AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak...

44
AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH DELIMA(Punica granatum L.) TERHADAP TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DIAN APRILIANA DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Transcript of AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak...

Page 1: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH DELIMA(Punica granatum L.) TERHADAP TIKUS

PUTIH YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

DIAN APRILIANA

DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2010

Page 2: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

ABSTRAK DIAN APRILIANA. Aktivitas hepatoproteksi Ekstrak Polifenol Buah Delima (Punica granatum L.) Terhadap Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol. Dibimbing oleh ANNA PRIANGANI ROSWIEM dan WARAS NURCHOLIS.

Penderita penyakit hati semakin banyak. Buah delima memiliki antioksidan

yang tinggi serta dilaporkan sebagai hepatoproteksi. Penelitian bertujuan mengetahui aktivitas polifenol buah delima sebagai hepatoprotektor dan mengetahui pengaruhnya terhadap gambaran histopatologi hati tikus yang diinduksi parasetamol. Ekstraksi polifenol menggunakan pelarut aseton:air:asam asetat (90:9.5:0.5). Sebanyak 22 ekor tikus dibagi menjadi 7 kelompok, yaitu kelompok I diberi pakan standar dan akuades, kelompok II diberi pakan standar dan parasetamol 500 mg/kg BB, kelompok III diberi pakan standar, parasetamol 500 mg/kg BB, dan cursil-70 13.3 mg/kg BB, kelompok IV, V, VI dan VII diberi pakan standar, parasetamol 500 mg/kg BB, serta ekstrak polifenol buah delima dengan konsentrasi 13.3 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 250 mg/kg BB, dan 500 mg/kg BB untuk masing-masing kelompok. Perlakuan dilakukan selama 34 hari, pada hari terakhir dilakukan analisis histopatologi hati dengan mengamati kerusakan hepatosit, jumlah sel nekrotik, sel apoptosis, sel kuffer, dan degenerasi lemak. Percobaan menunjukkan bahwa ekstrak polifenol buah delima dengan dosis 500 mg/kg BB dapat menghambat kerusakan hati (p<0.05) karena pada konsentrasi tersebut jumlah sel nekrotik rendah, tidak ada sel apoptosis, jumlah sel kuffer rendah, dan jumlah degenerasi lemak rendah.

Page 3: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

ABSTRACT DIAN APRILIANA. The Activity Hepatoprotection Extract Polyphenol of Pomegranate (Punica granatum L.) in White Rat to Induction by Paracetamol. Under direction by ANNA PRIANGANI ROSWIEM and WARAS NURCHOLIS.

The patient of liver disease more increase. Pomegranate has been higher

antioxidant activities and reported as hepatoprotection. The research to make for activity pomegranate polifenol as hepatoprotector and influence in liver histopathology of rat to induction by paracetamol. Polyphenol extracted by mixture solvent acetone:water:acetid acid (90:9.5:0.5). There are 22 rats randomly divided into 7 following group, they are group I allowed fed with strandard pellet, group II allowed fed with strandard pellet and paracetamol 500 mg/kg BB, group III allowed fed with strandard pellet, paracetamol 500 mg.kg BB, and cursil-70 13.3 mg/kg BB, group IV, V, VI, and VII allowed fed with strandard pellet, paracetamol 500 mg/kg BB, and extract polyphenol of pomegranate with doses 13.3 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 250 mg/kg BB, and 500 mg/kg BB for severally group. Experiment was conducted for 34 days and at the last day, observed liver histopathology about number of necrotic cells, apoptosis cells, kupfer cells, and fatty degeneration. Polyphenol extract of pomegranate with dose 500 mg/kg BB to point out possible chase destruction of liver (p<0.05) because number of necrotic cells is low, nothing apoptosis cells, number of kupfer cells is low, and fatty degeneration is low.

Page 4: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH DELIMA(Punica granatum L.) TERHADAP TIKUS

PUTIH YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

DIAN APRILIANA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2010

Page 5: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

Judul Skripsi: Aktivitas hepatoproteksi Ekstrak Polifenol Buah Delima (Punica granatum L.) Terhadap Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol

Nama : Dian Apriliana NIM : G84062220

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Anna P. Roswiem, MS Waras Nurcholis, S.Si, M.Si Ketua Anggota

Diketahui

Dr. Ir. I Made Artika, M. App. Sc Ketua Departemen Biokimia

Tanggal lulus:

Page 6: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penelitian yang dilakukan mendapat bantuan dana dari Departemen Agama Republik Indonesia (RI).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir kepada Departemen Agama Republik Indonesia selaku pihak utama yang membiayai penelitian ini, ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. Anna P. Roswiem, MS selaku dosen pembimbing utama, kepada Bapak Waras Nurcholis, S.Si, M.Si selaku pembimbing kedua, dan kepada Dr. Yulvian Sani selaku kepala Laboratorium Patologi Balai Penelitian Veteriner (BALITVET) yang telah membantu dalam menganalisis histopatologi. Ucapan terima kasih penulis sampaikan terutama kepada orangtua penulis yang telah memberikan motivasi. Selain itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Nurul Hidayah, Heryani, Nurmameta Ganesha, Asep Djuanda, Farah Meutia, Renna Yulia Vernanda yang telah membantu penelitian dan memberikan motivasi sehingga penulis dapat segera menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki tulisan ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dalam bidang ilmu pengetahuan dan dapat memberikan kemaslahatan bagi masyarakat.

Bogor, Oktober 2010

Dian Apriliana

Page 7: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………………………………………………………....... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xi

PENDAHULUAN ………………………………………………………….. 1

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 2 Hati ........................................................................................................ 2 Parasetamol ........................................................................................... 3 Buah Delima (Punica Granatum L.) ..................................................... 4 Cursil(R)70………………………………………………………........... 5 Polifenol …………………………………………………………….... 5

BAHAN DAN METODE ……………………………………………........... 6Bahan dan Alat ……………………………………….......................... 6Metode……………................................................................................ 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 8 Ekstrak Polifenol Buah Delima ............................................................ 8 Perlakuan Terhadap Tikus .................................................................... 9 Jumlah Sel Nekrotik ............................................................................. 11 Jumlah Sel Kuffer ................................................................................. 12 Jumlah Sel Apoptosis ........................................................................... 12 Degenerasi Lemak ................................................................................ 13 Pengaruh Pemberian Ekstrak Polifenol Buah Delima Terhadap Hepatosit ............................................................................................... 14

SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 16

LAMPIRAN ……………………………………………………………….... 19

Page 8: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jumlah sel nekrotik ..………………………………………....................... 11

2 Jumlah sel kuffer ........................................................................................ 12

3 Jumlah sel apoptosis ................................................................................... 13

4 Hasil skorsing histopatologi hati tikus berdasarkan kerusakan hepatosit .. 15

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Metabolisme parasetamol di dalam tubuh……........................................... 3

2 Buah delima merah ..................................................................................... 4

3 Struktur Punicalagin …………................................................................... 4

4 Struktur kimia golongan fenolik ……………………………………….... 6

5 Bobot badan tikus ....................................................................................... 10

6 Presentase kenaikan bobot badan tikus ...................................................... 10

7 Korelasi antara bobot badan tikus dengan bobot hati tikus ........................ 10

8 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 13.3 mg/kg BB sel nekrotik (a) ............................................................................................................... 11

9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12

10 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 13.3 mg/kg BB sel apoptosis (c) .............................................................................................. 13

11 Hati tikus setelah pemberiaan ekstrak delima hepatosit mengalami degenerasi lemak ....................................................................................... 14

12 Rataan jumlah degenerasi lemak ............................................................... 14

13 Hepatosit mengalami degenerasi berbutir ................................................. 15

14 Hepatosit mengalami degenerasi hidropis ................................................. 15

15 Hepatosit normal ....................................................................................... 16

Page 9: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Strategi penelitian ....................................................................................... 20

2 Prosedur ekstraksi polifenol buah delima ……………………….............. 21

3 Rancangan perlakuan hewan coba ........................................................... 22

4 Proses analisis histopatologi hati ………………………………….......... 23

5 Komposisi pakan tikus …………………………………......................... 24

6 Hasil perhitungan kadar air buah delima ………………………………... 25

7 Hasil perhitungan rendemen polifenol buah delima .................................. 25

8 Bobot hati tikus .......................................................................................... 25

9 Hasil skoring hati tikus berdasarkan jenis kerusakan hepatosit ................ 26

10 Rataan bobot badan tikus selama 6 minggu .............................................. 26

11 Analisis ragam jumlah sel hati tikus ......................................................... 27

12 Pengamatan sel hati tikus .......................................................................... 30

13 Uji T bobot badan tikus ............................................................................. 31

Page 10: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

xi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 April 1988 dengan Jamad Abdul Jarot (Alm) sebagai Ayah dan Dipyati sebagai Ibu. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Islam Puspa Indah Tangerang pada tahun 1994, lalu melanjutkan ke sekolah dasar Pasar Kemis II Tangerang. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Fatah Lampung dan melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah (MA) Al-Fatah Lampung pada tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dari Departemen Agama Republik Indonesia. Penulis memilih Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sebagai program mayor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dibeberapa kelembagaan mahasiswa, seperti Himpunan Mahasiswa Profesi Community of Research and Education in Biochemistry (CREBs) pada tahun 2007-2008 sebagai staf divisi metabolisme, Dewan Kerohanian Islam Biokimia pada tahun 2007-2008 sebagai staf divisi informasi dan komunikasi. Penulis juga aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) karate pada tahun 2008-2009 sebagai ketua divisi humas eksternal, dan UKM Taekwondo pada tahun 2007-2008 sebagai staf divisi humas dan informasi. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Fisika

Dasar bagi mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB), asisten Biokimia Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan sebagai asisten praktikum Struktur dan Fungsi Biomolekuler untuk mahasiswa Biokimia-S1 tingkat 3. Penulis melakukan praktik lapangan pada tahun 2009 di Balai Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO) Cimanggu Bogor dengan judul Analisis Kadar Asam Indol Asetat (AIA) dan Giberelin pada Jamur Phytopthora sp.

Page 11: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

1

PENDAHULUAN

Penyakit hati merupakan salah satu penyakit di Indonesia yang mempunyai prevalensi yang cukup tinggi. Menurut MENKES (2010) pada bulan Juli 2010 penderita penyakit hepatitis di Indonesia mencapai 30 juta orang sehingga menjadikan penyakit ini urutan ke-11 dari penyakit terbanyak penderitanya. Hepatitis atau radang hati dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti virus, bakteri, parasit, obat-obatan, alkohol, cacing, atau gizi buruk (Ulfa 2008). Zat yang memiliki efek toksik disebut hepatotoksin yang dapat menyebabkan kerusakan hati akut, sub kronik, dan kronik. Terdapat beberapa jenis obat yang digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan hepatitis, diantaranya adalah akar mangrove (Purnobasuki 2004), madu (Wiryawan 2008), daun ceplukan (Physalis angulata L.) (Amalia 2008), sari wortel (Wijoyo 2003), akar kuning (Adji 2004), rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) (Damayanti 2008), daun capo (Arifin et al. 2007), daun meniran (Yuwono 2010), dan sebagainya.

Kerusakan hati terjadi karena adanya radikal bebas, sebagaimana yang telah dibuktikan pada penelitian sebelumnya bahwa buah delima dapat mengeliminasi radikal bebas sehingga dapat digunakan sebagai protektor organ hati akibat dari paparan radikal bebas (Mills 2007). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencegah atau mengobati penyakit kerusakan hati. Pengobatan secara klinis memerlukan biaya yang mahal dan harga obat sintetik yang mahal menyebabkan tidak dapat dijangkau oleh semua kalangan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ekstrak polifenol buah delima diharapkan dapat memberikan penyembuhan alternatif dalam pengobatan dan pencegahan penyakit pada kerusakan hati dengan biaya pengobatan yang lebih terjangkau.

Buah delima atau yang dikenal dengan sebutan buah Pomegranate, memiliki beberapa senyawa aktif, yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan triterpenoid (Yuniarti 2008). Aktivitas antioksidan tertinggi ditemukan pada buah delima (Punica granatum Linn.) dengan dua tipe komponen polifenol, yaitu flavonoid (antosianin) dan tanin terhidrolisis (Malik et al. 2005). Aktivitas antioksidan buah delima dilaporkan lebih tinggi daripada anggur merah dan teh hijau. Antioksidan berpotensi dalam penurunan peroksidasi lipid (Aviram et

al. 2000). Menurut Sirait (2007) polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol memiliki peran sebagai antioksidan yang baik untuk kesehatan. Antioksidan polifenol dapat mengurangi risiko penyakit jantung, pembuluh darah dan kanker (Art & Hollman 2005). Menurut Murugesh et al. (2005) senyawa alami yang dihasilkan oleh tumbuhan seperti flavonoid, terpenoid, dan steroid dapat menyembuhkan kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol. Selain itu, fungsi dari flavonoid, terpenoid, dan steroid sebagai hepatoprotektor dan antioksidan dapat digunakan untuk menjaga kesehatan manusia. Pengaruh jus buah delima memiliki peranan terhadap kesehatan yang sudah banyak diteliti, diantaranya adalah dapat memberikan efek antiarterosklerosis (de Nigris et al. 2005), antihipertensi (Aviram & Dornfeld 2001), antidiabetes (Das et al. 2001; Huang et al. 2005), antikardiak fibrosis (Huang et al. 2005), antikanker prostat (Malik et al. 2005). Selain itu, buah delima berfungsi untuk obat infeksi kulit (Afaq et al. 2005) dan mengobati paru-paru (Khan et al. 2007). Namun demikian, potensi polifenol buah delima sebagai hepatoprotektor baru diteliti. Cara untuk mengidentifikasi kerusakkan hati, yaitu dengan melihat histopatologi dari jaringan hati, dimana akan terlihat respon akibat masuknya suatu hepatotoksin dan kemungkinan terjadinya perubahan struktural jaringan organ. Kerusakan hati yang terjadi memiliki ciri-ciri sel hati membesar ketika dilihat dengan mikroskop, sel hati berwarna merah gelap, ukuran hati membesar, dan terjadi perlemakan hati (Ulfa 2008). Menurut Dewa (2005) salah satu parameter yang dapat diamati ketika terjadi kerusakan hati adalah jumlah sel nekrotik, sel apoptosis, sel kuffer, dan jumlah degenerasi lemak. Jika jumlah masing-masing parameter yang diamati menunjukkan jumlah yang rendah setelah pemberian antioksidan eksternal maka antioksidan tersebut memiliki fungsi sebagai hepatoproteksi. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak polifenol buah delima terhadap gambaran histopatologi hati tikus yang diinduksi parasetamol. Hipotesis penelitian ini adalah ekstrak polifenol buah delima dapat menunjukkan pengaruh hepatoproteksi terhadap gambaran

Page 12: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

2

histopatologi hati tikus yang mengalami kerusakan hati akibat diinduksi parasetamol.

TINJAUAN PUSTAKA

Hati

Hati merupakan organ metabolisme yang besar dan memiliki peranan penting. Hati adalah organ yang berbentuk baji dengan berat 1400 gram sampai 1600 gram pada manusia dewasa, terletak di dalam rongga perut kanan atas, di bawah diafragma kanan dan dilindungi oleh tulang iga kanan bawah. Organ ini berwarna coklat tua dan memiliki dua bagian, yaitu bagian kanan yang lebih besar dari bagian kiri. Hati tersusun dari beberapa organel hepatosit, yaitu badan golgi, lisosom, badan mikro, mitokondria, dan retikulum endoplasma (Mills 2007). Dasar unit fungsional hati adalah lobulus hati yang merupakan struktur silindris dengan panjang beberapa milimeter dan garis tengah 0.8 mm sampai 2 mm. Lobulus hati dibentuk disekitar vena sentralis yang bermuara ke dalam vena hepatik dan kemudian ke dalam vena cava. Lobulus terdiri dari banyak lempengan sel hati (Ganong 2002).

Hati juga memiliki peranan penting pada metabolisme tubuh yaitu metabolisme bahan-bahan makanan yang dikirimkan oleh vena porta setelah diabsorpsi dari usus (Irianto 2004). Fungsi terbesar hati adalah untuk metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Fungsi lainnya adalah sebagai tempat penyimpanan energi berupa glikogen dan lemak, vitamin A, vitamin B12, dan mineral. Organ ini juga berfungsi dalam pembentukan dan regenerasi darah, sebagai homeostatis glukosa, tempat sekresi garam empedu, ekskresi kolesterol dan bilirubin, dan faktor koagulasi dan sumber heparin (Mills 2007).

Sel hati merupakan sel kaya organel dan mengandung berbagai enzim, beberapa diantaranya penting untuk diagnostik karena dialirkan ke pembuluh darah dan aktivitasnya dapat diukur sehingga dapat menunjukan adanya penyakit hati atau tingkat keparahannya. Enzim-enzim ini adalah enzim alanin aminotransferase (ALT), aspartat aminotransferase (AST), alkalin fosfatase (ALP), γ-glutamil transferase (GGT), glutation peroksidase (GPx), superoksida dismutase (SOD), katalase, dan laktat dehidrogenase (Ganong 2002).

Hepatitis merupakan semua jenis peradangan pada hati. Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai

dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut (hepatitis A) dapat pula hepatitis kronik (hepatitis B dan C) dan adapula yang kemudian menjadi kanker hati (hepatitis B dan C). Hepatitis D Virus (HDV) atau virus delta adalah virus yang unik, pada virus inii untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B (Purwaningsih 2007). Adapun macam-macam kerusakan hati adalah fibrosis hati, sirosis hati, kematian sel hati, dan degenerasi (Ganong 2002). Fibrosis hati adalah keadaan patologis yang terjadi pada proses perbaikan lesi penyakit hati kronik oleh berbagai sebab, yang ditandai dengan produksi berlebihan dan penumpukan matriks seluler jaringan hati. Kelainan ini terjadi pada semua penyakit hati kronik. Akibat fibrosis hati yang berkelanjutan akan terjadi kerusakan arsitektur hati, gangguan fungsi hati dan pembentukan modul regenerasi (Ulfa 2008). Sirosis hati adalah keadaan akhir dari proses kerusakan arsitektur hati, gangguan fungsi hati dan pembentukan nodul regenerasi. Sirosis dapat disebabkan oleh banyak penyebab kerusakan hati yang berbeda-beda dan dapat bersifat tidak reversibel (Mutawally 2008).

Kematian sel hati dapat melalui dua proses yaitu nekrosis dan apoptosis. Apoptosis merupakan mekanisme tubuh untuk menyingkirkan sel-sel hati yang rusak, berlebihan atau sudah tua. Sedang nekrosis didahului dengan kerusakan sel-sel hati, gangguan integritas membran plasma, keluarnya isi sel dan timbulnya respon inflamasi yang menyebabkan banyak sel mati. Nekrosis hati merupakan kerusakan akut. Ciri-ciri nekrosis adalah tampaknya fragmen sel atau tidak tampaknya sel disertai reaksi radang, kolaps atau bendungan rangka hati dengan eritrosit (Mills 2007). Nekrosis yang disebabkan karena bahan kimia, akan terjadi kematian sel secara perlahan-lahan, sedangkan akibat virus, sel hati akan hancur terserak menjadi bagian kecil-kecil (Ulfa 2008). Degenerasi dapat terjadi pada sitoplasma atau inti sel hati. Degenerasi sitoplasma hati kadang-kadang disertai kelainan inti sekunder, atrofi dan nekrosis sel, sehingga sel menjadi hilang karenanya (Ulfa 2008).

Hepatotoksin adalah senyawa yang dapat menyebabkan gangguan pada jaringan. Hepatotoksin juga merupakan zat yang

Page 13: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

3

mempunyai efek toksik pada hati bila dikonsumsi dengan dosis berlebihan atau dalam jangka waktu yang lama. Hepatotoksin dapat menyebabkan gangguan pada jaringan hati, tergantung pada dosis pemberian, interval waktu pemberian yang singkat antara pencernaan obat dan reaksi melawan, dan kemampuan untuk menimbulkan perubahan yang sama pada jaringan hati (Mills 2007).

Histopatologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari morfologi dan patologi suatu sel. Histopatologi hati dilakukan untuk melihat morfologi dan patologi hati serta untuk mengidentifikasi penyakit yang terjadi di hati, yaitu dengan melihat perubahan sel pada hati (Panjaitan et al. 2007). Gambaran histopatologi hati pada hati yang rusak memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain vena sentralis terlihat rusak, bentuk nukleus hepatosit tidak jelas dan membesar, cairan sitoplasma membesar, sinusoid tidak jelas, dan lisisnya sel endotelium sehingga lingkaran semakin tidak jelas (Arifin et al. 2007).

Kerusakan vena sentralis berkaitan dengan peranannya pada sirkulasi darah dari sinusoid. Sebanyak 25% dari darah yang mengalir pada sinusoid berasal dari arteri hepatika, sedangkan 75% berasal dari vena porta yang mengalirkan darah dari saluran cerna hasil dari absorbsi usus. Jadi vena sentralis akan banyak menampung nutrien dan zat-zat lain hasil metabolisme yang dapat bersifat toksik maupun nontoksik. Banyaknya darah yang ditampung oleh vena sentralis menyebabkan konsentrasi zat yang bersifat toksik jauh lebih besar sehingga hal ini akan memperjelas kerusakan vena sentralis (Mills 2007). Gambaran hati yang normal memiliki ciri-ciri seperti tersusun secara teratur hepatositnya dan lempeng sel serta nukleusnya bulat, sitoplasma berwana cerah dan menuju lobulus (Arifin et al. 2007).

Parasetamol

Salah satu obat yag bersifat hepatotoksik jika dikonsumsi dengan dosis tinggi adalah parasetamol. Senyawa ini merupakan turunan fenasetin. Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau, rasanya sedikit pahit, peka terhadap udara dan cahaya, serta memiliki pH 5.3-6.5. Parasetamol relatif aman pada dosis terapi, tetapi pada dosis tinggi dapat menyebabkan hepatotoksik, kerusakan (nekrosis) sentrilobularis pada hati tikus, mencit, dan manusia. Parasetamol merupakan obat yang memiliki daya analgesik dan antipiretik

melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam tubuh. Khasiat antipiretik dari parasetamol ditimbulkan oleh gugus aminobenzen (Graham et al. 2004). Hasil penelitian Wiryawan (2008) menunjukan bahwa penggunaan parasetamol sebanyak 15 g/hari dapat menimbulkan kerusakan hati.

Parasetamol termasuk salah satu obat yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Parasetamol akan mengalami metabolisme di dalam tubuh, parasetamol yang mengalami metabolisme fase dua akan berkonjugasi dengan asam glukonat dan asam sulfat. Parasetamol pada keadaan over dosis akan teroksidasi oleh sitokrom P-450 (mengalami metabolisme fase satu) sehingga membentuk suatu metabolit elektrofil N-asetil-p-benzoikuinonimina (NAPKI) yang bersifat hepatotoksik (Gambar 1).

Gambar 1 Metabolisme parasetamol di dalam tubuh.

Page 14: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

egmNbNpmmgkispst22

pmlgdbacDltdmbtpamka

dktbmkbbmt(

bkK

Dalam kelektrofil dari glutation (GSmelalui ginjalNamun jika berkurang 20NAPKI akan bprotein sel mengakibatkanmengalami negangguan inkeluarnya isi inflamasi. Ressel yang mapeningkatan sserum, serum transferase, da24 jam setelah2008).

Buah DelimDelima m

plantae, filumagnoliopsidalythracae, gengranatum. Deldengan tinggiberkayu, berbeapabila tanamacoklat setelah Delima memilanset, tepi ratumpul, panjandaun sekitar menyirip, pberwarna hijatunggal, terdappendek, kelopaatau kuning membulat, tangkuning, dan patau kuning (Y

Buah berbdiameter 5-12kekuningan. Bterkadang bunbergelantunganmuda, buahnykemerah-merahberubah, bergberbentuk bulamerah (Gambtunggang dan (Yuniarti 2008

Kandunganbuah delima mkalium, danKandungan te

keadaan norparasetamol

SH) hati sebl sebagai asakandungan G

0-30% dari nberikatan denga

hati. Sehn kerusakanekrosis hati, ntegritas mem

sel dan timspon ini menyati. Hal ini serum transamalkalin fosfat,

an dehidrogenah pemberian he

ma (Punica gramemiliki klasium magnol

a, ordo rnus punica, danlima merupaka 2-5 meter,

entuk bulat, bean masih mudtua akan berw

iliki daun tunata, ujungnya rng daun sekita5-15 mm, permukaan mau. Bunga pat di ujung caak berlekatan,

pucat, mgkai sari melenputik berwarn

Yuniarti 2008). bentuk buni, 2 cm dan

Bentuk buah dndar. Lazimnyn pada tanda

ya berwarna hijhan. Setelah

gantung jenisnat, keras, keci

bar 2). Akar berwarna ku

8). n nutrisi yangmeliputi vitamin antioksiderbesar antiok

rmal metaboakan diikat olelum diekskram merkaptur

GSH dalam hnormalnya maan makromolekhingga NAPn hati dyaitu terjadinmbran plasmmbulnya respyebabkan banyditandai deng

minase, bilirubgamma glutam

ase laktat, selamepatotoksin (U

anatum Linn.)ifikasi kingdoliophyta, kerosidae, famn spesies Puni

an tanaman permemiliki bata

ercabang, berduda akan berwarwarna hijau kotnggal, berbentruncing, pangkar 1-8 cm, lebertulangan da

mengkilat, ddelima berje

abang, bertangkberwarna mer

mahkota delimngkung berwar

na putih, mer

butat, memilberwarna hij

delima bulat dya, buah deliman. Saat maijau sampai hij

tua, warnannya. Biji delimil, dan berwardelima berje

uning kecoklat

g terdapat pan C, vitamin B

dan polifenksidan polifen

olit leh resi rat. hati aka kul

PKI dan nya ma, pon yak gan bin mil ma

Ulfa

) om

elas mili ica rdu ang uri, rna tor. tuk kal bar aun dan nis kai rah ma rna ah,

liki jau dan ma

asih jau nya ma rna nis tan

ada B5, nol. nol

buahterhimerupadastrukheksglukSenymemdelimlain,senydelp(Mer

h delima meruidrolisis, berupupakan ellagita buah delimaktur isomsahidroksidifenkosa (Gambar yawa ini diser

miliki khasiat ama juga meng yakni kateki

yawa antosianhinidin, sianrtens et al. 200

Gambar 2 B

Gambar 3

upakan tanin pa punicalaginanin yang barsaja. Punicala

mer, yaitu noil-4,6-(S,S)-g3) (Machado rap di dalam

antioksidan. Segandung senyain, dan galok

nin seperti prnidin, dan 06).

Buah delima m

Struktur puni

4

yang mudah . Punicalagin ru ditemukan agin memiliki

2,3-(S)-galagil-D-et al. 2002). tubuh yang

lain itu, buah awa polifenol katekin, serta odelphinidin, pelargonidin

merah.

icalagin.

Page 15: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

5

Tanaman delima sudah banyak diteliti berkaitan dengan peranannya di dalam dunia kesehatan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Kumar et al. (2009) biji delima sebagai anti aging diekstraksi dengan sokhlet yang menggunakan pelarut eter, kloroform, dan etanol, kemudian diteliti secara in vivo dengan mengukur kadar glutation. Biji delima dapat mengikis sel mati karena bersifat antioksidan dan meningkatkan kadar glutation. Dosis ekstraksi biji delima yang digunakan adalah 250 mg/kg dan 500 mg/kg, pada kedua kadar menunjukan peningkatan kadar glutation yang signifikan, terutama pada kadar 500 mg/kg lebih banyak meningkatkan kadar glutation. Selain sebagai antiaging, biji delima berfungsi sebagai antiinflamasi dan antidiabetes. Bunga delima dapat berfungsi sebagai antioksidan yang diekstrak menggunakan pelarut metanol dan dicekok pada tikus putih dengan dosis 500 mg/kg. Penelitian ini telah membuktikan bahwa bunga delima berfungsi sebagai obat hiperglikemia dan hiperlipidemia, hal ini ditunjukan dengan adanya pengurangan kardiak fibrosis (Huang et al. 2005).

Penelitian lainnya yang telah dilakukan oleh Khan et al. (2007) bahwa jus delima yang mengandung punikalagin dan asam elagik ketika diinduksi pada apoptosis sel kanker usus menunjukan pengurangan lingkaran sel kanker selama 17 minggu. Malik et al. (2005) menyatakan bahwa jus delima banyak mengandung senyawa fenolik berupa antosianin, sianidin, pelargonidin, dan delfinidin, yang memberikan warna merah pada buah delima. Buah delima memiliki daya antioksidan yang lebih tinggi dari teh hijau. Penelitian ini dilakukan menggunakan jus buah delima dengan kadar 500 mg/kg dan dilakukan secara in vitro kepada sel carcinoma prostat PC3 dan CWR22 Rvl dan hasilnya dapat mengurangi diameter sel carcinoma sebesar 0.1-0.2%. Aviram et al. (2000) melakukan percobaan terhadap jus delima yang dicekok kepada tikus putih dengan dosis 6.25 µL dan 12.5 µL, kemudian plasma darah tikus diambil pada minggu ke 6, 9, dan 14. Penelitian ini menghasilkan hasil yang signifikan pada minggu ke-2 karena menunjukan adanya penurunan 6% lipid peroksida.

Cursil(R)70

Terdapat beberapa obat hepatitis yang biasa dijual di tempat pelayanan kesehatan serta yang biasa digunakan oleh masyarakat, yaitu Lepisar 300, Lesichol 300, Lesichol

600, Lesifit, Lipirol, Methicolf, Neurobion 5000. Obat generik lainnya adalah Proliva, Tripid, 3TC-HBV, Urdafalk, Biochosil, Biocurliv, Curmino 500, Helmigs, Hepa balance, Hepa-Q, Hepagard, Hepatin, Curliv plus, dan Cursil(R)70 (Farmasiku 2010). Cursil(R)70 merupakan suatu obat yang mengandung senyawa kurkumin dan silimarin.

Senyawa kurkumin termasuk golongan senyawa fenol dengan memiliki dua gugus fenol sedangkan silimarin termasuk senyawa gabungan silibin, silidianin, dan silikristin. Kurkumin merupakan senyawa yang memiliki fungsi sebagai hepatoprotektor (Dalimartha 2005). Silimarin merupakan senyawa yang didapatkan dalam buah tumbuhan Silybum marianum. Dalam penggunaannya secara umum senyawa ini menunjukan fungsi antioksidasi, anti peradangan, anti hepatotoksik, dan juga membantu pertumbuhan sel tertentu dalam hati. Silimarin juga dapat menurunkan konsentrasi lipid peroksida. Senyawa ini mampu melindungi hati dari toksisitas yang disebabkan metabolit CCl4 dan parasetamol dalam tubuh. Dosis penggunaan Cursil(R)70 pada manusia dewasa adalah 2 kapsul atau 0.8 gram tiap hari (Adji 2004). Komposisi setiap kapsul Cursil(R)70 mengandung Curcumae 20 mg, xanthorrhizae 30 mg, dan silymarin 70 mg, sebagaimana penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengatakan bahwa Cursil(R)70 memiliki nilai regresi daya antioksidasi sebesar 99.38% (Batubara, Rafi, Darusman 2005).

Polifenol

Polifenol merupakan senyawa metabolit sekunder dari tumbuhan yang banyak tersebar di alam. Lebih dari 8.000 struktur fenolik telah diketahui. Jenis molekul senyawa ini beragam, mulai dari yang paling sederhana seperti asam fenolik hingga bentuk polimer tinggi seperti tanin. Polifenol disintesis di dalam tumbuhan melalui dua lintasan, yaitu lintasan shikimat dan asetat (Nzaramba 2008). Struktur utama polifenol adalah difenilpropana yang mengandung dua cincin aromatik yang dihubungkan dengan tiga atom karbon, biasanya membentuk oksigen heterosiklik. Polifenol umumnya berkonjugasi dengan satu atau lebih gula pada gugus hidroksil atau atom karbon aromatik seperti pada Gambar 4 (Nzaramba 2008).

Senyawa polifenol terdiri dari beberapa subkelas yakni, flavonol, isoflavon (dalam

Page 16: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

kbegdmkvsld

abrmAddSsm(

pptpcipsppfi(

K

E

kedelai), flavabiflavon. Turepikatekin, epgalat, dan kudalam teh damerupakan kekuatan 4-5 vitamin C dsebagai antioklain adalah tdelima dan cok

Komponenantioksidan, ybebas dan seredoks aktif mengatalisis Antioksidan gdengan oksidadonasi atom hSenyawa interstabil sehinmenginisiasi (Nzaramba 200

Polifenol mpada tumbuhapolifenol berpterhadap hamaproteksi terhadcekaman oksidini juga berppertumbuhan sebagai atraktpolen, dan pproses transduflavonoid, sepinteraksi deng(Andersen & M

Katekin E

Epikatekin galat

Gambar 4 Str

anon, antosianirunan dari pigalo-katekin,uersetin umuman apel. Duaantioksidan kali lebih tingan vitamin E

ksidan potensiatanin terkandukelat (Widiastun fenolik beyaitu terminatebagai pengk

yang memureaksi per

olongan fenolsi lipid dan mohidrogen ke srmediet radika

ngga tidak reaksi radik

08). merupakan koan. Bagi tumperan dalam a serangga, herdap sinar UV, datif dan lingkperan dalam tanaman, sepetan untuk poperkembangan uksi sinyal lainperti dalam gan mikrobia

Markham 2006

Epikatekin E

t Galokatekin galat

ruktur kimia go

din, katekin, dkatekin sepe epigalo-katek

mnya ditemuka unsur terak

kuat, dengggi dibandingkE yang dikenal. Jenis polifenung dalam tuti 2009). ertindak sebagtor dari radik

kelat ion logaungkinkan untroksidasi lipik ini bergabuolekul lain akibsenyawa radikal fenoksil rela

mampu lakal selanjutn

mponen esensmbuhan, senya

pertahanan drbivora mamaltemperatur, se

kungan. Senyareproduksi d

erti sinyal kimolinasi, fertilis

biji. Beberan juga melibatk

regulasi auksa, dan lain-la6).

Epigalokatekin

Epigalokatekin galat olongan fenoli

dan erti kin kan khir gan kan nal nol eh,

gai kal am tuk pid. ung bat kal. atif agi nya

sial awa diri lia,

erta awa dan mia sasi apa kan sin, ain

n

k.

Bpencberfucanckanklain.penykadaantiodikeantip(Andterhabiolosebadikehepa(Mu

Madalalamkol, buahceri,sepezaituteh, wine

TdiguMendiekbebemetabaikadaletano

BpeneSpraberupakaberuCursadalbahasarinbuff70%95%prepxilol

Bagi manusia,cegahan kankfungsi sebagacer, mediasi ker payudara, Flavonoid jug

yakit kardiovar kolesteoksidasinya. Ptahui adaperadangan, dersen & Madap flavonoidogisnya, tetapagai obat. Kintahui memilik

atoproteksi purugesh et al. 20Menurut Widah kelompok

mi ada di dalamdan seledri. P

h-buahan, sep pir, dan strob

erti walnut, kedun, dan terdapkopi, cokelat d

e. Terdapat beunakan untuknurut Sun & Hkstrak dengan erapa pelarut,anol, dan aset

k digunakan unah akuades ol (Wang & H

BAHAN D

BahBahan-bahan elitian ini adague Dawley jaumur 8 mingguan standar, buaumur sekitar 3-sil®70. Pelaruah aseton, H2Oan lain yang ng, eter, akuadfer netral form

%, alkohol 80%%, alkohol 1parat hematoksil.

polifenol beker, misalnyai hormone

reseptor estserta aktivita

ga berperan davaskular, sepeerol dan Potensi lainnyaalah antiobesitas, da

Markham 200d tidak hanya i lebih karena

ni senyawa flaki aktivitas antada tikus g005).

diastuti (2009antioksidan

m sayuran sepPolifenol terdap

erti apel, delberi. Pada kacadelai, kacang tapat pada minudan anggur me

eberapa pelk mengekstrakHo (2005) po

menggunaka, yaitu akuaton. Namun, p

ntuk mengekstrditambah denelliwell 2001).

DAN METO

han dan Alat yang diguna

dalah tikus antan dengan ku dengan beraah delima yan-4 bulan, para

ut-pelarut yangO, dan asam as

digunakan ades, larutan Namalin (BNF) 1%, alkohol 9100%, parafiilin eosin (HE)

6

rguna dalam a isoflavon e dependent trogen pada as antikanker alam proteksi erti penurun

aktivitas a yang telah iosteoporosis, an lain-lain 06). Kajian karena peran a potensinya

avonoid telah tioksidan dan galur wistar

9) polifenol yang secara

perti brokoli, pat juga pada lima, melon, ang-kacangan anah, minyak uman seperti erah atau red

larut yang k polifenol. lifenol dapat

an campuran ades, etanol, pelarut yang rak flavonoid ngan pelarut .

ODE

akan dalam putih galur

kondisi sehat at 150-200 g, ng digunakan asetamol, dan g digunakan setat. Adapun adalah kertas aCl fisiologis, 10%, alkohol 90%, alkohol in, pewarna ), dan larutan

Page 17: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

7

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven Menmert, penggiling, rotavapor RE-2000A, penangas air, eksikator, alat cetak parafin Tissue-Tek, dehidrator berputar, pemotong mikrotom Reichen-Jung, dan neraca. Peralatan lainnya adalah pipet tetes, gelas reaksi, pipet Mohr, cawan porselin, parafin, kaca objek, mikroskop cahaya, tabung kecil, botol minum, tempat pakan, kandang, dan alat-alat bedah steril.

Metode Penelitian

Preparasi Sampel Buah delima terdiri dari kulit, daging, dan biji. Pada penelitian ini yang digunakan adalah daging dan biji. Daging dan biji buah delima di oven pada suhu 50°C selama 6 hari, hingga kadar air kurang dari 10%. Kadar air kering harus kurang dari 10% agar simplisia dapat disimpan lebih lama. Setelah sampel kering, dilakukan penggilingan hingga terbentuk serbuk yang berukuran 100-200 mesh agar polifenol mudah terekstraksi. Kadar air (AOAC 1995) Penetapan kadar air merupakan cara untuk mengukur banyaknya air yang terdapat pada suatu sampel atau bahan yang akan digunakan. Analisis kadar air dilakukan pada sampel yang segar. Cawan porselin dimasukan ke dalam oven pada suhu 105oC selama 30 menit kemudian didinginkan di dalam eksikator hingga dingin, lalu cawan porselin ditimbang. Sampel yang digunakan ditimbang sebanyak 5 gram kemudian dimasukan ke dalam oven dengan suhu 105oC selama kurang lebih 6 jam. Sampel didinginkan di dalam eksikator hingga dingin, kemudian sampel ditimbang. Perlakuan yang terakhir dilakukan secara berulang-ulang hingga bobot sampel relatif konstan (berat dianggap konstan jika selisih berat sampel kering yang ditimbang ≤ 0.0003 gram). Perhitungan kadar air sebagai berikut:

Kadar air (%) = W – (W1 – W2) x 100%

W Keterangan: W = bobot sampel sebelum dikeringkan (g) W1 = bobot (sampel + cawan) sesudah

dikeringkan (g) W2 = bobot cawan kosong (g) Ekstraksi polifenol buah delima (Hayouni et al. 2007)

Metode ekstraksi yang dilakukan adalah metode maserasi, yaitu ekstraksi yang

dilakukan pada suhu ruang dan tanpa menggunakan panas. Proses maserasi dilakukan dengan menimbang 25 gram serbuk buah delima kemudian ditambahkan dengan 250 mL pelarut yang terdiri dari aseton: air: asam asetat (90:9.5:0.5 v/v). Proses maserasi dilakukan selama 24 jam dengan menggunakan shaker orbital pada kecepatan 120 rpm, proses tersebut dilakukan selama 3x24 jam. Ekstrak yang diperoleh kemudian disaring dengan kertas saring dan dihilangkan pelarutnya dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 45ºC dalam kondisi vakum. Maserasi dilakukan berulang-ulang hingga pelarut tidak berwarna lagi, hal ini dilakukan agar memaksimalkan rendemen polifenol yang terekstrak. Perlakuan Hewan Coba

Hewan percobaan berjumlah 22 ekor dikelompokkan menjadi tujuh kelompok dan masing-masing kelompok terdiri atas tiga ekor kecuali kelompok normal berjumlah empat ekor. Tikus dikandangkan secara individu beralaskan sekam. Tikus diberi pakan standar 20 g/ekor/hari dengan minum ad libitum. Sebelum percobaan, tikus diadaptasi selama 19 hari untuk menyeragamkan cara hidup dan pola makan dengan pakan standar, serta membiasakan diri dengan lingkungannya. Ketujuh kelompok tikus diberi pakan standar selama penelitian.

Tikus kelompok I merupakan kelompok normal (N) yang hanya diberi pakan standar selama penelitian dan dicekok akuades pada hari ke-0 hingga ke-34. Kelompok II atau kontrol positif (KP) yang menggunakan Cursil®70 (obat hepatitis) dengan dosis 13.3 mg/kg BB dari hari ke-18 hingga hari ke-34. Kelompok III adalah kelompok negatif (KN) yang dicekok parasetamol dosis 500 mg/kg BB pada hari ke-0 hingga ke-34. Kelompok IV (EI atau ekstrak 13.3 mg/kg BB), V (E2 atau ekstrak 100 mg/kg BB), VI (E3 atau ekstrak 250 mg/kg BB), dan VII (E4 atau ekstrak 500 mg/kg BB) dicekok dari hari ke-18 hingga hari ke-34. Kelompok II-VII secara bersamaan dicekok parasetamol 500 mg/kg BB dari hari ke-0 hingga hari ke-34 (Lampiran 3).

Perbedaan kadar polifenol dimaksudkan untuk membandingkan aktivitas hepatoproteksi polifenol buah delima dengan standar yang sudah diketahui. Kadar 13.3 mg/kg BB dibandingkan dengan kadar Cursil®70. Kadar 100 mg/kg BB dan 250 mg/kg BB dibandingkan dengan kadar

Page 18: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

8

ekstrak temulawak (Adji 2004). Selanjutnya kadar 500 mg/kg BB dilakukan karena kadar tersebut masih berada di bawah batas LD50 (letal dosis 50) buah delima, yaitu 565-945 mg/kg BB (Vidal et al. 2003).

Analisis Histopatologi Hati (Mills 2007)

Hewan percobaan didislokasi pada hari ke-34 dan diambil organ hatinya. Organ hati yang diperoleh dicuci dengan menggunakan larutan fisiologis NaCl 0.9% selama 30 menit, selanjutnya difiksasi dengan menggunakan BNF 10%. Jaringan yang telah difiksasi kemudian didehidrasi dengan menggunakan alkohol konsentrasi bertingkat, yaitu alkohol 70%, 80%, 90%, dan 95% masing-masing dilakukan selama 24 jam dan dilanjutkan dengan alkohol 100% selama 1 jam yang diulang tiga kali pembilasan. Setelah didehidrasi dilanjutkan dengan penjernihan dengan menggunakan xilol, yang dilakukan sebanyak tiga kali, pada masing-masing pembilasan akan dilakukan selama 1 jam, kemudian dilanjutkan dengan infiltrasi parafin, yaitu jaringan hati ditanam dalam media parafin, selanjutnya dilakukan penyayatan dengan ketebalan 4-5 mikron. Hasil sayatan dilekatkan pada kaca objek, kemudian diwarnai dengan pewarna HE dan diamati di bawah mikroskop cahaya.

Evaluasi Histopatologi

Evaluasi histopatologi dilakukan berdasarkan perubahan-perubahan yang diperoleh. Parameter yang diamati ketika menggunakan mikroskop cahaya adalah jumlah sel yang mengalami nekrotik, jumlah sel yang mengalami apoptosis, jumlah sel kuffer, dan jumlah degenerasi lemak yang terjadi (Stephanie 2009). Pengamatan histopatologi dilakukan dengan melihat sel hati yang sudah diwarnai pada masing-masing sampel dan menghitung sel yang mengalami perubahan pada 5 lapang pandang dengan tiga ulangan tiap perlakuannya. Perbesaran mikroskop yang digunakan adalah 400X.

Pengamatan terhadap perubahan hepatosit dilakukan pemberian skor dengan kategori di bawah ini, dan dibandingkan banyaknya kejadian dengan jumlah individu dalam tiap kelompok perlakuan. Kategori evaluasi histopatologi adalah sebagai berikut (Dewa 2005): Berdasarkan perubahan hepatosit yang dominan diberi skor: 0 : Hepatosit normal 1 : Hepatosit mengalami degenerasi

Berbutir (sel mengalami kongesti) 2 : Hepatosit mengalami degenerasi hidropis (sel membengkak dan sitoplasma jernih sedikit bervakuol) Analisis Data (Mattjik & Sumertajaya 2002) Hasil data bobot badan tikus dianalisis dengan mengunakan uji T dan perangkat lunak SPSS Statistical Data Analysis seri 17 untuk melihat peningkatan bobot badan dari setiap minggunya. Data sel nekrotik, sel apoptosis, sel kuffer, dan degenerasi lemak yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistik ANOVA, menggunakan perangkat lunak statistical analysis system (SAS) dengan tingkat kepercayaan 95% dan taraf α = 0.05 untuk melihat pengaruh dari masing-masing perlakukan. Apabila hasilnya nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan. Model rancangan tersebut adalah:

Yij = µ + λi + εij

Keterangan: µ = Pengaruh rataan umum λi = Pengaruh perlakuan ke-i, i = 1, 2, 3, 4, 5,6,7 εij = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j, j = 1, 2, 3 i = 1 adalah perlakuan pemberian pakan standar saja i = 2 adalah perlakuan pemberian pakan standar dengan parasetamol i = 3 adalah perlakuan pemberian

pakan standar, parasetamol, dan Cursill®7 13.3 mg/kg (b/b) i = 4 adalah perlakuan pemberian pakan standar, parasetamol, dan ekstrak polifenol delima 13.3 mg/kg (b/b) i = 5 adalah perlakuan pemberian pakan standar, parasetamol, dan ekstrak polifenol delima 100 mg/kg (b/b) i = 6 adalah perlakuan pemberian pakan standar, parasetamol, dan ekstrak polifenol delima 250 mg/kg (b/b) i = 7 adalah perlakuan pemberian pakan standar, parasetamol, dan ekstrak polifenol delima 500 mg/kg (b/b)

Page 19: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstrak Polifenol Buah Delima Buah delima yang digunakan adalah buah

delima India atau dikenal dengan buah delima merah. Buah delima merah diperoleh dari Bandar Lampung, Lampung Selatan, Indonesia. Alasan pengambilan buah delima di daerah tersebut karena di daerah Lampung terdapat tempat pembudidayaan pertanian buah delima, sehingga buah delima lebih mudah di dapat. Selain itu, curah hujan yang cukup stabil pada bulan Januari hingga Maret menjadi salah satu alasan pengambilan sampel, curah hujan di wilayah Lampung Selatan sekitar 150-350 mm termasuk katagori stabil bila dibandingkan dengan Pulau Jawa sekitar 250-500 mm yang masuk ke dalam kategori curah hujan tinggi (BMG 2010). Hal ini yang menjadikan salah satu pertimbangan pengambilan sampel karena curah hujan yang terlalu besar atau terlalu kecil akan berpengaruh kepada metabolit sekunder buah delima.

Kadar air basah dan rendemen polifenol buah delima dilakukan oleh peneliti terdahulu, yaitu Heryani (2010) yang menyebutkan kadar air basah buah delima sebesar 83.08%. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Al-Maiman dan Ahmad (2002) yang menyatakan kadar air buah delima sebesar 80.66%. Perbedaan nilai kadar air basah yang terjadi dikarenakan nilai kadar air basah tergantung pada beberapa faktor seperti kematangan sampel, spesies sampel, tempat tumbuh sampel, dan beberapa faktor lainnya yang berkaitan dengan kadar air suatu sampel (Al-Maiman & Ahmad 2002).

Rendemen polifenol yang diperoleh dari buah delima yang digunakan pada penelitian ini adalah 36.2%. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Li Y et al. (2006) dari daging dan biji buah delima menghasilkan rendemen polifenol sebesar 14.5% sedangkan dari kulit buah delima sebesar 31.5%. Perbedaan rendemen polifenol ini dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang pertama adalah spesies sampel karena masing-masing sampel memiliki keragaman genetik yang berbeda-beda sehingga memungkinkan sampel menunjukkan nilai rendemen senyawa aktif yang berbeda-beda (Andersen & Markham 2006). Faktor yang kedua adalah besar-kecilnya luas permukaan sampel, menurut Partang (2008) luas permukaan akan mempengaruhi proses ekstraksi, ukuran partikel yang baik dalam proses ekstraksi

adalah kurang lebih 100-200 mesh . Faktor yang ketiga adalah pelarut dan metode yang digunakan untuk ekstraksi (Goli et al. 2004). Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode modifikasi Hayouni et al .(2007) dengan menggunakan pelarut aseton:air:asam asetat (90:9.5:0.5) yang dilaporkan mampu menghasilkan total komponen fenolik tertinggi pada Quercus coccifera L. dan Juniperus phoenica L. dibandingkan dengan menggunakan pelarut lain, seperti etanol, metanol, atau etil asetat. Singh et al. (2002) telah melakukan ekstraksi antioksidan buah delima dan kulit buah delima dengan beberapa pelarut secara individu. Pelarut-pelarut tersebut meliputi metanol, aseton, atau air. Rendemen antioksidan maksimum diperoleh dari ekstrak metanol sebesar 23.1%.

Perlakuan Terhadap Tikus Tikus yang digunakan berasal dari Pusat

Studi Biofarmaka (PSB) Bogor. Tikus yang digunakan berkelamin jantan berumur 2 bulan dengan bobot rata-rata 161.88 ± 8.77 gram. Perlakuan diberikan selama 34 hari kepada semua kelompok tikus sesuai dengan pakan dan perlakuannya masing-masing. Pertama yang dilakukan adalah adaptasi tikus selama 19 hari, hal ini dilakukan agar tikus tidak mengalami stres ketika terjadi pemindahan tikus dari kandang yang lama ke kandang yang baru, sehingga tikus dapat menunjukkan kondisi yang baik atau sehat ketika diberi perlakuan selama percobaan berlangsung. Bobot tikus pada tahap adaptasi mengalami peningkatan untuk semua kelompok perlakuan (Gambar 5). Presentase kenaikan bobot badan tikus pada adaptasi sebesar 40.32% dianalisis dengan menggunakan uji T pada taraf 5% dan perlakuan berpengaruh nyata (p<0.05) dapat dilihat pada Gambar 6. Rata-rata bobot badan tikus pada adaptasi sebesar 226.82 ± 9.43 gram. Kenaikan bobot badan tikus menunjukkan hal yang baik karena tikus dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Seluruh kelompok pada hari ke-1 sampai hari ke-34 diberi perlakuan yang sama, yaitu dicekok parasetamol 500 mg/kg BB kecuali kelompok normal. Pemberian parasetamol dosis tinggi diberikan setiap hari agar menyebabkan kerusakan pada hati, sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Adji (2004) sebelumnya, dosis 500 mg/kg BB parasetamol yang diinduksi telah merusak hati tikus selama 2 minggu. Bobot

Page 20: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

10

badan tikus pada proses perusakan hati tetap mengalami peningkatan pada masing-masing kelompok, dengan rata-rata kenaikan sebesar 259.32 ± 8.62 gram dan presentase kenaikan sebesar 14.43%. Presentase kenaikan bobot badan tikus mengalami penurunan pada tahap perusakan hati bila dibandingkan dengan presentase kenaikan bobot badan tikus pada tahap adaptasi, hal ini terjadi karena tikus diberi induksi parasetamol dosis tinggi yang menyebabkan nafsu makan tikus menurun, sehingga presentase kenaikan bobot badan tikus menurun sebagaimana yang dikemukakan oleh Gan (1980) pemberian parasetamol dalam dosis berlebih dapat menimbulkan gejala-gejala anoreksia, mual, muntah, serta sakit perut yang terjadi dalam 24 jam pertama, dan dapat berlangsung terus menerus selama seminggu atau lebih. Gejala-gejala inilah yang menyebabkan nafsu makan hewan coba menurun.

Hari ke-18 sampai hari ke-34 dilakukan pemulihan dengan menggunakan ekstrak polifenol buah delima. Pada tahap pemulihan tikus tetap mengalami peningkatan bobot badan. Bobot badan rata-rata tikus percobaan adalah 280.19 ± 9.66 gram. Pemberian

ekstrak polifenol buah delima berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap presentase kenaikan bobot badan tikus sebesar 8.12% (Gambar 6).

Pengamatan terhadap bobot hati tikus yang terbesar terdapat pada kelompok kontrol negatif dengan rata-rata 11.90 ± 0.96 gram. Hal ini terjadi karena pada kelompok negatif tikus diberi parasetamol dosis tinggi dalam jangka waktu yang lama, sehingga hati tikus pada kelompok kontrol negatif mengalami kerusakan hati. Oleh karena itu, bobot hati tikus pada kelompok negatif mengalami pembesaran hati. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Ulfa (2008) mengenai pemberian parasetamol dosis tinggi menyebabkan morfologi hati yang membengkak dan warnanya menjadi merah kehitaman.

Bobot hati tikus tidak menunjukkan korelasi yang berarti terhadap bobot badan tikus (Gambar 7). Nilai korelasi yang diperoleh sebesar 0.144 dan nilai tersebut jauh dari nilai 1 oleh karena itu, hubungan antara bobot badan dan bobot hati tikus tidak berkorelasi kuat sehingga walaupun bobot badan semakin meningkat belum tentu bobot hati akan ikut meningkat.

Gambar 5 Bobot badan tikus.

Gambar 6 Presentase kenaikan bobot badan tikus.

0100200300

-4 -2 0 2 4

Bo

bo

t B

adan

T

iku

s (g

ram

)

Minggu ke-

Kelompok I

Kelompok II

34.2

4 44.

76

44.

33

35.

47

39.0

8 51.

19

33.1

5

22.

28

12.

67

13.

43

13.

46

8.9

3

14.

35

15.

84

8.1

3

11.

38

13.

98

7.8

2

9.9

2

5.4 0.2

4

0

10

20

30

40

50

N KP KN E1 E2 E3 E4

Ke

nai

kan

BB

tik

us

(%)

Kelompok perlakuanhari ke -19 sampai hari ke 0 hari ke 1 sampai hari ke 17

Page 21: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

11

Gambar 7 Korelasi antara bobot badan tikus dengan bobot hati tikus.

Jumlah Sel Nekrotik Jumlah sel hati yang mengalami kematian

lokal (nekrotik) pada hati tikus jantan terhadap pemberian parasetamol, Cursil®70, dan ekstrak polifenol buah delima ditunjukan pada Tabel 1. Kelompok normal tidak berbeda nyata dengan kelompok yang diberi ekstrak polifenol buah delima 500 mg/kg BB, 13.3 mg/kg BB, dan kontrol positif pada taraf 5%, namun berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif, ekstrak 100 mg/kg BB dan 250 mg/kg BB. Kelompok positif tidak berbeda nyata dengan kelompok ekstrak 13.3 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 500 mg/kg BB, namun berbeda nyata dengan kelompok negatif dan ekstrak 250 mg/kg BB. Hal ini menggambarkan bahwa ekstrak polifenol dengan dosis 13.3 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 500 mg/kg BB memiliki aktivitas yang sama dengan Cursil®70 pada dosis 13.3 mg/kg BB serta menunjukkan keadaan sel yang sama dengan kelompok normal. Jika diamati jumlah sel nekrotik pada kelompok yang diberi perlakuan ekstrak polifenol buah delima, kelompok ekstrak 13..3 mg/kg BB tidak berbeda nyata dengan kelompok ekstrak 100 mg/kg BB dan 500 mg/kg BB, namun berbeda nyata dengan kelompok ekstrak 250 mg/kg BB. Kelompok ekstrak 250 mg/kg BB memiliki jumlah sel nekrotik yang lebih besar bila dibandingkan dengan kelompok normal dan ekstrak lainnya (Tabel 1), hal ini akibat dari masing-masing individu memiliki respon berbeda-beda terhadap xenobiotik yang dimasukkan. Kelompok ekstrak 500 mg/kg BB memiliki jumlah sel nekrotik yang sama dengan kelompok normal, hal ini dapat dinyatakan bahwa ekstrak polifenol buah delima pada dosis 500 mg/kg BB paling baik dalam memperbaiki kerusakan pada sel yang mengalami nekrotik.

Sel nekrosis tampak berwarna lebih kemerahan dan batas antar sel tidak jelas. Inti terlihat banyak lisis dan piknotis (inti sel mengecil dan kehitaman) dan terjadi kongesti ringan. Telah terlihat perubahan histopatologi sel hati yang mengalami nekrosis pada

Gambar 8. Sel yang mengalami nekrosis terlihat masih memiliki inti sel namun, membran sel masih menunjukkan normal. Nekrosis merupakan kematian lokal dari jaringan atau sel dalam individu yang hidup. Menurut Golstein dan Kroemer (2006) nekrosis seringkali disebabkan oleh kenaikan Reaction Oxygen Species (ROS) dan gangguan pada homeostasis Ca2+ yang artinya akan menyebabkan kekurangan ATP (Adenosine Tri Phosphate).

Menurut Mills (2007) kongesti adalah suatu keadaan dimana darah berkumpul secara berlebihan di suatu jaringan tertentu. Darah berkumpul di vena sentralis dan sinusoid-sinusoid di sekelilinganya, sehingga sinusoid mengalami dilatasi dan hepatosit mengalami atrofi. Perubahan ini dapat terjadi salah satunya dengan menggunakan bahan anestesi. Mekanisme terbentuknya sel nekrosis setelah pemberian parasetamol berkaitan erat dengan fungsi hati. Parasetamol membentuk suatu gugus radikal bebas yang mempengaruhi lipid membran retikulum endoplasma sehingga menyebabkan perubahan morfologi dari membran retikulum endoplasma. Enzim-enzim retikulum endoplasma akan kehilangan aktivitas katalitiknya. Tidak dapat mensintesis protein dan selanjutnya konjugasi lipid dengan protein (lipoprotein) tidak dapat dikeluarkan dari hati ke dalam darah (Yuwono 2010). Nekrosis akibat interaksi antara radikal bebas hasil biotransformasi parasetamol dan asam lemak tidak jenuh penyusun membran sel membentuk peroksida organik yang tidak stabil. Peroksida ini selanjutnya akan mudah pecah menjadi radikal bebas baru yang dapat memecah penyusunan membran sel selanjutnya. Tabel 1 Jumlah sel nekrotik

Perlakuan Jumlah Sel Nekrotik

Normal 1.8 ± 0.77c

Kontrol Negatif 10.4 ± 3.10a

Kontrol Positif 4.7 ± 0.76bc

y = 0,027x + 3,373R² = 0,144

1010,5

1111,5

12

250 260 270 280 290

Bo

bo

t h

ati t

iku

s (g

ram

)

Bobot badan tikus (gram)

Kelompok perlakuan

Page 22: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

12

Ekstrak 13.3 mg/kg BB 4.8 ± 3.78bc

Ekstrak 100 mg/kg BB 6.1 ± 1.50b

Ekstrak 250 mg/kg BB 10.7 ± 2.33a

Ekstrak 500 mg/kg BB 2.2 ± 1.12bc

Keterangan: Huruf superscript menunjukkan hasil uji Duncan dan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata (p<0.05).

Gambar 8 Hati tikus setelah pemberian

ekstrak polifenol delimadengan dosis 13.3 mg/kg BB sel nekrotik HE perbesaran 400X.

Jumlah Sel Kuffer Jumlah sel kuffer akan meningkat jika

semakin rusaknya sel hati karena sel kuffer merupakan sel makrofag di dalam hati. Sel ini berasal dari promonosit sumsum tulang yang telah berdiferensiasi menjadi monosit darah dan tinggal di dalam jaringan hati. Sel kuffer merupakan respon kekebalan imun non spesifik, membunuh antigen, menghancurkan antigen, dan mengeliminasi antigen (Wibawan et al. 2003). Sebagaimana ditunjukan pada Gambar 9, sel kuffer memiliki bentuk yang lonjong.

Percobaan yang telah dilakukan menunjukan jumlah sel kuffer yang tertinggi adalah kelompok ekstrak 100 mg/kg BB (Tabel 2) yang tidak berbeda nyata dengan kelompok negatif dan ekstrak 250 mg/kg BB pada uji Duncan dengan taraf 5%, hal ini terjadi karena pada kelompok tersebut memiliki sistem imun yang tinggi terhadap antigen (parasetamol) yang dimasukkan ke dalam tubuh. Sel kuffer terendah dimiliki oleh kelompok normal dan kelompok ekstrak 500 mg/kg BB (Tabel 2), pada kelompok normal terdapat sel kuffer karena sel kuffer akan ada di dalam sel hati meskipun tidak dicekok parasetamol. Hal tersebut merupakan bukti perlawanan terhadap antigen yang masuk selain parasetamol. Kelompok ekstrak 500 mg/kg BB berbeda nyata dengan

kelompok ekstrak 13.3 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 250 mg/kg BB. Hal ini ditinjau dari segi kerusakan yang terjadi, jika dikaitkan dengan jumlah sel nekrotik kelompok ekstrak 500 mg/kg BB memiliki jumlah yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan kelompok ekstrak lainnya karena sel kuffer akan meningkat jumlahnya ketika terdapat kerusakan pada sel (Wibawan et al. 2003). Namun, kelompok ekstrak 100 mg/kg BB memiliki jumlah sel kuffer terbanyak, hal ini karena setiap individu memiliki kekebalan yang berbeda-beda, jika suatu individu memiliki sistem imun yang tinggi di dalam tubuhnya maka akan menghasilkan sel kuffer yang tinggi terkait dengan respon dari kerusakan sel hati. Tabel 2 Jumlah sel kuffer

Perlakuan Jumlah Sel Kuffer

Normal 6.87 ± 2.02cd

Kontrol Negatif 20.27 ± 5.49a

Kontrol Positif 12.00 ± 2.81bcd

Ekstrak 13.3 mg/kg BB 12.94 ± 3.96bc

Ekstrak 100 mg/kg BB 20.27 ± 2.39a

Ekstrak 250 mg/kg BB 14.93 ± 3.11ab

Ekstrak 500 mg/kg BB 5.73 ± 1.52d

Keterangan: Huruf superscript menunjukkan hasil uji Duncan dan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata (p<0.05).

Page 23: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

13

Gambar 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak polifenol delima dengan dosis 100 mg/kg BB,

sel kuffer (b). Pewarnaan HE perbesaran 400X.

Jumlah Sel Apoptosis Percobaan yang dilakukan menunjukan

bahwa kelompok tikus yang diberi perlakuan parasetamol saja atau kelompok negatif memiliki jumlah sel yang mengalami apoptosis sebesar 1.87 ± 1.17. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang terbesar bila dibandingkan dengan kelompok lainnya. Hasil penelitian dilakukan uji Duncan dengan taraf kepercayaan 5% menunjukan bahwa kelompok kontrol positif, ekstrak 13.3 mg/kg BB, ekstrak 100 mg/kg BB, ekstrak 250 mg/kg BB, dan ekstrak 500 mg/kg BB tidak berbeda nyata dengan kelompok normal tetapi berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatf. Namun, berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif (Tabel 3). Tabel 3 Jumlah sel apoptosis

Perlakuan Jumlah Sel Apoptosis

Normal 0.07 ± 0.15b

Kontrol Negatif 1.87 ± 1.17a

Kontrol Positif 0.13 ± 0.18b

Ekstrak 13.3 mg/kg BB 0.80 ± 0.78b

Ekstrak 100 mg/kg BB 0.00 ± 0.00b

Ekstrak 250 mg/kg BB 0.33 ± 0.47b

Ekstrak 500 mg/kg BB 0.00 ± 0.00b

Keterangan: Huruf superscript menunjukkan hasil uji Duncan dan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata (p<0.05).

Kelompok yang diberi ekstrak 100 mg/kg

BB dan 500 mg/kg BB tidak ditemukan sel yang mengalami apoptosis, hal tersebut dikarenakan pada saat pengamatan sel hati yang diamati sedang tidak mengalami apoptosis. Sel akan mengalami apoptosis ketika sel tersebut mengalami kerusakan yang parah dan sistem imun dalam tubuh sudah tidak dapat menetralisirnya sehingga sel tersebut mematikan dirinya sendiri (Peter et al. 1997).

Sel hati tikus yang diinduksi dengan parasetamol dalam dosis yang tinggi akan memicu terjadinya apoptosis, yaitu proses kematian sel itu sendiri dengan menghilangkan sel-selnya yang mengalami kerusakan atau kematian untuk menjaga osmeostasis perkembangbiakan sel dan membatasi poliferasi sel yang tidak diperlukan (Peter et al. 1997). Sel yang mengalami apoptosis warna selnya terlihat lebih pekat dan dinding membran terlihat rusak serta inti sel tidak terlihat, sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 10. Ukuran sel apoptosis yang terjadi sekitar 15µm, ukuran ini lebih besar dibandingkan dengan sel yang normal sekitar 10 µm.

Page 24: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

14

Gambar 10 Hati tikus setelah pemberian ekstrak polifenol delima dengan dosis 13.3 mg/kg BB.

Sel apoptosis (c). Pewarnaan HE perbesaran 400X.

Degenerasi Lemak Penelitian juga menemukan adanya

degenerasi lemak yang berupa vakuolalisasi, yaitu pembentukan vakuola akibat pemberian zat hepatoksin seperti parasetamol (Gambar 11). Menurut Donatus (2001) vakuolalisasi dapat terjadi karena adanya gangguan keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globuler. Ketidakseimbangan lemak terjadi karena pengangkatan dan sintesis lemak dalam sel hati berkurang sehingga jumlah dalam sel hati meningkat. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan perlakuan tidak berpengaruh (p>0.05). Jumlah degenerasi lemak yang tertinggi ditemukan pada pemberian ekstrak 250 mg/kg BB dengan rata-rata 5.73 ± 1.52 kemudian dilanjutkan dengan kontrol negatif dengan rata-rata 8.07 ± 7.26 (Gambar 12). Hal ini terjadi karena setiap individu hewan coba memiliki metabolisme yang berbeda-beda dan memiliki respon yang berbeda-beda pula, sehingga kemungkinan dapat terjadi degenerasi lemak yang banyak walaupun

pemberian parasetamol dengan dosis yang sama.

Mekanisme terjadinya penimbunan lemak (degenerasi lemak), pertama parasetamol akan mengganggu sintesis lipoprotein hati karena interaksi antara metabolit parasetamol berupa radikal bebas dan elemen lipidal retikulum endoplasma sebagai tempat sintesis protein. Akibatnya terjadi perubahan morfologi retikulum endoplasma, sehingga aktivitas enzim yang bertanggung jawab terhadap biotransformasi obat berkurang atau bahkan hilang (Yuwono 2010). Adanya penimbunan lemak dapat dilihat di sitoplasma sel hati, lemak sitoplasma terlihat sebagai butiran lemak (rongga bulat jernih) cukup besar sekitar 10-15 µm dan tidak berwarna. Daerah yang mulai terkena toksin adalah daerah periporta (daerah yang lebih dahulu dialiri darah dibandingkan oleh dengan yang di tengah lobulus), sehingga penimbunan lemak akan mengikuti sirkulasi darah, bila darah sampai ke vena sentral biasanya sudah kehabisan oksigen dan zat-zat makanan, maka di daerah sentriboluber sel-selnya akan mati, sehingga terbentuk daerah nekrosis sentriloluber.

 

Gambar 11 Hati tikus setelah pemberian ekstrak polifenol delima dengan dosis 250 mg/kg BB.

Degenerasi lemak pada sel hati (d). Pewarnaan HE dan perbesaran 400X.

Page 25: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

15

Gambar 12 Rataan jumlah degenerasi lemak.

 

Pengaruh Pemberian Ekstrak Polifenol

Buah Delima Terhadap Hepatosit Dari hasil penelitian ditemukan kongesti

dan dilatasi sinusoid, sedangkan pada bagian parenkim hati mengalami degenerasi berbutir (cloudy swelling) (Gambar 13). Kelompok normal tidak terdapat kerusakan hepatosit yang signifikan (Tabel 4). Kerusakan yang terjadi pada kelompok normal adalah kerusakan hepatosit yang kecil. Kelompok ekstrak 250 mg/kg BB tidak berbeda nyata dengan kelompok normal Sedangkan pada kelompok kontrol positif dan ekstrak 100 mg/kg BB tidak berbeda nyata dengan ekstrak 500 mg/kg BB, yaitu memiliki kerusakan jenis degenerasi berbutir. Degenerasi berbutir merupakan langkah pertama perubahan sel dalam perjanan yang panjang menuju nekrosis. Perjalanan ini sangat dipengaruhi oleh waktu, konsentrasi hepatoksin, dan cara pemberian senyawa toksik tersebut. Selain senyawa toksik, degenerasi berbutir juga timbul pada tahap awal autolisis (Mills 2007).

Kelompok kontrol negatif tidak berbeda nyata dengan kelompok ekstrak 13.3 mg/kg BB, yaitu jenis kerusakan hepatosit yang mendominasi adalah jenis degenerasi hidropis. Hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis tampak membengkak dan sitoplasmanya jernih dan sedikit bervakuol. Menurut Mills (2007) degenerasi hidropis adalah perubahan yang umum terjadi pada hepatosit karena beberapa keadaan, mulai dari intoksikasi ringan sampai dengan hipoksia. Keadaan ini terjadi karena retikulum endoplasma mengambil cairan dalam volume yang besar. Oleh karena itu, pada sitoplasma hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis akan terlihat ruang-ruang kosong dengan sisa-sisa sitoplasma. Namun, degenerasi hidropis ruang kosong tidak sejernih pada degenerasi lemak. Biasanya

degenerasi berbutir dan degenerasi hidropis bersifat reversible.

Semakin tinggi ekstrak polifenol yang diberikan semakin kecil pula kerusakan yang terjadi (Tabel 4). Terlihat pada ekstrak 500 mg/kg BB yang memiliki rataan yang sama dengan kontrol positif, sehingga polifenol buah delima pada dosis tersebut dapat mencegah kerusakan pada hati. Pada penelitian Heryani (2010) ekstrak polifenol buah delima pada dosis 250 mg/kg BB dan 500 mg/kg BB dapat menurunkan lipid peroksida sebesar 33.23%-41.84%. Hal ini menggambarkan bahwa ekstrak polifenol buah delima pada dosis 500 mg/kg BB memiliki aktivitas hepatoproteksi. Tabel 4 Hasil skorsing histopatologi hati tikus berdasarkan kerusakan

hepatosit P Jenis Kerusakan Hepatosit

N DB DH Jumlah Skor

0 Skor

1 Skor

2 N 1/4 2/4 1/4 0.33 ± 0.29 KN - 1/3 2/3 1.67 ± 2.08 KP 1/3 2/3 - 0.67 ± 1.15E1 1/3 - 2/3 1.33 ± 2.31 E2 - 2/3 1/3 1.33 ± 1.15 E3 2/3 1/3 - 0.33 ± 0.58E4 1/3 2/3 - 0.67 ± 1.15

Keterangan: Perlakuan (P); Degenerasi berbutir (DB); Degenerasi Hidropis (DP); Normal (N); Kontrol Negatif (KN); Kontrol Positif (KP); Ekstrak (E) 

Kontrol positif yang diberi obat cursil-70 dengan dosis 13.3 mg/kg BB mengandung senyawa aktif cucurmae, xanthorrhizae, dan silymarin menunjukkan kerusakan yang ringan karena memiliki nilai skoring yang lebih kecil dari normal. Menurut Adji (2004) kurkumin merupakan senyawa antioksidan yang baik dan dapat menghambat peroksidasi lipid pada mikrosom hati tikus dan membran

0

5

10

15

1 2 3 4 5 6 7

Ju

mla

h

Deg

en

era

si le

mak

PerlakuanN KN KP E1

E2 E3 E4

Page 26: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

16

eritrosit. Sementara silimarin merupakan senyawa yang mampu melindungi hati dari toksisitas yang disebabkan oleh metabolit CCl4 dan parasetamol dalam tubuh (Adji 2004).

Degenerasi dapat didefinisikan sebagai peningkatan metabolisme sel, sehingga sel kehilangan struktur dan fungsi normalnya. Secara normal sel, menyelenggarakan metabolisme dengan produk relatif sedikit yang segera digunakan dan diekspor ke luar

sel. Ketika terjadi perusakan subletal, sel akan beradaptasi untuk memproduksi hasil metabolisme secara besar-besaran, yang akhirnya akan sulit ditampung oleh sel berkondisi normal. Akibatnya, morfologi sel akan berubah yang umumnya membengkak dan fungsi normal sel terganggu (Dewa 2005). Sel yang mengalami degenerasi ditandai dengan pengumpulan produk metabolik seperti lipid, protein, dan glikogen dalam jumlah yang abnormal (Dewa 2005).

 

Gambar 13 Hepatosit degenerasi berbutir. Pewarnaan HE dan perbesaran 400X.

 

Gambar 14 Hepatosit degenerasi hidropis. Pewarnaan HE dan perbesaran 400X.

Gambar 15 Hepatosit normal. Pewarnaan HE dan perbesaran 400X.

Page 27: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

17

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian ekstrak polifenol buah delima dengan dosis 500 mg/kg BB selama 16 hari perlakuan berfungsi sebagai hepatoprotektor paling baik dalam menghambat kerusakan jaringan hati akibat induksi parasetamol 500 mg/kg BB selama 34 hari. Hal ini terlihat pada pengaruhnya terhadap jumlah sel nekrotik yang rendah yaitu sebesar 2.2 ± 1.12, tidak ditemukan sel apoptosis, jumlah sel kuffer yang rendah yaitu sebesar 5.73 ± 1.52 dan jumlah degenerasi lemak yang rendah yaitu sebesar 1.93 ± 1.21. Dengan perkataan lain, pemulihan kerusakan jaringan hati yang terjadi pada kelompok tikus percobaan yang diberi ekstrak polifenol 500 mg/kg BB hampir mendekati kelompok normal.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap analisis yang berkaitan dengan serum darah seperti analisis terhadap aktivitas enzim alanin aminotransferase (ALT), aspartat aminotransferase (AST), alkalin fosfatase (ALP), γ-glutamil transferase (GGT), glutation peroksidase (GPx), superoksida dismutase (SOD), katalase, dan laktat dehidrogenase. Selain itu, perlu dilakukan analisis histopatologi hati yang berkaitan dengan jenis degenerasi yang menggunakan pewarna khusus misalnya Periodic Acid Schift (PAS) terhadap jaringan hati agar lebih terlihat jelas jenis kerusakan pada hepatosit dan perlu dilakukan uji antioksidan dengan metode DPPH.

DAFTAR PUSTAKA

Adji P. 2004. Daya antioksidasi saponin akar kuning (archangelisia flava L. Merr) sebagai mekanisme hepatoproteksi pada tikus yang diinduksi parasetamol.

[Skripsi]. Bogor: Departemen Kimia FMIPA IPB.

Afaq F, Saleem M, Krueger CG, Reed JD, Mukhtar H. 2005. Anthocyanin and filtratable tannin-rich pomegranate fruit extract modulates MAPK and NfkappaB pathways and inhibits skin tumorigenesis

in CD-1 mice. Int J Cancer., 113: 423-433.

Al-Maiman SA, Ahmad D. 2002. Changes in physical and chemical properties during pomegranate (Punica granatum, L.) fruit maturation. Food Chemistry 76:437-441.

Amalia D. 2008. Efek hepatoprotektor ekstrak etanol 70% daun ceplukan (Physalis angulata L) terhadap mencit jantan yang diberi parasetamol. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Andersen M, Markham KR. 2006. Flavonoids: Chemistry, Biochemistry and Applications. Boca Raton: CRC Pr.

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis. Ed ke-16. Washington: Association official analytical chemists.

Arifin H et al. 2007. Pengaruh pemberian akut ekstrak etanol daun capo (Blumea balsamira L.) terhadap gambaran morfologi dan histopatologi hati tikus jantan. J Sains Teknik Farmasi 12: 82-88.

Art IC, Hollman PC. 2005. Polyphenols and disease risk in epidemiologic studies. Am J Clinical Nutrition. 81: 317-325.

Aviram M et al. 2000. Pomegranate juice consumption reduce oxidative stress atherogenic modifications to LDL and platelet aggregation: studies in humans and in atherosclerotis apolipoprotein E-deficient mice. America J Clinical Nutrient 71: 1062-1076.

Aviram M, Domfeld L. 2001. Pomegranate juice consumption inhibits serum angiotensin converting enzyme activity and reduces systolic blood pressure. Atherosclerosis, 158: 195-198.

Batubara I, Rafi M, Darusman L. 2005. Estimasi kandungan kurkumin pada sediaan herbal komersial secara spektrofotometri derivatif. J Sains Kimia 9:28-34.

[BMG] Badan Meteorologi dan Geofisika. 2010. Evaluasi curah hujan ekstrim bulan Januari - Maret 2010 di Indonesia. [terhubung berkala]. www.bmg.go.id. [13 Agustus 2010].

Page 28: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

18

Dalimartha S. 2005. Ramuan Ttradisional untuk Pengobatan Hepatitis. Jakarta: Penebar Swadaya.

Damayanti R. 2008. Efek sediaan serbuk instan rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Das et al. 2001. Studies on the hypoglycaemic activity of Punica granatum seed in streptozotocin induced diabetic rats. Phytother Res. 15: 628-629.

De Nigris et al. 2005. Beneficial effects of pomegranate juice on oxidation-sensitive genes and endothelial nitric oxide synthase activity at sites of perturbed shear stress. Proc. Natl. Acad. Sci. 102: 4896-4901.

Dewa WJ. 2005. Gambaran histopatologi hati tikus akibat pemberian sediaan DL-2,4-diamoni n-butyric acid (DABA). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Donatus IA. 2001. Toksikologi Dasar. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Farmasiku. 2010. Jenis obat hepatitis. [terhubung berkala].www.farmasiku.com. [16 Agustus 2010].

Gan S et al. 1980. Farmakologi dan Terapi. Ed ke-2. Jakarta: UI Pr.

Ganong F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-20. Djauhari HM, penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari Review of Medical Physiology.

Goli AH, Baregar M, Sahari MA. 2004. Antioxidant activity and total phenolic compounds of pistachio (Pistachia vera) hull extract. Food Chem 92: 521-525.

Golstein P, Kroemer G. 2006. Cell death by necrosis: towards a molecular definition. Biochemical Science 32: 37-39.

Graham GG et al. 2004. Alcohol and Paracetamol. Australian Prescriber 27: 14-15.

Hayouni et al. 2007. The effects of solvents and extraction method on the phenolic content and biological activities in vitro of tunisian Quercus coccifera L. and Juniperus phoenica L. fruit extracts. Food chemistry 105:1126-1134.

Heryani. 2010. Aktivitas fraksi polifenol buah delima (Punica granatum L.) terhadap peroksidasi lipid darah tikus yang diinduksi parasetamol. [Skripsi]. Bogor: Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Huang et al. 2005. Anti-diabetic action of Punica granatum flower extract: Activation of PPAR-gamma and identification of an active component. Toxicol. Appl. Pharmacol., 207: 160-169.

Irianto K. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung: Yrama Widya.

Khan N, Afaq F, Kweon MH, Kim K, Mukhtar H. 2007. Oral consumption of pomegranate fruit extract inhibits growth and progression of primary lung tumors in mice. Cancer Res., 67: 3475-3482.

Kumar et al. 2009. Protective effects of Punica granatum seeds extract against aging and scopolamine induced cognitive impairments in mice. Africa J Traditional Complementary and Alternative Medicines 6: 49-56.

Li Y et al. 2006. Evaluation of antioxidant properties og pomegranate peel extract in comparison with pomegranate pulp extract. Food Chemistry 96:254-260.

Machado et al. 2002. Antimicrobial ellagitanin of Punica granaum L fruits. J Brazillan Chemistry 5: 10-15.

Malik et al. 2005. Pomegranate fruit juice for chemoprevention and chemotherapy of prostate cancer. Proc. Natl. Acad. Sci. USA, 102: 14813-14818.

Mattjik AA, Sumertajaya M. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan minitab. Ed ke-1. Bogor: IPB Pr.

MENKES. 2010. Penderita hepatitis di Indonesia. [terhubung berkala]. http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/penderita-hepatitis-di-indonesia/. [11 Agustus 2010].

Mertens T et al. 2006. Absorption, metabolism, and antioxidant effects of pomegranate (Punica granatum L.) polyphenols after ingestion of a standardized extract in healthy human

Page 29: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

19

volunteers. J Agriculture Food Chemistry. 23: 8956-8961.

Mills SE. 2007. Histology for Pathologists. Ed ke-3. USA: Lippincott Williams and Wilkins.

Murugesh KS et al. 2005. Hepato protective and antioxidant role of Berberis tinctoria lesch leaves on paracetamol induced hepatic damage in rats. Irian J Pharmacology and Therapeutics 4:54-69.

Mutawally MA. 2008. Gambaran histopatologi hati mencit (Musmusculus) yang disebabkan oleh pemberian ekstrak air daun sangitan (Sambucus javanica Reinw.) sebagai hepatoprotektor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Nzaramba MN. 2008. Relationships among antioxidants, phenolics, and specific gravity in potato cultivars, and evaluation of wild potato species for antioxidants, glycoalkaloids, and anti-cancer activity on human prostate and colon cancer cells in vitro. [Disertasi]. Texas: Texas A&M University.

Panjaitan RGP et al. 2007. Pengaruh pemberian karbon tetraklorida terhadap fungsi hati dan ginjal tikus. Makara Kesehatan 11: 11-16.

Partang MA. 2008. Analisis dan teknik sampling dalam kimia analitik. Bandung: UPI Pr.

Peter ME et al. 1997. Advance in apoptosis research. Academic of Science 94: 12736-12737.

Purnobasuki H. 2004. Potensi mangrove sebagai tanaman obat. Biota 2:1-4.

Purwaningsih I. 2007. Jenis virus hepatitis. Departemen Kesehatan 14:24-27.

Singh RP, Murthy KNC, Jayaprakasha GK. 2002. Studies on yen entioxidant activity of pomegranate peel and seed extract using in vitro models. J Agri and Food Chem 50: 81-86.

Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: ITB Pr.

Stephanie K. 2009. Pengaruh pemberian ekstrak etanol teemulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) pada gambaran histopatologi hati ayam petelur strain isa brown. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Sun T, Ho C. 2005. Antioxidant activities of buckwheat extracts. Food Chemistry 90: 743-749.

Ulfa M. 2008. Efek hepatoprotektif ekstrak etil asetat daun sambung nyawa (Gynura procumbens Lour.) terhadap mencit jantan galur swiss terinduksi parasetamol. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Vidal et al. 2003. Studies on the toxicity of Punica granatum L. whole fruit extracts. Ethnopharmacology 89: 0378-8741.

Wang H, Helliwell K. 2001. Determination of flavonols in green and black tea leaves and green tea infusionss by high performance liquid chromatography. Food Research International 34: 223-227.

Wibawan IWT et al. 2003. Imunologi. Bogor: IPB Pr.

Widiastuti P. 2009. Polifenol sebagai antioksidan penangkal radikal bebas. Cermin Kedokteran 6:21-26.

Wijoyo Y. 2003. Antaraksi sari wortel dengan parasetamol, kajian pada kerja farmakokinetika parasetamol pada tikus putih. [Tesis]. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Wiryawan DT. 2008. Efek madu sebagai hepatoprotektor terhadap kerusakan struktur histologist hepar mencit yang diinduksi parasetamol. [skripsi]. Surakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Yuniarti T. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta: Pressindo.

Yuwono S. 2010. Pengaruh pemberian meniran pada hati tikus yang diinduksi CCl4. Departemen Kesehatan 177:278-281.

Page 30: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

LAMPIRAN

Page 31: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

21

Lampiran 1 Strategi penelitian

Preparasi sampel

Ekstraksi polifenol

Simplisia buah

Penentuan kadar air

Pemberian dosis untuk perlakuan ke hewan

Analisis histopatologi hati

Analisis data

Page 32: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

22

Lampiran 2 Prosedur ekstraksi polifenol buah delima Daging dan biji

Oven 50°C, 6 hari

Sampel kering

dihaluskan

Serbuk 0.75 mesh

Diekstraksi dengan aseton:air:asam asetat (90:9.5:0.5 v/v), selama 1 malam pada suhu ruang

Larutan disaring

Filtrat dikeringkan dengan rotary evaporator vacuum pada suhu 45oC

Endapan ekstrak polifenol dengan bobot stabil

Buah delima segar

Kulit buah delima

Page 33: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

Lampiran 3 Rancangan perlakuan hewan coba

Tujuh kelompok tikus

Standar Kontrol Negatif

Ekstrak Cursill 13.3 kg/mg

Ekstrak polifenol delima 13.3 mg/kg

Ekstrak polifenol delima 100 mg/kg

I II II I V

Adaptasi

Pemberian parasetamol (kelompok II s/d VII)

Kelompok I dan II: Cekok akuades Kelompok III: Cekok Cursill 13.3 mg/kg BB Kelompok IV: Cekok Ekstrak Polifenol 13.3 mg/kg BB Kelompok V: Cekok Ekstrak Polifenol 100 mg/kg BB Kelompok VI: Cekok Ekstrak Polifenol 250 mg/kg BB Kelompok VII: Cekok Ekstrak Polifenol 500 mg/kg BB

Analisis Gambaran Histopatologi Hati

Hari ke-19 s/d 0

Hari ke 1 s/d 17

Hari ke 18 s/d 34

Hari ke 34

Ekstrak polifenol delima 250 mg/kg

Ekstrak polifenol delima 500 mg/kg

V VII

23

Page 34: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

24

Lampiran 4 Proses analisis histopatologi hati

Tikus percobaan

Organ hati tikus

Dicuci (larutan fisiologis

NaCl 0.9%)

Difiksasi (bufer formalin 10%)

Didehidrasi (alkohol 70%, 80%, 90%, 95%, 100%)

Penjernihan (xilol)

Infiltrasi pada parafin

Pengamatan di bawah mikroskop

Dislokasi hewan percobaan

Masing-masing larutan dilakukan selama 24 jam, kecuali 100% dilakukan selama 1 jam dengan 3 kali pembilasan

Penjernihan dilakukan sebanyak 3 kali

pembilasan

Disayat dengan ketebalan 4-5 mikron

Direndam selama 30 menit

Page 35: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

25

Lampiran 5 Komposisi pakan tikus

Komponen Konsentrasi (%) Lemak 6%

Serat kasar (tebu) 6% Abu 8%

Malt extract 60.15% Kalsium (Ca) 0.8%

Fosfat (P) 1.05% Crude protein 18%

Bahan-bahan dasar yang digunakan pada campuran pakan tikus:

- Jagung - Kedelai - Dedak gandum - Biji kedelai - Biji kelapa - Tulang ikan - Tulang daging - CGM (Cau Gluten Mol) - Premax - Kalsium - Fosfat

Page 36: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

26

Lampiran 6 Hasil perhitungan kadar air buah delima

W (g) W1 (g) W2 (g) Kadar air (%) 5.1758 32.5572 31.6828 83.11 5.2414 39.6883 38.7997 83.05 5.2182 33.8535 32.9701 83.07

Rataan 83.08

Kadar air (%) = W – (W1 – W2) x 100%

W

Keterangan: W = bobot sampel sebelum dikeringkan (g) W1 = bobot (sampel + cawan) sesudah dikeringkan (g) W2 = bobot cawan kosong (g) Contoh perhitungan: Kadar air (%) = 5.1758 – (32.5572 – 31.6828) x 100%

5.1758

= 83.11% Lampiran 7 Hasil perhitungan rendemen polifenol buah delima Rendemen polifenol (%) = Bobot sampel setelah dirotavapor (g) x 100% Bobot sampel yang digunakan (g) = 36.3 g x 100% 100.271 g = 36.20%

Lampiran 8 Bobot hati tikus

Perlakuan Bobot badan tikus (g) Bobot hati tikus (g) Normal 268.5 10.7 ± 1.10 Kontrol Negatif 284.0 11.9 ± 0.96 Kontrol Positif 261.8 11.15 ± 1.43 Ekstrak I (13.3 mg/kg) 260.5 11.18 ± 1.45 Ekstrak II (100 mg/kg) 264.4 10.45 ± 1.37 Ekstrak III (250 mg/kg) 271.5 10.22 ± 1.93 Ekstrak IV (500 mg/kg) 270.5 10.45 ± 1.20

Page 37: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

27

Lampiran 9 Hasil skoring histopatologi hati tikus berdasarkan jenis kerusakan hepatosit Perlakuan Ulangan Jenis kerusakan hepatosit

Degenerasi berbutir

Degenerasi hidropis

Normal

Skor 1 Skor 2 Skor 0 Normal 1 v - -

2 - v - 3 v - -

4 - - v Kontrol Negatif

1 v - - 2 - v - 3 - v -

Kontrol Positif

1 - - v 2 v - - 3 v - -

Ekstrak I (13.3 mg/kg)

1 - - v 2 - v - 3 - v -

Ekstrak II (100 mg/kg)

1 - v - 2 v - - 3 v - -

Ekstrak III (250 mg/kg)

1 - - v 2 v - - 3 - - v

Ekstrak IV (500 mg/kg)

1 v - - 2 - - v 3 v - -

Lampiran 10 Rataan bobot badan tikus selama 6 minggu

Perlakuan M1 (g) M2 (g) M3 (g) M4 (g) M5 (g) M6 (g)Normal 172.9 199.8 214.6 232 255.5 268.5 Kontrol Negatif 177.9 211.6 225.9 243.3 267.6 284.0 Kontrol Positif 177.4 209.6 226.4 234.6 250.3 261.8 Ekstrak I (13.3 mg/kg) 184.8 213.0 232.3 244.0 255.9 260.5 Ekstrak II (100 mg/kg) 179.9 215.9 236.6 247.9 260.6 264.4 Ekstrak III (250 mg/kg) 186.3 219.9 239.2 253.1 264.9 271.5 Ekstrak IV (500 mg/kg) 194.5 222.3 238.8 246.8 263.1 270.5

Keterangan: M = Minggu

Page 38: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

28

Lampiran 11 Analisis ragam jumlah sel hati tikus 

Kode Perlakuan 0 = Normal 1 = Kontrol negatif 2 = Kontrol positif 3 = Ekstrak I (13.3 mg/kg BB) 4 = Ekstrak II (100 mg/kg BB) 5 = Ekstrak III (250 mg/kg BB) 6 = Ekstrak IV (500 mg/kg BB)

- Dependent Variable: NEKROTIK Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 228.0380952 38.0063492 8.35 0.0006 Error 14 63.76000000 4.5542857 Corrected Total 20 291.7980952 R-Square Coeff Var Root MSE NEKROTIK Mean 0.781493 36.73412 2.134077 5.809524 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 6 228.0380952 38.0063492 8.35 0.0006 P < 0,05 perlakuan berpengaruh

- Dependent Variable: APOPTOSIS Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 8.38476190 1.39746032 4.76 0.0076 Error 14 4.10666667 0.29333333 Corrected Total 20 12.49142857 R-Square Coeff Var Root MSE APOPTOSIS Mean 0.671241 118.4756 0.541603 0.457143 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 6 8.38476190 1.39746032 4.76 0.0076 P < 0,05 perlakuan berpengaruh

- Dependent Variable: KUFFER Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 600.6057143 100.1009524 8.41 0.0005 Error 14 166.5600000 11.8971429 Corrected Total 20 767.1657143 R-Square Coeff Var Root MSE KUFFER Mean 0.782889 25.96190 3.449224 13.28571 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 6 600.6057143 100.1009524 8.41 0.0005 P < 0,05 perlakuan berpengaruh

Page 39: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

29

Lanjutan lampiran 11

- Dependent Variable: DEG_LEMAK Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 350.7961905 58.4660317 2.34 0.0892 Error 14 349.8933333 24.9923810 Corrected Total 20 700.6895238 R-Square Coeff Var Root MSE DEG_LEMAK Mean 0.500644 89.88356 4.999238 5.561905 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 6 350.7961905 58.4660317 2.34 0.0892 P > 0,05 perlakuan tidak berpengaruh

- Duncan's Multiple Range Test for NEKROTIK Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 14 Error Mean Square 4.554286 Number of Means 2 3 4 5 6 7 Critical Range 3.737 3.916 4.026 4.101 4.154 4.192 Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N PERLAKUAN A 10.667 3 5 A A 10.400 3 1 B 6.067 3 4 B C B 4.800 3 3 C B C B 4.733 3 2 C B C B 2.200 3 6 C C 1.800 4 0

Page 40: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

30

Lanjutan lampiran 11

- Duncan's Multiple Range Test for APOPTOSIS Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 14 Error Mean Square 0.293333 Number of Means 2 3 4 5 6 7 Critical Range 0.948 0.994 1.022 1.041 1.054 1.064 Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N PERLAKUAN A 1.8667 3 1 B 0.8000 3 3 B B 0.3333 3 5 B B 0.1333 3 2 B B 0.0667 4 0 B B 0.0000 3 4 B B 0.0000 3 6

- Duncan's Multiple Range Test for KUFFER Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 14 Error Mean Square 11.89714 Number of Means 2 3 4 5 6 7 Critical Range 6.040 6.329 6.508 6.628 6.714 6.776 Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N PERLAKUAN A 20.267 3 4 A A 20.267 3 1 A B A 14.933 3 5 B B C 12.933 3 3 B C B C D 12.000 3 2 C D C D 6.867 4 0 D D 5.733 3 6

Page 41: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

Lampiran 12 Pengamatan sel hati tikus

Perlakuan Pengamatan terhadap Lapang pandang 1 2 3 4 5 Rata-rata

Normal Jumlah sel nekrotik 3.00 2.00 1.33 1.00 1.67 1.80 ± 0.77Jumlah sel apoptosis 0.00 0.00 0.00 0.00 0.33 0.07 ± 0.15

Jumlah sel kuffer 6.00 9.33 4.67 8.67 5.67 6.87 ± 2.02 Jumlah degenerasi lemak 0.00 0.67 1.67 0.00 1.33 0.73 ± 0.76

Kontrol Negatif Jumlah sel nekrotik 5.67 14.00 9.67 10.67 12.00 10.40 ± 3.10 Jumlah sel apoptosis 0.67 2.00 1.00 2.00 3.67 1.87 ± 1.17

Jumlah sel kuffer 29.67 19.33 18.00 15.33 19.00 20.27 ± 5.49Jumlah degenerasi lemak 9.67 20.00 2.33 3.00 5.33 8.07 ± 7.26

Kontrol Positif Jumlah sel nekrotik 3.67 5.00 4.33 5.67 5.00 4.73 ± 0.76 Jumlah sel apoptosis 0.00 0.33 0.00 0.00 0.33 0.13 ± 0.18

Jumlah sel kuffer 8.33 13.67 13.67 14.67 9.67 12.00 ± 2.81 Jumlah degenerasi lemak 6.67 4.33 2.67 7.67 0.33 4.33 ± 2.97

Ekstrak I (13.3 mg/kg) Jumlah sel nekrotik 5.33 2.00 1.00 5.00 10.67 4.80 ± 3.78Jumlah sel apoptosis 0.33 2.00 1.00 0.00 0.67 0.80 ± 0.78

Jumlah sel kuffer 13.67 11.67 13.00 18.67 7.67 12.94 ± 3.96 Jumlah degenerasi lemak 6.67 0.67 0.00 6.00 0.00 2.67 ± 3.37

Ekstrak II (100 mg/kg) Jumlah sel nekrotik 4.00 8.00 5.33 6.33 6.67 6.07 ± 1.50 Jumlah sel apoptosis 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 ± 0.00

Jumlah sel kuffer 17.00 19.00 23.00 21.67 20.67 20.27 ± 2.39 Jumlah degenerasi lemak 5.67 7.00 6.00 15.33 6.00 8.00 ± 4.13

Ekstrak III (250 mg/kg) Jumlah sel nekrotik 12.33 12.00 9.67 12.33 7.00 10.67 ± 2.33 Jumlah sel apoptosis 1.00 0.00 0.00 0.67 0.00 0.33 ± 0.47

Jumlah sel kuffer 11.33 17.67 12.33 18.33 15.00 14.93 ± 3.11 Jumlah degenerasi lemak 7.67 25.00 18.67 7.67 7.00 13.20 ± 8.20

Ekstrak IV (500 mg/kg) Jumlah sel nekrotik 3.67 1.00 2.00 1.33 3.00 2.20 ± 1.12 Jumlah sel apoptosis 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 ± 0.00

Jumlah sel kuffer 4.33 7.33 7.33 4.33 5.33 5.73 ± 1.52 Jumlah degenerasi lemak 2.00 2.33 0.00 3.33 2.00 1.93 ± 1.21

31

Page 42: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

Lampiran 13 Uji T bobot badan tikus

a. Bobot badan tikus masa aklimatisasi Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair1 BB_sebelum 161.880957 7 8.7689913 3.3143672 BB_sesudah 226.821414 7 9.4345208 3.5659137

Paired Samples Correlation

N Correlation Sig Pair1 BB_sebelum 7 .543 .208 BB_sesudah

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std.Deviation Std.Error

Mean 95% Confidence Interval of

the Difference Lower Upper Pair1 BB_sblm BB_Sdah

-64.9404571 8.7223733 3.2967472 -73.0073070 -56.8736073 -19.698 6 .000

32

Page 43: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

Lanjutan lampiran 13

b. Bobot badan tikus masa perusakan Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair1 BB_sebelum 226.821427 7 9.4345241 3.5659149 BB_sesudah 259.321430 7 8.6217362 3.2587100

Paired Samples Correlation

N Correlation Sig Pair1 BB_sebelum 7 .608 .147 BB_sesudah

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std.Deviation Std.Error

Mean 95% Confidence Interval of

the Difference Lower Upper Pair1 BB_sblm BB_Sdah

-32.5000029 8.0248442 3.0331060 -39.9217459 -25.0782598 -10.715 6 .000

33

Page 44: AKTIVITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK POLIFENOL BUAH … · 9 Hati tikus setelah pemberian ekstrak delima 100 mg/kg BB sel kuffer (b) 12 ... Umum untuk mahasiswa Biologi-S1 tingkat 2 dan

Lanjutan lampiran 13

c. Bobot badan tikus masa penyembuhan Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair1 BB_sebelum 259.321430 7 8.6217362 3.2587100 BB_sesudah 280.190477 7 9.6625615 3.6521050

Paired Samples Correlation

N Correlation Sig Pair1 BB_sebelum 7 .222 .633 BB_sesudah

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std.Deviation Std.Error

Mean 95% Confidence Interval of

the Difference Lower Upper Pair1 BB_sblm BB_sdah

-20.8690471 11.4353909 4.3221715 -31.4450198 -10.2930745 -4.828 6 .003

34