Alam Semesta

25
2.1 Teori-Teori Pembentukan Alam Semesta A. Teori Kabut Teori kabut dikemukakan oleh dua orang ilmuan yaitu Imanuel Kant (1724-1804) seorang ahli filsafat bangsa Jerman dan Piere Simon Laplace (1749-1827) ahli astronomi bangsa Perancis. Kant mengemukakan teorinya tahun 1755, sedangkan Laplace mengemukakan tahun 1796 dengan nama Nebular Hypothesis. Pada akhir abad ke-19 teori kabut disanggah oleh beberapa ahli seperti James Clark Maxwell yang memeberikan kesimpulan bahwa bila bahan pembentuk planet terdistribusi disekitar matahari membentuk suatu cakram atau suatu piringan, maka gaya yang disebabkan oleh perbedaan perputaran (kecepatan anguler) akan mencegah terjadinya pembekuan planet. Pada abad ke-20 percobaan dilakukan untuk membuktikan terbentuknya cincin- cincin Laplace, menunjukkan bahwa medan magnet dan medan listrik matahari tekah merusak proses pembekuan batu-batuan. Jadi tidak ada alasan yang kuat un tuk menyatakan bahwa cincin gas dapat membeku membantuk planet. B. Teori Planetisimal Teori planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa tata surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang hampir menabrak matahari. C. Teori Pasang Surut Bintang

description

Alam Semesta

Transcript of Alam Semesta

Page 1: Alam Semesta

2.1  Teori-Teori Pembentukan Alam Semesta

A. Teori Kabut

Teori kabut dikemukakan oleh dua orang ilmuan yaitu Imanuel Kant (1724-1804)

seorang ahli filsafat bangsa Jerman dan Piere Simon Laplace (1749-1827) ahli astronomi

bangsa Perancis. Kant mengemukakan teorinya tahun 1755, sedangkan Laplace

mengemukakan tahun 1796 dengan nama Nebular Hypothesis.

Pada akhir abad ke-19 teori kabut disanggah oleh beberapa ahli seperti James Clark

Maxwell yang memeberikan kesimpulan bahwa bila bahan pembentuk planet terdistribusi

disekitar matahari membentuk suatu cakram atau suatu piringan, maka gaya yang disebabkan

oleh perbedaan perputaran (kecepatan anguler) akan mencegah terjadinya pembekuan planet.

Pada abad ke-20 percobaan dilakukan untuk membuktikan terbentuknya cincin-cincin

Laplace, menunjukkan bahwa medan magnet dan medan listrik matahari tekah merusak

proses pembekuan batu-batuan. Jadi tidak ada alasan yang kuat un tuk menyatakan bahwa

cincin gas dapat membeku membantuk planet.

B. Teori Planetisimal

Teori planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan

Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa tata surya kita

terbentuk akibat adanya bintang lain yang hampir menabrak matahari.

C. Teori Pasang Surut Bintang

Teori pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jean dan Herold

Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis pasang surut bintang sangat mirip dengan hipotesis

planetisimal. Namun perbedaannya terletak pada jumlah awalnya matahari.

D. Teori Kondensasi

Teori kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P.

Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya

terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.

E. Teori Bintang Kembar

Menurut teori bintang kembar, awalnya ada dua buah bintang yang berdekatan

(bintang kembar), salah satu bintang tersebut meledak dan berkeping-keping. Akibat

pengaruh grafitasi dari bintang kedua, maka kepingan-kepingan itu bergerak mengelilingi

Page 2: Alam Semesta

bintang tersebut dan berubah menjadi planet-planet. Sedangkan bintang yang tidak meledak

adalah matahari.

F. Teori Ledakan Maha Dahsyat (Big Bang)

Pada awal abad ke-21 muncul teori ledakan maha dahsyat Big Bang, membentuk

keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun yang lalu. Jagat raya tercipta dari suatu

ketaidaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Pada awalnya alam semesta ini berupa

satu massa maha padat. Massa maha padat ini dapat dianggap suatu atom maha padat dengan

ukuran maha kecil yang kemudian mengalami reaksi radioaktif dan akhirnya mneghasilkan

ledakan maha dahsyat.

2.2  Pembentukan Alam Semesta Dalam Perspektif Sains

Pemahaman manusia tentang alam semesta mempergunakan seluruh pengetahuan di

bumi, berbagai prinsip-prinsip, kepercayaan umum dalam sains (seperti ketidakpastian

Heisenberg tentang pengukuran simultan dimensi ruang dan waktu), serta berbagai aturan

untuk keperluan praktis. Melalui sebuah kerangka besar gagasan yang menghubungkan

berbagai fenomena (teori relativitas umum, teori kinetik materi, teori relativitas khusus) coba

dikemukakan satu penjelasan. Berbagai hipotesa, gagasan awal atau tentatif dikemukakan

untuk menjelaskan fenomena. Tentu gagasan tersebut masih perlu diuji kebenarannya untuk

dapat dikatakan sebuah hukum.

Dunia fisika membahas konsep energi, hukum konservasi, konsep gerak gelombang,

dan konsep medan. Pembahasan Mekanika pun sangat luas, dari Mekanika klasik ke

Mekanika Kuantum Relativistik. Mekanika Kuantum Relativistik mengakomodasi

pemecahan persoalan mekanika semua benda, Mekanika kuantum melayani persoalan

mekanika untuk semua massa yang kecepatannya kurang dari kecepatan cahaya. Mekanika

Relativistik memecahkan persoalan mekanika massa yang lebih besar dari 10-27 kg dan bagi

semua kecepatan. Mekanika Newton (disebut juga mekanika klasik) menjelaskan fenomena

benda yang relatif besar, dengan kecepatan relatif rendah, tapi juga bisa dipergunakan sebagai

pendekatan fenomena benda mikroskopik.

Mekanika statistik (kuantum klasik) adalah suatu teknik statistik untuk interaksi benda

dalam jumlah besar untuk menjelaskan fenomena yang besar, teori kinetik dan termodinamik.

Dalam penjelajahan akal manusia di dunia elektromagnet dikenal persamaan Maxwell untuk

mendeskripsikan kelakuan medan elektromagnet, juga teori tentang hubungan cahaya dan

elektromagnet. Dalam pembahasan interaksi partikel, ada prinsip larangan Pauli, interaksi

gravitasi, dan interaksi elektromagnet. Medan menyebabkan gaya; medan-gravitasi

menyebabkan gaya gravitasi, medan-listrik menyebabkan gaya listrik dan sebagainya.

Page 3: Alam Semesta

Demikianlah, metode sains mencoba dengan lebih cermat menerangkan realitas alam semesta

yang berisi banyak sekali benda langit (dan lebih banyak lagi yang belum ditemukan).

Pengetahuan tentang luas alam semesta dibatasi oleh keberadaan objek berdaya besar,

seperti Quasar atau inti galaksi, sebagai penuntun tepi alam semesta yang bisa diamati; selain

itu juga dibatasi oleh kecepatan cahaya dan usia alam semesta (15 miliar tahun). Itulah

sebabnya ruang alam semesta yang pernah diamati manusia berdimensi 15-20 miliar tahun

cahaya. Namun, banyak benda langit yang tak memancarkan cahaya dan tak bisa dideteksi

keberadaannya, protoplanet misalnya. Menurut taksiran, sekitar 90% objek di alam semesta

belum atau tak akan terdeteksi secara langsung. Keberadaannya objek gelap ini diyakini

karena secara dinamika mengganggu orbit objek-objek yang teramati, lewat gravitasi.

Berbicara tentang daya objek, dalam kehidupan sehari-hari ada lampu penerangan

berdaya 10 watt, 75 watt dan sebagainya; sedangkan Matahari berdaya 1026 watt dan berjarak

satu sa* dari Bumi, menghangatinya. Jika kita lihat, lampu-lampu kota dengan daya lebih

besarlah yang tampak terang. Menurut hukum cahaya, terang lampu akan melemah sebanding

dengan jarak kuadrat, jadi sebuah lampu pada jarak 1 meter tampak 4 kali lebih terang

dibandingkan pada jarak 2 meter, dan apabila dilihat pada jarak 5 meter tampak 25 kali lebih

redup.

Maka, kemampuan mata manusia mengamati bintang lemah terbatas. Ukuran kolektor

cahaya juga akan membatasi skala terang objek yang bisa diamati. Untuk pengamatan objek

langit yang lebih lemah dipergunakan kolektor atau teleskop yang lebih besar. Teleskop yang

besar pun mempunyai keterbatasan dalam mengamati obyek langit yang lemah, walaupun

berhasil mendeteksi obyek langit yang berjuta atau bermiliar kali lebih lemah dari bintang

terlemah yang bisa dideteksi manusia. Makin jauh jarak galaksi, berarti pengamatan

kita juga merupakan pengamatan masa silam galaksi tersebut. Cahaya merupakan fosil

informasi pembentukan alam semesta yang berguna, dan manusia berupaya menangkapnya

untuk mengetahui prosesnya hingga takdir di masa depan yang sangat jauh, yang akan dilalui

melalui hukum-hukum alam ciptaan-Nya. Pengetahuan kita tentang hal tersebut sangat

bergantung pada pengetahuan kita tentang hukum alam ciptaan-Nya; sudah lengkap dan

sudah sempurnakah, ataukah baru sebagian kecil, sehingga mungkin bisa membentuk

ekstrapolasi persepsi yang salah.

2.3 Pembentukan Alam Semesta Dalam Perspektif Al-Qur’an

Allah SWT. Menurunkan Al-Quran kepada manusia 14 abad yang lalu. Beberapa

fakta yang baru dapat diungkap dengan teknologi pada abad ke-21, yang telah difirmankan

Allah SWT. didalam Al-Quran 14 abad yang lalu. Didalam Al-Quran terdapat banyak bukti

Page 4: Alam Semesta

yang memberikan informasi dasar mengenai beberapa hal seperti penciptaan alam semesta.

Kenyataan bahwa didalam Al-Quran tersebut telah sesuai dengan penemuan terbaru ilmu

pengetahuan modern adalah hal terpenting, karena kesesuaian ini menegaskan bahwa Al-

Quran adalah Firma Allah SWT.

Dalam Al-Quran surat Fush-shilat (41:11) Artinya: “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih

merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya

menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang

dengan suka hati".

Kata asap dalam tersebut menurut para ahli tafsir adalh merupakan kumpulan dari

gas-gas dan pertikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun cair pada temperatur

yang tinggi maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih atau kurang stabil.

Salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta (teori Big bang) disebutkan

bahwa alam semesta tercipta dari suatu ledakan kosmis sekitar 10-20 milyar tahun yang lalu

mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam semesta. Sebelum terjadinya ledakan

kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan energi terkumpul dalam bentuk titik.

Didalam Al-Quran dijelaskan tentang terbentuknya alam ini (QS Al-Anbiya : 30)Artinya: “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit

dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu (sebingkah penuh), kemudian Kami

pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka

Mengapakah mereka tiada juga beriman”.

Berdasarkan terjemahan dan tafsir Bachtiar Surin (1978:692) ditafsirkannya bahwa

matahari adalah benda angkasa yang menyala-nyala yang telah berputar mengeliligi

sumbunya sejak berjuta-juta tahun. Dalam peroses perputarannya denagn kecepatan tinggi

itu, maka terlontarlah bingkahan-bingkahan yang akhirnya menjadi bumi dan beberapa benda

angkasa lainnya dari bingkahan matahari itu. Masing-masing bingkah beredar menurut garis

tengah lingkaran matahari, semakin lama semakin bertambah jauh, hingga masing-masing

menempati garis edarnya. Dan seterusnya akan tetap beredar dengan teratur sampai batas

waktu yang hanya diketahui oleh Allah SWT.

Kemudian dalam surat Adz-Dzaariyaat (51:47)Artinya: “Dan langit, denag kekuasaan Kami, Kami bangun dan Kami akan

memuaikannya selebar-lebarnya”.

Teori ledakan maha dahsyat juga mengatakan adanya pemuaian alam semesta secara

terus-menerus denagn kecepatan maha dahsyat yang diumpamakan mengembangnya

Page 5: Alam Semesta

permukaan balon yang sedang ditiup yang mengisyaratkan bahwa galaksi akan hancur

kembali. Isyarat ini sudah dijelaskan dalam surat Al-Anbiya’ (21:104)

Artinya: “(yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran -

lembaran kertas. sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama Begitulah Kami

akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang

akan melaksanakannya”.

Dalam surat Ath-Tholaq (65:12)

ªArtinya: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.

perintah Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas

segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”.

Ayat ini mengisyaratkan bahwa ruang angkasa terdiri dari 7 lapis.

Didalam surat As-Sajada (32:4)

Artinya: “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara

keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi

kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi

syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan”.

[1188] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai

dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

[1189] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang

lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi

Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.

Uraian penciptaan langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya, terdapat

dalam surat Fush-Shilat ayat 9, 10 dan 12

Artinya: “Katakanlah: "Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang

menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat)

demikian itu adalah Rabb semesta alam".

ŸArtinya: “Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya.

Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya

dalam empat masa”. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.

Artinya: “Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan

pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang

yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan

yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui”.

Page 6: Alam Semesta

Dengan perincian penafsirannya sebagai berikut :

1.                  Tahap pertama penciptaan bumi 2 rangakain waktu

2.                  Tahap kedua penyempurnaan bumi 2 rangkaian waktu

3.                  Tahap ketiga penciptaan angkasa raya dan planet-planetnya 2

rangkaian waktu

Jadi terbentuknya alam raya ini terjadi dalam 6 rangkaian waktu atau 6 masa.

Selain surat-surat tersebut diatas masih banyak lagi yang menjelaskan tentang terbentuknya

alam raya ini, namun dari yang telah kami sampaikan dalam ringkasan ini terlihat bahwa

secara umum proses terciptanya alam raya ini berlangsung dalam 6 masa, dimana tahapan-

tahapan dalam proses tersebut saling berkaitan. Disebutkan juga bahwa terciptanya alam raya

ini terjadi melalui proses pemisahan massa yang tadinya satu.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan tentang perkembangan pemikiran tentang terbentuknya alam raya,

yang diungkapkan melalui pendapat / pemikiran dari berbagai peradaban bangsa, teori-teori

yang dikemukakan dari beberapa ilmuan serta dari pandangan Islam berdasarkan Al-Quran,

maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan tentang pemikiran tentang terbentuknya alam

semesta sudah sejak lama telah menjadi bagian pemikiran manusia, begitu juga pendapat-

pendapat dari berbagai peradaban bangsa, begitu banyak teori-teori yang muncul tentang

terbentuknya alam raya ini.

Dari sekian banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ilmuan ternyata ilmuan

modern menyetujui bahwa Teori Ledakan Maha Dahsyat (Teori Big Bang) merupakan satu-

satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta

dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada. Namun perlu kita sadari bahwa jauh

sebelum para ahli mengemukakan teori Big Bang, ayat-ayat Al-Quran telah secara jelas

menceritakan bagaimana alam semesta ini terbentuk dalam 6 masa.

Saran

Demikian, sebagai umat muslim yang berpegan teguh kepada Al Qur’an maka

hendaklah kita menjaga, merawat, dan melestarikan alam ciptaan Allah ini. Semoga Allah

SWT. melimpahkan rahmat-Nya untuk kita semua, Amin.

Page 7: Alam Semesta

Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat berikut:

"Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101)

Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.

Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu.

Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.

Page 8: Alam Semesta

BAB II

KEHANCURAN ALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

 

 

Teori kehancuran semakin berkembang seiring dengan adanya beragam isu mengenai kapan tepatnya kehancuran alam terjadi. Dalam kehidupan masyarakat hari kehancuran alam lebih dikenal dengan Hari Kiamat. Setelah masa yang semakin berlalu, keadaan yang menandakan akan dekatnya zaman menuju kehancuran semakin digali. Bahkan telah banyak ilmuan menemukan beberapa fenomena alam yang dapat menjelaskan kebenaran Al-Quran dan hadis mengenai tanda datangnya Hari Kehancuran Alam.

Tidak bisa dipungkiri, rahasia Hari Kiamat hanya Allah SWT yang tahu, Dialah yang mengetahui segala sesuatu. Ketika Komet Levi-Schumacher masuk ke dalam daerah Tata Surya dan tertangkap oleh Yupiter, banyak komentar yang diberikan oleh para astronom. Mereka mengatakan, apabila komet itu lolos, maka akan menghantam Bumi dan kehidupan  di Bumi akan lenyap.[5]

Di dalam Al-Quran sendiri, terdapat beberapa tanda-tanda Hari Kehancuran salah satunya seperti dalam surat Al-Anbiyaa’ ayat 104

tPöqt ÈqôÜtR uä!$yJ¡¡9$# ÇcsÜ2 Èe@ÉfÅb¡9$# É=çGà6ù=Ï9 4 $yJx. !$tRù&yt/ tA¨rr&� � � � � 9,ù=yz ¼çnßÏèR 4 #´ôãur !$oYøn=tã 4 $¯RÎ) $¨Zä. úüÎ=Ïè»sù ÇÊÉÍÈ�� � � � �

Artinya: “ Pada hari Kami melipat langit bagaikan melipat lembaran buku-buku. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama Kami akan mengulanginya. Suatu janji atas diri Kami sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya.”

Ketakutan yang besar dan terbesar itu, mulai terjadi pada hari Kami melipat langit dengan sangat mudah bagaikan melipat lembaran buku-buku atau kertas. Ketika itulah bermula proses perhitungan dan pembalasan. Hal itu sangat gampang Kami lakukan-walaupun makhluk telah mati dan punah, karena sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama dari ketiadaan menjadi ada, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji atas diri Kami, yakni yang pasti Kami tepati atas kehendak Kami sendiri bukan karena terpaksa; sesungguhnya Kami-lah yang kan melaksanakannya. Demikian juga halnya dengan langit bila ditutup atas kuasa Allah Swt. “semua langit dilipat dengan tangan kanan-Nya” (QS. az-Zumar: 97), dalam arti semua langit hilang dari pandangan dan pengetahuan siapapun kecuali Allah Swt. dan siapa yang dikehendaki-Nya.[6]

Pengetahuan tentang hari kehancuran, hanya Allah yang mengetahuinya. Manusia hanya diberi ilmu sedikit.[7] Al-Qur’an hanya memberikan beberapa isyarat tentang hari kehancuran alam semesta ini. Belum tentu sebagai suatu rangkian mekanisme yang pernah terjadi atau dapat diprakirakan oleh sains saat ini. Tetapi mengkaji kemungkinan secara ilmiah, diharapkan memerkuat keyakinan kita akan kepastian hari kehancuran.

Page 9: Alam Semesta

Menurut teori evolusi bintang, matahari akan membesar menjadi bintang raksasa, merah menjelang kematiaanya. Pada saat itu matahari bersinar sedemikian terangnya hingga lautan akan mendidih dan kering, batuan akan meleleh, dan kehidupan pun akan punah. Kemudian matahari akan terus bertambah besar hingga planet-planet disekitarnya, merkurius, venus, bumi dan bulan serta mars, masuk ke dalam bola gas matahari. Barangkali kejadian inilah yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an Surat al-Qiyamah ayat 7-9 sebagai “bersatunya matahari dan bulan”. Kita tidak bisa bicara tentang rentang waktu tibanya peristiwa ini sampai akhirnya kehancuran ntotal alam semesta. Karena, walaupun secara teoritik dapat diperkirakan kapan matahari akan menjadi bintang raksasa merah, sekitar 5 milyar tahun lagi, tetapi kepastian tentang saat kehancuran hanya Allah yang tahu.[8]

Jatuhnya pecahan komet berdiameter sekitar 100 meter di Tunguska (Siberia Utara) menumbangkan hutan dengan radius 25 km, dan ledakannya terdengar sejauh 800 km. ini contoh kerusakan akibat tumbukan benda langit.[9]

Kehancuran total nampaknya bermula dari berkontraksinya alam semesta. Kontraksi atau pengerutan alam semesta yang digambarkan dalam model alam semesta yang digambarkan dalam model alam semesta “tertutup” mirip dengan gambaran Al-Qur’an tentang hari kehancuran semesta. “Apabila matahari digulung dan apabila bintang-bintang berjatuhan” (at-Takwir: 1-2). Mungkin ini menggambarkan ketika alam semesta mulai mengerut. Ketika itulah galaksi-galaksi mulai saling mendekat dan bintang-bintang, termasuk tata surya, saling bertumbukan, atau ‘jatuh’ satu menimpa yang lain. Alam semesta makin mengecil ukurannya. Dan akhirnya semua materi di alam semesta akan runtuh kembali menjadi satu kesatuan seperti pada awal penciptaannya. Inilah yang disebut Big Crunch (keruntuhan besar) sebagai kebalikan dari Big Bang, ledakan besar saat penciptaan alam semesta. Kejadian inilah yang digambarkan oleh Allah dalam Surat al-Ambiya’ ayat 104 dengan mengumpamakan pengerutan alam semesta seperti makin mampatnya lembaran kertas yang digulung.

 

 

 

BAB III

KEHANCURAN ALAM PERSPEKTIF SAINS MODERN

(TEORI BIG CRUNCH)

 

Big Crunch menyatakan alam semesta akan terus berkembang hingga titik maksimal, kemudian setelah mencapai titik maksimal maka alam semesta akan mengalami kompresi atau mengecil dan akhirnya kembali menjadi titik.[10]

Untuk menentukan nasib mana yang menunggu alam semesta, kita perlu lebih mengerti secara menyeluruh faktor apa yang menyebabkan mengembang dan mengempis. Tapi sebelum kita mempelajari lebih dalam, analogi sederhana mungkin dapat membantu. Andaikan anda melempar sebuah batu ke udara. Selama sebuah batu tersebut naik, gravitasi

Page 10: Alam Semesta

bumi akan melambatkan kenaikan batu dan pada akhirnya menghentikan gerak batu sehingga batu jatuh kembali ke bumi. Di sisi lain, jika anda dapat melemparkan batu lebih cepat daripada the earth’s escape velocity , batu akan naik selamanya. Sifat pergerakan batu tergantung pada kekuatan gravitasi dan impuls keatas yang diberikan kepada batu. Hal yang sama berlaku untuk pengembangan alam semesta.

Tidak lama dari waktu kelahiran alam semesta, beberapa proses memulai pengembangan alam semesta. Sejak saat itu gaya-gaya gravitasi antar galaksi dan semua muatan-muatan alam semesta yang lain memperlambat ekspansi. Jika gaya gravitasi alam semesta cukup lemah, atau jika impuls atau daya dorong awal ekspansi cukup kuat, kita dapat perkirakan alam semesta akan mengembang selamanya. Dan sebaliknya.

Untuk mengukur kekuatan relatif dari efek-efek ini terhadap alam semesta, kita dapat membandingkan energi gravitasi yang mempertahankan posisi galaksi satu dengan yang lain dengan energi ekspansinya.

Untuk melihat seberapa kuat efek dari gravitasi, para ahli astronomi menggunakan hukum gravitasi Newton, yang dimodifikasi untuk menghitung teori relativitas. Yang akhirnya menyatakan bahwa jauh lebih mudah untuk bekerja dengan rapat massa alam semesta (jumlah massa yang dikandung menghasilkan volume). Alasannya adalah sederhana: para ahli astronomi dapat mengukur parat massa alam semesta tapi tidak bisa mengukur secara langsung massanya. Untuk mengukur massanya, kita akan harus mengobservasi seluruh alam semesta. Untuk mengukur rapat massanya, kita hanya perlu menukur massa dalam luasan tertentu, yang mewakili volume kosmos.

1. A.    Rapat Massa Alam Semesta

Untuk mengukur rapat massa alam semesta, para ahli astronomi memilih sebuah volume dari alam semesta dan menghitung galaksi yang ada didalamnya. Selanjutnya kita mengukur massa setiap galaksi, tambahkan massa-massanya, dan bagi dengan volumenya[11]. Sebagai contoh, untuk mengukur rapat massa disuatu lokasi, para ahli astronomi memilih Local Group, yang tersusun atas tiga galaksi besar dan sekita dua dozen yang kecil. Massa total gas dan bintang di Local Group diperkirakan menjadi sekitar 1012 massa matahari, yang dapat kita ubah menjadi kilogram jika kita mengkalikannya dengan massa matahari,  kilogram. Jadi untuk massa sebuah kelompok sekitar  kilogram.

Selanjutnya, massa dibagi dengan volume Local Group, yang diasumsikan sebagai sebuah bola dengan radius adalah jarak dari pusat Local Group ke kelompok galaksi yang terdekat selanjutnya, sekitar 3 Mpc (sekitar  meter) jauhnya. Menggunakan rumus volume bola menghasilkan volume Local Group sekitar ,  meter kubik. Pembagian massa dengan volume ini menghasilkan rapat massa sekitar ,  kilogram per meter kubik, atau sekitar , kilogram per liter.

Disekitar Local Group adalah lingkungan suatu materiyang lebih beraneka ragam daripada rata-rata. Untuk mendapatkan sample yang lebih mewakili, kita harus melihat pada daerah yang lebih luas yang mencakup baik gugusan-gugusan maupun ruang-ruang kosong, dan kita harus memasukkan gas antar galaksi, terutama pada gugusan-gugusan. Sebuah perhitungan yang mirip untuk volume yang lebih besar dari galaksi ini dihasilkan sebuah nilai yang sedikit lebih kecil sekitar kilogram per liter atau, rata-rata, secara kasar 2 atom hidrogen per

Page 11: Alam Semesta

10 meter kubik. Rapat massa yang rendah ini memeberikan beberapa indikasi seberapa tipis rapat massa alam semesta saat ini.

Gambar 1. Ukuran alam semesta dimasa lalu dan masa depan yang dihitung memiliki perbedaan rapat mass.

Untuk menentukan apakah alam semesta akan berkembang selamanya atau mengempis, para ahli astronomi membandingkan observasi rapat massa ini dengan rapat massa kritis yang dihitung secara teori, yang ditulis dengan huruf rho . Jika rapat massa sebenarnya lebih besar daripada rapat massa kritis, alam semesta akan mengempis; jika lebih kecil, alam semsta akan mengembang selamanya. Kita dan menghitung rapat massa kritis dengan membandingkan enegri potensial gravitasi pada sebuah volume dengan energi kinetik ekspansi pada volume yang sama. Pada rapat massa kritis, kedua energi bernilai sama. Dan secara metematis rapat massa kritis   adalah

Dimana H adalah konstanta Hubble dan G adalah konstanta gravitasi. Tanpa menurunkan penurunan secara penuh, kita dapat melihat kenapa persamaan ini terbentuk. Energi potensial gravitasi tergantung pada rapat massa dan konstanta gravitasi Newton, dimana enegri kinetik tergantung pada kecepatan ekspansi kuadrat, yang dapat dihubungkan dengan konstanta Hubble. Sehingga, kita samakan nilai proporsional untuk  dan  dan kita selesaikan untuk .

Para ahli astronomi menggunakan besaran yang disebut omega ( ) untuk mengindikasikan seberapa dekat rapat massa yang diamati terhadap rapat massa kritis. Untuk jumlah materi dalam alam semesta, ahli kosmologi menentukan  sebagai nilai dari rapat massa yang sesungguhnya dibagi dengan rapat massa kritis:

.

Dengan notasi ini,

Jika

Jika

Jika

Terdapat masalah-masalah dengan model alam semesta dengan banyaknya materi gelap. Seperti yang dapat dilihat dalam gambar diatas, nilai  memberikan implikasi bahwa Big Bang terjadi kurang dari 10 milyar tahun yang lalu. Hal ini dikarenakan pengurangan kecepatan alam semesta yang pada awalnya mengembang dengan cepat, jadi dapat mencapai ukuran yang besar lebih cepat daripada alam kemampuan alam semesta untuk mempertahankan laju tetap ekspansi yang lebih lambat. Umur untuk alam semesta dibawah 10 milyar tahun adalah masalah utama, karena terdapat gugusan berbentuk bola yang diperkirakan berumur 12-13 tahun dan tidak mungkin didalam alam semesta dapat menjadi lebih tua daripada alam semesta itu sendiri.

 

Page 12: Alam Semesta

1. B.     Ditemukannya Supernova Tipe Ia

Gambar 2. Dengan mengetahui ekspansi sebagai lebar redshift, sebagai contoh pada z = 1, kita dapat menentukan model kosmologi mana yang dapat kita gunakan.

Gambar 3. Grafik jarak dan penurunan kecepatan dari jarak galaksi.

Untuk mengembangkan prediksi mengenai nasib akhir alam semesta, para ahli kosmologi telah mengembangkan perngertian yang berbeda menguji bagaimana alam semesta mengembang. Selain mengukur laju terkini dari ekspansi dan rapat massa alam semesta, cara ain adalah melihat pada sejarah ekspansi. Gambar diatas mengfokuskan pada sejarah ekspansi yang diilustrasikan pada ambar lainnya, menunjukkan tiga model dari sejarah ekspansi antara Big Bang dan massa kini. Meskipun tiga model berbeda dalam memprediksikan umur alam semesta, hal ini sangat sulit untuk mengukur secara langsung. Kita malah dapat mencari perbedaan antara model pada perbedaan redshifts atau pergeseran yang  terjadi ketika cahaya datang dari objek dilihat secara proporsional meningkat pada panjang gelombang, atau bergeser ke ujung merah spektrum.

Ketika kita mengobservasi sebuah galaksi pada redshifts z=1, panjang gelombang cahaya datang darinya telah memulur oleh faktor 2. Ini berarti alam semesta hanya setengahnya dari ukuran masa kini ketika sinar meninggalkan galaksi. Garis horisontal pada grafik 4 enunjukkan ketika alam semesta berukuran setengah dari besar ukuran sekarang.

Pada model  yang rendah, laju ekspansi hanya sedikit melambat, jadi ketika alam semesta berukuran setengah besarnya, alam semesta akan berumur setengah kali lebih tua daripada sekarang, cahaya telah merambat selama 2,5 milyar tahun untuk mencapai kita. Pada model yang tinggi alam semesta mengandung massa yang lebih banyak, yang membuat alam semesta melambat secara cepat. Pada model ini cahaya dari objek pada z=1 merambat dibawah 4 milyar tahun. Dengan kata lain, jarak menuju sebuah galaksi dengan sebuah redshift akan terukur lebih kecil jika  lebih luas. Pada dasarnya, kita dapat menentukan nilai jika kita dapat mengukur redshifts dan jarak antar galaksi-galaksi.

Obervasi supernova memungkinkan kita melakukan beberapa pengukuran, meskipun hal tersebut sering menemui kesulitan untuk memperoleh untuk beberapa galaksi yang jauh. Pada tahun 1990an, dengan menggunakan Hubble Space Telescope, para ahli astronomi memiliki kemungkinan untukledakan-ledakan supernova pada beberapa galaksi yang jauh. Terutama mereka telah mendeteksi supernova tipe Ia, yang dihasilkan dari ledakan white dwarfs.

Hasilnya ditunjukkan pada grafik 4. Garis yang tergambar pada grafik adalah prediksi alam untuk semesta dengan  yang rendah. Hal tersebut diharapkan bahwa semua perhitungan jarak akan menjadi kecil daripada ini. Cenderung kekiri garis. Malah pengukurannya cenderung berapa pada sisi kanan garis. Hal ini mengimplikasikan bahwa alam semesta berekspansi lebih lambat diwaktu lampau daripada sekarang ekspansi alam semesta semakin cepat.

1. C.    Energi Gelap

Gambar 4. Alam semesta beserta materi gelap akan mempercepat lebih cepat di masa depan.

Pembahasan kita mengenai alam semesta saat ini didasarkan pada asumsi bahwa ekspansi disebabkan hanya oleh gravitasi materi didalamnya. Hal ini sebenarnya muncul menjadi

Page 13: Alam Semesta

sebuah penjelasan yang baik tentang bagaimana alam semesta mengembang, tetapi tarikan gravitasi hanya dapat semakin melemahkan ekspansi, dan hal ini bukan hasil yang ditunjukkan oleh supernova.

Penjelasan terbaik saat ini dari hasil yang kuat ini datang dari usaha awal Einstein untuk mengembangkan teori relitivitas umum. Einstein mengembangkan persamaan-persamaan untuk menjelaskan bagaimana materi dan energy curve space dan pembentukan gaya gravitasi. Ketika dia memecahkan beberapa persamaan, dia meletakkan bersamaan untuk mendeskripsikan grativitas, solusi matematisnya memungkinkan sebuah bentuk tambahan. Bentuk ini disebut tetapan kosmologis karena matematika relativitas umum mengusulkan bahwa hal tersebut seharusnya sama dimanapun dan sepanjang waktu.

Sebuah cara penjelasan tetapan kosmologis adalah sebagai sebuah energi yang mengisi sebuah ruang.energi ini tidak seperti energi-energi yang familiar untuk kita. Tetap konstan dimana pun, tetap ada bahkan ketika tidak ada apapun kecuali ruang, dan tidak berubah menipis seiring dengan ruang yang mengembang. Hal ini berbeda dengan bagaimana sifat materi dan energi elektromagnetik yang menyebar dan menjadi semakin tipis seiring dengan alam semesta yang mengembang.

Tidak ada pengukuran pada massa Einstein untuk menentukan nilai dari tetapan kosmologis. Bagaimanapun juga, jika tetapan kosmologis adalah nol, meniadakan pengaruh gravitasi[12]. Level tetap dari energi dimanapun menciptakan sebuah jenis tolakan kosmik, memicu ruang untuk berekspansi lebih cepat. Para ahli astronomi telah memberikan nama deskriptif tetapan kosmologis energi gelap karena merupakan pendamping materi gelap.

Sebenarnya, Einstein telah mengembangkan relatifitas umum sebelum Hubble menemukan ekspansi alam semesta, dan pada waktu itu alam semesta telah sedikit tetap statis daripada berekspansi atau berkontraksi. Relativitas umum memperkirakan bahwa alam semesta seharusnya bergerak, jadi Einstein mengusulkan bahwa tetapan kosmologis kemungkinan menjadi cukup besar dan menyeimbangkan tarikan gravitasi, membuat alam semesta statis/diam. Kemudian, dalam beberapa tahun sejak Usulan Einstein tentang tetapan kosmologi, para ahli astronomi menemukan bahwa alam semesta pada faktanya mengembang, dan Einstein menyimpulkan dia seharusnya menetapkan tetapan kosmologis sama dengan nol seterusnya. Dia menyebutnya “greatest blunder” karena dia kemungkinan memiliki perkiraan sebenarnya mengenai ekspansi alam semesta untuk memasukkan kedalam daftar  penemuannya yang luar biasa. Sejak saat itu, para ahli kosmologi mencatat kemungkinan dari tetapan kosmologis, tapi berdekade-dekade sebagian besar mengasumsikan bahwa konstanta kosmologis bernilai nol.

Pola ekspansi yang telah diprediksi untuk alam semesta dengan perkiraan terkini dari energi gelap dan materi gelap ditunjukkan pada gambar 6. Pada model ini, alam semesta pada awalnya berekspansi dengan cepat, namun tarikan gravitasi dari materi mulai memperlambat ekspansi. Bersamaan dengan itu, materi menipis dan gravitasinya menjadi lebih lemah. Sementara itu, walaupun, energi gelap akan tetap konstan, sehingga efek tolakannya mulai menjadi pengaruh yang kuat untuk mempercepat alam semesta. Alam semesta telah meneruskan kecepatan selanjutnya, jika kita memperhitungkan ke masa depan, alam semesta seharusnya berekspansi semakin cepat dan cepat.

Jika model ini benar dan merupakan teori yang paling baik berimplikasi bahwa alam semesta akan menghentikan dirinya sendiri. ruang akan berekspansisemakincepat dan cepat sampai

Page 14: Alam Semesta

materi pada saat ini saling berdekatan bersama banyak sekali dengan ekspansi ruang yang cepat. Ini adalah alternatif nasib dimana alam semesta tidak berekspansi selamanya: berekspansi sangat cepat dimana setiap bagian dari alam semesta pada akhirnya tertarik terpisah dari setiap bagian lainnya pada kecepatan yang menjadi semakin cepat yang mana semuanya musnah dari penglihatan masing-masing.

BAB IV

PEMBAHASAN

 

1. A.    Ranah Integrasi-Interkoneksi teori Kehancuran Alam Semesta 1. 1.      Ranah Epistimologi teori Kehancuran Alam Semesta dalam QS. Al-

Anbiyaa’ ayat 104 dan Teori Big Crunch

“ Pada hari Kami melipat langit bagaikan melipat lembaran buku-buku. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama Kami akan mengulanginya. Suatu janji atas diri Kami sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya.”

Ayat diatas menyatakan bahwa langit akan digulung seperti lembaran-lembaran kertas dalam hal ini langit akan berubah betuk dari luar menjadi sempit. Alam semesta pada teori Big Crunch diprediksi tidak akan berekspansi secara terus menerus. Menurut rapat massa alam semesta, suatu saat nanti gaya gravitasi antar galaksi yang mempengaruhi ekspansi akan melemah. Dan secara langsung akan memperlambat laju ekspansi.

Sebagaimana dinyatakan pada teori Big Crunch, dimana bukan hanya gaya gravitasi yang mempengaruhi ekspansi alam semesta. Namun awal mula terjadinya ekpansi  itu sendiri juga sangat berpengaruh atas kelangsungan ekspansi alam semesta ini. Sebuah proses ekspansi alam semesta pada awalnya tentu menghasilkan ukuran alam semesta yang berbeda dengan sekarang. Ukuran alam semesta pada awal ekspansi menentukan kecepatan ekspansi pada waktu itu. Dan didapatkan bahwa laju ekspansi pada masa yang lalu lebih lambat daripada masa kini. Hal tersebut juga ditemukan ketika dilakukan observasi terhadap supernova jenis Ia.

Selain gaya gravitasi didalam materi penyusun alam semesta, terdapat beberapa energi yang mempengaruhi ekspansi alam semesta yaitu energi gelap. Yang sifatnya sebanding dengan dorongan awal sebuah titik sumber ekspansi. Energi gelap ini terdapat dalam alam semesta dalam berkaitan erat dengan materi gelap. Sifat energi gelap ini memicu laju ekspansi.

Teori ini telah dibuktikan dengan hasil pengamatan Hubble Space Telscope yang mengobservasi supernova-supernova bahkan yang jauh sekalipun.

Ranah epistimologi yang digunakan dalam pembahasan ini menggunakan metode informatif- konfirmatif/klarifikatif yaitu sains memberikan penjelasan yang lebih khusus terhadap pernyataan pada Al-Qur’an.

1. 2.      Ranah Aksiologi teori Kehancuran Alam Semesta

Page 15: Alam Semesta

Semangat Al-Qur’an, menurut Fazlur Rahman, adalah semangat moral.[13] Bahkan tujuan Nabi diutus ke bumi untuk menyempurnakan moral. Oleh karena itu, setiap upaya penafsiran Al-Qur’an tidak dapat melepaskan diri dari pesan dan moral. Demikian halnya dengan ayat Al-Qur’an yang mebahas tentang kehancuran alam. Ada beberapa pesan moral kehancuran alam semesta

1. Mengubah Pandangan Hidup Dunia Materialistik Menjadi Seimbang Antara Dunia Akhirat

Adanya kehidupan akhirat, menurut  Qur’an adalah sangat penting karena berbagai alasan. Pertama, moral dan keadilan, menurut Al-Qur’an adalah kualitas untuk menilai amal perbuatan manusia karena keadilan tidak dapat dijamin berdasarkan apa yang terjadi di dunia. Kedua, tujuan-tujuan hidup harus dijelaskan dengan seterang-terangnya, sehingga manusia dapat melihat apa yang telah diperjuangkan. Ketiga, pembantahan dan perbedaan pendapat dan konflik di antara orientasi-orientasi manusia harus diselesaikan

1. Mendorong manusia berfikir Positif

Pesan moral kehancuran alam (kiamat) adalah untuk mendorong manusia beraktifitas yang positif (amal sholeh). Pengetahuan sains telah menyebutkan bahwa kehancuran alam pasti akan terjadi. Dalam Al-Qur’an, berbagai ayat mengajarkan akan keyakinan akan adanya hari pembalasan mengantarkan manusia untuk melakukan berbagai amal sholeh dalam kehidupannya.

1. Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab

Amir Nuruddin mengutip pendapat A. Mukti Ali bahwa semangat poko dalam Al-Qur’an adalah untuk menanamkan ke dalam jiwa kesadaran tentang tanggung jawab.

1. Pembenahan Diri Seawal Mungkin

Sains tidak apat dikatakan netral, melainkan mengandung nilai-nilai yang menyusup melalui para pakar yang mengembangkannya. Umat islam harus menekankan kepada umat muslim terutama peserta didik bahwa sains didasarkan pada eksperimental dan observasi terhadap alam yang tampak ini dan tidak mempunyai sekelumit pun pengetahuan tentang alam gaib. Kita harus menegaskan bahwa ekstrapolasi sains sampai pada periode penciptaan alam semesta tidak dijamin kebenarannya karena para pakar sendiri tidak tahu apa yang terjadi sebelum apa yang mereka namakan waktu Planck; yaitu seper-sepuluh-juta-triliun-triliun sekon sesudah penciptaan. Dan umat islam harus menjelaskan bahwa sains berkembang melalui berbagai tahapan. Pada tahapan-tahapan tertentu mungkin saja dalam sains tidak sesuai, atau bahkan saling bertentangan dengan isli Al-Qur’an. Akan tetapi karena sains dikembangkan untuk mencari kebenaran, maka pada akhirnya akan bersesuaian dengan Al-Qur’an.[14]

1. B.     Model Integrasi-Interkoneksi teori Kehancuran Alam Semesta 1. 1.      Model Informatif teori kehancuran Alam Semesta

Pembahasan mengenai kehancuran alam semesta dalam sudut pandang Islam dan sains menunjukkan adanya kesamaan. Ilmu Islam (Al-Qur’an) memberikan informasi kepada ilmu sains dan teknologi bahwa alam semesta akan mengerut dan mengalami kehancuran. Dalam

Page 16: Alam Semesta

surat Al-Anbiyaa’ ayat 104 “ Pada hari Kami melipat langit bagaikan melipat lembaran buku-buku.” Secara tersurat menjelaskan bagaimana proses terjadinya hari akhir atau kehancuran dari alam semesta. Demikian juga dalam sains yang menjelaskan proses kehancuran alam semesta yang serupa. Menurut Teori Big Crunch, alam semesta akan berhenti berekspansi dan menyusut menjadi sebuah titik. Dengan demikian, displin ilmu Islam memberikan informasi kepada disiplin ilmu sains.

 

1. 2.      Model Konfirmatif/ Klarifikatif teori Kehancuran Alam Semesta

Al-Quran dalam surat Al-Anbiyaa’ ayat 104 yang menjelaskan “ Pada hari Kami melipat langit bagaikan melipat lembaran buku-buku. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama Kami akan mengulanginya. Suatu janji atas diri Kami sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya.” Ayat tersebut menerangkan bahwa bumi yang dihuni oleh manusia dan makhluk lainnya akan mengalami kehancuran. Agama islam menyebutnya dengan hari kiamat, seperti yang termuat pada rukun iman yang ke-6, yaitu iman kepada hari akhir. Fenomena kehancuran alam semesta yang telah dijelaskan oleh Al-Qur’an kemudian dipertegas oleh ilmu sains dan teknologi yaitu Teori Big Crunch. Dengan demikian, para ilmuan telah membuktikan QS. Al-Anbiyaa’ ayat 104  secara ilmiah yaitu dengan Teori Big Crunch.

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

1. A.    Kesimpulan 1. Ranah Integrasi-Interkoneksi pada pembahasan kehancuran alam semesta

adalah epistemologi-epistemologi dan aksiologi-aksiologi.

QS. al-Anbiyaa’:104  menyatakan bahwa langit akan digulung seperti lembaran-lembaran kertas dalam hal ini langit akan berubah betuk dari luar menjadi sempit. Alam semesta pada teori Big Crunch diprediksi akan mengembang sampai titik maksimal lalu mengecil menjadi satu titik.

1. Model Integrasi-Interkoneksi pada pembahasan kehancuran alam semesta adalah informatif-konfirmatif/klarifikatif.

Ilmu Islam (Al-Qur’an) memberikan informasi kepada ilu sains (teori Big Crunch) tentang kehancuran alam semesta

Page 17: Alam Semesta

Informasi tentang kehancuran alam semesta dalam Al-Qur’an dipertegas oleh ilmu sains (Teori Big Crunch)

 

1. B.     Saran

Diharapkan kepada para pembaca untuk meneliti kehancuran alam atau mimata dengan pendekatan ilmu pengetahuan. Dengan pendekatan itu, diharapkan kiamata dapat dijelaskan secara lebih rasional dengan menggunakan berbagai teori-teori dan penemuan-penemuan ilmu pengetahuan yang modern dengan masih berpijak pada Al-Qur’an sebagai petunjuk manusia. Sehingga antara Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan akan saling melengkapi dengan menghilangkan dikotomi di antara keduanya.

Oleh karena itu, bagi para ilmuwan dan umat islam pada umumnya serta pemakalah pada khususnya, dapatlah mengembangkan diri dan bangkit serta kembali menguasai ilmu pengetahuan, sesuai dengan dispilin ilmu yang dikuasai atau diketahui.