Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi...

15
Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi Penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Terhadap Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Provinsi Pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Hesti Meilina Mareta ( [email protected]) Pembimbing l Drs.H. Hasan Kuzery,AK.MM.CA Pembimbing ll Andrian Noviardy.S.E.M.si Jurusan Akuntansi Universitas Bina Darma Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas dan kontribusi realisasi penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi penerimaan pajak daerah pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2011, 2012 dan 2013. Analisis yang digunakan penulis adalah analisis Deskriptif Kualitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa realisasi penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor diprovinsi Sumatera sangat efektif. Sementara kontribusi pajak bahan bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi penerimaan pajak daerah cukup berkontribusi. Disisi lain efektivitas dan kontribusi pajak bahanbakar kendaraan bermotor terhadap realisasi penerimaan pajak daerah Provinsi Sumatera Selatan menunjukan tren yang meningkat. Hal ini menunjukan bahwa Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan sudah baik dalam mengelola penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor. Kata kunci : Pajak Daerah, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Deskriptif Kualitatif. Abstrak : This study aims to determine the effectiveness and contribution of tax revenue to the motor vehicle fuel tax revenue Revenue Service area in South Sumatra Province in 2011 , 2012 and 2013. The analysis used by the author is qualitative descriptive analysis . The results of this study concluded that the realization of revenue from motor vehicle fuel tax Sumatra diprovinsi very effective . While the contribution of motor vehicle fuel tax to the local tax revenue enough to contribute . On the other hand the effectiveness and contribution of the motor vehicle fuel tax to the local tax revenue of South Sumatra Province showed a rising trend . This shows that the Department of Revenue of South Sumatra Province already good at managing the reception of motor vehicle fuel tax . Keywords : Local Tax , Motor Vehicle Fuel Tax , qualitative descriptive 1 PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia mempunyai peranan penting untuk memajukan Negara yang dipimpinnya. Salah satu indicator kemajuan suatu Negara dapat dilihat dari pembangunan nasional yang berjalan secara berkesinambungan. Pembangunan yang dilaksanakn diharapkan akan membawa dampak bagi meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Peranan pemerintah yang sangat menonjol dalam usahanya merangsang dan membimbing pembangunan ekonomi dan social Negara yang membutuhkan dana yang cukup besar, menyebabkan pemerintah cenderung untuk melakukan pemungutan pajak sampai tingkat penerimaan pajak yang paling optimal. Pemungutan pajak tersebut dengan dilakukan tetap berpegang pada prinsip perpajakan yang dianut secara universal, yaitu keadilan, serta tetap mempertahankan sytem self assessment. Self assessment merupakan system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak dalam menghitung, memperhitungkan, menyetorkan kepada Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tanggannya sendiri dengan campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber ekonomi dan keuangan yang dimiliki oleh daerahnya. Bagi Negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara. Sebaliknya bagi perusahaan, pajak adalah beban yang mengurangi

Transcript of Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi...

Page 1: Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi …digilib.binadarma.ac.id/.../123-123-hestimeili-7128-1-jurnal+s-i.pdf · Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan; dan k. Bea

Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi Penerimaan Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor Terhadap Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Provinsi

Pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Hesti Meilina Mareta ( [email protected])

Pembimbing l

Drs.H. Hasan Kuzery,AK.MM.CA

Pembimbing ll

Andrian Noviardy.S.E.M.si

Jurusan Akuntansi

Universitas Bina Darma

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas dan kontribusi realisasi penerimaan pajak

bahan bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi penerimaan pajak daerah pada Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2011, 2012 dan 2013. Analisis yang digunakan penulis adalah analisis

Deskriptif Kualitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa realisasi penerimaan pajak bahan bakar kendaraan

bermotor diprovinsi Sumatera sangat efektif. Sementara kontribusi pajak bahan bakar kendaraan bermotor terhadap

realisasi penerimaan pajak daerah cukup berkontribusi. Disisi lain efektivitas dan kontribusi pajak bahanbakar

kendaraan bermotor terhadap realisasi penerimaan pajak daerah Provinsi Sumatera Selatan menunjukan tren yang

meningkat. Hal ini menunjukan bahwa Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan sudah baik dalam

mengelola penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor.

Kata kunci : Pajak Daerah, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Deskriptif Kualitatif.

Abstrak : This study aims to determine the effectiveness and contribution of tax revenue to the motor vehicle fuel

tax revenue Revenue Service area in South Sumatra Province in 2011 , 2012 and 2013. The analysis used by the

author is qualitative descriptive analysis . The results of this study concluded that the realization of revenue from

motor vehicle fuel tax Sumatra diprovinsi very effective . While the contribution of motor vehicle fuel tax to the

local tax revenue enough to contribute . On the other hand the effectiveness and contribution of the motor vehicle

fuel tax to the local tax revenue of South Sumatra Province showed a rising trend . This shows that the Department

of Revenue of South Sumatra Province already good at managing the reception of motor vehicle fuel tax .

Keywords : Local Tax , Motor Vehicle Fuel Tax , qualitative descriptive

1 PENDAHULUAN

Pemerintah Indonesia mempunyai peranan

penting untuk memajukan Negara yang

dipimpinnya. Salah satu indicator kemajuan suatu

Negara dapat dilihat dari pembangunan nasional

yang berjalan secara berkesinambungan.

Pembangunan yang dilaksanakn diharapkan akan

membawa dampak bagi meningkatkan taraf hidup

dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Peranan pemerintah yang sangat menonjol

dalam usahanya merangsang dan membimbing

pembangunan ekonomi dan social Negara yang

membutuhkan dana yang cukup besar,

menyebabkan pemerintah cenderung untuk

melakukan pemungutan pajak sampai tingkat

penerimaan pajak yang paling optimal. Pemungutan

pajak tersebut dengan dilakukan tetap berpegang

pada prinsip perpajakan yang dianut secara

universal, yaitu keadilan, serta tetap

mempertahankan sytem self assessment. Self

assessment merupakan system pemungutan pajak

yang memberi wewenang kepada wajib pajak dalam

menghitung, memperhitungkan, menyetorkan

kepada Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan perpajakan yang

berlaku.

Pemerintah daerah diberi kewenangan yang

luas untuk mengurus rumah tanggannya sendiri

dengan campur tangan pemerintah pusat.

Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan

yang luas untuk menggunakan sumber-sumber

ekonomi dan keuangan yang dimiliki oleh

daerahnya.

Bagi Negara, pajak adalah salah satu sumber

penerimaan penting yang akan digunakan untuk

membiayai pengeluaran Negara. Sebaliknya bagi

perusahaan, pajak adalah beban yang mengurangi

Page 2: Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi …digilib.binadarma.ac.id/.../123-123-hestimeili-7128-1-jurnal+s-i.pdf · Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan; dan k. Bea

laba bersih, karena mengurangi laba bersih maka

perusahaan membuat perencanaan pajak yang

bertujuan untuk penghematan pajak atau

meminimumkan kewajiban pajak dengan

merekayasa agar beban pajak ditekan serendah

mungkin dengan memanfaatkan peraturan

perundang-undangan yang ada.

Keberhasilan dalam penerimaan pajak ke kas

Negara sesuai target yang telah ditetapkan akan

memberikan kepuasan tersendiri bagi aparat

Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Namun, dengan

menganut system self assessment, berhasil atau

tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak

bergantung pajak Wajib Pajak itu sendiri.

Pajak daerah merupakan salah satu sumber

pendapatan asli daerah yang dipungut dari

masyarakat tanpa mendapatkan imbalan langsung.

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No.28 Tahun

2009 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah

yang mengungkapkan bahwa pajak daerah adalah

iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada

orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah daerah dan

pembangunan daerah.

Menurut UU RI No.28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jenis Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah terbagi menjadi

dua,yaitu:

1. Jenis Pajak provinsi terdiri atas:

a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; dan

d. Pajak Rokok.

2. Jenis Pajak Kabupaten/kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran;

c. Pajak Hiburan;

d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

perkotaan; dan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan.

Sama halnya dengan daerah lain di

Indonesia. Kota Palembang merupakan salah satu

daerah yang diberi hak otonomi daerah untuk

mengatur rumah tangganya sendiri guna

melaksanakan Pembangunan. Kota Palembang

diharapkan mampu mengelola dan memaksimalkan

potensi sumber daya yang ada di daerah untuk

kelangsungan dan kemajuannya. Potensi sumber

ekonomi di kota Palembang apabila terus

dikembangkan dan ditingkatkan, sehingga mampu

memaksimalkan pajak daerah.

Kota Palembang juga merupakan salah satu

daerah yang memiliki kekayaan alam yang

melimpah. Salah satunya adalah bahan bakar

kendaraan bermotor. Secara umum, bahan bakar

kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar

cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan

bermotor. Sedangkan pajak bahan bakar kendaraan

bermotor adalah pajak penggunaan bahan bakar

kendaraan bermotor. Sesuai dengan peraturan

Undang-Undang RI No.28 tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, bahan bakar

kendaraan bermotor terdiri beberapa jenis bahan

bakar kendaraan bermotor yaitu premium, solar,

pertamax, gas.

Berdasarkan data dari Dinas Pendapatan

Daerah Provinsi Sumatera Selatan, diperoleh data

realisasi Penerimaan Pajak Daerah di Provinsi

Sumatera Selatan pada tahun 2011, 2012, dan 2013

Dari tahun ke tahun, jumlah realisasi

Penerimaan Pajak Daerah mengalami kenaikan,

tetapi pada tahun 2013 realisasi pajak daerahnya

menurun. Hal ini disebabkan wajib pajak tidak

melaporkan pajaknya. Selanjutnya pada table 1.2,

terlihat bahwa besarnya target yang diharapkan akan

diterima oleh Dinas Pendapatan Daerah Provinsi

Sumatera Selatan dibandingkan dengan besarnya

realisasi penerimaan pajak bahan bakar kendaraan

bermotor.

Efektifitas adalah keberhasilan atau

kegagalan daer organisasi dalam mencapai tujuan.

Efektifitas pajak daerah menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah dalam mengumpulkan pajak

daerah sesuai dengan jumlah jumlah penerimaan

pajak daerah yang ditargetkan. Maka efektifitas

adalah seberapa besar realisasi penerimaan pajak

daerah berhasil mencapai target yang seharusnya

dicapai pada suatu periode tertentu, dengan rumus

sebagai berikut: 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛

𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛× 100%

Bahan bakar kendaraaan bermotor

merupakan salah satu sector yang sangat potensial di

Provinsi Sumatera Selatan guna meningkatkan dan

berkontribusi dalam pajak daerah, sehingga akan

menjadi tantangan bagi Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Sumatera Selatan untuk lebih menggali

potensi pajak bahan bakar kendaraan bermotor di

Provinsi Sumatera Selatan. Oleh karena itu perlu

dianalisis Efektivitas realisasi penerimaan pajak

bahan bakar kendaraan bermotor di Provinsi

Page 3: Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi …digilib.binadarma.ac.id/.../123-123-hestimeili-7128-1-jurnal+s-i.pdf · Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan; dan k. Bea

Sumatera Selatan dan seberapa besar kontribusinya

terhadap pajak daerah Provinsi Sumatera Selatan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas,

penulis tertarik untuk meneliti dengan judul

“Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi

Penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor Terhadap Realisasi Penerimaan Pajak

Daerah Provinsi Pada Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Sumatera Selatan”.

1.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas,

maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat efektivitas realisasi

penerimaan pajak bahan bakar kendaraan

bermotor terhadap realisasi penerimaaan pajak

daerah Provinsi pada Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Sumatera Selatan.

2. Bagaimana tingkat kontribusi realisasi

penerimaan pajak bahan bakar kendaraan

bermotor terhadap realisasi penerimaan pajak

daerah Provinsi pada Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Sumatera Selatan.

1.2 Ruang Lingkup Pembahasan

Agar pembahasan penelitian ini tidak keluar

dari arah, maka penulis membatasi pembahasan

dalam penelitian hanya mengenai Analisis

efektivitas dan kontribusi realisasi penerimaan pajak

bahan bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi

penerimaan pajak daerah provinsi pada Dinas

Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan tahun

2011,2012 dan 2013.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efektivitas

realisasi penerimaan pajak bahan bakar

kendaraan bermotor terhadap realisasi

penerimaaan pajak daerah Provinsi pada Dinas

Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan.

2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kontribusi

realisasi penerimaan pajak bahan bakar

kendaraan bermotor terhadap realisasi

penerimaan pajak daerah Provinsi pada Dinas

Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian, maka manfaat

yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1) Bagi Instansi Pemerintah

Memberikan informasi yang sekiranya akan

dapat berguna dan memberikan masukan sebagai

bahan pertimbangan pemimpin Instansi Pemerintah

dalam pengambilan keputusan khususnya mengenai

analisis efektifitas dan kontribusi realisasi

penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor

terhadap realisasi penerimaan pajak daerah provinsi

pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera

Selatan.

2) Manfaat bagi Penulis

Dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman penulis mengenai analisis efektifitas

dan kontribusi realisasi penerimaan pajak bahan

bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi

penerimaan pajak daerah provinsi pada Dinas

Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan.

3) Manfaat bagi Akademik

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah pengetahuan pihak-pihak yang

berkepentingan sebagai sumber informasi dalam

penelitian yang sama dan juga dapat menjadi

tambahan referensi bagi kajian mahasiswa dan

dosen.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini memberikan

gambaran yang sistematis dan terarah serta untuk

mempermudah pembaca dalam laporan hasil

penelitian ini, maka penulis menguraikan laporan

hasil penulisan ini ke dalam lima bab yang terdiri

dari :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan tentang

latar belakang penelitian, perumusan

masalah, ruang lingkup penelitian,

tujuan dan manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini berisi teori yang

mendasari pembahasan skripsi meliputi

Pengertian Pajak, Fungsi Pajak, Jenis

Pajak, Pengertian Pajak Daerah,

Pengertian Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor, Subjek dan Objek

Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor , Tarif Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang Objek Penelitian

dan Metodologi Penelitian yang

meliputi Operasional Variabel, Sumber

dan Teknik Pengambilan Data, Teknik

Analisis Data.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang data

perusahaan yang meliputi Analisis

mengenai Efektivitas dan Kobtribusi

Realisasi Penerimaan Pajak Bahan

Bakar Kendaraan Bermotor Terhadap

Realisasi Penerimaan Pajak Daerah

Page 4: Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi …digilib.binadarma.ac.id/.../123-123-hestimeili-7128-1-jurnal+s-i.pdf · Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan; dan k. Bea

Provinsi pada Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Sumatera Selatan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri atas kesimpulan dari

hasil penelitian dan pembahasan dalam

bab-bab sebelumnya serta memberikan

saran-saran.

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pajak

Definisi Pajak menurut para ahli dalam

buku Perpajakan Indonesia (Waluyo, 2013:02) :

a. Menurut Andriani :

“ Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib

membayarnya menurut peraturan-peraturan,

dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang

langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya

adalah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum berhubung dengan tugas

negara untuk menyelenggarakan

pemerintahan”.

b. Menurut Soemitro :

“ Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara

berdasarkan undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal

(kontaprestasi), yang langsung dapat ditunjukan

dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum”.

C. Menurut Kuzery ( 2009:2 ),” Pajak didefinisikan

sebagai iuran wajib rakyat ke Kas Negara,

berdasarkan Undang-Undang dan peraturan

pelaksanaannya, dapat dipaksakan, tidak

mendapat balas jasa yang langsung dapat

ditunjukkan atas pembayaran tersebut, hasilnya

akan digunakan untuk membiayai pengeluaran

umum pemerintah ( belanja rutin) dan apabila

masih surplus akan digunakan untuk belanja

pembangunan”.

2.2 Fungsi Pajak

Pajak memiliki fungsi yang sangat strategis

bagi berlangsungnya pembangunan suatu negara.

Pajak antara lain memiliki fungsi sebagai berikut :

(Ikatan Akuntan Indonesia, 2013)

1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang

diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-

pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh :

dimasukannya pajak dalam APBN sebagai

penerimaan dalam negeri.

2. Fungsi Mengatur (Regulator)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur

atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial

ekonomi. Sebagai contoh : dikenakannya pajak

yang lebih tinggi terhadap minuman keras,

dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang

mewah.

3. Fungsi Redistribusi

Dalam fungsi redistribusi lebih ditekankan

unsur pemerataan dan keadilan dalam

masyarakat.Fungsi ini terlihat dari adanya

lapisan tarif pengenaan pajak yang lebih besar

untuk tingkat penghasilan yang lebih tinggi.

4. Fungsi Demokrasi

Pajak dalam fungsi Demokrasi merupakan

wujud system gotong royong.Fungsi ini

dikaitkan dengan fungsi pelayanan pemerintah

kepada masyarakat pembayar pajak.

2.1.3 Asas Pemungutan Pajak Asas pemungutan pajak dapat dibagi

menjadi dalam beberapa asas,

adalah sebagai berikut : (Waluyo, 2013:15)

1. Asas menurut Falsafah Hukum

Hukum pajak harus mendasarkan pada

keadilan. Selanjutnya keadilan ini sebagai asas

pemungutan pajak. Untuk menyatakan

keadilan kepada hak negara untuk memungut

pajak, muncul beberapa teori dasar, sebagai

berikut:

a. Teori Asuransi

Dalam perjanjian asuransi diperlukan

pembayaran premi. Premi tersebut

dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha

melindungi orang dari segala kepentingannya,

misalnya keselamatan atau keamanan harta

bendanya. Teori asuransi ini menyamakan

pembayaran premi dengan pembayaran pajak.

Walaupun kenyataannya menyatakan bahwa

dengan premi tersebut tidaklah tepat.

b. Teori Kepentingan

Pada teori kepentingan ini memperhatikan

beban pajak yang harus dipungut dari

masyarakat. Pembebanan ini harus didasarkan

pada kepentingan setiap orang pada tugas

pemerintah termasuk perlindungan jiwa dan

hartanya. Oleh karena itu, pengeluaran negara

untuk melindunginya dibebankan kepada

masyarakat.

c. Teori Gaya Pikul

Teori ini mengandung maksud bahwa dasar

keadilan pemungutan pajak terletak dalam

jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada

masyarakat berupa perlindungan jiwa dan harta

bendanya. Oleh karena itu, untuk kepentingan

perlindungan, masyarakat akan membayar

pajak menurut gaya pikul seseorang.

d. Teori Bakti

Page 5: Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi …digilib.binadarma.ac.id/.../123-123-hestimeili-7128-1-jurnal+s-i.pdf · Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan; dan k. Bea

Teori bakti ini disebut juga teori kewajiban

pajak mutlak. Teori ini berdasarkan pada

negara mempunyai hak mutlak untuk

memungut pajak. Di lain pihak, masyarakat

menyadari bahwa membayar pajak sebagai

kewajiban untuk membuktikan tanda baktinya

terhadap negara. Dengan demikian dasar

hukum pajak terletak pada hubungan

masyarakat dengan negara.

e. Teori Asas Daya Beli

Dalam teori ini mendasarkan bahwa

penyelenggaraan kepentingan

masyarakat yang dianggap sebagai dasar

keadilan pemungutan pajak yang bukan

kepentingan individu atau negara, sehingga

menitikberatkan pada fungsi mengatur.

2. Asas Yuridis

Untuk menyatakan suatu keadilan. Hukum

pajak harus memberikan jaminan

hukum kepada negara atau warganya. Oleh

karena itu, pemungutan pajak harus didasarkan

pada undang-undang. Landasan hukum

pemungutan pajak di Indonesia adalah Pasal

23A Amademen Undang-Undang Dasar 1945.

3. Asas Ekonomis

Asas ekonomi ini lebih menekankan pada

pemikiran bahwa negara menghendaki agar

kehidupan ekonomi masyarakat terus

meningkat. Untuk itu, pemungutan pajak harus

diupayakan tidak menghambat kelancaran

ekonomi sehingga kehidupan ekonomi tidak

terganggu.

4. Asas Pemungutan Pajak Lainnya

Terdapat tiga asas yang digunakan untuk

memungut pajak dalam Pajak Penghasilan,

adalah sebagai berikut:

a. Asas Tempat Tinggal

Negara-negara mempunyai hak untuk

memungut pajak dari seluruh

penghasilanWajib Pajak berdasarkan tempat

tinggal Wajib Pajak. Wajib Pajak yang

bertempat tinggal di Indonesia dikenai pajak

atas penghasilan yang diterima atau diperoleh,

yang berasal dari Indonesia atau berasal dari

luar negeri (Pasal 4 UU PPh).

b. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu

negara. Asas ini diberlakukan kepada setiap

orang asing yang bertempat tinggal di

Indonesia untuk membayar pajak.

c. Asas Sumber

Negara mempunyai hak untuk memungut

pajak atas penghasilan yang

bersumber dari suatu negara yang memungut

pajak. Dengan demikian, Wajib Pajak

menerima atau memperoleh penghasilan dari

Indonesia dikenakan pajak di Indonesia tanpa

memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

2.3 PAJAK DAERAH

2.3.1Pengertian Pajak Daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang

dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau

badan tanpa imbalan langsung berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Menurut UU RI No.28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jenis Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah terbagi menjadi

dua,yaitu:

1. Jenis Pajak provinsi terdiri atas:

b. Pajak Kendaraan Bermotor;

c. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

d. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

dan

e. Pajak Rokok.

2. Jenis Pajak Kabupaten/kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran;

c. Pajak Hiburan;

d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

perkotaan; dan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan.

2.3.2 Pengertian Pajak atas Bahan Bakar

Kendaraan bermotor

Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

(PBBKB) adalah pajak penggunaan bahan bakar

kendaraan bermotor. Sedangkan bahan bakar

kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar

cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan

bermotor.

2.3.3 Dasar Hukum Pemungutan PBBKB

Pemungutan PBBKB di Indonesia

didasarkan pada dasar hokum yang jelas dan kuat,

sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak

yang terkait. Dasar hukum PBBKB pada suatu

provinsi adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000

merupakan perubahaan atas Undang-Undang

Page 6: Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi …digilib.binadarma.ac.id/.../123-123-hestimeili-7128-1-jurnal+s-i.pdf · Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan; dan k. Bea

Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah.

3. Peraturan Pemerintahan Nomor 65 Tahun

2001 tentang Pajak Daerah.

4. Peraturan daerah provinsi yang mengatur

tentang Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor.

5. Keputusan gubernur yang mengatur tentang

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

sebagai aturan pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

pada provinsi dimaksud.

2.3.4 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Bahan

Bakar Kendaraan Bermotor Yang menjadi subjek Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor adalah sebagai berikut:

a. Subjek bahan bakar kendaraan bermotor adalah

konsumen bahan bakar kendaraan bermotor.

b. Wajib pajak bahan bakar kendaraan bermotor

adalah orang pribadi atau Badan yang

menggunakan bahan bakar kendaraan bermotor.

2.3.5 Objek Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor

Yang menjadi objek Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor adalah Bahan bakar kendaraan

bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan

untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar

yang digunakan untuk kendaraan di air.

2.3.6 Dasar Pengenaan Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor

Dasar pengenaan Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor adalah nilai jual bahan bakar

kendaraan bermotor sebelum dikenakan pajak

pertambahan nilai (PPN).

Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam

Negeri Nomor 28 Tahun 2002 tentang Tata Cara

Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor tanggal 28 Mei

2002 nilai jual bahan bakar kendaraan bermotor

yang menjadi dasar pengenaan PBBKB adalah

harga jual sebelum dikenakan PPN, namun sudah

termasuk PBBKB. Jika harga jual bahan bakar

kendaraan tidak termasuk PPN, namun sudah

termasuk PBBKB dengan tarif lima persen, nilai

jual yang dihitung sebagai perkalian 100/105

dengan harga jual. Jika harga jual bahan bakar

kendaraan bermotor sudah termasuk PPN dengan

tariff sepuluh persen dan PBBKB dengan tarif

persen nilai jual dihitung sebagai perkalian 100/115

dengan harga jual.

2.3.7 Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor

Menurut UU RI No.28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, tarif pajak

sebagai berikut:

a. Pasal 19 ayat 1, tarif pajak bahan bakar

kendaraan bermotor ditetapkan paling tinggi

sebesar 10%.

b. Pasal 19 ayat 2, khusus tarif pajak bahan bakar

kendaraan bermotor untuk bahan bakar

kendaraan umum dapat ditetapkan paling

sedikit 50% lebih rendah dari tarif pajak bahan

bakar kendaraan bermotor untuk kendaraan

pribadi

2.3.8 Perhitungan Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor

Besaran pokok PBBKB yang terutang

dihitung dengan cara mengalihkan tarif pajak

dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum

perhitungan PBBKB adalah sesuai dengan rumus

berikut ini:

Pajak Terutang = Tarif Pajak × DPP

=Tarif Pajak × Nilai Jual PBBKB

sebelum dikenakan PPN

Hasil perhitungan pokok PBBKB yang

terutang per liter dinyatakan dalam rupiah dengan

pembulatan dua angka di belakang koma. Contoh :

harga jual premium Rp 6.500,00 per liter termasuk

PPN dan PBBKB. Pokok PBBKB yang terutang per

liter adalah 5% ×100

115× 𝑅𝑝6.500,00 =

5

115×

𝑅𝑝 6.500,00 = 𝑅𝑝 282,608.

2.3.9 Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat

Terutang Pajak dan Wilayah

Pemungutan PBBKB

Pada Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor, masa pajak merupakan jangka yang

lamanya sama dengan satu bulan takwim atau

jangka waktu lain yang ditetapkan dengan

keputusan gubernur. Dalam pengertian masa pajak

bagian dari bulan dihitung satu bulan penuh. Tahun

pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu tahun

takwim, kecuali wajib pajak menggunakan tahun

baku yang tidak sama dengan tahun takwim.

Pajak yang terutang adalah PBBKB yang

harus dibayar oleh wajib pajak pada saat suatu saat,

dalam masa pajak, atau dalam tahun pajal menurut

ketentuan peraturan pemerintah daerah provinsi

setempat. Saat terutang pajak pajak bahan bakar

kendaraan bermotor adalah pada saat penyedia

Page 7: Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi …digilib.binadarma.ac.id/.../123-123-hestimeili-7128-1-jurnal+s-i.pdf · Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan; dan k. Bea

bahan bakar kendaraan bermotor menyerahkan

bahan bakar kendaraan bermotor kepada lembaga

penyalur dan konsumen langsung bahan bakar.

Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

yang terutang dipungut di wilayah provinsi tempat

lembaga penyalur dan konsumen langsung bahan

bakar kendaraan bermotor berada. Lembaga

penyalur antara lain Stasiun Pengisian Bahan Bakar

untuk Umum (SPBU), Stasiun Pengisian Bahan

Bakar untuk ABRI (SPBA), Agen Premium dan

Minyak Solar (APMS), Premium Solar Packed

dealer (PSPD), Stasiun Pengisian Bahan Bakar

Bunker (SPBB), Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas

(SPBG), dan Stasiun pengisian bahan bakar untuk

kendaraan di atas air. Konsumen langsung adalah

pengguna bahan bakar kendaraan bermotor dari

penyedia bahan bakar kendaraan bermotor.

2.3.10 Pembayaran dan Penagihan PBBKB

2.3.10.1 Pembayaran PBBKB

Pembayaran PBBKB yang terutang

dilakukan ke kas daerah, bank, atau tempat lain

yang ditunjuk oleh gubernur. Apabila pembayaran

pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil

penerimaan pajak harus disetor ke kas daerah paling

lambat 1 x 24 jam atau tempo waktu yang

ditentukan oleh gubernur. Apabila tanggal jatuh

tempo pembayaran pada hari libur pembayaran

dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Pembayaran pajak dilakukan dengan

menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD).

Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau

lunas. Kepada wajib yang melakukan pembayaran

pajak diberikan tanda bukti pembayaran pajak dan

dicatat dalam bukti penerimaan. Hal ini harus

dilakukan oleh petugas tempat pembayaran pajak

untuk tertib administrasi dan pengawasan

penerimaan pajak. Dengan demikian, pembayarab

pajak akan mudah terpantau oleh petugas Dinas

Pendapatan Daerah. Bentuk, isi, ukuran buku

penerimaan dan tanda bukti pembayaran pajak

ditetapkan dengan keputusan gubernur.

2.3.10.2 Penagihan PBBKB

Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak

terutang dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT,

STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat

Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang

menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar

bertambah. Penagihan pajak dilakukan dengan

terlebih dahulu memberikan surat teguran atau surat

peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal

tindakan penagihan pajak. Surat teguran atau surat

peringatan dikeluarkan tujuh hari sejak surat teguran

atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis

diterima, wajib pajak harus melunasi pajak yang

terutang.

Apabila jumlah pajak terutang dalam harus

dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu yang

ditentukan dalam surat teguran atau surat peringatan

atau surat lain yang sejenis akan ditagih dengan

Surat Paksa. Tindakan penagihan pajak dengan

Surat Paksa dapat dilanjutkan dengan tindakan

penyitaan, pelelangan, pencegahan dan

penyanderaan jika wajib pajak tetap tidak mau

melunasi utang pajaknya sebagaimana mestinya.

Apabila dilakukan penyitaan dan pelelangan barang

milik wajib yang disita pemerintah pronsi diberi hak

mendahulu untuk tagihan pajak atau barang-barang

milik wajib pajak atau penggung pajak. Ketentuan

hak mendahului meliputi pokok pajak, sank

administrasi berupa kenaikan, bunga, denda dan

biaya penagihan pajak. Adanya ketentuan tentang

hak mendahului untuk memberikan jaminan kepada

daerah pelunasan utang pajak daerah apabila pada

saat bersamaan wajib pajak memiliki utang pajak

dan juga utang/kewajiban perdata kepada kreditur

lainnya, sementara wajib pajak tidak mampu

melunasi semua utangnya sehingga dinyatakan

pailit.

2.2.10 Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan,

Ketetapan dan Penghapusan atau

Pengurangan Sanksi Administrasi

PBBKB

Atas permohonan wajib pajak atau karena

jabatannya, gubernur dapat membetulkan SKPD,

SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau

SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat

kesalahan tulis dan atau kesalahan hitung dan atau

kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam

peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

Selain itu gubernur dapat:

a. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi

administrasi berupa bunga,denda dan kenaikan

pajak yang terutang menurut peraturan-peraturan

perundang-undangan perpajakan daerah. Dalam

ini sanksi yang dikenakan karena kekhilafan

wajib pajak atau bukan karena kesalahannya;

b. Mengurangkan atau membatalkan SKPD,

SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau

SKPDLB yang tidak benar;

c. Mengurangkan atau membatalkan STLD;

Page 8: Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi …digilib.binadarma.ac.id/.../123-123-hestimeili-7128-1-jurnal+s-i.pdf · Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan; dan k. Bea

d. Membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan

pajak yang dilaksanakan atau diterbitkan tidak

sesuai dengan tata cara yang ditentukan; dan

e. Mengurangkan ketetapan pajak terutang

berdasarkan pertimbangan kemampuan

membayar wajib pajak atau kondisi tertentu

objek pajak.

2.2.11 Pembukuan dan Pemeriksaan PBBKB

2.2.11.1 Pembukuan PBBKB

Pencatatan diselenggarakan dengan sebaik-

baiknya yang mencerminkan keadaan atau kegiatan

usaha sebenarnya. Pebukuan atau pencatatan serta

dokumen lainnya yang berhubungan dengan uasaha

atau perusahaan wajib pajak harus disimpan selama

lima tahun. Tata cara pencatatan ditetapkan oleh

kepala daerah yang ditunjuk.

2.2.11.2 Pemeriksaan PBBKB

Gubernur atau pejabat yang ditunjuk

berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah

dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan

peraturan daerah tentang PBBKB. Pelaksanaan

pemeriksaan dilaksanakan oleh petugas yang

ditunjuk oleh gubernur atau pejabat yang

berwenang. Untuk keperluan pemeriksaan, petugas

pemeriksa harus dilengkapi dengan tanda pengenal

pemeriksa dan surat perintah pemeriksaan serta

harus memperlihatkan kepada wajib pajak yang

diperiksa.

2.2.12 Keringanan dan pembebasan PBBKB

Berdasarkan permohonan wajib pajak

gubernur dapat memberikan pengurangan, keringan

dan pembebasan pajak. Tata cara pemberian

pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak

ditetapkan dengan keputusan gubernur.

2.2.13 Pengembalian Kelebihan Pembayaran

PBBKB

Proses pengenaan dan pemungutan

PBBKB memungkinkan terjadi kelebihan

pembayaran pajak, apabila ternyata wajib pajak

membayar pajak, tetapi sebenarnya tidak ada pajak

yang terutang, dikabulkannya permohonan

keberatan atau banding wajib pajak sementara wajib

pajak telah melunasi utang pajak tersebut, ataupun

sebab lainnya. Atas kelebihan pembayaran PBBKB,

wajib pajak dapat mengajukan pemohonan

pengembalian kepada gubernur atau pejabat yang

ditunjuk oleh gubernur.

2.2.14 Bagi Hasil Pajak dan Biaya

Pemungutan PBBKB

2.2.14.1 Bagi Hasil Pajak

Hasil penerimaan PBBKB merupakan

pendapatan daerah yang harus disetorkan seluruhnya

ke kas daerah provinsi. Hasil penerimaan PBBKB

sebagian diperuntukkan bagi daerah kabupaten/kota

di wilayah provinsi tempat pemungutan PBBKB.

Pembagian hasil penerimaan PBBKB ditetapkan

dalam peraturan daerah provinsi dengan

perimbangan adalah:

a. 30% menjadi bagian provinsi; dan

b. 70% diserahkan kepada kabupaten/kota.

Pembagian hasil penerimaan PBBKB

dilakukan setelah dikurangi biaya peungutan sebesar

lima persen. Pembagian hasil penerimaan PBBKB

dilakukan dengan memerhatikan aspek pemerataan

dan potensi antardaerah kabupaten/kota. Hal ini

dilakukan dengan pertimbangan bahawa potensi

antara satu kabupaten/kota yang satu dengan

kabupaten/kota lainnya tidak sama. Untuk

pemerataan dan keadilan dalam pembagian daerah

kabupaten/kota, besarnya bagian masing-masing

kabupaten/kota didasarkan pada kesepatan

kabupaten/kota yang ada dalam wilayah provinsi

yang bersangkutan. Berdasarkan hasil kesepakatan

tersebut gubernur menetepkan bagian masing-

masing kabupaten/kota dengan keputusan gubernur.

Penyerahan bagi hasil pajak bagian kabupaten/kota

dilakukan dengan cara pemindahanbukuan dari kas

daerah pemerintah provinsi ke rekening ke kas

pemerintah kabupaten/kota.

2.2.14.2 Biaya Pemungutan Pajak

Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam

Negeri Nomor 28 Tahun 2002, pemerintah provinsi

wajib membayar biaya pemungutan kepada

pemungutu PBBKB yang besarnya disesuaikan

dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Pembayaran biaya pemungutan

dilaksanakan paling lambat 25 hari terhitung sejak

PBBKB disetorkan oleh pemungut. Pembayaran

biaya pemungutan dilaksanakan tanpa menuggu

debet nota dari peungut. Jika biaya pemungut belum

disetorkan sampai dengan tanggal jatuh tempo,

biaya pemungutan diperhitungkan dalam penyetoran

PBBKB pada bulan berikutnya.

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan

pemungutan dan pengelolaan PBBKB, diberikan

biaya pemungutan sebesar lima persen dari hasil

Page 9: Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi …digilib.binadarma.ac.id/.../123-123-hestimeili-7128-1-jurnal+s-i.pdf · Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan; dan k. Bea

penerimaan pajak yang telah disetorkan ke kas

daerah provinsi. Alokasi biaya pemungutan PBBKB

terdiri dari:

a. 80% untuk aparat pelaksanaan terdiri dari:

20% untuk dinas/instansi pengelola;

60% untuk pertamina dan produsen bahan

bakar kendaraan bermotor lainnya

b. 20% untuk aparat penunjang, terdiri dar:

5% untuk tim Pembina pusat;

15% untuk aparat penunjang lainnya.

2.2.15 Kedaluawarsa Penagihan Pajak dan

Penghapusan Pitang PBBKB

2.2.15.1 Kedaluarwarsa Penagihan Pajak

Hak gubernur untuk melakukan penagihan

PBBKB kedalurwarsa setelah melampaui jangka

waktu lima tahun terhitung sejak saat terutangnya

pajak, kecuali wajib pajak melakukan tindak pidana

di bidang perpajakan daerah. Walaupun demikian,

dalam keadaan tertentu kedaluwarsa penagihan

PBBKB dapat ditangguhkan, yaitu apabila kepada

wajib pajak diterbitkan surat teguran dan Surat

Paksa atau ada pengakuan utang pajak dari wajib

pajak baik langsung maupun tidak langsung.

2.2.15.2 Penghapusan Piutang Pajak PBBKB

Piutang pajak PBBKB yang penagihannya

sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan. Penghapusan

piutang pajak dilakukan oleh gubernur berdasarkan

permohonan penghapusan piutang pajak dari Kepala

Dinas Pendapatan Daerah Provinsi. Berdasarkan

permohonan tersebut, gubernur menetapkan

penghapusan piutang PBBKB dengan terlebih

dahulu mendapat pertimbangan dari tim yang

dibentuk oleh gubernur.

2.3 Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris

yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu

yang dilakukan berhasil. Sedangkan menurut kamus

ilmiah popular mendefenisikan efektifitas sebagai

ketetapan penggunaan, hasil guna atau menunjang

tujuan.

2.3.11 Efektivitas PBBKB

Efektifitas pajak daerah menunjukkan

pencapaian target dari penerimaan PBBKB terhadap

target yang telah ditetapkan dari PBBKB pada tahun

tertentu. Rumus dari efektivitas adalah sebagai

berikut:

𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵

𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ× 100%

Kriteria yang digunakan dalam menilai

efektifitas pajak daerah adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Klasifikasi Kriteria Efektivitas

Persentase Kriteria

>100% Sangat Efektif

90-100% Efektif

80-90% Cukup Efektif

60-80% Kurang Efektif

< 60% Tidak Efektif

Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327

2.4 Kontribusi Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Terhadap Penerimaan Pajak Daerah.

Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui

seberapa besar kontribusi pajak bahan bakar

kendaraan bermotor terhadap realisasi penerimaan

pajak daerah dengan rumus sebagai berikut:

𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑛× 100%

Tabel 3.2

Klasifikasi Kriteria Kontribusi

Persentase Kriteria

0,00% - 10% Tidak Berkontribusi

10,10% - 20% Kurang Berkontribusi

20,10% - 30% Cukup Berkontribusi

30,10%- 40% Berkontribusi

40,10% - 50% Sangat Berkontribusi

Sumber : Tim Litbang Depdagri-fisipol UGM

Page 10: Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi …digilib.binadarma.ac.id/.../123-123-hestimeili-7128-1-jurnal+s-i.pdf · Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan; dan k. Bea

2.5 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah

Realisasi penerimaan pajak daerah adalah

Penerimaan pajak daerah Dispenda Provinsi

Sumatera Selatan dalam satu tahun.

2.6 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akan mengulas tentang

permasalahan efektifitas dan kontribusi realisasi

penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor

terhadap realisasi penerimaan pajak daerah di

Provinsi Sumatera Selatan.

Pajak daerah adalah iuran wajib yang

dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau

badan tanpa imbalan langsung berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Menurut UU RI No.28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jenis Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah terbagi menjadi

dua,yaitu:

1. Jenis Pajak provinsi terdiri atas:

a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

d. Pajak Air Permukaan dan

e. Pajak Rokok.

2. Jenis Pajak Kabupaten/kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran;

c. Pajak Hiburan;

d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

perkotaan; dan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan.

Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

(PBBKB) adalah pajak penggunaan bahan bakar

kendaraan bermotor. Sedangkan bahan bakar

kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar

cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan

bermotor. Yang menjadi objek pajak bahan bakar

kendaraan bermotor adalah Bahan bakar kendaraan

bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan

untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar

yang digunakan untuk kendaraan di air. Sedangkan

yang menjadi subjek pajak bahan bakar kendaraan

bermotor adalah konsumen yang menggunakan

bahan bakat kendaraan bermotor.

Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

yang terutang dipungut di wilayah provinsi tempat

lembaga penyalur dan konsumen langsung bahan

bakar kendaraan bermotor berada. Lembaga

penyalur antara lain Stasiun Pengisian Bahan Bakar

untuk Umum (SPBU), Stasiun Pengisian Bahan

Bakar untuk ABRI (SPBA), Agen Premium dan

Minyak Solar (APMS), Premium Solar Packed

dealer (PSPD), Stasiun Pengisian Bahan Bakar

Bunker (SPBB), Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas

(SPBG), dan Stasiun pengisian bahan bakar untuk

kendaraan di atas air. Konsumen langsung adalah

pengguna bahan bakar kendaraan bermotor dari

penyedia bahan bakar kendaraan bermotor.

Efektivitas adalah suatu keadaan yang

terjadi sebagai akibat yang dikehendaki. Bila

konsep efektivitas dikaitkan dengan pemungutan

pajak, terutama realisasi penerimaan pajak bahan

bakar kendaraan bermotor, maka efektivitas yang

dimaksud adalah seberapa besar realisasi

penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor

berhasil mencapai target yang telah ditetapkan dari

target penerimaan pajak bahan bakar kendaraan

bermotor pada suatu periode tertentu. Perhitungan

efektivitas pajak bahan bakar kendaraan bermotor

dapat dilihat dari perbandingan data berupa realisasi

penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor

dengan target pajak bahan bakar kendaraan

bermotor. Rasio efektivitas pajak bahan bakar

kendaraan bermotor di anggap baik apabila rasio ini

mencapai minimal 1 atau 100%. Dari perhitungan

tersebut dilakukan intepretasi dengan menggunakan

kriteria efektifivitas pajak bahan bakar kendaraan

bermotor.

Kontribusi adalah sumbangan. Untuk

mengetahui berapa besar sumbangan yang didapat

pajak bahan bakar kendaraan bermotor terhadap

realisasi penerimaan pajak daerah Provinsi Sumatera

Selatan pada tahun 2011, 2012 dan 2013.

Perhitungan kontribusi pajak bahan bakar kendaraan

bermotor dapat dilihat dari perbandingan data

berupa realisasi penerimaan pajak bahan bakar

kendaraan bermotor terhadap realisasi penerimaan

pajak daerah Provinsi Sumatera Selatan pada tahun

2011, 2012 dan 2013.

Hasil dari perhitungan efektivitas dan

kontribusi, kemudian dapat menggambarkan

bagaimana tingkat efektivitas dan kontribusinya

terhadap realisasi penerimaan pajak daerah Provinsi

Sumatera Selatan pada tahun 2011, 2012 dan 2013.

Berdasarkan kerangka penelitian diatas,

dapat dijelaskan dalam skema kerangka pemikiran

sebagai berikut:

Efektifitas

PBBKB

(X1) Realisasi

Penerimaan

Pajak Daerah

(Y)

Page 11: Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi …digilib.binadarma.ac.id/.../123-123-hestimeili-7128-1-jurnal+s-i.pdf · Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan; dan k. Bea

Gambar 2.1

Paradigma Penelitian

3 OBJEK DAN METODOLOGI

PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Dinas

Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan yang

beralamat di Jl. Pom IX kampus Palembang

Sumatera Selatan.

3.2 Operasional Variabel

Untuk menganalisis keterkaitan antara

tingkat efektifitas dan kontribusi realisasi

penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor

dengan realisasi penerimaan pajak daerah provinsi

Sumatera

3.2.1 Efektifitas

Efektifitas PBBKB menunjukkan pencapaian

target dari penerimaan PBBKB terhadap target yang

ditetapkan dari PBBKB pada tahun tertentu. Rumus

efektifitas adalah sebagai

berikut:𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛

𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛× 100%

Kriteria yang digunakan dalam menilai

efektifitas pajak daerah adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Klasifikasi Kriteria Efektivitas

Persentase Kriteria

>100% Sangat Efektif

90-100% Efektif

80-90% Cukup Efektif

60-80% Kurang Efektif

< 60% Tidak Efektif

Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327

3.2.2 Kontribusi Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Terhadap Penerimaan Pajak Daerah.

Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui

seberapa besar kontribusi pajak bahan bakar

kendaraan bermotor terhadap realisasi penerimaan

pajak daerah dengan rumus sebagai berikut:

𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵

= 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑛× 100%

Tabel 3.2

Klasifikasi Kriteria Kontribusi

Persentase Kriteria

0,00% - 10% Tidak Berkontribusi

10,10% - 20% Kurang Berkontribusi

20,10% - 30% Cukup Berkontribusi

30,10%- 40% Berkontribusi

40,10% - 50% Sangat Berkontribusi

Sumber : Tim Litbang Depdagri-fisipol UGM

4 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah

Realisasi penerimaan pajak daerah adalah

Penerimaan pajak daerah Dispenda Provinsi

Sumatera Selatan dalam satu tahun.

Tabel 3.3

Operasional Variabel

Variabel Definisi

Variabel

Indikator Skala

Ukur

Efektifitas

PBBKB

(X1)

Pencapaian

target dari

penerimaan

PBBKB

terhadap

target yang

ditetapkan

dari

PBBKB

pada tahun

tertentu.

Realisasi

Penerim

aan

PBBKB

Target

Realisasi

Penerim

aan

PBBKB

Nominal

Kontribusi

PBBKB

(X2)

Seberapa

besar

kontribusi

pajak bahan

bakar

kendaraan

bermotor

terhadap

realisasi

penerimaan

pajak

daerah

Realisasi

Penerim

aan

PBBKN

Realisasi

Penerim

aan

Pajak

Daerah

Nominal

Realisasi

Penerimaan

Pajak

Daerah (Y)

Realisasi

penerimaan

pajak

daerah

adalah

Penerimaan

pajak

daerah

Dispenda

Provinsi

Sumatera

Selatan

dalam satu

tahun.

Realisasi

Penerimaan

Pajak

Daerah.

Nominal

3.3 Sumber dan Teknik Pengambilan Data

Dalam melakukan penelitian ini, penulis

menggunakan beberapa metode untuk memperoleh

Kontribusi

PBBKB

(X2)

Page 12: Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi …digilib.binadarma.ac.id/.../123-123-hestimeili-7128-1-jurnal+s-i.pdf · Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan; dan k. Bea

dan mengumpulkan data-data yang diperlukan, baik

data primer maupun data sekunder.

a. Data Primer adalah data yang diperoleh secara

langsung dari objek yang diteliti atau data yang

berasal dari sumber aslinya. Dalam penelitian

ini data primer berupa data laporan realisasi

penerimaan pajak bahan bakar kendaraan

bermotor tahun 2011,2012 dan 2013 dan

laporan realisasi penerimaan pajak daerah

provinsi Sumatera Selatan tahun 2011, 2012

dan 2013.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh

melalui sumber-sumber lain diluar objek yang

diteliti. Data sekunder juga di dapat dengan

cara membaca buku-buku, dan bahan bacaan

lain yang berhubungan dengan topik skripsi.

Dalam penelitian ini data sekunder berupa

sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Sumatera Selatan, Struktur Organisasi

dan Pembagian Tugas di Dinas Pendapatan

Daerah Sumatera Selatan.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik penelitian data yang digunakan

dalam penulisan ini adalah teknik analisis deskriptif

kualitatif. Deskriptif adalah metode yang digunakan

untuk mengambarkan suatu objek tertentu

berdasarkan data yang ada, kemudian dikumpulkan,

diklasifikasikan, dan dianalisis. Deskriptif kualitatif

yaitu menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat

dipisahkan menurut kategori tertentu untuk dapat

memperoleh kesimpulan dari pengamatan yang telah

dilakukan.

4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.4.1 Efektifitas Penerimaan Pajak Bahan

Bakar Kendaraan Bermotor

Tabel 4.1 dibawah ini akan

menggambarkan efektivitas penerimaan pajak bahna

bakar kendaraan bermotor.

Gambar 4.1

Efektivitas Penerimaan Pajak Bahan Bakar

Kendaraan bermotor Provinsi Sumatera Selatan

tahun 2011-2013

Sumber : DISPENDA Provinsi Sumatera Selatan

Tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa tingkat

efektivitas penerimaan pajak bahan bakar kendaraan

bermotor pada tahun 2011 realisasi penerimaan

pajak bahan bakar kendaraan bermotor sebesar

92,62%. Hal ini disebabkan karena adamya factor

internal dan factor eksternal. Faktor internalnya

adalah kurangnya realisasi pajak bahan bakar

kendaraan bermotor terhadap wajib pajak itu sendiri,

sedangkan factor eksternal adalah wajib pajak bahan

bakar kendaraan bermotor tidak melaporkannya.

Pada tahun 2012 realisasi penerimaan pajak

bahan bakar kendaraan bermotor meningkat sebesar

110,47%. Hal ini disebabkan karena target yang

ditetapkan oleh dinas pendapatan daerah Provinsi

Sumatera Selatan sama dengan target tahun

sebelumnya, sedangkan penggunaan bahan bakar

meningkat.

Pada tahun 2013 realisasi penerimaan pajak

bahan bakar kendaraan bermotor sebesar 110,49

mengalami peningkatan, karena jumlah pemakaian

bahan bakar kendaraan bermotor setiap tahunnya

meningkat. Rata-rata realisasi penerimaan pajak

bahan bakar kendaraan dari tahun 2011-2013

sebesar 104,52%. Jika berdasarkan pada kriteria

atau indicator tersebut maka penilaiannya adalah

sangat efektif. Hal itu menunujukan bahwa Dinas

Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

sangat efektif dalam mengelola pajak bahan bakar

kendaraan bermotor.

4.4.2 Kontribusi Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor terhadap

Penerimaan Pajak Daerah

Tabel 4.2 dibawah ini akan

menggambarkan Kontribusi Pajak Bahan Bakar

Kendaraan bermotor terhadap Penerimaan pajak

daerah :

Gambar 4.2

0

100

200

300

400

500

600

2011 2012 2013

REALISASIPBB-KB

TARGET PBB-KB

Page 13: Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi …digilib.binadarma.ac.id/.../123-123-hestimeili-7128-1-jurnal+s-i.pdf · Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan; dan k. Bea

Kontribusi Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor (PBB-KB) terhadap Penerimaan Pajak

Daerah Provinsi Sumatera Selatan Tahun

2011-2013

Sumber : DISPENDA Provinsi Selatan

Tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa

kontribusi pajak bahan bakar kendaraan bermotor

terhadap Penerimaan Pajak Daerah rata-rata dari

tahun 2011-2013 adalah sebesar 24,74 %. Pada

tahun 2011 realisasi penerimaan pajak bahan bakar

kendaraan bermotor sebesar 22,44% jika

berdasarkan pada kriteria atau indikator tersebut

diatas maka penilaiannya adalah cukup

berkontribusi.

Pada tahun 2012 realisasi penerimaan pajak

bahan bakar kendaraan bermotor sebesar 24,480%

jika berdasarkan pada kriteria atau indikator tersebut

diatas maka penilaiannya adalah cukup

berkontribusi.

Pada tahun 2013 realisasi penerimaan pajak

bahan bakar kendaraan bermotor sebesar 27,44%

jika berdasarkan pada kriteria atau indikator tersebut

diatas maka penilaiannya adalah cukup

berkontribusi. Walaupun kontribusi pajak bahan

bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi

penerimaan pajak daerah pada Dinas Pendapatan

Daerah Provinsi Sumatera Selatan cukup

berkontribusi tetapi setiap tahun kontribusi pajak

bahan bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi

penerimaan pajak pajak terus meningkat.

Hal tersebut menunjukan bahwa Dinas

Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

serius dalam memperhatikan, memanfaatkan, dan

mengoptimalkan sumber-sumber penerimaan yang

tergolong dalam objek pajak bahan bakar kendaraan

bermotor. Sehingga kontribusinya terhadap

penerimaan pajak daerah adalah cukup memuaskan.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Efektivitas Penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor

Efektivitas Penerimaan Pajak bahan bakar

kendaraan bermotor dijelaskan pada gambar 4.1

dibawah ini :

Gambar 4.1 diatas memperlihatkan bahwa

tingkat efektivitas penerimaan Pajak bahan bakar

kendaraan bermotor terhadap realisasi penerimaan

pajak daerah pada Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut:

a. Pada tahun 2011 realisasi pajak bahan bakar

kendaraan bermotor sebesar Rp

375.173.930.914,80 dan target pajak bahan

bakar kendaraan bermotor sebesar Rp

405.079.000.000,00. Untuk menghitung

efektifitas realisasi penerimaan pajak bahan

bakar kendaraan bermotor dengan

menggunakan rumus yaitu: 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛

𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛× 100%

=𝑅𝑝 375.173.930.914,80

𝑅𝑝 405.079.000.000,00× 100%

= 92,62%

Persentase pajak bahan bakar kendaraan

bermotor sebesar 92,62 %, hal tersebut

menunjukan bahwa penerimaan pajak bahan

bakar kendaraan bemotor pada tahun 2011

adalah efektif.

b. Pada tahun 2012 realisasi pajak bahan bakar

kendaraan bermotor sebesar Rp

447.508.443.100,00 dan target pajak bahan

bakar kendaraan bermotor sebesar Rp

405.079.000.000,00. Untuk menghitung

efektifitas realisasi penerimaan pajak bahan

bakar kendaraan bermotor dengan

menggunakan rumus yaitu:

𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵

=𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛

𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛× 100%

=𝑅𝑝 447.508.443.100,00

𝑅𝑝 405.079.000.000,00× 100%

= 110,47%

Persentase pajak bahan bakar kendaraan

bermotor sebesar 110,47 %, hal tersebut

menunjukan bahwa penerimaan pajak bahan

bakar kendaraan bemotor pada tahun 2012

adalah sangat efektif.

0

500

1000

1500

2000

2011 2012 2013

Realisasi PBB-KB

RealisasiPajak Daerah

Page 14: Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi …digilib.binadarma.ac.id/.../123-123-hestimeili-7128-1-jurnal+s-i.pdf · Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan; dan k. Bea

c. Pada tahun 2012 realisasi pajak bahan bakar

kendaraan bermotor sebesar Rp

503.333.162.553,00 dan target pajak bahan

bakar kendaraan bermotor sebesar Rp

460.079.000.000,00. Untuk menghitung

efektifitas realisasi penerimaan pajak bahan

bakar kendaraan bermotor dengan

menggunakan rumus yaitu:

𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵

=𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛

𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛× 100%

=𝑅𝑝 503.333.162.553,00

𝑅𝑝 460.079.000.000,00× 100%

= 110,49%

Persentase pajak bahan bakar kendaraan

bermotor sebesar 110,49 %, hal tersebut

menunjukan bahwa penerimaan pajak bahan

bakar kendaraan bemotor pada tahun 2013

adalah sangat efektif.

4.3.2 Kontribusi Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor terhadap Realisasi

Penerimaan Pajak Daerah

Kontribusi Pajak bahan bakar kendaraan

bermotor terhadap realisasi penerimaan pajak daerah

pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera

Selatan dijelaskan pada gambar 4.2 dibawah ini.

Gambar 4.2 diatas memperlihatkan bahwa

tingkat kontribusi penerimaan Pajak bahan bakar

kendaraan bermotor terhadap realisasi penerimaan

pajak daerah pada Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut:

a. Pada tahun 2011 realisai pajak bahan bakar

kendaraan bermotor sebesar Rp

375.173.930.914,80 dan realisasi pajak daerah

sebesar Rp 1.671.518.571.681,25. Untuk

menghitung efektifitas realisasi penerimaan

pajak bahan bakar kendaraan bermotor dengan

menggunakan rumus yaitu: 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑛× 100%

=𝑅𝑝 375.173.930.914,80

𝑅𝑝 1.671.518.571.681,25× 100%

= 22,44%

Persentase kontribusi realisasi pajak bahan

bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi

pajak daerah pada Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Sumatera Selatan sebesar 22,44%, hal

tersebut menunjukan bahwa kontribusi

penerimaan pajak bahan bakar kendaraan

bemotor terhadap realisasi pajak daerah pada

Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera

Selatan pada tahun 2011 adalah cukup

berkontribusi.

b. Pada tahun 2011 realisai pajak bahan bakar

kendaraan bermotor sebesar Rp

447.508.443.100,00 dan realisasi pajak daerah

sebesar Rp 1.803.818.571.293,00. Untuk

menghitung efektifitas realisasi penerimaan

pajak bahan bakar kendaraan bermotor dengan

menggunakan rumus yaitu:

𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑛× 100%

=𝑅𝑝 447.508.443.100,00

𝑅𝑝 1.508.818.849.293,00× 100%

= 24,80%

Persentase kontribusi realisasi pajak bahan

bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi

pajak daerah pada Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Sumatera Selatan sebesar 24,80%, hal

tersebut menunjukan bahwa kontribusi

penerimaan pajak bahan bakar kendaraan

bemotor terhadap realisasi pajak daerah pada

Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera

Selatan pada tahun 2012 adalah cukup

berkontribusi.

c. Pada tahun 2011 realisai pajak bahan bakar

kendaraan bermotor sebesar Rp

375.173.930.914,80 dan realisasi pajak daerah

sebesar Rp 1.671.518.571.681,25. Untuk

menghitung efektifitas realisasi penerimaan

pajak bahan bakar kendaraan bermotor dengan

menggunakan rumus yaitu:

𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑛× 100%

=𝑅𝑝 508.333.162.553,00

𝑅𝑝 1.882.596.915.640,25× 100%

= 27,00%

Persentase kontribusi realisasi pajak bahan

bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi

pajak daerah pada Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Sumatera Selatan sebesar 27,00%, hal

tersebut menunjukan bahwa kontribusi

penerimaan pajak bahan bakar kendaraan

bemotor terhadap realisasi pajak daerah pada

Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera

Selatan pada tahun 2013 adalah cukup

berkontribusi.

5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil Analisis Efektivitas Dan

Kontribusi Realisasi Penerimaan Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor Terhadap Realisasi

Penerimaan Pajak Daerah Provinsi Pada Dinas

Page 15: Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi …digilib.binadarma.ac.id/.../123-123-hestimeili-7128-1-jurnal+s-i.pdf · Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan; dan k. Bea

Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan yang

telah diuraikan pada Bab IV sebelumnya, penulis

dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Efektifitas penerimaan pajak bahan bakar

kendaraan bermotor diprovinsi Sumatera

Selatan adalah sangat efektif. Hal ini

menunjukan bahwa Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Sumatera Selatan dinilai sangat efektif

dalam mengelola penerimaan pajak bahan bakar

kendaraan bermotor

2. Kontribusi pajak bahan Bakar kendaraan

bermotor terhadap penerimaan pajak daerah

diprovinsi Sumatera Selatan adalah cukup

berkontribusi. Hal ini menunjukan bahwa Dinas

Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

cukup serius mengidentifikasi, menggali, dan

mengoptimalkan sejumlah objek pajak lainnya

yang menjadi objek pajak kendaraan bermotor

untuk ditetapkan dan dipungut sebagai pajak

bahan bakar kendaraan bermotor.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian

sebagaimana dipaparkan di atas, maka

direkomendasikan saran yaitu Karena kontribusi

pajak bahan bakar kendaraan bermotor terhadap

penerimaan pajak daerah cukup berkontribusi maka

penulis merekomendasikan kepada Dinas

Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan untuk

lebih meningkatkan potensi penerimaan pajak bahan

bakar kendaraan bermotor dengan cara

mengindetifikasi objek pajak yang terkait dengan

pajak bahan bakar kendaraan bermotor yang masih

belum teridentifikasi untuk dikenakan pungutan

sehingga penerimaan pajak bahan bakar kendaraan

dapat menjadi optimal. Serta melakukan sejumlah

langkah berupa sosialisasi tentang pentingnya pajak

bagi keberlangsungan pembangunan infrasturuktur

jalan.

Daftar Pustaka

Ikatan Akuntan Indonesia, 2013. Susunan Dalam

Satu Naskah Undang - Undang Perpajakan,

Cetakan ke-26. Jakarta: IAI.

Muljono, Djoko.2010. Panduan Brevet Pajak,

Pajak Penghasilan. Yogyakarta : CV. Andi Offset.

Siahaan, Marihot P. 2010. Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah. Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali

Pers.

Wokes,Hasannudin Heince R.N.2013. Analisis

Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Kendaraan

BermotorTerhadap Penerimaan Pendapatan Asli

Daerah Di Provinsi Maluku Utara

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 28

Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah .

Waluyo. 2013. Perpajakan Indonesia. Edisi 11

Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.

Wahyudi.i dan Enggar D. P. A, Sri Rahayu . 2013.

Analisis Efisiensi Dan Efektivitas Penerimaan Pajak

Daerah Propinsi Jambi (Studi Pada Dinas

Pendapatan Daerah Propinsi Jambi)

Alliyah, Siti. 2013. Efektivitas Bantuan Langsung

Sementara Masyarakat Sebagai

KompensasiKenaikan Harga Bahan Bakar Minyak

Tahun 2013 Bagi Rakyat Miskin