-masing petak perlakuan.

d. Jumlah Cabang Produktif

12

Page 13: Studi lapangan cabe

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah cabang tanaman yang

menghasilkan bunga dan buah. Pengamatan dilakukan saat tanaman berumur 9

minggu setelah tanam atau tanaman telah mulai barbunga.

e. Umur tanaman saat berbuah (hst)

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung umur tanaman dari saat tanam

sampai tanaman telah menunjukan 50% populasi berbuah pada masing-masing

petak perlakuan.

f. Jumlah buah pertanaman

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah buah pada setiap

tanaman sampel. Pengamatan dilakukan pada saat pemanenan.

g. Berat buah perbuah

Pengamatan dilakukan dengan menimbang berat buah per buah pada tanaman

sampel.

h. Berat buah perpetak

Pengamatan dilakukan dengan menimbang berat buah per petak perlakuan setiap

kali panen.

i. Persentase bunga menjadi buah

Pengamatan dilakukan pada saat pembungaan dan pembuahan. Pengamatan

dilakukan dengan menghitung jumlah bunga yang terbentuk dan menghitung

buah yang tebentuk. Untuk menghitung persentase bunga menjdi buah ini dapat

menggunakan rumus

bunga menjadi buah= (jumlah buah)/(jumlah bunga ) x100%

j. Berat Kering tanaman

Pengamatan dilakukan dengan menimbang berangkasan kering tanaman sampel

setelah dikering oven pada suhu 700C sampai mencapai berat konstan.

Pengamatan dilakukan setelah panen terakhir dengan cara mengoven semua

bagian tanaman. Sebelum dioven batang tanaman cabai dipotong menjadi

ukuran yang lebih kecil agar mudah dalam pembungkusannya.

k. Diameter buah (cm)

Setelah buah dipanen dilakukan pengukuran diameter buah menggunakan jangka

sorong. Pengukuran buah dilakukan pada tanaman sampel dengan mengukur

lingkaran buah yang paling lebar.

l. Panjang buah (cm)

Setelah buah dipanen dilakukan pengukuran terhadap panjang buah

menggunakan mistar atau penggaris. Pengukuran panjang buah dilakukan pada

buah tanaman sampel dengan mengukur ujung bawah buah samapai.

13

Page 14: Studi lapangan cabe

E. Bahan dan Alat Percobaan

a. Bahan Percobaan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Cabai Merah,

air, tanah, pasir, sllurry biogas, Pupuk Urea, TSP, KCL, pestisida nabati.

b. Alat percobaan

Alat yang digunakan adalah, trey (bak semai), pisau, mulsa plastik hitam perak,

kawat bendrat, cangkul, sabit, ajir bambu, alat penyemprot, gembor, penggaris,

jangka sorong, tali rafia, sekop, sapu lidi, gunting pangkas, gayung, sabit, dan

alat tulis menulis.

14

Page 15: Studi lapangan cabe

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Persiapan Benih

Benih yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benih cabai merah. Sebelum

disemai benih direndam dengan menggunakan air hangat dengan suhu ± 50 0C selama 1

jam dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan benih Cabai. Kemudian air

rendaman biji dibuang. Biji dimasukkan kedalam lubang tray yang telah diisi media

semai dan sudah disemprot dengan pestisida nabati.

Persemaian

Media persemaian yang akan digunakan adalah pupuk kandang sapi + pasir + tanah

yang telah diayak dengan perbandingan 1:1:1 dicampur merata dan dimasukan ke dalam

bak semai/seedling/ tray. Setelah media semai dimasukkan ke dalam tray kemudian

disemprot dengan menggunkan pestisida nabati yang dibuat dari daun Imbe. Benih

dimasukan ke dalam lubang dengan jumlah satu biji per lubang. Tray ditempatkan di

rumah semai atau atap peneduh yang telah dibuatkan terlebih dahulu dari atap plastik.

Persiapan Pupuk

Bio-Sllurry diambil dari tempat penampungan milik petani. Sllurry yang diambil adalah

sllurry yang sudah jadi dengan cirri-ciri tidak memiliki bau dan gas-gas metananya

sudah hilang. Sllurry kemudian dipisahkan antara padatan dan cairan. Sllurry padat

dapat diaplikasikan melalui tanah dengan cara dibenamkan atau disebar. Sedangkan

sllurry cair dapat diaplikasikan dengan cara penyemprotan atau penyiraman. Sebelum

Bio-sllurry diaplikasikan pada tanaman maka harus diketahui C/N ratio dari Sllurry

tersebut. C/N ratio yang baik bagi tanaman berkisar anatar 8-20. Untuk mengetahui

berapa kandungan C/N ratio dari Bio-Sllurry yang digunakan maka dilakukan anlisis di

laboratorium.

Sllurry yang siap pakai kemudian ditimbang atau diukur sesuai dengan kebutuhan

pertanamannya. Setelah ukuran didapat Sllurry kemudian disebar pada bedengan yang

telah disiapkan sebelumnya.

Pembuatan Bedengan

Lahan yang akan digunakan untuk penanaman dibersihkan kemudian dilakukan

pengolahan lahan dengan cara dibajak. Bedengan dibuat sebanyak 30 petak dibagi

dalam 3 blok. Bedengan dibuat dengan tinggi 20 cm. Jarak antar bedengan dalam satu

blok yaitu 50 cm. Ukuran bedengan adalah 4m x 1m. Jarak antar blok 100 cm dengan

arah blok bedengan adalah timur-barat.

15

Page 16: Studi lapangan cabe

Penanaman

Penanaman dilakukan 3-4 minggu setelah persemaian atau bibit tanaman cabai merah

rata-rata mempunyai jumlah daun 4 helai. Setiap bedengan terdiri dari 3 baris tanaman,

dimana setiap baris terdiri dari 10 tanaman sehingga pada setiap bedengan terdapat 30

tanaman.

c. Pembuatan lubang tanam

Pembuatan lubang tanam dilakukan menggunakan kaleng bekas dengan diameter

lingkaran 10 cm. Kedalaman lubang tanam adalah 10 cm dari permukaan bedengan.

d. Penentuan jarak tanam

Jarak tanam yang digunakan adalah 50 cm antar baris dan 50 cm antar tanaman dalam

baris. ini bertujuan untuk memperlancar sirkulasi udara dan sinar matahari sehingga

kelembaban bisa ditekan dan penyakit tidak mudah berkembang.

Pemasangan Ajir

Pemasangan ajir pada penelitian ini menggunakan sistem posisi ajir tegak. Ajir terbuat

dari bilah bambu dengan panjang 150 cm. Ajir dipasang 2 minggu setelah penanaman

dilakukan.

Pemeliharaan

Penyiraman: Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari sampai tanaman berumur 2

minggu setelah tanam.

Pemupukan: Pemberian pupuk sebanyak 20 ton/ha pupuk kandang atau 15 kg/bedeng,

150 kg/ha pupuk urea atau 3,75 g/tanaman, 100 kg/ha pupuk TSP atau 2,5 g/tanaman,

dan 100 kg/ha pupuk KCl atau 2.5 g/tanaman. Pupuk diberikan dengan dua cara yaitu:

dengan cara ditugal/ditanam disekitar batang tanaman dan dengan cara disebar merata

pada bedengan. Pupuk sllurry diberikan satu minggu sebelum tanam sedangkan untuk

pupuk seperti TSP dan KCL diberikan satu hari sebelum tanamam. Pupuk urea

diberikan dengan dua tahapan yaitu tahap pertama pada saat tanaman berumur 14 hari

dan tahap kedua saat tanaman berumur 28 hari.

B. SARAN

makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang

sifatnya membangun sangat kami harapkan.

16

Page 17: Studi lapangan cabe

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011 a. Budidaya Cabai Merah. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/

909. 1 h. (15 Januari 2011)

.2011b. Membudidayaka Tanaman Cabai.

http://tipspetani.blogspot.com/2010/04. 1 ha (20 januari 2011)

.2011c. Jenis – Jenis Pupuk Dan Cara Aplikasinya.

http://eone87.wordpress.com/2010/04/03/. 3h (15 Januari 2011).

.2011d. Pupuk Organik Sebagai Jembatan Pertanian Berkelanjutan.

http://www.ipb.ac.id/ edit.pdf. 7ha.(15 Januari 2011).

.2011e. Nutrisi Tanaman. http://berasorganikmerden.wordpress.com/2010/07/01.

2 ha. (19 Januari 2011)

17

Page 18: Studi lapangan cabe

TUGAS : KO-KURIKULER

FILD STADY BUDIDAYA CABAI

DI DESA SARI MULYO KECAMATAN KABANGKA

KABUPATEN MUNA

DISUSUN OLEH :

NAMA : ALIMUDIN

STAMBUK : 21208251

PRODI :ILMU

PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI2013

KATA PENGANTAR

18

Page 19: Studi lapangan cabe

Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah

SWT  yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari fild stady ini belum dapat

dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta

salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana

Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan

sampai kepada kita selaku umatnya.

fild stady ini penulis membahas mengenai “BUDIDAYA CABAI”, dengan makalah ini

penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.

Raha, Juli 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

19

Page 20: Studi lapangan cabe

Kata Pengantar......................................................................................................... i   

Daftar Isi................................................................................................................. ii    

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. Latar Belakang.............................................................................................. 1

B. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian................................................................ 3

C. Kegunaan Penelitian...................................................................................... 3

D. Hipotesis....................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 4

1. Tanaman Cabai........................................................................................... 4

2. Keadaan Iklim............................................................................................... 5

3. Suhu Udara................................................................................................... 5

4. Tanah............................................................................................................. 5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................. 8

A. Metode Penelitian......................................................................................... 9

B. Analisa Data............................................................................................... 9

C. Tempat Dan Waktu Percobaan.................................................................... 9

D. pelaksanaan percobaan................................................................................ 10

E. Bahan Dan Alat Percobaan........................................................................... 12

BAB IV PENUTUP................................................................................................. 15

A. Kesimpulan................................................................................................... 15

B. Saran............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 17

20