AKL pertemuan 3

29
A. Definisi Likuidasi dan dan Perbedaannya Dengan Disolusi Menurut Beam (2000, hal 625), disolusi persekutuan ialah berubahnya hubungan sekutu yang menyebabkan berhentinya persekutuan secara hukum.Dengan disolusi, persekutuan tetap bisa berjalan terus dengan perjanjian baru, atau persekutuan bisa juga berhenti/bubar secara bisnis.Berhentinya persekutuan secara bisnis disebut juga likuidasi. Pembubaran persekutuan dapat disebabkan oleh: 1)salah seorang sekutu menghendaki pembubaran 2)salah seorang sekutu meninggal dunia, dan ahli warisnya tidak menyetujui untukmelanjutkan persekutuan 3)perselisihan intern diantara sekutu 4)salah seorang sekutu dinyatakan pailit Tujuan utama dari likuidasi adalah melakukan pengurusan dan pemberesan atas hartapailit. Proses likuidasi juga mengacu pada perpu No. 1 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang tentang Kepailitan. Aturan dalam mendistribusikan aktiva dalam likuidasi persekutuan dibuat bertingkat sesuai prioritas: 1)jumlah yang terhutang kepada negara. 2)jumlah yang dipinjam dari kreditur yang bukan sekutu. 3)jumlah yang dipinjam dari sekutu selain untuk modal dan laba. 4)jumlah yang harus diberikan kepada sekutu sesuai kepemilikannya. Meskipun terdapat urutan prioritas tersebut diatas, namun bukan berarti jika terdapat kas yang akan dibagikan

description

likuidasi

Transcript of AKL pertemuan 3

Page 1: AKL pertemuan 3

A. Definisi Likuidasi dan dan Perbedaannya Dengan Disolusi

Menurut Beam (2000, hal 625), disolusi persekutuan ialah berubahnya hubungan

sekutu yang menyebabkan berhentinya persekutuan secara hukum.Dengan disolusi,

persekutuan tetap bisa berjalan terus dengan perjanjian baru, atau persekutuan bisa juga

berhenti/bubar secara bisnis.Berhentinya persekutuan secara bisnis disebut juga likuidasi.

Pembubaran persekutuan dapat disebabkan oleh:

1) salah seorang sekutu menghendaki pembubaran

2) salah seorang sekutu meninggal dunia, dan ahli warisnya tidak menyetujui

untukmelanjutkan persekutuan

3) perselisihan intern diantara sekutu

4) salah seorang sekutu dinyatakan pailit

Tujuan utama dari likuidasi adalah melakukan pengurusan dan pemberesan atas

hartapailit. Proses likuidasi juga mengacu pada perpu No. 1 tahun 1998 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang tentang Kepailitan.

Aturan dalam mendistribusikan aktiva dalam likuidasi persekutuan dibuat bertingkat

sesuai prioritas:

1) jumlah yang terhutang kepada negara.

2) jumlah yang dipinjam dari kreditur yang bukan sekutu.

3) jumlah yang dipinjam dari sekutu selain untuk modal dan laba.

4) jumlah yang harus diberikan kepada sekutu sesuai kepemilikannya.

Meskipun terdapat urutan prioritas tersebut diatas, namun bukan berarti jika terdapat

kas yang akan dibagikan kepada sekutu (distribusi kas) pasti dibagikan kepada sekutu atas

bagian pinjaman kepada sekutu yang bersangkutan, tetapi pada saat likuidasi maka

kedudukan pinjaman dari sekutu/loan dan modal sekutu yang bersangkutan adalah

setingkat untuk menghitung hak sekutu yang bersangkutan. Setelah melalui perhitungan

yang tertuang dalam skedul pembayaran kas, maka kas yang dibagikan kepada masing-

masing sekutu barulah dibedakan berdasarkan prioritas tersebut diatas untuk masing-

masing sekutu yang bersangkutan.

Pada umumnya likuidasi persekutuan menyangkut hal-hal:

1) semua perkiraan sementara / nominal pada buku besar disesuaikan dan ditutup,

kemudian laba/rugi hasil penyesuaian dipindahkan ke modal para sekutu berdasarkan

rasio laba/rugi.

2) mengkonversi aktiva nonkas menjadi kas

Page 2: AKL pertemuan 3

3) mengakui keuntungan dan kerugian dan biaya likuidasi yang timbul selama masa

likuidasi dengan cara mengalokasikan ke modal para sekutu sesuai dengan

perbandingan laba/rugi

4) membayar semua kewajiban kepada negara dan kreditur / pihak ketiga

5) bila modal sekutu bersaldo debit (defisit) maka dapat dikompensasi / di-offset dengan

saldo pinjaman modal dari sekutu yang bersangkutan, maksimum sebesar saldo

pinjaman modal dari sekutu yang bersangkutan / loan tetapi tidak sampai

menyebabkan modal bersaldo kredit. Jika tidak ada saldo pinjaman dari sekutu yang

bersangkutan, maka sekutu yang bersaldo modal debit harus menyetorkan kas.

6) mendistribusikan sebagian atau seluruh kas yang tersedia kepada para sekutu

berdasarkan rasio laba/rugi dengan memperhatikan syarat perlu menyusun skedul

pembayara kas.

Untuk likuidasi secara langsung, syarat perlu menyusun skedul pembayaran kas bila

memenuhi minimal satu syarat sebagai berikut:

1) bila ada sekutu yang defisit

2) bila ada kas yang ditahan

3) bila masih ada saldo aktiva non kas

Ditinjau dari waktu penyusunan daftar likuidasi, maka likuidasi dapat

dibedakanmenjadi:

1. Likuidasi secara langsung/sekaligus

Likuidasi secara langsung yaitu likuidasi yang dilakukan setelah seluruh aktiva

direalisasi.

2. Likuidasi secara bertahap periodic

3. Likuidasi secara bertahap periodik yaitu proses likuidasi dilakukan secara periodik

setelah terjadinya realisasi aktiva nonkas dan mengikuti prosedur likuidasi secara

berulang-ulang sampai akhirnya semua perkiraan tidak bersaldo.

4. Likuidasi secara bertahap dengan program kas

Likuidasi secara bertahap dengan program kas yaitu proses likuidasi dilakukan secara

periodik dimana daftar likuidasi yang disusun akan sama dengan likuidasi secara

bertahap periodik tetapi perlu membuat suatu program kas terlebih dahulu sebelum

daftar likuidasi disusun, yang menunjukkan bagaimana kas dibagikan kepada para

sekutu dikemudian hari. Disamping itu skedul pembayaran kas pada cara ini juga

agak berbeda dengan likuidasi secara bertahap periodik.

Page 3: AKL pertemuan 3

Likuidasi berlangsung setelah proses realisasi selesai, dapat dibedakan menjadi:

1) Persekutuan mampu membayar semua kewajiban kepada pihak ketiga selain kepada

sekutu. Dalam hal ini terdapat beberapa kemungkinan sebagai berikut:

a. Tidak ada sekutu bersaldo modal debit setelah realisasi aktiva nonkas dilakukan,

biaya-biaya dikeluarkan dan offset dilakukan.

b. Terdapat minimal seorang sekutu bersaldo modal debit setelah realisasi aktiva

nonkas dilakukan, biaya-biaya dikeluarkan tetapi defisit tersebut masih bisa ditutup

dengan kompensasi loan (offset).

2) Persekutuan tidak mampu membayar semua kewajiban kepada pihak ketiga selain

kepada sekutu. Dalam hal ini terdapat beberapa kemungkinan sebagai berikut:

a. Terdapat minimal seorang sekutu bersaldo modal debit setelah realisasi aktiva

nonkas dilakukan, biaya-biaya dikeluarkan dan offset dilakukan tetapi semua

sekutu secara pribadi solven.

Kemungkinan yang dapat terjadi untuk kondisi seperti ini adalah:

1. Anggota yang mengalami defisit, menyetorkan uang kepersekutuan untuk

menutup defisit tersebut, Setoran uang ini digunakan untuk melunasi hutang ke

kreditur,sisanya kalau ada untuk anggota persekutuan.

2. Sisa hutang kepada pihak luar dilunasi oleh salah seorang anggota dulu (dapat

anggota yang defisit atau tidak). Pelunasan ini dianggap sebagai setoran modal

anggota tersebut. Setoran modal oleh anggota yang defisit dipakai sebagai

pembayaran kembali hak-hak anggota lainnya.

b. Terdapat minimal seorang sekutu bersaldo modal debit setelah realisasi aktiva

nonkas dilakukan, biaya-biaya dikeluarkan, dan offset dilakukan tetapi semua

sekutu secara pribadi insolven.

c. Terdapat minimal seorang sekutu bersaldo modal debit setelah realisasi aktiva

nonkas dilakukan, biaya-biaya dikeluarkan, dan offset dilakukan tetapi ada sekutu

yang secara pribadi solven mau pun insolven.

Untuk ini harus diadakan penelitihan seksama atas posisi harta dan hutang pribadi

masing-masing anggota. Ini penting untuk menentukan siapa yang harus membayar sisa

hutang kreditur terlebih dahulu dan siapa yang betul-betul tidak mampu.

Dalam hal penentuan kemampuan masing-masing anggota perlu diperhatikan :

Page 4: AKL pertemuan 3

1. Hak-hak kreditur pribadi anggota

Berhak sepenuhnya menerima pembayaran kembali dari hasil penjualan harta

pribadi pemilik. Dengan kata lain kreditur persekutuan hanya dapat

mengklaim atas harta pribadi pemilik bila hutang-hutang pribadi telah

dilunasi. Sebaliknya kreditur pribadi anggota hanya dapat mengajukan klaim

atas aktiva persekutuan, bila kewajiban persekutuan kepada pihak luar telah

dilunasi dan masih mempunyai hak dalam persekutuaan.

2. Hak-hak kreditur persekutuan

Berhak sepenuhnya untuk menerima pembayaran kembali dari hasil penjualan

harta milik persekutuan. Dengan kata lain kreditur pribadi hanya dapat

mengklaim atas harta milik persekutuan bila semuat kewajiban persekutuan

kepada pihak luar telah dilunasi. Sebaliknya kreditur persekutuan hanya dapat

mengajukan klaim atas aktiva pribadi anggota, bila semua kewajiban pribadi

kepada pihak luar telah dilunasi.

Berikut ini adalah contoh persekutuan ABC yang dinyatakan akan dilikuidasi

dengan rasio laba/rugi yaitu A : B : C = 2 : 3 : 5.

Neraca Persekutuan ABC sesaat sebelum dilikuidasi menunjukkan sbb:

Persekutuan ABC

Neraca

Per 31 Desember 1998 (Jutaan rupiah)

Kas   100 Hutang Dagang   500

Aktiva non kas 1.400 Hutang kepada C 400

Modal A 300

Modal B 200

Modal C 100

Total aktiva 1.500 Total Hutang & Modal 1.500

Posisi aktiva dan kewajiban pribadi para sekutu adalah sebagai berikut:

Sekutu Aktiva Pribadi (diluar

kepemilikan persekutuan)

Kewajiban Pribadi (diluar

kepemilikan persekutuan)

A 900 500

B 700 700

Page 5: AKL pertemuan 3

C 500 900

Para sekutu bersepakat untuk melikuidasi persekutuan ABC dengan likuidasi secara

langsung karena realisasi seluruh aktiva nonkas dapat dilakukan dengan segera. Hasil

realisasi akan digunakan untuk membayar hutang kepada pihak luar, setelah hutang

kepada pihak luar telah lunas dan apabila masih ada sisa kas maka dibagikan seluruhnya

kepada para sekutu sesuai dengan hak para sekutu. Jika kas yang tersedia setelah realisasi

dan pembebanan biaya-biaya masih tidak mencukupi untuk membayar hutang kepada

pihak luar maka sekutu yang solven yang akan membayar hutang terlebih dahulu. Bila

hutang kepada pihak luar telah lunas dan masih ada sekutu yang bersaldo modal debit

setelah kompensasi maka sekutu tersebut menyetorkan kas ke persekutuan pada saat tidak

ada kas lagi.Penyelesaian akhir dilakukan diluar persekutuan untuk sekutu yang defisit

tetapi secara pribadi insolven.

a) Apabila seluruh aktiva non kas hanya dapat direalisasi sebesar Rp. 1.300.000.000,- maka

daftar likuidasi seperti berikut :

Persekutuan ABC

Daftar Likuidasi

(dalam Jutaan rupiah)

20% 30% 50%

Keterangan Kas Aktiva   Hutang Hutang Modal

    non kas   Dagang kepada C A B C

Saldo sebelum likuidasi 100 1.400   500 400 300 200 100

Realisasi aktiva 1.300 (1.400)       (20) (30) (50)

  1.400  0   500 400 280 170 50

Pembyran hutang kepada kreditur (500)     (500)        

  900 0   0 400 280 170 50

Distribusi Kas (900)       (400) (280) (170) (50)

0 0 0 0 0 0 0

Hasil realisasi sebesar 1.300 juta akan menambah kas dan mengurangi aktiva nonkas 1.400

juta serta selisih rugi 100 juta dibebankan kepada para sekutu sesuai rasio laba/rugi. Pada

contoh soal ini tidak ada biaya likuidasi sehingga tidak perlu mengurangi kas dan modal para

Page 6: AKL pertemuan 3

sekutu. Setelah realisasi, kas yang tersedia digunakan untuk membayar hutang kepada pihak

luar selain sekutu, dalam hal ini adalah hutang dagang sebesar 500 juta, tetapi jika ada hutang

kepada negara maka harus didahulukan daripada pembayaran hutang kepada para kreditur.

Sisa kas setelah pembayaran hutang digunakan untuk dibagikan kepada para sekutu

(distribusi kas), terlihat bahwa tidak perlu membuat skedul pembayaran kas karena tidak

memenuhi syarat untuk menyusun skedul pembayaran kas.Untuk contoh ini tidak ada sekutu

yang defisit sehingga tidak perlu ditutup dengan loan (pinjaman dari sekutu) yang

bersangkutan. Contoh pertama ini merupakan contoh yang sangat sederhana, untuk setiap

contoh dengan kasus yang berbeda-beda akan dibahas pada asumsi tersendiri.

Jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut:

Kas 1.300.000.000

Modal A 20.000.000

Modal B 30.000.000

Modal C 50.000.000

Aktiva Nonkas 1.400.000.000

Hutang Dagang 500.000.000

Kas 500.000.000

Hutang kepada C 400.000.000

Modal A 270.000.000

Modal B 180.000.000

Modal C 50.000.000

Kas 900.000.000

b) Apabila seluruh aktiva non kas hanya dapat direalisasi sebesar Rp. 800.000.000,- maka

daftar likuidasi adalah seperti berikut :

Persekutuan ABC

Daftar Likuidasi

(Jutaan Rupiah)

20% 30% 50%

Keterangan Kas Aktiva   Hutang Hutang Modal

    non kas   Dagang kepada C A B C

Saldo sebelum likuidasi 100 1.400   500 400 300 200 100

Page 7: AKL pertemuan 3

Realisasi aktiva 800 (1.400)       (120) (180) (300)

  900 0    500 400 180 20 (200)

Pembyran hutang kpd kreditur (500)     (500)        

  400 0   0 400 180 20 (200)

Kompensasi defisit dengan loan       (200) 200

  400 0   0 200 180 20 0

Distribusi Kas (400)       (200) (180) (20)

0 0 0 0 0 0 0

Hasil realisasi sebesar 800 juta akan menambah kas dan mengurangi aktiva nonkas 1.400 juta

serta selisih rugi 600 juta dibebankan kepada para sekutu sesuai rasio laba/rugi. Pada contoh

soal ini tidak ada biaya likuidasi sehingga tidak perlu mengurangi kas dan modal para sekutu.

Setelah realisasi, kas yang tersedia digunakan untuk membayar hutang kepada pihak luar

selain sekutu, dalam hal ini adalah hutang dagang sebesar 500 juta, tetapi jika ada hutang

kepada negara maka harus didahulukan daripada pembayaran hutang kepada para kreditur.

Sisa kas setelah pembayaran hutang digunakan untuk dibagikan kepada para sekutu

(distribusi kas), terlihat bahwa tidak perlu membuat skedul pembayaran kas karena tidak

memenuhi syarat untuk menyusun skedul pembayaran kas.Untuk contoh ini ada sekutu yang

defisit sehingga perlu ditutup dengan loan (pinjaman dari sekutu) yang bersangkutan.

Jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut:

Kas 800.000.000

Modal A 120.000.000

Modal B 180.000.000

Modal C 300.000.000

Aktiva Nonkas 1.400.000.000

(jurnal untuk mencatat realisasi aktiva nonkas)

Hutang Dagang 500.000.000

Kas 500.000.000

(jurnal untuk mencatat pembayaran hutang dagang)

Hutang kepada C 200.000.000

Modal C 200.000.000

Page 8: AKL pertemuan 3

(jurnal untuk mencatat kompensasi defisit dengan hutang kepada sekutu/loan)

Hutang kepada C 200.000.000

Modal A 180.000.000

Modal B 20.000.000

Kas 400.000.000

c) Apabila seluruh aktiva non kas hanya dapat direalisasi sebesar Rp. 500.000.000,- maka

daftar likuidasi adalah seperti berikut :

Persekutuan ABC

Daftar Likuidasi

(Jutaan Rupiah)

20% 30% 50%

Keterangan Kas Aktiva   Hutang Hutang Modal

    non kas   Dagang kepada C A B C

Saldo sebelum likuidasi 100 1.400   500 400 300 200 100

Realisasi aktiva 500 (1.400)       (180) (270) (450)

  600 0    500 400 120 (70) (350)

Pembyran hutang kpd kreditur (500)     (500)        

  100 0   0 400 120 (70) (350)

Kompensasi defisit dengan loan       (350) 350

  100 0   0 50 120 (70) 0

Distribusi Kas (skedul 1) (100)       (100)

  0 0   0 50 20 (70) 0

Penyelesaian akhir       (50) (20) 70

0 0 0 0 0 0 0

Skedul 1 : Skedul Pembayaran KasKeterangan 20% 30% 50%

  A B CSaldo sebelum DK 120 (70) 0Loan   50Hak para sekutu 120 (70) 50Kemungkinan defisit B ditanggung A dan C (20) 70  (50)Distribusi Kas 100 0 0

Page 9: AKL pertemuan 3

Pengembalian pinjaman 0 0 0Pengembalian modal 100  Distribusi kas 100 0 0

Jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut:

Kas 500.000.000

Modal A 180.000.000

Modal B 270.000.000

Modal C 450.000.000

Aktiva Nonkas 1.400.000.000

(jurnal untuk mencatat realisasi aktiva nonkas)

Hutang Dagang 500.000.000

Kas 500.000.000

(jurnal untuk mencatat pembayaran hutang dagang)

Hutang kepada C 350.000.000

Modal C 350.000.000

(jurnal untuk mencatat offset/ kompensasi defisit dengan hutang kepada sekutu/loan)

Modal A 100.000.000

Kas 100.000.000

(jurnal untuk mencatat distribusi kas)

Hutang kepada C 50.000.000

Modal A 20.000.000

Modal B 70.000.000

(jurnal untuk mencatat penyelesaian akhir)

d) Apabila seluruh aktiva non kas hanya dapat direalisasi sebesar Rp. 300.000.000,- maka

daftar likuidasi adalah seperti berikut :

Persekutuan ABC

Page 10: AKL pertemuan 3

Daftar Likuidasi

(Jutaan Rupiah)

20% 30% 50%

Keterangan Kas Aktiva   Hutang Hutang Modal

    non kas   Dagang kepada C A B C

Saldo sebelum likuidasi 100 1.400   500 400 300 200 100

Realisasi aktiva 300 (1.400)       (220) (330) (550)

  400 0    500 400 80 (130) (450)

Pembyran hutang kpd kreditur (400)     (400)        

  0 0   100 400 80 (130) (450)

Kompensasi defisit dengan loan       (400) 400

  0 0   100 0 80 (130) (50)

Pembayaran hutang oleh A     (100)  100

  0 0   0 0 180 (130) (50)

Penyelesaian akhir       (180) 130 50

0 0 0 0 0 0 0

Pada contoh ini terdapat sisa hutang kepada pihak luar sebesar 100 juta setelah semua aktiva

bersaldo nol, maka sesuai dengan ketentuan bahwa sekutu bertanggungjawab secara penuh

sampai keharta pribadinya maka pembayaran dilakukan oleh sekutu yang secara pribadi

solven. Untuk contoh soal ini sekutu A membayar hutang dagang sebesar 100 juta maka

saldo modal A akan bertambah sebesar 100 juta pula.

Kas 300.000.000

Modal A 220.000.000

Modal B 330.000.000

Modal C 550.000.000

Aktiva Nonkas 1.400.000.000

(jurnal untuk mencatat realisasi aktiva nonkas)

Hutang Dagang 400.000.000

Kas 400.000.000

(jurnal untuk mencatat pembayaran hutang dagang)

Page 11: AKL pertemuan 3

Hutang kepada C 400.000.000

Modal C 400.000.000

(jurnal untuk mencatat offset/ kompensasi defisit dengan hutang kepada sekutu/loan)

Hutang Dagang 100.000.000

Modal A 100.000.000

(jurnal untuk mencatat pembayaran hutang dagang oleh A)

Modal A 180.000.000

Modal B 130.000.000

Modal C 50.000.000

(jurnal untuk mencatat penyelesaian akhir)

B. Proses Likuidasi

Dalam hal terjadinya pembubaran Perseroan sesuai yang tercantum dalam pasal 142

ayat (1) Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”),

maka Pasal 142 ayat (2) huruf a UUPT menentukan bahwa setelah pembubaran

perseroan karena alasan-alasan yang dimaksud dalam pasal 142 ayat (1) UUPT wajib

diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator.

Berikut ini adalah tahap-tahap Likuidasi sebuah Perseroan, sebagaimana yang diatur

dalam Pasal 147 sampai dengan pasal 152 UUPT:

1. Tahap Pengumuman dan Pemberitahuan Pembubaran Perseroan

Terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan, dalam jangka waktu paling

lambat 30 (tiga puluh) hari, Likuidator wajib memberitahukan kepada semua kreditor

mengenai pembubaran Perseroan dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik

Indonesia. Selanjutnya, Likuidator juga wajib memberitahukan pembubaran Perseroan

kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan bahwa Perseroan dalam

likuidasi.(Pasal 147 ayat (1) UUPT).

Kemudian, likuidator melakukan pemberitahuan kepada kreditor dalam Surat

Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia.sebagaimana yang dimaksud diatas,

pemberitahuan harus memuat pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya; nama dan

alamat likuidator; tata cara pengajuan tagihan dan jangka waktu pengajuan tagihan.

Jangka waktu pengajuan tagihan tersebut adalah 60 (enam puluh) hari terhitung sejak

Page 12: AKL pertemuan 3

tanggal pengumuman pembubaran Perseroan. Dalam hal pemberitahuan kepada

Menteri tentang pembubaran Perseroan, likuidator wajib melengkapi dengan bukti

dasar hukum pembubaran Perseroan dan pemberitahuan kepada kreditor dalam surat

kabar. (Pasal 147 ayat (2), (3) dan (4) UUPT).

Apabila pemberitahuan kepada kreditor dan Menteri belum dilakukan,

pembubaran Perseroan tidak berlaku bagi orang ketiga.Jika likuidator lalai melakukan

pemberitahuan tersebut, likuidator secara tanggung renteng dengan Perseroan

bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pihak ketiga.(Pasal 148 ayat (1) dan

(2) UUPT).

2. Tahap Pencatatan dan Pembagian Harta Kekayaan

Selanjutnya, menurut Pasal 149 ayat (1) UUPT, kewajiban likuidator dalam

melakukan pemberesan harta kekayaan Perseroan dalam proses likuidasi harus

meliputi pelaksanaan:

a) Pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan

b) Pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia mengenai

rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi.

c) Pembayaran kepada para kreditor.

d) Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham.

e) Tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan.

Kemudian dalam hal likuidator memperkirakan bahwa utang Perseroan lebih

besar daripada kekayaan Perseroan, likuidator wajib mengajukan permohonan pailit

Perseroan, kecuali peraturan perundang-undangan menentukan lain dan semua

kreditor yang diketahui identitas dan alamatnya, menyetujui pemberesan dilakukan di

luar kepailitan. (Pasal 149 ayat (2) UUPT).

3. Tahap Pengajuan Keberatan Kreditor

Kreditor dapat mengajukan keberatan atas rencana pembagian kekayaan hasil

likuidasi dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam) puluh hari terhitung sejak

tanggal pengumuman pembubaran Perseroan.Dalam hal pengajuan keberatan tersebut

ditolak oleh likuidator, kreditor dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri

dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal

penolakan (Pasal 149 ayat (3) dan (4)).

Page 13: AKL pertemuan 3

Kemudian kreditor yang mengajukan tagihan sesuai dengan jangka waktu

tersebut, dan kemudian ditolak oleh likuidator dapat mengajukan gugatan ke

pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung

tanggal penolakan, sebaliknya kreditor yang belum mengajukan tagihannya dapat

mengajukan melalui pengadilan negeri dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung

sejak pembubaran perseroan diumumkan (Pasal 150 ayat (1) dan (2)). Tagihan yang

diajukan kreditor tersebut dapat dilakukan dalam hal terdapat sisa kekayaan hasil

likuidasi yang diperuntukkan bagi pemegang saham.Dengan demikian pemegang

saham wajib mengembalikan sisa kekayaan hasil tersebut secara proposional dengan

jumlah yang diterima terhadap jumlah tagihan (Pasal 150 ayat (3), (4) dan (5) UUPT).

Apabila dalam hal likuidator tidak dapat melaksanakan kewajibannya seperti

yang diatur, atas permohonan pihak yang berkepentingan atau atas permohonan

kejaksaan ketua pengadilan negeri dapat mengangkat Likuidator baru dan

memberhentikan likuidator lama.Pemberhentian likuidator tersebut, dilakukan setelah

yang bersangkutan dipanggil untuk didengar keterangannya (Pasal 151 ayat (1) dan

(2) UUPT).

4. Tahap Pertanggung Jawaban Likuidator

Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan yang

mengangkatnya atas likuidasi Perseroaan yang dilakukan dan kurator bertanggung

jawab kepada hakim pengawas atas likuidasi Perseroan yang dilakukan (Pasal 152

ayat (1) UUPT).

5. Tahap Pengumuman Hasil Likuidasi

Kemudian, likuidator wajib memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan

hasil akhir proses likuidasi dalam Surat Kabar setelah RUPS memberikan pelunasan

dan pembebasan kepada likuidator atau setelah pengadilan menerima pertanggung

jawaban likuidator yang ditunjuknya. Ketentuan tersebut berlaku juga bagi kurator

yang pertanggung jawabannya telah diterima oleh hakim pengawas (Pasal 152 ayat

(3) dan (4) UUPT).

Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum Perseroan dan menghapus

nama Perseroan dari daftar Perseroan, setelah ketentuan sebagaimana dimaksud pada

Pasal 152 ayat (3) dan ayat (4) dipenuhi. Ketentuan ini berlaku juga bagi berakhirnya

status badan hukum Perseroan karena Penggabungan, Peleburan atau Pemisahan

(Pasal 152 ayat (5) dan (6) UUPT).

Page 14: AKL pertemuan 3

Selanjutnya, pemberitahuan dan pengumuman sebagaimana dimaksud Pasal 152 

ayat (3) dan (4) UUPT dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh)

hari terhitung sejak tanggal pertanggungjawaban likuidator atau kurator diterima oleh

RUPS, pengadilan atau hakim pengawas (Pasal 152 ayat (7) UUPT).

Tahapan-tahapan likuidasi telah dinilai selesai pada saat Menteri mengumumkan

berakhirnya status badan hukum Perseroan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

C. Distribusi Kas

1. Rencana Distribusi Kas

Skedul pembayaran aman merupakan metode efektif untukmenghitung jumlah

pembayaran aman kepada sekutu dan mencegah pembayaran yang berlebihan kepada

sekutu.Tetapi pendekatannya tidak efisien jika distribusi bertahap dilakukan berkali-

kali karena skedul pembayaran aman harus disiapkan untuk tiap distribusi sampai

saldo modal sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi.Skedul pembayaran aman

juga tidak cukup baik sebagai alat perencanaan karena tidak memberikan informasi

yang membantu sekutu ketika mereka mengharapkan mendapatkan pembagian kas.

Kekurangan dari pendekatan skedul pembayaran aman ini bias diatasi dengan

menggunakan rencana distribusi kas pada awal proses likuidasi.

2. Urutan Kerentanan

Pada awal proses likuidasi, Dono, Kasino, Indro memiliki saldo modal masing-

masing Rp 340.000.000, Rp 340.000.000 dan Rp 200.000.000 tetapi ekuitas mereka

masing-masing adalah Rp 340.000.000, Rp 360.000.000 dan Rp 160.000.000. Untuk

menentukan kerentanan atau kemungkinan rugi ekuitas tiap sekutu dibagi dengan

rasio pembagian laba untuk mengidentifikasi rugi maksimum yang bisa ditanggung

oleh sekutu tanpa menyebabkan ekuitas mereka berkurang sampai dibawah nol.

Urutan kerentanan menunjukkan bahwa Dono adalah yang paling rentan terhadap

rugi karena ekuitasnya akan berkurang sampai nol akibat total rugi likuidasi

persekutuan Rp 680.000.000. Sebaliknya, kasino paling tidak rentan karena

ekuitasnya cukup untuk menanggung bagian kerugiannya akibat likuidasi sampai Rp

1.200.000.000.Interpretasi ini membantu menjelaskan mengapa Kasino mendapatkan

seluruh kas yang didistribusikan kepada sekutu pada tahap awal likuidasi.

3. Kerugian yang dapat ditanggung

Skedul ini diawali dengan ekuitas sebelum dilikuidasi dan mengurangi ekuitas

masing-masing sekutu dengan bagian kerugiannya yang secara tepat mengeliminasi

Page 15: AKL pertemuan 3

ekuitas sekutu yang paling rentan.Langkah berikutnya adalah mengurangkan sisa

ekuitas masing-masing sekutu dengan bagian ruginya yang secara tepat

mengeliminasi ekuitas sekutu yang paling rentan selanjutnya. Proses ini berlanjut

terus sampai seluruh ekuitas sekutu yang paling tidak rentan berkurang sampai nol.

Skedul kerugian yang diasumsikan yang bisa ditanggung untuk Dono, Kasino, Indro,

adalah berikut ini.

Kerugian persekutuan yang benar-benar mengeliminasi ekuitas Dono ialah Rp

680.000.000 jumlah yang didapat dari perhitungan urutan kerentanan. Setelah ekuitas

Dono menurun sampai nol pada tahap pertama kerugian dibagi 60% untuk Kasino dan

40% untuk Indro sampai ekuitas Indro menjadi nol. Tambahan kerugian persekutuan

yang menurunkan ekuitas Indro menjadi nol adalah Rp 60.000.000 – ekuitas Indro Rp

24.000.000 dibagi dengan 40% rasio pembagian laba setelah Dono dikeluarkan dari

perhitungan atau tidak mampu  membayar. Setelah ekuitas Indro dikurangkan menjadi

nol, ekuitas Indro tinggal Rp 120.000.000.

D. Pembayaran Aman Untuk Sekutu

Umumnya proses likuidasi suatu bisnis memakan waktu yang cukup panjang, dan

kas mungkin akan tersedia untuk didistribusikan kepada sekutu setelah kewajiban

dibayar, tetapi sebelum aktiva nonkas dikonversi menjadi kas. Apabila sekutu

memutuskan untuk mendistribusikan kas yang tersedia sebelum seluruh aktiva nonkas

yang dijual (dan sebelum keuntungan atau kerugian diakui), maka akan timbul

pertanyaan mengenai berapa banyak kas yang bias didistribusikan secara aman kepada

masing-masing sekutu. Pembayaran aman ialah distribusi yang bias dilakukan kepada

sekutu dengan keyakinan bahwa jumlah yang didistribusikan tidak berlebihan, dengan

kata lain, sumber daya yang didistribusikan tidak perlu dikembalikan kepada

persekutuan. 

Ukuran pembayaran yang aman untuk sekutu didasarkan pada asumsi berikut ini:

1. Seluruh sekutu secara pribadi tidak likuid (sekutu tidak mampu membayar kepada

perusahaan)

2. Seluruh aktiva nonkas menunjukkan kemungkinan rugi (aktiva nonkas harus

dipertimbangkan rugi untuk tujuan untuk menentukan pembayaran yang aman).

Selain itu, ketika mengkalkulasi pembayaran yang aman persekutuan juga

Page 16: AKL pertemuan 3

memegang sejumlah tertentu kas untuk menutupi biaya likuidasi, kewajiban, yang

belum tercatat dan kontijensi lainnya.   

Penerapan Skedul Pembayaran Aman

Asumsikan persekutuan Budi, Mina, dan Nani sedang dalam proses likuidasi, dan

saldo perkiraan mereka adalah sebagai berikut:

Seluruh kewajiban  selain kepada sekutu telah dibayar, dan para sekutu

memperkirakan penjualan tanah dan bangunan akan memakan waktu beberapa bulan.

Maka dari itu, mereka sepakat bahwa seluruh kas yang ada di tangan, di luar Rp

10.000.000 untuk menutup biaya dan kontijensi, harus diidstribusikan secepatnya.

Dengan informasi ini, skedul pembayaran aman dipersiapkan untuk menentukan

jumlah kas yang bias didistribusikan secara aman untuk tiap sekutu. Skedul

pembayaran aman untuk Budi, Mina dan Nani diberikan pada table berikut.

Page 17: AKL pertemuan 3

E. Sekutu dan Persekutuan yang Tidak Likuid

1. Persekutuan Likuid-Satu atau Lebih Sekutu tidak Likuid

Dalam likuidasi persekutuan, kreditur persekutuan mendapatkan penggantian

atasklaim mereka dari harta persekutuan.Persekutuan harus hati-hati untuk tidsak

mendistribusikan harta persekutuan kepada sekutu yang tidak likuid karena kreditur

pribadi mereka mengklaim aktiva persekutuan atas ketidaksanggupan sekutu

membayar hutangnya. Sebagai ilustrasi Wina, Yoke, dan Zena adalah sekutu dengan

pembagian laba 30%,30% dan 40%. Wina tidaklikuid secara pribadi, dengan harta

pribadi Rp 50.000.000 dan kewajiban pribadi Rp 100.000.000.

  Kasus A  Kasus B  Kasus C 

Kas 60.000.000dr  -  - 

Modal Wina  18.000.000kr  18.000.000kr  21.000.000dr 

Modal Yoke  18.000.000kr  27.000.000kr  9.000.000kr 

Modal Zena  24.000.000kr  9.000.000kr  12.000.000kr 

Kasus A, ekuitas persekutuan Wina 18.000.000 tidak boleh dibayar langsung

kepada wina karena kreditur pribadi mempunyai klaim atas kepemilikan dalam aktiva

persekutuan sebesar 18.000.000. sedangkan Kasus B, kreditur wina memiliki klaim

atas aktiva pribadi Yoke karena Yoke mempunyai hutang pribadi kepada wina sebesar

18.000.000. zena juga memiliki klaim atas yoke sebesar 9.000.000. dan pada Kasus C,

wina memiliki saldo pada perkiraan modalnya dan ia tidak likuid. Yoke dan Zena

tidak boleh mengambil aktiva pribadi wina. Mereka membagi rugi sebesar 21.000.000

berdasarkan rasio pembagian laba 3/7 dan 4/7.

2. Persekutuan Tidak Likuid

Rosi, Fani, dan Koni adalah sekutu yang membagi laba secara merata dan

persekutuan mereka sekarang dalam proses likuidasi. Setelah dikonversi menjadi kas,

akan digunakan untuk membayar kewajiban,dengan rincian:

Page 18: AKL pertemuan 3

Kewajiban        90.000.000kr        Modal Fani (1/3)    30.000.000dr

Modal Rosi (1/3)    30.000.000dr        Modal Koni (1/3)    30.000.000dr

Diketahui seluruh sekutu memiliki sumber daya pribadi paling sedikit

30.000.000, tiap sekutu haru membayar 30.000.000 ke persekutuan    . Tetapi jika

kreditur menagih 90.000.000 dari Rosi, maka saldo persekutuan yang tersisa menjadi,

Modal Rosi, Fani, Koni masing - masing 60.000.000kr, 30.000.000dr,30.000.000dr.

Apabila fani dan Koni hanya dapat membayar masing-masing 30.000.000, maka

desakan kreditur kepada rosi tidak beralasan. Tetapi jika desakan terhadap rosi karena

koni secara pribadi tidak likuid dan aktiva bersih fani hanya 35.000.000, situasinya

akan berubah. Dalam hal ini rosi dan fani membagi kerugian Koni sebesar

30.000.000, dimana setelah itu rosi memiliki saldo modal kredit 45.000.000 dan fani

saldo debit 45.000.000. Jadi, karena aktiva pribadi fani hanya 35.000.000, rosi

menagih dari 35.000.000 dari fani dan sisa 10.000.000 dalam saldo debit modal fani

dihapuskan sebagai kerugian rosi.

Page 19: AKL pertemuan 3

DAFTAR PUSTAKA

http://www.hukumperseroanterbatas.com/2011/11/03/tahap-tahap-likuidasi-perseroan-

terbatas/