ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus...

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epistaksis atau perdarahan hidung (mimisan) adalah perdarahan akut yang berasal dari cuping hidung, lubang hidung atau nasofaring.Hal ini sering ditemukan sehari- hari dan merupakan masalah yang sangat lazim, dan hampir 90% dapat berhenti sendiri.Perdarahan spontan dari rongga hidung 90% berasal dari daerah anteroinferior septum nasi yang disebut daerah Kiesselbach.Sekitar 10% berasal dari bagian posterior rongga hidung dan biasanya lebih sulit diatasi. Epistaksis bukan merupakan suatu penyakit, melainkan sebagai gejala dari suatu kelainan.Untuk itu dibutuhkan anamnesis yang ringkas dan tepat, dan pemeriksaan fisik bersamaan dengan persiapan untuk menanggulangi epistaksis.Setelah perdarahan berhenti, lakukan evaluasi sistemik untuk menentukan penyebab.Pada tahap ini, mungkin diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap, evaluasi labortaorium, pemeriksaan sinar-X rutin dan bahkan angiografi. Insiden atau Angka kejadian di US adalah 1 diantara 7 orang. Dalam kepustakaan lain dituliskan bahwa ± 11% orang Amerika mengalami epistaksis dalam sepanjang hidup mereka. Tidak ada predileksi yang tepat pada jenis 1

Transcript of ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus...

Page 1: ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus jangan lupa HAHA).docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Epistaksis atau perdarahan hidung (mimisan) adalah perdarahan akut yang berasal

dari cuping hidung, lubang hidung atau nasofaring.Hal ini sering ditemukan sehari-hari

dan merupakan masalah yang sangat lazim, dan hampir 90% dapat berhenti

sendiri.Perdarahan spontan dari rongga hidung 90% berasal dari daerah anteroinferior

septum nasi yang disebut daerah Kiesselbach.Sekitar 10% berasal dari bagian posterior

rongga hidung dan biasanya lebih sulit diatasi.

Epistaksis bukan merupakan suatu penyakit, melainkan sebagai gejala dari suatu

kelainan.Untuk itu dibutuhkan anamnesis yang ringkas dan tepat, dan pemeriksaan fisik

bersamaan dengan persiapan untuk menanggulangi epistaksis.Setelah perdarahan

berhenti, lakukan evaluasi sistemik untuk menentukan penyebab.Pada tahap ini,

mungkin diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap, evaluasi

labortaorium, pemeriksaan sinar-X rutin dan bahkan angiografi.

Insiden atau Angka kejadian di US adalah 1 diantara 7 orang. Dalam kepustakaan

lain dituliskan bahwa ± 11% orang Amerika mengalami epistaksis dalam sepanjang

hidup mereka. Tidak ada predileksi yang tepat pada jenis kelamin.Kematian sering

disebabkan oleh komplikasi akibat hipovolemik pada epistaksis yang

berat/profuse.Peningkatan morbiditas berhubungan dengan aplikasi nasal (nasal

packing). Tampon posterior dapat berpotensial menyebabkan kelainan pada jalan napas

dan memicu terjadinya serangan jantung pada orang tua. Pemasangan tampon ini juga

dapat menjadi sumber infeksi. Epistaksis lebih sering dijumpai pada umur 2-10 tahun

dan 50-80 tahun.

1

Page 2: ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus jangan lupa HAHA).docx

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat merumuskan apa saja yang akan dibahas

dalam makalah ini, yaitu :

1. Apa itu epistaksis?

2. Apa dan Bagaimana etiologipada epistaksis?

3. Apa dan Bagaimana klasifikasi pada epistaksis?

4. Apa dan Bagaimana patofisiologi pada epistaksis?

5. Apa dan bagaimana manisfestasi klinis pada epistaksis?

6. Apa dan Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada epistaksis?

7. Apa dan bagaimana komplikasi pada epistaksis?

8. Apa dan Bagaimana penatalaksanaan pada epistaksis?

9. Apa dan Bagaimana asuhan keperawatan pada epistaksis?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, tujuan penulisan makalah

iniadalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan memahami epistaksis.

2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi pada epistaksis.

3. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi pada epistaksis.

4. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi pada epistaksis.

5. Untuk mengetahui dan memahami manisfestasi klinis pada epistaksis.

6. Untuk mengetahui dan memahamipemeriksaan diagnostik pada epistaksis.

7. Untuk mengetahui dan memahamikomplikasi pada epistaksis.

8. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada epistaksis.

9. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada epistaksis.

2

Page 3: ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus jangan lupa HAHA).docx

D. Manfaat

1. Bagi dosen :

Untuk bahan ajar kepada mahasiswa.

2. Bagi mahasiswa:

Mampu menjelaskan mengenai apa itu epistaksis. Dimulai dari etiologi, klasifikasi,

patofisiologi, manifestasi klinis, jenis pemeriksaan diagnostik, komplikasi,

penatalaksanaan, dan juga hingga pada pemberian asuhan keperawatan.

3

Page 4: ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus jangan lupa HAHA).docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Epistaksis adalah satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui

lubang hidung akibat sebab kelainan lokal pada rongga hidung ataupun karena

kelainan yang terjadi di tempat lain dari tubuh. Mimisan terjadi pada hidung karena

hidung punya banyak pembuluh darah, terutama di balik lapisan tipis cupingnya.

Mimisan sendiri bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu

penyakit, itu artinya mimisan bisa terjadi karena bermacam sebab dari yang ringan

sampai yang berat.

Pada umumnya ini terjadi pada anak-anak karena pembuluh darahnya masih tipis

dan sensitif, selain karena pilek. Gangguan mimisan umumnya berkurang sesuai

dengan pertambahan usia. Semakin tambah usia, pembuluh darah dan selaput lendir di

hidungnya sudah semakin kuat, hingga tak mudah berdarah. Epistaksis bukan suatu

penyakit melainkan gejala suatu kelainan.

B. Etiologi

Secara umum penyebab epistaksis dibagi dua yaitu lokal dan sistemik, adalah sebagai

berikut:

1. Lokal

Penyebab lokal terutama trauma, sering karena kecelakaan lalulintas, olah raga,

(seperti karena pukulan pada hidung) yang disertai patah tulang hidung (seperti pada

gambar di halaman ini), mengorek hidung yang terlalu keras sehingga luka pada

mukosa hidung, adanya tumor di hidung, ada benda asing (sesuatu yang masuk ke

hidung) biasanya pada anak-anak, atau lintah yang masuk ke hidung, dan

infeksi(rinitis dan sinusitis).

4

Page 5: ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus jangan lupa HAHA).docx

2. sistemik

Penyebab sistemik artinya penyakit yang tidak hanya terbatas pada hidung, yang

sering meyebabkan mimisan adalah hipertensi, infeksi sistemik seperti penyakit

demam berdarah dengue atau cikunguya, kelainan darah seperti hemofili, autoimun

trombositipenic purpura.

Selain itu ada juga penyebab lainnya, diantaranya:

a. Trauma

Perdarahan hidung dapat terjadi setelah trauma ringan, misalnya mengeluarkan

ingus secara tiba-tiba dan kuat, mengorek hidung, dan trauma yang hebat seperti

terpukul, jatuh atau kecelakaan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh iritasi gas

yang merangsang, benda asing di hidung dan trauma pada pembedahan.

b. Infeksi

Infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rhinitis atau sinusitis juga dapat

menyebabkan perdarahan hidung.

c. Neoplasma 

Hemangioma dan karsinoma adalah yang paling sering menimbulkan gejala

epitaksis.

d. Kongenital

Penyakit turunan yang dapat menyebabkan epitaksis adalah telengiaktasis

hemoragik herediter.

e. Penyakit kardiovaskular

Hipertensi dan kelainan pada pembuluh darah di hidung seperti arteriosklerosis,

sirosis, sifilis dan penyakit gula dapat menyebabkan terjadinya epitaksis karena

pecahnya pembuluh darah.

5

Page 6: ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus jangan lupa HAHA).docx

C. Klasifikasi

Sumber perdarahan dapat berasal dari bagian anterior atau posterior rongga hidung.

Adalah sebagai berikut:

1. Epistaksis Anterior (Mimisan Depan)

Jika yang luka adalah pembuluh darah pada rongga hidung bagian depan, maka

disebut 'mimisan depan' (=epistaksis anterior). Lebih dari 90% mimisan

merupakan mimisan jenis ini. Mimisan depan lebih sering mengenai anak-anak,

karena pada usia ini selapun lendir dan pembuluh darah hidung belum terlalu kuat.

Mimisan depan biasanya ditandai dengan keluarnya darah lewat lubang hidung,

baik melalui satu maupun kedua lubang hidung. Jarang sekali perdarahan keluar

lewat belakang menuju ke tenggorokan, kecuali jika korban dalam posisi telentang

atau tengadah.

a. Lokasi tempat perdarahan ( Epistaksis Anterior) :

1) Mengorek-ngorek hidung

2) Terlalu lama menghirup udara kering

3) Ruangan berAC

4)  Terlalu lama terpapar sinar matahari

5) Pilek atau sinusitis

6) Membuang ingus terlalu kuat

7) Biasanya relatif tidak berbahaya. Perdarahan yang timbul ringan dan dapat

berhenti sendiri dalam 3 - 5 menit, walaupun kadang-kadang perlu

tindakan seperti memencet dan mengompres hidung dengan air dingin.

b. Beberapa langkah untuk mengatasi mimisan depan:

1) Penderita duduk di kursi atau berdiri, kepala ditundukkan sedikit ke depan.

Pada posisi duduk atau berdiri, hidung yang berdarah lebih tinggi

darijantung. Tindakan ini bermanfaat untuk mengurangi laju perdarahan.

Kepala ditundukkan ke depan agar darah mengalir lewat lubang hidung,

tidak jatuh ke tenggorokan, yang jika masuk ke lambung menimbulkan

mual dan muntah, dan jika masuk ke paru-paru dapat menimbulkan gagal

napas dan kematian.

6

Page 7: ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus jangan lupa HAHA).docx

2)  Tekan seluruh cuping hidung, tepat di atas lubang hidung dan dibawah

tulang hidung. Pertahankan tindakan ini selama 10 menit. Usahakan

jangan berhenti menekan sampai masa 10 menit terlewati. Penderita

diminta untuk bernapas lewat mulut.

3) Beri kompres dingin di daerah sekitar hidung. Kompres dingin

membantumengerutkan pembuluh darah, sehingga perdarahan berkurang.

4) Setelah mimisan berhenti, tidak boleh mengorek-ngorek hidung dan

menghembuskan napas lewat hidung terlalu kuat sedikitnya dalam 3 jam.

5) Jika penanganan pertama di atas tidak berhasil, korban sebaiknya

dibawake rumah sakit, karena mungkin dibutuhkan pemasangan tampon

(kasa yang digulung) ke dalam rongga hidung atau tindakan kauterisasi.

Selama dalam perjalanan, penderita sebaiknya tetap duduk dengan posisi

tunduk sedikit kedepan.

2. Epistaksis Posterior (Mimisan Belakang)

Mimisan belakang (=epistaksis posterior) terjadi akibat perlukaan pada

pembuluh darah rongga hidung bagian belakang. Mimisan belakang jarang terjadi,

tapi relatif lebih berbahaya. Mimisan belakang kebanyakan mengenai orang

dewasa, walaupun tidak menutup kemungkinan juga mengenai anak-anak.

Perdarahan pada mimisan belakang biasanya lebih hebat sebab yang

mengalami perlukaan adalah pembuluh darah yang cukup besar.Karena terletak di

belakang, darah cenderung jatuh ke tenggorokan kemudian tertelan masuk ke

lambung, sehingga menimbulkan mual dan muntah berisi darah. Pada beberapa

kasus, darah sama sekali tidak ada yang keluar melalui lubang hidung.

Beberapa penyebab mimisan belakang :

a. Hipertensi

b. Demam berdarah

c. Tumor ganas hidung atau nasofaring

d. Penyakit darah seperti leukemia, hemofilia, thalasemia dll.

e. Kekurangan vitamin C dan K.

Perdarahan pada mimisan belakang lebih sulit diatasi. Oleh karena itu,

penderita harus segera dibawa ke puskesmas atau RS.Biasanya petugas medis

7

Page 8: ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus jangan lupa HAHA).docx

melakukan pemasangan tampon belakang. Caranya, kateter dimasukkan lewat

lubang hidung tembus rongga belakang mulut (faring), kemudian ditarik keluar

melalui mulut. Pada ujung yang keluar melalui mulut ini dipasang kasa dan balon.

Ujung kateter satunya yang ada di lubang hidung ditarik, maka kasa dan balon ikut

tertarik dan menyumbat rongga hidung bagian belakang. Dengan demikian

diharapkan perdarahan berhenti.Jika tindakan ini gagal, petugas medis mungkin

akan melakukan kauterisasi. Langkah lain yang mungkin dipertimbangkan adalah

operasi untuk mencari pembuluh darah yang menyebabkan perdarahan, kemudian

mengikatnya. Tindakan ini dinamakan ligasi.

D. Patofisiologi

Hidung kaya akan vaskularisasi yang berasal dari arteri karotis interna dan arteri

karotis eksterna. Arteri karotis eksterna menyuplai darah ke hidung melalui

percabangannya arteri fasialis dan arteri maksilaris.Arteri labialis superior merupakan

salah satu cabang terminal dari arteri fasialis.Arteri ini memberikan vaskularisasi ke

nasal arterior dan septum anterior sampai ke percabangan septum. Arteri maksilaris

interna masuk ke dalam fossa pterigomaksilaris dan memberikan enam percabangan :

a.alveolaris posterior superior, a.palatina desenden , a.infraorbitalis, a.sfenopalatina,

pterygoid canal dan a. pharyngeal.

Arteri palatina desenden turun melalui kanalis palatinus mayor dan menyuplai

dinding nasal lateral, kemudian kembali ke dalam hidung melalui percabangan di

foramen incisivus untuk menyuplai darah ke septum anterior.Arteri karotis interna

memberikan vaskularisasi ke hidung.Arteri ini masuk ke dalam tulang orbita melalui

fisura orbitalis superior dan memberikan beberapa percabangan.Arteri etmoidalis

anterior meninggalkan orbita melalui foramen etmoidalis anterior.Arteri etmoidalis

posterior keluar dari rongga orbita, masuk ke foramen etmoidalis posterior, pada lokasi

2-9 mm anterior dari kanalis optikus. Kedua arteri ini menyilang os ethmoid dan

memasuki fossa kranial anterior, lalu turun ke cavum nasi melalui lamina cribriformis,

masuk ke percabangan lateral dan untuk menyuplai darah ke dinding nasal lateral dan

septum.Pleksus kiesselbach yang dikenal dengan “little area” berada diseptum

8

Page 9: ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus jangan lupa HAHA).docx

kartilagenous anterior dan merupakan lokasi yang paling sering terjadi epistaksis

anterior. Sebagian besar arteri yang memperdarahi septum beranastomosis di area ini.

Sebagian besar epistaksis (95%) terjadi di “little area”.Bagian septum nasi

anterior inferior merupakan area yang berhubungan langsung dengan udara, hal ini

menyebabkan mudah terbentuknya krusta, fisura dan retak karena trauma pada

pembuluh darah tersebut.Walaupun hanya sebuah aktifitas normal dilakukan seperti

menggosok-gosok hidung dengan keras, tetapi hal ini dapat menyebabkan terjadinya

trauma ringan pada pembuluh darah sehingga terjadi ruptur dan perdarahan.Hal ini

terutama terjadi pada membran mukosa yang sudah terlebih dahulu mengalami

inflamasi akibat dari infeksi saluran pernafasan atas, alergi atau sinusitis.

E. Manisfestasi Klinis

Perdarahan dari hidung, gejala yang lain sesuai dengan etiologi yang

bersangkutan. Epitaksis berat, walaupun jarang merupakan kegawatdaruratan yang

dapat mengancam keselamatan jiwa pasien, bahkan dapat berakibat fatal jika tidak

cepat ditolong. Sumber perdarahan dapat berasal dari depan hidung maupun belakang

hidung.

1. Epitaksis anterior (depan) dapat berasal dari pleksus kiesselbach atau dari a.

etmoid anterior. Pleksus kieselbach ini sering menjadi sumber epitaksis terutama

pada anak-anak dan biasanya dapat sembuh sendiri.

2. Epitaksis posterior (belakang) dapat berasal dari a. sfenopalatina dan a. etmoid

posterior. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti sendiri. Sering ditemukan

pada pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit

jantung. Pemeriksaan yang diperlukan adalah darah Lengkap dan fungsi

hemostasis.

F. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan Laboratorium

Jika perdarahan sedikit dan tidak berulang, tidak perlu dilakukan pemeriksaan

penunjang.Jika perdarahan berulang atau hebat lakukan pemeriksaan lainnya untuk

memperkuat diagnosis epistaksis.

9

Page 10: ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus jangan lupa HAHA).docx

1. Pemeriksaan darah tepi lengkap.

2. Fungsi hemostatis

3. EKG

4. Tes fungsi hati dan ginjal

5. Pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal, dan nasofaring

6. CT scan dan MRI dapat diindikasikan untuk menentukan adanya rinosinusitis,

benda asing dan neoplasma.

G. Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul pada penderita epistaksis adalah sebagai berikut: 

1. Sinusitis

2. Septal hematom (bekuan darah pada sekat hidung)

3. Deformitas (kelainan bentuk) hidung

4. Aspirasi (masuknya cairan ke saluran napas bawah)

5. Kerusakan jaringan hidung infeksi

6. Komplikasi epistaksis :Hipotensi, hipoksia, anemia, aspirasi pneumoni

7. Komplikasi kauterisasi : Sinekia, perforasi septum

8. Komplikasi pemasangan tampon : Sinekia, rinosinusitis, sindrom syok toksik,

Perforasi septum, tuba eustachius tersumbat, aritmia (overdosis kokain atau

lidokain )

9. Komplikasi embolisasi : Perdarahan hematom, nyeri wajah, hipersensitivitas,

paralisis fasialis, infark miokard.

10. Komplikasi ligasi arteri : kebas pada wajah, sinusitis, sinekia, infark miokard.

Mencegah komplikasi, sebagai akibat dari perdarahan yang berlebihan, dapat

terjadi syok atau anemia, turunnya tekanan darah yang mendadak dapat menimbulkan

infark serebri, insufisiensi koroner, atau infark miokard, sehingga dapat menyebabkan

kematian. Dalam hal ini harus segera diberi pemasangan infus untuk membantu cairan

masuk lebih cepat. Pemberian antibiotika juga dapat membantu mencegah timbulnya

sinusitis, otitis media akibat pemasangan tampon.

10

Page 11: ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus jangan lupa HAHA).docx

Kematian akibat pendarahan hidung adalah sesuatu yang jarang. Namun, jika

disebabkan kerusakan pada arteri maksillaris dapat mengakibatkan pendarahan hebat

melalui hidung dan sulit untuk disembuhkan. Tindakan pemberian tekanan,

vasokonstriktor kurang efektif. Dimungkinkan penyembuhan struktur arteri maksillaris

(yang dapat merusak saraf wajah) adalah solusi satu-satunya.

H. PenatalaksanaanPrinsip dari penatalaksaan epistaksis yang pertama adalah menjaga prinsip ABC,

adalah sebagai berikut:

1. Prinsip A (Airway)

Pastikan jalan napas tidak tersumbat atau bebas, posisikan duduk menunduk.

2. Prinsip B (Breathing)

Pastikan proses bernapas dapat berlangsung, batukkan atau keluarkan darah yang

mengalir ke belakang tenggorokan.

3. Prinsip C (Circulation)

Pastikan proses perdarahan tidak mengganggu sirkulasi darah tubuh, pastikan

pasang jalur infuse intravena, apabila terdapat gangguan sirkulasi posisikan pasien

untuk duduk merunduk untuk mencegah darah menumpuk di daerah faring

posterior sehingga mencegah penyumbatan jalan napas.

Jika pasien dalam keadaan gawat seperti syok atau anemia lebih baik diperbaiki

dulu keadaan umum pasien baru menanggulangi perdarahan dari hidung itu

sendiri.

Prinsip lainnya dalam penatalaksanaan epistaksis adalah sebagai berikut:

1. Menghentikan perdarahan

Menghentikan perdarahan secara aktif dengan menggunakan kaustik atau tampon

jauh lebih efektif daripada dengan pemberian obat-obat hemostatik dan menunggu

darah berhenti dengan sendirinya. Jika pasien datang dengan perdarahan maka

pasien sebaiknya diperiksa dalam keadaan duduk, jika terlalu lemah pasien

11

Page 12: ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus jangan lupa HAHA).docx

dibaringkan dengan meletakan bantal di belakang punggung pasien. Sumber

perdarahan dicari dengan bantuan alat penghisap untuk membersihkan hidung dari

bekuan darah, kemudian dengan menggunakan tampon kapas yang dibasahi

dengan adrenalin 1/10000 atau lidokain 2 % dimasukan ke dalam rongga hidung

untuk menghentikan perdarahan atau mengurangi nyeri, dapat dibiarkan selama 3-

5 menit. 

2. Perdarahan Anterior

Dapat menggunakan alat kaustik nitras argenti 20-30% atau asam triklorasetat

10% atau dengan elektrokauter. Bila perdarahan masih berlangsung maka dapat

digunakan tampon anterior (kapas dibentuk dan dibasahi dengan adrenalin +

vaseline) tampon ini dapat digunakan sampai 1-2 hari.

3. Perdarahan Posterior

Perdarahan biasanya lebih hebat dan lebih sukar dicari, dapat dilihat dengan

menggunakan pemeriksaan rhinoskopi posterior. Untuk mengurangi perdarahan

dapat digunakan tampon Beelloqk.

I. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan.

b. Riwayat Penyakit sekarang

c. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh sulit bernafas, tenggorokan.

d. Riwayat penyakit dahulu

1) Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma

2) Pernah mempunyai riwayat penyakit THT

3) Pernah menedrita sakit gigi geraham

e. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang

lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.

f.  Riwayat spikososial

12

Page 13: ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus jangan lupa HAHA).docx

1) Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)

2) Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

g. Pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Untuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat tanpa

memperhatikan efek samping

2) Pola nutrisi dan metabolism

biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada

hidung

3) Pola istirahat dan tidur

selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek

4) Pola Persepsi dan konsep diri

klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsep diri

menurun

5) Pola sensorik

Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus

menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).

h. Pemeriksaan fisik

1) status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran

2) Pemeriksaan fisik data focus hidung : rinuskopi (mukosa merah dan

bengkak).

i. Data subyektif

Mengeluh badan lemah

j. Data Obyektif

1) Perdarahan pada hidung/mengucur banyak

2) Gelisah

3) Penurunan tekanan darah

4) Peningkatan denyut nadi

5) Anemia

2. Diagnosa Keperawatan

13

Page 14: ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus jangan lupa HAHA).docx

a. Perdarahan spontan berhubungan dengan trauma minor maupun mukosa

hidung yang rapuh.

b. Obstruksi jalan nafas berhubungan dengan nersihan jalan nafas tidak efektif.

c. Cemas berhubungan dengan perdarahan yang diderita.

d. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas maupun

pengeringan mukosa hidung.

3. Perencanaan Keperawatan

DX : Perdarahan spontan berhubungan dengan trauma minor maupun mukosa

hidung yang rapuh.

a. Tujuan : meminimalkan perdarahan

b.  Kriteria : Tidak terjadi perdarahan, tanda vital normal, tidak anemis

c. Intervensi

1) Monitor keadaan umum pasien

2) Monitor tanda vital

3) Monitor jumlah perdarahan psien

4) Awasi jika terjadi anemia

5) Kolaborasi dengan dokter mengenai masalah yang terjadi dengan

perdarahan: pemberian transfusi, medikasi.

DX :Bersihan Jalan Nafas tidak efektif

a. Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif

b. Kriteria : Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak

menggunakan otot pernafasan tambahan, tidak terjadi dispnoe dan sianosis

c. Intervensi

1) Kaji bunyi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada

R/ penurunan bunyi nafas dapat menyebabkan atelektasis, ronchi dan

wheezing menunjukkan akumulasi sekret.

2) Catat kemampuan mengeluarkan mukosa/batuk efektif

R/ Sputum berdarah kental atau cerah dapat diakibatkan oleh kerusakan

paru atau luka bronchial.

14

Page 15: ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus jangan lupa HAHA).docx

3) Berikan posisi fowler atau semi fowler tinggi

R/ posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan

upaya pernafasan.

4) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea

R/ mencegah obstruksi/aspirasi.

5) Pertahankan masuknya cairan sedikitnya sebanyak 250 ml/hari kecuali

kontraindikasi.

R/ Membantu pengenceran sekret.

6) Berikan obat sesuai dengan indikasi mukolitik, ekspektoran,

bronkodilator.

R/ mukolitik untuk menurunkan batuk, ekspektoran untuk membantu

memobilisasi sekret, bronkodilator menurunkan spasme bronkus dan

analgetik diberikan untuk menurunkan ketidaknyamanan.

DX :Cemas berhubungan dengan perdarahan yang diderita.

a. Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang

b. Kriteria :

Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya.

Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta

pengobatannya.

c. Intervensi

1) Kaji tingkat kecemasan klien.

R/ menentukan tindakan selanjutnya.

2) Berikan kenyamanan dan ketentraman pada klien.

R/ Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan

3) Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya

perlahan, tenang serta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah

dimengerti.

R/ Meningkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk

penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif.

15

Page 16: ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus jangan lupa HAHA).docx

4)  Minimalisir stimulasi yang berlebihan

R/ dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan

meningkatkan ketenangan klien.

5) Observasi tanda-tanda vital.

R/ Mengetahui perkembangan klien secara dini.

DX : Nyeri akut berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas

maupunpengeringan mukosa hidung.

a. Tujuan : nyeri berkurang atau hilang

b. Kriteria hasil :

Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang.

Klien tidak menyeringai kesakitan.

c. Intervensi

1.  Kaji tingkat nyeri klien.

R/ Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan

selanjutnya.

2. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya.

R/ Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam

perawatan untuk mengurangi nyeri.

3. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.

R/ Klien mengetahui tehnik distraksi dan relaksasi sehinggga dapat

mempraktekkannya bila mengalami nyeri.

4. Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien.

R/ Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.

5.  Kolaborasi dngan tim medis.

R/ Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien.

16

Page 17: ALL FIX EPISTAKSIS (Tambah bab 3, daftar isi, dan cover yaaa teh sani cantik & nia ppt yg bagus jangan lupa HAHA).docx

BAB III

SIMPULANA. SIMPULAN

Epistaksis (perdarahan dari hidung) dapat berupa perdarahan anterior dan

perdarahan posterior yang dapat terjadi akibat sebab lokal atau sebab umum (kelainan

sistemik).Bisa ringan sampai berat yang berakibat fatal.

Perdarahan bisa berhenti sendiri sampai harus segera ditolong. Pada epistaksis

berat harus ditolong di rumah sakit oleh dokter. Tindakan yang dilakukan pada

epistaksis adalah dengan:

a) Memencet hidung

b) Memasangan tampon anterior dan posterior

c) Kauterisasi

d) Ligasi (pengikatan pembuluh darah)

Epistaksis atau perdarahan hidung dilaporkan timbul pada 60% populasi

umum.Puncak kejadian dari epistaksis didapatkan berupa dua puncak (bimodal) yaitu

pada usia <10 >50 tahun.

17