Akut

5
Ketika pemeriksa datang ke rumah pasien, suami pasien sedang memberi makan burung peliharaan pasien di depan rumah. Suami pasien kemudian menyuruh pemeriksa masuk dan memanggil pasien. Pasien kemudian menyuruh pemeriksa masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu. Pasien bercerita bahwa keluhan pasien sudah membaik setelah diberi obat oleh dokter. Pasien merasa enak makan, tidur lebih nyenyak. Pasien yang sebelumnya malas untuk melakukan pekerjaan, merasa lebih baik, dan lebih bersemangat. Pasien biasa berjalan-jalan di sore hari bersama suami. Rasa krenyeng-krenyeng di dada pasien bahkan tidak terasa lagi dalam masa periode meminum obat tersebut. Pasien merasa dirinya sudah membaik dan tidak berniat untuk kembali kontrol ke dokter. Akan tetapi, sejak hari Sabtu kemarin (15/3/2014) pasien kembali merasakan rasa tidak enak di dada dan krenyeng-krenyeng di dada pasien. Pasien juga merasakan pikirannya melayang kemana-mana dan mudah cemas, entah karena apa. Bahkan saat suami pasien menerima telepon dari pemeriksa dan mengetahui bahwa pemeriksa hendak berkunjung ke rumah pasien, pasien merasa takut dan cemas, rasa tidak enak di dada itu semakin kuat. Pasien tidak tahu apa yang membuatnya kembali merasa cemas dan tidak enak. Karena rasa krenyeng-krenyeng di dada itu kembali muncul, pasien menjadi kembali tidak enak makan, tidak enak tidur, rasanya resah dan cemas. Pasien juga kembali merasa berdebar-debar dan

Transcript of Akut

Page 1: Akut

Ketika pemeriksa datang ke rumah pasien, suami pasien sedang memberi makan burung

peliharaan pasien di depan rumah. Suami pasien kemudian menyuruh pemeriksa masuk

dan memanggil pasien. Pasien kemudian menyuruh pemeriksa masuk ke dalam rumah

dan duduk di sofa ruang tamu.

Pasien bercerita bahwa keluhan pasien sudah membaik setelah diberi obat oleh

dokter. Pasien merasa enak makan, tidur lebih nyenyak. Pasien yang sebelumnya malas

untuk melakukan pekerjaan, merasa lebih baik, dan lebih bersemangat. Pasien biasa

berjalan-jalan di sore hari bersama suami. Rasa krenyeng-krenyeng di dada pasien bahkan

tidak terasa lagi dalam masa periode meminum obat tersebut. Pasien merasa dirinya

sudah membaik dan tidak berniat untuk kembali kontrol ke dokter.

Akan tetapi, sejak hari Sabtu kemarin (15/3/2014) pasien kembali merasakan rasa

tidak enak di dada dan krenyeng-krenyeng di dada pasien. Pasien juga merasakan

pikirannya melayang kemana-mana dan mudah cemas, entah karena apa. Bahkan saat

suami pasien menerima telepon dari pemeriksa dan mengetahui bahwa pemeriksa hendak

berkunjung ke rumah pasien, pasien merasa takut dan cemas, rasa tidak enak di dada itu

semakin kuat. Pasien tidak tahu apa yang membuatnya kembali merasa cemas dan tidak

enak. Karena rasa krenyeng-krenyeng di dada itu kembali muncul, pasien menjadi

kembali tidak enak makan, tidak enak tidur, rasanya resah dan cemas. Pasien juga

kembali merasa berdebar-debar dan berkeringat dingin tanpa sebab yang jelas. Pasien

mungkin merasa bahwa rasa krenyeng-krenyeng itu muncul lagi akibat kelelahan karena

pasien hari Jumat berjalan-jalan pagi dengan suaminya dan suaminya mengajak pasien

berjalan-jalan keliling dengan rute lebih jauh sehingga rasa krenyeng-krenyeng itu

muncul kembali.

Ketika pemeriksa bertanya mengenai penyebab keresahan pasien, pasien

menyebutkan bahwa pasien merasa cemas karena rasa krenyeng-krenyeng itu muncul

kembali dan pasien merasa bahwa penyakitnya kembali lagi dan tidak sembuh. Pasien

bercerita bahwa awal penyakit ini adalah pada tahun 2011 ketika pasien dikuret di RS

DKT. Sebelum kuret tahun 2011 ini, pasien memang pernah dikuret juga dan setelah

dikuret pasien merasa lebih baik. Pada kuret di tahun 2011 ini, setelah pasien dikuret

pasien merasa badannya tidak kunjung membaik, pasien masih merasa mual dan lemas.

Karena pasien merasa kurang puas, pasien memeriksakan diri ke dokter spesialis obsgyn

Page 2: Akut

yang lain di RS IBI dan menurut dokter, pasien harus periksa lab di Parahita. Setelah

periksa lab dan membawa hasilnya ke dokter obsgyn di RS IBI, dokter menyebutkan

bahwa ada kemungkinan kuretnya belum bersih dan memberikan opsi untuk kembali ke

dokter obsgyn yang pertama di RS DKT; setelah mengkonfirmasi hasil lab pada dokter

obsgyn yang pertama, dokter tersebut menolak untuk melakukan kuret dan akhirnya

pasien dikuret di dokter obsgyn di RS IBI.

Setelah kuret kedua, pasien masih merasa mualnya sudah hilang, akan tetapi

pasien merasa rasa kesemutan dan tidak enak yang menjalar dari kaki ke dada. Pasien

juga merasa lemas. Pasien kemudian kembali memeriksakan diri dan dokter obsgyn di

RS IBI menyatakan kalau hasil kuret sudah bersih (dibuktikan lagi dengan pemeriksaan

lab kedua). Pasien yang kurang puas kemudian memeriksakan diri ke dokter umum dan

dokter spesialis, periksa laboratorium lengkap (dalam batas normal) dan meminum

berbagai jenis obat, namun tidak kunjung membaik. Pasien yang masih kurang puas

kemudian membawa diri ke “orang pintar” dan “orang pintar” tersebut menyuruh pasien

untuk berhenti minum obat dan menyatakan bahwa masih ada sisa gumpalan darah di

dalam tubuh pasien. Pasien juga sudah melaksanakan terapi dari “orang pintar” tersebut,

tetapi gejala yang dirasakan pasien tidak membaik.

Kemudian pasien berkunjung ke dokter umum di dekat rumah pasien, dan pasien

diberikan obat penenang. Dokter tersebut bercerita bahwa pasien kemungkinan terlalu

banyak pikiran dan agak depresi; dan disuruh berobat ke psikiater. Pasien tidak terima

dirinya dibilang depresi oleh dokter umum tersebut dan pemeriksa menjelaskan bahwa

kondisi depresi bukan seperti yang dibayangkan oleh pasien. Pasien kemudian

melanjutkan ceritanya bahwa pasien berobat ke psikiater dan sembuh tanpa perlu kontrol

lagi ke dokter. Saat itu pasien diberi obat Sandepril oleh psikiater.

Saat pemeriksa mengonfirmasi apakah penyebab kecemasan dan banyak pikiran

pasien dikarenakan masalah keluarga, pasien menjawab tidak ada. Pasien merasa masalah

keluarga pasien adalah lumrah dan setiap rumah tangga pasti memiliki masalah masing-

masing. Pemeriksa mencoba menggali lagi dan pasien bercerita bahwa kadang-kadang

pasien merasa tidak suka (pegel) dengan sikap suaminya yang menurutnya “selalu ingin

menyenangkan orang lain”. Selain menjadi tentara, suami pasien adalah seorang pelatih

bola dan menurut pasien, suami pasien terlalu royal dengan orang lain. Menurut pasien,

Page 3: Akut

menjadi pelatih bola malah harus mengeluarkan duit untuk turnamen dan pasien merasa,

sebaiknya uang yang ada itu untuk disimpan bukan untuk dikeluarkan, apalagi untuk

orang lain. Sebelumnya pasien biasa “menelan” rasa tidak terimanya pada suaminya, tapi

menurut pasien, akhir-akhir ini pasien sudah mulai mengutarakan rasa tidak suka

mengenai royalnya suaminya tersebut.

Pasien kembali berputar ke awal bercerita mengenai bahwa rasa krenyeng-

krenyeng di dadanya itu muncul karena keresahannya akan penyakitnya yang tidak

kunjung membaik dan membuatnya cemas serta pikirannya sering melayang. Pemeriksa

kembali mengarahkan cerita dan bertanya mengenai anak-anaknya dan pasien

menjelaskan bahwa anak-anaknya prestasinya cukup baik di sekolah dan anaknya cukup

baik. Pasien merasa lega karena anaknya yang paling besar akan sekolah di Malang,

karena mendapat beasiswa di sekolah bola dan pasien akan mendapatkan keringanan

karena anaknya yang paling besar akan sekolah sendiri di Malang. Ketika pemeriksa

bertanya: apabila pasien punya masalah pasien akan bercerita dengan siapa; pasien

kemudian menjawab bahwa pasien bercerita pada ibunya dan ibu pasien sedang ada di

Jember. Ketika sebulan yang lalu pasien merasa rasa tidak enak itu mengganggu, pasien

langsung meminta ibunya dari Solo untuk berkunjung ke Jember untuk menemaninya

karena pasien merasa lemah dan lelah untuk melakukan pekerjaannya. Pasien kemudian

kembali merasa bahwa rasa krenyeng-krenyeng di dada itu muncul karena pasien merasa

penyakitnya tidak kunjung sembuh dan pasien merasa penasaran mengapa sakitnya tidak

membaik, walaupun kemarin sempat membaik. Pemeriksa kemudian menyarankan

bahwa pasien mungkin terlalu banyak pikiran dan agar pasien lebih ikhlas dan tabah

menerima apa yang sudah terjadi di masa lalu, dan pasien menyangkal bahwa dia banyak

pikiran dan pasien merasa masalah-masalahnya itu lumrah dalam rumah tangga. Pasien

menyebutkan bahwa suaminya orang yang sangat baik dan tidak pernah marah, apalagi

membentak, walaupun tampilan wajahnya menyeramkan. Pemeriksa kemudian

menyarankan pasien untuk tetap kontrol keesokan harinya.