Lina Isnawati 131710101033 Thp-c Laporan Polifenol
-
Upload
linaisnawati -
Category
Documents
-
view
100 -
download
11
description
Transcript of Lina Isnawati 131710101033 Thp-c Laporan Polifenol
-
LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH TEKNOLOGI PANGAN FUNGSIONAL
MATERI
PENGUJIAN KOMPONEN BIOAKTIF POLIFENOL
SEBAGAI ANTIOKSIDAN
Disusun Oleh :
Lina Isnawati / 131710101033
Kelompok F / THP-C
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
Nopember, 2015
-
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanpa disadari, dalam tubuh kita terbentuk radikal bebas secara terus-menerus,
baik berupa proses metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan gizi, dan akibat
respon terhadap pengaruh dari luar tubuh, seperti polusi lingkungan, ultraviolet (UV),
asap rokok dan lain-lain (Winarsi, 2007). Radikal bebas yang terbentuk dalam tubuh ini
bisa dihambat oleh antioksidan yang melengkapi sistem kekebalan tubuh. Namun,
dengan bertambahnya usia seseorang,sel-sel tubuh mengalami degenerasi yang
berdampak pada menurunnya respon imun di dalam tubuh. Akibatnya radikal bebas
yang terbentuk didalam tubuh tidak lagi diimbangi oleh produksi antioksidan. Oleh
karena itu, tubuh kita memerlukan suatu antioksidan eksogen yang dapat diperoleh
dari buah-buahan dan sayur-sayuran.
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih
elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam (Nely,
2007). Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini
memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol
memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang berbeda-beda
(Hattenschwiler dan Vitousek, 2000). Polifenol adalah kelompok zat kimia yang
ditemukan pada tumbuhan. Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan
mudah larut dalam pelarut polar (Hosttetman, dkk, 1985). Polifenol membantu
melawan pembentukan radikal bebas dalam tubuh sehingga dapat memperlambat
penuaan dini (Arnelia, 2002).
Tanaman pangan diketahui kaya akan senyawa-senyawa bioaktif, terutama
polifenol, yang mempunyai khasiat sebagai antioksidan dan antimikroba. Biji kakao
kaya akan komponen-komponen senyawa fenolik, antara lain : katekin, epikatekin ,
proantosianidin, asam fenolat, tannin dan flavonoid lainnya (Sartini, et al.,2007).
Sumber antioksidan dari jenis tumbuhan lain adalah daun teh. Daun teh mengandung
senyawa polifenol, khususnya golongan katekin (Farmiati, 2000). Selai kakao dan teh
kopi juga mengandung senyawa polifenol yang berpotensi sebagai antioksidan.
Senyawa polifenol utama pada kopi adalah asam klorogenat dan asam kafeat (Mursu,
et al., 2005).
Kandungan polifenol berbagai jenis tumbuhan berbeda-beda. Beberapa jenis
bahan pangan mengandung polifenol yang tinggi, sedangkan jenis bahan pangan lain
mengandung polifenol yang rendah. Dengan demikian perlu dilakukan pengujian
-
kandungan total polifenol beberapa jenis bahan pangan untuk mengetahui kemampuan
suatu bahan pangan sebagai antioksidan dalam menangkal radikal bebeas.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum pengujian komponen bioaktif polifenol sebagai
antioksidan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui total polifenol dalam beberapa sampel bahan makanan,
2. Mengetahui metode pengujian total polifenol menggunakan metode follin
ciocalteu.
-
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pegertian Polifenol
Senyawa fenol dapat di definisikan secara kimiawi oleh adanya satu cincin
aromatik yang membawa satu (fenol) atau lebih (polifenol) substitusi hydroksil,
termasuk derifat fungsionalnya. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan
pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam
molekulnya. Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut
yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut
yang dimiliki berbeda jumlah dan posisinya. Turunan polifenol sebagai antioksidan
dapat menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang
dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan
radikal bebas. Polifenol merupakan komponen yang bertanggung jawab terhadap
aktivitas antioksidan dalam buah dan sayuran (Hattenschwiler dan Vitousek, 2000).
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini
memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya. Polifenol
sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam pelarut polar
(Hosttetman, dkk, 1985). Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan
seperti lignin, melanin dan tanin adalah senyawa polifenol dan kadang-kadang satuan
fenolitik dijumpai pada protein, alkaloid dan terpenoid (Harbone, 1987).
Senyawa fenol sangat peka terhadap oksidasi enzim dan mungkin hilang pada
proses isolasi akibat kerja enzim fenolase yang terdapat dalam tumbuhan. Ekstraksi
senyawa fenol tumbuhan dengan etanol mendidih biasanya mencegah terjadinya
oksidasi enzim. Semua senyawa fenol berupa senyawa aromatik sehingga semuanya
menunjukkan serapan kuat di daerah spektrum UV. Selain itu secara khas senyawa
fenol menunjukkan geseran batokrom pada spektrumnya bila ditambahkan basa.
Karena itu cara spektrumetri penting terutama untuk identifikasi dan analisis kuantitatif
senyawa fenol (Harbone, 1987). Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu
tumbuhan seperti warna daun saat musim gugur. Polifenol banyak ditemukan dalam
buah-buahan, sayuran serta biji-bijian. Rata-rata manusia mengkonsumsi polifenol
dalam sehari sampai 23 mg. Khasiat dari polifenol adalah menurunkan kadar gula
darah dan efek melindungi terhadap berbagai penyakit seperti kanker. Polifenol
membantu melawan pembentukan radikal bebas dalam tubuh sehingga dapat
memperlambat penuaan dini (Arnelia, 2002).
-
atau
Gambar 2.1 Phenol
Gambar 2.2 Poliphenol
2.2 Metode Analisis Total Polifenol
Metode analisis total polifenol yang digunakan dalam praktkum ini ialah metode
Follin-ciocalteau. Prinsip metode Folin-Ciocalteu adalah reaksi oksidasi dan reduksi
kolorimetrik untuk mengukur semua senyawa fenolik dalam sampel uji. Pereaksi Folin-
Ciocalteu merupakan larutan kompleks ion polimerik yang dibentuk dari asam
fosfomolibdat dan asam heteropolifosfotungstat. Pereaksi ini terbuat dari air, natrium
tungstat, natrium molibdat, asam fosfat, asam klorida, litium sulfat, dan bromin (Folin
dan Ciocalteu, 1944). Pada kenyataannya reagen ini mengandung rangkaian polimerik
yang memiliki bentukan umum dengan pusat unit tetrahedral fosfat (PO4)3- yang
dikelilingi oleh beberapa unit oktahedral asam-oksi molibdenum. Struktur tungsten
dapat dengan bebas bersubstitusi dengan molibdenum.
Prinsip metode Folin-Ciocalteu adalah oksidasi gugus fenolik hidroksil. Pereaksi ini
mengoksidasi fenolat (garam alkali), mereduksi asam heteropoli menjadi suatu
kompleks molibdenum-tungsten (Mo-W). Fenolat hanya terdapat pada larutan basa,
tetapi pereaksi Folin-Ciocalteu dan produknya tidak stabil pada kondisi basa. Selama
reaksi belangsung, gugus fenolik-hidroksil bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu,
membentuk kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru dengan struktur yang
belum diketahui dan dapat dideteksi dengan spektrofotometer. Warna biru yang
terbentuk akan semakin pekat setara dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk,
artinya semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat
-
yang akan mereduksi asam heteropoli sehingga warna biru yang dihasilkan semakin
pekat (Singleton dan Rossi, 1965).
Gambar 2.3 Senyawa Fenolic dalam Suasana Basa
Gambar 2.4 Reaksi senyawa fenol dengan pereaksi Folin-Ciocalteu
2.3 Kandungan Polifenol Sampel
2.3.1 Teh
Sebagian besar kandungan polifenol teh hijau adalah katekin. Macam polifenol
tersebut adalah epikatekin (EC), epikatekin galat (ECG), epigalokatekin (EGC),
epigalokatekin galat (EGCG). Senyawa golongan katekin teh mampu menangkap
radikal bebas seperti radikal DPPH, anion superoksid, radikal bebas lipid, dan radikal
hidroksil (Sang dkk., 2003 dalam Irianti 2006).
Senyawa fenolik atau polifenol merupakan sekelompok metabolit sekunder
dengan cincin aromatik, terikat satu atau lebih substituen gugus hidroksi (OH)
(Proestos dkk., 2006 dalam Irianti 2006). Zin dkk. (2004) dalam Irianti (2006)
mengemukakan bahwa senyawa fenolik dianggap sebagai komponen antioksidatif
terpenting pada tanaman, memberikan korelasi yang bagus antara konsentrasi fenolik
dan aktivitas antioksidan.
-
2.3.2 Kopi
Kopi mempunyai kapasitas antiosidan 5-8 kali lebih tinggi dibandingkan teh
(Natella, et al., 2002 dalam Yusmarini, 2011) dan salah satu komponen yang berperan
adalah senyawa polifenol. Jumlah total polifenol untuk secangkir kopi rata-rata berkisar
antara 200 550 mg. Salah satu komponen polifenol yang terdapat dalam jumlah yang
banyak dalam kopi adalah asam klorogenat (Nardini, et al, 2002 dalam dalam
Yusmarini, 2011). Senyawa polifenol yang terdapat dalam kopi mempunyai
kemampuan untuk berinteraksi dengan protein yang berasal dari sumber yang lain. Hal
ini mengakibatkan akan terganggunya absorbsi senyawa polifenol dan kemungkinan
akan terjadinya pengurangan kekuatan antioksidan dari senyawa polifenol tersebut.
Disamping itu proses pengolahan pada kopi juga akan memberikan pengaruh terhadap
senyawa polifenol dan aktivitas antioksidannya (Yusmarini, 2011).
Kopi mengandung beberapa komponen fenolik selain tokoferol yang
menunjukkan kapasitas antioksidan seperti asam klorogenat yang merupakan ester
dari beberapa asam sinamat dengan asam quinat, dan asam kafeat, dalam bentuk
bebas (Nutella dan Scaccini 2002 dalam Yusmarini, 2011). Senyawa polifenol yang
utama pada kopi ialah asam klorogenat dan asam kafeat. Jumlah asam klorogenat
mencapai 90% dari toal fenol yang terdapat pada kopi (Mursu, et al, 2005 dalam
Yusmarini, 2011).
Senyawa polifenol yang terdapat pada kopi mempunyai beberapa aktivitas
biologis seperti kemampuan untuk memerangkap radikal bebas, meng-kelat logam,
memodulasi aktivitas enzim, mempengaruhi signal transduksi, aktivitas faktor
transkripsi dan ekspresi gen (Ursini, et al, 1994; Natarajan, et al, 1996 dalam
Yusmarini, 2011).
2.3.3 Kakao
Biji kakao kaya akan komponen-komponen senyawa fenolik, antara lain : katekin,
epikatekin , proantosianidin, asam fenolat, tannin dan flavonoid lainnya. Biji kakao
mempunyai potensi sebagai bahan antioksidan alami, antara lain : mempunyai
kemampuan untuk memodulasi system immun, efek kemopreventif untuk pencegahan
penyakit jantung koroner dan kanker (Othman et al, 2007; Weisburger, 2001; Keen,
2005 dalam Sartini, et al, 2007), selain itu polifenol kakao bersifat antimikroba terhadap
beberapa bakteri patogen dan bakteri kariogenik ( Osawa et al, 2000; Bouchers, 2002;
Lamuela-Raventos, 2005 dalam Sartini, et al, 2007). Kakao juga mempunyai kapasitas
antioksidan lebih tinggi dibanding teh dan anggur merah (Lee et al, 2003 dalam Sartini,
et al, 2007).
-
Polifenol golongan flavonoid terutama katekin dan epikatekin adalah
komponen utama dalam produk kakao yang berperan sebagai antioksidan
(Osakabe, et al, 1997 dalam Wardhani, et al, 2014 dan Supriyanto, et al, 2007).
Polifenol kakao dapat mencegah terbentuknya radikal bebas, dapat melindungi
oksidasi LDL darah, berpengaruh terhadap antimutagenik, dan dapat menghambat
tumor (Yamagishi, et al, 2002 dalam Wardhani, et al, 2014).
-
BAB III. BAHAN DAN METODE
3.1 Bahan
3.1.1 Bahan pangan yang digunakan untuk analisa antara lain:
1. Kakao, yang teridir dari beberapa produk sampel, antara lain:
Sampel A1 (Komposisi: Bubuk kakao, vanili, soda kue)
Sampel A2 (Komposisi: Bubuk kakao, gula, susu bubuk, vanili)
Sampel A3 (Komposisi: Cokelat bubuk, gula halus, susu bubuk krimer, agar
agar)
Sampel A4 (Komposisi: Sari jahe segar, gula pasir, serbuk kakao, serai,
garam)
2. Kopi yang teridir dari beberapa produk sampel, antara lain:
Sampel B1 (Komposisi: Kopi arabika).
Sampel B2 (Komposisi: Kopi bubuk, ekstrak ginseng, gula, krimer).
Sampel B3 (Komposisi: Kopi robusta, kopi arabika).
Sampel B4 (Komposisi: Kopi bubuk, jahe, gula).
Sampel B5 (Komposisi: Kopi robusta).
Sampel B6 (Komposisi: Kopi bubuk minim kafein, gula, krimer).
Sampel B7 (Komposisi: Biji Kopi 70%, gula, garam, margarin).
Sampel B8 (Komposisi: Bubuk kopi, serbuk jahe).
3. Teh yag terdiri dari beberapa prdouk sampel, antara lain:
Sampel C1 (Komposisi: Teh hitam)
Sampel C2 (Komposisi: Air, gula, ekstrak teh melati (teh dan bunga
melati)/teh hitam)
Sampel C3 (Komposisi: Teh hijau, perisa melati(mengandung lesitin
kedelai), teh melati)
Sampel C4 (Komposisi: Air, gula, ekstrak teh oolong (0,19%), perisa identik
alami teh oolong, antioksidan asam askorbat, pengatur keasaman natrium
karbonat)
Sampel C5 (Komposisi: Daun teh hijau)
Sampel C6 (Komposisi: Air, sirup fruktosa, gula, teh hijau bubuk (0,096%),
perisa identik sakura, antioksidan, asam askorbat, pengatur keasaman
natrium bikarbonat)
Sampel C7 (Komposisi: Teh hijau)
-
Sampel C8 (Komposisi: Air, gula pasir, daun teh hijau dengan melati &
vitamin C)
Sampel C9 (Komposisi: Daun teh dan bunga melati)
Sampel C10 (Komposisi: Air, gula, teh melati (daun teh + bunga melati),
perisa identik bunga melati, penstabil)
3.1.2 Bahan kimia yang digunakan dalam analisa
1. Aquades
2. Asam galat
3. Larutan follin ciocalteu
4. Larutan Na2CO3
3.2 Persiapan Bahan
Dalam praktikum ini tidak dilakukan preparasi bahan
3.3 Ekstraksi Senyawa Polifenol
3.3.1 Ekstraksi sampel padat
Gambar 3.1 Skema Ekstraksi Senyawa Polifenol dalam Sampel Bahan Padat
Senyawa polifenol dalam bahan padat diekstraksi dengan cara maserasi.
Ekstraksi dengan cara maserasi merupakan proses pengekstrakan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan
Sampel bubuk
Penimbangan 1,5 g
Ekstraksi + 50 mL aquades
hangat
Pengadukan 10 menit
Penyaringan dg kertas saring
Peneraan hingga 50 mL
Ekstrak sampel
+ aquades
Filtrat
Residu
-
kamar (Depkes RI, 2000). Metode ekstraksi dengan maserasi memiliki banyak
keuntungan antara lain prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana, metode
ekstraksi maserasi tidak dipanaskan sehingga bahan alam tidak menjadi terurai
(Hainrich, 2004).
Dalam praktikum ini, setiap bahan uji yang digunakan sebanyak 22 sampel, yang
terdiri dari sampel padat dan sampel cair. Pengekstrakan ini hanya dilakuakan untuk
sampel padat. Masing-masing sampel padat dilakukan pengekstrakan ulangan
sebanyak dua kali. Karena dalam pengujian total polifenol ini pengukuran total polifenol
pada setiap sampel dilakukan pengulangan sebnayak dua kali.
Ekstraksi metode maserasi ini dilakukan dengan cara pertama-tama bahan
dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat secara pasti dari bahan yang akan
digunakan. Dalam praktikum ini berat bahan yang akan diekstrak sebanyak 1,5 gram.
Bahan tersebut dimasukkan dalam beaker glass, kemudian ditambahkan aquades
hangat sebanyak 50 mL sebagai larutan pengekstrak. Aquades yang digunakan dalam
proses pengekstrakan menggunakan aquades hangat, hal ini dilakukan untuk
mempercepat proses pengektrakan bahan.Campuran bahan dan pelarut diaduk
menggunakan spatula selama 10 menit. Pengdukan dilakukan agar proses ekstraski
senyawa polifenol dalam bahan lebih efektif dan efisien, dengan polifenol yang
terkekstrak optimal.
Setelah 10 menit pengadukan campuran bahan dan pelarut tersebut dilakukan
penyaringan menggunakan kertas saring. Hasil saringan (filtrat) yang diperoleh
ditampung dalam labu takar 50 mL. Penyaringan dilakuka untuk memisahkan antara
residu dan filtrat bahan, dimana polifenol terkstrak dalam filtrat, sehingga filtrat inilah
yang kemudian akan digunakan untuk pengujian total polifenol. Filtrat yang telah
tekstrak dalam labu takar 50 mL, kemudian ditetapkan volumenya menjadi 50 mL
dengan cara ditera menggunakan aquades hingga volumenya 50 mL (sampai tanda
batas pada labu ukur).
Ekstrak sampel diambil 0,1 mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi untuk
dilakukan analisis kansungan total polefnol. Ekstrak dianalisis kandungan total polifenol
menggunakan metode follin ciocalteau.
-
3.3.2 Prosedur Analisis Kandungan Total Polifenol
1. Pembuatan kurva standart
Gambar 3.2 Pembuatan Kurva Satandart
Dalam praktikum, kandungan total polifenol ini kandungan total polifenol
dalam sampel dihitung dengan nmenggunakan kurva standart yang dibuat dari
asam galat (GAE) pada beberapa konsentrasi. Kandungan total polifenol dalam
bahan dinyatakan sebagai mg GAE/g sampel. Kurva standar memberikan
hubungan antara konsentrasi asam galat dengan absorbansinya (Adam, et
al., 2013).
Adapun pembuatan kurva standart menggunakan asam galat dengan
konsentrasi 0, 50, 100, 150, 200, 250, 300, 350, 400, 450, 500 L. Masing-
masing asam galat dengan konsentrasi tersebut dimasukkan dalam masing-
Asam galat konsentrasi 5 mg/ml
0, 50, 100, 150, 200, 250, 300, 350,
400, 450, 500 l
+ aquadest
+ 0,5ml Folin Ciocalteau
Pemasukkan dalam
tabung reaksi
Tera hingga 5 ml
Vortex
Pendiaman 30 menit
dalam tempat gelap
Pengukuran nilai
absorbansi = 765 nm
Pendiaman 5 menit
+ 1 ml Na2CO3
-
masing tabung reaksi dan dilakukan peneraan dengan aquades hingga
volumenya menjadi 5 mL. Selanjutnya ditambahkan 0,5 mL follin-ciaucalteau.
Larutan folin ini digunakan untuk membentuk larutan berwarna yang dapat
diukur absorbansinya. Reagen Folin-Ciocalteu ini merupakan pereaksi spesifik
untuk senyawa fenol (Waterhause, 1999). Semakin tinggi kandungan fenol
(jumlah gugus hidroksil fenolik) suatu sampel, maka semakin tinggi pula
absorbansinya. Campuran larutan sampel dan follin tersebut kemudian
divorteks untuk menghomogenkan campuran larutan. Dan dilakukan
pendiaman selam 5 menit agar terjadi reaksi reduksi follin.
Selanjutnya dilakukan penambahan Na2CO3 (7%) pada larutan sebanyak 1
mL dan dilakukan vorteks kembali untuk menghomogenkan campuran larutan.
Na2CO3 ini berfungsi untuk menciptakan suasana basa yang akan mendorong
terjadinya reaksi antara asam galat dengan reagen Folin Ciocalteau.
Prinsip dari metode ini adalah terbentuknya senyawa kompleks berwarna
biru yang dapat diukur pada panjang gelombang 765 nm. Warna biru dihasilkan
dari reduksi kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat yang terdapat dalam pereaksi
Folin Ciocalteau oleh senyawa polifenol dalam suasana basa.
Larutan yang telah homogen kemudian ditutup dengan menggunakan
alumunium foil pada diseluruh bagian tabung reaksi untuk mengkondisikan
larutan tidak terpapar cahaya (pengkondisian gelap), dan dilakuakn pendiaman
selama 30 menit. Pendiaman ditempat gelap ini bertujuan untuk mencegah
terpaparnya senyawa polifenol oleh cahaya yang dapat menyebabkan oksidasi
senyawa polifenol yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan negatif pada analisis. Kemudian dilakukan pengukuran absorbansi
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 756 nm. Nilai
absorbansi dari setiap konsentrasi asam galat yang diperoleh dibuat menjadi
kurva stadart unuk perhitungan total polifenol sampel. Adapun kurva standart
yang diperoleh adalah sebagai seperti pada gambar 3.3
-
Gambar 3.3 Gravik kurva standart
2. Prosedur Analisi Kandungan Total Polifenol
Ekstrak sampel
Pengambilan 0,1 mL
Pengocokan
+ aquades 4,9 mL
+ follin ciocalteu 0,5 mL
Pendiaman 5 menit
+ Na2CO3 (7%) 1mL
Pengocokan
Pendiaman 30 mnt ditempat gelap
Spektofotometri (765 nm)
Pemasukan dalam tabung reaksi
Peneraan hingga 5 mL
berat sampel sesuai kurva
jumlah cuplikan pengenceran
Perhitugan total polifenol:
Gambar 3.4 Prosedur Analisis Kandungan
-
Analisi kandungan total polifenol dilakukan secara spektrofotometri dengan
metode follin-ciaucalteau (Slinkard & Singleton 1977 yang dimodifikasi). Pada
prinsipnya kandungan total polifenol pada bahan dapat diukur berdasarkan
kemampuan reagen Follin-ciaucalteau (campuran fosfomolibdat dan
fosfotungstat) dalam mereduksi gugus hidroksil dari polifenol. Inti aromatis pada
senyawa polifenol, yang berupa gugus hidroksil polifenol dapat mereduksi
fosfomolibdat menjadi molibdenum yag berwarna biru. Kandungan total
polifenol dalam bahan dinyatakan dalam GAE (Gallic Acid Aquivalent).
Sampel ekstrak hasil ekstrasi sebelumnya diambil 0,1 mL menggunakan
pipet dan dimasukkan dalam tabung reaski, kemudian dilakukan peneraan
hingga volumenya menjadi 5 ml, peneraan dilakukan dengan penambahan
aquades sebanyak 4,9 mL, sehingga terbentuk volume larutan 5 ml.
Selanjutnya ditambahkan 0,5 mL follin-ciaucalteau. Larutan folin ini digunakan
untuk membentuk larutan berwarna yang dapat diukur absorbansinya. Reagen
Folin-Ciocalteu ini merupakan pereaksi spesifik untuk senyawa fenol
(Waterhause, 1999). Semakin tinggi kandungan fenol (jumlah gugus hidroksil
fenolik) suatu sampel, maka semakin tinggi pula absorbansinya. Campuran
larutan sampel dan follin tersebut kemudian dikocok untuk menghomogenkan
campuran larutan. Dan dilakukan pendiaman selam 5 menit agar terjadi reaksi
reduksi follin.
Selanjutnya dilakukan penambahan Na2CO3 (7%) pada larutan sebanyak 1
mL dan dilakukan pengocokan kembali untuk menghomogenkan campuran
larutan. Na2CO3 ini berfungsi untuk menciptakan suasana basa yang akan
mendorong terjadinya reaksi antara senyawa polifenol dengan reagen Folin
Ciocalteau.
Prinsip dari metode ini adalah terbentuknya senyawa kompleks berwarna
biru yang dapat diukur pada panjang gelombang 765 nm. Warna biru dihasilkan
dari reduksi kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat yang terdapat dalam pereaksi
Folin Ciocalteau oleh senyawa polifenol dalam suasana basa.
Larutan yang telah homogen kemudian ditutup dengan menggunakan
alumunium foil pada diseluruh bagian tabung reaksi untuk mengkondisikan
larutan tidak terpapar cahaya (pengkondisian gelap), dan dilakuakn pendiaman
selama 60 menit. Pendiaman ditempat gelap ini bertujuan untuk mencegah
terpaparnya senyawa polifenol oleh cahaya yang dapat menyebabkan oksidasi
senyawa polifenol yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya
-
kesalahan negatif pada analisis. Kemudian dilakukan pengukuran absorbansi
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 756 nm.
Kandungan total polifenol dalam sampel ekstrak dihitung dengan
meggunakan kurva standarat yang dibuat dari sama galat (GAL) pada
beberapa konsentrasi. Kandungan total polifenol dalam bahan dinyatakan
sebagai mg GAE/G sampel, dengan ketentuan rumus:
3. Contoh Perhitungan
Perhitungan total polifenol dihitung dengan rumus:
Contoh:
Sampel B7 ((Biji Kopi 70%, gula, garam, margarin)
Ulangan 1
Y = 12,558 x - 0,0125
0,416 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0341
Total polifenol =
x
= 11,3739 mg GAE/g
Ulangan 2
Y = 12,558 x - 0,0125
0,326 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0270
Total polifenol =
x
= 8,9850 mg GAE/g
Rata-rata =
= 10,1795 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 1,6892
Total polifenol = berat sampel sesuai kurva
jumlah cuplikan pengenceran
Total polifenol = berat sampel sesuai kurva
jumlah cuplikan pengenceran
-
RSD =
x 100%
= 16,5943%
Sampel B8
Ulangan 1
Y = 12,558 x - 0,0125
1,011 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0815
Total polifenol =
x
= 27,1673 mg GAE/g
Ulangan 2
Y = 12,558 x - 0,0125
1,508 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,1211
Total polifenol =
x
= 40,3594 mg GAE/g
Rata-rata =
= 33,7634 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 9,3282
RSD =
x 100%
= 27,6283%
-
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 5.1 Total kandungan polifenol bubuk kakao, bubuk kopi, dan teh
Sampel Total Polifenol (mg GAE/g)
Rata-rata SD RSD Ulangan 1 Ulangan 2
A1 13,8424 13,8424 13,8424 0,0000 0,0000
A2 7,3924 6,5961 6,9943 0,5631 8,0505
A3 8,5868 9,5955 9,0912 0,7133 7,8456
A4 4,8176 5,1096 4,9636 0,2065 4,1598
B1 25,0703 25,7605 25,4154 0,4880 1,9203
B2 11,6128 13,2054 12,4091 1,1261 9,0751
B3 0,117 0,114 0,1155 0,0021 1,8366
B4 9,4667 9,3333 9,4000 0,0943 1,0035
B5 31,7062 36,8291 34,2677 3,6224 10,5710
B6 6,1714 6,2245 6,1980 0,0375 0,6058
B7 11,3739 8,985 10,1795 1,6892 16,5943
B8 27,1673 40,3594 33,7634 9,3282 27,6283
C1 49,4373 49,4373 0,0000 0,0000
C2 0,0044 0,0038 0,0041 0,0004 10,3479
C3 12,2498 38,3952 25,3225 18,4876 73,0085
C4 0,0038 0,0052 0,0045 0,0010 21,9989
C5 90,3333 92,6667 91,5000 1,6500 1,8032
C6 0,0035 0,0033 0,0034 0,0001 4,1595
C7 26,9815 35,7674 31,3745 6,2126 19,8014
C8 0,0054 0,0057 0,0056 0,0002 3,8222
C9 23,8759 22,0444 22,9602 1,2951 5,6405
C10 0,0025 0,003 0,0028 0,0004 12,8565
-
3.2 Pembahasan
Penentuan kandungan total fenol dilakukan untuk mengetahui potensi
penangkal radikal bebas dalam suatu ekstrak. Analisis total fenol dengan metode ini
menggunakan reagen folin ciocalteu dan pada penentuan kadar fenol perlu dibuat
kurva standar yang menggunakan standar asam galat. Kurva standar yang
memberikan hubungan antara konsentrasi asam galat dengan absorbansinya
(Adam, 2013).
Data aktivitas atioksidan yang diperoleh diolah, kemudian ditabulasi dan
dinarasikan secara deskriptif. Hasil analisis oleh gold standart dihitung nilai Relative
Standart Deviation (RSD). Bila RSD hitug lebih kecil dari RSD yang dihitung maka data
dapa dterima (Dhyanaputri, 2013). Presisi atau ketelitian hasil analisis aktivitas
antioksidan diukur dengan menghitung Standart Deviasi (SD) dari data yag diadapt
kemudian dihitung niali Relative Standart Deviation (RSD) atau keovisien keragaman.
Jika nilai RSD lebih kecil dari atau sama dengan 5% maka data terebut dapat diterima
atau dapat dikatakan presisis (Neilsen, 2003)
Gambar 3.5 Grafik rata-rata total polifenol sampel
Grafik diatas merupakan grafik rata-rata total polienol yang terkandung dalam
sampel uji. Sampel A merupakan sampel yang berupa produk kakao, sampel B
merupakan sampel produk kopi, dan sampel C merupakan produk teh dengan
berbagai macam olahan.
-20
0
20
40
60
80
100
C10 C6 C2 C4 C8 B3 A4 B6 A2 A3 B4 B7 B2 A1 C9 C3 B1 C7 B8 B5 C1 C5
Sampel
To
tal
Po
life
no
l (m
g G
AE
/g)
-
Berdasarkan gambar 3.5 secara keseluruhan rata-rata kandungan total polifenol
yang paling rendah pada sampel C10 dengan total polifenol senesar 0,0028 mg GAE/g,
sedangkan yang paling besar pada sampel C5 dengan total polifenol sebesar 91,5 mg
GAE/g. Sampel C10 merupakan sampel teh RTD (Ready to Drink) yang memiliki
komposisi air, gula, teh melati (daun teh + bunga melati), perisa identik bunga melati,
penstabil. Sedanggkan sampel C5 merupakan sampel teh yang merupakan teh hijau.
Kandungan total polifenol yang berbeda pada kedua sampel ini dimungkinakn
disebabakan karena pengolahan sampel yang menyebabkan beberapa komponen
polifenol mengalami oksidasi. Dimunginkan selama pengolahan teh siap minum (RTD)
banyak banyak kandungan polifenol yang mengalami oksidasi, sehingga kandungan
polifenol bahan semakin rendah. Peristiwa oksidasi polifenol udara dipercepat oleh
pengaruh suhu. Pada oksidasi polifenol atom H pada gugus OH diambil oleh senyawa
pengoksidasi, sehingga menjadi tidak dikenal sebagai polifenol pada hasil analisis
kadar polifenol. Semakin banyak atom H yang diambil, makin kecil kadar polifenol yang
terukur (Ribereau Gayon, 1972 dalam Supriyanto, 2007). Sedangkan pada teh hijau
yang memiliki kandungan polifenol tinggi disebabkan karena teh hijau merupakan teh
yang tidak mengalami proses fermentasi. Dalam pengolahan teh, selam proses
fermentasi polifenol teroksidasi oleh polifenol oksidase membentuk quinon dan
diquinon (Biehl, 1984; Voigt,et al., 1994).
Pada praktikum total polifenol ini secara keseluruhan nilai SD (Sandart Deviation)
yang diperoleh berkisar antara 0 - 18,4876%. Dan nilai RSD yang diperoleh pada tiap
ulangan masing-masing sampel berkisar anatara 0 - 73,0085%. Nilai % RSD (Relative
Standart Deviation) yang dapat diterima ialah
-
Nilai rata-rata kandungan total polifenol pada sampel yang berupa kakao (sampel
A) berkisar antara 4,9636 13,8424 mg GAE/g. Nilai rata-rata total polifenol untuk
sampel A1 yang berbahan bubuk kako, vanili dan soda kue sebesar 13,8424 mg
GAE/g. Sampel A2 yang bebahan bubuk kakao, gula, susu bubuk dan vanili, memiliki
nilai rata-rata total polifenol sebesar 6,9943 mg GAE/g. Sampel A3 yang berbahan
coklat bubuk, gula halus, susu bubuk krimer dan agar-agar, memiliki nilai rata-rata total
polifenol sebesar 9,0912 mg GAE/g. Dan sampel A4 yang memiliki komoposisi sari
jahe segar, gula pasir, serbuk kakao, serai dan garam, memiliki rata-rata nilai
kandungan total polifenol sebesar 4,9636 mg GAE/g. Berdasarkan nilai tersebut dapat
diketahui. Perbedaan rata-rata kandungan total polifenol setiap sampel ini
dimungkinkan karena kadar penambahan kakao pada setiap produk berbeda-beda
sehingga kandungan total polifenol dalam sampel juga berbeda. Semakin banyak
kadar penambahan kakao pada produk, maka kandungan total polifenol yang
terkandung juga akan besar. Selain kadar penambahan kakao proses pengolahan
dengan menggunakan panas juga dapat mempengaruhi kadar polifenol dalam sampel.
Peristiwa oksidasi polifenol udara dipercepat oleh pengaruh suhu. Pada oksidasi
polifenol atom H pada gugus OH diambil oleh senyawa pengoksidasi, sehingga
menjadi tidak dikenal sebagai polifenol pada hasil analisis kadar polifenol. Semakin
banyak atom H yang diambil, makin kecil kadar polifenol yang terukur (Ribereau Gayon,
1972 dalam Supriyanto, 2007).
. Nilai SD pada masing-masing pengulangan untuk sampel A1 yang memiliki nilai
rata-rata total polifenol tinggi adalah 0% dan nilai RSD yang dimiliki ialah 0Sedangkan
untuk sampel A4 memiliki kepresisian yang yang baik karena nilai SD yang dimiliki
sebesar 0,2065%, sedangakan nilai RSD yang dimiliki yaitu 4,1598%. %. Hal ini
menunjukkan bahwa metode analisis yang digunakan telah memenuhi syarat
kepresisian atau sangat presisi karena nilai RSD nya termasuk pada kisran nilai RSD
yang dapet diterima, yaitu dibawah 5%.
Pada sampel B yang merupakan sampel berupa produk kopi memiliki rata-rata
kandungan total polifenol berkisar atara 0,115534,2677 mg GAE/g. Rata-rata nilai
total kandungan polifenol untuk sampel B1 yang merupakan jenis kopi arabika sebesar
25,4154 mg GAE/g. Sampel B2 yang memiliki komposisi terdiri dari kopi bubuk,
ekstrak ginseng, gula, krimer memiliki kandungan total polifenol sebesar 12,4091 mg
GAE/g. Sampel B3 yang memiliki komposisi terdiri dari kopi robusta, kopi arabika
memiliki kandungan total polifenol sebesar 0,1155. mg GAE/g. Sampel B4 yang
memiliki komposisi terdiri dari kopi bubuk, jahe, gula memiliki kandungan total polifenol
-
sebesar 9,4 mg GAE/g. Sampel B5 yang merupakan kopi robusta memiliki kandungan
total polifenol sebesar 34,2677. Sampel B6 yang memiliki komposisi terdiri dari kopi
bubuk minim kafein, gula, krimer memiliki kandungan total polfenol sebesar 6,1980 mg
GAE/g. Sampel B7 yang memiliki komposisi terdiri biji kopi 70%, gula, garam,
margarin memiliki kandungan total polfenol sebesar 10,1795 mg GAE/g.Sampel B8
yang memiliki komposisi terdiri bubuk kopi, serbuk jahe memiliki kandungan total
polfenol sebesar 33,7634 mg GAE/g.
Secara keseluruhan nilai SD untuk sampel kopi dengan label B ini berkisar anatar
0,0021- 9,3282%, dengan nilai RSD berkisar anatara 0,6058- 27,6283%, seperti yang
dapat dilihat pada tabel 5.1. Secara keseluruhan, hampir semua data memiliki
kepresisian yang baik yaitu dengan ditunjukkannya niali SD dibawah 5%, kecuali untuk
sampel B8 yang memiliki nilai SD lebih dari 5%. Sedangkan untuk nilai RSD 50%
sampel memiliki nialia RSD dibawah 5% dari pengulangan setiap sampel, sedangkan
50% sampel lainnya belum memenuhi syarat kepresisian karena memiliki niali RSD
yang lebih dari range nilai RSD yang diperbolehkan. Nilai RSD yang lebih dari
-
tahap pengolahan bahan pangan pilfenol yang merupakan salah satu antioksidan yang
paling dominan dalam bahan yang digunakan, dapat mengalami oksidasi. Dari literatur
menjelaskan bahwa, pada proses fermentasi kandungan polifenol banyak berkurang
melalui proses oksidasi, polimerisasi, dan pengikatan oleh protein (Nazaruddin et al,
2006). Sampel yag berupa kopi, teh ataupun kakao dalam pengolahannya dilakukan
proses fermentasi yang dimungkinakan polifenol mengalami oksidasi. Selain itu,
peristiwa oksidasi polifenol udara dipercepat oleh pengaruh suhu. Pada oksidasi
polifenol atom H pada gugus OH diambil oleh senyawa pengoksidasi, sehingga
menjadi tidak dikenal sebagai polifenol pada hasil analisis kadar polifenol. Semakin
banyak atom H yang diambil, makin kecil kadar polifenol yang terukur (Ribereau Gayon,
1972 dalam Supriyanto, 2007).
-
BAB V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum analisa total polifenol adalah sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan rata-rata kadar total polifenol yang paling tinggi ialah pada
sampel C5 (teh hijau) dengan total polifenol sebesar 91,5 mg GAE/g. Sedangkan
kandungan total polifenol yang paling rendah pada sampel C10 dengan total
polifenol senesar 0,0028 mg GAE/g. Sampel C10 merupakan sampel teh RTD
(Ready to Drink) yang memiliki komposisi air, gula, teh melati (daun teh + bunga
melati), perisa identik bunga melati, penstabil.
2. Prinsip pengujian total polifenol metode Follin-ciaocalteau ialah oksidasi gugus
fenolik hidroksil. Pereaksi ini mengoksidasi fenolat (garam alkali), mereduksi asam
heteropoli menjadi suatu kompleks molibdenum-tungsten (Mo-W). Fenolat hanya
terdapat pada larutan basa, tetapi pereaksi Folin-Ciocalteu dan produknya tidak
stabil pada kondisi basa. Selama reaksi belangsung, gugus fenolik-hidroksil
bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu, membentuk kompleks fosfotungstat-
fosfomolibdat berwarna biru dengan struktur yang belum diketahui dan dapat
dideteksi dengan spektrofotometer.
3. Secara keseluruhan tingkat keakurasian dan kepresisian data yang diperoleh pda
praktikum analisa total polifenol ini kurang baik, dengan adanya nilai SD dan RSD
pada setiap pengulangan sampel yang memiliki nilai lebih dari 5%.
-
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Conchita., Gregoria S. S. Djarkasi., Maya M. Ludon., Tineke Langi. 2013.
Determining Total Phenol and Antioxidant Activity Extracts of Leaf Leilem
(Clerodendrum minahassae. Jurnal Penelitian Teknologi Pertanian Fakultas
Pertanian Universiats Samratulangi.
Arnelia. 2002. Fito-Kimia Komponen Ajaib Cegah PJK, DM, dan Kanker http://Puslitbangbogor.go.id/ 12 November 20015.
Biehl, B., 1984. Cocoa Fermentation and Problems of Acidity, Over Fermentation and
Low Cocoa Flavor. Proceedings of the Internatinal Comference of Cocoa and
Coconut, Kualalumpur. No. 561-566.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Prameter Standart Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktoral Jendral POM-Depkes RI.
Folin, Octo, Ciocalteu, Vintila, 1944, On Tyrosine and Tryptophane Determinations in Proteins, Jour.Bio.Chem., 73 : 627-650, 1927, in. Todd-Sanford, 10, 412.
Hainrich, Michael., Barnes, Joanne., Gibbons, Simon., Williamso, Elizabeth M. 2004. Fundamental of Pharmacognosy and Phytotherapi. Hungary: Elsevier.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB.
Hattenschwiller, S dan Vitousek, P. M. 2000. The role of polyphenols interrestrial
ecosystem nutrient cycling. Review PII: S0169-5347(00)01861-9 TREE vol. 15, no.
6 June 2000.
Irianti, Tatang., Nanang Fakhrudin., Sigit Hartono. 2006. Perbandingan Inhibisi Ekstrak Air Daun Teh (Camellia sinensis (L) O.K.) terhadap Vitamin C pada Fotodegradasi Tirosin yang Diinduksi Ketoprofen dan Kandungan Fenolik Totalnya. Jurnal Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Neilsen, S.S. 2003. Food Analysis. New York: Plenun Publishers.
Nely. Fani. 2007. Aktivitas Antioksidan Rempah Pasar dan Bubuk Rempah Pabrik
dengan Metode Polyfenol dan Uji Aom. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Jurusan
Teknik Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Romero, R., Bagur, M.G., Gazquez, D., Sanchez-Vinas, M., Cuadros-Rodrigues, L., and Ortega, M. 2004. Estimation of the Main Source of Uncertainty in Chromatographic Analysis: Determination of Biogenic Amines. LCGC The Application Notebook: Supplement To LCGC North America, June: 95103
Sartini., M. Natsir Djide., Gemini Alam. 2007. Ekstraksi Komponen Bioaktif Dari Limbah Kulit Buah Kakao Dan Pengaruhnya Terhadap Aktivitas Antioksidan Dan Antimikroba. Jurnal Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Makassar.
-
Singleton, V.L. and Rossi, J.A., 1965, Colorimetry of Total Phenolic with Phosphomolybdic-Phosphotungstic Acid Reagent, Am. J. Enol. Vitic, 16, 147.
Supriyanto., Haryadi., Budi Rhardjo., Djagal Wiseso Marseno. 2007. Perubahan Suhu, Kadar Air, Warna, Kadar Polifenol, Dan Aktivitas Kakao selam Penyangraian dengan Energi Mikro. Jurnal Agritech, Vol. 27, No. 1 Maret 2007.
Wardhani, Mustika Rohma., Teti Estiasih. 2014. Pengaruh Seduhan Bubuk Kakao Lindak Terhadap Stres Oksidatif Tikus Wistar Jantan Akibat Pemberian Minyak Jelantah. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.2 No.2 p.43-49, April 2014.
Waterhouse, A., 1999, FolinCiocalteau Micro Method For Total Phenol In Wine,
Department of Viticulture & Enology University of California, Davis, 152-178
Winarsi,H.2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Yusmarini dan Efendi, R. 2004. Evalusi Mutu Soyghurt yang Dibuat dengan Penambahan Beberapa Jenis Gula. Universitas Riau. Pekanbaru. Jurnal Natur Indonesia. G(2): 104-110
-
DATA PENGAMATAN
Kel. Sampel
Total Polifenol
Ulangan 1
Ulangan 2
1 A1 Bubuk kakao, vanili, soda kue 13,8424 13,8424
A2 Bubuk kakao, gula, susu bubuk, vanili 7,3924 6,5961
2
A3 Cokelat bubuk, gula halus, susu bubuk krimer, agar agar
8,5868 9,5955
A4 Sari jahe segar, gula pasir, serbuk kakao, serai, garam
4,8176 5,1096
3 B1 Kopi arabika 25,0703 25,7605
B2 Kopi bubuk, ekstrak ginseng, gula, krimer 11,6128 13,2054
4 B3 Kopi robusta, kopi arabika 0,117 0,114
B4 Kopi bubuk, jahe, gula 9,4667 9,3333
5 B5 Kopi robusta 31,7062 36,8291
B6 Kopi bubuk minim kafein, gula, krimer 6,1714 6,2245
6 B7 Biji Kopi 70%, gula, garam, margarin 11,3739 8,985
B8 Bubuk kopi, serbuk jahe 27,1673 40,3594
7
C1 Teh hitam 49,4373
C2 Air, gula, ekstrak teh melati (teh dan bunga melati)/teh hitam
0,0044 0,0038
8
C3 Teh hijau, perisa melati(mengandung lesitin kedelai), teh melati
12,2498 38,3952
C4 Air, gula, ekstrak teh oolong (0,19%), perisa identik alami teh oolong, antioksidan asam askorbat, pengatur keasaman natrium karbonat
0,0038 0,0052
9
C5 Daun teh hijau 90,3333 92,6667
C6 Air, sirup fruktosa, gula, teh hijau bubuk (0,096%), perisa identik sakura, antioksidan, asam askorbat, pengatur keasaman natrium bikarbonat
0,0035 0,0033
10
C7 Teh hijau 26,9815 35,7674
C8 Air, gula pasir, daun teh hijau dengan melati & vitamin C
0,0054 0,0057
11
C9 Daun teh dan bunga melati 23,8759 22,0444
C10 Air, gula, teh melati (daun teh + bunga melati), perisa identik bunga melati, penstabil
0,0025 0,003
-
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Total Polifenol
Y = 12,558 x - 0,0125
Total polifenol =
x pengenceran
SD= ( ) ( )
( )
RSD=
x 100%
A1
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,509 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0415
Total polifenol =
x
= 13,8424 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
0,509 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0415
Total polifenol =
x
= 13,8424 mg GAE/g
Rata-rata =
= 13,8424 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 0
RSD =
x 100%
-
= 0%
A2
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,266 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0222
Total polifenol =
x
= 7,3924 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
0,236 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0198
Total polifenol =
x
= 6,5961 mg GAE/g
Rata-rata =
= 6,9943 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 0,5631
RSD =
x 100%
= 8,0505%
A3
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,311 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0258
Total polifenol =
x
= mg GAE/g
-
2. Y = 12,558 x - 0,0125
0,349 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0288
Total polifenol =
x
= 9,5955 mg GAE/g
Rata-rata =
= 9,0912 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 0,7133
RSD =
x 100%
= 7,8456%
A4
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,169 = 12,558 x - 0,.0125
X = 0,0145
Total polifenol =
x
= 4,8176 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
0,18 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0153
Total polifenol =
x
= 5,1096 mg GAE/g
Rata-rata =
-
= 4,9636 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 0,2065
RSD =
x 100%
= 4,1598%
B1
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,932 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0752
Total polifenol =
x
= 25,0703 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
0,958 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0773
Total polifenol =
x
= 25,7605 mg GAE/g
Rata-rata =
= 25,4154 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 0,488
RSD =
x 100%
= 1,9203%
-
B2
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,425 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0348
Total polifenol =
x
= 11,6128 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
0,485 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0396
Total polifenol =
x
= 13,2054 mg GAE/g
Rata-rata =
= 12,4091 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 1,1261
RSD =
x 100%
= 9,0751%
B3
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,135 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0117
Total polifenol =
x
= 0,117 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
-
0,131 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0114
Total polifenol =
x
= 0,114 mg GAE/g
Rata-rata =
= 0,1155 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 0,0021
RSD =
x 100%
= 1,8366%
B4
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,344 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0284
Total polifenol =
x
= 9,4667 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
0,339 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0280
Total polifenol =
x
= 9,3333 mg GAE/g
Rata-rata =
= 9,4 mg GAE/g
-
SD = ( ) ( )
( )
= 00943
RSD =
x 100%
= 1,0035%
B5
1. Y = 12,558 x - 0,0125
1,182 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0951
Total polifenol =
x
= 31,7062 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
1,375 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,1105
Total polifenol =
x
= 36,8291 mg GAE/g
Rata-rata =
= 34,2677 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 3,6224
RSD =
x 100%
= 10,5710%
B6
-
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,22 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0185
Total polifenol =
x
= 6,1714 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
0,222 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0187
Total polifenol =
x
= 6,2245 mg GAE/g
Rata-rata =
= 6,198 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 0,0375
RSD =
x 100%
= 0,6058%
B7
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,416 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0341
Total polifenol =
x
= 11,3739 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
0,326 = 12,558 x - 0,0125
-
X = 0,0270
Total polifenol =
x
= 8,9850 mg GAE/g
Rata-rata =
= 10,1795 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 1,6892
RSD =
x 100%
= 16,5943%
B8
1. Y = 12,558 x - 0,0125
1,011 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0815
Total polifenol =
x
= 27,1673 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
1,508 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,1211
Total polifenol =
x
= 40,3594 mg GAE/g
Rata-rata =
= 33,7634 mg GAE/g
-
SD = ( ) ( )
( )
= 9,3282
RSD =
x 100%
= 27,6283%
C1
1. Y = 12,558 x - 0,0125
1,85 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,1483
Total polifenol =
x
= 49,4373 mg GAE/g
Rata-rata = -
SD = -
RSD = -
C2
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,541 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0441
Total polifenol =
= 0,0044 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
0,458 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0375
Total polifenol =
= 0,0038 mg GAE/g
-
Rata-rata =
= 0,0041 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 0,0004
RSD =
x 100%
= 10,3479%
C3
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,449 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0367
Total polifenol =
x
= 12,2498 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
1,434 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,1152
Total polifenol =
x
= 38,3952 mg GAE/g
Rata-rata =
= 25,3225 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 18,4876
RSD =
x 100%
-
= 73,0085%
C4
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,459 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0375
Total polifenol =
= 0,0038 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
0,645 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0524
Total polifenol =
= 0,0052 mg GAE/g
Rata-rata =
= 0,0045 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 0,001
RSD =
x 100%
= 21,9989%
C5
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,328 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0271
Total polifenol =
x
x
= 90,3333 mg GAE/g
-
2. Y = 12,558 x - 0,0125
0,336 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0278
Total polifenol =
x
x
= 92,6667 mg GAE/g
Rata-rata =
= 91,5 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 1,65
RSD =
x 100%
= 1,8032%
C6
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,424 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0348
Total polifenol =
= 0,0035 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
0,398 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0327
Total polifenol =
= 0,0033 mg GAE/g
Rata-rata =
-
= 0,0034 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 0,0001
RSD =
x 100%
= 4,1595%
C7
1. Y = 12,558 x - 0,0125
1,004 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0809
Total polifenol =
x
= 26,9815 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
1,335 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,1073
Total polifenol =
x
= 35,7674 mg GAE/g
Rata-rata =
= 31,3745 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 6,2126
RSD =
x 100%
= 19,8014%
-
C8
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,663 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0538
Total polifenol =
= 0,0054 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
0,7 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0567
Total polifenol =
= 0,0057 mg GAE/g
Rata-rata =
= 0,0056 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 0,0002
RSD =
x 100%
= 3,8222%
C9
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,887 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0716
Total polifenol =
x
= 23,8759 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
-
0,818 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0661
Total polifenol =
x
= 22,0444 mg GAE/g
Rata-rata =
= 22,9602 mg GAE/g
SD = ( ) ( )
( )
= 1,2951
RSD =
x 100%
= 5,6405%
C10
1. Y = 12,558 x - 0,0125
0,303 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0251
Total polifenol =
= 0,0025 mg GAE/g
2. Y = 12,558 x - 0,0125
0,362 = 12,558 x - 0,0125
X = 0,0298
Total polifenol =
= 0,003 mg GAE/g
Rata-rata =
= 0,0028 mg GAE/g
-
SD = ( ) ( )
( )
= 0,0004
RSD =
x 100%
= 12,8565%
-
LAMPIRAN FOTO
Penimbangan 1,5 gr
sampel
Penambahan 50 ml
aquadest
Pengadukan
Penyaringan dengan
kertas saring
Peneraan dengan
aquadest sampai 50ml
Pengambilan 0,1 ml
ekstrak
Penambahan aquades
hingga volume jadi 5ml
Penambahan 0,5 ml follin
ciocalteau
Pengocokan &
pendiaman 10 menit
Penambahan 1 ml
Na2CO3 10%
Pengukuran absorbansi
pada =765 nm Hasil setelah di
spektrofotometer