AKSES KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI ( PERSONAL · PDF fileSecara fisiologis tubuh Lansia secara...

21
i ABSTRAK AKSES KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE) BERBASIS ERGONOMI MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA Secara fisiologis tubuh Lansia secara progresif mengalami kemunduran, sehingga memerlukan perhatian pada waktu melakukan aktivitas personal hygiene. Pada kenyataannya fasilitas personal higiene masih belum memperhatikan kemampuan, kebolehan dan keterbatasan Lansia. Fasilitas personal hygiene yang ramah Lansia masih belum tersedia di PSTW, sehingga lansia sering mengeluh lekas lelah dan sakit pada otot- ototnya terutama saat akan duduk dan bangkit dari kloset terasa sulit, merasakan tidak aman saat berjalan menuju dan keluar kamar mandi tanpa penopang tangan, karena keseimbangan tubuh yang tidak stabil lagi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akses personal hygiene berbasis ergonomi meningkatkan kualitas hidup dilihat dari penurunan keluhan muskuloskeletal, self care lanjut usia, keamanan dan waktu siklus aktivitas personal hygiene lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Bali. Penelitian merupakan penelitian eksperimen menggunakan rancangan sama subjek pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha provinsi Bali dengan subjek berjumlah 14 orang. Subjek diberikan dua perlakuan yaitu melakukan aktivitas personal hygiene dengan cara lama (PeriodeI) dan melakukan aktivitas personal hygienedengan implementasi ergo Lansia (PeriodeII). Data muskuloskeletal, self care, keamanan diukur dengan kuesioner dan waktu siklus aktivitas menggunakan CcTV. Data yang di dapat dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan inferensialpada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan keluhan muskuloskeletal sebesar 25,69%, peningkatan self care dengan skor 9,14 atau mandiri, keamanan meningkat 98,4%, penurunan waktu siklus aktivitas 47,35%. Hal ini terjadi karena subjek melakukan aktivitas personal hygiene yang lebih ergonomis, terdapat handel pada akses keluar/masuk kamar mandi, dan penataan kelengkapan personal hygiene berbasis ergonomi. Disimpulkan bahwa perbaikan akses personal hygiene Lansia berbasis ergonomi total dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal, meningkatkan self care, meningkatkan keamanan, menurunkan waktu aktivitas personal hygiene. Kata Kunci: Akses, personal hygiene, keamanan, ergo Lansia, Panti Tresna Werdha

Transcript of AKSES KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI ( PERSONAL · PDF fileSecara fisiologis tubuh Lansia secara...

i

ABSTRAK

AKSES KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

BERBASIS ERGONOMI MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP LANJUT

USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA

Secara fisiologis tubuh Lansia secara progresif mengalami kemunduran, sehingga

memerlukan perhatian pada waktu melakukan aktivitas personal hygiene. Pada

kenyataannya fasilitas personal higiene masih belum memperhatikan kemampuan,

kebolehan dan keterbatasan Lansia. Fasilitas personal hygiene yang ramah Lansia masih

belum tersedia di PSTW, sehingga lansia sering mengeluh lekas lelah dan sakit pada otot-

ototnya terutama saat akan duduk dan bangkit dari kloset terasa sulit, merasakan tidak

aman saat berjalan menuju dan keluar kamar mandi tanpa penopang tangan, karena

keseimbangan tubuh yang tidak stabil lagi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

akses personal hygiene berbasis ergonomi meningkatkan kualitas hidup dilihat dari

penurunan keluhan muskuloskeletal, self care lanjut usia, keamanan dan waktu siklus

aktivitas personal hygiene lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Bali.

Penelitian merupakan penelitian eksperimen menggunakan rancangan sama

subjek pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha provinsi Bali dengan subjek berjumlah

14 orang. Subjek diberikan dua perlakuan yaitu melakukan aktivitas personal hygiene

dengan cara lama (PeriodeI) dan melakukan aktivitas personal hygienedengan

implementasi ergo Lansia (PeriodeII). Data muskuloskeletal, self care, keamanan diukur

dengan kuesioner dan waktu siklus aktivitas menggunakan CcTV. Data yang di dapat

dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan inferensialpada taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan keluhan muskuloskeletal

sebesar 25,69%, peningkatan self care dengan skor 9,14 atau mandiri, keamanan

meningkat 98,4%, penurunan waktu siklus aktivitas 47,35%. Hal ini terjadi karena subjek

melakukan aktivitas personal hygiene yang lebih ergonomis, terdapat handel pada akses

keluar/masuk kamar mandi, dan penataan kelengkapan personal hygiene berbasis

ergonomi.

Disimpulkan bahwa perbaikan akses personal hygiene Lansia berbasis ergonomi

total dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal, meningkatkan self care, meningkatkan

keamanan, menurunkan waktu aktivitas personal hygiene.

Kata Kunci: Akses, personal hygiene, keamanan, ergo Lansia, Panti Tresna Werdha

ABSTRACT

ACCESS TO PERSONAL HYGIENE WHITH ERGONOMIC BASED

IMPLEMENTATION IMPROVES THE QUALITY OF LIFE

OF ELDERLY AT ELDERLY HOSTELS

Physiologically, the elderly’s body has experience to set back progressively,

therefore they need more attantion when they are doing personal hygiene activity. On the

fact, the personal hygiene activity has not still paid attantion yet to their abilty, skill, and

elderly limitation.The facility of personal hygiene which is good for elderly has been not

in Elderly hostel, therefore elederly people often complain to having easily getting tired

and pain on their muscles; especially when they want to sit and stad up from toilet. They

feel not safe when they have to enter and get out of the toilet without any crutch because

of imbalance body condition.

This research has purpose to know the acces of personal hygiene-ergonomy based

increase the quality of life seen from the reduction of musculoskeletal complains, self

care, safety, the cycle time of the elderly’s personal hygiene activity in elderly hostel

Tresna Werdha Bali province.

This is an experimental research which used Within subject design. It consisted

14 elderly people. The subjects were given two treatments, personal hygiene activity by a

long way (Period I) and personal hygiene activities with the implementation of ergo

Elderly (Period II). Data musculoskeletal, self care, security is measured with a

questionnaire and a cycle time activities using CcTV. The data can be analyzed using

descriptive and inferential statistics at the 5% significance level.

The research result showed that there was reduction of musculoskelatel

complaints for 25,69%, increasing of self care for 9,14 ofr independent, increasing of

safety for 98,4%, reducing of activity cycle time for 47,35%.These happens because the

subject of personal hygiene activities that is more ergonomic, there are handles on access

exit / enter the bathroom, and the arrangement of the completeness of personal hygiene-

based ergonomics.

Concluded that the improvement of Elderly’s personal hygiene access with total

based ergonomics was able to reduce the musculoskeletal complaints, increased self care,

increased the safety, reduced the cycle time of personal hygiene activity.

Key words: Access, personal hygiene, safety bathroom, elderly ergo, elderly hostel

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ......................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi

DAFTAR SINGKATAN ATAU TANDA ..................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 9

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 10

1.3.1.Tujuan umum ......................................................................... 10

1.3.2. Tujuan khusus ....................................................................... 10

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 11

1.4.1.Manfaat teoritis ....................................................................... 11

1.4.2.Manfaat praktis ....................................................................... 11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 13

2.1 Penuaan ............................................................................................ 13

2.2 LanjutUsia ....................................................................................... 14

2.3 Ergonomilanjutusia .......................................................................... 17

2.3.1 Penurunankemampuanfisik …………………………....….. 21

2.3.2 Penurunansistimsyaraf …………………………… .…… 22

2.3.3 Penurunankekuatanotot ……………………………………. 23

2.3.4 Penuruankoordinasianggotageraktubuh ……………….….23

2.3.5 Sistempenglihatan ………………………………………… 25

2.3.6 Sisitimkardiovaskuler ……………………………………… 25

2.3.7 Sistemrespirasi ………………………………………………26

2.3.8 SistemGenitourinaria ………………………………………26

2.3.9 Kerapuhantulang ……………………………………………27

2.4 Peran PantiSosialTresnaWerdah...................................................... 27

2.5. Aksesibilitas Lansia ......................................................................... 30

2.6. KebutuhanDasarManusia................................................................. 32

2.7. KualitasHidupPadaLanjutUsia ........................................................ 34

2.8. KeluhanMuskuloskeletal ................................................................. 36

2.9. Self Care .......................................................................................... 40

2.10 Kebutuhan Pemenuhan Kebersihan diri ……….…………….…….. 43

2.11 KebutuhanKeamanan….. .................................................................. . .46

2.12 Waktu Siklus Aktivitas ……………………………………..…… 51

2.13 Pertimbangan Antropometri …………………………..……….… 51

2.14Implementasi ergonomic lansiaberbasis ergonomic total …..…... 54

BAB III. KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN

HIPOTESIS PENELITIAN ............................................................ 56

3.1. Kerangka Berfikir ........................................................................... 56

3.2. Kerangka Konsep ........................................................................... 58

3.3. Hipotesis ......................................................................................... 59

BAB IV. METODE PENELITIAN ............................................................... 60

4.1. Rancangan Penelitian ..................................................................... 60

4.2. Lokasi penelitian ............................................................................. 61

4.3. Waktupenelitian ............................................................................... 61

4.3.1.PenentuanSumber Data ......................................................... 61

4.3.2. Besar Sampel ........................................................................ 62

4.3.3. Teknik Penentuan Sampel .................................................... 63

4.4. Variabel Penelitian ......................................................................... 64

4.4.1.Identifikasi dan Klasifikasi Variabel ..................................... 64

4.4.2.Definisi Operasional Variabel ............................................... 65

4.5. Instrumen Penelitian ....................................................................... 72

4.6 Alur penelitian ……………………………….……………………. 74

4.7. Prosedur Penelitian ......................................................................... . 75

4.7.1. Tahap Persiapan .................................................................... 75

4.7.2.Tahap Pelaksanaan Penelitian ............................................... 76

4.8. Protokol Penelitian ......................................................................... 78

4.9. Analisa data .................................................................................... 85

4.10Hipotesis ............................................................................................ 86

BAB V. HASIL PENELITIAN .................................................................... 88

5.1. KarakteristikSubjek ......................................................................... 88

5.2. Antropometri ................................................................................... 89

5.3. AnalisisLingkungan ......................................................................... 90

5.4. AnalisisKeluhanMukuloskeletal ...................................................... 93

5.5. AnalisisSelf Care ............................................................................. 96

5.6. AnalisisKeamanan ........................................................................... 98

5.7. AnalisiswaktusiklusAktivitas Personal Hyfiene .............................. 100

BAB VI. PEMBAHASAN ............................................................................. 100

6.1. KarakteristikSubjekPenelitian ......................................................... 100

6.2. KondisiLingkungan ......................................................................... 106

6.3. KeluhanMuskuloskeletal ................................................................. 108

6.4. Self Care .......................................................................................... 112

6.5. Keamanan ........................................................................................ 115

6.6. WaktuSiklus Personal Hygiene ....................................................... 123

6.7. kualitashidup .................................................................................... 125

6.8. Novelty ............................................................................................. 128

BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 130

7.1. Simpulan .......................................................................................... 130

7.2. Saran ............................................................................................... 131

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 132

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1. Penduduk Lanjutusia ............................................................................... 17

2.2. Perhitungan Nilai Persentil ..................................................................... 54

4.1. Perhitungan JumlahSampel ..................................................................... 63

5.1. Hasil Analisis Karakteristik ............................................................... 88

5.2. Hasil Analisis Antropometri ............................................................... 89

5.3. DesainAksesKebersihanDiriSesuaiAntropometri .............................. 90

5.4. Data KondisiLingkunganAktivitas ..................................................... 91

5.5. Hasil Paired Sample t-Test Kondisi Lingkungan ............................... 91

5.6. Data KeluhanMuskuloskeletalSubjekPadaAktivitas

KebutuhanKebersihanDiri .................................................................. 94

5.7. Hasil Uji Beda Keluhan Muskuloskeletal Dengan Uji Paired

Sample t-Test ...................................................................................... 95

5.8. Data Self Care AktivitasKebutuhankebersihanDiri ........................... 96

5.9. Hasil Uji Beda Self careDenganUji Paired Sample t-test .................. 97

5.10. Data KeamananMelakukanAktivitasKebutuhanKebersihan .............. 98

5.11 Hasil Uji Beda KeamananAktivitasKebersihandiri

DenganUji Paired Sample t-test ........................................................ 98

5.12 Data WaktuSiklusAktivitasKebutuhanKebersihanDiri ....................... 100

5.13 Hasil UjiWaktuSiklusAktivitasKebutuhanKebersihan

DenganUji Paired Sample t-test ........................................................ 101

5.14. Data PerubahanWaktuSiklusAktivitasKebersihanDiri..…………. 102

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1. Konsep Dasar KeseimbangaLansia ...................................................... 20

2.2. Hubungan Kapasitas dengan Umur ...................................................... 22

2.3. Berkurangnya Kesimbangan ................................................................ 24

2.4. Akses raillingKamarMandiLansia ....................................................... 49

2.5 AntropometriStatispadaLamsia ............................................................ 52

2.6. Distribusi Normal dengan Data Antropometri ..................................... 53

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................... 58

4.1. Rancangan BaganPenelitian ................................................................ 60

4.2. Diagram Hubungan Antar Variabel .................................................... 64

4.3. Akses Lama Kebutuhan Kebersihan diri ............................................. 65

4.4. Existing Kebutuhan Kebersihan Diri…...........................…............ 66

4.5 Lay outDetaill Denah Akses kebutuhan Kebersihan Diri………..... 67

46 Akses Kebutuhan Kebersihan diri Lansia ………………….....……. 70

4.7 Antropometre ……...………………………….…………………… 72

4.8 Kerucut Ukur genggaman .................................................................. 73

4.9. Alur penelitian ...................................................................................... 74

ix

DAFTAR SINGKATAN ATAU TANDA

APH-EL : Akses personal hygiene ergonomi lansia

BPS : Badan Pusat Statistik

ENASE : Efektif Nyaman Aman Sehat Efisien

Lansia : Lanjut Usia

O1 : Pengukuranterhadap keluhan muskuloskeletal, self care,

keamanan, waktu aktifitas sebelum aktivitas (PI)

O2 : Pengukuranterhadap keluhan muskuloskeletal, self care,

kenyamanan, waktu aktifitas setelah aktivitas (PI)

(-) : Proses aktivitas personal hygiene sebelum intervensi ergonomi

total

O3 : Pengukurankeluhan muskuloskeletal, self care,

keamanan,mikroklimatdanwaktu aktifitas pada kondisi sebelum

aktivitas personal hygiene(PII).Pengukuran siklus waktu

dilakukan selama melakukan simulasi personal hygiene pada

kondisi (PeriodeII).

O4 Pengukurankeluhan muskuloskeletal, self care, keamanan,

mikroklimatdan waktu aktifitaspada kondisi setelah aktivitas

personal hygiene(PII).Pengukuran siklus waktu dilakukan

selama melakukan simulasi personal hygiene pada kondisi

(PeriodeII).

> : Lebih Besar

≤ : Lebih kecil atau sama dengan

σ : Standar Deviasi/Simpang Baku

PEME : People, Equipment, Material dan Environtment

P : Populasi

PI : Tanpa implementasi ergonomi. Semua sampel beraktivitas pada

kondisi Periode I

PII : Dengan implementasi ergonomi. Semua sampel beraktivitas

pada kondisi Periode II

Rs : Sampel diplih secara random dari populasi (Random Sampling)

x

RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah

SHIP : Systemic Holistic Interdiscipliner and Participatory

SWAA : Second World Assembly on Ageing

TTG : Teknologi Tepat Guna

UHH : Usia Harapan Hidup

WHO : World Healh Organization.

WOP : Washing out period.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses Penuaan merupakan proses perubahan yangmenyeluruh dan spontan

yang dimulai dari masakanak-kanak, pubertas, dewasa muda dankemudian menurun

pada pertengahan sampai Lanjut Usia (Lansia). Kesadaran seseorang untuk

memelihara dan mempertahankan kehidupan semakin meningkat, berdampak pada

kualitas hidup masyarakat semakin baik, sehingga harapan hidup (life expectancy)

semakin tinggi. Life expectancy ini didukung oleh berbagai aspek seperti

ketersedian fasilitas kesehatan yang baik terutama di bidang kedokteran dan

teknologi kesehatan, perawatan kesehatan semakinbaik, pemenuhan nutrisi, kondisi

pernikahan yang baik, pemeliharaan lingkungan sehat, semua faktor tersebut

berdampak positif terhadap pengendalian proses penuaan.

Proses penuaan merupakan fenomena global yang pertumbuhannya

signifikanserta menjadi perbincangan dunia (Haryono,2013). bahwa populasi

orang lanjut usia yang untuk selanjutnya disebut denganLansia di dunia

berdasarkan data badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO)

pada tahun 2000 terdapat 600 juta jiwa telah berusialebih dari 60 tahun

dandiperkirakan mencapai sekitar 1,2 miliar Lansia pada tahun 2025. Di kawasan

Asia di tahun 2012 memiliki populasi Lansia 142 juta atau 8 persen dari jumlah

total penduduk cenderung akan meningkat menjadi dua kali lipat pada tahun

2025dan diperkirakan usia harapan hidup di sebagian besar Negara Asia akan

menjadi lebih dari usia 75 tahun(Yusharmen, 2013).Namun kesempatan hidup

2

yang lebih lama berdampak pada meningkatnya populasi yang berusia 60 tahun

lebih memang mencerminkan keberhasilan pembangunan kesehatan, akan tetapi

hal ini sekaligus menjadi tantangan di masa mendatang karena menimbulkan

berbagai masalah kesehatan dan ekonomi(Manuaba, 2012).

Angka rata-rata harapan hidup manusia di dunia telah meningkat

secaradramatis dan diperkirakan angka harapan hidup maksimum mencapai 125

tahun dan kenyataan ini telah terjadi pada wanita dari Negara Jepang(Margareth,

2013). Badan kesehatan dunia (WHO) menghimbau negara-negara

memperhatikan lingkungan fisik dan sosial terhadap Lansia, dengan demikian

Lansia bisa hidup layak sehingga mereka merasa dihormati dan dihargai.

Tingkat kesejahteraan suatu bangsa dapat dilihat dari Index Pembangunan

Manusia dan salah satu indikator keberhasilan Pembangunan Kesehatan di

Indonesia adalah meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) manusia

Indonesia(Yusharmen, 2013).Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJMN) Kemkes tahun 2014 diharapkan terjadi peningkatan UHH dari 70,6

tahun pada 2010 menjadi 72 tahun pada 2014. Sejalan dengan meningkatnya usia

harapan hidup maka akan terjadi perubahan struktur usia penduduk. Bila

dihubungkan dengan hasil sensus penduduk tahun 2010, dinyatakan bahwa

penduduk lanjut usia di Indonesia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta

jiwa atau 9,6 persen dari jumlah penduduk. Pada tahun 2021 lanjut usia di

Indonesia diperkirakan mencapai 30,1 juta jiwa yang merupakan urutan ke 4 di

dunia sesudah Cina, India dan Amerika Serikat. Indonesia termasuk negara yang

memasuki era kependudukan berstruktur tua (aging structured population), karena

jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas telah melebihi angka tujuh persen.

3

Salah satu tantangan yang akan dihadapi adalah ancaman triple burden, yaitu

jumlah kelahiran bayi yangmasih tinggi, masih dominannya penduduk muda, dan

jumlah Lansia yang terus meningkat. Keadaan ini membutuhkan upaya kesehatan

Lansia yang komprehensif dan berorientasi pada siklus kehidupan manusia.

Data yag diperoleh dari Pusat data dan informasi Kemensos (Pusdatin)

bahwa Lansia di Indonesia di tahun 2010 yang tergolong lanjut usia terlantar ada

sekitar 2.851.606 jiwa atau 15,80%, dan Lansia tergolong rawan terlantar

sebanyak 4.658.280 jiwa atau 25,82%, sertatergolong Lansia tidak

terlantar10.533.83 atau 58,38% jiwa yang artinya masih dapat mengurus dirinya

(Societa, 2012). Faktor permasalahan yang dihadapai pemerintah saat ini seperti

jumlah dan proporsi yang semakin meningkat, Lansia laki-laki 63,07% dan Lansia

perempuan 33,57% yang bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan

dasar (Soeweno, 2010). Walaupun banyak diantara lanjut usia yang masih

produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, namun ada

juga Lansia tidak produktif karena faktor usianya oleh karena itu banyak

menghadapi keterbatasan sehingga memerlukan bantuan peningkatan

kesejahteraan sosialnya (Depsos, 2002a).

Pemerintah Provinsi Bali menghimbau masyarakat Bali agar tidak

menelantarkan orang tua. Di Provinsi Bali jumlah Lansia sesuai hasil sensus

penduduk tahun 2010, sebanyak 380.114 atau 10 % dari jumlah penduduk Bali,

dengan harapan hidup Lansiapada tahun 2010 sebanyak 70,6 % dan diharapkan

meningkat pada tahun 2011 menjadi 70,7 %. Undang-Undang Dasar 1945 pasal

34 telah mengamanatkan, memperhatikan fakir miskin. Pelayanan kesejahteraan

sosial bagi warga lanjut usia dengan keterbatasan sosial dan ekonomi, terlantar

4

dan kurang mampu dari seluruh Bali, berada di Institusi Panti Sosial Tresna

Werdha Wana Seraya (PSTW) Bali (Koordinator PSTW, 2013; Pemda Prov Bali,

2012).

Dalam budaya masyarakat Indonesia tetap menginginkan agar orang tua

tinggal bersama dengan anak-anaknya atau keluarga besar dan bukan tinggal di

Panti Wredha (elderly-hostels). Sebagai anak Suputra dalam budaya Bali wajib

untuk merawat orang tua. Terdapat anggapan bahwa menempatkan orang tua di

Panti Wredha kurang terhormat dan terkesan membuang mereka. Namun pada

kenyataannya yang ada di masyarakat saat ini ditemukan lanjut usia yang diasuh

oleh pemerintah di PSTW, hal ini disebabkan tuntutan kehidupan dan sosial

ekonomi yang semakin berat yang dirasakan saat ini oleh masyarakat, sehingga

generasi muda harus survival dan dengan terpaksa anak-anak sebagai anggota

keluarga meninggalkan orang tua di rumah sendirian atau menitipkan di PSTW.

Secara fisiologis tubuh Lansia akan mengalami berbagai kemunduran

kapasitas dan kapabilitas secara perlahan. Secara progresif di dalam sel-sel tubuh

mengalami kemunduran yang menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan

biokemis pada jaringan tubuh yang akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan

kemampuan fisik, mental dan sosial secara menyeluruh. Kemunduran kemampuan

fisik ditandai dengan penurunan kekuatan otot tubuh pada lansia misalnya

penurunan kekuatan otot tangan sebesar 16-40%. Koordinasi tubuh makin

melemah sehingga 25% lansia pernah nyaris terjatuh (near miss) di kamar mandi.

Kemunduran juga terjadi pada kemampuan penglihatan, buta parsial, melemahnya

kecepatan focusing pada mata dan makin buramnya lensa mata yang berakibat

pada pergerakan lansia semakin lamban dan terbatas,sehingga tidak mampu

5

memperkirakan jarak dengan akurat, berakibat rentan sekali terhadap

kemungkinan kecelakaan di kamar mandi.

Akibat kemunduran fisik yang terjadi pada Lansia dapat mengakibatkan

ketidak stabilan sistim lokomotor atau neuro muskular, sehingga seringkali

mengganggu aktivitas fungsional dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-

hari. Kemunduran dan kelemahan yang umumnya dialami Lansia seperti

immobility, instability, Intelectual impairment, incontinence,insomnia sehingga

untuk melakukan activity of daily living mengalami keterbatasan (Depkes RI,

2002; Maryamet al., 2010). Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan di dalam

mencukupi kebutuhan hidupnya khususnya kebutuhan self care terutama saat

melakukan personal hygiene (pemenuhan kebutuhan kebersihan diri), sehingga

menimbulkan ketergantunganyang memerlukan bantuan orang lain (Nugroho,

2002).

Dari hasil wawancara terstruktur dengan koordinator PSTW dan warga

PSTW, faktor yang menyebabkan Lansia menjadi warga PSTW di Wana Seraya

Bali, antara lain karena kemiskinan dan terlantar, tidak memiliki keluarga, atau

ditelantarkankeluarganya. Ada juga yang sengaja dititipkan oleh keluarganya, ada

yang datangatas kemauan sendiri, atau terlantar di jalanan dan terjaring

raziaaparat di bandara Ngurah Rai yang kemudian ditempatkan di panti sosial

(Koordinator PSTW, 2013).

Pada kenyataannya yang dihadapi Lansia di PSTW Provinsi Bali adalah

masih terbatasnya sarana dan prasarana pelayanan yang ramah dan mudah diakses

oleh lanjut usia. Salah satu fasilitas yang sangat dibutuhkan dalam memenuhi self

caredalam aktivitas sehari hari adalah akses pemenuhan kebutuhan kebersihan diri

6

yang sesuai dengan kebolehan dan keterbatasan Lansia yang dilakukan seperti

membersihkan gigi, mandi, mencuci rambut, eliminasi urin dan eliminasi alviyang

selanjutnya disebut eliminasi. Kondisi saat ini fasilitas kebutuhan kebersihan diri

yang tersedia belum sesuai dengan antropometri Lansia, seperti tinggi bak mandi

yang lebih tinggi dari ukuran tinggi lansia berdiri, kloset tidak dilengkapi dengan

jet washerakan menyulitkan Lansia untuk membersihkan diri, serta tidak

dilengkapi dengan handraildan railing akan menimbulkan kesulitan terutama

untuk bangkit dari duduk tidak jaranghal ini dapat menimbulkan jatuh, cedera, dan

kecelakaan akibat lantai yang licin.Partisipasi Lansia saat ini menggunakan alat

bantu untuk duduk dan berdiri dari kloset dengan menggunakan alat bantu

berupatongkat kayu penopang seadanya. Aksesibilitas Lansia yang perlu

diperhatikan adalah adanya Lansia yang belum mendapatkan haknya untuk

diperhatikan aksesibilitasnya.Akses kebutuhan kebersihan diriyang ergonomis

belum tersedia di PSTW, oleh karena keterbatasan pengetahuan pengelola

maupun arsitek atau kontraktor yang membangun untuk menghasilkan suatu

desain kamar mandilansia yang sesuai dengan keterbatasan lanjut usia. PSTW

sebagai Institusi Pemerintah seharusnya sudah mulai menyediakan akses bagi para

lanjut usia yang ramah Lansia sehinggabermanfaat untuk meningkatkan kualitas

hidup lanjut usia agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna dengan demikian

tidak menjadi beban bagi dirinya sendiridan keluarga di panti maupun masyarakat.

Kegiatan Lansia dalam sehari-hari lebih banyak diisi dengan rutinitas

(Manuaba, 2013) yaitu melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari seperti: (1)

makan dan minum; (2) mandi; (3) toileting; (4) berpakaian dan (5) berpindah dari

tempat duduk ke tempat tidur atau sebaliknya. Aktivitas yang dilakukan

7

seharusnya secara fisiologis tidak menimbulkan masalah kesehatan, alat- alat yang

digunakan dalan aktivitas serta lingkungan tempat tinggalnya sebaiknya dirancang

secara ergonomis. Namun pada kenyataannya belum banyak lansia yang

mendapatkan haknya untuk mendapat fasilitas yang efektif, nyaman, aman, sehat,

efisien(ENASE),supaya tetap produktif di usianya.

Sudah saatnya perhatian diberikan kepada kelompok lanjut usia (Manuaba,

2011) karena jumlahnya terus bertambah. Kita juga tidak ingin mereka akan tetap

menjadi beban karena tidak ergonomisnya peralatan dan lingkungan yang

disediakan untuk mereka. Sarana dan prasarana yang disediakan melalui projek

dan program pembangunan hendaknya sudah secara built-in berisikan prinsip-

prinsip ergonomi. Rumah untuk para lanjut usia harus benar-benar dirancang

sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan batasan pemakainya,keperluan dan

penyediaan fasilitas tempat tinggal sudah saatnya untuk desainnya bermuatan

ergonomi, apalagi sudah banyak terjadi kecelakaan yang fatal karena keteledoran

perancang, yang sebenarnya tidak perlu terjadi.Dengan keterbatasan yang

dimiliki, tentunya dibutuhkanperlakuan dan layanan khusus bagi para Lansia

dengan memperhatikan aksesibilitas kemudahan dalam penggunaan sarana dan

prasarana lanjut usia. Ergonomi seyogyanya sudah dimanfaatkan sedini mungkin,

atau sejak fase perencanaan, malahan sejak konsepnya mulai dicetuskan. Ini

menjadi lebih signifikan karena dengan ergonomi ada empat komponen sasaran

kesejahteraan manusia tercakup yaitu sehat, aman, nyaman dan efisien. Tidak ada

satu disiplin ilmu yang begitu besar memiliki manfaat sekaligus. Memang di

dalam kehidupan nyata kita tidak bisa selalu menerapkan ergonomi sejak

perencanaan secara konsekuen, karena adanya berbagai hambatan. Pada situasi

8

seperti itu tidak ada pilihan lain kecuali melakukan pendekatan yang lebih efektif

dan efisien dengan Participatory Ergonomics karena pendekatan ini melibatkan

involvementandcontribution dari para pemakai dalam hal ini pengurus PSTW,

sehingga diharapkan nantinya ada responsibility dari implementasi atau intervensi

ergonomi yang kita lakukan.

Aplikasi konsep pengkajian dan analisis masalah yang diterapkan

merupakan upaya pemanfaatan teknologi untuk mewujudkan

implementasiberpedoman pada Konsep Teknologi Tepat Guna (TTG) memakai

pendekatan terpadu atau SHIP (Sistemik,Holistik, Interdisipliner dan

Partisipatori). Pendekatan SHIPmengembangkan model kajian bersistem,

menyeluruh, melibatkan sejumlah disiplin ilmu seperti Arsitektur, dokter maupun

perawat di klinik lansia, dan tentunya partisipasi pengelola PSTW. Aplikasi

konsep TTG, merupakan upaya pemanfaatan teknologi untuk mewujudkan

intervensi dengan kriteria secara teknis mudah dikerjakan oleh Lansia, secara

ekonomis sesuai kemampuan finansial PSTW, perawatan, perbaikan oleh lansia

atau pengasuh, secara ergonomis mendukung upaya keselamatan dan kesehatan

Lansia sebagai pemakai selama beraktivitas, secara sosial budaya sesuai dengan

pola pikir dan perilaku Lansia, hemat energi agar lingkungan lestari, dan ramah

lingkungan (Abeyeksa, 2002; Manuaba,2011).Menjadi dambaan bagi setiap

Lansia tetap sehat, produktif dan mandiri sesuai dengan keterbatasan dan

kebolehan, dengan demikian akan memberikan rasa aman dan berharga tinggal

bersama komunitas di PSTW Bali.

Berdasarkan latar belakang diatas perlu dilakukan penelitian Implementasi

pada Akses pemenuhan kebutuhan kebersihan diridengan pendekatan ergonomi

9

Lansia,akan menurunkan beban fisiologi muskuloskeletal, meningkatkan self care

activity day livinglanjut usia, memberikan keamanan saat melakukan kebutuhan

kebersihan diri, serta menghemat waktu aktivitas,sehingga Lansia tetap

sehatsehingga kualitas hidup lanjut usia terjaga dan tetap produktif di Panti Sosial

Tresna Werdha Provinsi Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut.

1. Apakah akses kebutuhan kebersihan diri berbasis ergonomi meningkatkan

kualitas hidup dilihat dari penurunan keluhan muskuloskeletal lanjut usia?

2. Apakah akses kebutuhan kebersihan diri berbasis ergonomi meningkatkan

kualitas hidup dilihat dari peningkatanself care lanjut usia?

3. Apakah akses kebutuhan kebersihan diri berbasis ergonomi meningkatkan

kualitas hidup dilihat dari keamananlanjut usia?

4. Apakah akses kebutuhan kebersihan diri berbasis ergonomi meningkatkan

kualitas hidup dilihat dari waktu siklus aktivitas personal hygiene lanjut usia?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membuktikan Akses Personal

Hygiene Berbasis Ergo Lansia dapat meningkatkan kualitas hidup Lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Provinsi Bali.

1.3.2 Tujuan Khusus

10

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Membuktikanakses kebutuhan kebersihan diri berbasis ergonomi

meningkatkan kualitas hidup dilihat dari penurunan keluhan muskusloskeletal

lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Bali

2. Membuktikan akses kebutuhan kebersihan diri berbasis ergonomi

meningkatkan kualitas hidup dilihat dari peningkatan self care lanjut usia

diPanti Sosial Tresna Werdha Provinsi Bali

3. Membuktikan akses kebutuhan kebersihan diri berbasis ergonomi

meningkatkan kualitas hidup dilihat darikeamanan lanjut usia diPanti Sosial

Tresna Werdha Provinsi Bali.

4. Membuktikan akses kebutuhan kebersihan diri berbasis ergonomi

meningkatkan kualitas hidup dilihat dari waktu siklus aktivitas personal

hygienelanjut usiadiPanti Sosial Tresna Werdha Provinsi Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat

praktis sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Akademik

1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu Pengetahuan dan

Teknologi dalam bidang Ergo Lansia.

2. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai informasi dan pengetahuan ilmiah

tentang akses kebutuhan kebersihan diri Lansia.

11

3. Hasil penelitian dapat digunakan dalam upaya perbaikan kondisi tempat tinggal

usia lanjut yang lebih ramah Lansia untuk mempertahankan kualitas hidup

sesuai dengan keterbatasan dan kelebihan lanjut usia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah

1. Hasil penelitian dapat sebagai acuan olehDinas Sosial Provinsi Bali dalam

menyediakan Akses kebutuhan kebersihan diri yang ramah Lansia sebagai

upaya meningkatkan kesejahteraan.

2. Hasil penelitian dapat sebagai acuan olehinstitusi Panti Sosial Tresna Werdha

dalam menyediakan Akses kebutuhan kebersihan diri yang ramah Lansia untuk

meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup.

3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan oleh Puskesmas sebagai pusat

pelayanan kesehatan di masyarakat dalam promosi kesehatan Lansia di tingkat

rumah tangga.

4. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan bagi masyarakat dan keluarga dalam

menyediakan fasilitas kebutuhan kebersihan diri yang ramah Lansia sebagai

perwujudan rasa hormat dan penghargaan kepada lanjut usia yang tinggal

bersama keluarga.