AMDAL BAB I

24
 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas merupakan salah satu sarana komunikasi masyarakat yang memegang peranan vital dalam memperlancar pembangunan yang kit a laksanakan. Masalah lalu lintas merupakan salah satu masalah yang berskala nasional yang berkembang seirama dengan perkembangan masyarakat. Mobilitas manusia dan barang dengan kendaraan bermotor berkembang begitu cepat sebagai akibat peningkatan kesejahtera an dan kemajuan teknologi transportasi. Hal ini berdampak kepada meningkatnya frekuensi kecelakaan lalulintas dengan korban pengemudi maupun masyarakat pemakai jalan. Kecelakaan lalu lintas di jalan, makin lama makin meningkat setiap tahunnya. Tidak dapat disangkal lagi bahwa faktor manusia terutama pengemudi merupakan faktor dominan dari terjadinya kecelakaan tersebut. Faktor manusia dari sisi pengemudi y aitu melangga r rambu batas kece patan, melanggar mark a, lalai, kurang antisipasi, mengambil jalan orang lain, menyalip dari kiri. Penyebab lain yang mempengaruh i pengemudi sehingga terjadi kecelakaan adalah keterampilan, disiplin, kesehatan (kelelahan, mengantuk) dan faktor ekonomi (system setoran/gaji). Kecelakaa n lalu lintas yang terjadi di jalan raya sebagian besar adalah sepeda motor, hal ini dapat dilihat dari data pemerintah yang menyebutkan bahwa dari sekitar 30 ribuan kecelakaan yang terjadi setiap tahunnya, lebih dari setengahnya melibatkan sepeda motor. Bahkan data statistik PBB menyebutkan, setiap dua kilometer pengendara sepeda motor mempunyai resiko mati karena kecelakaan, 20 kali lebih besar ketimbang pengendara mobil. Umumnya, kematian itu disebabkan oleh luka fatal pada kepala akibat tidak menggunakan helm. Penggunaan helm pengaman sesuai dengan standar keselamatan yang ditetapkan, dapat menurunkan resiko kematian hingga 30 persen. Korban akibat kecelakaan lalu lintas pun bermacam tingkatannya, dari mulai korban luka ringan (LR), luka berat (LB), hingga meninggal dunia (M). Masalah

Transcript of AMDAL BAB I

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 1/24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Lalu lintas merupakan salah satu sarana komunikasi masyarakat yang

memegang peranan vital dalam memperlancar pembangunan yang kita laksanakan.

Masalah lalu lintas merupakan salah satu masalah yang berskala nasional yang

berkembang seirama dengan perkembangan masyarakat. Mobilitas manusia dan

barang dengan kendaraan bermotor berkembang begitu cepat sebagai akibat

peningkatan kesejahteraan dan kemajuan teknologi transportasi. Hal ini berdampak 

kepada meningkatnya frekuensi kecelakaan lalulintas dengan korban pengemudi

maupun masyarakat pemakai jalan.

Kecelakaan lalu lintas di jalan, makin lama makin meningkat setiap

tahunnya. Tidak dapat disangkal lagi bahwa faktor manusia terutama pengemudi

merupakan faktor dominan dari terjadinya kecelakaan tersebut. Faktor manusia

dari sisi pengemudi yaitu melanggar rambu batas kecepatan, melanggar marka,

lalai, kurang antisipasi, mengambil jalan orang lain, menyalip dari kiri.

Penyebab lain yang mempengaruhi pengemudi sehingga terjadi kecelakaan

adalah keterampilan, disiplin, kesehatan (kelelahan, mengantuk) dan faktor

ekonomi (system setoran/gaji).

Kecelakaan lalu lintas yang terjadi di jalan raya sebagian besar adalah sepeda

motor, hal ini dapat dilihat dari data pemerintah yang menyebutkan bahwa dari

sekitar 30 ribuan kecelakaan yang terjadi setiap tahunnya, lebih dari setengahnya

melibatkan sepeda motor. Bahkan data statistik PBB menyebutkan, setiap dua

kilometer pengendara sepeda motor mempunyai resiko mati karena kecelakaan, 20kali lebih besar ketimbang pengendara mobil. Umumnya, kematian itu disebabkan

oleh luka fatal pada kepala akibat tidak menggunakan helm. Penggunaan helm

pengaman sesuai dengan standar keselamatan yang ditetapkan, dapat menurunkan

resiko kematian hingga 30 persen.

Korban akibat kecelakaan lalu lintas pun bermacam tingkatannya, dari mulai

korban luka ringan (LR), luka berat (LB), hingga meninggal dunia (M). Masalah

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 2/24

yang dihadapi dewasa ini adalah masih tingginya angka kecelakaan lalu lintas di

  jalan raya. Sementara itu di Indonesia, setiap tahun sekitar 9.000 nyawa

melayang sia-sia akibat kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Data tersebut

menunjukkan bahwa dua puluh lima orang tewas setiap hari atau ada satu

orang meninggal dunia di jalan raya setiap lima puluh tujuh menit.

Tahapan-tahapan yang umum dilakukan dalam melaksanakan penanganan

terhadap lokasi rawan kecelakaan terdiri atas empat tahapan penyelidikan

kecelakaan lalu lintas yaitu tahap identifikasi lokasi rawan kecelakaan, tahap

analisis data, tahap pemilihan teknik penanganan, dan tahap monitoring dan

evaluasi.

Dalam menganalisis daerah rawan kecelakaan lalu-lintas di Jawa Tengah

Kabupaten Brebes, yang diutamakan adalah upaya-upaya yang perlu dilakukan

untuk menurunkan tingkat kecelakaan lalu-lintas di Jawa Tengah Kabupaten

Brebes. Rencana upaya mengurangi kecelakaan lalu-lintas di Jawa Tengah

Kabupaten Brebes adalah pada daerah rawan kecelakaan pada ruas jalan di

kabupaten tersebut.

1.2.  Tujuan

Analisa tingkat kecelakaan dalam makalah ini mengambil latar seting di

Kabupaten Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Penyusunan makalah ini bertujuan

untuk :

1.  Untuk mengetahui tingkat kecelakaan di Jawa Tengah Kabupaten Brebes.

2.  Untuk mengetahui titik-titik mana saja yang sering terjadi kecelakaan di Jawa

Tengah Kabupaten Brebes.

3. 

Untuk menganalisis daerah rawan kecelakaan lalu-lintas di Jawa TengahKabupaten Brebes.

4.  Untuk memperoleh penanganan yang tepat sehingga dapat mengurangi

kecelakaan lalu-lintas pada daerah rawan kecelakaan di Jawa Tengah

Kabupaten Brebes.

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 3/24

 

1.3.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan di depan, maka

dapat ditemukan masalah, namun untuk membatasi agar tidak terlalu luas

permasalahan yang harus diteliti, maka penulis memberi batasan penelitiannya

sebagai berikut: 

Kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Kabupaten Brebes menjadi topik utama

dalam makalah ini. Kecelakaan lalu lintas hampir terjadi setiap hari di sana dengan

berbagai macam alasan penyebabnya dan memakan korban dalam jumlah yang

tidak sedikit.

Faktor penyebab yang ada di belakang dari kecelakaan lalu lintas tersebut pun

bermacam-macam jenisnya, mulai dari sikap pengemudi yang acuh terhadap

pengemudi lain, sehingga tidak memperhatikan jarak aman berkendara. Ruang gerak 

yang sempit untuk berkendara, juga menjadi suatu kesalahan yang fatal dalam

berlalu-lintas di Kabupaten Brebes, hingga kondisi perkerasan jalan yang sudah

rusak menjadi ancaman bagi semua pengguna jalan di sana dan juga kondisi

kendaraan itu sendiri. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan

di depan, maka dapat ditemukan masalah, namun untuk membatasi agar tidak 

terlalu luas permasalahan yang harus diteliti, maka penulis memberi batasan

penelitiannya sebagai berikut: 

1.  Bagaimanakah tingkat kecelakaan lalu-lintas di Jawa Tengah Kabupaten

Brebes?

2. 

Titik-titik mana sajakah yang sering terjadi kecelakaan di Jawa TengahKabupaten Brebes?

3.  Metode-metode apa sajakah yang digunakan untuk perhitungan dan analisis

kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Jawa Tengah Kabupaten Brebes?

4.  Usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk mengurangi kecelakaan lalulintas pada

daerah rawan kecelakaan di Jawa Tengah Kabupaten Brebes?

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 4/24

BAB V

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

5.1.  Metode Analisis Data

Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif persentase yang

merupakan proses penggambaran lokasi penelitian, yaitu pada daerah rawan

kecelakaan di jalan Kabupaten Brebes. Dalam penelitian ini akan diperoleh

gambaran tentang:

-  Waktu kejadian,

-  Kendaraan yang terlibat,

-  Tipe tabrakan,

-  Cuaca. 

5.1.1.  Waktu Kejadian Kecelakaan

Waktu kejadian kecelakaan diklasifikasikan menjadi empat periode waktu dengan

interval waktu 6 jam.

Tabel. 5.1 Jumlah kecelakaan terhadap waktu terjadinya kecelakaan.

Waktu Kecelakaan Jumlah

Kecelakaan

06.00 - 12.00 15

12.01 - 18.00 8

18.01 - 00.00 2

00.01 - 06.00 7

TIDAK ADA

CATATAN

4

Total  36

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 5/24

 

Grafik 5.1. Presentase Jumlah kecelakaan vs waktu kecelakaan

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, terlihat bahwa waktu antara pukul

06:00  – 12:00 merupakan waktu yang paling sering terjadi kecelakaan, yaitu 15

kecelakaan dari 36 kecelakaan (42%), kemudian disusul pukul 12:00  –  18:00

terjadi 8 kecelakaan (22%), pukul 00:00 – 

06:00 terjadi 7 kecelakaan (19%), tidak 

ada keterangan waktu 4 kecelakaan (11%), dan antara pukul 18:00 – 00:00 terjadi

2 kecelakaan (6%).

Waktu kecelakaan berkaitan erat dengan terjadinya kecelakaan. Hal tersebut

dapat dilihat dari data tersebut bahwa pada kelompok waktu tertentu kejadian

kecelakaan lebih intens daripada waktu kejadian pada kelompok waktu yang

laiunnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut:

1.  Tingkat produktifitas waktu. Tingkat produktifitas waktu disini berkaitan

dengan banyaknya kegiatan lalu lintas pada saat waktu tersebut. Kegiatan-

kegiatan yang mempengaruhi adalah jam pergi kerja dan pulang pegawai, jam

pergi dan pulang pelajar, distribusi barang bisnis dari suatu tempat ke tempat

lainnya, dan usaha distribusi kendaraan. Semakin tinggi tingkat produktifitas

waktu pada kelompok waktu tertentu maka peluang terjadinya kecelakaan akan

42%

22%

6%

19%

11%

WAKTU KECELAKAAN

06.00 - 12.00 12.01 - 18.00

18.01 - 00.00 00.01 - 06.00

TIDAK ADA CATATAN

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 6/24

semakin besar. Pada saat pukul 06.00  – 12.00 terdapat kecelakaan sebesar 42%

dan pukul 12.00  –  18.00 sebesar 22%. Jumlah tersebut lebih besar

dibandingkan dengan jumlah kecelakaan pada kelompok waktu tertentu. Hal

tersebut wajar karena berkaitan erat dengan tingkat produktifitas waktu.

2.  Kuantitas pelaku lalu lintas pada waktu tersebut. Hal yang dimaksud disini

adalah banyak pengemudi kendaraan pada waktu tersebut. Hal ini berkaitan erat

dengan tingkat produktifitas waktu. Semakin banyak kendaraan yang

melakukan lalu lintas maka akan semaikn besar peluang terjadinya kecelakaan.

Sama seperti tingkat produktifitas waktu, pada pukul 06.00  – 12.00 dan 12.00  –  

18.00 jumlah pelaku kendaraan lebih banyak dibandingkan dengan kelompok 

waktu lainnya sehingga jumlah kecelakaan yang terjadi pun lebih banyak.

5.1.2.  Kendaraan yang Terlibat

Kendaraan yang terlibat mempunyai keterkaitan terhadap kecelakaan yang

terjadi. Data kecelakaan yang terjadi terhadap komposisi kendaraan yang terlibat

diperlihatkan di Tabel 5.2 :

Tabel 5.2 Lokasi Kejadian vs. Kendaraan yang Terlibat

No. Kecamatan Sepeda

Motor

Mobil

Penumpang

Minibus Truk Truk

Gandeng

Sepeda Becak Bus

1 Brebes 14 2 1 0 0 0 1

2 Bulukamba 5 3 2 2 1 1 0 0

3 Wanasari 8 3 2 9 0 2 1 1

4 Losari 0 0 0 3 0 0 0 0

5 Tanjung 3 0 0 0 1 0 0 0

Total 30 8 5 14 2 3 2 1

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 7/24

Grafik 5.2. Lokasi Kejadian vs. Kendaraan yang Terlibat

Grafik 5.3. Persentase Kendaraan yang terlibat Kecelakaan di Jawa Tengah Kabupaten

Brebes

Analisis yang akan dilakukan selanjutnya adalah mendeskripsikan seberapa besar

dampak jenis kendaraan terhadap terjadinya kecelakaan. Kendaraan yang terlibat

terdapat 8 jenis, yaitu sepeda motor, mobil penumpang, minibus, truk, truk gandeng,

sepeda, becak, dan bus. Banyaknya kecelakaan yang terjadi berkaitan erat dengan

kendaraan yang terlibat. Hal tersebut berkaitan erat dengan karakteristik dari kendaraan

46.15%

12.31%

7.69%

21.54%

3.08%

4.62% 3.08% 1.54%

Total Kendaraan yang Terlibat

SEPEDA MOTOR

MOBIL PENUMPANG

MINIBUS

TRUK

TRUK GANDENG

SEPEDA

BECAK

BUS

14

21

0 0 011

8

32

9

0

21 1

0 0 0

3

0 0 0 0

3

0 0 01

0 0 0

SEPEDA

MOTOR

MOBIL

PENUMPANG

MINIBUS TRUK TRUK

GANDENG

SEPEDA BECAK BUS

Lokasi Kejadian Vs Kendaraan yang Terlihat

Kec. Brebes Kec. Bulukamba Kec. Wanasari Kec. Losari Kec. Tanjung

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 8/24

tersebut. Perbedaan karakteristik yang membedakan dari setiap jenis kendaraan

tersebut yaitu:

1.  Kebebasan manuver: kebebasan manuver disini adalah kebebasan setiap kendaraan

untuk memindahkan kendaraan dari suatu tempat ke tempat satunya. Hal-hal yang

bekaitan dengan kebebasan manuver adalah kesempatan yang lebih besar untuk 

melakukan gerakan siapan, dan melakukan gerakan putaran dan atau belokan. Data

yang ada menunjukkan kendaraan yang terlibat mulai dari tinggi ke rendah yaitu

sepeda motor, truk, mobil penumpang, mini bus, sepeda angin, truk gandeng,

becak, dan bus.

Hal ini berkaitan erat dengan kebebasan manuvernya, motor mempunyai kebebasan

manuver yang lebih besar dibandingkan kendaraan lainnya. Motor memiliki

kesempatan intens untuk melakukan gerakan siapan karena dimensi kendaraan

yang dimilikinya relatif lebih kecil dibandingkan kendaraan lainnya dan dapat

melakukan gerakan putaran dan atau membelok dengan mudah akibat dimensinya

 juga.

2.  Peruntukkan penggunaan: peruntukkan penggunaan berkaitan terhadap intensnya

penggunaan kendaraan tersebut. Penggunaan kendaraan tersebut berkaitan dengan

kegiatan ekonomi dan moda transportasi favorit di daerah tersebut. Motor

merupakan moda transportasi favorit karena memiliki keunggulan yaitu, harga

belinya relatif murah, memiliki kemudahan akses di jalan karena dapat melewati

  jalan sempit di kondisi lingkungan yang ada, dan dapat serba guna digunakan,

misalnya untuk membawa barang dagangan, kemudian kendaraan pribadi, ataukegiatan usaha seperti ojek. Kemudian yang kedua adalah sepeda angin. Hal ini

berkaitan dengan kondisi ekonomi daerah tersebut yang masih kondusif untuk 

memakai kendaraan ini.

3.  Beban kerja: beban kerja yang dimaksud disini adalah kewaspadaan dan kehati-

hatian pengemudi kendaraan. Beban kerja disini adalah beban bawaan kendaraan,

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 9/24

seperti bus yang mempunyai beban bawaan orang banyak, atau truk yang

mempunyai muatan barang tertentu, sedangkan sepeda motor biasanya hanya

pengemudi dan 1 penumpang yang dibawa. Semakin sedikit beban kerja maka

kemampuan akselerasi semakin besar dan mengurangi kehati-hatian dan

kewaspadaan. Dari data kita mengetahui bahwa motor memiliki kecelakaan yang

paling intens sesuai kemudahan melakukan akselerasi sehingga kehati-hatian dan

kewaspadaan berkurang.

4.  Kemahiran pengemudi: kemahiran disini adalah pengetahuan, pengalaman, dan

kemahiran dalam berkendara. Kendaraan yang paling mudah untuk dikendarai dan

dikuasai lebih cepat adalah sepeda motor. Kemudahan tersebut membuat

pengemudi yang sebenarnya tidak mahir lalu lintas pun dapat mengendarai sepeda

motor. Hal tersebut berimpikasi pada intensnya kecelakaan pada sepeda motor.

Berbeda dengan pengemudi truk ataupun bus yang mesti menguasai lalu lintas

secara lebih ahli.

5.  Jumlah kendaraan yang melakukan kegiatan lalu lintas: jumlah kendaraan

mempengaruhi banyaknya peluang terjadinya kendaraan pada jenis tersebut.

Sepeda motor merupakan kendaraan yang paling banyak melakukan kegiatan lalu

lintas sehingga jumlah kecelakaannya pun lebih banyak dari sekitarnya.

5.1.3.  Usia Pelaku Kecelakaan

Kendaraan yang terlibat mempunyai keterkaitan terhadap usia pelaku

kecelakaan. Data kecelakaan yang terjadi terhadap komposisi usia pelakukecelakaan yang terlibat diperlihatkan di Tabel 1.2:

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 10/24

Tabel 5.3 Usia Pelaku Kecelakaan vs. Jumlah Kecelakaan

Usia Korban Jumlah

Kecelakaan

Usia 15 - 25 14Usia 26 - 35 17

Usia 36 - 45 15

Usia > 45 12

Total 58

Grafik 5.4 Persentase Usia Pelaku Kecelakaan terhadap Jumlah Kecelakaan di

Jawa Tengah Kabupaten Brebes

Analisis yang akan dilakukan dalam pembahasan ini adalah seberapa besar

dampak usia pelaku kecelakaan terhadap jumlah kecelakaan yang terjadi. Data

yang ada menunjukkan persebatse kecelakaan dari yang terbesar hingga terkecil

yaitu: kelompok usia 26  – 35 tahun (29 %), 36  – 45 tahun (26 %), 15  – 25 tahun

(24 %), dan > 45 tahun (21 %). Faktor-faktor yang mempengaruhi intensnya

kecelakaan di kelompok usia tertentu yaitu:

24%

29%

26%

21%

USIA PENGENDARAUSIA 15 - 25 USIA 26 - 35 USIA 36 - 45 USIA > 45

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 11/24

1.  Tingkat produktivitas: tingkat produktivitas mempengaruhi banyaknya

pelaku kendaraan lalu lintas. Tingkat produktivitas disini berkaitan dengan

banyaknya jumlah pelaku kendaraan lalu lintas. Usia manusia terbagi

menjadi 3 golongan, yaitu usia praproduktif, produktif, dan pasca produktif.

Pada usia produktif maka kegiatan kerja yang dilakukan oleh kelompok 

tersebut lebih banayk dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, hal

tersebut juga berlaku untuk kegiatan berlalu lintas. Semakin banyak 

kelompok usia tersebut maka semakin besar peluang terjadinya kecelakaan

pada kelompok umur tersebut.

2.  Tingkat emosi: tingkat emosi disini mempengaruhi cara berkendara di lalu

lintas, kewaspadaan, dan kehati-hatian. Kegiatan yang berkaitan dengan

tingkat emosi adalah kemauan memberikan hak jalan kepada orang lain,

kesopanan dalam menyalip kendaraan, dan rasa mematuhi marka dan rambu

lalu lintas. Pada kelompok usia produktif, tingkat emosi berada dalam

puncaknya sehingga kecenderungan untuk melanggar lalu lintas lebih besar

dibandingkan kelompok usia lainnya.

3.  Tingkat antisipasi: tingkat antisipasi kecelakaan disini akan berkurang

semakin bertambahnya usia. Semakin tua usia maka tingkat respon dari

kelompok usia tersebut akan berkurang. Hal tersebut berkaitan dengan

menurunnya fungsi penglihatan, pendengaran, dan kecepatan mengambil

keputusan saat berkendara.

5.1.4.  Kondisi Cuaca pada Saat Terjadinya Kecelakaan

Kecelakaan yang terjadi berkaitan erat dengan situasi cuaca di lokasi tersebut. Haltersebut dapat diperlihatkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.4 Cuaca pada Saat Kecelakaan Terhadap Jumlah Kecelakaan

No. Kecamatan Cerah Hujan

1 Brebes 8 0

2 Bulukamba 8 0

3 Wanasari 12 2

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 12/24

4 Losari 2 0

5 Tanjung 4 0

Total 34 2

Grafik 5.5 Persentase Kondisi Cuaca pada Saat Kecelakaan di Jawa Tengah Kabupaten

Brebes

Analisis yang akan dilakukan dalam pembahasan ini adalah menegtahui seberapa besar

dampak cuaca terhadap kecelakaan yang terjadi. Dari data didapatkan bahwa jumlah

kecelakaan yang terjadi pada saat cuaca cerah adalah 94%, sedangkan sisanya adalah 6%

pada saat hujan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi cuaca terhadap jumlah

kecelakaan yang terjadi adalah sebagai berikut :

1.  Tingkat kondusifitas berkendara: tingkat kondusifitas disini berkaitan erat dengan

tingkat kenyamanan berkendara yang akan membuat pengendara melaju dengan

kecepatan yang lebih tinggi. Pada saat cuaca cerah maka penglihatan dalam berkendara

lalu lintas akan optimum sehingga kecenderungan pengemudi kendaraan akan melaju

dengan lebih cepat. Hal tersebut memperbesar peluang terjadinya kecelakaan.

2.  Tingkat kewaspadaan dan kehati-hatian: tingkat kewaspadaan dan kehati-hatian

pengemudi akan bertambah ketika cuaca berubah menjadi tidak kondusif. Pada saat

mendung maka pencahayaan sinar matahari akan berkurang sehingga tingkat

kenyamanan penglihatan berkurang. Tingkat kenyamanan yang berkurang tersebut

94%

6%

CUACA

Cerah Hujan

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 13/24

berdampak pada cara berkendaraan pengemudi lalu lintas yang cenderung menurunkan

kecepatannya sehingga resiko kecelakaan lebih kecil.

5.1.5.  Hirarki Penyebab Kecelakaan

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di Lokasi

kerja wilayah Polres Kabupaten Brebes, baik faktor pengemudi, lingkungan

ataupun kendaraan itu sendiri. Secara detailnya dapat dilihat di tabel Tabel 2.1

Hirarki Penyebab Kecelakaan berikut:

Tabel 5.5 Hirarki Penyebab Kecelakaan

Penyebab kecelakaan Jumlah

1 Kurang hati-hati 14

2 Menyalip 6

3 Simpangan 6

4 Rem mendadak 2

5 Mengantuk 5

6 Kecepatan tinggi 6

Total 39

Grafik 5.6 Diagram Hirarki penyebab kecelakaan dalam persentase

Dari Tabel dan Diagram yang menampilkan faktor-faktor penyebab

kecelakaan dapat terlihat dengan jelas besar persentase dari setiap faktor. Faktor

35.90%

15.38%15.38%

5.13%

12.82%

15.38%

Hirarki Penyebab kecelakaan

Kurang hati-hati

Menyalip

Simpangan

Rem mendadak

Mengantuk

Kecepatan tinggi

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 14/24

penyebab utama kecelakaan disini diklasifikasikan menjadi delapan bagian, yaitu;

kendaraan yang menyalip, kurang hati-hati dipersimpangan, kecerobohan saat

ditikungan, adanya kendaraan yang merem mendadak, kecepatan kendaraan yang

tinggi, adanya tindakan melanggar lalu lintas, faktor jalan yang rusak dan

pengemudi yang tidak memperhatikan lingkungan sekitar.

Dari tabel dan diagram yang telah dibuat, maka kita dapat membuat analisa

mengenai hirarki penyebab kecelakaan yang ada.

1.  Faktor penyebab kecelakaan yang terbesar adalah kurang hati-hatinya sebesar

35,90 % yaitu pengendara kendaraan bermotor dalam mengemudikan kendaraan

saat membelok kiri atau kanan arah belakang maupun samping belum aman,

kurang memperhatikan kendaraan yang berhenti di depan akibat pecah ban, dan

tidak memprioritaskan penyeberang lalu lintas saat menyeberang jalan.

2.  Faktor penyebab kecelakaan yang terbesar adalah menyalip sebesar 15,38 %, hal

ini mungkin terjadi karena kendaraan yang paling banyak dalam kecelakaan

yang terjadi adalah kendaraan bermotor. Dimana kendaraan bermotor seperti

halnya didaerah lain sering mengabaikan kendaraan lainnya apabila sedang

berada dijalan raya, mereka menyalip tanpa memperhatikan kecepatan kendaran

yang disalip, sehingga sering terjadi tabrakan karena kecepatan kendaraan yang

disalip juga tinggi. Umumnya kecelakaan karena kendaraan motor menyalip

mobil penumpang ataupun truk.

3.  Faktor penyebab kecelakaan mengendarai kendaraan bermotor dalam kecepatan

tinggi sebesar 15,38 %, kebanyakan pengemudi tidak mengabaikan batas

kecepatan maksimum untuk berkendara. Dan terutama kendaraan sepeda motor

yang seringkali mengabaikan batas kecepatan maksimum, untuk mempercepatwaktu tempuh dari tempat kediaman sampai tempat kerja.

4.  Faktor penyebab kecelakaan lainnya yang cukup berperan adalah kecelakaan

karena masalah dipersimpangan yaitu sebesar 15,38 %, kebanyakan pengemudi

masih kurang berhati-hati saat melewati persimpangan, mereka tidak 

memperhatikan kendaraan yang datang dari samping. Hal ini juga berkaitan

dengan managemen persimpangan yang mengatur bagaimana arah laju

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 15/24

kendaraan dipersimpangan, misalnya aturan kendaraan yang langsung belok kiri

yang akhir-akhir I ni sedang digalakkan.

5.  Faktor penyebab kecelakaan disebabkan oleh pengemudi yang mengantuk 

sebesar 12,82 %, pengemudi dalam kondisi tubuh lelah dan kurang

berkonsentrasi dalam berkendara. Kondisi ini tetap mereka paksakan untuk 

mengemudi, sehingga menyebabkan kecelakaan.

6.  Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah Faktor kendaraan merem mendadak,

yaitu sebesar 5,13 %. Biasanya rem mendadak ini akan menyebabkan kendaraan

dari arah belakang yang melaju dengan kecepatan tertentu akan menabrak,

sehingga terjadi tabrak depan belakang. Rem mendadak ini biasanya terjadi

karena sipengendara kurang baik dalam memperhitungkan laju kendaraan yang

didepannya, dan kurang baik dalam membaca situasi lalulintas yang ada. Bisa

 juga adanya kendaraan yang menyalip sehingga sipengemudi kaget dan secara

refleks merem mendadak tanpa mengetahui dari arah belakang ada kendaraan

lain yang melaju dan menabrak dari belakang. Faktor rem mendadak ini juga

berhubungan erat dengan kemampuan PIEV si pengemudi, biasanya

kemampuan PIEV seorang pengemudi akan menurun seiring dengan usia yang

makin lanjut.

7.  Ada beberapa faktor lainnya seperti kurang memperhatikan lingkungan sekitar,

kecepatan yang tinggi yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mengontrol

kendaraan, kekurang hati-hatian saat menikung, jalan yang rusak dan adanya

faktor kesengajaan melawan aturan lalu lintas yang sudah ditetapkan misalnya

melawan arus kendaraan.

8.  Adanya kendaraan yang terperosok kelubang mengindikasikan jalan yang ada

perlu perbaikan, lubang dijalan sangat berbahaya dan dapat menimbulkankecelakaan, khususnya kendaraan bermotor pada saat terjadi hujan atau pada

waktu malam hari, karena lubang tidak terlihat. Seperti kasus diarea polres

Kabupaten Brebes ini, sikorban meninggal dunia, dia terperosok kelubang dan

hilang keseimbangan sehingga terjatuh, dan dari arah belakang kendaraan yang

melaju dengan kencang menabrak si pengendara motor tadi, dan dia meninggal

dunia. Untuk itu kondisi jalan rusak segera diperbaiki.

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 16/24

5.1.6.  Pengaruh Kondisi Geometrik Jalan Terhadap Terjadinya Kecelakaan

Dari banyaknya kecelakaan yang terjadi, dapat juga dibuat hubungan antara

 jumlah kecelakaan yang terjadi dengan kondisi geometrik jalan dilokasi terjadinya

kecelakaan.

a.  Kondisi Geometrik Horizontal di lokasi kejadian.

Berikut diagram antara jumlah kecelakaan yang ada dengan kondisi

geometrik Horizontal jalan dilokasi kejadian.

Grafik 5.7 Kondisi Geometrik Jalan Horizontal

Dari grafik yang ditampilkan terlihat bahwa kecelakaan yang terjadi sekitar

100 % terjadinya dikondisi jalan yang lurus. Pada jalan lurus biasanya orang

lengah, kurang hati-hati dan mengantuk sehingga faktor terjadinya kecelakaan

semakin tinggi bila dibandingkan dengan jalanan tikungan.

b.  Kondisi Geometrik Vertikal di lokasi kejadian.

Berikut diagram antara jumlah kecelakaan yang ada dengan kondisi

geometrik Vertikal jalan dilokasi kejadian.

100.00%

Kondisi Geometrik JalanHorizontal di Lokasi Kecelakaan

Lurus

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 17/24

 

Grafik 5.7 Faktor kondisi geometrik jalan vertikal

Dari grafik yang ditampilkan terlihat bahwa kecelakaan yang terjadi sekitar

100 % terjadinya dikondisi jalan yang datar. Hal ini biasanya terjadi karena

para pengemudi kendaraan baik motor maupun mobil lebih berhati-hati

diarea tanjakan. Mereka sudah ada antisipasi, sedangkan dijalanan datar

para pengemudi biasanya lengah, dan saat mereka lengah maka akan terjadikecelakaan. Selain itu pada jalanan datar, biasanya banyak kendaraan yang

melaju dengan kecepatan tinggi dan saling menyalip.

5.1.7.  Tipe Kecelakaan

Tipe kecelakaan dalam analisis data ini dikelompokkan menjadi tabrakan

depan  –  belakang , depan  –  depan, depan  –  samping, samping  –  samping,

pedestrian, tabrak lari dan tabrak obyek tetap.

Tabel 5.6 Tipe laka kecelakaan

Tipe Laka Jumlah

Kecelakaan

Depan - Belakang 12

Depan - Belakang 14

Tunggal 1

100.00%

Kondisi Geometrik Jalan

Vertikal di Lokasi Kecelakaan

Datar

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 18/24

Tabbrak Objek Tetap 2

Tabrak Objek Bergerak 1

Samping-samping 3

Lepas Kendali 1Terbalik 1

Tabrak Orang 1

Grafik 5.8 Jumlah kecelakaan berdasarkan tipe laka

Dari tabel dan grafik di atas, terlihat bahwa tipe kecelakaan yang sering

terjadi adalah tabrak depan  –  belakang sebanyak sebesar (38,89%). Kemudian

tabrak jenis depan – samping juga sering terjadi di Jawa Tengah Kabupaten Brebes

ini dengan (33,33%), tabrak jenis samping-samping sebesar 8,33 %, dan tipe laka

lainnya. 

Berdasarkan data kita dapat melihat komposisi tipe kecelakaan yang terjadi.

Adapun yang mempengaruhi tipe kecelakaan tersebut antara lain:

1.  Perilaku berkendaraan

Hal yang dimaksud disini ada beberapa perilaku kendaraan yang sulit

diantisipasi oleh pengemudi atau tingkat emosi yang berkecendrungan

33.33%

38.89%

2.78%

5.56%

2.78%

8.33%

2.78% 2.78%2.78%

Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Tipe

LakaDepan - Samping

Depan - Belakang

Tunggal

Tabbrak Objek Tetap

Tabrak Objek Bergerak

Samping-samping

Lepas Kendali

Terbalik

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 19/24

melakukan kegiatan tersebut sehingga tipe kendaraan jenis tersebut intens

terjadi. Dari data dapat dilihat bahwa tipe kecelakaan yang intens terjadi adalah

tabrakan depan samping yang mempunyai persentase 39%, lebih besar

di8bandingkan dengan tipe kecelakaan lainnya. Tabrakan depan samping

seringf terjadi pada persimpangan. Pada saat di persimpangan pengemudi

cenderung tidak mengalah kepada pengendara lainnya sehingga ketika

kendaraan berlaju sama-sama kencang maka akan terjadi kecelakaan depan-

samping. Kegiatan yang sering menyebabkan tipe kecelakaan depan-samping

adalah pada saat menyalip. Pada saat menyalip membutuhkan pengambilan

keputusan yangc epat karena kendaran dari arah sebaliknya akan melaju

mengarah kepada kendaraan yang menyalip. Ketika presisi timing menyalip

tidak ttepat maka kan terjadi tabrakan depan-samping jika pengemudi yang di

salip tiodak memberikan jarak yang cukup terhadap kendaraan yang menyalip

ataupun kecepatan menyalip minimal tidak terpenuhi.

2.  Kepedulian terhadap lingkungan sekitar

Hal yang dimaksud disini adalah cara berkendara yang memperhatikan prilaku-

prilaku lingkungan lalu lintas sekitar. Pada saat melakukan manuver kendaraan

hal yang perlu diperhatikan tidak hanya kendaraan di depan, tetapi kendaraan

di belakang dengan cara melihat spion, dan juga objek-objek yang terdapat di

samping, misalnya pedestrian. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka akan

terjadi beberapa dampak tipe kecelakan misalnya depan  –  belakang, hal

tersebut biasanya disebabkan kegiatan rem mendadak kendaraan di depan.

Rem mendadak bisanya dilakukan oleh pengemudi karena tidak membuat jarak 

yang cukup bagi kendaraan di depannya dengan kecepatan laju kendaraantersebut, dan juga tidak mempedulikan kendaraan di belakangnya. Sehingga

ketika rem mendadak terjadi, kendaraan di belakangnya tidak mempunyai

waktu yang cukup untuk merespons atau mengantisipasi kegiatan tersebut.

Ketidakpedulian lingkungan sekitar lainnya adalah tidak memperhatikan

pedestrian yangs sedang berjalan di bahu jalan atau yang ingin menyebarang.

Hal ini dapat mengahsilkan tipe kecelakaan pedestrian.

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 20/24

 

Dari data kecelakaan kita melihat bahwa komposis tingkat kecelakaan dariyang terbesar hingga terkcil adalah luka ringan, luka berat, dan meninggl dunia.

Pada saat terjadi kecelakaan, maka dampak yang yang terjadi akan dimulai dari

luka ringan merambat ke luka berat dan pada akhirnya yang paling fatal adalah

meninggal dunia.

Kemudian dari jumlah kejadian yang terjadi kita melihat lokasi kejadian yang

paling intens terjadi kecelakaan. Pada data, diketahui bahwa lokasi yang paling

intens terjadi kecelakaan adalah daerah Petarukan, kemudian Tamann dan

Ampelgading, selanjutnya Ulujami, Kabupaten Brebes, dan terakhir Comal.

Berdasrkan keintensan terjadinya kecelakaan di suatu tempat maka kita dapat

memprioritaskan penanganan kecelakaan pada lokasi tersebut. Penanganan dengan

cara prioritas berdasarkan banayknya jumlah kecelakaan yang terjadi diharapkan

  jumlah kecelakaan yang terjadi menurun dengan drastis. Penanganan yang terjadi

di daerah tersebut didasarkan pada data kecelakaan penyebab-penyebab kecelakaan

didaerah tersebut sehingga nantinya penanganan yang dilakukan tepat sasaran.

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 21/24

5.2.  Metodologi Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan

Diagram Alir Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan

Metodologi penanganan lokasi kecelakaan dilakukan melalui alur pada

diagram diatas. Proses identifikasi pertama adalah proses pengumpulan data. Data

yang diidentifikasi adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diambil

melalui instansi yang telah melakukan pencatatan terlebih dahulu, yaitu Polres

Semarang. Perbedaannya dengan data primer adalah datatersebut diambil sendiri di

Data Sekunder Kecelakaan di Kabupaten Kabupaten Brebes

Mengidentifikasi Lokasi Rawan Kecelakaan Berdasarkan Frekuensi

Kecelakaan yang Terjadi Berdasarkan Kecamatan

Mengidentifikasi dan Menganalisa Komponen-Komponen yang

Mengikuti Pada Saat Terjadinya Kecelakaan Terdiri Atas Cuaca,

Jenis Kendaraan, Kelompok Usia, dan lain-lain

Mengidentifikasi dan Menganalisa Penyebab-Penyebab Kecelakaan

Berdasarkan Hirarki yang Terjadi

Memberikan Penanggulangan Jangka Pendek, Jangka menengah, dan

Jangka Panjang dengan Prioritas Lokasi Rawan Kecelakaan

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 22/24

lokasi kejadian. Data sekunder ini kemudian di kelompokkan sesuai kebutuhan

proses identifikasi untuk mendapatkan penanggulangan yang tepat sasaran. Data

sekunder tersebut dikelompokkan berdasarkan lokasi kejadian, jumlah korban

dengan tingkat kerusakan berbeda, dimulai dari luka ringan, luka berat, dan

meninggal dunia, karakteristik pengemudi, tipe kecelakaan, kendaraan yang

terlibat, dan penyebab kecelakaan.

Kemudian data kecelakaan yang terjadi tersebut dikelompokkan menurut

lokasi kejadian berdasarkan kecamatan. Lokasi kecamatan tempat terjadinya

kecelakaan yaitu: Ampelgading, Bantarbolang, Comal, Kabupaten Brebes,

Petarukan, Taman, dan Ulujami. Kemudian setelah pengelompokkan data tersebut

maka didapatkan lokasi rawan kecelakaan berdasarkan frekuensi yang paling tinggi

terjadinya kecelakaan.

Kemudian setelah mengetahui lokasi rawan kecelakaan maka kita akan

mengidentifikasi komponen-komponen yang terlibat yang erat kaitannya terhadap

kecendrungan terjadinya kecelakaan tersebut. Komponen yang pertama adalah

kelompok usia dari karakteristik 

pengemudi. Penyebaran data karakteristik pengemudi sebagai pelaku

klecelakaan menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kelompok 

usia terhadap frekuensi kecelakaan yang terjadi. Kemudian yang kedua adalah jenis

kendaraan yang terlibat. Jenis kendaraan yang terlibat bermacam-macam mulai dari

sepeda motor, sepeda dayung, bus, truk, dan mobil penumpang. Variasi dan jumlah

komponen masing-masing varian kendaraan mempengaruhi jumlah kecelakaan

yang terjadi.Faktor ketiga adalah kondisi cuaca yang terjadi pada saat terjadinya

kecelakaan. Cuaca pada saat terjadniya kecelakaan dapat melihat hubungan

lingkungan terhadap terjadinya kecelakaan. Kondisi cuaca tersebut terdiri dari

cerah, mendung, gerimis, dan hujan lebat. Faktor keempat adalah kondisi

geometrik jalan. Geometrik jalan pun terdiri atas 2 komponen, yaitu komponen

vertikal dan horizontal. Komponen vertikal terdiri atas jalan datar, tanjakan, atau

turunan. Sedangkan komponen jalan horizontal yaitu lurus dan tikungan. Pada data

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 23/24

yang telah dikelompokkan nantinya kita dapat melihat seberapa besar dampak 

kondisi geometrik jalan terhadap terjadinya kecelakaan. Faktor kelima adalah

waktu terjadinya kecelakaan. Waktu terjadinya kecelakaan mempengaruhi

produktifitas dari kegiatan lalu lintas. Hal tersebut membuat peluang terjadinya

kecelakaan semakin besar. Waktu kecelakaan terbagi menjadi 4 bagian, yaitu 00.00

 –  06.00, 06.00  –  12.00, 12.00  –  18.00, dan 18.00  –  00.00. Pada saat waktu

produktif frekuensi jumlah kecelakaan lebih banyak dari kelompok waktu lainnya.

Faktor yang terakhir, yaitu faktor keenam adalah tipe kecelakaan. Tipe kecelakaan

terdiri atas depan  –  belakang, depan-depan, depan-samping, samping-samping,

pedestrian, tabrak lari, dan tabrak obyek. Tipe kecelakaan ini berkaitan erat dengan

prilaku pengemudi.

Kemudian setelah itu kita mengidentifikasi dan menganalisa pengaruh-

pengaruh kondisi komponen di atas dengan penyebab kejadian kecelakaan.

Penyebab kecelakaan yang terjadi kita klasifikasikan berdasarkan rumpun yang

sama sehingga kita dapat memberikan penanggulangan yang tepat sasaran.

Kemudian setelah diidentifikasikan dan dianalisa penyebab terjadinya

kecelakaan kita dapat memberikan penanganan solusi pada daerah rawan

kecelakaan. Penanganan tersebut terdir dari 3 jenis sesuai jangka waktu

peruntukkannya, yaitu jangka pendek, jangka menegah, dan jangka panjang, antara

lain :

1.  Jangka Pendek 

a.  Faktor Pengguna Jalan

-  Dilakukan penahanan surat ijin mengemudi bagi para pelanggar;

-  Dilakukan inspeksi jalan untuk mengurangi jumlah pelanggar;

-  Bagi pengendara diwajibkan menggunakan perlengkapan keselamatan

berkendara.

b.  Faktor Fasilitas Jalan

5/13/2018 AMDAL BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amdal-bab-i-55a8239764e19 24/24

-  Pemasangan Marka Jalan dan Rambu-rambu jalan;

-  Melakukan pembersihan daerah pinggiran jalan.

2. 

Jangka Menengah:

-  Mengadakan sosialisasi tentang pentingnya keselamatan berkendara

bagi para pengguna dan lingkungan sekitarnya;

-  Melakukan pengecekan kendaran secara periode, agar kendaraan

tersebut layak untuk dipakai berkendara.

-  Melakukan SIDAK secara berkala.

3.  Jangka Panjang:

a.  Faktor geometrik 

-  Perubahan kedataran / kelandaian vertikal;

-  Perubahan lengkung horisontal dan lengkung vertikal;

-  Perubahan friksi permukaan jalan;

-  Perbaikan jalan;

-  Pembuatan saluran drainase;

-  Pelebaran jalan.

b.  Faktor Manusia

-  Diperlukan pendidikan khusus tentang lalu lintas ditingkat Sekolah

Menengah Atas (SMA), pendidikan ini sangat diperlukan sebelum

mereka berumur 17 tahun dan membuat SIM (Surat Ijin Mengemudi).