Kala II Lama Akbar
-
Upload
muhammad-akbar-nugraha -
Category
Documents
-
view
53 -
download
0
Embed Size (px)
description
Transcript of Kala II Lama Akbar

A. Pengertian Persalinan Kala II Lama
Persalinan lama adalah dimana fase laten lebih dari 8 jam ,dan persalinan telah
berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir.
Persalinan kala II lama atau di sebut juga partus tak maju adalah suatu persalinan dengan
his yang adekuat namun tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan servik, turunnya
kepala dan putaran paksi selama 2 jam terakhir
Pengertian dari partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primigravida dan lebih dari 18 jam pada multigravida. Dilatasi serviks di kanan garis
waspada persalinan fase aktif
Menurut winkjosastro, 2002. Persalinan (partus) lama ditandai dengan fase laten lebih
dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi, dan
dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf.
Definisi (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro, SPOG, 2002. Buku
PanduaPraktisPelayananKesehatanMaternaldanNeonatal)
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau
lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks dikanan garis waspada persalinan fase aktif.
Jadi, persalinan kala II lama adalah persalinan yang telah berlangsung selama 12 jam atau
lebih bayi belum lahir,dan his adekuat namun tidak menunjukkan kemajuan pada
pembukaan servik.
B. Etiologi
Faktor Ibu
His tidak efisien (adekuat)
Timbulnya his adalah indikasi mulainya persalinan, apabila his yang
timbul sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka akan mempengaruhi turunnya
kepala dan pembukaan serviks atau yang sering disebut dengan inkoordinasi
kontraksi otot rahim, dimana keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim ini dapat
menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan
atau pengusiran janin dari dalam rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami partus
lama karena tidak adanya kemajuan dalam persalinan.

Faktor jalan lahir (pinggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
Penyebab partus lama sebagian besar adalah karena panggul ibu yang
terlalu sempit, atau gangguan penyakit pada tulang sehingga kepala bayi sulit untuk
berdilatasi sewaktu persalinan. Faktor genetik, fisiologis, dan ingkungan termasuk
gizi mempengaruhi perawakan seorang ibu. Perbaikan gizi dan kondisi kehidupan
juga penting karena dapat membantu mencegah terhambatnya pertumbuhan. Selain
itu servik yang terlalu kaku juga dapat berdampak pada lambannya kemajuan
persalinan, karena akibat servik yang kaku akan menghambat proses penipisan
portio yang nantinya akan berdampak pada lamanya pembukaan. Adanya tumor
juga sangat berpengaruh terhadap proses lamanya persalinan. Jika terjadi tumor di
organ reproduksi khususnya pada jalan lahir tentunya akan menghalangi proses
lahirnya bayi yang kemungkinan besar akan mengakibatkan partus lama.
Usia
Jika dilihat dari sisi biologis manusia 20 - 35 merupakan tahun terbaik
wanita untuk hamil karena selain di usia ini kematangan organ reproduksi dan
hormon telah bekerja dengan baik juga belum ada penyakit-penyakit degenerative
seperti hipertensi, diabetes, serta daya tahan tubuh masih kuat. Tidak semua ibu
dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dipastikan mengalami
partus lama, akan tetapi pada sebagian wanita dengan usia yang masih muda organ
reproduksinya masih belum begitu sempurna dan fungsi hormon-hormon yang
berhubungan dengan persalinan juga belum sempurna pula.
Ditambah dengan keadaan psikologis, emosional dan pengalaman yang
belum pernah dialami sebelumnya dan mempengaruhi kontraksi uterus menjadi
tidak aktif, yang nantinya akan mempengaruhi lamanya persalinan. Sedangkan pada
ibu dengan usia lebih dari 35 tahun diketahui kerja organ-organ reproduksinya
sudah mulai lemah, dan tenaga ibu pun sudah mulai berkurang, hal ini akan
membuat ibu kesulitan untuk mengejan yang pada akhirnya apabila ibu terus
menerus kehilangan tenaga karena mengejan akan terjadi partus lama (Amuriddin,
2009)

Paritas
Menurut Wiknjosastro salah satu penyebab kelainan his yang dapat
menyebabkan partus lama terutama ditemukan pada primigravida khususnya
primigravida tua, sedangkan pada multipara ibu banyak ditemukan kelainan yang
bersifat inersia uteri. Salah satu penyebab terjadinya partus lama adalah kelainan
his, his yang tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya ridak menghambat
persalinan.
Kelainan his dipengaruhinya oleh herediter, emosi, dan ketakutan
menghadapi persalinan yang sering dijumpai pada primagravida. Dikatakan bahwa
terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang
berperitas tinggi.
Respons stress
Stres psikologis memitiki efek fisik yang kuat pada persalinan. Hormon
stres, seperti adrenalin, berinteraksi dengan reseptor-beta di dalam otot uterus dan
menghambat kontraksi, memperlambat persalinan. Ini merupakan respons
involunter ketika ibu merasa terancam atau tidak aman, persalinannya berhenti
baginya untuk mencari tempat yang dirasakannya aman.
Faktor janin
Faktor janin (mal presentasi, malposisi, janin besar)
a. Mal presentasi dan mal posisi
Mal presentasi adalah semua presentasi janin selain
varteks,sedangkan mal posisi adalah posisi kepala janin relative
terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik referensi. Pada kejadian
mal presentasi kerja uterus kontraksinya cenderung lelah dan tidak
teratur.

b. Bayi yang besar
Bayi yang besar merupakan faktor partus lama yang sangat
berkaitan dengan terjadinya malposisi dan malpresentasi, janin yang
dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan besar akan
menyebabkan partus lama atau partus macet
C. Tanda dan gejala
Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam in partu
Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per 10 menit dan kurang
dari 40 detik
Kelainan presentasi
Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tidak ada kemajuan
penanganan
Gejala klinik partus lama terjadi pada ibu dan juga pada janin.
a. Pada ibu :
Ibu merasakan gelisah , letih, suhu badan meningkat, berkringat, nadi cepat,
pernafasan cepat. Di daerah lokal sering di jumpai : lingkaran bandl, edema vulva,
edema servik, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
b. pada janin :
- Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan negative.
- Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau- hijauan dan berbau.
- Caput succedaneum yang besar.
- Moulage kepala yang hebat .
- IUFD (intra uterin fetal death)

Gejala utama yang perlu diperhatikan pada partus lama antara lain :
1. Dehidrasi
2. Tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen meteorismus
3. Pemeriksaan abdomen : meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen bawah
rahim
4. Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan
ketuban bercampur mekonium
5. Pemeriksaan dalam : edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke atas,
terdapat kaput pada bagian terendah
6. Keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian
7. Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri, kematian
karena perdarahan atau infeksi.
D. Dampak Persalinan Lama Pada Ibu-Janin
Persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah satu atau keduanya
sekaligus.
Efek pada ibu
Infeksi Intrapartum
Infeksi bahaya yang serius yang mengancam pada ibu dan janinnya pada partus
lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan amnion menembus
amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakterimiaa dan
sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang
terinfeksi, adalah konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan
akan memasukkan bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama
persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi persalinan lama.
Ruptura uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama
partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat
seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar

sehingga kepala tidak cakap (engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah
uterusmenjadi sangat teregang kemudian dapat menyebabkan rupture. Pada kasus ini
mungkinterbentuk cincin retraksi patologis yang dapat diraba sebagai sebuah kista
trasversal atau oblik yang berjalan melintang di uterus antara simfisis dan umbilicus.
Apabila dijumpai keadaan ini, diindikasikan persalinan perabdominam segera.
Cincin retraksi patologis
Walaupun sangat jarang, dapat timbul kontriksi atau cincin local uterus pada
persalinan yang berkepanjang. Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis
Bandl, yaitu pembebtukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering
timbul akubat persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan
segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini cincin dapat terlihat sebagai suatu
identitas abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya segnen bawah uterus.
Kontriksi uterus local jarang dijumpai saat ini karena terhanbatnya persalinan secara
berkepanjangan tidak lagi dibiarkan. Konstriksi local ini kadang-kadang masih terjadi
sebagai konstriksi jam pasir (haourglass constriction) uterus setelah lahirnya kembar
pertama. Pada keadaan ini, konstriksi tersebut kadang-kadang dapat dilemaskan dengan
anestesi umum yang sesuai dan janin janin dilahirkan secara normal, tetapi kadang-
kadang seksio sesarea yang dilakukan dengna segera menghasilkan progonis yang lebih
baik bagi kembar kedua.
Pembentukan Fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas pinggul tetapi tidak
maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak diantaranya
dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan
sirkulasi, dapat terjadi narcosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan
dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau rektovaginal. Umumnya
narcosis akibat penekanan ini pada persalinan kala II yang berkepanjangan. Dulu saat
tindakan operasi ditunda selama mungkin, penyulit ini sering dijumpai, tetapi saat ini
jarang terjadi kecuali Negara-negara yang belum berkembang.

Cedera otot-otot dasar panggul
Suatu anggapan yang telah dipegang adalah bahwa cedera otot-otot dasar panggul
atau persarfan ata fasia penghubungannya merupakan konsekuensi yang tida terlelakan
pada persalinan pervaginam, terutama apabila persalinannya sulit. Saat kelahiran bayi,
dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan kebawah akibat
upaya mengejan ibu. Gaya-gaya inimeregangkan dan melebarkan dasar panggul selama
melahirkan ini akan menyebabakan inkontinensa urin dan alvi serta prolaps organ
panggul.
Efek pada janin :
Partus lama itu sendiri dapat dirugikan. Apabila panggul sempit dan juga terjadi ketuban
pecah lama serta infeksi intrauterus, risiko janin dan ibu akan muncul. Infeksi intrapartum bukan
saja merupkan penyulit yang serius pada ibu, tetapi juga merupakan penyebab penting kematian
janin dan neonates. Hal ini disebakan bakteri didalam cairan amnion menembus selaput amnion
dan menginvasi desidua serta pembuluh korion, sehingga terjadi bakteremia pada ibu dan janin.
Pneumonia janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah konsekuensi serius
lainnya.
Kaput Suksedeneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedeneum
yang besar terjad terbawah kepala janin. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan
menyebabakan kesalahan diagnostic yang serius. Kaput hamper dapat mencapai dasar
panggul sementara kepala sendiri belum cakap.
Molase kepala janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling
bertumpang tindih satu sama lain disutura-sutura besar, suatu proses yang disebut molase.
Biasannya batas median tulang parietal yang berkontak dengan promotorium bertumpang
tindih dengan tulang disebelahnya; hal ini sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun
tulang oksipetal terdorong kebawah tulang parietal. Perubahan-perubahan ini sering
terjadi tanpa menimbulkan kerugian yang nyata. Di lain pihak, apabila distorsi yang

terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh
darah janin, tanpa perdarahan intra karinial pada janin. Fraktur tengkorak kadang-kadang
dijumpai, biasanya setelah dilakukan upaya paksa pada persalinan. Fraktur ini juga dapat
terjadi pada persalinan spontan atau bahkan sekseo sesarea
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan kala II memanjang yaitu dapat
dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forceps, sectio caesaria, dan lain-
lain. Penatalaksanaannya yaitu sebagai berikut :
a. Tetap melakukan Asuhan Sayang Ibu, yaitu :
Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan
dan kelahiran bayinya.
Alasan : Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan
dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan (Enkin, et al,
2000).
Anjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan
Alasan : Ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan
dan kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu mengalami hal
tersebut (Enkin, et al, 2000).
Ada kalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala II persalinan. Berikan rasa
aman dan semangat serta tentramkan hatinya selama proses persalinan
berlangsung. Dukungan dan perhatian akan mengurangi perasaan tegang,
membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayinya. Beri penjelasan
tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap kali penolong akan
melakukannya, jawab aetiap pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan apa yang
dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan (misalnya
TD, DJJ, periksa dalam)
b. Melakukan kala II persalinan
- Cuci tangan (Gunakan sabun dan air bersih yang mengalir)
- Pakai sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam
- Beritahu ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam

- Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah lengkap
(10cm) lalu lepaskan sarung tangan sesuai prosedur PI
- Jika pembukaan belum lengkap, tentramkan ibu dan bantu ibu mencari posisi
nyaman (bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan disekitar ruang bersalin.
Ajarkan cara bernafas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan
bayinya dan catatkan semua temuan dalam partograf
- Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahukan
belum saatnya untuk meneran, beri semangat dan ajarkan cara bernafas cepat
selama kontraksi berlangsung. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang
nyaman dan beritahukan untuk menehan diri untuk meneran hingga penolong
memberitahukan saat yang tepat untuk itu.
- Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu
mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan
benar dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu
untuk membantu dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan dalam
partograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu
dapat beristirahat disetiap kontraksi.
- Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran,
bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih mampu, anjurkan
untuk berjalan-jalan). Posisi berdiri dapat membantu penurunan bayi yang
berlanjut dengan dorongan untuk meneran. Ajarkan cara bernafas selama
kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayi dan catatkan semua temuan
dalam partograf.
- Berikan cukup cairan dan anjurkan / perbolehkan ibu untuk berkemih sesuai
kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit, stimulasi puting susu mungkin dapat
meningkatkan kekuatan dan kualitas kontraksi.
- Jika ibu tidak ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan
lengkap, anjurkan ibu untuk mulai meneran disetiap puncak kontraksi.
- Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika kelahiran
bayi tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala
bayi mungkin disebabkan oleh disproporsi kepala-panggul (CPD).

- Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah
oksigen ke plasenta. Dianjurkan mengedan secara spontan (mengedan dan
menahan nafas terlalu lama, tidak dianjurkan)
c. Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan infus
oksitosin
d. Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala :
Jika kepala tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di
stasion (O), lakukan ekstraksi vakum atau cunam
Jika kepala diantara 1/5-3/5 di atas simfisis pubis, atau bagian tulang kepala di
antara stasion (O)-(-2), lakukan ekstraksi vakum
Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di atas
stasion (-2) lakukan seksio caesarea.
e. Berdasarkan penelitian Sulilowati D dengan judul “keteraturan senam hamil terhadap
lama persalinan kala 2 pada ibu bersalin”. Didapatkan hasil terdapat hubungan antara
senam hamil dengan lama persalinan kala II. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
latihan senam hamil yang dilakukan secara mempunyai manfaat untuk latihan
pernafasan, latihan penguatan, dan peregangan otot-otot panggul yang mempercepat
proses persalinan

Ibu mengejan ketika ada kontraksi
Tidak ada kemajuan kepala janin Ibu kelelahan
Nyeri
Tindakan vacum ekstraksi
Ansietas
Robekan serviks uteri
Resiko infeksi
Perdarahan
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
F. Pathways
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses persalinan
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai cara meneran
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (vakum ekstraksi)
4. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
H. Rencana Keperawatan
1. Nyeri b/d perubahan fisik, pengaruh hormonal.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang.
Intervensi:
a. Kaji secara terus menerus ketidaknyamanan klien.
Rasional: data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan.
Kehamilan cukup bulan (>37 minggu)

b. Kaji status pernapasan klien.
Rasional: penurunan kapasitas pernapasan saat uterus menekan diafragma,
mengakibatkan dispnea khususnya pada multigravida, yang tidak mengalami
kelegaan dengan ikatan antara bayi dalam kandungannya.
c. Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan perubahan cara jalan.
Rasional: lordosis dan regangan otot disebabkan pengaruh hormone (relaxing-
progesteron) pada sambungan pelvis dan perpindahan pusat gravitasi sesuai dengan
pembesaran uterus.
2. Ansietas b/d adanya faktor-faktor resiko khusus, krisis situasi, ancaman pada konsep diri,
konflik disadari dan tidak disadari tentang nilai-nilai esensial dan tujuan hidup, kurang
informasi.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan berkurang/hilang.
Intervensi:
a. Kaji, sifat, sumber dan manifestasi kecemasan.
Rasional: mengidentifikasi perhatian pada bagian khusus dan menentukan arah dan
kemungkinan pilihan/ intervensi.
b. Berikan informasi tentang penyimpangan genetic khusus, resiko yang dalam
reproduksi dan ketersediaan tindakan/pilihan diagnosa.
Rasional: dapat menghilangkan ansietas berkenaan dengan ketidaktahuan dan
membantu keluarga mengenai stress, membuat keputusan, dan beradaptasi secara
positif terhadap pilihan.
c. Kembangkan sikap berbagi rasa secara terus menerus.
Rasional: kesempatan bagi klien/pasangan untuk memuji pemecahan situasi. Tingkat
kecemasan biasanya lebih tinggi pada pasangan yang telah melahirkan anak dengan
penyimpangan kromosom.
d. Berikan bimbingan antisipasi dalam hal perubahan fisik/psikologis.
Rasional: dapat menghilangkan kecemasan/ depresi pada pasangan.
3. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan.
Intervensi:
a. Monitor TTV
Rasional: Perubahan dapat menjadi indikasi hipovolemia

b. Evaluasi turgor kulit, capiler refill, dan kondisi mukosa.
Rasional: Sebagai indikator status dehidrasi
c. Perhatikan mukosa dari ptechie, ecchymosis, perdarahan gusi.
Rasional: Penekanan bone narrow dan produksi platelet yang rendah beresiko
menimbulkan perdarahan yang tak terkontrol.
d. Lakukan pemasangan IV line
Rasional: Untuk mempertahankan kebutuhan cairan tubuh.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (vakum ekstraksi)
a. Tempatkan pada ruang khusus dan batasi pengunjung.
Rasional: Menjaga klien dari agent patogen yang dapat menyebabkan infeksi
b. Lakukan protap pencucian tangan bagi setiap orang yang kontak dengan klien
Rasional: Mencegah infeksi silang
c. Monitor vital sign
Rasional: Progresive hipertermia sebagai pertanda infeksi atau demam sebagai efek
dari pemakaian kemotherapi maupun tranfusi

DAFTAR PUSTAKA
Hanifa,winkjosastro.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Llewllyn-jones, Derek. 2001. Dasa-Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta : EGC
Prawirohardjo,sarwono.(2009).Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.PT.bina pustaka sarwono prawirahardjo.Jakarta
Saifuddin, A. (2010). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta.
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sulistiowati D, Hastutu RT, Setyoningsih T. Keteraturan Senam Hamil Terhadap Lama
Persalinan Kala 2 Pada Ibu Bersalin. Jurnal Ilmu Kebidanan vol 1(3). 2013.
NANDA International. (2009). NANDA-I: Nursing Diagnoses Definitions & Classification
2009-2010. USA: Willey Blackwell Publication.
Moorhead S, Meridean M, Marion J. (2004). Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth
edition. USA: Mosby Elsevier.
Bulechek, Gloria M, Joanne CM. (2008). Nursing Intervention Classification (NIC). Fifth
edition. USA: Mosbie Elsevier.