AL ISLAM KEL 2

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setelah Abad 15 M umat islam mengalami kemunduran yang sangat parah ditandai dengan hancurnya dinasti Abbasiyah sebagai simbol kejayaan umat islam. Kemudian diikuiti dengan semangat bangsa Eropa yang dengan Renaisance nya membawa keharuman bangsa tersebut menuju puncak keemasan yang pernah di raih umat islam sebelumnya. Dari titik kesadaran yang diraih bangsa Eropa tersebut mampu menemukan berbagai inovasi dalam teknologi industri konsumtif; mesin, listrik, teknologi pemintalan dan lain lain. Setelah waktu berjalan penemuan inovasi ini tidak diimbangi raw material yang dimiliki bangsa Eropa sehingga memunculkan revolusi industri, yang mengakibatkan krisis kemanusiaan; Misalnya pengangguran, perbudakan, pemberontakan sebagai akibat kaum Borjuist yang sudah tidak memerlukan lagi tenaga manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan berbagai macam dampaknya terhadap kehidupan manusia dan lingkungannya, disatu sisi dia mampu membantu dan meringankan beban manusia, namun di sisi lain dia juga mempunyai andil dalam 1

description

al

Transcript of AL ISLAM KEL 2

Page 1: AL ISLAM KEL 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Setelah Abad 15 M umat islam mengalami kemunduran yang

sangat parah ditandai dengan hancurnya dinasti Abbasiyah sebagai simbol

kejayaan umat islam. Kemudian diikuiti dengan semangat bangsa Eropa

yang dengan Renaisance nya membawa keharuman bangsa tersebut

menuju puncak keemasan yang pernah di raih umat islam sebelumnya.

Dari titik kesadaran yang diraih bangsa Eropa tersebut mampu

menemukan berbagai inovasi dalam teknologi industri konsumtif; mesin,

listrik, teknologi pemintalan dan lain lain. Setelah waktu berjalan

penemuan inovasi ini tidak diimbangi raw material yang dimiliki bangsa

Eropa sehingga memunculkan revolusi industri, yang mengakibatkan

krisis kemanusiaan; Misalnya pengangguran, perbudakan, pemberontakan

sebagai akibat kaum Borjuist yang sudah tidak memerlukan lagi tenaga

manusia.

Perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan berbagai macam

dampaknya terhadap kehidupan manusia dan  lingkungannya, disatu sisi

dia mampu membantu dan meringankan beban manusia, namun di sisi lain

dia juga mempunyai andil dalam menghancurkan  nilai-nilai kemanusiaan,

bahkan eksistensi itu sendiri. Ilmu barat yang bercorak sekuler dibangun di

atas filsafat materialistisme, naturalisme dan eksistensialisme  melahirkan

ilmu pengetahuan yang jauh dari nilai-nilai spritual, moral dan etika. Oleh

karena  itu Islamisasi ilmu pengetahuan dalam pandangan para pemikir

Islam merupakan suatu hal yang mesti dan harus dirumuskan.

Problem terpenting yang dihadapi umat Islam saat ini adalah

masalah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan modern tidak bebas nilai

(netral) sebab dipengaruhi oleh pandangan-pandangan keagamaan,

kebudayaan, dan filsafat, yang mencerminkan kesadaran dan pengalaman

manusia Barat. Membicarakan tema islamisasi ilmu pengetahuan tidak

bisa dilepaskan dari sosok Syed Muhammad Naquib al-Attas. Sebab

1

Page 2: AL ISLAM KEL 2

seperti dikemukakan oleh Wan Mohd. Nor Wan Daud, al-Attas adalah

seorang tokoh pemikir Islam yang pertama kali menggagas ide islamisasi

ilmu pengetahuan, tepatnya ilmu pengetahuan kontemporer/modern/masa

kini, di samping dua ide lainnya, yakni (1) problem terpenting yang

dihadapi umat Islam saat ini adalah masalah ilmu pengetahuan; dan (2)

ilmu pengetahuan modern tidak bebas nilai (netral) sebab dipengaruhi oleh

pandangan-pandangan keagamaan, kebudayaan, dan filsafat, yang

mencerminkan kesadaran dan pengalaman manusia Barat. Maka dari itu,

dalam membahas tema islamisasi ilmu pengetahuan ini, pemikiran al-Attas

dengan dua ide mendasar lainnya tentang ilmu pengetahuan, mesti

dijadikan pijakan utama.

Ilmu pengetahuan dapat menjadi salah satu media dalam mencapai

kehidupan yang lebih baik. Dalam makalah ini akan dibahas tentang

Islamisasi ilmu pengetahuan. Dengan adanya Islamisasi Ilmu Pengetahuan

akan mampu menghilangkan keraguan dalam menekuni suatu ilmu.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud Islamisasi Ilmu Pengetahuan?

2. Apa tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan?

3. Bagaimana pemikiran para tokoh tentang Islamisasi Ilmu

Pengetahuan?

1.3 TUJUAN

1. Menjelaskan makna Islamisasi Ilmu Pengetahuan.

2. Mengetahui tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan.

3. Mengetahui pemikiran-pemikiran tokoh tentang Islamisasi

Ilmu Pengetahuan.

2

Page 3: AL ISLAM KEL 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Dalam bahasa arab, istilah islamisasi ilmu dikenal dengan “Islamiyyat al-

ma’rifat” dan dalam bahasa inggris disebut dengan “Islamization of  Knowledge”.

Islamisasi ilmu merupakan istilah yang mendiskripsikan berbagai usaha dan

pendekatan untuk mensitesakan antar etika islam dengan berbagai bidang

pemikiran modern. Produk akhirnya akan menjadi ijma’ (kesepakatan) baru bagi

umat islam dalam bidang keilmuan yang sesuai dan metode ilmiah tidak

bertentangan dengan norma-norma islam.

Menurut Mulyadhi Kartanegara, Islamisasi ilmu pengetahuan

merupakan naturalisasi sains (ilmu pengetahauan) untuk meminimalisasikan

dampak negatif sains sekuler terhadap sistem kepercayaan agama dan dengan

begitu agama menjadi terlindungi.

Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan islamisasi Ilmu

Pengetahuan perlu kirannya memperhatikan pendapat para pakar agar batasan

pembahsan ini lebih jelas arahnya.  Menurut kalangan akademisi di UIN Malang,

ada berbagai pendapat atau versi tentang pemahaman Islamisasi Ilmu

Pengetahuan, yaitu:

1. Versi pertama beranggapan bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan

merupakan sekedar memberikan ayat-ayat yang sesuai dengan ilmu

pengetahuan umum yang ada (ayatisasi).

2. Kedua, mengatakan bahwa Islamisasi dilakukan dengan cara

mengislamkan orangnya.

3. Ketiga, Islamisasi yang berdasarkan filsafat Islam yang juga diterapkan

di UIN Malang dengan mempelajari dasar metodologinya.

4. keempat, memahami Islamisasi sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang

beretika atau beradab. Dengan berbagai pandangan dan pemaknaan

yang muncul secara beragam ini perlu kiranya untuk diungkap dan agar

lebih dipahami apa yang dimaksud “Islamisasi Ilmu Pengetahuan”.

3

Page 4: AL ISLAM KEL 2

Pengertian Islamisasi ilmu pengetahuan ini secara jelas diterangkan

oleh al-Attas, yaitu:

Pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur-

nasional (yang bertentangan dengan Islam) dan dari belengu paham sekuler

terhadap pemikiran dan bahasa Juga pembebasan dari kontrol dorongan fisiknya

yang cenderung sekuler dan tidak adil terhadap hakikat diri atau jiwanya, sebab

manusia dalam wujud fisiknya cenderung lupa terhadap hakikat dirinya yang

sebenarnya, dan berbuat tidak adil terhadapnya. Islamisasi adalah suatu proses

menuju bentuk asalnya yang tidak sekuat proses evolusi dan devolusi.

Ini artinya dengan Islamisasi ilmu pengetahuan, umat Islam akan

terbebaskan dari belengu hal-hal yang bertentangan dengan Islam, sehingga

timbul keharmonian dan kedamaian dalam dirinya, sesuai dengan fitrahnya.

Untuk melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut, menurut al-Attas,

perlu melibatkan dua proses yang saling berhubungan. Pertama ialah melakukan

proses pemisahan elemen-elemen dan konsep-konsep kunci yang membentuk

kebudayaan dan peradaban Barat, dan kedua, memasukan elemen-elemen Islam

dan konsep-konsep kunci ke dalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini

yang relevan. Jelasnya, “ilmu hendaknya diserapkan dengan unsur-unsur dan

konsep utama Islam setelah unsur-unsur dan konsep pokok dikeluarkan dari setiap

ranting.

Al-Attas menolak pandangan bahwa Islamisasi ilmu bisa tercapai dengan

melabelisasi sains dan prinsip Islam atas ilmu sekuler. Usaha yang demikian

hanya akan memperburuk keadaan dan tidak ada manfaatnya selama “virus”nya

masih berada dalam tubuh ilmu itu sendiri sehingga ilmu yang dihasilkan pun jadi

mengambang, Islam bukan dan sekuler pun juga bukan. Padahal tujuan dari

Islamisasi itu sendiri adalah untuk melindungi umat Islam dari ilmu yang sudah

tercemar yang menyesatkan dan menimbulkan kekeliruan. Islamisasi ilmu

dimaksudkan untuk mengembangkan kepribadian muslim yang sebenarnya

sehingga menambah keimanannya kepada Allah, dan dengan Islamisasi tersebut

akan terlahirlah keamanan, kebaikan, keadilan dan kekuatan iman.

Menurut al-Faruqi, Islamisasi adalah usaha “untuk mendefinisikan

kembali, menyusun ulang data, memikirkan kembali argumen dan rasionalisasi

4

Page 5: AL ISLAM KEL 2

yang berkaitan dengan data itu, menilai kembali kesimpulan dan tafsiran,

memproyeksikan kembali tujuan-tujuan dan melakukan semua itu sedemikian

rupa sehingga disiplin-disiplin ini memperkaya wawasan Islam dan bermanfaat

bagi cause (cita-cita).”

Secara umum, Islamisasi ilmu tersebut dimaksudkan untuk memberikan

respon positif terhadap realitas ilmu pengetahuan modern yang sekularistik dan

Islam yang “terlalu” religius, dalam model pengetahuan baru yang utuh dan

integral tanpa pemisahan di antaranya.

Selain kedua tokoh di atas, ada beberapa pengembangan definisi dari

Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Osman Bakar, Islamisasi ilmu pengetahuan adalah sebuah program yang berupaya

memecahkan masalah-masalah yang timbul karena perjumpaan antara Islam

dengan sains modern sebelumnya. Progam ini menekankan pada keselarasan

antara Islam dan sains modern tentang sejauhmana sains dapat bermanfaat bagi

umat Islam.

Dan M. Zainuddin menyimpulkan bahwa Islamisasi pengetahuan pada

dasarnya adalah upaya pembebasan pengetahuan dari asumsi-asumsi Barat

terhadap realitas dan kemudian menggantikannya dengan worldviewnya sendiri

(Islam).

Dari pengertian Islamisasi pengetahuan diatas dapat disimpulkan

bahwa Islamisasi dilakukan dalam upaya membangun kembali semangat

umat Islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan melalui kebebasan

penalaran intelektual dan kajian-kajian rasional – empirik dan filosofis

dengan tetap merujuk kepada kandungan Al-quran dan Sunnah Nabi.

Sehingga umat Islam akan bangkit dan maju menyusul ketinggalan dari

umat lain, khususnya Barat.

Maraknya kajian dan integrasi keilmuan (islamisasi ilmu pengetahuan)

dewasa ini dengan center didengungkan oleh kalangan intelektual muslim antara

lain Naquib Al Attas dan Ismail Raji’ Al Faruqi, tidak lepas dari kesadaran

berislam ditengah pergumulan dunia global yang sarat dengan kemajuan iptek. Ia

misalnya berpendapat bahwa umat Islam akan maju dan dapat menyusul Barat

manakala mampu mentransformasikan ilmu pengetahuan dalam memahami

5

Page 6: AL ISLAM KEL 2

wahyu, atau sebaliknya mampu memahami wahyu untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan.

Walaupun sudah muncul pada tahun 70-an konsep Islamisasi Ilmu

Pengetahuan versi al Faruqi  pertama kali di sosialisasikan secara internasional

dalam seminar Om Islamization Of Knowledg di Islamabad, Pakistan 4-9 Januari

1982. seminar ini terlaksana atas kerja sama National Hijra Centenery celebration

Commiteee Pakistan, The Instute of Education, Islamic University, Islamabad

Pakistan, dan IIIT. Seminar itu dihadiri oleh sarjana terkemuka dari Negara-

negara muslim.

Komposisi seminar tersebut memperlihatkan bahwa pada masa awal

perkembangannya konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan mendapat dukungan dari

beberapa negara Muslim terutama Saudi Arabia, Pakistan , dan Malaysia.

 Beberapa sarjana terkemuka tersebut tidak hanya mendukung akan tetapi

terlibat langsung dalam proses diseminasi konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan.

Mereka berperan dalam proses pendidrian Universitas Islam Internasional

(International Islamic University) di Jedah, Kuala Lumpur, dan Karachi. Proyek

pendidikan tinggi Keislaman pertama yang direkomendasi Organisasi Konferensi

Islam (OKI). Di Kuala Lumpur, tahun1983 didirikan International Islamic

University Malaysia (IIUM), demikian halnya di Jeddah dan Karachi. Pendirian

universitas –universitas tersebut sangat kental dengan semangat Islamisasi Ilmu

Pengetahuan  baik dalam filsafatnya, Visi dan Misi, serta tujuannya.

Di  Indonesia, dukungan kuat terhadap konsep Islamisasi Ilmu

Pengetahuan al-Faruqi dimulai pada tahun 1990-an dimulai dengan  didirikannya

Institut For Science and Teknology Studies (ISTECS), yang bertujuan untuk

menyemarakkan Islamisasi sains di Indonesia oleh sekelompok ilmuwan muda di

Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT). Dan puncaknya

ditandatanganinya piagam berdirinya International Islam Forum for Science,

Teknology And Human Rescource Development (IIFTIHAR) di depan ka’bah

oleh Prof. Dr. B.J Habibie (saat Itu Menristek dan ketua ICMI) dan Habibi

menjabat sebagai ketuannya.

6

Page 7: AL ISLAM KEL 2

2.2   Tujuan

Dengan adanya  islamisasi ilmu pengetahuan diharapkan  nantinya akan

dihasilkan sebuah sains Islam yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadits, di

mana sains Islam tersebut berbeda dengan sains Barat yang telah berkembang saat

ini. Adapun perbandingan antara sains Barat dan sains Islam, yaitu :

No Sains Barat Sains Islam

1. Percaya pada rasionalitas Percaya pada wahyu

2. Sains untuk sains Sains adalah sarana untuk

mendapatkan keridhoan Allah

3. Satau-satunya metode atau cara

untuk mengetahui realitas

Banyak metode berlandaskan akal

dan wahyu baik secara objektif dan

subjektif

4. Netralitas emosional sebagai

prasyarat kunci menggapai

rasionalitas

Komitmen emosional sangat penting

untuk mengangkat usaha-usaha sains

spiritual maupun sosial

5. Tidak memihak, ilmuwan hanya

peduli pada produl pengetahuan

baru dan akibat-akibat

penggunaannya

Pemihakan pada kebenaran, ilmuan

harus peduli terhadap hasil-hasil dan

akibat-akibat penemuannya secara

moral sebagai bentuk ibadah

6. Tidak adanya bias, validitas suatu

sains hanya tergantung pada bukti

penerapannya (objektif) bukan

ilmuwan yang menjalankannya

(subjektif)

Adanya subjektivitas, validitas sains

tergantung pada bukti penerapan

juga pada tujuan dan pandangan

ilmuwan  yang menjalankannya

7. Penggantungan pendapat, sains

hanya dibuat atas dasar bukti yang

meyakinkan

Menguji pendapat, sains dibuat atas

dasar bukti yang tidak meyakinkan

8. Reduksionisme, cara yang

dominan untuk mencapai kemajuan

sains

Sintesis, cara yang dominan untuk

meningkatkan kemajuan sains

9. Fragmentasi, pembagian sains ke

dalam disiplin dan subdisiplin-

Holistik, pembagian sains ke dalam

lapisan yang lebih kecil yaitu

7

Page 8: AL ISLAM KEL 2

subdisiplin pemahaman interdisipliner dan

holistik

10. Universalisme, walaupun universal

namun buah sains hanya bagi

mereka yang mampu membelinya

Universalisme, buah sains bagi

seluruh umat manusia dan tidak

diperjualbelikan

11. Induvidualisme, ilmuwan harus

menjaga jarak dengan

permasalahan sosial, politik dan

ideologis

Orientasi masyarakat, ilmuwan

memiliki hak dan kewajiban adanya

interdependensi dengan masyarakat

12. Netralitas, sains adalah netral Orientai nilai, sains adalah sarat nilai

berupa baik atau buruk juga halal

atau haram

13. Loyalitas kelompok, hasil

pengetahuan baru adalah aktifitas

terpenting dan perlu dijunjung

tinggi

Loyalitas pada Tuhan dan makhluk-

Nya, hasil pengetahuan baru adalah

cara memahami ayat-ayat Tuhan dan

harus diarahkan untuk meningkatkan

kualitas ciptaan-Nya

14. Kebebasan absolute, tidak ada

pengekangan atau penguasaan

penelitian sains

Manajemen sains adalah sumber

yang tidak terhingga nilainya, sains

dikelola dan direncanakan dengan

baik dan harus dipaksa oleh nilai

etika dan moral

15. Tujuan membenarkan sarana,

setiap sarana dibenarkan demi

penelitian sains

Tujuan tidak membenarkan sarana,

tujuan sarana diperbolehkan dalam

batas-batas etika dan moralitas

2.3     Langkah-langkah untuk Mencapai Proses Islamisasi Ilmu Pengetahuan.

Adapun langkah-langkah untuk mencapai proses Islamisasi Ilmu

Pengetahuan  dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Penguasaan Disiplin Ilmu Modern

8

Page 9: AL ISLAM KEL 2

Individu islam terutama sarjana yang beragama islam harus menguasai

ilmu pengetahuan modern yang berkembang saat ini, baik prinsip, konsep,

metodologi, masalah, dan tema. Pengetahuan modern yang diserap secara mentah

oleh setiap individu islam akan mengaburkan kembali tujuan gagasan islamisasi

dalam ilmu pengetahuan. Karena ilmu modern yang berkembang saat ini berada di

tangan bangsa sekuler sehingga kita perlu mengetahui prinsip konsep, metodologi,

masalah, dan tema ilmu pengetahuan itu mengajarkan kepada ketauhidan atau

tidak. Bila mengajarkan kepada sekuler dan atheis maka kita luruskan kembali

karena ada benarnya sebuah pendapat yang mengatakan ilmu pengetahuan itu

bersifat universal. Maka disinilah tugas utama seorang muslim agar sadar yang

walaupun pada saat sekarang “kita” masih mengekor kepada ilmu Barat. Tidak

ada salahnya melakukan seperti itu.  karena saat ini islam dalam keadaan tidur

belum menemukan teori dan ilmu baru dari ilmu yang ada. Dalam perjalanannya

pasti akan ditemukan teori baru yang diciptakan oleh umat islam yang memilki

konsep dan prinsip tauhid dan hal ini sudah terbukti dengan bermunculannya

ilmuwan islam saat ini.

Disiplin-disiplin ilmu di Barat diuraikan menjadi kategori-kategori,

prinsip-prinsip, metodologi-metodologi, problema-problema dan tema-tema.

Penguraian tersebut harus mencerminkan ‘daftar isi’ sebuah buku. Dan hasil

uraian tersebut harus berbentuk kalimat-kalimat yang memperjelas istilah-istilah

teknis, menerangkan kategori, prinsip, problema, dan tema pokok disiplin ilmu

Barat.

2.     Survey Disiplin IlmuSetiap disiplin ilmu harus disurvei dan esei-esei harus ditulis dalam bentuk

bagan mengenai asal-usul dan perkembangannya beserta pertumbuhan

metodologinya, perluasan cakrawala wawasannya, dan tak lupa sumbangan-

sumbangan pemikiran yang diberikan oleh para tokoh utamanya.

3.     Penguasaan Khasanah Islam

Gagasan islamisasi Ilmu Pengatahuan menjadi kurang bermakna apabila

tidak dikaitkan masalah warisan islam yang menyumbangkan ilmu pengetahuan

yang sangat besar. Namun sumbangan intelektual muslim tradisional tentang

disiplin ilmu pengetahuan modern tidak mudah didapat, dibaca, dan dipahami

oleh seorang intelektual muslim saat ini alasannya.

9

Page 10: AL ISLAM KEL 2

a. Ilmu pengetahuan modern tidak terdapat padanannya dalam khazanah

intelektual islam.

b. Para sarjana muslim terutama yang mendapatkan pendidikan Barat (sekuler)

sering gagal memahami khazanah warisan islam yang mengaanggap warisan

islam tidak memiliki kekuatan apapun terhadap disiplin ilmu yang dipelajarinya.

c. Para sarjana muslim tidak memiliki waktu atau usaha untuk meneliti khazanah

warisan islam yang amat kaya dan luas.

Sebaliknya para sarjana muslim yang dididik secara tradisional sebagai

otoritas pemilik khazanah warisan islam tidak dapat memecahkan maupun

menetapkan keterkaitan warisan tersebut dengan disiplin ilmu pengetahuan

modern.oleh karena itu perlu memperkenalkan ilmu-ilmu pengetahuan modern

kepada sarjana pewaris ilmu pengetahuan islam tradisional begitu pula

sebaliknya.yang selanjutnya warisan islam tersebut dianalisis berdasarkan latar

belakang sejarah dan kaitan antara masalah yang dibahas dengan berbagai bidang

kehidupan manusia secara jelas

4. Penguasaan Khasanah Ilmiah Islam

Untuk dapat mendekatkan karya-karya hasil khasanah ilmiah islam dengan

para ilmuwan muslim yang terdidik dalam cara Barat, kita perlu melakukan

sesuatu yang lebih besar daripada sekedar menyajikan berhalaman-halaman bahan

dalam bentuk antologi.

5.     Penentuan Relevansi Islam yang Khas terhadap Disiplin-disiplin Ilmu

Relevansi-relevansi khasanah islam yang spesifik pada masing-masing

ilmu harus diturunkan secara logis.

6.     Penilaian Kritis terhadap Disiplin Ilmu Modern

Ini adalah langkah utama dalam proses islamisasi ilmu pengetahuan.

Permasalahan pokok dan tema-tema abadi masing-masing disiplin harus dianalisa

dan diuji akan reduksionisme, kesesuaian, kemasukakalan dan ketepatan asasnya

dengan konsep panca kesatuan yang diajarkan islam.

7.     Penilaian Kritis terhadap Khasanah Islam

10

Page 11: AL ISLAM KEL 2

Khasanah islam adalah Qur’an suci, firman-firman Allah, dan sunnah

Rasul SAW. Tugas untuk menilai khasanah islam pada suatu bidang kegiatan

manusia harus ditangani oleh para ahli di bidang tersebut.

8.     Survey Permasalahan yang dihadapi Umat Islam

Kearifan yang dikandung setiap disiplin ilmu harus dihadapkan dan

dimanfaatkan untuk menanggulangi permasalahan umat islam agar kaum

muslimin dapat memahaminya dengan benar, menilai dengan tepat pengaruhnya

pada kehidupan umat serta memetakan dengan teliti semua pengaruh yang

diberikannya pada tujuan global islam.

9.     Survey Permasalahan yang dihadapi Umat Manusia

Sebenarnya, amanah Allah SWT meliputi seluruh jagad raya, dan sebagai

konsekuensinya tanggung jawab terhadap manusia juga tercakupdi dalamnya.

Umat islam memiliki wawasan yang diperlukan untuk kemajuan manusia untuk

membuat sejarah berjalan kea rah apa yang dikehendaki Allah SWT.

10.  Analisa Kreatif dan Sintesa

Sintesa kreatif harus dicetuskan diantara ilmu-ilmu islam tradisional dan

disiplin-disiplin ilmu modern untuk dapat mendobrak kemandegan selama

beberapa abad terakhir ini.

11.  Penuangan kembali Disiplin Ilmu Modern ke dalam Kerangka Islam

Pada dasarnya, para pemikir islam tidak akan tiba pada suatu penyelesaian

yang sama, atau memilih pilihan yang sama dalam hal penentuan relevansi islam 

terhadap eksistensi umat islam di masa kini dan di masa mendatang.

12.  Penyebarluasan Ilmu-ilmu yang telah diislamkan

Adalah suatu kesia-siaan apabila hasil karya para ilmuwan muslim hanya

disimpan sebagai koleksi pribadi mereka masing-masing. Karya apa saja yang

dibuat berdasar Lillahi Ta’ala adalah menjadi milik seluruh umat islam.

Pemanfaatan karya-karya tersebut tidak mendapat berkah Allah kecuali jika

dilaksanakan untuk sebanyak mungkin makhluk-Nya.

11

Page 12: AL ISLAM KEL 2

BAB III

PENUTUP

3.1   Kesimpulan

Dari hasil makalah ini, kami dapat menyimpulkan beberapa hal dari

Islamisasi Ilmu Pengetahuan antara lain:

1. Kata “islamisasi” dinisbatkan kepada agama islam yaitu agama yang

telah diletakkan manhajnya oleh Allah melalui wahyu. Ilmu ialah

persepsi, konsep, bentuk sesuatu perkara atau benda. Islamisasi ilmu

berarti hubungan antara Islam dan ilmu pengetahuan yaitu

hubungan antara “Kitab Wahyu” al-Qur’an dan al-Sunnah dengan

“Kitab Wujud” dan ilmu kemanusiaan.

2. Tujuan dari Islamisasi Ilmu pengetahuan adalah untuk mengahsilkan

sebuah sains (Ilmu pengetahuan) Islam yang didasarkan pada al-

Qur’an dan al-Hadits.

3. Pemikiran-pemikiran tokoh tentang Islamisasi pengetahuan

4. Untuk mencapai proses Islamisasi ilmu pengetahuan menurut al-

Faruqi ada 12 langkah yang harus dijalani.

B.      Saran

Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan sehingga tidak

sesuai dengan keinginan pembaca, untuk itu saran sangat kami harapkan agar

penulisan makalah selanjutnya kekurangan-kekurangan tersebut dapat kami

perbaiki.

12

Page 13: AL ISLAM KEL 2

DAFTAR PUSTAKA

Baca drmiftahulhudauin.multiply.com/journal/item/13 tgl 05/01/2013 Butt,

Nasim. 1996. Sains dan Masyarakat Islam. Badung: Pustaka Hidayah

Dieena.wordpress.com/2012/06/06/islamisasi-ilmu-pengetahuan-2. Diakses

tanggal 7 Desember 2013.

Hashim, Rosnani., 2005. Gagasan Islamisasi Kontemporer: Sejarah,

Perkembangan dan Arah Tujuan, Jakarta: Thn II No.6/ Juli-September 2005,

dalam Islamia: Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam (INSIST).

Habib, Zainal. 2007. Islamisasi Sains. Malang: UIN Malang Press Kamil,

Sukron. 2003. Sains dalam Islam Konseptual dan Islam aktual. Jakarta: PBB

UIN

International Instiutut of Islamic Thought, 2000,  Islamisasi Ilmu

Pengetahuan, Terjemahan. Jakarta: Lontar Utama.

M. Zainuddin, 2003, Filsafat Ilmu: Persfektif Pemikian Islam, Malang: Bayu

Media.

Nadwi, Abul Hasan Ali.,2008,  Islam dan Dunia, Bandung : Angkasa. Osman

Bakar, 1994, Tauhid dan Sains, Bandung: Pustaka Hidayah. Suef,

Mohammad. Islamisasi Ilmu: Sejarah, Dasar, Pola dan Strategi. Diakses

tanggal 9 desember  2013.                                                  

Wan Mohd Nor Wan Daud,2008, The Educational Philosophy and Practice of

Syed Muhammad Naquib al-Attas, diterjemahkan oleh Hamid Fahmy dkk,

Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas, Bandung:

Mizan, 1998.

13