Makalah Algae

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran utama untuk memenuhi tersedianya pakan adalah memproduksi pakan alami, karena pakan alami mudah didapatkan dan tersedia dalam jumlah yang banyak sehingga dapat menunjang kelangsungan hidup larva selama budidaya ikan, mempunyai nilai nutrisi yang tinggi, mudah dibudidayakan, memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva, memiliki pergerakan yang mampu memberikan rangsangan bagi ikan untuk mangsanya serta memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya pembudidayaan yang relatif murah. Upaya untuk memperoleh persyaratan dan memenuhi pakan alami yang baik adalah dengan melakukan kultur fitoplankton. Sejalan dengan meningkatnya usha pembenihan ikan maupun udang indonesia, maka perlu tersedia makanan alami yang berkualitas dan jumlah mencukupi. Sebagian 1

description

Makalah algae obviously

Transcript of Makalah Algae

Page 1: Makalah Algae

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sasaran utama untuk memenuhi tersedianya pakan adalah memproduksi

pakan alami, karena pakan alami mudah didapatkan dan tersedia dalam jumlah yang

banyak sehingga dapat menunjang kelangsungan hidup larva selama budidaya ikan,

mempunyai nilai nutrisi yang tinggi, mudah dibudidayakan, memiliki ukuran yang

sesuai dengan bukaan mulut larva, memiliki pergerakan yang mampu memberikan

rangsangan bagi ikan untuk mangsanya serta memiliki kemampuan berkembang biak

dengan cepat dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya pembudidayaan yang

relatif murah. Upaya untuk memperoleh persyaratan dan memenuhi pakan alami yang

baik adalah dengan melakukan kultur fitoplankton. Sejalan dengan meningkatnya

usha pembenihan ikan maupun udang indonesia, maka perlu tersedia makanan alami

yang berkualitas dan jumlah mencukupi. Sebagian besar unitpembenihan telah

mampu menyediakan fasilitas budidaya makanan alami. Namun demikian, seringkali

seringkali penanganan yang kurang teliti dapat mengakibatkan ketidakmurnian

phytoplankton yang dibudidayakan atau bahkan menjadi media budidaya tersebut

sebagai media penyakit (Cholik, et.al 1989 dalam wilujeng, 1999). Makanan alami

adalah suatu organisme dasr yang hidup dialam perairan yang keberadaannya dapat

dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk organisme yang di pelihara.

1

Page 2: Makalah Algae

Pakan Alami baik phytoplankton maupun zooplankton sangat menentukan

kualitas, kantitas, dan kesinambungan benih yang dihasilkan. Keberadaan unit kultur

pakan alami mutlak dibutuhkan sebagai salah satu unit dalan sebuah kesatuan sebuah

usaha pembenihan (Isnansetyo dan Kurniastuti,1995).Penyedian pakan alami

merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan usaha pembenihan

ikan dan udang karena berpengaruh besar pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup

ikan dan udang disamping penyediaan induk. Hal ini terkait dengan pakan alami yang

merupakan sumber nutrisi dalam memenuhi kebutuhan setiap fase pertumbuhan ikan

dan udang terutama pada fase larva/benih.

Usaha budidaya ikan pada dewasa ini nampak semakin giat dilaksanakan baik

secara intensif maupun ekstensif. Usaha budidaya tersebut dilakukan di perairan

tawar, payau, dan laut. Selain pengembangan skala usaha, ikan yang dibudidayakan

semakin beragam jenisnya.Salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan usaha

budidaya ikan adalah ketersediaan pakan, dimana penyediaan pakan merupakan

faktor penting di samping penyediaan induk. Pemberian pakan yang berkualitas

dalam jumlah yang cukup akan memperkecil persentase larva yang mati. Jenis pakan

yang dapat diberikan pada ikan ada dua jenis, yaitu pakan alami dan pakan buatan.

Pakan alami merupakan pakan yang sudah tersedia di alam, sedangkan pakan buatan

adalah pakan yang diramu dari beberapa macam bahan yang kemudian diolah

menjadi bentuk khusus sesuai dengan yang dikehendaki

Upaya untuk memperoleh persyaratan dan memenuhi pakan alami yang baik

adalah dengan melakukan kultur fitoplankton misalnya adalah fitoplankton genus

2

Page 3: Makalah Algae

Tetraselmis. Tetraselmis termasuk alga hijau, mempunyai sifat selalu bergerak,

berbentuk oval elips, mempunyai empat buah flagella pada ujung depannya yang

berukuran 0,75-1,2 kali panjang badan dan berukuran 10x6x5 µm. Sel-sel Tetraselmis

chuii berupa sel tunggal yang berdiri sendiri. Ukurannya 7-12 µm, berkolorofil

sehingga warnanya pun hijau cerah (Mujiman, 1984 ).Pembudidayaan plankton jenis

Tetraselmis sp. tergantung pada kondisi lingkungan perairannya, serta diperlukan

paket teknologi budidaya yang baik. Budidaya plankton berbeda di tiap-tiap negara

sesuai dengan kondisi alamnya, misalnya Indonesia adalah Negara tropis dimana

suhu airnya relatif sama sepanjang tahun dibandingkan dengan Negara lain termasuk

Jepang.

Dalam kultur fitoplankton ada dua tujuan, yaitu monokultur dan kultur murni.

Bila hendak mengkultur fitoplankton sebagai makanan zooplankter cukuplah

membuat monokultur, misalnya sebagai makanan untuk Brachionus plicatilis, yang

hidup di air payau. Tetapi bila mengkultur fitoplankter untuk keperluan genetika,

fisiologi atau siklus hidup harus mengkultur fitoplankter yang bersangkutan secara

murni, artinya tanpa adanya bakteri (Sachlan, 1982).Untuk menyediakan makanan

dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan berkesinambungan, pengetahuan tentang

teknik kultur murni fitoplankton yang baik mutlak diketahui oleh mereka

yangbergerak di bidang usaha perikanan baik dalam skala besar maupun kecil.

3

Page 4: Makalah Algae

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana karakteristik pertumbuhan Tetraselmis sp yang baik dalam upaya

pembudidayaaan.

2. Bagaimana kondisi medium yang paling baik untuk pertumbuhan Tetraselmis

sp.

4

Page 5: Makalah Algae

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik dan Sistematika Tetraselmis chuii

Tetraselmis chuii termasuk alga hijau, mempunyai sifat selalu bergerak,

berbentuk oval elips, mempunyai empat buah flagella pada ujung depannya yang

berukuran 0,75-1,2 kali panjang badan dan berukuran 10x6x5 μm (Butcher, 1959).

Menurut Mujiman (1984), Sel-sel Tetraselmis chuii berupa sel tunggal yang berdiri

sendiri. Ukurannya 7-12 μm, berkolorofil sehingga warnanya pun hijau cerah.

Pigmen penyusunnya terdiri dari klorofil. Karena memiliki flagella maka Tetraselmis

dapat bergerak seperti hewan. Pigmen klorofil Tetraselmis chuii terdiri dari dua

macam yaitut karotin dan xantofil. Inti sel jelas dan berukuran kecil serta dinding sel

mengandung bahan sellulosa dan pektosa.

Butcher (1959) mengklasifikasikan kedudukan Tetraselmis chuii sebagai

berikut :

Filum Chlorophyta

Kelas Chlorophyceae

Ordo Volvocales

Sub ordo Chlamidomonacea

Genus Tetraselmis

Spesies Tetraselmis chuii

5

Page 6: Makalah Algae

Tetraselmis tumbuh dengan kondisi salinitas optimal antara 25 dan 35 ppm

(Fabregas et al, 1984). Menurut Griffith et al (1973) mengatakan bahwa Tetraselmis

chuii masih dapat mentoleransi suhu antara 15o-35oC, sedangkan suhu optimal

berkisar antara 23o-25oC.

Reproduksi Tetraselmis chuii terjadi secara vegetatif aseksual dan seksual.

Reproduksi aseksual dimulai dengan membelahnya protoplasma sel menjadi dua,

empat, delapan dalam bentuk zoospore setelah masing-masing melengkapi diri

dengan flagella. Sedangkan reproduksi secara seksual, setiap sel mempunyai gamet

yang identik (isogami) kemudian dengan bantuan substansi salah satu gamet tersebut

ditandai dengan bersatunya kloroplast yang kemudian menurunkan zygote yang

sempurna (Erlina dan Hastuti, 1986).

Alga ini berkembang biak secara aseksual

dengan pembelahan sel dan seksual dengan

penyatuan kloroplast dari gamet jantan dan gamet

betina (Jaime,1984). Pada reproduksi secara

aseksual protoplasma sel membelah menjadi 2,4,

dan 8 sel dalam bentuk zoospora. Zoospora ini

masing-masing akan dilengkapi dengan 4 buah

flagella yang mana akan terlepas dalam bentuk zygospora (Isnansetyo dan

Kurniastuty,1995). Pada reproduksi secara seksual gamet jantan dan betina identik

sehingga disebut isogami. Bersatunya kloroplast diikuti dengan menurunkan zygot

baru yang akan berkembang menjadi zygot sempurna (Sachlan,1982). Peranan

6

Page 7: Makalah Algae

tetraselmis sebagi salah satu alga laut yakni dimanfaatkan sebagai pakan ikan, udang

dan kerang-kerangan dan alternative biodiesel. Zat gizi yang terkandung pada

Tetraselmis chuii yakni mengandung 48,42% protein, lemak 9,70%, serat kasar

0,08%, NFE 20,63%, abu 21,17%, sisanya air (Fabregas dan Jaime,1984).

Tetraselmis sp. termasuk alga hijau, mempunyai sifat selalu bergerak,

berbentuk oval elips, mempunyai empat buah flagella pada ujung depannya yang

berukuran 0,75-1,2 kali panjang badan dan berukuran 10x6x5 µm.

2.2 Pertumbuhan Mikroalga

Pertumbuhan mikroalga, secara umum dapat dibagi menjadi lima fase

meliputi fase lag, fase eksponensial, fase penurunan kecepatan pertumbuhan, fase

stasioner, dan fase kematian. Pada fase lag, pertambahan densitas populasi hanya

sedikit bahkan cenderung tidak ada karena sel melakukan adaptasi secara fisiologis

sehingga metabolisme untuk pertumbuhan lamban. Pada fase eksponensial

pertambahan kepadatan sel (N) dalam waktu (t) dengan kecepatan tumbuh (µ) sesuai

dengan rumus funsi eksponensial. Pada fase penurunan kecepatan tumbuh

pembelahan sel mulai melambat karena kondisi fisik dan kimia kultur mulai

membatasi pertumbuhan. Pada fase stasioner faktor pembatas dan kecepatan

pertumbuhan sama karena jumlah sel yang membelah dan yang mati seimbang. Pada

fase kematian kualitas fisik dan kimia kultur berada pada titik dimana sel tidak

mampu lagi mengalami pembelahan. Waktu generasi (G) adalah Waktu yang

7

Page 8: Makalah Algae

diperlukan suatu mikroalga untuk membelah sel dari satu sel menjadi beberapa sel

dalam pertumbuhan (Sumarsih, 2007).

2.3. Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Pertumbuhan Tetraselmis sp.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari Tetraselmis sp.,

diantaranya sebagai berikut:

1. pH

Variasi pH dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan fitoplankton

dalam beberapa hal, antara lain mengubah keseimbangan dari karbon organic,

mengubah ketersediaan nutrient, dan dapat mempengaruhi fisiologis sel. Kisaran pH

untuk kultur alga biasanya antara 7-9, kisaran optimum untuk alga laut antara 7.5-8.5

sedangkan untuk Tetraselmis chuii optimal pada 7-8 (Mujiman, 1984).

2. Salinitas

Hampir semua jenis fitoplankton yang berasal dari air laut dapt tumbuh

optimal pada salinitas sedikit di bawah habitat asalnya. Tetraselmis chuii memiliki

kisaran salinitas yang cukup lebar, yaitu 15-35 ppt sedangkan salinitas optimal untuk

pertumbuhannya adalah 25-35 ppt (Cotteau, 1996; Taw, 1990).

3. Suhu

Suhu optimal kultur fitoplankton secara umum antara 23-25 °C. hampir semua

fitoplankton toleran terhadap suhu antara 15-35 °C. Suhu di bawah 16 °C dapat

8

Page 9: Makalah Algae

menyebabkan kecepatan pertumbuhan turun, sedangkan suhu di atas 36 °C dapat

menyebabkan kematian pada jenis tertentu (Fabregas et al, 1984).

4. Cahaya

Cahaya merupakan sumber energi dalam proses fotosintetis yang berguna

untuk pembentukan senyawa karbon organic. Kebutuhan akan cahaya bervariasi

tergantung kedalaman kultur dan kepadatannya. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi

dapat menyebabkan fotoinbihisi dan pemanasan. Intensitas cahaya 1000 lux cocok

untuk kultur dalam Erlenmeyer, sedangkan intensitas 5000-10000 lux untuk volume

yang lebih besar (Burlew, 1995).

5. Nutrien

Nutrient dibagi menjadi menjadi makronutrien dan mikronutrien. Nitrat dan

fosfat tergolong makronutrien yang merupakan pupuk dasar yang mempengaruhi

pertumbuhan fitoplankton. Nitrat adalah sumber nitrogen yang penting bagi

fitoplankton baik di air laut maupun air tawar. Bentuk kombinasi lain dari nitrogen

seperti ammonia, nitrit dan senyawa organic dapat digunakan apabila kekurangan

nitrat (Sumarsih, 2007).

6. Karbondioksida

Karbondioksida diperlukan fitoplankton untuk membantu proses fotosintesis.

Karbondioksida dengan kadar 1-2 % biasanya sudah cukup untuk kultur fitoplankton

9

Page 10: Makalah Algae

dengan intensitas cahaya yang rendah. Kadar karbondioksida yang berlebih dapat

menyebabkan ph kurang dari batas optimum (Sumarsih, 2007).

10

Page 11: Makalah Algae

BAB III

PEMBAHASAN

Mikroalga merupakan kelompok tumbuhan berukuran renik, baik sel tunggal

maupun koloni yang hidup di seluruh wilayah perairan air tawar dan laut. Saat ini

telah banyak ditemukan dan diidentifikasi manfaat dari mikoralga. Berikut adalah

manfaatnya secara umum :

1. Sebagai peningkatan kesejahteraan ekonomi

2. Memiliki kandungan nutrisi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia,

kesehatan hewan peliharaan maupun kesehatan hewan produktif lainnya serta

sumber hara yang dibutuhkan tanaman.

3. Mikroalga banyak digunakan sebagai energy alternative seperti bioethanol,

biofuel, biodiesel, dll.

4. Mikroalga digunakan sebagai pengontrol kualitas air terutama perairan laut.

5. Memiliki nilai kelimpahan yang tinggi di Negara megabiodiversity –

Indonesia.

Dari beberapa poin manfaat diatas, maka banyak dilakukan pembudi-dayaan

mikroalga dengan kesinambungannya tercipta studi-studi mikroalga secara spesifik,

terlebih cara membudidayakan mikroalga tergolong mudah karena makanan utama

mikroalga ialah karbondioksida dan ia mampu tumbuh cepat dan dipanen dalam

waktu singkat yakni 7-10 hari. Kegiatan kultivasi tumbuhan produsen primer ini

menghemat ruang (save space), memiliki efisiensi dan efektivitas tinggi. Panen

mikroalga minimal 30 kali lebih banyak dibandingkan tumbuhan darat.

11

Page 12: Makalah Algae

Beberapa mikroalga yang berpotensi diantaranya adalah Chlorella sp. dan

Spirulina sp. sebagai suplemen, Dunaliella sp. dan Scenedesmus sp. berpotensi

sebagai biofuel, dan beberapa spesies dari genus Tetraselmis yakni Tetraselmis chuii

yang digunakan sebagai pakan ikan budidaya. Genus Tetraselmis masih belum terlalu

banyak digunakan, padahal genus mikroalga ini memiliki kanandung protein (50%),

lemak (20%), karbohidrat (20%), asam amino, vitamin dan mineral (Cresswell,

1989). Herba (2003) dalam Nurzana dkk. (2006), menambahkan bahwa mikroalga

ini mengandung klorofil yang dapat berfungsi sebagai pembersih alamiah

(mendorong terjadinya detoksifikasi), antioksidan, pencegah penuaan dini dan anti

kanker. Oleh karena itu pembudidayaan genus Tetraselmis ini sangat diperlukan.

Tertaselmis mempunyai klorofil (zat hijau daun) sehingga warnanya hijau

cerah, dan tetraselmis dapat bergerak dengan cepat layaknya binatang karena

tetraselmis mempunyai 4 buah bulu cambuk (flagella). Tertaselmis berkembang biak

dengan cepat melalui pembelahan sel. Protoplasma sel vegetative mengadakan

pembelahan berulang-ulang sehingga dari satu sel induk dapat terbentuk 2-16 sel

anak. Namun, tetraselmis juga dapat berkembang biak dengan cara kawin, yaitu

dengan cara membentuk sel-sel kelamin (sel gamet) dari satu induk dapat dihasilkan

2-64 buah sel gamet, dan apabila sel gamet dan betina bersatu, akan membentuk

zigot, kemudian zigot itu membentuk didding sel yang tebal dan kemudian

beristirahat. Apabila masa istirahatnya telah selesai, terbentuklah 4 sel kembaran dari

satu zigot yang kemudian tumbuh menjadi sel vegetative yang tumbuh seperti biasa.

Budidaya Tetraselmis dilakukan dalam beberapa langkah, diantaranya :

12

Page 13: Makalah Algae

1. Pembibitan

Mencari bibit alami Tertaselmnis dapat kita lakukan sendiri di perairan

laut dekat pantai. Seperti dikatakan Cotteau, (1996); Taw, (1990), kisaran

salinitas hidup Tetraselmis cukup lebar, yaitu 15-36 ppt sedangkan salinitas

optimal untuk pertumbuhannya adalah 27-30 ppt. Selain itu, karena dewasa

ini Tertaselmis sudah banyak dibudidayakan orang terutama di tempat

pembenihan udang, maka kita tinggal membibitnya saja dari tempat itu, kita

perlu memurnikan kembali karena biasanya sudah banyak campurannya, baru

setelah di anggap murni benar dapat dilakukan pengembang-biakkkan lebih

lanjut (Suryana, 2013).

2. Pembudidayaan Tetraselmis sp.

Membudidayakan Tertaselmis dapat dilakukan dalam wadah yang

berbeda-beda tergantung selera pembudidaya .namun demikian,

pembudidayaan dilakukan dalam wadah kapasitas 1 liter, wadah kapasitas 1

galon dan wadah kapasitas 200 liter.

Pembudidayaan dalam wadah 1 liter dapat kita gunakan botol elemeyer yang

telah dicuci bersih. Brgitu juga dengan selang plastik  dan batu aerasi yang

akan kita gunakan.. Setelah itu baru kita isi dengan air medium, yaitu air laut

yang berkadar garam sekitar 15 per millimeter, lalu kita sterilkan terlebih

dahulu dengan cara kita rebus, lalu kita beri larutan klorin atau penyinaran

dengan lampu ultraviolet. Setelah itu, barulah kita campur dengan pupuk yang

telah kita buat sebelumnya.

13

Page 14: Makalah Algae

Pupuk tersebut terdiri dari berbagai macam bahan kimia yang jenis

dan ukurannya sudah ditentukan. Setelah itu, baru kita taburi bibit Tetraselmis

sebanyak 100.000 swl/ml. selanjutnya , kita letakkan pada ruangan yang teduh

atau ber- AC dengan bantuan penyinaran dari lampu neon dan air selalu

diudarai terus-menerus, setelah 5 hari biasanya tetraselmis sudah berkembang

dengan kepadatan antara 4-5 juta sel/ml. Pembudidayaan  skala kecil ini

hasilnya akan kita gunakan untuk pembudidayaan dalam wada yang lebih

besar lagi, yaitu wadah dengan kapasitas 1 galon atau wadah dengan kapasitas

200 liter atau 1 ton namun dengan cara atau teknik yang berbeda (Suryana,

2013).

3. Beberapa factor lingkungan yang perlu diperhatikan saat

pembudidayaan Tetraselmis sp.

a) Nutrien

Nutrien dibagi menjadi menjadi makronutrien dan mikronutrien. Nitrat

dan fosfat tergolong makronutrien yang merupakan pupuk dasar yang

mempengaruhi pertumbuhan mikroalga. Nitrat adalah sumber nitrogen yang

penting bagi fitoplankton baik di air laut maupun air tawar.

b) Suhu

Suhu optimal kultur mikroalga secara umum antara 20-24 °C, karena suhu

rata-rata air laut tempat Tetraselmis berkembang biak adalah 20-24 °C.

Hampir semua fitoplankton toleran terhadap suhu antara 16-36 °C. Suhu di

bawah 16 °C dapat menyebabkan kecepatan pertumbuhan turun, sedangkan

14

Page 15: Makalah Algae

suhu di atas 36 °C dapat menyebabkan kematian pada jenis tertentu (Cotteau,

1996; Taw, 1990).

c) Cahaya

Cahaya merupakan sumber energy dalam proses fotosintetis yang berguna

untuk pembentukan senyawa karbon organic. Fotosintesis terjadi karena

mikroalga umumnya memiliki klorofil. Kebutuhan akan cahaya bervariasi

tergantung kedalaman kultur dan kepadatannya. Intensitas cahaya yang terlalu

tinggi dapat menyebabkan fotoinbihisi dan pemanasan. Intensitas cahaya 1000

lux cocok untuk kultur dalam Erlenmeyer, sedangkan intensitas 5000-10000

lux untuk volume yang lebih besar (Cotteau, 1996; Taw, 1990).

d) Karbondioksida

Karbondioksida diperlukan fitoplankton untuk membantu proses

fotosintesis. Karbondioksida dengan kadar 1-2 % biasanya sudah cukup untuk

kultur fitoplankton dengan intensitas cahaya yang rendah. Kadar

karbondioksida yang berlebih dapat menyebabkan ph kurang dari batas

optimum (Cotteau, 1996; Taw, 1990).

e) pH

Variasi pH dapat mempengaruhi metabolism dan pertumbuhan

fitoplankton dalam beberapa hal, antara lain mengubah keseimbangan dari

karbon organic, mengubah ketersediaan nutrient, dan dapat mempengaruhi

fisiologis sel (Dorling er. Al., 1997). Kisaran pH untuk kultur alga biasanya

antara 7-9, kisaran optimum untuk alga laut antara 7.5-8.5 sedangkan untuk

Tetraselmis chuii optimal pada 7-8 (Cotteau, 1996; Taw, 1990).

15

Page 16: Makalah Algae

f) Salinitas

Kebanyakan jenis fitoplankton yang berasal dari air laut dapat tumbuh

optimal pada salinitas sedikit di bawah habitat asalnya. Tetraselmis sp.

memiliki kisaran salinitas yang cukup lebar, yaitu 15-36 ppt sedangkan

salinitas optimal untuk pertumbuhannya adalah 27-30 ppt (Cotteau, 1996;

Taw, 1990). Salinitas berpengaruh kepada kemampuan mikroalga untuk

bermetabolisme. Keadaan salinitas yang tidak cocok akan memperlambat

metabolism dan pertumbuhan mikroalga terutama Tetraselmis.

Budidaya perlu dilakukan dengan tujuan selain mengkonservasi juga untuk

mengoptimalkan pemanfaatan agen hayati untuk menjawab permasalahan Negara

terutama permasalahan ekonomi Negara. Sebelum pembudidayaan dilakukan,

merupakan suatu keharusan untuk mempelajari terlebih dahulu mengenai

karakteristik suatu spesies, karena dari mempelajari karakteristik inilah akan

diketahui habitat kultur yang cocok dan nutrisi yang cukup untuk suatu spesies kultur

sehinngga spesies kultur mampu beradaptasi dan tumbuh berkembang dengan

maksimal.

16

Page 17: Makalah Algae

BAB IV

KESIMPULAN

Tetraselmis tumbuh dengan kondisi salinitas optimal antara 25 dan 35 ppm .

Tetraselmis chuii masih dapat mentoleransi suhu antara 15o-35oC, sedangkan

suhu optimal berkisar antara 23o-25oC.

Kondisi medium yang baik untuk pertumbuhan Tetraselmis chuii yaitu

dengan wadah kapasitas bervolume besar > 200 liter serta memperhatikan

faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, pH, salinitas dan pemberian nutrisi.

17

Page 18: Makalah Algae

DAFTAR PUSTAKA

Cresswell, R.C, Rees, T dan Shak,N. 1989. Algae and Cyanobacterial Biotechnology.

Mc Graw Hill, London.

Suryana, Agusna. 2013. Budidaya Tetraselmis. http://cara-

carabeternak.blogspot.com/2013/02/

budidaya-tetraselmis.html. Diakses pada tanggal 6 Nopember 2013 pukul 22:00

WIB.

Nurzana, R. E., J. M. Maligan, T. D. Widyaningsih. 2006. Pembuatan Tablet

Suplemen Makanan Mikroalga (Tetraselmis chuii) Kajian Perbedaan Jenis dan

Proporsi Bahan Pengisi. Universitas Brawijaya, Malang.

18