Algae resume

4
Algae memproduksi Pfs25 yang menghasilkan antibody untuk mencegah transmisi malaria Vaksinasi adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebu. Vaksin yang diberikan ada yang bersistem tradisional maupun tipe subunit. Vaksin subunit merupakan vaksin rekombinan tidak menggukan virus atau bakteri utuh ynag dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan melakukan cloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA. Vaksin subunit umumnya lebih mahal dari vaksin tradisional berdasarkan rekombinan protein yang harus dimurnikan. Meskipun harganya yag mahal, vaksin subunit tetap dikembangkan karena aman, efektif, dan dapat meghasilkan antibody untuk perlindugan dari penyakit yang belum ada vaksin pencegahnya. Algae merupakan platform yang menarik untuk memproduksi vaksin subunit karena tidak mahal, mudah digenetiska, bisa dihasilkan dalan skala besar, jangka waktu generasi yang pendek, dan tidak meledak, jauh dari kontaminan yang sering muncul. Jenis jenis vaksin ada yang bersistem subunit dan tradisional. Subunit vaksin adalah Abstract Subunit vaccines are significantly more expensive to produce than traditional vaccines because they are based primarily on recombinant proteins that must be purified from the expression system. Despite the increased cost, subunit vaccines are being developed because they are safe, effective, and can elicit antibodies that confer protection against diseases that are not currently vaccine-preventable. Algae are an attractive platform for producing subunit vaccines because they are relatively inexpensive to grow, genetically tractable, easily scaled to large volumes, have a short generation time, and are devoid of inflammatory, viral, or prion contaminants often present in other systems. We tested whether algal chloroplasts can produce malaria transmission blocking vaccine candidates, Plasmodium falciparum surface protein 25 (Pfs25) and 28 (Pfs28). Antibodies that recognize Pfs25 and Pfs28 disrupt the sexual development of parasites within the mosquito midgut, thus preventing transmission of malaria from one human host to the next. These proteins have been difficult to produce in traditional recombinant systems because they contain tandem repeats of structurally complex epidermal growth factor-like domains, which cannot be produced in bacterial systems, and because they are not glycosylated, so they must be modified for production in eukaryotic systems. Production in algal chloroplasts avoids these issues because chloroplasts can fold complex eukaryotic proteins and do not glycosylate proteins. Here we demonstrate that algae are the first recombinant

description

biology resume journal

Transcript of Algae resume

Page 1: Algae resume

Algae memproduksi Pfs25 yang menghasilkan

antibody untuk mencegah transmisi malaria

Vaksinasi adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan

terhadap penyakit tersebu. Vaksin yang diberikan ada yang bersistem tradisional maupun tipe

subunit. Vaksin subunit merupakan vaksin rekombinan tidak menggukan virus atau bakteri utuh

ynag dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan melakukan cloning dari gen

virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA. Vaksin subunit umumnya lebih mahal dari vaksin

tradisional berdasarkan rekombinan protein yang harus dimurnikan. Meskipun harganya yag

mahal, vaksin subunit tetap dikembangkan karena aman, efektif, dan dapat meghasilkan antibody

untuk perlindugan dari penyakit yang belum ada vaksin pencegahnya. Algae merupakan platform

yang menarik untuk memproduksi vaksin subunit karena tidak mahal, mudah digenetiska, bisa

dihasilkan dalan skala besar, jangka waktu generasi yang pendek, dan tidak meledak, jauh dari

kontaminan yang sering muncul.

Jenis jenis vaksin ada yang bersistem subunit dan tradisional. Subunit vaksin adalah Abstract Subunit vaccines are significantly more expensive to produce than traditional vaccines because they are based primarily on recombinant proteins that must be purified from the expression system. Despite the increased cost, subunit vaccines are being developed because they are safe, effective, and can elicit antibodies that confer protection against diseases that are not currently vaccine-preventable. Algae are an attractive platform for producing subunit vaccines because they are relatively inexpensive to grow, genetically tractable, easily scaled to large volumes, have a short generation time, and are devoid of inflammatory, viral, or prion contaminants often present in other systems. We tested whether algal chloroplasts can produce malaria transmission blocking vaccine candidates, Plasmodium falciparum surface protein 25 (Pfs25) and 28 (Pfs28). Antibodies that recognize Pfs25 and Pfs28 disrupt the sexual development of parasites within the mosquito midgut, thus preventing transmission of malaria from one human host to the next. These proteins have been difficult to produce in traditional recombinant systems because they contain tandem repeats of structurall y complex epidermal growth factor-like domains, which cannot be produced in bacterial systems, and because they are not glycosylated, so they must be modified for production in eukaryotic systems. Production in algal chloroplasts avoids these issues because chloroplasts can fold complex eukaryotic proteins and do not glycosylate proteins. Here we demonstrate that algae are the first recombinant

Page 2: Algae resume

system to successfully produce an unmodified and aglycosylated version of Pfs25 or Pfs28. These antigens are structurally similar to the native proteins and antibodies raised to these recombinant proteins recognize Pfs25 and Pfs28 from P. falciparum. Furthermore, antibodies to algae-produced Pfs25 bind the surface of in-vitro cultured P. falciparum sexual stage parasites and exhibit transmission blocking activity. Thus, algae are promising organisms for producing cysteine -disulfidecontaining

malaria transmission blocking vaccine candidate proteins.Prion adalah pembawa penyakit menular yang hanya terdiri dari protein. Prion tidak dapat dimusnahkan dengan panas, radiasi, atau formalin. Prion menyebabkan berbagai penyakit degenerasi seperti kuru, scrapie, Creutzfeldt-Jakob disease (vCJD), dan bovine spongiform encephalopathy (BSE atau sapi gila). Semua penyakit ini menyerang otak atau sistem syaraf lainnya, mematikan, dan belum dapat disembuhkan. Namun sebuah vaksin telah dikembangkan untuk tikus dan sedang dikembangkan lebih lanjut untuk manusia.

Home

kimia dasar » kimia analisis »

Instrumen » senyawa obat » Kontak

Subscribe

search...

Jenis Vaksin

in Bioteknologi / by S Hamdani /

Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit

sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau "liar".

Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga

bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif atau kanker.

Vaksin tradisional dihasilkan dari kuman (atau bagian dari tubuh kuman) yang menyebabkan

penyakit. Sebagai contoh vaksin campak dihasilkan dari virus campak, vaksin polio dihasilkan dari virus polio, vaksin cacar dihasilkan dari virus cacar, dll.

Jenis-Jenis Vaksin

Page 3: Algae resume

1. Killed vaccine (virus atau bakteri yang telah dimatikan), contoh: polio, hepatitis A 2. Attenuated vaccine (virus atau bakteri dilemahkan), contoh: MMR (measle, mumps,

rubela) 3. Toksoid (toksin yang diinaktifkan), contoh: tetanus, difteri

4. Conjugate vaccine ( konjugasi polisakarida dengan protein, meningkatkan respon imun), contoh: Haemophilus influenzae tipe B

5. Vaksin DNA Rekombinan

Killed vaccine (vaksin mati) dibuat dengan cara pemanasan, radiasi atau reaksi kimia. Kuman

yang dimatikan ini kemudian dikuatkan dengan Adjuvan (perangsang anti bodi) dan stabilisator (sebagai pengawet untuk mempertahankan khasiat vaksin selama disimpan).

Attenuated vaccine (Vaksin hidup dilemahkan) dilakukan dengan melepaskan virus kedalam

jaringan organ dan darah binatang (seperti ginjal monyet dan anjing, embrio anak ayam, protein telur ayam dan bebek, serum janin sapi, dll) beberapa kali (dengan proses bertahap) hingga

kurang lebih 50 kali untuk mengurangi potensinya. Prosedur ini dilakukan untuk mengurangi kekuatan kuman sehingga ketika masuk ke tubuh manusia tidak memberikan efek patogen. Sebagai contoh virus campak dilepaskan kedalam embrio anak ayam, virus polio menggunakan

ginjal monyet, dan virus Rubela menggunakan sel-sel diploid manusia (bagian tubuh janin yang digugurkan).

Vaksin Toksoid adalah vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan

penyakit dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah. Bahan bersifat imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya antibodi antitoksin.

Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu tahun.

Vaksin Polipeptida, disintesis secara kimia memberikan banyak keuntungan antara lain dapat memproduksi imunogen yang relatif murah, aman secara kimia, sehingga dapat menggantikan

vaksin yang ada saat ini, yang relatif kurang murni atau mungkin mengandung determinan antigen mikroba lain.

Vaksin Rekombinan, adalah vaksin yang dibuat dengan teknologi rekombinan (bioteknologi) dengan memanfaatkan gen pengkode antigen dari virus atau bakteri penyebab penyakit bukan

menggunakan virus atau bakteri utuh. Virus rekombinan terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya :

Vaksin Acellular dan Subunit, adalah Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus

atau bakteri dengan melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan vaksin antiidiotipe. Contoh vaksin hepatitis B, Vaksin

hemofilus influenza tipe b (Hib) dan vaksin Influenza. Vaksin Idiotipe, adalah Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment

antigen binding) dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam

amino yang disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen. Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai

dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.

Page 4: Algae resume

Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines), adalah Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam

vaksin DNA gen tertentu dari mikroba diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia.

Setelah disuntikkan DNA plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya. Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat

imunostimulan yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigenyang patogen dan saat ini sedang dalam

perkembangan penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat,sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan.