Tugas Al Islam
-
Upload
atwindasukmaputri -
Category
Documents
-
view
74 -
download
0
description
Transcript of Tugas Al Islam
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
1. Istilah : Fiqih, syari’at, ijtihad, aqidah, mu’amalah, ahlaq, sunnah dan bid’ah
Fiqih
Fiqih adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus
membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia,
baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan
Tuhannya. Beberapa ulama fikih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fikih
sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba
Allah.
Fiqih membahas tentang cara bagaimana cara tentang beribadah, tentang
prinsip Rukun Islam dan hubungan antar manusia sesuai dengan dalil-dalil yang
terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam Islam, terdapat 4 mazhab dari Sunni,
1 mazhab dari Syiah, dan Khawarij yang mempelajari tentang fikih. Seseorang yang
sudah menguasai ilmu fikih disebut Fakih.
Dalam bahasa Arab, secara harfiah fikih berarti pemahaman yang mendalam
terhadap suatu hal. Beberapa ulama memberikan penguraian bahwa arti fikih
secara terminologi yaitu fikih merupakan suatu ilmu yang mendalami hukum Islam
yang diperoleh melalui dalil di Al-Qur'an dan Sunnah. Selain itu fikih merupakan
ilmu yang juga membahas hukum syar'iyyah dan hubungannya dengan kehidupan
manusia sehari-hari, baik itu dalam ibadah maupun dalammuamalah. Dalam
ungkapan lain, sebagaimana dijelaskan dalam sekian banyak literatur, bahwa fiqh
adalah "al-ilmu bil-ahkam asy-syar'iyyah al-amaliyyah al-muktasab min adillatiha
at-tafshiliyyah", ilmu tentang hukum-hukum syari'ah praktis yang digali dari dalil-
dalilnya secara terperinci". Terdapat sejumlah pengecualian terkait pendefinisian
ini. Dari "asy-syar'iyyah" (bersifat syari'at), dikecualikan ilmu tentang hukum-
hukum selain syariat, seperti ilmu tentang hukum alam, seperti gaya gravitasi bumi.
Dari "al-amaliyyah" (bersifat praktis, diamalkan), ilmu tentang hukum-hukum
syari'at yang bersifat keyakinan atau akidah, ilmu tentang ini dikenal dengan ilmu
kalam atau ilmu tauhid. Dari "at-tafshiliyyah" (bersifat terperinci), ilmu tentang
hukum-hukum syari'at yang didapat dari dalil-dalilnya yang "ijmali" (global),
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
misalkan tentang bahwasanya kalimat perintah mengandung muatan kewajiban,
ilmu tentang ini dikenal dengan ilmu ushul fiqh.
Sejarah Fiqih
Masa Nabi Muhammad saw
Masa Nabi Muhammad saw ini juga disebut sebagai periode risalah, karena
pada masa-masa ini agama Islam baru didakwahkan. Pada periode ini, permasalahan
fikih diserahkan sepenuhnya kepada Nabi Muhammad saw. Sumber hukum Islam
saat itu adalah al-Qur'an dan Sunnah. Periode Risalah ini dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu periode Makkah dan periode Madinah. Periode Makkah lebih tertuju
pada permasalah akidah, karena disinilah agama Islam pertama kali disebarkan.
Ayat-ayat yang diwahyukan lebih banyak pada masalah ketauhidan dan keimanan.
Setelah hijrah, barulah ayat-ayat yang mewahyukan perintah untuk melakukan
puasa, zakat dan haji diturunkan secara bertahap. Ayat-ayat ini diwahyukan ketika
muncul sebuah permasalahan, seperti kasus seorang wanita yang diceraikan secara
sepihak oleh suaminya, dan kemudian turun wahyu dalam surat Al-Mujadilah. Pada
periode Madinah ini, ijtihad mulai diterapkan [5], walaupun pada akhirnya akan
kembali pada wahyu Allah kepada Nabi Muhammad saw.
Masa Khulafaur Rasyidin
Masa ini dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad saw sampai pada masa
berdirinya Dinasti Umayyah ditangan Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Sumber fikih
pada periode ini didasari pada Al-Qur'an dan Sunnah juga ijtihad para sahabat Nabi
Muhammad yang masih hidup. Ijtihad dilakukan pada saat sebuah masalah tidak
diketemukan dalilnya dalam nash Al-Qur'an maupun Hadis. Permasalahan yang
muncul semakin kompleks setelah banyaknya ragam budaya dan etnis yang masuk
ke dalam agama Islam.
Pada periode ini, para faqih mulai berbenturan
dengan adat, budaya dan tradisi yang terdapat pada masyarakat Islam kala itu.
Ketika menemukan sebuah masalah, para faqih berusaha mencari jawabannya dari
Al-Qur'an. Jika di Al-Qur'an tidak diketemukan dalil yang jelas, maka hadis
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
menjadi sumber kedua . Dan jika tidak ada landasan yang jelas juga di Hadis maka
para faqih ini melakukan ijtihad.
Menurut penelitian Ibnu Qayyim, tidak kurang dari 130 orang faqih dari pria dan
wanita memberikan fatwa, yang merupakan pendapat faqih tentang hukum.
Masa Awal Pertumbuhan Fikih
Masa ini berlangsung sejak berkuasanya Mu'awiyah bin Abi Sufyan sampai
sekitar abad ke-2 Hijriah. Rujukan dalam menghadapi suatu permasalahan masih
tetap sama yaitu dengan Al-Qur'an,Sunnah dan Ijtihad para faqih. Tapi, proses
musyawarah para faqih yang menghasilkan ijtihad ini seringkali terkendala
disebabkan oleh tersebar luasnya para ulama di wilayah-wilayah yang direbut oleh
Kekhalifahan Islam. Mulailah muncul perpecahan antara umat Islam menjadi tiga
golongan yaitu Sunni, Syiah, dan Khawarij. Perpecahan ini berpengaruh besar pada
ilmu fikih, karena akan muncul banyak sekali pandangan-pandangan yang berbeda
dari setiap faqih dari golongan tersebut. Masa ini juga diwarnai dengan munculnya
hadis-hadis palsu yang menyuburkan perbedaan pendapat antara faqih.
Pada masa ini, para faqih seperti Ibnu Mas'ud mulai menggunakan nalar dalam
berijtihad. Ibnu Mas'ud kala itu berada di daerah Iraq yang kebudayaannya berbeda
dengan daerah Hijaz tempat Islam awalnya bermula. Umar bin Khattab pernah
menggunakan pola yang dimana mementingkan kemaslahatan umat dibandingkan
dengan keterikatan akan makna harfiah dari kitab suci, dan dipakai oleh para faqih
termasuk Ibnu Mas'ud untuk memberi ijtihad di daerah di mana mereka berada.
Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Fiqih
Syari’at
Syariat Islam (Arab: إسالمية Syariat شريعة Islamiyyah) adalah hukum atau
peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi
hukum dan aturan, syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan
ini. Maka oleh sebagian penganut Islam, syariat Islam merupakan panduan
menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan
dunia ini.
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Sumber Hukum Islam
Al-Qur'an
Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan kepada seluruh umat
manusia hingga akhir zaman.[1] Selain sebagai sumber ajaran Islam, Al Qur'an
disebut juga sebagai sumber pertama atau asas pertama syara'.
Al Qur'an merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian kitab
suci lainnya yang pernah diturunkan ke dunia. Dalam upaya memahami isi Al
Qur'an dari waktu ke waktu telah berkembang tafsiran tentang isi-isi Al
Qur'an namun tidak ada yang saling bertentangan.
Al-Hadist
Hadits terbagi dalam beberapa derajat keasliannya, diantaranya adalah:
Shaheh
Hasan
Dhaif (lemah)
Maudu' (palsu)
Hadits yang dijadikan acuan hanya hadits dengan derajat shaheh dan hasan,
kemudian hadits dhaif dan maudu wajib ditinggalkan oleh umat Muslim.
Perbedaan al-qur'an dan al-Hadist adalah al-qur'an, merupakan kitab suci
yang berisikan kebenaran, hukum hukum dan firman Allah, yang kemudian
dibukukan menjadi satu bundel, untuk seluruh umat manusia. Sedangkan al-hadist,
merupakan kumpulan yang khusus memuat sumber hukum Islam setelah al Qur'an
berisikan aturan pelaksanaan, tata cara akhlak, ucapan yang dinisbatkan kepada
Rasulullah. Walaupun ada beberapa pertentangan di dalamnya tapi merupakan
kebenaran yang hanya orang orang yang diberikan izin oleh Allah untuk bisa
memahaminya dan semua ini atas kehendak Allah.
Ijtihad
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Ijtihad adalah sebuah usaha para ulama, untuk menetapkan sesuatu putusan hukum
Islam, berdasarkan al Qur'an dan al Hadist. Ijtihad dilakukan setelah Nabi
Muhammad wafat sehingga tidak bisa langsung menanyakan pada beliau tentang
sesuatu hukum. Namun, ada hal-hal ibadah tidak bisa di ijtihadkan. Beberapa
macam ijtihad, antara lain :
Ijma' , kesepakatan para-para ulama
Qiyas , diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas
hukumnya
Maslahah Mursalah , untuk kemaslahatan umat
'Urf , kebiasaan
Terkait dengan susunan tertib syariat, al Qur'an dalam surat Al Ahzab ayat
36 mengajarkan bahwa sekiranya Allah dan rasul-Nya sudah memutuskan suatu
perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh
sebab itu, secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang
Allah dan rasul-Nya belum menetapkan ketentuannya, maka umat Islam dapat
menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat al
Qur'an dalam Surat Al Maidah yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak
dijelaskan ketentuannya sudah dimaafkan Allah.
Dengan demikian, perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani
hidup beribadahnya kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori,
yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas Syara'
dan perkara yang masuk dalam kategori Furu' Syara'.
Asas Syara'
Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam al Qur'an atau al Hadits.
Kedudukannya sebagai Pokok Syari'at Islam dimana al Qur'an itu asas
pertama Syara` dan al Hadits itu asas kedua syara'. Sifatnya, pada dasarnya
mengikat umat Islam seluruh dunia dimanapun berada, sejak kerasulan Nabi
Muhammad hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat.
Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang
memungkinkan umat Islam tidak mentaati Syariat Islam, ialah keadaan yang
terpaksa atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak diinginkan sebelumnya,
demikian pula dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika keadaan
darurat itu berakhir maka segera kembali kepada ketentuan syariat yang berlaku.
Furu' Syara'
Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam al Quran dan al
Hadist. Kedudukannya sebagai cabang Syariat Islam. Sifatnya pada dasarnya tidak
mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil Amri setempat
menerima sebagai peraturan / perundangan yang berlaku dalam wilayah
kekuasaannya. Perkara atau masalah yang masuk dalam furu' syara' ini juga disebut
sebagai perkara ijtihadiyah.
Aqidah
Akidah (Bahasa Arab: �!د�ة !ع�ق"ي �ل ;ا transliterasi: Aqidah) dalam istilah Islam yang
berarti iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah
satu akidah.
Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (�!ع�ق!د (ال yang berarti
ikatan, at-tautsiiqu ( �!ق "ي (و!ث -yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al (الت
ihkaamu( ��ام "ح!ك !إل -yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw (ا
wah ( "ق�و(ة0 ب �!ط ب .yang berarti mengikat dengan kuat (الر(
Sedangkan menurut istilah (terminologi): 'akidah adalah iman yang teguh
dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.[1]
Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada
Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid[2] dan taat kepada-Nya,
beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari
Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih
tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman
kepada apa yang menjadi ijma' (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh
berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah
ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma' Salaf as-
Shalih.
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Pembagian Aqidah Tauhid
Walaupun masalah qadha' dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat
Islam, tetapi Allah telah membukakan hati para hambaNya yang beriman, yaitu para
Salaf Shalih yang mereka itu senantiasa menempuh jalan kebenaran dalam
pemahaman dan pendapat. Menurut mereka qadha' dan qadar adalah termasuk
rububiyah Allah atas makhlukNya. Maka masalah ini termasuk ke dalam salah satu
di antara tiga macam tauhid menurut pembagian ulama:
Tauhid Al-Uluhiyyah,
mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan
karenaNya semata.
Tauhid Ar-Rububiyyah,
mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya, yakni mengimani dan meyakini
bahwa hanya Allah yang mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.
Tauhid Al-Asma' was-Sifat,
mengesakan Allah dalam asma dan sifat-Nya, artinya mengimani bahwa tidak
ada makhluk yang serupa dengan Allah, dalam dzat, asma maupun sifat.
Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid ar-rububiyah. Oleh karena
itu Imam Ahmad berkata: "Qadar adalah kekuasaan Allah". Karena, tak syak
lagi, qadar(takdir) termasuk qudrat dan kekuasaanNya yang menyeluruh. Di
samping itu, qadar adalah rahasia Allah yang- tersembunyi, tak ada seorangpun
yang dapat mengetahui kecuali Dia, tertulis pada Lauh Mahfuzh dan tak ada
seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu takdir baik atau buruk yang telah
ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau
berdasarkan nash yang benar.
Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada
istilah Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah
yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah,
maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang
dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka
hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah dan
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman
Allah pada surat Yusuf ayat 40.
Menurut sistematika Hasan Al-Banna maka ruang lingkup Aqidah Islam meliputi :
1. Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala susuatu yang berhubungan dengan
Tuhan (Allah), seperti wujud Allah, sifat Allah dll
2. Nubuwat, yaitu pembahsan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
Nabi dan Rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah dll
3. Ruhaniyat, yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperti jin, iblis, setan, roh dll
4. Sam'iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui
lewat sam'i, yakni dalil Naqli berupa Al-quran dan as-Sunnah seperti alam barzkah,
akhirat dan Azab Kubur, tanda-tanda kiamat, Surga-Neraka dsb. (2)
Tidak hanya diatas namun pembahasan Aqidah juga dapat mengikuti Arkanul iman
yaitu :
1. Kepercayaan akan adanya Allah dan segala sifat-sifatNya
2. Kepercayaan kepada Malaikat (termasuk pembahasan tentang makhluk rohani
lainnya seperti Jin, iblis dan Setan)
3. Kepercayaan kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada rasul
4. Kepercayaan kepada Nabi dan Rasul
5. Kepercayaan kepada hari akhir serta peristiwa yang terjadi pada saat itu
6. Kepercayaan kepada takdir (qadha dan qadar) Allah (2)
Adapun penjelasan ruang lingkup pembahasan aqidah yang termasuk dalam
Arkanul Iman, yaitu:
1. Iman kepada Allah
Pengertian iman kepada Allah ialah:
• Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah
• Membenarkan dengan yakin keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya
menciptakan alam, makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadat segenap
makhluknya.
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
• Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna,
suci dari sifat kekurangan yang suci pula dari menyerupai segala yang baru
(makhluk). (3)
Dengan demikian setelah kita mengimani Allah, maka kita membenarkan segala
perbuatan dengan beribadah kepadanya, melaksanakan segala perintahnya dan
menjauhi segala larangannya, mengakui bahwa Allah swt. bersifat dari segala sifat,
dengan ciptaan-Nya di muka bumi sebagai bukti keberadaan, kekuasaan, dan
kesempurnaan Allah. (4)
2. Iman Kepada Malaikat
Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai
makhluk yang dinamai “malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang
senantiasa melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya.
Lebih tegas, iman akan malaikat ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi
perantara antara Allah dengan rasul-rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada rasul-
rasul-Nya.(5)
Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyeru kita mengimankan sejenis
makhluk yang gaib, yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat dirasa oleh panca
indera, itulah makhluk yang dinamai malaikat. Malaikat selalu memperhambakan
diri kepada Allah dan patuh akan segala perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat
maksiat dan durhaka kepada Allah swt.
Dengan beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, maka kita akan lebih
mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah swt. lebih bersyukur akan nikmat yang
diberikan dan berusaha selalu berbuat kebaikan dan menjauhi segala larangannya.
Karena malaikat selalu mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah
Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab-
kitab suci itu memuat wahyu Allah. Beriman kepada kitab-kitab Tuhan ialah
beritikad bahwa Allah ada menurunkan beberapa kitab kepada Rasulnya, baik yang
berhubungan itikad maupun yang berhubungan dengan muamalat dan syasah, untuk
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
menjadi pedoman hidup manusia. baik untuk akhirat, maupun untuk dunia. Baik
secara individu maupun masyarakat. Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab
Allah ialah mengimani sebagaimana yang diterangkan oleh Al-Qur’an dengan tidak
menambah dan mengurangi. Kitab-kitab yang diturunkan Allah telah turun
berjumlah banyak, sebanyak rasulnya. Akan tetapi, yang masih ada sampai sekarang
nama dan hakikatnya hanya Al-Qur’an. Sedangkan yang masih ada namanya saja
ialah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa dan Zabur
kepada Daud.
4. Iman kepada Nabi dan Rasul
Yakin pada para Nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Perbedaan
antara Nabi dan Rasul terletak pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan
berupa wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan
wahyu itu kepada umat manusia. Rasul adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban
menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat manusia.
Di Al-Qur’an disebut nama 25 orang Nabi, beberapa diantaranya berfungsi juga
sebagai rasul ialah (Daud, Musa, Isa, Muhammad) yang berkewajiban
menyampaikan wahyu yang diterima kepada manusia dan menunjukkannya cara
pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh Nabi dan Rasul-Nya yang
telah diutus oleh Allah SWT, baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak
disebutkan namanya. Seorang muslim wajib membenarkan semua Rasul dengan
sifat-sifat, kelebihan, keistimewaan satu sama lain, tugas dan mukjizatnya masing-
masing seperti yang diperintahkan oleh Allah.
5. Iman kepada hari Akhir
Rukun iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari akhir. Keyakinan ini
sangat penting dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa
mempercayai hari akhirat sama halnya dengan orang yang tidak mempercayai
agama Islam, itu merupakan hari yang tidak diragukan lagi.
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Hari akhirat ialah hari pembalasan yang pada hari itu Allah menghitung
(hisab) amal perbuatan setiap orang yang suda dibebani tanggung jawab dan
memberikan putusan ganjaran sesuai dengan hasil perbuatan selama di dunia.
Keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada hari akhir. Hal ini
disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan, sedangkan amal
perbuatan baru sempurna dengan keyakinan tentang adanya hari akhirat. Demi
tegaknya keadilan, harus ada suatu kehidupan baru dimana semua pihak akan
memperoleh secara adil dan sempurna hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas
pilihannya masing-masing.
6. Iman kepada qada dan qadar
Dalam menciptakan sesuatu, Tuhan selalu berbuat menurut Sunnahnya,
yaitu hukum sebab akibat. Sunnahnya ini adalah tetap tidak berubah-ubah, kecuali
dalam hal-hal khusus yang sangat jarang terjadi. Sunnah Tuhan ini mencakup dalam
ciptaannya, baik yang jasmani maupun yang bersifat rohani.
Makna qadar dan takdir ialah aturan umum berlakunya hukum sebab akibat, yang
ditetapkan olehnya sendiri. Definisi segala ketentuan, undang-undang, peraturan dan
hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah SWT, untuk segala yang ada.(8)
Pengertian di atas sejalan dengan penggunaan qadar di dalam Al-Qur’an berbagai
macam bentuknya yang pada umumnya mengandung pengertian kekuasaan Allah
SWT, yang termasuk hukum sebab akibat yang berlaku bagi segala makhluk hidup
maupun yang mati.
Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Aqidah
http://muhammadrusdie.blogspot.com/2012/02/ruang-lingkup
aqidah.html
Mu’amalah
Menurut fiqih, muamalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang
memberi manfaat dengan cara yang ditentukan. Yang termasuk dalam hal
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
muamalah adalah jual beli, sewa menyewa, upah mengupah, pinjam meminjam,
urusan bercocok tanam, berserikat dan lain-lain.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang
lain, masing-masing berhajat kepada yang lain, bertolong-tolongan, tukar menukar
keperluan dalam urusan kepentingan hidup baik dengan cara jual beli, sewa
menyewa, pinjam meminjam atau suatu usaha yang lain baik bersifat pribadi
maupun untuk kemaslahatan umat. Dengan demikian akan terjadi suatu kehidupan
yang teratur dan menjadi ajang silaturrahmi yang erat.
Agar hak masing-masing tidak sia-sia dan guna menjaga kemaslahatan umat, maka
agar semuanya dapat berjalan dengan lancar dan teratur, agama Islam memberikan
peraturan yang sebaik-baiknya aturan.
Azaz-Azaz Transaksi Ekonomi Islam
Dalam hal bermuamalah, ruang lingkupnya sangat luas. Agama islam dalam
hal ini memberikan tuntunan secara global. Para ahli fikih memberikan rumusan
prinsip umum dalam bermuamalah, yaitu berupa kaidah ushul fiqih “asal hukum
dalam setiap masalah yang berhubungan dengan muamalah adalah jaiz atau boleh,
sampai ditemukan adanya dalil yang melarangnya.
Dalam transaksi dijalankan secara sukarela atau tanpa paksaan dari pihak
manapun antara kedua belah pihak dan dalam pelaksanaannya dilandasi dengan niat
yang baik dan tulus agar kecurangan dapat dihindarinya.
Transaksi ekonomi dalam islam dapat dicontohkan seperti aktivitas di pasar yang
para pedagangnya menggunakan system perdagangan secara Islam.
Implementasi Transaksi Ekonomi Islam
Dalam kehidupan sehari-hari, hendaknya menerapkan transaksi ekonomi Islam.
Misalnya dalam hal jual beli, utang piutang, sewa menyewa dan kerjasama dagang.
1. Jual Beli
Jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang
tertentu (akad). Firman Allah SWT:
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Artinya : “ Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS Al Baqarah
(2) : 275).
Dalam jual beli terdapat rukun dan syaratnya. Diantaranya adalah sebagai berikut:
* Penjual dan pembeli. Syarat keduanya adalah berakal, baligh, dan berhak
menggunakan hartanya
* Uang dan benda yang dibeli. Syaratnya keduanya adalah: suci, ada manfaatnya,
keadaan barang itu dapat diserahkan, barang itu diketahui oleh si penjual dan si
pembeli
* Ijab qabul. Unsur utama dalam jual beli yaitu ketulusan antara penjual dan
pembeli.
Selain rukun dan syaratnya, dalam jual beli terdapat istilah khiyar. Khiyat artinya
boleh memilih antara dua, meneruskan akad jual beli atau mengurungkannya. Jenis
khiyat ada tiga macam yaitu Khiyar majlis, khiyat syarat dan khiyar ‘aibi. Khiyar
majlis maksudnya, si pembeli dan si penjual boleh memilih antara dua perkara
selama keduanya masih tetap di tempat jual beli. Khiyar syarat maksudnya, khiyar
itu dijadikan syarat sewaktu akad. Dan khiyar ‘aibi maksudnya, si pembeli boleh
mengembalikan barang yang dibelinya, apabila terdapat cacat
Macam jual beli
Dalam hal jual beli ada tiga macam yaitu jual beli yang sah dan tidak
terlarang, jual beli yang terlarang dan tidak sah, jual beli yang sah tetapi terlarang,
monopoli dan najsi. Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang
diizinkan oleh agama artinya, jual beli yang memenuhi rukun-rukun dan syarat-
syaratnya. Sedangkan jual beli yang terlarang dan tidak sah yaitu jual beli yang
tidak diizinkan oleh agama, artinya jual beli yang tidak memenuhi syarat dan
rukunnya jual beli. Dan jual beli yang sah tapi terlarang yaitu jual belinya sah, tidak
membatalkan akad dalam jual beli tapi dilarang dalam agama Islam
karena menyakiti si penjual, si pembeli atau orang lain; menyempitkan gerakan
pasaran dn merusak ketentraman umum. Monopoli yaitu menimbun barang dengan
tujuan supaya orang lain tidak dapat membelinya dan najsyi adalah menawar barang
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
dengan tujuan untuk mempengaruhi orang lain agar membeli barang yang
ditawarkannya.
Jual beli yang terlarang dan tidak sah diantaranya adalah: jual beli barang
najis, Jual beli anak hewan yang masih berada dalam perut induknya, jual beli yang
ada unsur kecurangan dan jual beli sperma hewan.
Jual beli yang sah tetapi terlarang diantaranya :membeli barang dengan
harga mahal yang tujuannya supaya orang lain tidak dapat membeli barang tersebut,
Membeli barang yang sudah dibeli orang lain yang masih dalam hiyar, Mencegat
para pedagang dan membeli barangnya sebelum mereka sampai dipasar dan
sewaktu mereka belum mengetahui harga pasar. Membeli barang untuk ditimbul
dan setelah harganya mahal baru dijual, menjual barang yang menjadi alat maksiat
bagi pembelinya, dan mengecoh urusan jual belibaik dari pembeli maupun penjual
dalam keadaan barang atau ukurannya.
2. Ariyah (Pinjam meminjam)
Ariyah adalah memberikan manfaat sesuatu yang halal kepada orang lain untuk
diambil manfaatnya dengan tidak merusakkan zatnya agar dapat dikembalikan zat
barang itu. Dalam hal ariyah terdapat rukun dan syaratnya yaitu sebagai berikut:
a. Rukun Ariyah
1).Orang yang meminjamkan syaratnya berhak berbuat kebaikan sekehendaknya,
manfaat
barang yang dipinjam dimiliki oleh yang meminjamkan.
2). Orang yang meminjam berhak menerima kebaikan
3). Barang yang dipinjam syaratnya barang tersebut bermanfaat, sewaktu diambil
manfaatnya zatnya tetap atau tidak rusak
Orang yang meminjam boleh mengambil manfaat dari barang yang dipinjamnya
hanya sekedar menurut izin dari yang punya dan apabila barang yang dipinjam
hilang,atau rusak sebab pemakaianyang diizinkan , yang meminjam tidak
menggantinya. Tetapi jikalau sebab lain, dia wajib mengganti.
b. Hukum Ariyah
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Asal hukum meminjamkan sesuatu adalah sunat. Akan tetapi kadang hukumnya
wajib dan kadang-kadang juga haram. Hukumnya wajib contohnya yaitu
meminjamkan pisau untuk menyembelih hewan yang hamper mati. Dan hukumnya
haram contohnya sesuatu yang dipinjam untuk sesuatu yang haram.
3. Perseroan
Perseroan adalah akad perjanjian antara dua orang atau lebih yang menetapkan hak
milik bersama dalam persekutuan. Perseroian yang kita ketahui diantaranya adalah
PT, CV, NV, dan Firma.
Perseroan ada beberapa macam yang lebih peting dan berguna adalah serikat harta
dan serikat kerja.
Penjelasan tentang kedua serikat ini dapat dipelajari sebagaimana berikut:
a. Serikat harta
Serikat harta atau serikat ‘Inan yaitu serikat yang terdiri dari dua orang atau
lebih untuk bersekutu harta yang ditentukan dengan tujuan keuntungannya untuk
mereka yang berserikat. Dalam berserikat keikhlasan sangat diperlukan dan harus
menghindari penghianatan.
Rukun serikat harta diantaranya:
Lafal akad atau sighat
Orang yang berserikat
Pokok atau modal dan pekerjaan
Jenis usaha dalam serikat perlu suatu kesepakatan yang disepakati oleh anggota
serikat tersebut. Keuntungan dan kerugian ddiperoleh dan ditanggung oleh setiap
anggota serikat sesuai dengan hasil musyawarah anggota serikat.
Perseroan yang dikategorikan dalam serikat inan antara lain:
PT (Perseroan Terbatas)
P T yaitu perusahaan yang modalnya didapat dari saham-saham yang memiliki
harga nominal tertentu. Dalam pendirian P T didirikan dengan akte notarisdan A D
(Anggaran Dasar) nya harus disyahkan dari menteri kehakiman.
* Firma
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Perseroan firma yaitu Persekutuan dari dua orang atau lebih yang berdagang
bersama-sama dalam satu nama dan bertanggung jawab bersama terhadap
perdagangannya. Sehingga semuanya bekerja penuh pada perusahaan
* CV (Commanditaire Venootschaf)
Dalam C V tidak semua anggotanya turut bekerja dalam perusahaan. Ada yang
hanyamenyerahkan modal untuk dikelola oleh anggota-anggota lainnya. Maka C V
adalah bentuk perluasan dari firma. Baik C V maupun Firma didirikan berdasarkan
akte notaries dan segala bentuk aktivitas perusahaan dicantumkan dalam aktenya.
b. Serikat Kerja (Serikat Abdan)
Serikat kerja yaitu persekutuan antara dua orang atau lebih bersepakat atas suatu
pekerjaan dan masing-masing mengerjakan pekerjaan sesuai dengan bidangnya.
Penghasilannya dibagi menurut perjanjian sewaktu akad. Serikat kerja ini hukumnya
sah apabila tidak ada yang berkhianat.
Serikat kerja jenisnya bermacam-macam diantaranya adalah qirad, mukhabarah,
muzaraah dan musaqah.
a. Qirad
Qirat yaitu memberikan modal kepada orang lain untuk diperniagakan. Mengenai
keuntungan, untuk keduanya sesuai dengan perjanjian sewaktu akad. Akad dalam
qirad adalah akad percaya mempercayai dan semuanya harus didasari dengan ikhlas.
Modal dalam qirad bisa berupa barang atau uang yang dapat dihitung harganya.
Agama Islam tidak melarang qirad. Dalam qirad terdapat unsur tolong menolong
dalam meningkatkan penghasilan.
Dalam qirat terdapat rukun-rukunnya diantaranya adalah:
Ada harta atau modal baik berbentuk uang atau barang
Pekerjaan atau usahanya perdagangan
Ada pembagian keuntuangan atau kerugian
Pemodal dan yang menjalankan modal telah baligh
b. Muzaraah dan mukhabarah
Muzaraah yaitu suatu kerjasama antara pemilik lahan pertanian baik berupa sawah
atau ladang dengan penggarap yang bibitnya asalnya dari penggarap dengan bagi
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
hasil yang jumlahnya sesuai dengan kesepakatan bersama. Apabila system yang
digunakan muzaraah mengenai zakat ditanggung oleh penggarap dan apabila
benihnya asalnya dari pemilik sawah atau ladang dinamakan mukhabarah dan
zakatnya ditanggung oleh pemilik tanah tersebut.
c. Musaqah
Musaqah disebut juga dengan paroan kebun maksudnya, suatu kerjasama antara
pemilik kebun dengan pemelihara kebun dengan perjanjian dan kesepakatan
bersama. Hal ini saling menguntungkan karena kadang orang punya kebun tetapi
tidak sanggup mengurusinya atau menggarapnya. Sedangkan orang yang tidak
punya kebun mendapat kesempatan untuk menggarap atau mengurusinya sehingga
mendapat suatu penghasilan yang bisa dinikmati bersama yang punya kebun.
Dalam hal musaqah terdapat rukun-rukunnya yaitu diantaranya adalah:
Pemilik kebun dan yang menggarap kebun sama-sama berhak
membelanjakan harta keduanya
Semua pohon yang berbuah boleh diparohkan demikian juga hasil
pertahunnya
Ditentukan masanya dalam mengerjakan kebun
Terdapat kesepakatan dalam pembagian hasil kebun
Bank Islami
Dalam rangka untuk menghindari unsur riba, maka bermunculan bank yang
berdasarkan syari’ah misalnya bank muamalat, bank syari’ah mandiri dan bank-
bank lainnya yang berdasarkan syari’ah. Bank-bank tersebut dalam operasinya
disesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam dan tatacaranya acuannya adalah
Al Qur’an dan As Sunah.
Agar tidak terdapat unsur riba, nasabah yang akan mengadakan akad perjanjian
dengan bank dapat melaksanakan perihal sebagaimana berikut:
Mudarabah atau qirad
Syirkah atau perseroan
Wadiah atau titipan uang
qard hasan atau peminjaman yang baik
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
murabahah atau bank membelikan barang yang diperlukan oleh pengusaha
untuk dijual lagi dan bank dapat minta tambahan atas harga pembeliannya.
Dengan adanya bank syari’ah maka umat islam dapat menghilangkan keragu-
raguannya dalam berurusan dengan bank. Selain itu hikmahnya dengan adanya bank
syari’ah antara lain:
Mempermudah umat islam dalam menjalankan syari’at khususnya dalam
bidang keuangan dan perekonomian
Dapat menghindari unsur riba
Nyaman dalam berhubungan dengan bank karena sudah bersyari’ah Islam
Referensi : http://agama.kompasiana.com/2010/08/13/muamalah-225310.html
Ahlaq
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.[1]
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.[2]
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad
Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang
yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih
dahulu.
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut
harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan
perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan
berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan
dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering
diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila
perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Dalam Encyclopedia Brittanica, akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang
mempunyai arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari
pengertian nilai baik, buruk, seharusnya benar, salah dan sebaginya
tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu, selanjutnya dapat
disebut juga sebagai filsafat moral.
Syarat
Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak.
1. Perbuatan yang baik atau buruk.
2. Kemampuan melakukan perbuatan.
3. Kesadaran akan perbuatan itu
4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau
buruk
Sumber
Akhlak bersumber pada agama. Perangai sendiri mengandung pengertian sebagai
suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang. Pembentukan peragai ke
arah baik atau buruk, ditentukan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun dari
luar, yaitu kondisi lingkungannya. Lingkungan yang paling kecil adalah keluarga,
melalui keluargalah kepribadian seseorang dapat terbentuk.
Secara terminologi akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Para ahli
seperti Al Gazalimenyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri
seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan
pikiran terlebih dahulu. Peragai sendiri mengandung pengertian sebagai
suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang.
Budi Pekerti
Budi pekerti pada kamus bahasa Indonesia merupakan kata majemuk dari
kata budi dan pekerti . Budi berarti sadar atau yang menyadarkan atau alat
kesadaran.[2] Pekerti berarti kelakuan. Secara terminologi, kata budi ialah yang ada
pada manusia yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh
pemikiran, rasio yang disebut dengan nama karakter. Sedangkan pekerti ialah apa
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati, yang
disebut behavior. Jadi dari kedua kata tersebut budipekerti dapat diartikan sebagai
perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah
laku manusia. Penerapan budi pekerti tergantung kepada pelaksanaanya. Budi
pekerti dapat bersifat positif maupun negatif. Budi pekerti itu sendiri selalu
dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Budi pekerti didorong oleh kekuatan yang
terdapat di dalam hati yaitu rasio. Rasio mempunyai tabiat kecenderungan kepada
ingin tahu dan mau menerima yang logis, yang masuk akal dan sebaliknya tidak
mau menerima yang analogis, yang tidak masuk akal.
Selain unsur rasio di dalam hati manusia juga terdapat unsur lainnya yaitu
unsur rasa. Perasaan manusia dibentuk oleh adanya suatu
pengalaman, pendidikan, pengetahuan dan suasana lingkungan. Rasa mempunyai
kecenderungan kepada keindahan Letak keindahan adalah pada keharmonisan
susunan sesuatu, harmonis antara
unsur jasmani dengan rohani, harmonis antara cipta, rasa dan karsa, harmonis antara
individu dengan masyarakat, harmonis susunan keluarga, harmonis hubungan
antara keluarga. Keharmonisan akan menimbulkan rasa nyaman dalam kalbu dan
tentram dalam hati. Perasaan hati itu sering disebut dengan nama “hati kecil” atau
dengan nama lain yaitu “suara kata hati”, lebih umum lagi disebuut dengan nama
hati nurani. Suara hati selalu mendorong untuk berbuat baik yang bersifat
keutamaan serta memperingatkan perbuatan yang buruk dan brusaha mencegah
perbuatan yang bersifat buruk dan hina. Setiap orang mempunyai suara hati,
walaupun suara hati tersebut kadang-kadang berbeda. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan keyakinan, perbedaan pengalaman, perbedaanlingkungan, perbedaan
pendidikan dan sebagainya. Namun mempunyai kesamaan, yaitu keinginan
mencapai kebahagiaan dan keutamaan kebaikan yang tertinggi sebagai tujuan hidup.
Karsa
Dalam diri manusia itu sendiri memiliki karsa yang berhubungan dengan
rasio dan rasa. Karsa disebut dengan kemauan atau kehendak, hal ini tentunya
berbeda dengan keinginan. Keinginan lebih mendekati pada senang atau cinta yang
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
kadang-kadang berlawanan antara satu keinginan dengan keinginan lainnya dari
seseorang pada waktu yang sama, keinginan belum menuju pada pelaksanaan.
Kehendak atau kemauan adalah keinginan yang dipilih di antara keinginan-
keinginan yang banyak untuk dilaksanakan. Adapun kehendak muncul melalui
sebuah proses sebagai berikut:
Ada stimulan kedalam panca indera
Timbul keinginan-keinginan
Timbul kebimbangan, proses memilih
Menentukan pilihan kepada salah satu keinginan
Keinginan yang dipilih menjadi salah satu kemauan, selanjutnya akan
dilaksanakan.
Perbuatan yang dilaksanakan dengan kesadaran dan dengan kehendaklah yang
disebut dengan perbuatan budi pekerti.
Moral
Moral, etika dan akhlak memiliki pengertian yang sangat berbeda. Moral
berasal dari bahasa latinyaitu mos, yang berarti adat istiadat yang menjadi dasar
untuk mengukur apakah perbuatan seseorang baik atau buruk [8]. Dapat dikatakan
baik buruk suatu perbuatan secara moral, bersifat lokal. Sedangkan akhlak adalah
tingkah laku baik, buruk, salah benar, penilaian ini dipandang dari sudut hukum
yang ada di dalam ajaran agama. Perbedaan dengan etika, yakni Etika
adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh
berkaitan dengan moralitas. Etika terdiri dari tiga pendekatan, yaitu
etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika [9]. Kaidah etika yang biasa
dimunculkan dalam etika deskriptif adalah adat kebiasaan, anggapan-anggapan
tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak
diperbolehkan. Sedangkan kaidah yang sering muncul dalam etika normatif,
yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma,
serta hak dan kewajiban. Selanjutnya yang termasuk kaidah dalam metaetika adalah
ucapan-ucapan yang dikatakan pada bidang moralitas. Dari penjelasan tersebut
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
dapat diambil kesimpulan bahwa etika adalah ilmu, moral adalah ajaran, dan akhlak
adalah tingkah laku manusia .
Pembagian Akhlak
Akhlak Baik (Al-Hamidah)
1. Jujur (Ash-Shidqu)
2. Berprilaku baik (Husnul Khuluqi)
3. Malu (Al-Haya')
4. Rendah hati (At-Tawadlu')
5. Murah hati (Al-Hilmu)
6. Sabar (Ash-Shobr)
Dari 'Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, semoga Allah merelakannya,
berkata, "Rasulullah SAW. bersabda", "Ketika Allah mengumpulkan segenap
makhluk pada hari kiamat kelak, menyerulah Penyeru", "Di manakah itu, orang-
orang yang utama (ahlul fadhl) ?". Maka berdirilah sekelompok manusia, jumlah
mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat
berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat
menuju syurga, sipakah kalian ?". Orang-orang ini menjawab, "Kamilah itu orang-
orang yang utama (ahlul fadhl)". "Apa keutamaan kalian ?", tanya para malaikat.
Orang-orang ini memperjelas, "Kami, jika didzalimi, kami bersabar. Jika
diperlakukan buruk, kami memaafkan. Jika orang lain khilaf pada kami, kamipun
tetap bermurah hati". Akhirnya dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam syurga,
karena demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". Setelah
itu menyerulah lagi penyeru, :"Di manakan itu, orang-orang yang bersabar (ahlush
shabr) ?". Maka berdirilah sekelompok manusia, jumlah mereka sedikit, dengan
cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan dengan
mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga,
sipakah kalian ?". Orang-orang ini menjawab, "Kamilah itu orang-orang yang sabar
(ahlush shabr). "Kesabaran apa yang kalian maksud ?", tanya para malaikat. Orang-
orang ini memperjelas, "Kami sabar bertaat pada Allah, kamipun sabar tak
bermaksiat padaNya. Akhirnya Dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
syurga, karena demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal".
(Hilyatul Auliyaa'/ Juz III/ Hal. 140)
Akhlak Buruk (Adz-Dzamimah)
1. Mencuri/mengambil bukan haknya
2. Iri hati
3. Membicarakan kejelekan orang lain (bergosip)
4. Membunuh
5. Segala bentuk tindakan yang tercela dan merugikan orang lain ( mahluk lain)
Ruang Lingkup Akhlaq
Akhlak pribadi
Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya
seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya
dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang
utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu
manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai
kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan.
Akhlak berkeluarga
Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewajiban orang
tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk
memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran –ajaran yang bijak,
setiap agama telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung
jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk
memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang.
Sehingga anak akan tumbuh secara sabar, terdidik untuk berani berdiri sendiri,
kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan.[1]
Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak
dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati.[1] Karena
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik, menyekolahkan engkau, mencintai
dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam
masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat.[1] Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu
laki-laki dan permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada
engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana
engkau gembira dan membelamu bilamana perlu.[1] Pamanmu, bibimu dan anak-
anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan berbahagia,
karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap
keperluan.[1]
Akhlak bermasyarakat
Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang
tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan
menolak kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib
atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.
Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari
pendidikan sosial kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul di dalam masyarakat.
Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan
perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri–sendiri
dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling
membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat.
Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-
tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang
sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.
Akhlak bernegara
Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang
sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup
bersama mereka dengan nasib dan penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa
engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama
mereka.
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Akhlak beragama
Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena
itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik
secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk
Tuhan.
Referensi: http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak
Sunnah
Sunnah (kependekan dari kata Sunnaturrasul, berasal dari kata sunan yang
artinya garis) dalam Islam mengacu kepada sikap, tindakan, ucapan dan cara
Rasulullah menjalani hidupnya atau garis-garis perjuangan / tradisi yang
dilaksanakan oleh Rasulullah. Sunnah merupakan sumber hukum kedua
dalam Islam, setelah Al-Quran. Narasi atau informasi yang disampaikan oleh para
sahabat tentang sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah disebut sebagai hadits.
Sunnah yang diperintahkan oleh Allah disebut Sunnatullah.
Sunnah terbagi dua:
1. Sunnah Muakkad: sunnah yang sangat dianjurkan. Nabi Muhammad SAW jarang
meninggalkannya
2. Sunnah Ghairu Mu’akad: sunnah yang jarang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW
2. Sunnah Haiat adalah perkara-perkara dalam shalat yang sebaiknya dikerjakan
seperti mengangkat kedua tangan ketika takbir, mengucapkan Allahu Akbar ketika
akan ruku dan sujud, dan sebagainya.
Sunnah Ab’adh adalah perkara-perkara dalam shalat yang harus dikerjakan, dan
kalau terlupakan maka harus melakukan sujud sahwi seperti membaca tasyahud
awal dan sebagainya
Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2092951-pengertian-
sunnah/#ixzz2NtmOeNtp p
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Bid’ah
Bid‘ah (Bahasa Arab: (بدعة dalam agama Islam berarti sebuah perbuatan yang tidak
pernah diperintahkan maupun dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAWtetapi banyak
dilakukan oleh masyarakat sekarang ini. Hukum dari bidaah ini adalah haram. Perbuatan
dimaksud ialah perbuatan baru atau penambahan dalam hubungannya dengan peribadatan
dalam arti sempit (ibadah mahdhah), yaitu ibadah yang tertentu syarat dan rukunnya.
Secara umum, bid'ah bermakna melawan ajaran asli suatu agama (artinya mencipta sesuatu
yang baru dan disandarkan pada perkara agama/ibadah).
Para ulama salaf telah memberikan beberapa definisi bidah. Definisi-definisi ini memiliki
lafadl-lafadlnya berbeda-beda namun sebenarnya memiliki kandungan makna yang sama.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,Bidah dalam agama adalah perkara yang dianggap wajib
maupun sunnah namun yang Allah dan rasul-Nya tidak syariatkan. Adapun apa-apa yang Ia
perintahkan baik perkara wajib maupun sunnah maka harus diketahui dengan dalil-dalil
syariat.
Imam Syathibi, bid'ah dalam agama adalah Satu jalan dalam agama yang diciptakan
menyamai syariat yang diniatkan dengan menempuhnya bersungguh-sungguh dalam
beribadah kepada Allah.
Ibnu Rajab, Bidah adalah mengada-adakan suatu perkara yang tidak ada asalnya dalam
syariat. Jika perkara-perkara baru tersebut bukan pada syariat maka bukanlah bidah,
walaupun bisa dikatakan bidah secara bahasa
Imam as-Suyuthi, beliau berkata, Bidah adalah sebuah ungkapan tentang perbuatan yang
menentang syariat dengan suatu perselisihan atau suatu perbuatan yang menyebabkan
menambah dan mengurangi ajaran syariat.
Dengan memperhatikan definisi-definisi ini akan nampak tanda-tanda yang mendasar bagi
batasan bidah secara syariat yang dapat dimunculkan ke dalam beberapa point di bawah
ini :
1. Bahwa bidah adalah mengadakan suatu perkara yang baru dalam agama. Adapun
mengadakan suatu perkara yang tidak diniatkan untuk agama tetapi semata diniatkan
untuk terealisasinya maslahat duniawi seperti mengadakan perindustrian dan alat-alat
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
sekedar untuk mendapatkan kemaslahatan manusia yang bersifat duniawi tidak
dinamakan bidah.
2. Bahwa bidah tidak mempunyai dasar yang ditunjukkan syariat. Adapun apa yang
ditunjukkan oleh kaidah-kaidah syariat bukanlah bidah, walupun tidak ditentukan oleh
nash secara khusus. Misalnya adalah apa yang bisa kita lihat sekarang: orang yang
membuat alat-alat perang seperti kapal terbang,roket, tank atau selain itu dari sarana-
sarana perang modern yang diniatkan untuk mempersiapkan perang melawan orang-
orang kafir dan membela kaum muslimin maka perbuatannya bukanlah bidah.
Bersamaan dengan itu syariat tidak memberikan nash tertentu dan rasulullah tidak
mempergunakan senjata itu ketika bertempur melawan orang-orang kafir. Namun
demikian pembuatan alat-alat seperti itu masuk ke dalam keumuman firman Allah
taala,Dan persiapkanlah oleh kalian untuk mereka (musuh-musuh) kekuatan yang
kamu sanggupi.Demikian pula perbuatan-perbuatan lainnya. Maka setiap apa-apa yang
mempunyai asal dalam sariat termasuk bagian dari syariat bukan perkara bidah.
3. Bahwa bidah semuanya tercela (hadits Al 'Irbadh bin Sariyah dishahihkan oleh
syaikh Al Albani di dalam Ash Shahiihah no.937 dan al Irwa no.2455)
4. Bahwa bidah dalam agama kadang-kadang menambah dan kadang-kadang
mengurangi syariat sebagaimana yang dikatakan oleh Suyuthi di samping dibutuhkan
pembatasan yaitu apakah motivasi adanya penambahan itu agama. Adapun bila
motivasi penambahan selain agama, bukanlah bidah. Contohnya meninggalkan perkara
wajib tanpa udzur, maka perbuatan ini adalah tindakan maksiat bukan bidah. Demikian
juga meninggalkan satu amalan sunnah tidak dinamakan bidah. Masalah ini akan
diterangkan nanti dengan beberapa contohnya ketika membahas pembagian bidah.
InsyaAllah.
Bidah merupakan pelanggaran yang sangat besar dari sisi melampaui batasan-batasan
hukum Allah dalam membuat syariat, karena sangatlah jelas bahwa hal ini menyalahi dalam
meyakini kesempurnaan syariat.Menuduh Rasulullah Muhammad SAW menghianati
risalah, menuduh bahwa syariat Islam masih kurang dan membutuhkan tambahan serta
belum sempurna. Jadi secara umum dapat diketahui bahwa semua bid'ah dalam perkara
ibadah/agama adalah haram atau dilarang sesuai kaedah ushul fiqih bahwa hukum asal
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
ibadah adalah haram kecuali bila ada perintah dan tidaklah tepat pula penggunaan istilah
bid'ah hasanah jika dikaitkan dengan ibadah atau agama sebagaimana pandangan orang
banyak, namun masih relevan jika dikaitkan dengan hal-hal baru selama itu berupa urusan
keduniawian murni misal dulu orang berpergian dengan unta sekarang dengan mobil, maka
mobil ini adalah bid'ah namun bid'ah secara bahasa bukan definisi bid'ah secara istilah
syariat dan contoh penggunaan sendok makan, mobil, mikrofon, pesawat terbang pada
masa kini yang dulunya tidak ada inilah yang hakekatnya bid'ah hasanah. Dan contoh-
contoh perkara ini tiada lain merupakan bagian dari perkara Ijtihadiyah
Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Bidah
3. Jelaskan apa yang dimaksud ibadah mahdhoh dan goir mahdhoh dan jelaskan
perbedaan di anrata keduanya dengan menyebutkan ciri-ciri dari keduanya.
A. Pengertian Ibadah
Secara etomologis diambil dari kata ‘abada, ya’budu, ‘abdan, fahuwa ‘aabidun.
‘Abid, berarti hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki apa-apa, hatta
dirinya sendiri milik tuannya, sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup hamba hanya
untuk memperoleh keridhaan tuannya dan menghindarkan murkanya.
Manusia adalah hamba Allah “‘Ibaadullaah” jiwa raga haya milik Allah, hidup matinya
di tangan Allah, rizki miskin kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk
ibadah atau menghamba kepada-Nya:
ليعبدون" اال واالنس الجن خلقت 56الذريات وما
Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu (QS.
51(al-Dzariyat ): 56).
B. Jenis ‘Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan
sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;
1. ‘Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an
antara hamba dengan Allah secara langsung. ‘Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah,baik dari al-Quran maupun
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika
keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul
oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
النسآء … الله باذن ليطاع اال رسول من 64وماارسلنا
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 4:
64).
… الحشر فانتهوا عنه نهاكم وما فخذوه الرسول آتاكم 7وما
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang,
maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:
البخاري . رواه اصلى رايتمونى كما مناسككم . صلوا عنى خذوا .
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu
Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek
Rasul saw, maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada, yang populer
disebut bid’ah: Sabda Nabi saw.:
. . عليه متفق رد فهو منه ليس ما هذا امرنا فى احدث الخلفآء من وسنة بسنتى عليكم
فان االمور، ومحدثات واياكم ، بالنواجذ بها وعضوا بها تمسكوا ، بعدى من المهديين الراشدين
ضاللة بدعة وكل بدعة، محدثة ، . كل ماجه وابن والترمذي وابوداود احمد فان رواه بعد، اما
محمد هدي الهدي وخير ، الله كتاب الحديث . خير بدعة محدثة وكل محدثاتها االمور وشر ص
بدعة وكل
مسلم . رواه ضاللة
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw.
adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:
فاذا انبيآئهم، على واختالفهم سؤالهم بكثرة قبلكم كان من هلك فانما تركتكم، ما ذرونى
مسلم . اخرجه فدعوه شيئ عن نهيتكم واذا ماستطعتم منه فأتوا بشيئ امرتكم
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan
ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi
memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran,
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak,
melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini,
maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah
kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah
kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah,
dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi:
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1. Wudhu,
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I’tikaf
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah
Rumusan Ibadah Mahdhah adalah
“KA + SS”
(Karena Allah + Sesuai Syari’at)
2. Ibadah Ghairu Mahdhah, (tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah
yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau
interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya.
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah
dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah
bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah”, atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang
tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam
ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat
atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika
sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah
“BB + KA”
(Berbuat Baik + Karena Allah)
3. Hikmah Ibadah Mahdhah
Pokok dari semua ajaran Islam adalah “Tawhiedul ilaah” (KeEsaan Allah) , dan ibadah
mahdhah itu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke Esaan Allah itu,
sehingga dalam pelaksanaannya diwujudkan dengan:
a. Tawhiedul wijhah (menyatukan arah pandang). Shalat semuanya harus menghadap ke
arah ka’bah, itu bukan menyembah Ka’bah, dia adalah batu tidak memberi manfaat dan
tidak pula memberi madharat, tetapi syarat sah shalat menghadap ke sana untuk
menyatukan arah pandang, sebagai perwujudan Allah yang diibadati itu Esa. Di mana pun
orang shalat ke arah sanalah kiblatnya (QS. 2: 144).
b. Tawhiedul harakah (Kesatuan gerak). Semua orang yang shalat gerakan pokoknya
sama, terdiri dari berdiri, membungkuk (ruku’), sujud dan duduk. Demikian halnya
ketika thawaf dan sa’i, arah putaran dan gerakannya sama, sebagai perwujudan Allah yang
diibadati hanya satu.
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
c. Tawhiedul lughah (Kesatuan ungkapan atau bahasa). Karena Allah yang disembah
(diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai mengungkapkan ibadah kepadanya hanya
satu yakni bacaan shalat, tak peduli bahasa ibunya apa, apakah dia mengerti atau tidak,
harus satu bahasa, demikian juga membaca al-Quran, dari sejak turunnya hingga kini al-
Quran adalah bahasa al-Quran yang membaca terjemahannya bukan membaca al-Quran.
Referensi : http://umayonline.wordpress.com/2008/09/15/ibadah-mahdhah-ghairu-
mhadhah/
4. Jelaskan apa pengertian zakat? Syarat harta yang wajib dikeluarkan
zakatnya? Siapa yang berhak menerima zakat dan Jelaskan apakah fungsi zakat
untuk kehidupan ummat khususnya ditinjau dari sudut ekonomi
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima. Zakat berarti “tumbuh dan
bertambah”. juga bisa berarti berkah, bersih, suci, subur dan berkembang maju. Dapat kita
ambil kesimpulan bahwa kita selaku umat muslim telah diwajibkan oleh Allah SWT untuk
mengeluarkan zakat, seperti firman Allah Swt : “Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah
zakat dan taatlah kepada Rasul, supaya kamu diberi rahmat“. (Surat An Nur 24 : 56).
Dalam ayat yang lain Allah menjelaskan bahwa orang yang mentaati perintah Allah
khususnya dalam menunaikan zakat niscaya Allah akan memberikan rahmat kepada kita
dan akan dikembalikannya kita kepada kesucian/kembali fitrah seperti bayi yang baru
dilahirkan ke alam muka bumi ini atau seperti kertas putih yang belum ada coretan-coretan
yang dapat mengotori kertas tersebut, seperti firman-Nya : “Ambillah zakat dari sebagian
harta mereka, dengan zakat itu kamu bersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah
untuk mereka. Sesungguhnya dosa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi maha Mengetahui “. (Surat At Taubah 9 : 103).
Syarat-syarat Harta yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya
1. Milik Penuh (al-Milhuttaan)
Yaitu harta tersebut berada dalam pengawasan dan kekuasaan secara khusus dimana
pemiliknya berkuasa untuk mengusahakan dan mengambil manfaat daripadanya. Oleh
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
karenanya tidak diwajibkan atas zakat yang diwaqafkan ke pihak masyarakat umum, harta
yang dicuri, harta yang dirampas sampai bisa kembali ke tangannya, harta yang dibelinya
tapi belum mampu mengambilnya dari penjual, juga harta mukatabah yakni harta budak
yang mau membeli dirinya karena seorang Mukatab mampu untuk mengurusi dirinya (lihat
majalah Buhuts hal. 13).
Maka barang siapa yang memiliki harta dalam kepemilikan penuh maka wajib atasnya
zakat. Kepemilikan itu bisa berupa hasil usahanya, sewaan, pemberian negara, pinjaman
atau waqaf untuk dirinya. (Fatawa 25:52)
Harta yang ada dalam kekuasaan seseorang dan tidak diketahui pemiliknya secara tertentu
maka hukumnya adalah seperti milik penuh yang wajib dizakati. Seperti harta yang ada di
tangan para perampas. (Fatawa 30:325)
2. Harta yang tercampur (Khulatha)
Kalau harta milik masing-masing bisa dibedakan maka membayar zakat secara masing-
masing, akan tetapi kalau tidak bisa dibedakan maka membayar zakatnya secara bersama-
sama. (Fatawa 25:38)
3. Harta Gabungan (Syurokaa')
Maka zakatnya adalah wajib bagi yang bagiannya sudah sampai nishob. Seperti dalam
muzaro'ah misalkan, maka yang punya tanah wajib membayar zakat dari bagian hasil
tanamannya sebagaimana yang mengerjakannyapun wajib membayar zakat dari bagiannya.
(Fatawa 25:23; 30:149)
4. Cukup Nishob
Nishob artinya: harta yang telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan syari'at.
Maka harta yang belum mencapai jumlah tertentu tersebut terbebas dari kewajiban
membayar zakat. Dan As-Sunnah telah menjelaskan dan merinci batas nishob dari macam
harta yang ada.
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Kalau memiliki berbagai macam harta yang terkumpul dalam satu jenis dan masing-masing
dari macam-macam harta itu belum sampai nishob maka untuk menyempurnakan
nishobnya adalah dengan menggabungkan macam-macam harta yang satu jenis tersebut.
Misalkan Wamh dengan sya'ir (jenis gandum), kerbau dengan sapi, kambing kacang
dengan biri-biri, dinar dengan dirham, mata uang dengan harta perniagaan.
(Fatawa 25:13,15,24)
Tidak disyaratkan sampainya nishob di satu negeri saja, bahkan kalau nishobnya ada di
berbagai negeri maka wajib dizakati. Kalau hilangnya nishob sebelum mengeluarkan zakat
bukan karena keteledoran pemiliknya maka tidak wajib membayar zakat.
Untuk menyempurnakan nishob harta syuroka' (harta gabungan) tidak boleh digabung
bahkan wajib membayar zakat atas masing-masing yang berserikat kalau bagiannya sudah
sampai nishob kalau bagiannya belum sampai nishob maka tidak wajib zakat. (Fatawa :
23).
5. Berkembang (namaa')
Zakat hanya diwajibkan pada harta yang berkembang yakni bisa bertambah dengan
diusahakan. Dan harta yang berkembang ini dibagi menjadi dua macam:
1. Yang berkembang dengan sendirinya seperti binatang ternak dan tanaman
2. Yang berkembang dengan berubah dzatnya dan diusahakan seperti mata uang yang
berkembang dengan diniagakan dan yang semisalnya. (Fatawa 25:8).
Syaikh Abdullah Al-Bassam berkata: "Al-Wazir berkata: "Telah ijma' para ulama bahwa
tidak ada zakat pada rumah yang ditempati, pakaian yang digunakan, perabot rumah tangga,
hamba sahaya, senjata yang biasa digunakan, berdasarkan hadits yang terdapat falam
shahihain: "Tidak wajib atas seorang muslim mengeluarkan zakat atas hamba dan
kudanya". Saya katakan: "Ini adalah contoh batasan zakat yakni harta itu tidak wajib
dikeluarkan zakatnya kecuali yang dipersiapkan untuk berkembang, adapun yang tetap
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
yang tidak mungkin berkembang karena hanya untuk digunakan pemiliknya tidaklah wajib
zakat" (Taudihul ahkam:3/28)
6. Berlaku satu tahun (haul)
Disyaratkan berlakunya satu tahun sudah mencapai nishob jika harta berupa mata uang atau
binatang ternak, dalam artian semua harta dihitung hasilnya kecuali apa yang keluar dari
bumi. Berdasarkan haditsnya Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang memanfaatkan
harta maka tidak ada zakat baginya sampai genap satu tahun pada pemiliknya." (HR.
Tirmidzi, Kitab zakat 3:26 no. 631)
Adapun yang keluar dari bumi seperti biji-bijian, buah-buahan maka zakatnya ketika panen
dan tidak disyari'atkan menunggu haul (satu tahun).
Firman Allah Ta'ala: "Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya dengan
membayar zakatnya." (Al An'aam : 14)
Maka barang siapa memiliki emas yang sudah sampai nishob dan telah berlalu selama satu
tahun maka wajib zakat. Jika memiliki harta yang belum sampai nishob kemudian memiliki
yang bisa menyempurnakan nishob maka haulnya dimulai dari memiliki harta yang
menyempurnakan nishob. Jika sampai nishob kemudian beruntung maka keuntungannya itu
dihitung dengan modal dasarnya, tidak perlu dengan haul yang baru. Jika modal dasarnya
tidak sampai nishob kemudian ketika genap satu tahun (haul) mencapai nishob dengan
keuntungannya maka menurut pendapatnya Imam Malik wajib untuk dizakati.
Perlu diketahui bahwa haul (satu tahun) disini adalah tahun qamariyah (hijriyah)
sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi.
8 Golongan yang Berhak Menerima Zakat
Berdasarkan pada surat at Taubah ayat 58-60 tentang orang yang berhak menerima zakat,
yaitu :
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
"... Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah bagi fakir miskin, para amil, para muallaf yang
dibujuk hatinya, mereka yang diperhamba, orang-orang yang berutang, yang berjuang di
jalan Allah, dan orang kehabisan bekal di perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Jadi berdasarkan firman Allah Swt tersebut, terdapat 8 golongan yang berhak menerima
zakat:
1. Fakir
Fakir yaitu orang dalam kebutuhan, tapi dapat menjaga diri tidak meminta-minta
2. Miskin
Miskin adalah orang yang dalam kebutuhan dan suka meminta-minta.
3. Amil zakat
Amil zakat merupakan orang yang melaksanakan segala urusan zakat berupa pengumpulan
dan penjagaannya, serta menghitung keluar masuknya zakat
4. Golongan muallaf
Muallaf dalam berbagai referensi terbagi dalam beberapa macam golongan, diantaranya :
Golongan yang diharapkan keislamannya atau keislaman kelompok serta
keluarganya
Golongan orang yang dikuatirkan kelakuan jahatnya
Golongan orang yang baru masuk Islam
Pemimpin dan tokoh masyarakat yang telah memeluk Islam yang mempunyai
sahabat-sahabat kafir.
Pemimpin dan tokoh kaum Muslimin yang berpengaruh di kalangan kaumnya, akan
tetapi imannya masih lemah.
Kaum Muslimin yang tinggal di benteng-benteng dan daerah perbatasan musuh.
Kaum Muslimin yang membutuhkannya untuk mengurus zakat orang yang tidak
mau mengeluarkan, kecuali dengan paksaan.
Sebagian besar orang biasanya mengartikan muallaf sebagai orang yang baru masuk islam
5. Memerdekakan budak belian
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Ada beberapa cara untuk memerdekakan budak, diantaranya yaitu:
a. menolong hamba mukatab, yaitu budak yang memiliki perjanjian dengan tuannya,
misalnya : ia sanggup menghasilkan harta dengan nilai dan ukuran tertentu, maka dia
dibebaskan
b. Seseorang dengan harta zakatnya membeli seorang budak kemudian membebaskannya.
6. Gharimun
Gharimun adalah orang yang berhutang. Dan kta boleh menyerahkan zakat atas dasar
fakirnya bukan karena hutangnya (Menurut Ibnu Humam dalam al Fath)
7. Mujahidin
Mujahidin merupakan orang yang berjihad di jalan Allah. Didalam Al-Quran digambarkan
sasaran zakat yang ketujuh ini dengan firmanNya: "Di jalan Allah". Sabil berarti jalan. Jadi
sabilillah artinya jalan yang menyampaikan pada ridha Allah, baik akidah maupun
perbuatan. Sabilillah adalah kalimat yang bersifat umum, mencakup segala amal perbuatan
ikhlas, yang digunakan untuk bertakkarub kepada Allah, dengan melaksanakan segala
perbuatan wajib, sunat dan bermacam kebajikan lainnya.
8. Ibnu sabil
Ibnu sabil atau musafir, yaitu orang yang melakukan perjalanan dari suatu daerah ke daerah
lain. Menurut pendapat beberapa ulama, ibnu sabil mempunyai hak zakat, walaupun ia
kaya, jika ia terputus bekalnya (kehabisan bekal).
PERANAN ZAKAT DALAM EKONOMI
Zakat memainkan peranan yang penting khususnya dalam pembangunan ekonomi
dan pendidikan. Zakat merupakan rukun Islam yang keempat dalam Islam, ia merupakan
suatu asas yang wajib ditunaikan tanpa sebarang alasan. Kewajipan zakat merupakan suatu
tanggungjawab yang membawa berkat dan memberi kesan yang berterusan bukan sahaja
kepada mereka yang mengeluarkannya, tetapi juga mereka yang menerimanya. Pelaksanaan
zakat member kesan bukan sahaja kepada individu, juga member kesan kepada seluruh
lapisan masyarakat. Zakat turut berperanan dalam mempertingkatkan kebajikan masyarkat
dan membantu meningkatkan kegiatan ekonomi.
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Zakat merupakan suatu kewajipan yang diperintahkan oleh Allah S.W.T ke atas
setiap muslim. Allah SWT menyatakan di dalam Al-Quran bahawa menunaikan zakat
adalah sebahagian daripada ciri-ciri penting umat Islam yang membezakannya dari
penganut-penganut agama lain.
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sesetengahnya menjadi penolong
bagi sesetengahnya yang lain, mereka menyuruh berbuat kebajikan dan melarang berbuat
kejahatan dan mereka mendirikan sembahyang dan memberi zakat, serta taat kepada Allah
dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
lagi Maha Bijaksana."
(Surah At-Taubah: 71)
Dapat difahami bahawa Islam amat mementingkan kewujudan masyarakat yang
adil, bersatu-padu, tolong-menolong, bantu-membantu dalam mengharmonikan kehidupan
masyarakat di dalam sesebuah negara. Negara yang aman, tenteram dan masyarakatnya
hidup bersatu-padu akan mewujudkan suasana ekonomi yang stabil dan seimbang seiring
dengan peningkatan produktiviti masyarakat Islam keseluruhannya dengan agihan
kekayaan dalam masyarakat. Zakat dilihat mampu mengikis rasa sombong golongan kaya
dan mengelak golongan fakir iskin dari meminta-minta. Harta yang diperoleh golongan
kaya sebenarnya terdapat sebahagian hak golongan fakir dan menjadi kewajipan golongan
kaya menunaikan hak tersebut.
Allah S.W.T telah mewajibkan Zakat sebagai salah satu jaminan sosial kepada
masyarakat terutama kepada golongan yang amat memerlukan, meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang seimbang melalui agihan semula kekayaan dalam masyarakat dan sebagai
satu bentuk penyucian dan pembangunan rohani setiap muslim. Zakat juga bertindak
sebagai satu mekanisma yang penting kepada sesebuah negara Islam bagi menjamin
kemaslahatan rakyat seluruhnya. Zakat juga mempunyai keupayaan dan kekuatan bagi
membasmi kemiskinan dan menjamin keseimbangan jurang antara golongan kaya dan
miskin melalui mekanisma agihan semula kekayaan dalam masyarakat.
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Zakat merupakan suatu pendapatan yang tetap dan menjadi kewajipan untuk
sentiasa dilaksakan oleh sesebuah negara Islam dan ianya tidak akan terhenti. Oleh itu,
negara Islam dapat menggunakan sumber zakat bagi membina kekuatan ekonomi, sosial,
pendidikan dan akhirnya dapat membina kekuatan Umat Islam secara tidak langsung
membina kesatuan Ummah yang jitu. Masalah membasmi kemiskinan merupakan tujuan
utama sistem zakat dalam Islam melalui penyediaan saraan hidup dan modal yang
mencukupi bagi golongan yang berhajat. Saraan hidup daripada zakat ini diperuntukkan
kepada golongan yang tidak mampu bekerja dengan sebab-sebab cacat anggota atau
sebagainya.
Modal pula diperuntukkan kepada golongan yang mampu bekerja tetapi tidak
mempunya modal untuk menjalankan pekerjaan. Kedua-dua peruntukkan ini diberi dengan
kadar yang mencukupi sesuai dengan keadaan ekonomi, masa, tempat dan keperluan fakir
miskin itu. Saraan hidup ini hendaklah mencukupi untuk makan, minum , pakaian, tempat
tinggal, pelajaran dan kesihatan. Manakala modal pula hendaklah mencukupi kadar modal
sesuatu projek yang hendak dijalankan. Pemberian saraan hidup dan modal serta tujuan-
tujuan lain adalah dengan kadar mencukupi. Kadar mencukupi untuk saraan hidul yang
diambil kira daripada lima keperluan asas hendaklah diberi selama mana dihajati dan
difikirkan perlu oleh golongan tersebut walaupun untuk sepanjang hidupnya atau dengan
cara bulanan dan sebagainya. Selain dari alat membasmi kemiskinan, zakat juga merupakan
alat untuk memerangi masalah riba yang dilaknat oleh Allah ke atas pihak-pihak yang
terlibat dalam proses perlaksanaan riba.
Dengan penyediaan modal bererti tertutuplah pintu sistem pinjaman yang dikenakan
riba. Modal daripada zakat boleh diberikan kepada fakir miskin yang berhajat untuk
membuka sesuatu pekerjaan yang termampu olehnya, sama ada sebagai pemberian tunai
atau sebagai pinjaman tanpa faedah. Zakat juga merupakan alat yang berkesan untuk
menghapuskan pembekuan harta dalam masyarakat Islam, ini kerana sistem zakat itu
sendiri bukanlah satu sistem yang boleh dikompromi dengan pembekuan harta. Oleh itu,
zakat dikenakan terhadap jumlah harta sama ada dilaburkan atau di simpan beku yang
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
membolehkan masyarakat Islam menggerakkan seluruh sumber yang ada di dalam negara
Islam untuk tujuan produktif.
Pengertian zakat itu sendiri merupakan musuh utama kepada pembekuan harta.
Islam mencadangkan dua saluran pilihan harta yang berlebihan harus diarahkan iaitu
membelanjakannya atau melaburkannya dalam perniagaan atau industri. Dari sini
permintaan terhadap semua jenis barangan pengguna akan bertambah dan pengusaha serta
pengeluar berpeluang mengembankan lagi pengeluaran mereka. Urusniaga akan bertambah
maju dan peluang pekerjaan akan meningkat, hasilnya negara akan menjadi mewah. Selain
daripada itu, zakat juga memainkan peranan untuk mendekatkan jurang perbezaan yang
jauh di antara anggota masyarakat dan mengagihkan semula pendapatan. Ini jelas dari
kutipan sebahagian harta orang kaya untuk dibahagi-bahagikan kepada mereka yang kurang
berada.
Zakat juga dapat memupuk sifat tolong-menolong, membantu dan membina aktiviti
ekonomi yang baik dan memandu kearah kehidupannnya yang lebih baik dan lebih
sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi keperluan hidupnya dengan secukupnya, dapat
beribadah kepada Allah SWT, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus memeberantas
sifat iri hati, dengki dan hasad yang mungkin timbul ketika orang-orang fakir miskin
melihat orang kaya yang berkecukupan hidupnya tidak memperdulikan mereka. Zakat juga
berperanan Sebagai sumber dana bagi pembangunan, untuk prasarana yang diperlukan oleh
ummat Islam, seperti tuntutan ibadah, pendidikan, kesihatan, sosial dan ekonomi, sekaligus
keperluan pengembangan kualiti modal insan muslim. Keadaan ini akan mewujudkan
keseimbangan dalam pemilikan dan pembahagian harta, sehingga melahirkan masyarakat
marhammah diatas prinsip ukhuwah Islamiyyah dan takaful ijtima'I dan menyebarkan dan
membudayakan etika perniagaan yang baik dan benar.
Refrences : http://www.portalinfaq.org
http://www.freewebs.com/ramadhaan/zakat.htm
http://hafizfiz5603.blogspot.com/2011/01/peranan-zakat-dalam-
ekonomi.html
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
5. Pengertian puasa, hakikat puasa, tujuan puasa dan hubungan puasa dengan iman
serta contohnya.
Dalam agama Islam Ṣaum Atau puasa artinya menahan diri dari makan dan minum serta
segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hinggalah terbenam
matahari, untuk meningkatkan ketakwaan kepada ALLAH SWT.
Berpuasa merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Terdapat puasa wajib dan puasa
sunnah, namun tata caranya tetap sama.
Perintah berpuasa dari ALLAH terdapat dalam Al-Quran di surat Al-Baqarah ayat 183.
"Yaa ayyuhaladziina aamanuu kutiba alaikumus siyaamu kamaa kutiba 'alalladziina
min qablikum la allakum tataquun"
“ Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan ke atas kamu berpuasa
sebagaimana telah diwajibkan ke atas umat-umat yang sebelum kamu, semoga kamu
menjadi orang-orang yang bertaqwa."
Puasa merupakan menahan keinginan hawa nafsu, menjalankan keinginan keinginan
ALLAH yang terkandung di dalam AlQuran. sehingga lebih optimal lagi dalam
menjalankan ibadah.
Puasa juga dapat diartikan menjaga dari pekerjaan-pekerjaan yang dapat membatalkan
puasa seperti makan, minum, dan bersenggama pada sepanjang hari tersebut (sejak terbit
fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa diwajibkan atas seorang muslim yang baligh,
berakal, bersih dari haidl dan nifas, disertai niat ikhlas semata-mata karena Allah ta'aala.
Beberapa Hakikat Puasa
Puasa mempunyai banyak hakikat bagi rohani dan jasmani kita, antara lain:
1. Puasa adalah ketundukan, kepatuhan, dan keta'atan kepada Allah swt., maka tiada
balasan bagi orang yang mengerjakannya kecuali pahala yang melimpah-ruah dan
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
baginya hak masuk surga melalui pintu khusus bernama 'Ar-Rayyan'. Orang yang
berpuasa juga dijauhkan dari azab pedih serta dihapuskan seluruh dosa-dosa yang
terdahulu. Patuh kepada Allah Swt berarti meyakini dimudahkan dari segala urusannya
karena dengan puasa secara tidak langsung kita dituntun untuk bertakwa, yaitu
mengerjakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Sebagaimana yang
terdapat pada surat Al-Baqarah: 183, yang berbunyi ;"Hai orang-orang yang beriman
diwajibkan bagi kamu untuk berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu,
supaya kamu bertakwa".
2. Berpuasa juga merupakan sarana untuk melatih diri dalam berbagai masalah seperti
jihad nafsi, melawan gangguan setan, bersabar atas malapetaka yang menimpa. Bila
mencium aroma masakan yang mengundang nafsu atau melihat air segar yang
menggiurkan kita harus menahan diri sampai waktu berbuka. Kita juga diajarkan untuk
memegang teguh amanah Allah swt, lahir dan batin, karena tiada seorangpun yang
sanggup mengawasi kita kecuali Ilahi Rabbi.
Adapun puasa melatih menahan dari berbagai gemerlapnya surga duniawi,
mengajarkan sifat sabar dalam menghadapi segalaa sesuatu, mengarahkan cara berfikir
sehat serta menajamkan pikiran (cerdas) karena secara otomatis mengistirahatkan roda
perjalanan anggota tubuh. Lukman berwasiat kepada anaknya :"Wahai anakku, apabila
lambung penuh, otak akan diam maka seluruh anggota badan akan malas beribadah".
3. Dengan puasa kita diajarkan untuk hidup teratur, karena menuntun kapan waktu
buat menentukan waktu menghidangkan sahur dan berbuka. Bahwa berpuasa hanya
dirasakan oleh umat Islam dari munculnya warna kemerah-merahan di ufuk timur
hingga lenyapnya di sebelah barat. Seluruh umat muslim sahur dan berbuka pada
waktu yang telah ditentukan karena agama dan Tuhan yang satu.
4. Begitupun juga menumbuhkan bagi setiap individu rasa persaudaraan serta
menimbulkan perasaan untuk saling menolong antar sesama. Saling membahu dalam
menghadapi rasa lapar, dahaga dan sakit. Disamping itu mengistirahatkan lambung
agar terlepas dari bahaya penyakit menular misalnya. Rasulullah Saw bersabda,
"Berpuasalah kamu supaya sehat". Seorang tabib Arab yang terkenal pada zamannya
yaitu Harist bin Kaldah mengatakan bahwa lambung merupakan sumber timbulnya
penyakit dan sumber obat penyembuh".
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Jadi tujuan disyariatkan ibadah puasa merupakan jihad nafsi, menyelamatkan dari segala
aroma keduniaan dalam menahan hawa nafsu. Seperti yang dikatakan Rasulullah Saw,:
"Wahai pemuda/i, barang siapa yang telah memenuhi bekal, bersegeralah kawin,
sesungguhnya itu dapat menahan dari penglihatan dan menjaga kemaluan. Dan barang
siapa belum memenuhi maka berpuasalah, sesungguhnya itu adalah penangkalnya".
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa puasa mempunyai manfaat-manfaat yang
tidak bisa kita ukur. Karenanya bersyukurlah orang-orang yang dapat mengerjakan puasa.
Sebagaimana Kamal bin Hammam berkata, "Puasa adalah rukun Islam yang ketiga setelah
syahadat dan salat, di syariatkan Allah Swt karena keistimewaan dan manfaatnya seperti:
ketenangan jiwa dari menahan hawa nafsu, menolong dan menimbulkan sifat menyayangi
orang miskin, persamaan derajat baik itu faqir atau kaya.
Hubungan antara puasa dengan iman dapat dijelaskan bahwa dengan seseorang bepuasa
maka ia mengakui adanya iman kepada allah dan rasul dengan cara menjalankan perintah
Allah SWT dan mengikuti ajaran Rasullullah SAW. Sebagaimana yang terdapat pada surat
Al-Baqarah: 183, yang berbunyi ;"Hai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kamu
untuk berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa".
Referensi : http://www.pengertiandefinisi.com/2011/11/pengertian-puasa.html
http://risalahrasul.wordpress.com/2008/09/20/pengertian-syarat-dan-rukun-
puasa/
5. Ibadah shalat merupakan rukun islam . tujuan disyari’atkannya shalat, pentingnya shalat dalam islam dan shalat yang seperti apa yang dapat mencapai target dari tujan disyari’atkannya shalat.
Hukum Islam / Syariat Islam.
Hukum Islam / Syariat Islam adalah peraturan - peraturan dan ketentuan - ketentuan yang
berhubungan dengan kehidupan manusia berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadist.
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Hukum Islam / Syariat Islam terbagi menjadi 5 bagian, yaitu: wajib, sunnah, makruh,
haram, mubah.
Shalat merupakan bagian dari syariat islam karena shalat adalah wajib hukumnnya bagi
umat islam yang bila dikerjakan mendapat pahala dan apabiladitinggalkan mendapat dosa.
Shalat penting dan harus di laksanakan sebagai umat islam karena shalat merupakan salah
satu dari rukun islam. Setiap Muslim dan Muslimah wajib mematuhi Rukun Islam dan
Rukun Iman.
RUKUN ISLAM.
Ada 5 perkra yaitu:
1. Mengucapkan "Dua Kalimat Shahadat".
2. Mengerjakan Sholat Wajib Lima waktu sehari semalam.
3. Membayar Zakat.
4. Berpuasa pada bulan Ramadhan.
5. Menunaikan Haji bagi yang mampu.
RUKUN IMAN.
Ada 6 perkara yaitu:
1. Beriman kepada Allah S.W.T.
2. Beriman kepada Malaikat - malaikat Allah.
3. Beriman kepada Kitab - Kitab Allah.
4. Beriman kepada Rasul - rasul Allah
5. Beriman kepada Qodo dan Qodar.
Dengan shalat menandakan bahwa seseorang tersebut beriman kepada Allah SWT , yaitu
dengan menjalankan selruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Keutamaan Shalat dan Kedudukannya dalam Islam
Shalat yang selalu kita kerjakan setiap hari, memiliki kedudukan yang besar dan agung
dalam agama ini. Ibadah yang mulia ini disyariatkan pada seluruh umat, tidak hanya pada
umat Muhammad n. Sebagaimana perintah Allah k kepada Maryam ibunda ‘Isa q:
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
“Wahai Maryam, taatilah Rabbmu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.”
(Ali ‘Imran: 43)
Hal ini menunjukkan pentingnya keberadaan shalat, juga karena shalat merupakan
penghubung antara seseorang dengan Rabbnya. Rasulullah n menerima kewajiban ibadah
ini langsung dari Allah k tanpa perantara, pada malam Mi’raj di Sidratul Muntaha di langit
ketujuh, sekitar tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah. (Asy-Syarhul Mumti’, 1/344,
Taudhihul Ahkam, 1/469)
Begitu pentingnya shalat ini, sampai-sampai Allah k memerintahkan untuk menjaganya
baik di waktu muqim (menetap di kediaman, tidak bepergian) maupun di waktu safar
(bepergian jauh/keluar kota), baik dalam keadaan aman maupun dalam keadaan mencekam
seperti situasi perang. Banyak hadits yang menyebutkan keutamaan dan tingginya
kedudukan shalat dalam agama ini, di antaranya:
Anas bin Malik z berkata, “Rasulullah n bersabda:
“Amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba adalah shalatnya. Bila shalatnya
baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula
seluruh amalnya.” (HR. Ath-Thabarani dalam Al-Ausath, dishahihkan Asy-Syaikh Al-
Albani t dalam Ash-Shahihah no. 1358 karena banyak jalannya)
Shalat yang mencapai target dari tujuan disyari’atkannya shalat:
Shalat yang baik dan benar adalah shalat yang tidak saja memenuhi syarat dan
rukun, ditambah kekhusyukan dalam pelaksanaannya, tetapi juga berdampak pada
kebaikan perilaku sehari-hari. Seluruh bacaan dan gerakan shalat, jika direnungkan,
menyimbulkan sekaligus mencerminkan perilaku yang seharusnya dilakukan seorang
muslim dalam kehidupannya.
Takbir sebagai pembuka shalat dan pengakuan serta sikap dasar dalam kehidupan
seorang Muslim hanya Allah yang Mahabesar, sehingga hanya Dia pula yang ditaati,
ditakuti, dan dipuji. Pengabdian, permohonan,dan penyandaran hidup hanya kepada Allah
semata.
Gerakan-gerakan shalat seperti rukuk, iktidal, sujud, dan tahiyat merupakan simbul
penghormatan hakiki kepada Allah. Tatkala sujud,kepala kita disejajarkan dengan tanah.
Setidaknya hal itu bermakna, di hadapan Allah manusia dengan tanah sama-sama makhluk,
maka tidak pantas jika kita berlaku angkuh, gila hormat, dan sebagainya, sebab pujian
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
dan penghormatan hakiki hanya pantas diberikan kepada Allah SWT. Shalat ditutup dengan
salam, sambil menengok ke kanan dan kekiri. Ketika menutup shalat itu kita mendoakan
orang di sekitar kita agar diberi keselamatan dan keberkatan. Bacaan dan gerakan itu
bermakna,seorang Muslim hendaknya menebar keselamatan dan kedamaian kepada
sesama, bukan menebar benih kecelakaan, kerusuhan, atau permusuhan.
Referensi :
http://tuntunansholatdankumpulandoa.blogspot.com/2009/06/rukun-islam-dan-rukun-
iman_30.html
http://asysyariah.com/shalat-dan-hukumnya.html
6. Jelaskan makna ibadah haji yang berhubungan dengan persamaaan derajat,
persaudaraan, persatuan dan berkurban.\
Ibadah haji merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam yang sudah sanggup untuk
melaksanakannya, baik itu secara jasmani maupun secara rohani, sanggup disini
menunjukkan kepada kesanggupan untuk menyediakan bekal selama diperjalanan sampai
pulang ke negrinya kembali.
Haji merupakan salah satu rukun Islam. Islam sangat menganjurkan kepada pemeluknya
untuk melaksanakan ibadah haji tersebut. Rasulullah SAW dalam haditsnya memotivasi
kita untuk melaksanakannya:" Barang siapa yang melaksanakan ibadah haji, kemudian
tidak berkata kotor dan tidak berbuat kefasikan, akan dibersihkan dosa-dosanya,
sebagaimana waktu ia baru dilahirkan oleh ibunya.
Dalam hadits lain Rasulullah berkata: Haji mabrur tidaklah ada balasannya kecuali sorga.
Selama kita melaksanakan ibadah haji berati kita melaksanakan hal hal yang
berhubungan dengan persamaan derajat , persaudaraan, persatuan dan berkurban .
Panggilan Suci dan Semangat Pembebasan
Banyak orang percaya bahwa kesempatan berhaji adalah panggilan suci yang tidak semua
orang bisa mendapatkan kesempatan serupa. Panggilan suci menuntut kepasrahan untuk
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
melepas segala atribut materi: suku, bangsa, jabatan, keturunan, harta dan semua yang
berbau status sosial. Pakaian ihram berwarna putih tanpa jahitan, menggambarkan dengan
sempurna bentuk kepasrahan tersebut.
Wukuf di Arafah mengandung pesan betapa kecil manusia di hadapan Sang Pencipta,
seperti sebutir pasir di hamparan gurun yang luas, air di bentangan samudera. Maka, tidak
ada alasan manusia untuk menyombongkan diri apalagi menindas satu sama lain.
Tawaf, mengelilingi satu pusaran Ka’bah, memberi makna persamaan derajat manusia di
hadapan Allah SWT. Tak satu orang pun lebih dari yang lain, kecuali dari sisi ketakwaanya
kepada Allah SWT.
Sa’i, berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah (dalam sejarahnya menunjukan
tanggungjawab seorang ibu atas kewajibannya), mengisyaratkan manusia
bertanggungjawab atas sesamanya. Orang kaya punya tanggungjawab terhadap orang
miskin. Penguasa bertanggungjawab terhapa yang dipimpinnya. Bertanggung jawab atas
sesamanya menandakan kita sebagai umat muslim memiliki rasa persaudaraan dan
persatuan.
Dengan ritual haji yang syarat makna persamaan derajat manusia tersebut, jamaah haji yang
pulang ke tanah air, bukan untuk menjadikan gelar hajinya sebagai kelompok kelas sosial
baru, yang memicu kesenjangan sosial baru. Melainkan menjadikan pesan haji sebagai
bahan bakar semangat pembebasan di masyarakat. Membebaskan manusia dari kebodohan,
kemiskinan, kezaliman dan kemaksiatan.
Referensi :
http://www.sunangunungdjati.com/blog/2010/11/16/kemana-efek-sosial-ibadah-haji/
http://alhijrah.cidensw.net/index.php?option=com_content&task=view&id=62
7. Himpunan Putusan Tarjih
Cara melaksanakan shalat Fardhu :
Bila kamu, hendak menjalankan shalat, maka bacalah: “Allahu Akbar” (1) dengan ikhlas
niyatmu karena Allah (2) seraya mengangkat kedua belah tanganmu sejurus bahumu,
mensejajarkan ibu jarimu pada daun telingamu (3). Ialu letakkanlah tangan kananmu pada
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
punggung telapak tangan kirimu di atas dadamu (4) lalu bacalah do’a iftitah: “Alla-hummi
ba-ld baini wa baina khatha-ya-ya kama-b’adta bainal masyriqi walghrib. Alla-humma
naqqini-minal-khatha-ya- kama- yunaqqats tsa-ubul abyadlu minad danas.Allahummagsil-
khatha-ya-ya bilma-I wats tsalji wal barad.”(5) atau “Waijahtu wajhiya lilladzi-pataras
sama- wa-ti wal ardla hanifan musli man wa ma- ana- minal-musy riki-n. Inna shala-ti-wa-
nusuki- wa mahya-ya wama mati-lilla-hi rabbil ‘a-lami-n.lasari-kalahu-wa bidza-lika-
umirtu wa-ana awwalul muslimin(wa ana – minal muslimin). Alla-humma antal maliku la-
ila-ha illa-antal maliku la-ilaha illa-anta, anta rabbi-wa-ana abduka, dhalaman-tu nafsi-
wa’taraftu bidambi-fagh firli-dzunu-ba illa-anta, wah dini-li ahsanil akhla-qila-yahdini-li
ahsanil akhlag-qi-la yahdili ansaniha-illa-anta. Washrif’anni-sayyiha-la-yashrifu ‘anni-
sayyiaha-illa-anta. Lab baika wa sa’daika wal khairu kul luhu-fi-yadaika, wasysyarru
laisailaika. Wa ta’a-laita astaghfiruka wa atu-bu ilaika.(6) lalu berdo’a mohon perlindungan
dengan membaca: “A’u-dzubilla-hi minasy syaitha-nir ra-ji-m”(7) dan membaca:”
Bismil-“Bismilla-hirrahma-nirrahi-m” (8) lalu bacalah surat Fatihah (9) dan berdo’a
sesuadh itu: a-min” (10). Kemudian bacalah salah satu surat daripada quran (11) dengan
diperhatikan artinya dan dengan perlahan-lahan(12). Kemudian angkatlah kedua belah
tanganmu seperti dalam takbir permulaan (13) lalu ruku’lah(14)dengan
bertakbir(15).seranya melapangkan (meratakan) punggungmu dengan lehermu, memegang
kedua belah lututmu dengan dua belah tangammu (16), sementara itu berdo’a: “Subhanaka
Alla-humma rabbana- wa bihamdika alla-hummaghfirli” (17) atau berdo’alah dengan salah
satu do’a dari Nabi saw. (18). Kemudian angkatlah kepala untuk I’tidal (19) dengan
mengangkat kedua belah tanganmu seperti dalam takbiratul ihram dan berdo’alah: “Sami
‘alla-hu liman hamidah” dan bila sudah lurus berdiri berdo’alah:Rabbana-wa lakal-hamd”
(20). lalu sujudlah (21) dengan bertakbir (22) letakkanlah kedua lututmu dan jari kaki-mu
di atas tanah, lalu kedua tanganmu, kemudian dahi dan hidungmu (23) dengan
menghadapkan ujung jari kakimu ke arah Qiblat serta merenggangkan tanganmu dari pada
kedua lambungmu dengan mengangkat sikumu (24). Dalam bersujud itu hendaklah kamu
berdo’a: “Subha-na-kalla-humma rabbana- wa bihamdikalla-hummaghfirli-” (25), atau
berdo’alah dengan salah satu, do’a dari pada Nabi saw. (26) lalu angkatlah kepalamu
dengan bertakbir dan duduklah tenang berdo’a: Alla-hum maghibha- warhamni- wajburni-
wahdini- warzuqni-” (27). Lalu sujudlah kedua kalinya dengan bertakbir dan membaca
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
“tasbih” seperti dalam sujud yang pertama; Kemudian Angkatlah kepalamu dengan
bertakbir (28) dan duduklah sebentar sebentar, lalu berdirilah untuk raka’at yang kedua
dengan menekankan (tangan) pada tanah (29). Dan kerjakanlah dalam rakaat yang kedua ini
sebagai dalam raka’at yang pertama, hanya tidak membaca do’a “iftitah” (30).Setelah
selesai dari sujud kedua kalinya, maka duduklah di atas kaki-kirimu dan tumpukkan kaki
kananmu serta letakkanlah ke arah dua tanganmu di atas kaki-kirimu dan tumpukkan kaki
kananmu serta letakkanlah kedua tanganmu diatas kedua lututmu. Julurkanlah jari-jari
tangan-kirimu, sedang tangan-kananmu menggenggamkan jari kelingking, jari manis dan
jari-tengah serta mengacungkan jari telunjukmu dan sentuhkan ibu-jari pada jari-tengah (3
1). Duduk ini bukan dalam rak-a’at akhir. Adapun duduk dalam rakaat akhir maka caranya
memajukan kaki kiri, sedang kaki kanan berturnpu dan dudukmu bertumpukan pantatmu
(32).Dan bacalah tasyahud begini: attahiyya-tu lillahi washshalawa-tu waththayyiba-t,
assalamualaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatulla-hi wa baraka-tuh. Assala-mualaina wa ‘ala-
‘iba-dill-his-sha-lihi-n. Asyhadu alla- ila-ha-illalla-h wa asyhadu anna Muhammadan
‘abduhu- wa rasu-1uh (33). Lalu bacalah shalawat pada Nabi s.a.w.: “Alla-humma shalli
‘ala Muhammad wa’ala- a-li Muhammad, kama- shallaita ‘ala- lbrahi-m -wa a-li lbra-him,
wa ba-rik ala- Muhammad wa a-li Muhammad kama- barakta ‘ala- lbrahi-m wa a-li
lbra-him, innaka hami-dum maji-d. (34).Kemudian berdolalah kepada Tuhanmu,
sekehendak hatimu yang lebih pendek daripada, do’a dalam tasyahud akhir (35). Kemudian
berdirilah untuk rakaat yang ketiga kalau shalatmu. itu pada raka’at, dengan tiga atau empat
raka’at, dengan bertakbir mengangkat tanganmu (36) dan kerjakanlah dalam dua rakaat
Yang akhir atau yang ketiga, seperti dalam dua raka’at yang pertama, hanya kamu cukup
membaca Fatihah saja (37). Dan sesudah raka’at yang akhir, bacalah tasyahhud serta
shalawat kepada Nabi saw., lalu hendaklah berdo’a mohon perlindungan dengan membaca:
“Alla-humma inni- au-dzu bikamin ‘adza-bi jahannam- wa min-’adza-bil qabri wa min
fitnatil-mahya- wal mama-ti wa min- sya-rri fitnatil masihid- dajjal (38). Kemudian
bersalamlah dengan berpaling kekanan dan kekiri, yang pertama sampai terlihat
pipi-kananmu dan yang kedua sampai terlihat pipi-kirimu oleh orang yang dibelakangmu
(39) sambil membaca: “Assala-mu’alaikum wa rahmatulla-hi wa baraka-tuh. (40). Jika
shalatmu dua raka’at, maka letakkanlah do’a isti’adzah(a’u-dzubilla-h setelah membaca
“shalawat kepada Nabi”, sesudah raka’at Yang kedua, .1alu bersalamlah sebagai Yang
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
kedualalu bersalamlah sebagai yang tersebut (41). Perhatian: Tidak ada perbedaan antara
pria dan wanita dalam cara melakukan shalat sebagai yang tersebut di atas (44).
Cara Wudhu
Apabila kamu hendak berwudhu, maka bacalah:
“Bismillahirrahmanirrahim”.
(1) dengan mengikhlaskan niatnya karena Tuhan Allah
(2) dan basuhlah telapak tanganmu tiga kali
(3) gosoklah gigimu dengan Kayu arok atau sesamanya.
(4) kemudian berkumurlah dan isaplah air dari telapak tangan sebelah dan berkumurlah;
kamu kerjakan yang demikian 3 kali
(5) sempurnakanlah dalam berkumur dan mengisap air itu, apabila kamu sedang tidak
berpuasa
(6); kemudian basuhlah mukamu tiga kali
(7) dengan mengusap dua sudut matamu
(8) dan lebihkanlah membasuhnya
(9) dengan digosok
(10) dan selai-selailah jenggotmu
(11); kemudian basuhlah (kedua) tanganmu dan kedua sikumu dengan digosok tiga kali
(12) dan selai-selailah jari-jarimu
(13), dengan melebihkan membasuh kedua tanganmu mulai tangan kanan
(15); lalu usaplah ubunmu dan atas surbanmu
(16); dengan menjalankan kedua telapak tangan
(17) dari ujung muka kepala sehingga tengkuk dan di kembalikan lagi pada permulaan
(18); kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua ibu jari dan sebelah
dalamnya dengan telunjuk
(19) lalu basuhlah kedua kakimu beserta kedua mata kaki dengan digosok tiga kali (20)
dan selai-selailah jari-jari kakimu dengan melebihkan membasuh keduanya
(21) dan mulailah dengan yang kanan
(22) dan sempurnakanlah membasuh kedua kaki itu
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
(23) kemudian ucapkan “Asyhadu allaila-ha-ilallah wahdahu-la-syari-kalah, wa asyhadu
anna Muhammadan ‘abduhuwa rasu-luh .
Cara Mandi Wajib
Apabila kamu berjinabat karena mengeluarkan mani (31) atau bertemunya kedua
persunatan (32) atau kamu hendak menghadiri shalat Jum’ah (33) atau kamu baru selesai
dari Haid (34) atau Nifas (35), maka hendaklah kamu mandi dan mulailah dengan
membasuh (mencuci) kedua tanganmu (36) dengan ikhlas niatmu karena Allah (37) lalu
basuhlah (cucilah) kemaluanmu dengan tangan kirimu dan gosoklah tanganmu dengan
tanah atau apa yang menjadi gantinya (38) lalu berwudlulah seperti yang diatas; kemudian
ambillah air dan masukkanlah jari-jarimu pada pangkal rambut dengan sedikit wangi-
wangian (39), sesudah dilepaskan rambut-nya (40). Dan mulalilah dengan yang kanan (41),
lalu tuangkan air ke atas kepalamu tiga kali, lalu ratakanlah atas badanmu semuanya (42),
serta di gosok (43), kemudian basuhlah (cucilah) kedua kakimu dengan mendahulukan
yang kanan dari pada yang kiri (44), dan jangan berlebih-lebihan dalam menggunakan air
(45).
Cara Tayamum
Dan jika kamu berhalangan menggunakan air atau sakit atau khawatir mendapat madlarat
(46), atau kamu di dalam bepergian, kemudian tidak mendapat air, maka tayammumlah
dengan debu yang baik, untuk mengganti wudlu dan mandi (47), maka letakkanlah kedua
tanganmu ke tanah kemudian tiuplah keduanya (48) dengan ikhlas niatmu karena Allah
(49) dan bacalah :Bismillahirrahmanirrahim (50) kemudian usaplah kedua tanganmu pada
mukamu dan kedua telapak tanganmu (51). Dan apabila kamu dapat menggunakan air maka
bersucilah dengan air itu (52).
Cara Menghilangkan Najis
Apabila sebagian dari badanmu, pakaianmu dan tempatmu sholat terkena najis hendaklah
dibasuh (dengan menggosok dan menghilangkannya kalau itu darah haid) (53), sehingga
hilanglah sifat-sifatnya, bau dan rasanya, dengan air yang suci (54), dan tidak mengapa
tertinggal bekas salah satu sifat najis tadi (55). Dan untuk menghilangkan najis kencing
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
anak laki-laki yang belum makan-makanan, percikkan dengan air sampai basah (56). Dan
apa yang terkena oleh liur anjing cucilah tujuh kali, salah satunya dengan debu yang bersih
(57).
Cara Shalat ‘idain
Shalat Id adalah Shalat yang di kerjakan pada tanggal 1 syawal setelah berpuasa selama 1
bulan penuh dan juga di kerjakan pada hari raya idul adha pada tanggal 10 dzulhijah. Shalat
hari raya ini dalah shalat yamg di anjurkan untuk di kerjakan oleh seluruh umat islam dan
bahkan nabi SAW memerintahkan semuanya untuk menghadiri shalat termasuk anak anak
dan wanita haid untuk menyaksikan shalat id tersebut. Shalat id di kerjakan di lapangaan,
atau mushola di kerjakan 2 rakaat tanpa dia awali adzan dan iqomah dan tanpa shalat sunah
di kerjakan sebelum sesudahnya. Berdasarkan hadis di bawah ini: "ر" اب ج� و�ع�ن! (اس0 ع�ب !ن" اب ع�ن"
: "ك� ذ�ل ع�ن! ح"ين0 �ع!د� ب ��ه !ت ل� أ س� �م( ث ، �ض!ح�ى األ �و!م� ي � و�ال ، !ف"ط!ر" ال �و!م� ي ��ؤ�ذ(ن ي �ن! �ك ي �م! ل � ق�اال (ه" الل !د" ع�ب !ن" ب
: �ج ��خ!ر ي ح"ين� !ف"ط!ر" ال �و!م� ي �ة" "لص(ال ل �ذ�ان� أ � ال �ن! أ rار"ى�ص! �ن األ (ه" الل !د" ع�ب �!ن ب �"ر اب ج� "ى ن �ر� ب خ!� أ ق�ال� "ى ن �ر� ب خ!
� ف�أ
. ف"ى sم" ل م�س! �و�اه ر� "ق�ام�ة� إ � و�ال "ذ0 �و!م�ئ ي "د�اء� ن � ال ى!ء� ش� � و�ال ، "د�اء� ن � و�ال ، "ق�ام�ة� إ � و�ال ، �ج ��خ!ر ي م�ا �ع!د� ب � و�ال �"م�ام اإل
!ن" اب ع�ن" �وس�ف� ي !ن" ب " ام ه"ش� ح�د"يث" م"ن! ا vر�ص� ت م�خ! rار"ى �خ� !ب ال �ج�ه �خ!ر� و�أ اف"ع0 ر� !ن" ب م�ح�م(د" ع�ن! الص(ح"يح"
!ج ي Dari Ibnu ‘Abbas dan dari Jabir bin Abdillah berkata: tidak pernah pada hari raya ج�ر�
Idhul Fitri dan Idhul Adha di azani. Kemudian aku bertanya tentang hal itu kemudian jabir
bin abdilah menjawabnya bahwa tidak adzan untuk shalat pada hari raya Idul fitri ketika
imam datang dan tidak pula ada iqomah dan seruan. Dan tidak sesuatu pun pada hari itu.
. ? : �و�اه ر� �ع!د�ه�م�ا ب و�ال� �ه�م�ا !ل ق�ب zل�ص� ي �م! ل !ن" �ي !ع�ت ك ر� ف�ص�ل(ى ع"يد0 �و!م� ي rي" (ب الن ج� خ�ر� ق�ال� (اس0 ع�ب !ن" اب ع�ن!
�!ج�م�اع�ة Dari Ibnu Abbas berkata: Nabi SAW keluar pada hari raya Idhul Fitri lalu shalat ال
du rakaat. Beliau tidak shalat sebelum dan sesudahnya (HR. Jamaah) Shalat ini berbeda
dengan shalat jum’at. Shalat jumat di awali dengan 1 takdir sedangkan shalat Id di mulai
dengan 7 takbir sebelum membaca al Fatihah. Berdasarkan hadis dibawah ini: ة� "ش� ع�ائ ع�ن!
- ات0 - "ير� !ب �ك ت !ع� ب س� �ول�ى األ ف"ى �ض!ح�ى و�األ !ف"ط!ر" ال ف"ى �zر �ب �ك ي �ان� ك وسلم عليه الله صلى (ه" الل س�ول� ر� �ن( أ
ا vم!س�خ �ة" "ي (ان الث Dari Aisyah ra. sesungguhnya Rasululloh SAW bertakbir dalam shalat“ .و�ف"ى
idul fitri dan idul adha pada rakaat pertama 7 takbir dan pada rakaat ke dua 5 takbir.(HR.
Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad Al Hakim) Hadits ini di sandarkan pada Aisyah dan Abu
Hurairah dalam sanadnya ada orang yang bernama Ibnu Lahi’ah sehingga hadits nya lemah.
Namun terdapat juga jalur lain yang mendukungnya dari Amr bin Auf, Abdullah bin Amr
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
bin Ash, sehingga hadist ini kedudukanya menjadi Hasan Lighoirihi. Selain itu hal ini juga
di dukung dengan perbuatan sahabat seperti Abu Hurairah, Ibnu Abbas dll. Semua mereka
bertakbir 7 dan 5 kali kemudian tidak ada 1 hadist pun yang menyelisihi nya yang
menyatakan bahwa Rasullullah bertakbir 1 kali. Kemudian Syaikh al-Bani menshahihkan
hadis di atas. Kemudian setelah shalat dua rakaat diikuti khutbah ‘Id. Sebagian mazhab
menganjurkan 2 khutbah seperti khutbah jum’at seperti hal nya imam syafi’i mngatakan
bahwa duduk diantara 2 khutbah adalah sunah hal ini di sandarkan pada hadist riwayat Ibnu
Majah.
Cara Shalat Jum’at
Adapun tata cara pelaksanaan shalat Jum’at, yaitu :
1. Khatib naik ke atas mimbar setelah tergelincirnya matahari (waktu dzuhur), kemudian
memberi salam dan duduk.
2. Muadzin mengumandangkan adzan sebagaimana halnya adzan dzuhur.
3. Khutbah pertama: Khatib berdiri untuk melaksanakan khutbah yang dimulai dengan
hamdalah dan pujian kepada Allah SWT serta membaca shalawat kepada Rasulullah
SAW. Kemudian memberikan nasehat kepada para jama’ah, mengingatkan mereka
dengan suara yang lantang, menyampaikan perintah dan larangan Allah SWT dan
RasulNya, mendorong mereka untuk berbuat kebajikan serta menakut-nakuti mereka
dari berbuat keburukan, dan mengingatkan mereka dengan janji-janji kebaikan serta
ancaman-ancaman Allah Subhannahu wa Ta'ala. Kemudian duduk sebentar
4. Khutbah kedua : Khatib memulai khutbahnya yang kedua dengan hamdalah dan pujian
kepadaNya. Kemudian melanjutkan khutbahnya dengan pelaksanaan yang sama dengan
khutbah pertama sampai selesai
5. Khatib kemudian turun dari mimbar. Selanjutnya muadzin melaksanakan iqamat untuk
melaksanakan shalat. Kemudian memimpin shalat berjama'ah dua rakaat dengan
mengeraskan bacaan
Hal-hal yang dianjurkan
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riska Ismayanti HAL Islam II NIM : 2012437097
Pada shalat Jumat setiap muslim dianjurkan untuk memperhatikan hal-hal berikut:
* Mandi, berpakaian rapi, memakai wewangian dan bersiwak (menggosok gigi).
* Meninggalkan transaksi jual beli ketika adzan sudah mulai berkumandang.
* Menyegerakan pergi ke masjid.
* Melakukan shalat-shalat sunnah di masjid sebelum shalat Jum’at selama Imam belum
datang.
* Tidak melangkahi pundak-pundak orang yang sedang duduk dan memisahkan/menggeser
mereka.
* Berhenti dari segala pembicaraan dan perbuatan sia-sia apabila imam telah datang.
* Hendaklah memperbanyak membaca shalawat serta salam kepada Rasulullah SAW pada
malam Jum’at dan siang harinya
* Memanfaatkannya untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa karena hari Jumat adalah
waktu yang mustajab untuk dikabulkannya doa.
Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta