ANALISA KASUS

7
ANALISA KASUS Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang tersebut maka diagnosis kerja kasus ini adalah 1. Asma akut sedang pada asma akut tidak terkontrol dengan diagnosis banding PPOK. Dasar diagnosis asma akut sedang tidak terkontrol berdasarkan, Anamnesis : Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan sesak nafas. Pasien masih bisa berjalan sendiri, berbicara beberapa kata dengan posisi duduk. Pasien mempunyai riwayat sesak sejak kecil. Pasien mengalami sesak, lebih dari empat kali seminggu, sering terbangun malam hari, aktifitas sehari-hari terganggu. Didapatkan pada pasien berupa faktor pencetus lingkungan berupa asap rokok Pasien mengalami serangan asma dengan pencetus kecapekan dan banyak pikiran Sesak berkurang dengan pengobatan bronkodilator (salbutamol) dan nebulisasi di puskesmas sebelumnya

description

analisa kasus

Transcript of ANALISA KASUS

Page 1: ANALISA KASUS

ANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

tersebut maka diagnosis kerja kasus ini adalah

1. Asma akut sedang pada asma akut tidak terkontrol dengan diagnosis banding

PPOK.

Dasar diagnosis asma akut sedang tidak terkontrol berdasarkan,

Anamnesis :

Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan sesak nafas.

Pasien masih bisa berjalan sendiri, berbicara beberapa kata dengan posisi

duduk.

Pasien mempunyai riwayat sesak sejak kecil.

Pasien mengalami sesak, lebih dari empat kali seminggu, sering terbangun

malam hari, aktifitas sehari-hari terganggu.

Didapatkan pada pasien berupa faktor pencetus lingkungan berupa asap

rokok

Pasien mengalami serangan asma dengan pencetus kecapekan dan banyak

pikiran

Sesak berkurang dengan pengobatan bronkodilator (salbutamol) dan

nebulisasi di puskesmas sebelumnya

Pemeriksaan Fisik :

Pulmo : pada auskultasi didapatkan suara dasar vesikuler (+/+), suara

tambahan, yaitu wheezing (+/+) saat ekspirasi difus dan RBK (+/+).

Dikatakan asma akut karena pada saat datang, pasien dalam

keadaan sesak nafas. Dari riwayat sebelumnya, pasien sering mengalami

sesak nafas sejak kecil, didapatkan wheezing pada pemeriksaan auskultasi

paru, sehingga bisa dikatakan saat itu pasien sedang mengalami serangan

asma atau asma akut. Pada pasien ini, derajat asmanya adalah sedang, karena

pada saat datang, pasien masih bisa berjalan sendiri dan bisa berbicara,

Page 2: ANALISA KASUS

walaupun hanya beberapa kata saja. Pasien merasa nyaman dengan posisi

duduk. Pasien ini termasuk dalam asma tidak terkontrol, karena sering

mengalami sesak nafas (> 4 kali/seminggu), sering terbangun malam hari, dan

aktifitas sehari-hari terganggu.

Pada pasien dilakukan pemeriksaan faal paru berupa APE (Arus

Puncak Ekspirasi) harian untuk menunjang diagnosis asma.

Variabilitas harian= (APE malam–APE pagi) : ½ (APE malam + APE pagi)

x100%

= (250-150) : 1/2(250+150) x 100%

= 50% (>20% menunjukkan asma)

Kasus tersebut didiagnosis dengan PPOK dengan pertimbangan

adanya faktor risiko pada pasien berupa riwayat merokok sejak umur 13

tahun ( selama 40 tahun).

Indeks brinkman=∑ rata-rata batang rokok yang dihisap sehari x lama rokok

(tahun)

= 12 x 40

= 480 ( sedang skor 200-599)

Gejala dari PPOK hampir sama dengan gejala asma berupa sesak nafas, batuk

produktif maupun non produktif. Selain itu pada pemeriksaan fisik ditemukan

wheezing dan ronki basah. Yang membedakan asma dengan PPOK pada

kasus ini adalah onset gejalanya pada saat kecil, dan bersifat non progresif,

reversibel.

2. Pneumonia CAP II PORT 53

Dasar diagnosis Pneumonia CAP II PORT 53 berdasarkan,

Anamnesis

Batuk (+)

Dahak purulen berwarna kuning

Pemeriksaan Fisik

Ditemukan RBK (+/+) di kedua lapang paru

Page 3: ANALISA KASUS

Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboraturium pada awal masuk rumah sakit menunjukkan

leukositosis

( AL= 11,8 . 103 /μL)

Hasil pemeriksaan radiologis menunjukkan gambaran air bronkogram di

perikardial kanan dan kiri

Pada kasus ini jenis pneumonia komuniti karena pada awal masuk sudah

ditemukan adanya infiltrat baru/progresif disertai dengan 2 atau lebih

gejala tanda pneumonia komuniti. Skor penilaian derajat pneumonia

komuniti pada kasus ini adalah PORT 53 berdasarkan nilai skor usia

pasien, CAP II berdasarkan skor risiko menurut PORT (≤ 70).

Pasien ini dirawat dengan indikasi pneumonia skor PORT ≤ 70

dengan foto thoraks paru menunjukkan kelainan bilateral. Penatalaksanaan pada

kasus ini berupa infus RL + aminofilin drip. Aminofilin merupakan golongan

xantin dengan efek bronkodilator.

Pada pasien ini juga diberikan terapi nebulisasi berupa berotec dan

atrovent. Berotec merupakan golongan obat β2 agonis sedangkan atrovent

merupakan golongan antikolinergik. Keduanya merupakan bronkodilator, namun

berbeda tempat kerjanya. Berotec bekerja dengan memodulasi terbentuknya

cAMP sehingga terjadi bronkodilatasi, sedangkan atrovent bekerja dengan

mencegah terbentuknya cGMP sehingga bronkokonstriksi tidak terjadi.

Penanganan paling penting, pada pasien dengan sesak nafas adalah

terapi O2. Karena pada pasien sesak nafas, biasanya terjadi kekurangan oksigen

akibat konstriksi dari bronkusnya, sehingga terapi O2 masih dibutuhkan selain

daripada terapi nebulisasi.

Pada pasien ini oksigen yang diberikan dengan konsentrasi 2 lpm

berdasarkan koreksi Fi O2 dari hasil perhitungan.

PAO2 = (713 x O2 ambil) – (1,25 x pCO2)

= (713 x 0,24) – (1,25 x 41,1)

= 119.745

Page 4: ANALISA KASUS

Onset kronik = 7,4 – (pCO2 x 0,03/10)

= 7,4 – (41,1 x 0,03/10)

= 7,277

FiO2 = ((119,745 x 90) / pO2) + (1,25 x pCO 2)

713

= (10777,05 / 86,4) + (1,25 x 41,1)

713

= 124,734 + 51,375

713

= 0,24 2 lpm O2

Selain itu, pada pasien ini diberikan kortikosteroid

(deksamethason) untuk mengurangi inflamasi, sehingga dapat mempercepat

proses penyembuhan pada pasien tersebut. Pemberian ambroxol pada pasien ini,

untuk mengurangi dahak dan membantu pengeluaran dahak, sehingga jalan nafas

menjadi lebih longgar. Salah satu gejala pada asma adalah pembentukan mukus

yang berlebihan. Mukus yang berlebihan dapat menyebabkan obstruksi pada

saluran nafas. Hal ini dapat memperberat sesak nafas pada pasien asma, selain

daripada bronkokonstriksinya.

Antibiotik yang diberikan pada kasus pneumonia ini didasarkan

pada hasil kultur mikroorganisme dan sensitivitas antibiotik dengan sampel

sputum, sambil menunggu hasil diberikan antibiotik empirik berupa ceftriaxone 2

gr/24 jam. Hasil kultur dan uji sensitivitas menunjukkan sensitivitas terhadap

antibiotik ceftriaxon sehingga antibiotik dilanjutkan kemudian dievaluasi efeknya

5 hari lagi dengan melihat foto rontgen ulang.

Edukasi pasien untuk berhenti merokok dengan metode 5A yaitu

Ask (tanyakan):mengidentifikasi semua perokok dalam setiap kunjungan

Advise (nasihati) : Dorongan kuat pada semua perokok untuk berhenti merokok

Asses (nilai) : Keinginan untuk berusaha berhenti merokok (misal: dalam 30 hari

kedepan)

Assist (bimbing) : Bantu pasien dengan merencanakan berhenti merokok,

menyediakan konseling praktis, menrekomendasikan penggunaan farmakoterapi.

Page 5: ANALISA KASUS

Arrange (atur) : atur jadwal kunjungan lagi

Selain itu, mengedukasi pasien agar mengontrol kegiatan agar tidak kecapekan

dan menghindari strees yang merupakan pencetus sesak nafas pada pasien.