Korosi Akbar

26
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERCOBAAN XI KOROSI NAMA : ANDI AKBAR NIM : H311 13 309 KELOMPOK/REGU : III/5 HARI/ TANGGAL PERCOBAAN : SENIN/ 17 MARET 2015 ASISTEN : MARLINDA

description

kimia fisika

Transcript of Korosi Akbar

Page 1: Korosi Akbar

LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIKA

PERCOBAAN XIKOROSI

NAMA : ANDI AKBARNIM : H311 13 309KELOMPOK/REGU : III/5HARI/ TANGGAL PERCOBAAN : SENIN/ 17 MARET 2015ASISTEN : MARLINDA

LABORATORIUM KIMIA FISIKAJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

Page 2: Korosi Akbar

2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara

suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan

senyawa-senyawa yang tidak dikendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut

perkaratan. Contoh korosi yang umum adalah perkaratan besi.

Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi dan oksigen (udara)

mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia

karat besi adalah Fe2O3.nH2O yaitu suatu zat berwarna coklat sampai merah. Korosi

merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku

sebagai anoda dimana besi mengalami oksidasi. Elektron yang dibebaskan di anoda

mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai katoda dimana oksigen

tereduksi.

Ion besi (II) yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi membentuk ion

besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi yaitu karat besi.

Proses perkaratan pada besi dapat berlanjut terus sampai seluruh bagian dari besi itu

hancur. Hal ini disebabkan oleh oksida-oksida besi yang terbentuk pada peristiwa awal

korosi akan menjadi katalis (otokatalis) pada peristiwa korosi selanjutnya.

Logam lain seperti Al tidak akan hancur karena korosi seperti pada logam besi

sehingga logam ini bersifat melindungi logam lain dari proses korosi selanjutnya

karena logam Al yang terbentuk melekat pada bagian dalam logam yang mengalami

Page 3: Korosi Akbar

korosi. Berdasarkan hal di atas, maka dilakukanlah percobaan ini untuk mengetahui

logam mana yang dapat mempercepat atau menghambat terjadinya korosi.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah mengetahui dan mempelajari cara dalam

menentukan logam yang dapat meningkatkan dan menghambat korosi pada besi.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan logam yang dapat

meningkatkan dan menghambat korosi pada besi.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan logam yang dapat meningkatkan

dan menghambat terjadinya korosi pada besi dengan mengamati proses terjadinya

korosi pada besi dengan membandingkan besi yang tidak dilapisi dengan logam lain

dan besi yang dilapisi dengan logam Sn, Al dan Cu dengan bantuan larutan indikator

PP yang akan menghasilkan warna merah yang menunjukkan tempat terjadinya reaksi

reduksi dan K3Fe(CN)6 yang menghasilkan warna biru yang menunjukkan tempat

terjadinya reaksi oksidasi.

Page 4: Korosi Akbar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perisriwa korosi logam dapat dijelaskan dengan elektrokimia. Berbagai proses

elektroda memerlukan potensial elektroda yang lebih besar dari perhitungan. Potensail

tambahan itu disebut over voltage. Setengah reaksi yang kedua hanya terjadi pada

bagian yang tidak murni atau bagian yang cacat di permukaan besi. Besi berkarat

karena terbentuk Fe2O3.nH2O. Korosi besi berlangsung bila besi melarut pada bagian

anoda dan ion Fe2+ berdifusi melalui air ke bagian katoda dan mengendap sebagai

Fe(OH)2. Selanjutnya besi (II) hidroksida dioksidasi oleh O2 yang terdapat dalam air

membentuk FeO3.xH2O (Achmad, 1992).

Peringatan termodinamika tentang kemungkinan korosi, diberikan dengan

membandingkan potensial elektroda standar resduksi logam, seperti (Atkins, 1997):

Fe2+(aq) + 2e- → Fe(s) Eo = -0,44 V

Dengan nilai untuk salah satu setengah reaksi dalam larutan asam berikut ini

(Atkins, 1997):

2H+(aq) + 2e- → 2H2(g) Eo = 0

4H+(aq) + O2(g) + 4e- → 2H2O(l) Eo = 1,23 V

Karena kedua pasangan redoks mempunyai potensial standar lebih posotif daripada Eo

(Fe2/Fe), maka keduanya dapat menyebabkan oksidasi besi. Potensial elektroda

tersebut adalah potensial standar dan nilainya berubah terhadap H medium

(Atkins, 1997):

Page 5: Korosi Akbar

E(a) = Eo(a) + RTF

ln α(H+) = -0,059 V x pH

E(b) = Eo(b) + + RTF

ln α(H+) = 1,23 V - 0,059 V x pH

Nilai ini menunjukkan, pada pH berapa besi mempunyai kecenderungan

teroksidasi. Akan tetapi, pembahasan termodinamika tentang korosi, hanya

menunjukkan ada tidaknya kecenderungan korosi. Jika terdapat kecenderungan

termodinamika, kita harus mempelajari kinetika proses yang bersengkutan untuk

melihat apakah proses itu cukup cepat (Atkins, 1997).

Laju korosi diukur dengan arus ion logam yang meninggalkan permukaan

logam dalam daerah anoda. Fluks ion ini menghasilkan arus korosi Ikor, yang dapat

diasamkan dengan arus anoda Ia. Karena setiap arus yang keluar dari daerah anoda

harus mencari jalan menuju ke daerah katoda, maka arus katoda Ic juga harus sama

dengan arus korosi (Atkins, 1997).

Terdapat beberapa teknik untuk mencegah korosi. Pelapisan permukaan

dengan suatu lapisan tidak tertembuskan, seperti cat, dapat mencegah masuknya udara

lembab. Sayangnya perlindungan ini gagal dan menimbulkan malapetaka jika cat

menjadi berpori, jika demikian maka oksigen dapat masuk ke dalam logam yang

tersingkap dan korosi terus berlanjut di bawah lapisan cat. Bentuk lain pelapisan

permukaan dilakuikan dengan galvanisasi, yaitu pelapisan benda besi dengan seng.

Karena potensial elektroda seng adalah (-0,76 V), yang lebih negatif dari pasangan

besi, maka korosi seng dipermudah secara termodinamika, sehingga besi itu bertahan

(seng itu bertahan karena dilindungi oleh lapisan oksida terhidrasi). Sebagai

perbandingan pelapisan dengan timah menyebabkan korosi besi yang sangat cepat,

Page 6: Korosi Akbar

begitu permukannnya tergores dan binya tersingkap. Hal ini disebabkan, pasangan

timah (Eo = -0,14) eV) mengoksidasi pasangan besi (Atkins, 1997).

Beberapa oksida bersifat lambat secara kinetika, dalam arti bahwa oksida itu

melekat pada permukaan logam dan membentuk lapisan tidak tertembuskan dengan

jarak pH yang cukup lebar. Pasifasi atau perlindungan kinetika ini, dapat dipandang

sebagai suatu cara untuk menurunkan arus pertukaran, dengan penutupan permukaan.

Jadi, aluminium lambat di udara, walaupun potensial reduksinya sangat negatif yakni

sebesar -0,66 V (Atkins, 1997).

Ketika reaksi kimia terjadi, ada peningkatan atau penurunan energi potensial.

Dalam kebanyakan kasus, perubahan energi potensial muncul sebagai panas yang

diserap dari lingkungan. Terkadang perubahan energi potensial berubah menjadi

energi listrik (Sienko, 1961).

Salah satu cara mencegah korosi besi adalah proteksi katodik. Misalnya,

batang seng atau magnesium ditanam dekat pipa besi kemudian dihubungkan dengan

pipa tersebut yang akan dilindungi dari korosi. Dalam hal ini pipa besi bertindak

sebagai katoda dan logam seng yang mempunyai potensial elektroda yang lebih

negatif akan mengalami oksidasi, sehingga pipa besi dapat terlindungi dari korosi

(Achmad, 1992).

Metode perlindungan lainnya adalah mengubah potensial objek dengan

memompakan elektron, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan reduksi oksidasi,

tanpa melibatkan oksida logam. Dalam perlindungan katoda, objek dihubungkan

dengan logam yang mempunyai potensial elektroda lebih negatif (seperti magnesium,

-2,36 V). Magnesium bertindak sebagai anoda korban, yang memberikan elektonnya

pada besi, dan dalam proses itu teroksidasi menjadi Mg2+ (Atkins, 1997).

Page 7: Korosi Akbar

Di antara beberapa metode pengendalian korosi dan pencegahan, penggunaan

inhibitor korosi sangat populer. Inhibitor korosi adalah zat yang bila ditambahkan

dalam konsentrasi rendah untuk berfungsi sebagai media atau mencegah reaksi logam

dengan media. Inhibitor seringkali ditambahkan pada beberapa sistem, yaitu sistem

pendingin, unit kilang, bahan kimia, unit produksi minyak dan gas, dan sebagainya

(Singh, 2012).

Tindakan inhibisi beberapa turunan benzimidazol yaitu

2-(2-furanil)-1H-benzimidazole (FB), 2-(2-piridil) benzimidazole (PB) dan

2(4-tiazolil) benzimidazole (TB), terhadap korosi besi dalam larutan asam nitrat telah

dipelajari dengan menggunakan perhitungan teori fungsi kepadatan (DFT), penurunan

bobot, polarisasi potensiodinamik dan spektroskopi impedansi elektrokimia (EIS).

Hasil yang diperoleh dari penurunan bobot, menunjukkan peningkatan efisiensi

inhibitor dengan meningkatnya konsentrasi inhibitor (Khaled, 2010).

Disamping besi ternyata aluminium juga dapat mengalami korosi dengan

larutan asam sitrat. Metode voltametri siklik digunakan untuk memperoleh

informasi mengenai reversibilitas reaksi, kestabilan produk korosi dan jumlah

tahap reaksi oksidasi maupun reduksi. Pada reaksi korosi aluminium dalam

larutan asam sitrat, reaksi dianggap reversibel jika Epa–Epc ≤ 0,118/n ≈ 0,039

volt. Kestabilan produk korosi diketahui dari rasio antara arus puncak anodik Ipa

dengan arus puncak katodik Ipc. Produk korosi yang terbentuk bersifat stabil jika

nilai Ipa/Ipc ≈ 1. Selain itu, jumlah tahap reaksi diketahui dari jumlah puncak

anodik maupun katodik (Prasetya, 2012).

Laju korosi dapat dihitung dengan metode kehilangan berat (weight loss), yang

biasa dinyatakan dengan mpy (mill per tahun), menggunakan rumus (Murabbi, 2012):

Page 8: Korosi Akbar

Laju Korosi = (K x W) / (D x A x T ) (2.1)

Semakin meningkatnya konsentrasi larutan NaCl maka semakin tinggi pula

laju korosi terjadi baik pada pengujian polarisasi ataupun imersi. Hasil pengujian

polarisasi didapatkan laju korosi terendah terdapat pada larutan NaCl 3% yaitu

Plat M sebesar 3,0671 mpy, dan yang tertinggi terdapat pada larutan NaCl 5% plat T

sebesar 10,39 mpy, sedangkan pada pengujian imersi didapatkan laju korosi terendah

pada larutan NaCl 3% yaitu plat M sebesar 0,9149 mpy untuk lama pencelupan

240 jam dan yang tertinggi terdapat pada larutan NaCl 5% plat T 3,4161 mpy untuk

lama pencelupan 80 jam (Murabbi, 2012).

Unsur logam yang memiliki karakteristik emas-merah adalah salah satu

konduktor panas dan listrik yang baik, logam yang dimaksud adalah logam tembaga,

logam tersebut sering digunakan dalam kabel listrik, khususnya tembaga yang sangat

murni dan berasal dari tembaga yang telah melalui proses elektrolisis sebagai langkah

pemurnian akhir logamnya, dan ternyata logam tembaga ini merupakan salah satu

logam yang dapat mempercepat terjadinya korosi (Kislaya, 2011).

Korosi logam tetap menjadi masalah besar dunia ilmiah karena mempengaruhi

bidang metalurgi, kimia dan minyak industri. Korosi merupakan fenomena permukaan

yang dikenal sebagai serangan dari logam atau paduan dengan lingkungan mereka

seperti udara, air atau tanah dalam reaksi kimia atau elektrokimia untuk membentuk

senyawa yang lebih stabil (Sultani, 2013).

Sangat jelas bahwa kedua proses yakni oksidasi dan reduksi saling melengkapi

satu sama lain, oksidasi dan reduksi merupakan dasar dalam reaksi kimia. Reaksi yang

melibatkan pertukaran elektron dikenal sebagai redoks (Malone, 1994).

Page 9: Korosi Akbar

Keadaan oksidasi atau bilangan oksidasi atom dalam suatu senyawa dapat

dimiliki oleh semua atom dalam suatu senyawa tersebut, apabila atom tersebut

terdapat dalam bentuk ion seperti ion monoatomik (Malone, 1994).

Penggantian balok magnesium sekali-kali, jauh lebih murah daripada

mengorbankan kapal, bangunan, atau pipa saluran, sebagai pengorbanan, artinya lebih

baik menggunakan sistem perlindungan dengan Mg daripada tidak melindungi

benda-benda yang telah disebutkan di atas sehingga dengan mudah berkarat dalam

perlindungan katoda arus terpasang, sel luar menyediakan elektron, sehingga

menghilangkan kebutuhan besi untuk mentransfer elektronnya sendiri (Atkins, 1997).

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuades, indikator

PP (fenolftalein), K3Fe(CN)6 0,1 M, serbuk NaCl, H2SO4 2 M, paku, agar, foil Sn, foil

Cu, foil Al, amplas, lap halus, kertas label, tissue roll dan sabun cair.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, gelas piala

250 mL, gelas piala 100 mL, pembakar gas, kaki tiga, kasa, rak tabung, batang

pengaduk, tang, pinset, neraca toledo dan sikat tabung.

3.3 Prosedur Percobaan

Preparasi sampel paku dilakukan bersamaan dengan pembuatan larutan gel.

Pembuatan larutan gel dilakukan dengan akuades dipanaskan sebanyak 50 mL pada

Page 10: Korosi Akbar

gelas piala 250 mL. Setelah agak panas, maka ditambahkan 1 gram agar yang telah

ditimbang menggunakan neraca digital dan diaduk sampai larut kemudian

ditambahkan 5 gram NaCl lalu diaduk sampai mendidih. Setelah mendidih,

ditambahkan 2 mL indikator PP dan 1,5 mL K3Fe(CN)6 0,1 M dan diaduk larutan

dengan baik kemudian pemanasan dihentikan. Preparasi sampel paku dimulai dengan

empat buah paku diamplas sampai bersih lalu dimasukkan ke dalam gelas piala

100 mL yang berisi sekitar 25 mL larutan H2SO4 2 M dan didiamkan selama 5 menit.

Setelah itu paku dipindahkan ke dalam gelas piala 100 mL yang berisi akuades yang

telah dipanaskan dan didiamkan selama 5 menit kemudian dikeringkan dengan tissue.

Tiga buah paku masing-masing dilapisi dengan foil Al, foil Sn dan foil Cu dan

direkatkan pada paku dengan menggunakan tang. Keempat paku tersebut kemudian

dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi yang telah diberi label. Setelah

pembuatan larutan gel dan preparasi sampel selesai, maka larutan gel tersebut dituang

ke dalam 4 tabung reaksi yang telah terisi paku. Didiamkan dan diamati warna yang

terbentuk disekitar ujung paku, tengah paku dan pangkal paku.

.

Page 11: Korosi Akbar

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel Hasil Pengamatan

Sistem

Keberadaan dan lokasi

warna merah muda

Keberadaan dan lokasi warna biru

Persamaan ion reaksi

Reaksi anoda Reaksi katoda

Fe - Kepala dan ujung paku

Fe(s) → Fe2+(aq)

+ 2e-O2(g) + 2H2O(l) + 4e- →

4OH-(aq)

Fe/Sn - Kepala dan ujung paku

Sn(s) → Sn2+(aq)

+ 2e-O2(g) + 2H2O(l) + 4e- →

4OH-(aq)

Fe/Al - - - -

Fe/Cu - Kepala dan ujung paku

Cu(s) → Cu2+(aq)

+ 2e-O2(g) + 2H2O(l) + 4e- →

4OH-(aq)

4.2 Reaksi

a. Fe

Anoda : 2Fe(s) → 2Fe2+(aq) + 4e-

Katoda : O2(g) + 2H2O(l) + 4e- → 4OH-(aq)

Page 12: Korosi Akbar

Reaksi : 2Fe(s) + O2(g) + 2H2O(l) → 2Fe2+(aq) + 4OH-

(aq)

Reaksi lengkap : 2Fe(s) + O2(g) + 2H2O(l) → 2Fe(OH)2(aq)

b. Fe/Sn

Anoda : 2Sn(s) → 2Sn2+(aq)

+ 4e-

Katoda : O2(g) + 2H2O(l) + 4e- → 4OH-(aq)

: 2Sn(s) + O2(g) + 2H2O(l) → 2Sn2+ + 4OH-

Reaksi lengkap : 2Sn(s) + O2(g) + 2H2O(l) → 2Sn(OH)2(aq)

c. Fe/Al

Tidak terjadi reaksi redoks.

d. Fe/Cu

Anoda : 2Cu(s) → 2Cu2+(aq) + 4e-

Katoda : O2(g) + 2H2O(l) + 4e- → 4OH-(aq)

Reaksi : 2Cu(s) + O2(g) + 2H2O(l) → 2Cu2+(aq) + 4OH-

(aq)

Reaksi lengkap : 2Cu(s) + O2(g) + 2H2O(l) → 2Cu(OH)2(aq)

e. Indikator PP dengan OH-

+ O2 + 2H2O + 4e

4.3 Pembahasan

Pada percobaan ini, paku-paku yang akan digunakan harus diamplas terlebih

dahulu sampai bersih sehingga karat dan kotoran-kotoran pada paku dapat

+ 4OH-→

Page 13: Korosi Akbar

dihilangkan. Setelah itu, paku-paku tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia yang

berisi asam sulfat dan didiamkan selama 5 menit. Hal ini dilakukan untuk

mengasamkan paku agar pori-porinya terbuka. Selanjutnya paku dimasukkan dalam

gelas kimia yang berisi akuades panas. Pemanasan akuades dilakukan agar terbentuk

uap air yang akan masuk ke dalam pori-pori paku sehingga dapat mempercepat reaksi.

Kemudian paku dikeringkan dengan tissue untuk membersihkan paku dari sisa-sisa

asam dan akuades yang mungkin masih melekat pada paku tersebut. Setelah itu, pada

paku dililitkan beberapa logam lain yaitu Al, Sn dan Cu yang berfungsi sebagai bahan

pelapis besi yang nantinya akan diamati apakah logam tersebut dapat menghambat

atau mempercepat terjadinya korosi.

Pada percobaan ini juga digunakan larutan gel yaitu larutan agar sebagai

medium indikator untuk memperjelas warna yang terjadi akibat adanya reaksi oksidasi

dan reduksi pada besi sehingga dapat diamati dengan jelas. Pada pembuatan larutan

gel ini, agar dilarutkan dalam air yang dipanaskan dan ditambahkan NaCl yang

berfungsi untuk menggaramkan atau sebagai jembatan garam yaitu tempat terjadi

peristiwa transfer elektron. Larutan agar ditambahkan dengan indikator PP dan

K3Fe(CN)6. Penambahan indikator PP berfungsi sebagai penunjuk tempat terjadinya

peristiwa reduksi dengan memberikan warna merah oleh adanya ion OH- yang berasal

dari reduksi yang melibatkan O2 dan H2O yang terjadi pada katoda. K3Fe(CN)6

digunakan untuk menunjukkan terjadinya peristiwa oksidasi pada anoda dengan

memberikan warna biru oleh adanya KFe[Fe(CN)6] dari reaksi antara K3Fe(CN)6

dengan ion Fe2+. Campuran larutan kemudian dipanaskan sambil diaduk untuk

mencegah pemadatan dari agar.

Page 14: Korosi Akbar

Setelah proses pembuatan larutan gel dan preparasi sampel paku, maka

selanjutnya yaitu paku-paku tersebut dimasukkan ke dalam 4 buah tabung reaksi yang

berbeda. Kemudian ke dalam masing-masing tabung reaksi dituangkan larutan agar

dalam keadaan hangat yang berfungsi untuk menunjukkan tempat terjadinya reaksi

reduksi dan oksidasi pada peristiwa korosi yang terjadi pada paku.

Pada paku yang tidak terlapisi logam terdapat warna biru pada kepala dan

ujung paku dan tidak terdapat warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa paku yang

mengandung besi dengan mudah mengalami korosi dengan teroksidasinya logam besi

membentuk ion besi (II) oleh uap air disekitarnya. Pada paku yang dilapisi foil Al

tidak terdapat warna merah maupun warna biru disepanjang paku. Hal ini

menunjukkan bahwa logam Al dapat melindungi besi dari proses terjadinya korosi.

Pada paku yang dilapisi foil Sn terdapat warna biru pada bagian kepala dan ujung

paku. Hal ini menunjukkan bahwa logam Sn dapat mempercepat terjadinya korosi.

Pada paku yang dilapisi foil Cu terdapat warna biru pada ujung dan kepala paku. Hal

ini menunjukkan bahwa logam Cu dapat mempercepat terjadinya korosi pada besi.

Berdasarkan teori, logam Al dapat menghambat terjadinya korosi pada besi

sedangkan logam Sn dan Cu dapat mempercepat terjadinya korosi jika ditinjau dari

Eo-nya. Logam yang dapat melindungi besi dari korosi adalah logam yang Eo-nya lebih

kecil daripada Eo besi. Hal ini terbukti karena Eo logam Al lebih kecil dari pada Eo besi

sedangkan Eo Cu dan Sn lebih besar dari Eo besi. Al memiliki Eo yang paling rendah

yaitu (-1,66), Sn memiliki Eo (-0,136), Fe memiliki Eo (-0,440) dan Cu memiliki Eo

(+0,337). Berdasarkan harga Eo, logam Cu dan Sn lebih mudah tereduksi sehingga

tidak dapat melindungi paku besi dari korosi dan logam Al dapat melindungi paku dari

korosi.

Page 15: Korosi Akbar

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini adalah logam yang dapat menghambat korosi

pada besi adalah logam Al dan logam yang dapat mempercepat korosi adalah logam

Sn dan Cu.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Praktikum

Saran untuk praktikum adalah sebaiknya digunakan lebih banyak logam lagi

untuk melapisi besi sehingga dapat dibandingkan hasilnya pada berbagai logam.

Page 16: Korosi Akbar

Kebersihan dalam laboratorium tetap dijaga agar praktikan dapat lebih nyaman

melakukan percobaan.

5.2.2 Saran Untuk Laboratorium

Saran untuk laboratorium adalah agar bahan-bahan yang akan digunakan lebih

diperbanyak dan juga fasilitas laboratorium yang sudah rusak diperbaiki.

5.2.3 Saran Untuk Asisten

Untuk asisten cukup di pertahankan cara membimbingnya karena sudah cukup

baik, namun tambahan sedikit, mungkin lebih diperjelas lagi penjelasan mengenai cara

hubungan praktikum dengan teori, sehingga praktikan bisa langsung membandingkan

hasil percobaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H., 1992, Elektro Kimia dan Kinetika Kimia, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Al-Sultani, K. F. dan Shaymaa A. A., 2013, Improvement Corrosion Resistance of Low Carbon Steel by Using Natural Corrosion Inhibitor, International Journal of Advanced Research, 1 (4); 239-243.

Atkins, P. W., 1997, Kimia Fisika, Edisi keempat, Diterjemahkan oleh Kartohadiprodjo, Erlanga, Jakarta.

Khaled, K. F., 2010, Studies of Iron Corrosion Inhibition Using Chemical, Electrochemical and Computer Simulation Techniques, Elsevier, 1 (55); 6523-6532.

Kislaya, S., 2011, Basic Chemistry, Tilak Wasan, New Delhi.

Malone, L. J.,1994, Basic Concepts of Chemistry, Edisi keempat John Wiley & Sons, New York.

Page 17: Korosi Akbar

Murabbi, A. L. dan Sulistijono, 2012, Pengaruh Konsentrasi Larutan Garam terhadap Laju Korosi dengan Metode Polarisasi dan Uji Kekerasan serta Uji Tekuk Pada Plat Bodi Mobil, Jurnal Teknik Pomits, 1 (1); 1-5.

Sienko, M. dan Robert, P., 1961, Chemistry, Edisi kedua, McGraw-Hill Book Company, Tokyo.

Singh, A., Eno E. E., dan Quraishi, M. A., 2012, Corrosion Inhibition of Carbon Steel in HCl Solution by Some Plant Extracts, International Journal of Corrosion, 1 (10); 1-20.

Prasetya, A. Y. A. dan Isdiriayani, N., 2012, Korosi Aluminium dalam Larutan Asam Sitrat, Jurnal Teknik Kimia Inonesia, 11 (2); 116-123.

LEMBAR PENGESAHAN

Page 18: Korosi Akbar

Makassar, 18 Maret 2015 Asisten, Praktikan,

MARLINDA ANDI AKBARNIM: H311 11 259 NIM: H311 13 309