Aktivitas aktivitas kejiwaan
-
Upload
masmasthar-yanghandal -
Category
Education
-
view
95 -
download
3
Transcript of Aktivitas aktivitas kejiwaan
i
AKTIVITAS-AKTIVITAS KEJIWAAN
Makalah Ini ditujukan Sebagai Tugas Individu pada
Matakuliah
“Psikologi Belajar”
Disusun Oleh:
Muhtarom
PAI 5A
Program Study Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah
INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI
PONOROGO
2014
ii
AKTIVITAS-AKTIVITAS KEJIWAAN
Makalah Ini ditujukan Sebagai Tugas Individu pada
Matakuliah
“Psikologi Belajar”
Disusun Oleh:
Muhtarom
Dosen Pengampu:
Medina Nur, M.Pd.I
Program Study Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah
INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI
PONOROGO
2014
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah menciptakan
bumi seisinya untuk dipelihara dan digunakan manfaatnya dengan sebaik-baiknya,
serta menjadikan manusia makluk yang sempurna untuk berfikir dan berkembang
lebih maju sehingga penulis dapat menyelasaikan penulisan makalah ini.
Sholawat salam senantiasa tersanjungkan kepada junjungan kita Nabi
agung Muhammad SAW. Yang senantiasa diharapkan syafaat darinya besok
dihari pembalasan.
Makalah ini disusun sebagai tugas untuk memenuhi persyaratan dalam
mengikuti proses belajar pada mata kuliah psikologi belajar yang diampu oleh
beliau Bapak Medina Nur, M.Pd.I yang setia mendampingi dan membimbing
kami dalam proses belajar.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen pembimbing yang telah memberi motivasi dan pengarahan dalam
melaksanakan tugas ini.
Pada akhirnya hanya kepada Allah lah penulis berserah diri dan berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Ponorogo, 19 Desember 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………..........i
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….........ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...iii
DAFTAR ISI…...….………………………………………………………..........iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………..………..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1
C. Tujuan……………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
A. Komponen sifat dan hakikat kejiwaan manusiA…………...…..…………2
B. kekuatan-kekuatan umum jiwa manusia…………………………………..2
C. aktivitas-aktivitas kejiwaan……..………………………........................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………..............8
B. Saran………………………………………………………………..……...8
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi
kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jika pendidikan memiliki rofe khas yang
secara prinsipil berbeda dengan hewan. Ciri khas manusia yang membedakanya dari hewan terbentuk dari
kumpulan terpadu dari apa yang disebut dengan sifat dan hakikat kejiwaan menusia. Disebut sifat dan hakikat kejiwaan manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Pemahaman pendidikan terhadap sifat dan hakikat kejiwaan manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia dalam bersikap, menyusun
startegi, metode dan teknik serta memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan komunikasi dalam interaksi edukatif.
Sebagai pendidik bangsa Indonesia, kita wajib memiliki kejelasan
mengenai sifat dan hakikat kejiwaan manusia Indonesia seutuhnya. Sehingga dapat dengan tepat menyusun rancangan dan pelaksaaan usaha
kependidikannya. Selain itu, seorang pendidik juga harus mampu mengembangkan tiap dimensi hakikat manusia, sebagai pelaksanaan tugas kependidikanya menjadi lebih rofessional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen sifat dan hakikat kejiwaan manusia? 2. Apa saja kekuatan-kekuatan umum jiwa manusia? 3. Apa saja aktivitas-aktivitas kejiwaan manusia?
vi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komponen Sifat dan Hakikat Kejiwaan Manusia
Hakikat kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan-kekuatan serta aktivitas-aktivitas kejiwan dalam diri manusia, yang semua itu
menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada makhluk-makhluk lain.
Menurut Jhon Amos Comenius, manusia mempunyai tiga komponen jiwa
yang menggerakkan aktivitas jiwa raga. Tiga komponen jiwa tersebut meliputi: saraf pertumbuhan, perasaan, dan intelek. Karena itu dikatakan,
bahwa manusia mempunyai tiga sifat dasar, yaitu: 1. Sifat biologis (tumbuhan-tumbuhan); sifat ini telah membuat manusia
tumbuh secara alami dengan prinsip-prinsip biologis dengan menggunakan
lingkungannya. 2. Sifat hewani; dengan adanya perasaan-perasaan hakiki, manusia
mengalami desakan-desakan internal untuk mencari keseimbangan hidup. Melalui peralatan indranya, manusia menjadi sadar dan menuruti keinginan-keinginan dan seleranya.
3. Sifat intelektual; dengan sifat ini,manusia mampu menemukan benar atau salahnya sesuatu, dapat membedakan baik dan buruknya objek, serta dapat
mengarahkan keinginan dan emosinya. Sifat intelektual manusia inilah yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Dengan adanya sifat intelektual ini, manusia dilebihkan derajatnya dari makhluk-makhluk
lain. Sifat hakikat manusia diartikan sebagai cirri-ciri karakteristik, yang secara
prinsip membedakan manusia dengan hewan. Secara garis besar, wujud sifat hakikat manusia dibagi menjadi delapan, antara lain: 1. Kemampuan menyadari diri. Berkat adanya kemampuan menyadari diri
yang dimiliki oleh manusia, maka manusia akan menyadari bahwa dirinya memiliki cirri khas atau karakteristik diri. Sehingga mempunyai kesadaran
diri bahwa manusia mempunyai perbedaan dengan makhluk lainnya. 2. Kemampuan bereksistensi. Kemampuan bereksistensi yaitu kemampuan
menempatkan diri, menerobos, dan mengatasi batas-batas yang
membelenggu dirinya. Kemampuan menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut kemampuan bereksistensi. Dengan kata lain, adanya
manusia bukan “ber-ada” seperti hewan dikandang dan tumbuh-tumbuhan di dalam kebun, melainkan “meng-ada” di muka bumi.
3. Kata hati (Consecience Of Man), adalah kemampuan membuat keputusan
tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Kata hati disebut pula hati nurani, pelita hati, dan sebagainya.
4. Moral, disebut sebagai etika. 5. Tanggung jawab. 6. Rasa kebebasan atau merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu)
yang sesuai dengan kodrat manusia. Kemerdekaan berkaitan erat dengan
vii
kata hati dan moral. Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia
dan moral yang sesuai dengan kodrat manusia. 7. Kewajiban dan hak. Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi
oleh manusia. Sedangkan hak merupakan sesuatu yang patut untuk dituntut
setelah memenuhi kewajiban. 8. Kemampuan menghayati kebahagiaan.
B. Apa Saja Kekuatan-Kekuatan Umum Jiwa Manusia
1. Berdasarkan observasi dan intropeksi, Plato (428-348 SM)
mengungkapkan, bahwa jiwa manusia terdiri atas tiga kekuatan, yaitu: Akal sebagai kekuatan terpenting dari jiwa manusia. Dikatakan oleh Plato,
bahwa akal adalah bagian jiwa manusia yang merupakan kekuatan untuk menemukan kebenaran dan kesalahan. Dengan akal, manusia dapat mengarahkan seluruh aktivitas jasmani dan kejiwaannya, sehingga
manusia mampu memperoleh kehidupan yang lebih sejahtera. 2. Spirit sebagai kekuatan penggerak kehidupan pribadi manusia. Spirit
adalah kekuatan untuk menjalankan gagasan-gagasan yang telah diputuskan oleh akal melalui pemilihan berbagai alternatif gagasan.
3. Nafsu sebagai stimulasi gerakan fisik dari kejiwaan dan merupakan
kekuatan paling konkret dalam diri manusia. Nafsu ini terbentuk dari segenap kekuatan keinginan dan selera yang sangat erat berhubungan
dengan fungsi-fungsi jasmaniah. Plato membedakan antara keinginan-keinginan yang berguna dan konstruktif dengan keinginan-keinginan yang tidak berguna dan merugikan.
Dalam usaha menerangkan hakikat manusia, John Locke (1632-1704) menekankan pembahasan tentang akal sebagai gudang dan
pengembang pengetahuan. Akal merupakan kekuatan vital untuk mengembangkan diri. Menurut John Locke, akal mempunyai kekuatan-kekuatan serta materiil untuk melatih kekuatan-kekuatan itu. Ada dua
kekuatan akal manusia, yaitu: 1. Kekuatan berfikir yang disebut pengertian. Segala peristiwa yang terjadi
dalam akal, menurut John Locke dapat dikenal dan kehendaki oleh manusia. Pengertian terjadi dari proses aktivitas pengamatan. Aktivitas pengamatan itu menurur John Locke mencakup kegiatan mengindra,
mengenal, menalar, dan meyakini. Mengamati berarti impresi-impresi dari dalam dan dari luar diri. Dengan perkataan lain, mengamati berarti
memasukkan ide-ide dan konsep-konsep ke dalam kesadaran dengan menggunakan berbagai macam cara. Ini tidak berarti, bahwa pengertian dapat ditumbuhkan hanya dengan melatih pengamatan saja. Menurut
Locke, pengamatan hanyalah kapasitas awal dari intelek manusia. Pengertian memerlukan keterlibatan dari enam kekuatan mental manusia,
yang meliputi: a. mengamati / pengamatan b. mengingat / ingatan
c. Imajinasi d. kombinasi aktivitas psikis
viii
e. abstraksi / pikiran, dan
f. pemakain tanda atau simbolisasi. 2. Kekuatan kehendak yang disebut kemauan.
Menurut Locke, manusia sering mengimajinasikan sesuatu tindakan yang
berhubungan dengan suatu pilihan di antara berbagai alternatif. Tindakan memilih ini oleh John Locke disebutkan dengan istilah “volition”.
Volition dapat terjadi apabila kita menggerakkan kekuatan kehendak atau kemauan. Jadi, kemauan adalah kekuatan untuk memilih.kemauan itu bukan keinginan. Keinginan adalah ide reflektif yang melibatkan sesuatu
keadaan di masa mendatang, sedangkan kemauan adalah kekuatan untuk memilih sesuatu keadaan atau tindakan di masa sekarang. Meskipun
kemauan tidak sama dengan keinginan, namun keduanya berhubungan erat. Kita mau itu, berarti kita memilih di antara dua keinginan atau lebih.
Jean Jacques Rousseau (1712-1778) mengungkapkan kekuatan
kejiwaan manusia dalam versinya yang lain. Rosseau mengungkapkan adanya lima kekuatan jiwa manusia yang terdiri dari:
a. Pengindraan Pengindraan terjadi apabila objek-objek eksternal berinteraksi dengan organ-organ indra, tetapi Rousseau mengemukakan adanya enam indra
dengan menambahkan indra keenam. Indra keenam menurut Rousseau disebut “common sense” yang mengkombinasikan pengindraan
terhadap sesuatu objek menjadi satu persepsi atau ide. Jadi, “commom sense” adalah kekuatan untuk mengkombinasikan pekerjaan indra-indra untuk menghasilkan suatu persepsi atau ide.
b. Perasaan Perasaan sangat erat hubungannya dengan pengindraan. Ketika kita
mengarahkan perhatian kita kepada pengindraan terhadap sesuatu objek, pada ketika itu juga, kita menyadari adanya perasaan tertentu dalam diri kita. Pengindraan itu dapat menyenangkan, atau
menjemukan atau menjijikkan, atau mungkin menyedihkan. Ini mungkin merupakan bukti tentang dekatnya hubungan antara perasaan
dan pengindraan. Perasaan adalah kekuatan untuk mendaratkan ide-ide. c. Keinginan
Keinginan sangat erat hubungannya dengan perasaan. Perasaan senang
atau tidak senang, cocok atau tidak cocok, dan setuju atau tidak setuju, akan membangkitkan kekuatan keinginan. Kita dapat menolak atau
menerima objek berhubung dengan adanya perasaan senang atau tidak senang ini. Keinginan adalah kekuatan untuk mendapatkan objek yang menurut idenya menyenangkan dan menolak objek yang menurut
idenya tidak menyenangkan. Keinginan sendiri dapat dibagi menjadi dua macam, yakni:
1) Keinginan yang tidak dipelajari; bersifat inisiatif dan berasal dari rasa cinta diri dan kasih saying.
2) Keinginan yang dipelajari; brrsifat cultural dan berasal dari
interaksi serta pengalaman sosial.
ix
3) Keinginan-keinginan yang terdorong oleh rasa cinta diri misalnya
ditandai dengan kondisi: lapar, haus, mengantuk, menangis, marah, tertawa. Keinginan-keinginan yang terdorong oleh rasa kasih sayang misalnya ditandai dengan tindakan: tersenyum,
menggelengkan kepala, membelai, membimbing, mendidik, mengajar. Keinginan-keinginan yang terdorong oleh pengalaman
sosial misalnya ditandai dengan tindakan:mengigngini kelebihan, membalas dendam, agresi, menghambakan diri, mengingini segala sesuatu seperti harta, pangkat, derajat, kehormatan, percintaan,
persahabatan, persekutuan. Menurut Rousseau, ada satu keinginan yang menjadi sumber atau pusat dari segala macam keinginan yaitu
hasrat seksual. 4) Kemauan 5) Menurut Rousseau, kekuatan kemauan sangat erat hubungannya
dengan keinginan. Setiap keinginan merupakan ide dari suatu objek, dibentuk oleh “common sense” didorong oleh rasa senang atau rasa
tidak senang, dan kemudian menerima atau menolak objek itu tadi menurut ide yang telah terbentuk. Oleh karena keinginan-keinginan itu mendorong tindakan untuk mencapai tujuan, akibatnya ada
kecenderungan untuk menerima atau menolak objek. Di lain pihak, tujuan dan tindakan dapat mengarahkan keinginan. Apabila
antarpribadi terdapat kesamaan tujuan, maka antarpribadi itu akan ada kesamaan keinginan. Namun ada kemungkinan adanya keinginan yang berbeda. Jika seseorang memiliki perbedaan
keinginan dalam dirinya, hal ini dapat mengakibatkan adanya konflik keinginan. Jika seseorang mengalami konflik keinginan,
maka tidak mau orang itu atau tujuan-tujuan yang bertentangan itu. Kekuatan untuk memungkinkan kita untuk mengadakan pilihan di antara tujuan-tujuan yang bertentangan dan mengambil tindakan
yang mengarah kepada tercapainya tujuan yang telah dipilih, disebut kemauan.
6) Akal Akal sebagai kekuatan penemu ide umum ataupun kebenaran sesuatu ide, memiliki dua kapasitas, yakni:
a) Kapasitas penalaran indra yang disebut “common sense”. Penalaran indra memberikan ide tertentu tentang benda tertentu
di alam sekitar. b) Kapasitas penalaran intelektual. Apabila kita dengan akal sehat
menyimpulkan ide tentang sesuatu benda, maka terhadap setiap
benda yang sejenis dapat dimasukkan ke dalam ide umum itu. Di sini kita telah mengadakan hubungan antaride secara abstrak,
dan di situlah kita lebih mengaji kapasitas penalaran intelektual kita.
C. Aktivitas-Aktivitas Kejiwaan Manusia
1. Pengamatan (dalam hal ini pengamatan indra)
x
Cara-cara penyajian dunia pengamatan berjumlah sama dengan jumlah
alat indra. Orang telah lazim membedakan lima macam alat indra menurut lima macam modalitas pengamatan, yakni: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pencecapan. Bekerjanya masing-masing
modalitas itu menghasilkan sifat-sifat sensoris segala sesuatu yang berbeda-beda. Berikut ini dikupas secara singkat mengenai masing-
masing modalitas persamaan itu. a. Penglihatan
Ada tiga macam penglihatan, yaitu:
1) Penglihatan terhadap bentuk; yaitu penglihatan terhadap objek yang berdimensi dua. Setiap objek penglihatan tidak dilihat secara
terpisah–pisah, melainkan sebagai objek yang dekat dan yang jauh, objek yang pokok dan yang melatarbelakangi, objek yang menjadi bagian dan keseluruhannya. Khusus dalam melihat objek
bagian dan objek keseluruhannya, ini merupakan cara melihat Geslalt yang dapat memakai hukum-hukum Gesalt meliputi:
a) hukum keterdekatan (artinya yang terdekat merupakan Gesalt);
b) hukum ketertutupan (artinya yang tertutup merupakan
Gelsalt); dan
c) hukum kesamaan (artinya yang sama merupakan Gelsalt).
d) Penglihatan terhadap warna; yaitu penglihatan terhadap objek psikis dari dari warna. Objek psikis yang dimaksudkan di sini menyangkut nilai-nilai psikologis dari warna yang meliputi:
(1) Nilai efektif dari warna. Warna-warna dari sesuatu objek sangat mempengaruhi tingkah laku manusia. Warna
memberikan dorongan atau motif bagi perbuatan atau reaksi manusia terhadap lingkungannya.
(2) Nilai lambang atau simbolis dari warna. Warna dapat
memberi kesan simbolis tertentu bagi seseorang. Kesan seseorang terhadap warna ini dipengaruhi oleh lingkungan
kultural seseorang itu. Dari warna-warna orang dapat menjadikan lambang-lambang suasana atau keadaan, misalnya:
merah adalah lambang keberanian, putih adalah lambang kesucian atau ketulusan,
kuning adalah lambang pengharapan,
biru adalah lambang kasih sayang atau kesetiaan, hijau adalah lambang kesetiaan atau kemantapan,
ungu adalah lambang kebesaran dan kemuliaan,
abu-abu adalah lambang keraguan atau kesabaran,
2) Penglihatan terhadap dalam; yaitu penglihatan terhadap objek yang berdimensi tiga. Gejala penting yang tampak dalam penglihatan ini adalah konstansi volume dari jarak yang berbeda-
beda kita melihat suatu benda, ternyata memperoleh kesan bahwa volume benda itu tidak berbeda, melainkan sama, tidak berubah
xi
besarnya, melainkan konstan besarnya. Hal ini terjadi demikian
karena: objek yang kita hadapi selalu dilihat dalam konteks
sistemnya, dan
proporsi atau perbandigan benda-benda satu sama lain serta terhadap tempatnya adalah sama.
2. Pendengaran Mendengar atau mendengarkan adalah menangkap atau menerima suara melalui indra pendengaran. Satu hal yang dirasa penting yaitu
pendengaran dalam hubungannya dengan masalah Gestalt. Gestalt ruang pada penglihatan akan berhubungan dengan Gestalt waktu dalam
pendengaran. Pendengaran terhadap bunyi-bunyian yang bersangkutan. Ini berarti, bahwa apa yang baru saja didengar atau terdengar tidak akan segera hilang, melainkan masih terngiang dan masih turut bekerja dalam
apa yang didengar atau terdengar pada saat berikutnya. Jadi, apa yang telah terdengar dan yang baru saja terdengar secara bersama-sama
membentuk suatu kesatuan yang mengatasi sifat keterbatasan dari pada waktu.
3. Perabaan
Perabaan mengandung dua pengertian, yaitu: a. Perabaan sebagai perbuatan aktif yang juga mencakup indra konestesi;
dan b. Perabaan sebagai pengalaman secara pasif yang juga mencakup
beberapa indra untuk sentuh dan tekanan, pengamatan panas,
pengamatan dingin, pengamatan sakit, dan indra vibrasi.
Perabaan menggunakan fungsi kulit badan. Bagaimanakah
penangkapan suatu objek perabaan sangat dipengaruhi oleh kepekaan pada kulit di bagian-bagian badan. Apabila kita menekankan benda tajam pada setiap bagian kulit kita, maka kita dapat mengamati
perbedaan kepekaan setiap bagian kulit itu dalam menerima rangsang objek perabaan. Pada kulit kita terdapat dua macam titik kepekaan,
yaitu kepekaan tekanan dan titik sakit. Menurut hasil penelitian dari Von Frey, adapun urutan tingkat
kepekaan tiap-tiap bagian kulit badan mulai dari yang lebih peka
sampai yang dengan semakin kurang tingkat kepekaannya adalah sebagai berikut:
1) Titik ujung lidah (dengan 2 gr tekanan). 2) Ujung jari (dengan 3 gr tekanan). 3) Punggung jari (dengan 5 gr tekanan).
4) Punggung tangan/lengan (dengan 12 gr tekanan). 5) Penis/alat vital (dengan 16 gr tekanan).
6) Kulit perut (dengan 26 gr tekanan). 7) Telapak kaki (dengan 250 gr tekanan).
4. Pembauan (pensiunan)
Membau/mencium adalah menangkap objek yang berupa bau-bauan dengan menggunakan hidung sebagai alat pembau. Kualitas bau-bauan
xii
adalah sangat bervariasi. Kita dapat menyebutkan variasi kualitas bau
terdiri dari: bau harum (misalnya untuk minyak wangi), bau anyir (misalnya untuk ikan mentah),
bau busuk (misalnya untuk sampah atau bangkai) bau enak/gurih (misalnya untuk bakaran ikan atau sate),
bau sedap (misalnya untuk masakan), bau penguk (misalnya untuk pakaian tak bersih), bau tengik (misalnya untuk kelapa atau minyak),
5. Pencecapan Mencecap adalah menangkap objek yang berupa kualitas rasa benda atau
sesuatu dengan menggunakan lidah sebagai alat pengecap. Mengenai rasa cecapan dari setiap objek pencecapan adalah bervariasi. Dalam kenyataannya, indra pengecap kita hanya peka terhadap empat macam
rasa cecapan pokok, yaitu: rasa manis,
rasa masam, rasa asin, dan
rasa pahit.
xiii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk yang sempurna. Manusia memiliki akal untuk menghadapi kehidupannya di dunia ini. Akal juga
memerlukkan pendidikan sebagai obyek yang akan dipikirkan. Fungsi akal tercapai apabila akal itu sendiri dapat menfungsikan, dan obyeknya itu sendiri adalah ilmu pengetahuan. Maka dari itu, manusia pada hakikatnya
adalah makhluk peadagogis, makhluk social, makhluk individual, makhluk beragama.
Setiap manusia mempunyai hakekat dan dimensi yang dimilikinya.
Dan dalam diri manusia itu terdapat potensi–potensi terpendam yang dapat
ditumbuhkembangkan menuju kepribadian yang mantap
B. Saran
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah ini, penulis
sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak dari kekurangan
mulai dari segi penulisan, materi yang kurang jelas maupun penyajian
yang kurang baik, maka penulis berharap kepada semua yang membaca
untuk menyisihkan waktunya untuk member saran ataupun kritik kepada
penulis agar dalam penulisan makalah selanjutnya akan lebih baik lagi.
Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat
khususnya untuk penulis sendiri dan pada umumnya untuk semua yang
membaca makalah ini.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Soemanto, wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.
http://tsu-basith.blogspot.com http://oksaseiji.wordpress.com