makalah budidaya cabe
-
Upload
tini-manikstuppakk-imoutz -
Category
Documents
-
view
89 -
download
4
description
Transcript of makalah budidaya cabe
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tingkat kematian maternal di negara-negara maju berkisar antara 5-10 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara berkembang berkisar antara 750-1000 per 100.000
kelahiran hidup (Wiknjosastro, 2005:23).
Angka kemaian ibu (AKI) di Indonesia tahun 1994 masih tinggi dibandingkan negara-
negara di ASEAN yaitu sebesar 390/100.000 Kelahiran hidip, tahun 1995 menurun menjadi
373/100.000 Kekahiran hidup. (SDKI 1995). Sedangkan angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi baru lahir (AKBBL) di Indonesia saat ini masih tinggi dibandingkn international
Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) merupakan penyebab terbesar persalinan
prematur. KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan,dan
ditunggu 1 jam dimulainya tanda persalinan. Kejadian KPSW mendekati 10% dari semua
persalinan, pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu kejadiannya sekitar 4%.
(Manuaba,1998:229). Adapun penyebab KPSW ini belum diketahui secara pasti namun
kemungkinan yang menjadi faktor presdisposisi adalah infeksi, kelainan letak janin, faktor
golongan darah, faktor multi graviditas/paritas, merokok, perdarahan antepartum,difisiensi gizi
dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C). (File://E:/P/ketuban pecah dini html). Sedangkan
menurut manuaba 1998, penyebab dari KPSW yaitu ketegangan rahim yang berlebihan, kelainan
letak janin dalam rahim, kesempitan panggul, kelainan bawaan dari selaput ketuban, dan infeksi.
Namun, berdasarkan forum diskusi tentang penyebab KPSW salah satunya dikarenakan
kelelahan ibu dalam bekerja. ([email protected]).
11
1.2 Tujuan
1.2.1Tujuan Umum
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada GII P1 Ab0 UK 36-37 minggu Aterm, tunggal,
hidup, intrauterin dengan Ketuban Pecah Dini / Ketuban Pecah sebelum waktunya diharapkan
mahasiswa dapat menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengumpulan data dan pengkajian data
b. Melakukan identifikasi diagnosa dan masalah
c. Melakukan antisipasi masalah potensial
d. Mengidentifikasikan kebutuhan segera
e. Melakukan intervensi
f. Melakukan implementasi
g. Melakukan evaluasi
11
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Ada teori yang menghitung berapa jam sebelum in partu, misalnya 2 atau 4 atau 6 jam
sebelum in partu. Ada juga yang menyatakan dalam ukuran pembukaan serviks pada kala I,
misalnya ketuban yang pecah sebelum pembukaan serviks 3 cm atau 5 cm, dan sebagainya.
Prinsipnya adalah ketuban yang pecah “sebelum waktunya”. Normal selaput ketuban pecah pada
akhir kala I atau awal kala II persalinan. Bisa juga belum pecah sampai saat mengedan, sehingga
kadang perlu dipecahkan (amniotomi).
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari
semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan
penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.
2.2 Etiologi
1. Penyebab dari KPD tidak atau masih belum diketahui secara jelas maka usaha preventif
tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi.
2. Adanya hipermotilitas yang sudah lama terjadi sebelum terjadinya KPD
3. Selaput ketuban tipis (kelainan ketuban)
4. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)
5. Faktor – factor lain yang merupakan predisposisi (multipara, malposisi, disproporsi,
cervikin kompeten)
6. Ketuban pecah dini artificial (amniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini
7. Inkompetensi serviks : kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada
servik uteri
8. Infeksi vagina/serviks
11
9. Kehamilan gand
2.3 Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma
air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau
berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat”
kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
2.4 Diagnosa
Secara klinik diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar dibuat anamnesa pada klien dengan
keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda yang khas sudah dapat menilai itu mengarah ke
ketuban pecah dini. Untuk menentukan betul tidaknya ketuban pecah dini bisa dilakukan dengan
cara :
o Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa (lemak putih)
rambut lanugo atau (bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi bau
o Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari
kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat cairan ketuban pada
forniks posterior
o USG : volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion
o Terdapat infeksi genital (sistemik)
o Gejala chorioamnionitis
Maternal : Demam (dan takikardi), uterine tenderness, cairan amnion yang keruh dan berbau,
leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit esterase (LEA) meningkat, kultur
darah/urin
Fetal : takikardi, kardiotokografi, profilbiofisik, volume cairan ketuban berkurang
11
Cairan amnion : Tes cairan amnion, diantaranya dengan kultur/gram stain, fetal fibronectin,
glukosa, leukosit esterase (LEA) dan sitokin.
Jika terjadi chorioamnionitis maka angka mortalitas neonatal 4x lebih besar, angka
respiratory distress, neonatal sepsis dan pardarahan intraventrikuler 3x lebih besar
Dilakukan tes valsava, tes nitrazin dan tes fern
Normal pH cairan vagina 4,5-5,5 dan normal pH cairan amnion 7,0-7,5
Dilakukan uji kertas lakmus/nitrazine test
Jadi biru (basa) : air ketuban
Jadi merah (asam) : air kencing
Diagnosa banding
Gejala dan tanda selalu
ada
Gejala dan tanda kadang-
kadang ada
Diagnosis
kemungkinan
Keluar cairan ketuban -Ketuban pecah tiba-tiba
-Cairan tanpa diintroitus
-Tidak ada his dalam 1 jam
Ketuban pecah
dini
- Cairan vagina berbau
- Demam/menggigil
- Nyeri perut
-Riwayat keluarnya cairan
-Uterus nyeri
-Denyut jantung janin cepat
-Perdarahan pervaginam
sedikit
Amnionitis
- Cairan vagina berbau
- Tidak ada riwayat
ketuban pecah
-Gatal
-Keputihan
-Nyeri perut
-Perdarahan pervaginam
sedikit
Infeksi Vaginitisf
Servicitis
Cairan vagina berdarah -Nyeri perut Perdarahan
11
-Gerakan janin berkurang
-Perdarahan banyak
antepartum
Cairan berupa darah
lender
-Pembukaan servik
-Pendataran servik
-Ada his
Awal persalinan
2.5 Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah
sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat
pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian
prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru
merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir
100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
1. Pada anak :
IUFD
Asfiksia
prematuritas
2. Pada ibu
Partus lama dan infeksi
Atonia uteri
Perdarahan post partum / infeksi masa nifas
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi
intrauterine
11
Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS dan
melahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk
memperkecil resiko infeksi intrauterine
Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian antibiotik dan
cegah infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis, pematangan paru,
amnioinfusi, epitelisasi (vit C dan trace element, masih kontroversi), fetal and maternal
monitoring. Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan sectio
caesarea (SC) atau pun partus pervaginam
Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah langkah
konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi
ibu dan janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu dan tempat perawatan,
fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status imunologi ibu dan kemampuan finansial
keluarga.
Untuk usia kehamilan <37 minggu dilakukan penanganan konservatif dengan
mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan matur.
Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih lakukan terminasi dan pemberian profilaksis
streptokokkus grup B. Untuk kehamilan 34-36 minggu lakukan penatalaksanaan sama
halnya dengan aterm
Untuk usia kehamilan 32-33 minggu lengkap lakukan tindakan konservatif/expectant
management kecuali jika paru-paru sudah matur (maka perlu dilakukan tes pematangan
paru), profilaksis streptokokkus grup B, pemberian kortikosteroid (belum ada konsensus
namun direkomendasikan oleh para ahli), pemberian antibiotik selama fase laten.
Untuk previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu lengkap) lakukan tindakan
konservatif, pemberian profilaksis streptokokkus grup B, single-course kortikosteroid,
tokolisis (belum ada konsensus) dan pemberian antibiotik selama fase laten (jika tidak
ada kontraindikasi)
Untuk non viable preterm (usia kehamilan <24 minggu), lakukan koseling pasien dan
keluarga, lakukan tindakan konservatif atau induksi persalinan, tidak direkomendasikan
profilaksis streptokokkus grup B dan kortikosteroid, pemberian antibiotik tidak
dianjurkan karena belum ada data untuk pemberian yang lama)
11
Rekomendasi klinik untuk PROM, yaitu pemberian antibiotik karena periode fase laten
yang panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu (untuk mencegah
terjadinya resiko perdarahan intraventrikuler, respiratory distress syndrome dan
necrotizing examinations),tidak boleh dilakukan digital cervical examinations jadi
pilihannya adalah dengan spekulum, tokolisis untuk jangka waktu yang lama tidak
diindikasikan sedangkan untuk jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk
memungkinkan pemberian kortikosteroid, antibiotik dan transportasi maternal, pemberian
kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian multiple course tidak direkomendasikan
Pematangan paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu deksametason 2×6
mg (2 hari) atau betametason 1×12 mg (2 hari)
Agentokolisis yaitu B2 agonis (terbutalin, ritodrine), calsium antagonis (nifedipine),
prostaglandin sintase inhibitor (indometasin), magnesium sulfat, oksitosin antagonis
(atosiban)
Tindakan epitelisasi masih kotroversial, walaupun vitamin C dan trace element terbukti
berhubungan dengan terjadinya
ketuban pecah terutama dalam metabolisme kolagen untuk maintenance integritas
membran korio-amniotik, namun tidak terbukti menimbulkan epitelisasi lagi setelah
terjadi PROM
Tindakan terminasi dilakukan jika terdapat tanda-tanda chorioamnionitis, terdapat tanda-
tanda kompresi tali pusat/janin (fetal distress) dan pertimbangan antara usia kehamilan,
lamanya ketuban pecah dan resiko menunda persalinan
KPD pada kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik eritromisin 3×250
mg, amoksisillin 3×500 mg dan kortikosteroid
KPD pada kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6 jam) berikan
ampisillin 2×1 gr IV dan penisillin G 4×2 juta IU, jika serviks matang lakukan induksi
persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC
KPD dengan infeksi (kehamilan <37 ataupun > 37 minggu), berikan antibiotik ampisillin
4×2 gr IV, gentamisin 5 mg/KgBB, jika serviks matang lakukan induksi persalinan
dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC
11
2.7 Poligohidramnion
A. Pengertian
Polihidramnion atau disebut juga dengan hidramnion adalah keadaan dimana air ketuban
melebihi 2000 ml. Hidramnion akut adalah penambahan air ketuban secara mendadak dan cept
dalam beberapa hari, biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke 5 dan ke 6.
Hidramnion kronis adalah penambahan air ketuban secara perlahan-lahan, biasanya terjadi
pada kehamilan lanjut. Diagnosis pasti bisa didapatkan dari pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Insidensi hidramnion adalah 1% dari semua kehamilan. Biggio dkk (1999) melaporkan dari
Alabama, insisden hidramnion 1% diantara lebih dari 36.000 kehamilan.
B. Etiologi
Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas. Pada banyak kasus
hidramnion berhubungan dengan kelainan malformasi janin, khususnya kelainan sistem syaraf
pusat dan traktus gastrointestinal. Namun secara teori, hidramnion bisa terjadi karena :
1. Produksi air ketuban bertambah
Diduga air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion, tetapi air ketuban dapat bertambah
cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing janin dan cairan otak
anensefalus.
Naeye dan Blanc (1972) mengidentifikasi dilatasi tubulus ginjal, bladder (vesica urinaria)
ukuran besar, akan meningkatkan output urine pada awal periode pertumbuhan fetus, hal inilah
yang meningkatkan produksi urine fetus yang mengakibatkan hidramnion.
2. Pengaliran air ketuban terganggu
Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu
cara pengeluaran adalah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta
11
untuk akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban ini akan terganggu bila
janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esofagus dan anensefalus.
Damato dan koleganya (1993) melaporkan bahwa dari 105 wanita yang diteliti cairan
amnionnya, ditemukan hampir 65% dinyatakan hidramnion. Ada 47 orang hamil tunggal dengan
satu atau lebih mengalami kelainan kongenital. Diantaranya kelainan gastrointestinal, sistem
syaraf pusat, thorax, skeletal, kelainan kromosom (2 janin mempunyai trisomi 18—Edward
syndrome dan dua janin dengan trisomi 21—Down syndrome), dan kelainan jantung. 19 orang
wanita hamil kembar. Hidramnion berhubungan dengan kehamilan kembar monozigotik,
hipotesis telah dibuktikan bahwa salah satu fetus menguasai satu bagian sirkulasi dari janin
lainnya, dimana fetus yang satu ini mengalami cardiac hypertrofi dan produksi output urine yang
meningkat.
C. Tanda dan gejala
1. Pembesaran uterus, lingkar abdomen dan tinggi fundus uteri jauh melebihi ukuran yang
diperirakan untuk usia kehamilan
2. Dinding uterus tegang sehingga pada auskultasi bunyi detak jantung janin sulit atau tidak
terdengar dan pada palpasi bagian kecil dan besar tubuh janin sulit ditentukan.
3. Masalah-masalah mekanis. Apabila polihidramnion berat, akan timbul dispnea, edema
pada vulva dan ekstremitas bawah; nyeri tekan pada punggung, abdomen dan paha; nyeri
ulu hati, mual dan muntah
4. Letak janin sering berubah (letak janin tidak stabil) (Helen Varney, 2006: 634)
D. Diagnosis
1. Anamnesis
Perut terasa lebih besar dan lebih berat dari biasa
Sesak nafas, beberapa ibu mengalami sesak nafas berat, pada kasus ekstrim ibu hanya
bisa bernafas bila berdiri tegak
Nyeri ulu hati dan sianosis
Nyeri perut karena tegangnya uterus
11
Oliguria. Kasus sangat jarang terjadi. Hal ini terjadi karena urethra mengalami obstruksi
akibat uterus yang membesar melebihi kehamilan normal.
2. Inspeksi
Perut terlihat sangat buncit dan tegang, kulit perut mengkilat, retak-retak kulit jelas dan
kadang-kadang umbilikus mendatar
Ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah karena kehamilannya
Edema pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Hal ini terjadi karena kompresi terhadap
sebagian besar sistem pembuluh darah balik (vena) akibat uterus yang terlalu besar
3. Palpasi
Perut tegang dan nyeri tekan
Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan sesungguhnya
Bagian-bagian janin sukar dikenali
4. Auskultasi
Denyut jantung janin sukar didengar
5. Pemeriksaan penunjang
Foto rontgen (bahaya radiasi)
Ultrasonografi
Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila index cairan amnion (ICA) melebihi 24-25 cm
pada pemeriksaan USG.
Dari pemeriksaan USG, hidramnion terbagi menjadi :
o Mild hydramnion (hidramnion ringan), bila kantung amnion mencapai 8-11 cm dalam
dimensi vertikal. Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang terjadi.
o Moderate hydramnion (hidramnion sedang), bila kantung amnion mencapai 12-15 cm
dalamnya. Insiden sebesar 15%.
o Severe hydramnion (hidramnion berat), bila janin ditemukan berenang dengan bebas dalam
kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar. Insiden sebesar 5%
11
Diagnosa banding
1. Gemelli (kembar)
2. Asites (pengumpulan cairan serosa dalam rongga perut)
3. Kista ovarium
4. Kehamilan dengan tumor
E. Komplikasi
1. Janin
Kelainan congenital
Prematuritas
Prolapsus tali pusat
2. Ibu
Solusio plasenta
Atonia uteri
Perdarahan postpartum
Syok
Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar
F. Penatalaksanaan
1. Pada masa hamil
Pada hidramnion ringan tidak perlu pengobatan khusus. Hidramnion sedang dengan
beberapa ketidaknyamanan biasanya dapat diatasi, tidak perlu intervensi sampai persalinan atau
sampai selaput membran pecah spontan. Jika terjadi sesak nafas atau nyeri pada abdomen, terapi
khusus diperlukan. Bed rest, diuretik dan air serta diet rendah garam sangat efektif. Terapi
indomethacin biasa digunakan untuk mengatasi gejala-gejala yang timbul menyertai hidramnion.
Kramer dan koleganya (1994) melalui beberapa hasil penelitiannya membuktikan bahwa
indomethacin mengurangi produksi cairan dalam paru-paru atau meningkatkan absorpsi,
menurunkan produksi urine fetus dan meningkatkan sirkulasi cairan dalam membran amnion.
Dosis yang boleh diberikan 1,5-3 mg/Kg per hari. Tetapi pada hidramnion berat maka penderita
harus dirawat dan bila keluhan terlalu hebat dapat dilakukan amniosentesis (pengambilan sampel
11
cairan ketuban melalui dinding abdomen). Prinsip dilakukan amniosintesis adalah untuk
mengurangi distress pada ibu. Selain itu, cairan amnion juga bisa di tes untuk memprediksi
kematangan paru-paru janin.
2. Pada masa persalinan
Bila tidak ada hal-hal yang mendesak maka sikap kita adalah menunggu. Jika pada waktu
pemeriksaan dalam ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir
keluar dengan deras, masukanlah tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air
ketuban keluar pelan-pelan. Maksudnya adalah supaya tidak terjadi solusio plasenta, syok karena
tiba-tiba perut kosong atau perdarahan postpartum karena atonia uteri.
3. Pada masa nifas
Observasi perdarahan postpartus. Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum,
jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan dan transfuse darah serta sediakan obat
uterotronika. Untuk berjaga-jaga pasanglah infuse untuk pertolongan perdarahan post partum
Jika perdarahan b. nyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari infeksi
berikan antibiotika yang cukup
2.1.3 Oligohidramnion
A. Pengertian
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal yaitu
kurang dari 500 mL. Marks dan Divon (1992) mendefinisikan oligohidramnion bila pada
pemeriksaan USG ditemukan bahwa index kantong amnion 5 cm atau kurang dan insiden
oligohidramnion 12% dari 511 kehamilan pada usia kehamilan 41 minggu.
B. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Beberapa keadaan
berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu berhubungan dengan obstruksi saluran
traktus urinarius janin atau renal agenesis.
C. Tanda dan gejala
1. Perut ibu kelihatan kurang membuncit
2. Denyut jantung janin sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas
3. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap gerakan anak
11
4. Persalinan lebih lama dari biasanya
5. Sewaktu his/mules akan terasa sakit sekali
6. Bila ketuban pecah, air ketuban akan sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar
7. Sering berakhir dengan partus prematurus
D. Komplikasi
Prognosis oligohidramnion tidak baik terutama untuk janin. Bila terjadi kehamilan muda
akan mengakibatkan gangguan bagi pertumbuhan janin, bahkan bisa terjadi foetus papyreceous,
yaitu picak seperti kertas karena tekanan-tekanan. Bila terjadi pada kehamilan lanjut akan terjadi
cacat bawaan, cacat karena tekanan atau kulit menjadi tebal dan kering. Selain itu, dapat
mengakibatkan kelainan musculoskeletal (sistem otot).
Oligohidramnion yang berkaitan dengan PPROM pada janin yang kurang dari 24 minggu
dapat mengakibatkan terjadinya hipoplasia paru-paru. Ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi,
yaitu:
1. Kompresi toraks, mengakibatkan pengembangan dinding dada dan paru-paru terhambat
2. Terbatasnya pernapasan janin menurunkan pengembangan paru-paru
3. Terganggunya produksi serta aliran cairan paru-paru berakibat pada pertumbuhan dan
perkembangan paru-paru
E. Penatalaksanaan
Penanganan oligohidramnion bergantung pada situasi klinik dan dilakukan pada fasilitas
kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin yang tidak baik. Kompresi tali pusat
selama proses persalinan biasa terjadi pada oligohidramnion, oleh karena itu persalinan dengan
sectio caesarea merupakan pilihan terbaik pada kasus oligohidramnion. Selain itu, pertimbangan
untuk melakukan SC karena :
Index kantung amnion (ICA) 5 cm atau kurang
Deselerasi frekuensi detak jantung janin
Kemungkinan aspirasi mekonium pada kehamilan postterm.
11
1. Hidrasi.‡
2. Perbaikan nutrisi.‡
3. Pemantauan kesejahteraan‡
4. Pemeriksaan USG yang umum dari volumecairan amnion‡
5. Amnion infusion
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS G2P1A0
DENGAN KETUBAN PECAH DINI TERHADAP Ny. DF 36 MINGGU
I. Pengumpulan Data Dasar
a. Data Subjektif
1. Identitas
Nama istri : Ny. DF Nama suami : Tn. DT
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : D3 Pendidikan : D4
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl . Medan .km 18
Anamnesa pada tanggal : 22 September 2011
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan dirinya hamil anak ke-2, tidak pernah keguguran, usia kehamilan 9 bulan,
mengeluh nyeri perut bagian bawah. Dari vagina keluar lendir berwarna kecoklatan bercampur
darah dan air sejak pukul13.00 wib .
3. Tanda – tanda Persalinan
Ibu datang pukul 20.00 WIB, his jarang, mengeluarkan lendir agak kecoklatan, air ketuban sudah
tidak ada .
4. Masalah – masalah Khusus
Mengalami kelainan yaitu air ketuban pecah sebelum waktunya, yang akan beresiko terhadap
infeksi.
5. Riwayat kehamilan sekarang
11
Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 5 – 8 hari
Keluhan : tidak ada
Jumlah : 2 – 3 kali ganti pembalut/hari
HPHT : 14 – 12 – 2010
TP : 21 – 09 – 2011
6. Pemeriksaan kehamilan
a. Trimester I
ANC : 2 x di bidan
Keluhan : tidak ada
Anjuran : banyak istirahat
Terapi : berikan ibu vitamin C
b. Trimester II
ANC : 2 x di puskesmas
Keluhan : ibu sering mengalami nyeri perut
Anjuran : ANC secara teratur
Terapi : berikan ibu tablet Fe 1x 1 Tab/hari
c. Trimester III
ANC : 2 x di bidan
Keluhan : ibu sering BAK
Anjuran : ANC secara teratur
Terapi : berikan ibu tablet Fe 1x 1 Tab/hari
7. Riwayat hamil , Bersalin Dan Nifas Yang Lalu
HamilKe -
TahunLahir
Lama& Jenis persalinan
Penyulit/Komplikasi
Penolong&Tempat
BB/BPKeadaanAnak
1. 200812 jam spontan pervaginam
Tidak ada Bidan BPS3000gr52cm
Sehat
2. 201112 jam spontan pervaginam
Tidak ada Bidan BPS2800gr50cm
Sehat
11
8. Riwayat Imunisasi
a. TT I : Usia kehamilan 4 bulan di bidan A
b. TT II : usia kehamilan 5 bulan di bidan A
9. Pergerakan janin dalam 24 jam
Ibu merasakan gerakan janinnya sangat kuat
10. Pola kebiasaan nutrisi sehari-hari
a. Nutrisi
1. Sebelum hamil : ibu makan 3x seharidengan porsi 1 piring nasi, 1 potong lauk, 1mangkuk
sayur, serta minum 7-8 gelas / hari.
2. Sesudah hamil: ibu mengatakan pada awalkehamilan, ibu kurang nafsu makan, karenasering
merasa mual pada pagi hari
b. Eliminasi
1. Sebelum hamil : BAB : 1-2 X sehari , BAK : 2-6 X sehari
2. Sesudah hamil : BAB : 1X sehari , BAK : 8-9 X sehari
c. Istirahat dan tidur
1. Sebelum hamil : ibu tidur malam 7-8 jam /hari, tidur siang 2 jam
2. Sesudah hamil : ibu mengatakan kurang bisa tidur, karenapegal pada pinggang, nyeri menjalar
ke perutbagian bawah, dan sering BAK
11. Psikologis
Ibu tampak gelisah dan cemas menghadapi persalinan
b. Data Obyektif
1. Keadaan umum : baik
Kesadaran : compasmatis
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36°C
Nadi : 82x/menit
Resfirasi : 22x/menit
3. Berat badan ibu
Sebelum hamil : 50kg
11
Setelah hamil : 62kg
Kenaikan : 12kg
Tinggi badan ibu : 168cm
4. Pemeriksaan fisik
Rambut : warna hitam , bersih , tidak rontok
Mata : kanan kiri simetris , fungsi penglihatan bayi , konjungtiva agak pucat
Wajah : bentuk simetris , tidak pucat , tidak ada cloasma gravidarum
Hidung : bentuk simetris , keadaan bersih , tidak ada polip , fungsi penciuman normal
Gigi : bentuk simetris , tidak ada caries maupun samotis , keadaan mulut bersih , fungsi
pengecapan baik
Telinga : bentuk simetris , keadaan bersih , fungsi pendengaran baik
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid , tidak ada pembesaran vena jugularis
Dada : bentuk dada simetris kanan kiri , pergerakan nafas teratur
Payudara : membesar simetris kanan kiri , putting susu menonjol , tidak ada bekas luka
oprasi
II. Analisa
1. Diagnosa : multipara
Ibu G2P1A0 hamilo 36 minggu , janin hidup tunggal intrauteri ,letak memanjang , presentasi
kepala posisi puki, inpartu kala 1 (fase laten) dengan KPD (Ketuban Pecah Dini). Sejak pukul
13.00 ketuban (-) . Terdapat pengeluaran lender bercampur darah .
2. Masalah : cemas meghadapi persalinan
a. Dasar : ibu mengatakan cemas karena ketuban sudah pecah , tetapi bayi belum juga lahir
b. HIS : ada , 2x setiap menit
c. Lama : 20 detik kekuatan 20-40 detik
3. Kebutuhan
a. Dukungan psikologis
b. Penyuluhan cara mengurangi rasa nyeri dan relaksasi
c. Penyuluhan cara mengendan / meneran aktif
11
d. Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein , mineral , vitamin cukup
sayur-sayuran , tempe , tahu , telur , ikan , buah-buahan , apalagi ia mampu membeli susu dan
mencobanya walau tidak suka minum susu
4. Rencana manajemen
a. Jelaskan pada ibu tentang kondisi ibu saat ini
Keadaan ibu saat ini baik , ibu tampak gelisah dan cemas menghadapi persalinan ini
b. Observasi kala I dengan patograf
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi
dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengakap . kala I persalinan terdiri atas dua fase ,
yaitu fase laten dan fase aktif . fase laten berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4
cm , fase aktif dari pembukaan 4 cm hingga lengkap 10 cm .
c. Anjurkan ibu posisi miring
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selamapersalinan dan melahirkan bayi
serta anjurkan suami dan pendampinglainnya untuk membantu ibu untuk berganti posisi, ibu
boleh berjalan,berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring, atau merangkak. Posisi tegakseperti
berjalan, berdiri, atau jongkok dapat membantu turunnya kepalabayi dan sering kali
memperpendek waktu persalinan. Bantu ibu untuksering berganti posisi selama persalinan.
d. Siapkan ruang bersalin, alat, kebutuhan fisik, dan psikologis ibu serta kesiapan
bidan/penolong.
1. Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan dalam keadaan siap
pakai pada setiap persalinan dankelahiran bayi. Siapkan ruang persalinan yang hangat dan
bersih,memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin.
2. Periksa semua peralatan sebelum dan setelah memberikan asuhan. Segera ganti peralatan
yang hilang atau rusak.
3. Anjurkan ibu untuk mendapatkan asupan (makanan ringan dan minum air) selama
persalinan dan proses kelahiran bayi.
4. Riwayat psikologis : ibu mengatakan saat ini bahagia dengankelahiran bayinya, karena
sudah lama menantikannya dan jeniskelamin bayi sesuai dengan keinginannya.
e. Anjurkan teknik relaksasi
Anjurkan ibu untuk duduk santai, menarik nafas, berendam, mendengarkan musik.
f. Ajarkan ibu cara mengedan yang baik
11
1. Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya selama kontraksi.
2. Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran
3. Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi
4. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebihmudah untuk meneran jika
lutut ditarik kearah dada dan daguditempelkan ke dada.
5. Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran
6. Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu kelahiran bayi.
g. Beri ibu dukungan psikologis
Bahwa ibu melewati persalinan ini dengan lancar. Berikan ibu support, dan dampingi ibu dalam
persalinan
h. Siapkan oksigen
Persiapkan oksigen untuk mencegah terjadinya asfeksia pada bayi baru lahir.
i. Pemberian cairan infus RL dengan 20 tetes / menit
Pasang infuse menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18)dan berikan RL atau NS.
Infuskan1 liter dalam 15 sampai 20 menit. Jikamungkin infuskan 2 liter dalam waktu 1 jam
pertama, kemudianturunkan ke 125 cc/ jam.
j. Pemberian obat ampicilin 1 mg atau menurut advis dokter
Berikan ampisilin 2 gr atau amoksilin 2 gr per oral.
11
DAFTAR PUSTAKA
Smith Joseph.F., kelainan bawaan
http://www.chclibrary.org/micromed/00061770.html, 2001.
.Bruce Elizabeth, Penyakit pada bayi
http://www.compleatmother.com/prom.htm, 2002
.Yancey Michael.K., labioschisis pada bayi
medscape General Medicine 1 (1), 1999
.Anonim, gangguan nutrisi kehamilan
http://www.medem.com/medlb/article_detaillb_for_printer.cfm?
article_ID=zzzcoCHLUJC&sub_cat=2005, 2002.
.Anonim, ilmu kesehatan anak
http://www.mcevoy.demon.co.uk/medicine/ObsGyn/Obstetric/labour/PROM.html, 2002
11