Akbar

33
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya lah laporan tutorial Skenario E Blok 23 ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Kami pun menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu ide pemikiran, kritik dan masukan yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan agar di lain kesempatan laporan tutorial ini akan menjadi lebih baik. Terima kasih kami ucapkan dr. Irawan selaku tutor kelompok 9 yang telah membimbing dan menuntun kami semua dalam pelaksanaan tutorial kali ini. Selain itu, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu tersusunnya laporan tutorial ini. Semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi semua pihak. Palembang, Februari 2014 Tim Penyusun

description

dSFda

Transcript of Akbar

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya lah laporan

tutorial Skenario E Blok 23 ini dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Kami pun menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan

kelemahan, untuk itu ide pemikiran, kritik dan masukan yang membangun dari semua pihak

sangat kami harapkan agar di lain kesempatan laporan tutorial ini akan menjadi lebih baik.

Terima kasih kami ucapkan dr. Irawan selaku tutor kelompok 9 yang telah membimbing

dan menuntun kami semua dalam pelaksanaan tutorial kali ini. Selain itu, kami ucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang membantu tersusunnya laporan tutorial ini. Semoga laporan

tutorial ini bermanfaat bagi semua pihak.

Palembang, Februari 2014

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………….

Daftar Isi ………………………………………………………………………………..…

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang………………………………………………………..

1.2 Maksud dan Tujuan……………………………………………….…..

BAB II : Pembahasan

2.1 Data Tutorial…………………………………………………………...

2.2 Skenario Kasus ……………………………………………………......

2.3 Paparan

I. Klarifikasi Istilah. ............…………………………………........

II. Identifikasi Masalah...........………………………………….....

III. Analisis Masalah ...............................……………………..........

IV. Hipotesis…………………………………………………………

V. Learning Issues ...………………...…………………….............

VI. Sintesis .......................................................................................

VII. Kerangka Konsep..................……………………………….....

BAB III : Penutup

3.1 Kesimpulan .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok merupakan blok 23 pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk

menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis memaparkan

kasus yang diberikan mengenai neonatus, lahir spontan 3 jam yang lalu dari ibu KPSW

mengalami RDS e.c broncopneumoniae dengan kemungkinan sepsis.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran

KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan

pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenario

ini.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr.

Moderator : Citra Maharani

Sekretaris Laptop : Rahnowi Pradesta

Sekretaris Meja : Meida Rarasta

Hari, Tanggal : 1. Selasa, 25 Februari 2014

2. Rabu, 26 Februari 2014

Rule Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan

2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat (aktif)

3. Dilarang makan dan minum

2.2 Skenario

A male newborn was referred to Moh.Hoesin Hospital by a midwife – who helped his mother, Mrs Utami’s delivery – with chief complain of grunting. Mother’s history was taken from the midwife. She said that Mrs Utami’s pregnancy was full term. The baby was born 3 hours ago with Apgar score 5 minute and 8 for 5 minute, birth body weight was 3 kg. the mother had premature rupture of membrane 2 days ago and had bad smell liquor. From the physical examination the baby was hypoactive and tachypnoe, no sucking reflex, and there was chest indrawing.

As a general practioner, please analyze the problems and the management

2.3 Paparan

I. Klarifikasi istilah

1. Grunting : suara pada akhir ekspirasi paling sering terdengar pada bayi baru lahir yang mengalami gawat pernapasan

2. Aterm : persalinan tepat waktu (37-42 minggu)

3. APGAR Score : metode sederhana untuk menilai keadaan umum pada bayi baru lahir, komponen yang dinilai apearance, pulse,gremaces, activity, respiratory rate

4. Rupture Of Membrane : pecah ketuban

5. Bad smell liquor : cairan berbau tidak sedap

6. No sucking reflex : reflex menghisap tidak ada

7. Chest Indrawing : tarikan dinding dada bagian bawah kedalam, menandakan adanya infeksi akut

8. Hypoactive : penurunan abnormal suatu aktivitas motoric dan kognitif ditandai dengan melambatnya pemikiran,pembicaraan dan pergerakan

9. Tachypnoe : pernapasan yang sangat cepat >100 kali per menit

II. Identifikasi masalah

1. A male newborn was referred to Moh.Hoesin Hospital by a midwife – who helped his mother, Mrs Utami’s delivery – with chief complain of grunting.Mother’s history was taken from the midwife. She said that Mrs Utami’s pregnancy was full term.

2. The baby was born 3 hours ago with Apgar score 5 minute and 8 for 5 minute, birth body weight was 3 kg.

3. The mother had premature rupture of membrane 2 days ago and had bad smell liquor.

4. From the physical examination the baby was hypoactive and tachypnoe, no sucking reflex, and there was chest indrawing.

III. AnalisisMasalah

1. A male newborn was referred to Moh.Hoesin Hospital by a midwife – who helped his mother, Mrs Utami’s delivery – with chief complain of grunting.Mother’s history was taken from the midwife. She said that Mrs Utami’s pregnancy was full term.

a. Apa etiologi dan mekanisme grunting ?

Etiologi grunting:

- Penumonia

- Asma atau bronkiolitis pada bayi

- Sepsis

- Meningitis

- Gagal jantung dengan penumpukan cairan di paru

Dampak

Mendengkur menandakan adanya usaha keras dari neonatus untuk mempertahankan

pernapasan. Namun, karena usaha ini gagal, terjadilah hipoksia jaringan yang pada

akhirnya akan ditandai dengan sianosis. Hipoksia dapat mengakibatkan:

- Terjadinya metabolisme anaerobik dengan penimbunan asam laktat dan asam

organik lainnya di jaringan sehingga menyebabkan terjadinya asidosis metabolic.

- Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveoli dan terbentuknya fibrin.

Fibrin bersama jaringan epitel yang nekrotik akan membentuk suatu lapisan yang

disebut membran hialin.

- Terganggunya sirkulasi darah dari dan ke jantung.

- Menurunnya aliran darah paru sehingga mengakibatkan berkurangnya

pembentukan substansi surfaktan.

Mekanisme terjadinya grunting pada bayi Ny. Utami:

Ketuban pecah sebelum waktunya → masuknya kuman → infeksi → aspirasi cairan amnion oleh janin → infeksi pada janin → mengganggu sistem respirasi → bayi lahir → upaya bernapas sendiri → grunting

b. Apa makna klinis bayi lahir dengan grunting?

Merupakan suara yang keluar seperti suara mendengkur, terjadi karena tertutupnya

glotis selama ekspirasi yang dapat meningkatkan tekanan akhir ekspirasi pada paru

(end-expiratory pressure) dan memperpanjang pertukaran gas alveolar, sebagai usaha

meningkatkan oksigenasi pada bayi. Grunting/merintih merupakan tanda dari

respiratory distress pada bayi baru lahir

c. Bagaimana hubungan terjadinya grunting dengan riwayat persalinan fullterm?

Tidak ada hubungannya antara grunting dengan full term (cukup bulan). Grunting berhubungan dengan adanya ketuban pecah dini yang mengakibatkannya masuknya bakteri secara ascendens dari traktus urogenital ibu kemudian terjadi lah korioamnionitis yang terlokalisasi di paru sehingga terjadi sepsis dan mengakibatkan terjadinya grunting.

2. The baby was born 3 hours ago with Apgar score 5 minute and 8 for 5 minute, birth body weight was 3 kg

a. Bagaimana cara pemeriksaan dan intepretasi dari pemeriksaan APGAR score pada kasus?

Penilaian skor APGAR dilakukan pada

Menit ke-1 setelah kelahiran : untuk menilai kemampuan adaptasi bayi

terhadap perubahan lingkungan dari intrauterine ke ekstrauterine serta untuk

menilai keadaan fisiologis bayi baru lahir.

Menit ke-5 setelah kelahiran : untuk menilai keberhasilan tindakan resusitasi

yang dilakukan sebagai penetu prognosis

Menit ke-10 setalah kelahiran : untuk memberikan indikasi morbiditas pada masa

mendatang.

Interpretasi skor APGAR

1. Vigarous baby (normal)

Skor APGAR 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan

tindakan istimewa.

2. Mild-moderate asfiksia (distress ringan-sedang)

Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung

>100x/menit, tonus otot kurang baik, sianosis, reflex tidak ada.

3. Severe asfiksia (distress berat)

Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung <100x/menit,

tonus otot buruk, sianosis berat dan reflex tidak ada.

Interpretasi pada kasus :

Apgar menit pertama = 5. Ini menunjukkan bayi mengalami asfiksia sedang yang

kemungkinan disebabkan oleh aspirasi mekonium yang mengakibatkan terjadinya

bronkopneumoni (terjadi kesulitan pengembangan paru yang disebabkan lumen

bronkiolus yang menyempit karena infeksi).Apgar menit kelima = 8. Ini

menunjukkan adanya perbaikan kondisi bayi setelah mendapatkan resusitasi (adanya

proses adaptasi pada bayi tersebut).

b. Berapa berat badan lahir normal ?

Jawab:

Bayi yang lahir cukup umur (37 minggu sampai 42 minggu), memiliki berat 2500

gram / 2,5 kg - 4000 gram / 4 kg.

3. The mother had premature rupture of membrane 2 days ago and had bad smell liquor

a. Apa makna klinis ketuban pecah 2 hari yang lalu, dengan cairan yang berbau pada kasus?

Cairan amnion yang berbau busuk adalah keadaan patologis menandakan adanya

infeksi :

Salah satu dampak KPSW adalah terjadinya infeksi pada ibu maupun bayi. Sementara

itu pengeluaran cairan hijau yang berbau merupakan factor risiko juga pertanda

terjadinya infeksi pada ibu ataupun bayi. KPSW dan pengeluaran cairan hijau berbau

merupakan factor risiko untuk terjadi infeksi pada bayi.

Hijaunya cairan tersebut bisa dari mekonium dan dari infeksi yang terjadi.

Makna klinis

Cairan amnion berwarna hijau dan berbau

↑ Risiko korioamnionitis pada

Ibu

Terbukanya jalan masuk untuk patogen

KPSW

↑ Risiko sepsis pada bayi

Volume cairan amnion pada hamil aterm sekitar 1000 – 1500 cc, warna putih, agak

keruh dan mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis dan steril.

Kemungkinan penyebab cairan ketuban berwarnya hijau dan berbau tidak sedap:

- Bercampurnya mekonium ke dalam cairan amnion saat bayi masih dalam

kandungan atau pada saat persalinan yang merupakan salah satu tanda dari Fetal

Distress karena janin kekurangan asupan oksigen.

- Kemungkinan adanya infeksi.

Patogen penyebab:

Streptococcus, Staphylococcus (gram positif), E.coli (gram negatif), Bacteroides,

Peptococcus (anaerob).

Dampak pada bayi

- Pada bayi bisa meningkatkan terjadinya infeksi neonatal dan sepsis neonatorum

- Hal ini dapat menyebabkan kematian pada bayi dan ibu.

b. Apa etiologi dan mekanisme ketuban pecah dini?Etiologi :

1. infeksi vagina dan serviks

2. fisiologi selaput ketuban yang abnormal

3. inkompetensi serviks

4. devisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin c) (manuaba, Ida Bagus Gde. 2007)

Mekanisme :

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada darah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior  rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolotik dari matriks ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas dan degradasi

proteolitik ini meningkat menjelang persalinan.pada penyakit periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda, pada trimester ke III ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerak janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada salaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks, solusi plasenta. (sarwono, 2010 )

c. Apa etiologi dan mekanisme cairan yang berbau pada kasus?

Infeksi cairan ketuban (korioamnionitis) dapat disebabkan oleh:

ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung

antara ruang intraamnion dengan dunia luar.

infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan

penjalaran infeksi melalui dinding uterus,selaput janin, kemudian ke ruang

intraamnion.

mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar

melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).

tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam

yang terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi.

Air ketuban bercampur mekonium

Infeksi dan kuman yang sering ditemukan adalah Streptococcus,

Staphylococcus (gram positif), E.coli (gram negatif), Bacteroides, Peptococcus

(anaerob).

d. Bagaimana hubungan keluhan utama neonatal dan riwayat ketuban pecah dini serta keluarnya cairan yang berbau pada kasus?

Ketuban pecah dini dapat menyababkan terjadinya amnionitis atau korioamnionitis.

Infeksi ini akan menyebabkan ketuban berbau busuk. Cairan ketuban yang terinfeksi

juga dapat menyebabkan infeksi pada paru-paru bayi sehingga terjadi

bronkopneumonia yang dapat mengganggu pernapasan.

4. From the physical examination the baby was hypoactive and tachypnoe, no sucking reflex, and there was chest indrawing

a. Bagaimana intepretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik ?

Jawaban :

Pemeriksaan Hasil Normal Interpretasi

Hypoactive + - penurunan abnormal suatu aktivitas motoric

Tachypnoe + - Gangguan pernafasan

Ketuban yang pecah (dalam kasus 2 hari sebelum kelahiran)

penyebab terjadinya infeksi asenden

Cairan amnion yang keluar dari selaput ketuban terinfeksi oleh kuman (khususnya bakteri) yang terdapat pada traktus urogenital ibu (misalnya vagina , serviks, dan organ lainnya).

Keadaan pH vagina yang normalnya asam bertolak belakang dengan keadaan cairan amnion yang bersifat alkalis berkembangnya flora normal vagina yang berubah menjadi agen penginfeksiKeadaan lingkungan yang alkalis dan

bakteri yang menginfeksi cairan amnion mengurai asam organik

seperti asam laktat (beta laktamase)

menimbulkan bau yang tidak menyenangkan pada cairan amnion

No sucking reflex + - reflex menghisap tidak ada

Chest indrawing + - Gangguan pernafasan

Hypoactive → Gangguan pernafasan → hipoksia jaringan → terjadi metabolisme anaerob → asidosis → hypoactive

Tachypnoe → paru paru mengalami gangguan dalam pernafasan → alveolus kolaps saat ekspirasi → atelektasis → hipoksia → takipneu

No sucking reflex →Terjadi Gangguan pernafasan → hipoksia jaringan → terjadi metabolisme anaerob → asidosis → terjadi penurunan stimulasi dari otak untuk merangsang stimulasi yang diberikan→ no sucking reflex

Chest indrawing Gangguan pernafasan mekanisme nya Persalinan preterm → pembentukana surfaktan dalam paru belum sempurna → paru paru mengalami gangguan dalam pernafasan → alveolus kolaps saat ekspirasi → retraksi dinding dada

b. Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada noenatus ?

InspeksiEkstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris.

Pemeriksaan suhuSuhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C– 37 0C.

 Kulit- Inspeksi

Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus.- Palpasi

Lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan. Kepala

- InspeksiDistribusi rambut di puncak kepala.

- PalpasiTidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak.Fontanel anterior dengan  ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan sutura segital.Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura lambdoidalis dan sagitalis.

Wajah- Inspeksi

Mata segaris dengan  telinga, hidung di garis tengah, mulut garis tengah wajah dan simetris.

Mata- Inspeksi

Kelompak mata tanpa petosis atau udem. Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah muda, iris berwarna merata dan bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.

Telinga- Inspeksi

Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur, pembentukkan tulang rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.

Hidung- Inspeksi

Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui hidung. Mulut

- InspeksiBentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk penuh berwarna merah muda  dan lembab, membran mekosa lembab dan berwarna merah muda, palatom  utuh, lidah dan uvula di  garis tengah, reflek gag dan reflek menghisap serta reflek rooting ada.

Leher- Inspeksi

Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan pendek.- Palpasi

Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada. Dada

- InspeksiBentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris.Frekuensi nafas 40 – 60 x permenit, pola nafas normal.

- PalpasiNadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa kardiomegali.

- AuskultasiSuara nafas jernih sama kedua sisi.frekuensi jantung 100- 160 x permenit teratur tanpa mumur.

- PerkusiTidak ada peningkatan timpani pada lapang paru.

Payudara- Inspeksi

Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting tambahan. Abdomen

- InspeksiAbdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena berwarna putih kebiruan.

- Palpasi

Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2 - 3 cm, di bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di raba dengan posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba sekitar 2 - 3 cm, setinggi umbilicus di antara garis tengah dan tepi perut.

- PerkusiTimpanni kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal.

- AuskultasiBising usus ada.  

Genitalia eksterna- Inspeksi (wanita)

Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada, meatus uretra ada di depan orivisium vagina.

- Inspeksi (laki-laki)Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis dan skrotum penuh.

Anus- Inspeksi

Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking) pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.

Tulang belakangBayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang belakang untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda.

- InspeksiKolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang terlihat.

- PalpasiTulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.

EkstremitasEkstremitas atas

- InspeksiRentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada tangan reflek genggam ada, kuat bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa berselaput, jarak antar jari sama karpal dan metacarpal ada dan sama di kedua sisi dan kuku panjang melebihi bantalan kuku.

- PalpasiHumerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri simetris bantalan kuku merah muda sama kedua sisi.

Ekstremitas bawahPanjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak antar jari sama bantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati bantalan kuku rentang pergerakan sendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit dan jari kaki tarsal dan metatarsal ada dan sama kedua sisi reflek plantar ada dan sismetris.

Pemeriksaan refleka. Berkedip

cara     : sorotkan cahaya ke mata bayi.normal : dijumpai pada tahun pertama.

b. Tonic neckcara : menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi.normal :   bayi melakukan perubahan posisi jika kepala di tolehkan ke satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi setiap kali kepala di tolehkan tampak kira–kira pada usia 2 bulan dan menghilangkan pada usia 6 bulan.

c. Morocara : ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur.normal : lengan ekstensi, jari–ari mengembang, kepala mendongak ke belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan kembali ke tengah dengan tangan mengenggam tulang belakang dan ekstremitas bawah eksteremitas bawah ekstensi lebih kuat selama 2  bulan dan menghilang pada usia 3 - 4 bulan.

d. Mengenggamcara : letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah atau tidak ada beri bayi botol atau dot karena menghisap akan menstimulasi reflek.normal : jari–jari bayi melengkung melingkari jari yang di letakkan di telapak tangan bayi dari sisi ulnar reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan.

e. Rootingcara : gores sudut mulut bayi melewati garis tengah bibir.Normal :  bayi memutar kearah pipi yang diusap, reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan tetapi bisa menetap sampai usia 12 bulan terutama selama tidur

f. Menghisapcara : beri bayi botol dan dot.normal :   bayi menghisap dengan kuat dalam berepons terhadap stimulasi reflek ini menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi.

g. Menari / melangkahcara : pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan yang keras.normal :   kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah jika sedikit di sentuh ke permukaan keras di jumpai pada 4 - 8 minggu pertama.

Pengukuran atropometrika) Penimbang berat badan

Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya, tangan bidan menjaga di atas bayi sebagai tindakan keselamatan .BBL 2500 - 4000gram.

b) Panjang badanLetakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin. Pegang kepala agar tetap pada ujung atas kita ukur dan dengan lembut renggangkan kaki ke bawah menuju bawah kita.PB : 48/52cm.

c) Lingkar kepala

Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan  tarik pita mengelilingi bagian atas alis LK : 32 - 37 cm.

d) Lingkar dadaLetakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita mengelilingi kearah depan dan garis putih.LD : 32 – 35 cm.

5. Apa diagnosis bandingnya?

Sign and symptom

Bronkopneumononia, sepsis neonatorum

Asphyxia neonatorum

Traseint Tachypneu

Neonatorum

Hyaline Membrane

disease

Meconium Aspiration

Disease

Grunting + - + + +

Cyanosis -/+ +/- + + +

Menangis spontan

+ - + + -

APGAR (asfiksia)

Sedang-ringan Berat Berat-sedang sedang Berat

Sucking reflex

- + + + -

Retraksi dinding

dada

+ + - + +

Faktor resiko

Infeksi ibu Prematuritas Aterm preterm postterm

X-Ray Tidak spesifik, bercak-bercak difus infiltrate daerah konsolidasi

Cairan dalam paru radiopak sekitar hilus diafragma tumpul

Graund-glass brokogram udara batas jantung paru tidak jelas paru radiolusen

Infiltrate kasar hiperi-

infiltrasi

6. Bagaimana cara menegakkan diagnosis kasus ini dan pmeriksaan penunjang

lainnya?

Anamnesis:

Keluhan utama bayi

Keluhan tambahan: demam/tidak,menggigil/tidak

Cyanosis/tidak

Distensi perut/tidak

Riwayat kehamilan ibu:

Ada tidaknya penyakit sewaktu mengandung (riwayat infeksi)

Mengenai kunjungan antenalnya bagaimana

Status obstetri

Asupan gizi selama kehamilan

Riwayat persalinan:

Siapa yang menolong

Cara kelahiran

Keadaan segera setelah lahir

Panjang bayi

Berat lahir sesuai umurnya

Trauma lahir/tidak

Ketuban pecah dini atau tidak

Warna air ketuban

Bau air ketuban

Pemeriksaan fisik:

Ibu:ketuban pecah dini 2 hari sebelum persalinan,pengeluaran cairan berbau busuk

Neonatus: grunting ,full term,berat bayi lahir,hipoaktif,refleks menghisap (-) , chest

indrawing,takipneu,hipoaktif,apgar score normal

Pemeriksaan tambahan:

Vital sign (BP,PR,HR)

Pemeriksaan lab: Hb, leukosit, diff.count, LED, trombosit, CRP (petanda non spesifik

untuk radang dan infeksi), kultur bakteri, chest Xray

7. Apa working diagnosisnya?

Bronkopneumonia et causa chorioamnionitis

8. Bagaimana epidemiologi kasus?

Insiden sepsis neonatorum beragam menurut definisinya, dari 1-5/1000 kelahiran hidup

di negara maju dan fluktuasi yang besar sepanjang waktu dan tempat geografis.

Keragaman insidens dari rumah sakit ke rumah sakit lainnya dapat dihubungkan dengan

angka prematuritas, perawatan prenatal, pelaksanaan persalinan, dan kondisi lingkungan

di ruang perawatan. Angka sepsis neonatorum meningkat secara bermakna pada bayi

dengan berat badan lahir rendah dan bila ada faktor resiko ibu (obstetrik) atau tanda-

tanda korioamnionitis.

9. Apa saja faktor resikonya?Faktor Risiko untuk Terjadinya Sepsis Neonatal ialah:

Prematuritas dan berat lahir rendah, disebabkan fungsi dan anatomi kulit yang

masih imatur, dan lemahnya sistem imun,

Ketuban pecah dini (>18 jam),

Ibu demam pada masa peripartum atau ibu dengan infeksi, misalnya

khorioamnionitis, infeksi saluran kencing, kolonisasi vagina oleh GBS,

kolonisasi perineal dengan E. coli,

Cairan ketuban hijau keruh dan berbau,

Tindakan resusitasi pada bayi baru lahir,

Kehamilan kembar,

Prosedur invasif,

Tindakan pemasangan alat misalnya kateter, infus, pipa endotrakheal,

Bayi dengan galaktosemi,

Terapi zat besi,

Perawatan di NICU (neonatal intensive care unit) yang terlalu lama,

Pemberian nutrisi parenteral,

Pemakaian antibiotik sebelumnya, dan lain-lain misalnya bayi laki-laki

terpapar 4x lebih sering dari perempuan

10. Bagaimana pathogenesis kasus?

11. Bagaimana pentalaksanaan farmako dan non farmako untuk kasus ini ?

a. Terapi Suportif

Pertahankan suhu tubuh bayi tetap stabil bayi di incubator

Beri Vitamin K1 0,5 mg IM

ASI melalui NGT ( Parenteral feeding ) jika respiratory distress

sudah teratasi

Terapi Oksigen intranasal 1-2 liter/menit bila sianosis

Terapi Nutrisi, cairan IVDF dekstrose 7,5 % atau 10% 500cc

dalam NaCl 15% dengan jumlah yang sesuai

b. Terapi Simptomatif dengan sendirinya mengalami

perbaikan setelah diterapi suportif & kausatif nya.

c. Terapi Kausatif

Pada kasus ini, diberikan terlebih dahulu antibiotik spektrum luas, karena belum

diketahui secara pasti mikroorganisme penyebab infeksi nya.

Ampisilin 100 mg/kgBB/hari IV dalam 3-4 dosis

Gentamisin 2,5 mg/kgBB/18 jam IV bila BB > 2000 gram

2,5 mg/kgBB/24 jam IV bila BB < 2000 gram

Bila umur > 7 hari berikan tiap 12-18 jam

Lama pemberian antara 7 – 10 hari

Bila tidak ada perbaikan dalam 2 hari, ganti antibiotika dengan ceftazidime dosis

50mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis

Antibiotika untuk sepsis neonatal:

12. Apa komplikasinya?

a. Meningitis Neonatus, dengan meningitis dapat menyebabkan terjadinya

hidrosefalus dan/atau leukomalasia periventrikular

b. Pada sekitar 60 % keadaan syok septik akan menimbulkan komplikasi acute

respiratory distress syndrome (ARDS)

c. Komplikasi yang berhubungan dengan penggunaan aminoglikosida, seperti

ketulian dan/atau toksisitas pada ginjal.

d. Komplikasi akibat gejala sisa atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari

gangguan perkembangan sampai dengan retardasi mental

e. Kematian

13. Bagaimana cara pencegahan kasus ini?

Jawab:

a. Pada masa antenatal

Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,

imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang di derita ibu, asupan gizi

yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan

kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat pelayanan yang memadai bila

diperlukan.

b. Pada saat persalinan

Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik, yang artinya dalam

melakukan pertolongan persalinan harus dilakukan tindakan aseptik. Tindakan

intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila benar-benar

diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses

persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan dan menghindari

perlukaan kulit dan selaput lendir.

c. Sesudah persalinan

Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal,

pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap bersih,

setiap bayi menggunakan peralatan tersendiri, perawatan luka umbilikus secara

steril. Tindakan invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip

aseptik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan

menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi.

Pemantauan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang benar dan

baik. Semua personel yang menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat.

Bayi yang berpenyakit menular di isolasi, pemberian antibiotik secara rasional,

sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi. (Sarwono,

2004).

14. Apa prognosis kasus ini?

Dengan manajemen yang dilakukan dengan segera, banyak bayi dengan infeksi bakteri

akan sembuh secara total tanpa gejala yang tersisa. Walaupun demikian, sepsis

neonatorum adalah penyebab utama kematian bayi. Semakin cepat bayi diberikan

treatment, semakin baik pula hasilnya.

Quo ad vitam et functionam: Dubia ad bonam

15. Apa SKDI kasus ini?

Tingkat Kemampuan 3b

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium

sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta

merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).

IV. HIPOTESIS

Neonatus cukup bulan dengan BB sesuai masa kehamilan, lahir spontan 3 jam yang lalu dari ibu dengan riwayat KPSW mengalami RDS et causa bronchopneumoniae dengan kemungkinan sepsis.

V. LI

1. Fisiologi kehamilan.

2. Patologi persalinan

3. Bronchopneumoniae neonates

DAFTAR PUSTAKA

Dasar-dasar Pediatri/David Hull,Derek I.Johnston ,Edisi 3-Jakarta : EGC,2008Dasar-dasar ginekologi & Obstetrik/ Norman F.Gant & F.Gary Cunningham, Jakarta : EGC,2010Diagnosis fisis pada anak/penyunting Corry S Matong,Iskandar wahidiyat,sugindo sastroasmoro,Jkarta: PT sagung Seto,2000Staf pengajar IKA.1998/Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta: infomedikaILMU Kebidanan SarwonoPrawirohardjo/Ed.4.Jakarta :PT BIna Pustaka sarwono prawirohardjo,2010Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus kedokteran Dorland edisi 29.Jakarta :EGC