ANALISA TEKNO EKONOMI PENEMPATAN MAIN ENGINE DI...

12
Dunia maritim telah mengalami perkembangan yang begitu pesat sehingga menghasilkan berbagai macam kapal yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan. Salah satu kebutuhan tersebut yaitu untuk eksploitasi dan eksplorasi minyak dan gas bumi di laut. Untuk menunjang kegiatan tersebut dibutuhkan suatu teknologi pendukung salah satunya adalah kapal jenis Production Support Vessel (Utility) yang dimana merupakan suatu jenis kapal yang secara umum bertujuan untuk menunjang atau memberikan pelayanan untuk memperlancar kegiatan eksplorasi, diantaranya aktifitas supply logistic untuk operasional lepas pantai, penjangkaran anjungan minyak terapung, perawatan bangunan lepas pantai dan riset oceanografi. Untuk membangun kapal PSV ini membutuhkan dana yang besar. Dengan adanya analisa tekno ekonomi terhadap penempatan main engine pada kapal tersebut diharapkan dapat mengurangi biaya produksi kapal. Analisa terhadap perencanaan peletakkan serta pemenuhan aspek-aspek pada kamar mesin diharapkan mampu berpengaruh pada nilai ekonomi kapal ini. Berdasarkan hasil analisa, didapatkan bahwa penempatan main engine pada frame 14 – 19 memiliki nilai ekonomis yang tinggi akan tetapi tetap sesuai dengan aspek-aspek di kamar mesin dan sesuai dengan klas Lloyd’s Register. Kata Kunci : kamar mesin, production support vessel, tekno,ekonomi BAB 1. PENDAHULUAN Perkembangan dunia maritim yang begitu pesat menghasilkan berbagai macam kapal yang dapat digunakan sesuai kebutuhan. Salah satu kebutuhannya yaitu untuk eksploitasi dan eksplorasi minyak dan gas bumi di laut. Untuk menunjang kegiatan tersebut dibutuhkan suatu teknologi pendukung salah satunya adalah kapal jenis production support vessel (utility) merupakan suatu jenis kapal yang secara umum bertujuan untuk menunjang atau memberikan pelayanan untuk mempelancar kegiatan eksplorasi, diantaranya aktifitas supply logistic untuk operasional lepas pantai, penjangkaran anjungan minyak terapung, perawatan bangunan lepas pantai dan riset oceanografi. Kapal ini dirancang untuk dapat beroperasi pada daerah perairan yang dalam dan kondisi yang ganas di daerah sekitar offshore platform maupun dermaga yang menjadi tempat berlabuh. Selain itu kapal production support vessel juga harus bisa membawa sejumlah besar muatan seperti pipa- pipa untuk pengeboran minyak, instalasi sumur minyak, lumpur pengeboran serta pada kecepatan tertentu, dengan jarak yang cukup jauh. Sehingga dari permasalahan tersebut dapat diangkat menjadi judul tugas akhir : ANALISA TEKNO EKONOMI PENEMPATAN MAIN ENGINE DI PRODUCTION SUPPORT VESSEL 48 M Haidir, Ir.Surjo W. Adji, M.Sc,Ceng,FIMarEST dan Ir.Amiadji, M.Sc. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected]

Transcript of ANALISA TEKNO EKONOMI PENEMPATAN MAIN ENGINE DI...

Dunia maritim telah mengalami perkembangan yang begitu pesat sehingga menghasilkan berbagai macam kapal yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan. Salah satu kebutuhan tersebut yaitu untuk eksploitasi dan eksplorasi minyak dan gas bumi di laut. Untuk menunjang kegiatan tersebut dibutuhkan suatu teknologi pendukung salah satunya adalah kapal jenis Production Support Vessel (Utility) yang dimana merupakan suatu jenis kapal yang secara umum bertujuan untuk menunjang atau memberikan pelayanan untuk memperlancar kegiatan eksplorasi, diantaranya aktifitas supply logistic untuk operasional lepas pantai, penjangkaran anjungan minyak terapung, perawatan bangunan lepas pantai dan riset oceanografi. Untuk membangun kapal PSV ini membutuhkan dana yang besar. Dengan adanya analisa tekno ekonomi terhadap penempatan main engine pada kapal tersebut diharapkan dapat mengurangi biaya produksi kapal. Analisa terhadap perencanaan peletakkan serta pemenuhan aspek-aspek pada kamar mesin diharapkan mampu berpengaruh pada nilai ekonomi kapal ini. Berdasarkan hasil analisa, didapatkan bahwa penempatan main engine pada frame 14 – 19 memiliki nilai ekonomis yang tinggi akan tetapi tetap sesuai dengan aspek-aspek di kamar mesin dan sesuai dengan klas Lloyd’s Register. Kata Kunci : kamar mesin, production support vessel, tekno,ekonomi

BAB 1. PENDAHULUAN

Perkembangan dunia maritim yang

begitu pesat menghasilkan berbagai macam

kapal yang dapat digunakan sesuai kebutuhan.

Salah satu kebutuhannya yaitu untuk

eksploitasi dan eksplorasi minyak dan gas

bumi di laut. Untuk menunjang kegiatan

tersebut dibutuhkan suatu teknologi

pendukung salah satunya adalah kapal jenis

production support vessel (utility) merupakan

suatu jenis kapal yang secara umum bertujuan

untuk menunjang atau memberikan pelayanan

untuk mempelancar kegiatan eksplorasi,

diantaranya aktifitas supply logistic untuk

operasional lepas pantai, penjangkaran

anjungan minyak terapung, perawatan

bangunan lepas pantai dan riset oceanografi.

Kapal ini dirancang untuk dapat

beroperasi pada daerah perairan yang dalam

dan kondisi yang ganas di daerah sekitar

offshore platform maupun dermaga yang

menjadi tempat berlabuh. Selain itu kapal

production support vessel juga harus bisa

membawa sejumlah besar muatan seperti pipa-

pipa untuk pengeboran minyak, instalasi

sumur minyak, lumpur pengeboran serta pada

kecepatan tertentu, dengan jarak yang cukup

jauh. Sehingga dari permasalahan tersebut

dapat diangkat menjadi judul tugas akhir :

ANALISA TEKNO EKONOMI PENEMPATAN MAIN ENGINE DI PRODUCTION SUPPORT VESSEL 48 M

Haidir, Ir.Surjo W. Adji, M.Sc,Ceng,FIMarEST dan Ir.Amiadji, M.Sc. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh

Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: [email protected]

Analisa Tekno Ekonomi Penempatan Main

Engine Di Production Support Vessel 48 m.

Dengan adanya pertimbangan analisa

secara tekno ekonomi tersebut diharapkan

kapal ini memiliki kamar mesin yang sesuai

dengan standart serta mampu menambah nilai

ekonominya.

1.2 Perumusan Masalah

Penggunaan analisa tekno ekonomis

terhadap cara peletakan mesin induk di kamar

mesin akan berpengaruh terhadap biaya

pembangunan kapal karena akan mengurangi

biaya produksi. Akan tetapi berbagai syarat

dari kelayakan kamar mesin harus tetap

diperhatikan.

1.3 Batasan Masalah

Permasalahan yang terjadi harus diberi

batasan untuk menjaga kosentrasi dari ide

skripsi serta mempermudah dalam

melaksanakan analisa. Berikut merupakan

batasan-batasan masalah tersebut, yaitu :

1. Hanya menganalisa penempatan main

engine dan efek dari penempatannya

secara ekonomis.

2. Tidak merancang sistem ataupun desain

kontruksi pendukung dari main engine

atau ruangannya.

3. Tidak menghitung stabilitas kapal secara

akurat.

1.4 Tujuan Skripsi

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Mampu menganalisa penentuan tata

letak main engine sehingga

memberikan keuntungan secara

ekonomis.

2. Mampu membandingkan berapa besar

efisiensi penghematan biaya produksi

dengan desain awal.

1.5 Manfaat Skripsi

Manfaat yang dihasilkan dari skripsi ini

adalah :

1. Mampu mengurangi biaya produksi

kapal.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Production Support Vessel (Utility)

Production Support Vessel (Utility) atau

kapal pendukung operasi adalah suatu kapal

yang digunakan dalam mendukung operasi

produksi sebuah kilang minyak di lepas pantai.

Dimana beberapa kapal ini dilengkapi dengan

peralatan pembantu operasi sebuah RIG

seperti tenaga hidrolik untuk menggerakkan

Riser and Lifting System (RALS) serta

menjaga dan mengurangi dampak lingkungan

yang terjadi di sekitar sumur minyak.

Selain itu, kapal jenis ini digunakan untuk

keperluan pengiriman perlengkapan dari rig,

seperti pipa, pondasi jack-up rig, dll.

Sedangkan pada pengerjaan skripsi ini akan

menganalisa Production Support Vessel

(Utility) 48 m.

Gambar 1. Production Support Vessel

(Utility)

2.2. Kamar Mesin

2.2.1. Penjelasan Umum

Kamar mesin atau engine room adalah

ruang atau kompartemen yang sangat penting

pada sebuah kapal. Di tempat inilah terdapat

mesin penggerak kapal yang biasanya

dinamakan mesin induk atau mesin utama. Di

kamar mesin pula terletak sumber tenaga

untuk membangkitkan listrik yang berupa

generator listrik kapal, pompa-pompa, dan

bermacam-macam peralatan kerja yang

menunjang pengoperasian kapal. Konstruksi

kamar mesin dibuat khusus karena adanya

beban-beban tambahan yang bersifat tetap,

seperti berputarnya mesin utama dan mesin

lainnya.

Kamar mesin pada kapal-kapal besar

biasanya lebih dari dua lantai. Pada lantai

pertama atau lantai alas dalam terletak mesin

utama dan pada lantai kedua

terletak generator pembangkit tenaga listrik.

Jumlah generator lebih dari satu, dan

umumnya dua atau tiga. Hal tersebut

dimaksudkan sebagai cadangan, jika salah satu

generatornya rusak atau sedang dalam

perbaikan.

2.2.2. Peletakan Kamar Mesin

Pada umumnya letak kamar mesin

pada kapal adalah di belakang kapal di dekat

buritan kapal, bila letak ruang mesin berada

agak ke depan, jaraknya tidak lebih dari 1

ruang muat, hal ini mempertimbangkan

beberapa hal, seperti berikut :

1. Panjang poros

Panjang poros diusahakan tidak terlalu

panjang, meskipun terdapat ruang muat di

belakang ruang mesin, sehingga hanya dibatasi

terdapat 1 ruang muat dibelakang ruang mesin.

2. Trim

Penempatan ruang mesin yang sedikit agak

kedepan akan mengurangi trim yang

berlebihan.

3. Navigasi

Karena pada umumnya ruang akomodasi dan

ruang navigasi berada di atas ruangan mesin,

maka jika penempatan ruang mesin berada

agak ke depan, maka dengan sendirinya posisi

ruang navigasi juga akan berada agak ke

depan, yang mana akan memudahkan awak

kapal melakukan navigasi secara visual,

karena halangan pada saat kapal membawa

muatan petikemas penuh, akan lebih sedikit

bila dibandingkan dengan seluruh ruang muat

berada di depan ruang akomodasi dan

navigasi.

2.2.3. Ukuran Kamar Mesin

Kamar mesin memiliki beberapa

pertimbangan dalam menentukan ukurannya,

yaitu :

1. Panjang Kamar Mesin.

Sebagai dasar pertimbangan pemasangan

mesin kapal dan perlengkapan kapal

terdapat satu hal penting pada tahap awal

perancangan, yaitu menentukan panjang

kamar mesin. Karena ukuran ini

menentukan panjang kapal secara

keseluruhan, yang selanjutnya juga

mempengaruhi bentuk kapal, performance,

struktur dan sebagainya. Diluar

pertimbangan kemudahan akses dan

perawatan, panjang kamar mesin sebaiknya

sependek mungkin, karena makin panjang

kamar mesin, makin besar berat konstruksi,

dan makin kecil kapasitas / ruang muat.

2. Tinggi Kamar Mesin

Engine casing harus dibuat cukup tinggi

untuk perawatan dan overhaul mesin induk

secara periodik yang dimana akan terdapat

perawatan dan penggantian komponen

seperti piston mesin sehingga perlu untuk di

keluarkan dari mesin induk, untuk

keperluan pengeluaran piston ini

dibutuhkan ruang yang cukup atau tinggi.

2.2.4. Aspek-Aspek Pada Kamar Mesin

Pada kamar mesin terdapat beberapa

aspek yang harus dipenuhi agar tercipta

lingkungan kerja yang baik dan sehat. Berikut

beberapa aspek tersebut, yaitu :

1. Familiarity

Familiarity atau kemudahan untuk

mengenal peralatan-peralatan, layout,

sistem, sinyal, prosedur yang terdapat di

kamar mesin akan memberikan

keselamatan dan efisiensi. Biasanya pada

untuk memberikan kemudahan pengenalan

sistem diberikan tanda warna yang berbeda-

beda tiap sistemnya.

2. Occupational Health

Occupational Health atau kesehatan kerja

merupakan hubungan antara kamar mesin

dengan kesehatan kru kapal. Kamar mesin

yang sehat dan nyaman bagi kru kapal akan

mengurangi tingkat kepenatan psikologi.

3. Ergonomics

Ergonomics merupakan suatu faktor untuk

menentukan letak-letak peralatan, control

serta instrumentasi agar kru kapal dapat

menjangkaunya dengan baik. Sehingga

akan mempermudah pekerjaan kru dan

mengurangi tingkat kecelakaan.

4. Minimizing Risk Through Layout and

Design

Faktor ini merupakan salah satu faktor

keselamatan kerja di kamar mesin dengan

cara menata peralatan permesinan sesuai

dengan desain. Hal ini akan mengurangi

tingkat kecelakaan kerja karena taat kepada

desain yang telah direncanakan.

5. Survivability

Survivability atau kemampuan untuk

bertahan dalam arti jika terjadi situasi

darurat pada kamar mesin, semua kru dapat

menyelamatkan diri. Faktor ini dapat

dilaksanakan dengan cara memberikan

beberapa alat darurat seperti alat bantu

pernapasan, APAR, dll. Selain itu terdapat

juga rute evakuasi sehingga kru kapal dapat

keluar dari kamar mesin secepatnya bila

terjadi situasi darurat.

2.2.5. Posisi Penempatan Mesin Induk Di

Kamar Mesin

Pada kapal dengan kamar mesin di

belakang, posisi mesin induk harus diusahakan

sejauh mungkin kebelakang untuk

memperkecil panjang kamar mesin. Hal – hal

yang harus diperhatikan untuk menetapkan

posisi mesin induk adalah seperti berikut :

1. Tempat untuk intermediate shaft ( poros

antara )

Poros propeler harus dicabut dan diperiksa

secara periodik, karena itu dibelakang

mesin induk harus ada tempat yang cukup

untuk mencabutnya. Jarak antara ujung

belakang poros engkol mesin dan ujung

depan tabung poros (stern tube) harus lebih

panjang dari panjang poros propeler.

Biasanya diberikan margin sebesar 500 –

1000 mm seperti telah disebutkan dimuka.

2. Tempat untuk jalan kru kapal dan

perpipaan.

3. Di sisi-sisi ujung belakang mesin induk

harus ada tempat yang cukup untuk orang

lewat maupun penempatan perpipaan di

bawah floor.

4. Tempat untuk cadangan poros propeler.

Kalau kapal membawa cadangan poros

propeler, tempatnya biasanya disisi poros

antara ini harus dipastikan pada saat

menetapkan posisi mesin induk. Untuk

menggantung poros cadangan tersebut,

ruang diatasnya sekitar 2 meter harus bebas

agar dapat menempatkan takal pengangkat

(chain block). Untuk prosedur pencabutan

poros propeler dan pengikatan poros

cadangan, dianjurkan untuk berkonsultasi

dengan perencanaan sistem poros.

5. Tempat untuk pengencangan baut pengikat.

6. Disekitar baut pengikat dan baut pas mesin

induk harus tersedia ruang bebas agar orang

bisa mengencangkan dan memeriksa baut

pengikat mesin induk dengan leluasa.

Karena itu tempat diatas baut – baut

tersebut juga harus bebas dari perpipaan.

Biasanya sisi dalam dari blok “ B “ (side

girder) dibawah floor juga harus bebas.

7. Tempat untuk membuka tutup poros engkol

( deksel ).

8. Kedua sisi mesin induk pada ketinggian

floor harus bebas dari penempatan

peralatan untuk memudahkan pembukaan

deksel. Biasanya tempat sekitar 600 mm di

sekeliling mesin induk pada ketinggian

floor dianggap cukup sekaligus untuk jalan

ABK.

9. Grating mesin induk.

Untuk memudahkan perawatan dan

pengawasan grating mesin induk tidak

boleh dipotong. Kalau hal itu terpaksa

dilakukan, misalnya untuk memudahkan

pengangkatan peralatan dari floor ke atas,

sebaiknya hal itu dikonsultasikan pihak

produsen mesin. Lebar Engine Casing

sebaiknya cukup untuk memasukkan mesin

induk lengkap dengan gratingnya.

10. Pengikatan bagian atas mesin induk.

Jumlah balok pengikat yang dibuat harus

dengan persetujuan pihak produsen mesin.

Karena fungsi pengikat (top bracing) ini

untuk menghilangkan getaran, maka

struktur kapal tempat pengikat ini harus

betul-betul rigid. Karena itu juga sebaiknya

platform kapal dibuat pada ketinggian

grating mesin induk. Dalam merancang

peletakan tangga, perpipaan, ducting

ventilasi dll. Harus diperhatikan adanya

batang – batang pengikat ini.

11. Manifold gas buang.

Manifold gas buang mesin induk setelah

turbocharger harus diikat pada struktur

kapal dengan penyangga yang kuat.

Penyangga ini harus begitu kuat sehingga

mampu menahan getaran yang kuat serta

tahan terhadap ekspansi termal akibat

temperatur gas buang yang tinggi. Struktur

kapal tempat penyangga ini tentu saja harus

sama kuat dengan penyangganya. Untuk

mengatasi tegangan akibat ekspansi termal,

pada pipa gas buang harus dipasang

beberapa expansion joint. Pada tahap awal

perancangan, penempatan dan pengikatan

pipa gas buang ini harus dirancang sebaik-

baiknya.

2.3. Penerapan Tekno Ekonomi Pada Kamar

Mesin

Penerapan tekno ekonomi pada kamar

mesin merupakan perpaduan antara aspek-

aspek teknologi, ekonomi, sosial dan budaya

untuk meningkatkan efisiensi serta

mengoptimalkan ruang dari kamar mesin.

Berikut penjelasan dari pertimbangan tiap-tiap

aspek tersebut :

1. Aspek Teknologi

Pada kamar mesin terdapat mesin induk

serta permesinan bantu yang mendukung

semua sistem yang ada di kapal.

Permesinan tersebut telah mengalami

peningkatan kualitas secara menyeluruh

sehingga sebagai contoh untuk mengontrol

suatu mesin tidak perlu menghampiri mesin

tersebut untuk melakukan pengecekan

karena dapat dilihat pada ruang kontrol.

Dengan demikian kita dapat mengurangi

ruang kosong antara mesin satu dengan

mesin yang lainnya. Ruang tersebut hanya

untuk cukup melakukan perbaikan mesin

jika diperlukan.

2. Aspek Ekonomi

Ukuran dari kamar mesin akan

mempengaruhi ukuran dari ruang muat

yang berhubungan dengan berapa banyak

muatan yang akan dibawa suatu kapal.

Pengurangan ukuran kamar mesin dengan

pemanfaatan secara optimal teknologi akan

menambah daya muat kapal tersebut. Pada

aspek ini juga dibandingkan dua desain

kamar mesin yang memiliki biaya produksi

yang lebih rendah.

3. Aspek Sosial dan Budaya

Aspek ini merupakan aspek yang

berhubungan dengan kru kapal karena

untuk mereka yang bekerja di kamar mesin

harus merasa nyaman meskipun tidak

senyaman kabin penumpang. Karena

semakin kecil kamar mesin maka ruang

gerak kru akan semakin sempit sehingga

perlu dilakukan berbagai penyesuaian agar

kru merasa nyaman serta aman bekerja di

kamar mesin. Selain itu, aspek ini juga

mempengaruhi kebiasaan kru kapal yang

bekerja di kamar mesin. Perbedaan ukuran

kamar mesin karena pengaruh penempatan

peralatan serta control akan membuat kru

kapal mengalami kesulitan. Oleh karena itu,

hal tersebut harus dipertimbangkan dan

disesuaikan.

4. Aspek Teknik

Aspek teknik merupakan aspek yang

mempertimbangkan apakah desain

penempatan main engine pada kamar mesin

telah memenuhi persyaratan kestabilan

kapal berdasarkan IMO Resolution.

Diharapkan desain yang terpilih akan

memiliki tingkat keselamatan yang tinggi

selain memiliki desain yang hemat biaya

produksi.

Pada skripsi ini untuk dapat menganalisa

tekno ekonomis pada penempatan main engine

di Production Support Vessel 48 m akan

membandingkan beberapa desain kamar mesin

dengan penempatan main engine atau mesin

induk yang berbeda sehingga didapatkan

kamar mesin yang memenuhi kriteria tekno

ekonomi yang mempunyai biaya produksi

yang lebih kecil. Akan tetapi tidak

menghilangkan faktor-faktor yang harus

dipenuhi sebuah kamar mesin sesuai dengan

klas yang berlaku.

BAB III .METODELOGI PENELITIAN

3.1 Flow Chart Penelitian

Agar penulisan penelitian ini

dapat mencapai tujuan yang diinginkan

seperti yang tercantum pada tujuan

maka perlu dilakukan langkah – langkah

yang sesuai dengan prosedur

pengerjaan. Proses urutan pengerjaan

dari tugas akhir dapat digambarkan pada

flowchart berikut ini :

3.2 Tahapan Pengerjaan Skripsi

Pada penulisan skripsi ini melakukan

pelaksanaan kegiatan dengan urutan

sebagai berikut ini:

1. Studi Literatur

Pada tahap ini yang dilakukan

adalah mencari literatur yang

relevan dengan judul yang dibahas

baik dari buku, paper,dan internet.

2. Penentuan Desain

Setelah dilakukan studi literatur,

tahap berikutnya adalah

mengadakan penentuan desai dari

kamar mesin sehingga dapat

dibandingkan untuk mendapatkan

desain dengan biaya produksi

yang lebih rendah.

3. Analisa Hasil Dan Pembahasan

Melakukan analisa kemudian

membahas apa yang telah

dianalisa sehingga mampu

menjelaskan kelebihan serta

kekurangan dari desain secara

tekno ekonomis.

4. Pembuatan Laporan.

Dalam penulisan skripsi ini juga

dilakukan asistensi dengan dosen

pembimbing untuk perbaikan

penulisan skripsi.

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Ship Principal Dimension And

Specification

Production Suport Vessel (Utility) yang

akan dianalisa pada skripsi ini memiliki

ukuran dan spesifikasi sebgai berikut ini :

LOA = 48,83 m

LWL = 47,29 m

LPP = 44,89 m

Lebar = 11,00 m

Tinggi = 4,00 m

Sarat = 2,80 m

Vs (max) = 14 knots

Engine Power = 2 x 1200 HP

Endurance = 2500 nautical mile

Gambar . Production Suport Vessel (Utility)

48 m

4.2 Perencanaan Penempatan Main Engine Di

Kamar Mesin

Dalam perencanaan penempatan main

engine di kamar mesin didapatkan dua macam

perencanaan dengan peletakan main engine

pada buritan kapal akan tetapi pada jarak

gading yang berbeda baik kamar mesin di

belakang ataupun di depan. Berikut adalah

perencanaan frame penempatan kamar mesin

tersebut, yaitu :

Kamar Mesin Depan

- Frame 19 – 24

- Frame 20 – 25

- Frame 21 – 26

- Frame 22 – 27

Kamar Mesin Belakang

- Frame 14 – 19

- Frame 15 – 20

- Frame 16 – 21

- Frame 17 – 22

4.2.1 Analisa Ekonomi Pada Alternatif Setiap

Sistem

Setelah diketahui letak main engine di

kamar mesin maka dilakukan analisa secara

ekonomis kemudian dari data tersebut

didapatkan beberapa grafik sebagai berikut :

1. Analisa Ekonomis Sistem Bahan Bakar

Gambar . Grafik Analisa Ekonomis Sistem

Bahan Bakar

Dari gambar 5 dapat diketahui bahwa

peletakan main engine pada bagian

belakang kapal mengeluarkan sedikit biaya

produksi karena FO tank berada di

belakang kapal sehingga pipa bahan bakar

tidak perlu terlalu panjang.

2. Analisa Ekonomis Sistem Pendingin

Gambar . Grafik Analisa Ekonomis Sistem

Pendingin

Dari gambar 6 dapat diketahui bahwa

peletakan main engine pada frame 17 – 22

membutuhkan biaya produksi yang lebih

sedikit diantara semua pembandingnya.

Hal ini dikarenakan main engine tersebut

dekat dengan water intake untuk

pendingin.

3. Analisa Ekonomis Sistem Polumas

Gambar . Grafik Analisa Ekonomis Sistem

Pelumas

Dari gambar 7 dapat diketahui bahwa

letak main engine pada frame 20 - 25

memiliki biaya produksi yang lebih rendah

karena jarak LO tank lebih dekat daripada

letak pembanding yang lainnya.

4. Analisa Ekonomis Sistem Poros

Gambar . Grafik Analisa Ekonomis Sistem

Poros

Dari gambar 8 dapat diketahui bahwa

letak main engine pada frame 19 – 24

memiliki biaya produksi yang lebih kecil

diantara yang lainnya. Hal ini dikarenakan

letak main engine berada paling belakang

dari kapal sehingga hanya membutuhkan

poros yang tidak panjang.

5. Analisa Ekonomis Sistem Gas Buang

Gambar . Grafik Analisa Ekonomis Sistem

Gas Buang

Dari gambar 9 dapat diketahui bahwa

semua letak main engine pada semua

frame memiliki biaya produksi yang sama.

Hal ini dikarenakan plat yang digunakan

untuk membuat saluran gas buang

memiliki dimensi 20 mm x 6000 mm x

1500 m sehingga dapat digunakan untuk

memproduksi 2 saluran gas buang 358 mm

dengan panjang 6000 mm.

Setelah diketahui semua perbandingan

biaya produksi tiap sistem pada tiap frame

peletakan main engine maka dipilih letak

main engine pada frame 14 – 19 karena

memiliki total biaya produksi yag paling

kecil diantara lainnya.

Gambar. Tampak Atas Main Engine Fr. 14 – 19

Gambar. Tampak Samping Main Engine Fr. 14 –

19

Kemudian dilakukan penyesuaian apakah

desain tersebut telah memenuhi persyaratan dari

LR Class dan aspek-aspek pada kamar mesin,

sebagai berikut :

LR Class

Untuk peraturan kamar mesin telah

menerapkan section 6 tentang

pengaturan kamar mesin pada Lloyd’s

Register. (Lihat Lampiran)

Aspek Teknologi

Pada kamar mesin terdapat mesin

induk serta permesinan bantu yang

mendukung semua sistem yang ada di

kapal. Selain itu, desain peletakan

main engine pada frame 14 – 19 telah

memenuhi beberapa aspek-aspek pada

kamar mesin seperti aspek Familiarity,

Occupational Health, Ergonomics,

Minimizing Risk Through Layout and

Design, Survivability.

Aspek Ekonomi

Dengan kamar mesin dibagian buritan

kapal dan peletakan main engine pada

frame 14 – 19 merupakan desain yang

menggunakan biaya produksi yang

paling minimum.

Aspek Sosial Budaya

Aspek ini merupakan aspek yang

berhubungan dengan kru kapal karena

untuk mereka yang bekerja di kamar

mesin harus merasa nyaman. Pada

desain peletakan main engine pada

frame 14 – 19 memiliki gangway space

> 500 mm sehingga kru kapal tidak

merasa sempit dan bisa melakukan

maintenance.

Aspek Teknik

Pada aspek ini menunjukkan bahwa

desain peletakan main engine pada

frame 14 – 19 telah sesuai dengan

perhitungan stabilitas kapal dan

persyaratan kestabilan kapal pada IMO

Resolution A749 (18).

4.5.3 Perbandingan Efisiensi Peletakan Kamar

Mesin

Biaya Asli Peletakan Kamar Mesin Desain

Normal = Rp. 536.000.000,00

Perbandingan Dengain Desain :

1. Frame 19 – 24 517.400.000536.000.000

x 100 % = 96 %

Sehingga menghemat biaya 4% dari desain

awal.

2. Frame 20 – 25 634.900.000536.000.000

x 100 % = 118 %

Sehingga lebih besar biaya 18% dari

desain awal.

3. Frame 21 – 26 636.000.000536.000.000

x 100 % = 118.5 %

Sehingga lebih besar biaya 18.5% dari

desain awal.

4. Frame 22 – 27 684.900.000536.000.000

x 100 % = 128 %

Sehingga lebih besar biaya 28% dari desain

awal.

5. Frame 14 – 19 459.100.000536.000.000

x 100 % = 85 %

Sehingga menghemat biaya 15% dari

desain awal.

6. Frame 15 – 20 487.100.000536.000.000

x 100 % = 91 %

Sehingga menghemat biaya 9% dari desain

awal.

7. Frame 16 – 21 537.100.000536.000.000

x 100 % = 100,2 %

Sehingga lebih besar biaya 0,2% dari

desain awal.

8. Frame 17 – 22 536.000.000536.000.000

x 100 % = 100 %

Sehingga sama dengan desain desain awal. BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa yang telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Letak kamar mesin pada buritan kapal

yaitu pada farme 14 – 19 menghasilkan

desain yang memiliki nilai ekonomis

yang tinggi dibandingkan dengan

desain yang lainnya.

2. Peletakan main engine pada frame 14 –

19 menghemat biaya produksi sebesar

15% dibandingkan dengan desain awal

peletakan kamar mesin.

3. Penempatan main engine pada fr. 14 –

19 telah sesuai dengan aspek-aspek

pada kamar mesin dan ketentuan LR

Class.

4. Stabilitas kapal pada desain

penempatan main engine frame 14 – 19

menunjukkan nilai angka diatas harga

yang disetujui oleh persyaratan dari

IMO Resolution sehingga secara teknik

desain ini telah memenuhi syarat.

5.2 Saran Untuk pengembangan lebih lanjut penulis

memberikan saran :

1. Untuk mendapatkan hasil analisa

yang lebih akurat maka semua

perlengkapan sistem harus dihitung

kebutuhannya.

2. Perhitungan stabilitas kapal akan

memberikan hasil yang lebih

maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman penulisan Daftar Pustaka adalah

sebagai berikut :

1. Llyod’s Register Class Rules. 2007

2. Sanuri, Semin, GUIDELINES FOR

ENGINE ROOM LAYOUT, DESIGN &

ARRANGEMENT. Surabaya : Teknik

Sistem Perkapalan ITS

3. http://www.netgms.com/steel-pipe-

schedule.html

4. http://www.google.com/q=CAT

2x1200 BHP