Akbar Punya
Embed Size (px)
description
Transcript of Akbar Punya

.
A. UJI VALIDITAS
Validitas instrumen berhubungan dengan kesesuaian dan ketepatan fungsi alat ukur yang
digunakannya. Maka dari itu sebelum instrument tersebut digunakan di lapangan perlu
adanya pengujian validitas terhadap instrument tersebut.Uji Validitas adalah prosedur untuk
memastikan apakah kuesioner yang akan dipakai untuk mengukur variabel penelitian valid
atau tidak. Kuesioner dikatakan valid apabila dapat mempresentasikan atau mengukur apa
yang hendak diukur (variabel penelitian). Dengan kata lain validitas adalah ukuran yang
menunjukkan kevalidan dari suatu instrumen yang telah ditetapkan.
Kuesioner yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal.validitas internal atau
rasional, bila kriteria yang ada dalam kuesioner secara rasional (teoritis) telah mencerminkan
apa yang diukur, sedangkan validitas eksternal bila kriteria didalam kuesioner disusun
berdasarkan fakta-fakta emperis yang telah ada (eksternal).
Validitas internal kuesioner harus memenuhi construct validity (validitas kontruks)
dan content validity (validitasisi). Validitas konstruks adalah kerangka dari suatu
konsep.Untuk mencari kerangka konsep dapat ditempuh dengan:
1. Mencari definisi konsep yang dikemukakan oleh para ahli yang tertulis dalam literatur
2. Jika dalam literatur tidak didapatkan definisi konsep yang ingin diukur, peneliti harus
mendifinisikan sendiri konsep tersebut (dengan bantuan para ahli)
3. Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang
yang mempunyai karakteristik yang sama dengan responden.
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat dari para ahli (judment
experts).Untuk itu kuesioner yang telah dibuat berdasarkan teori tertentu, dikonsultansikan
kepada ahlinya untuk mendapatkan tanggapan atas kuesioner yang telah kita buat, saran para
ahli dapat tanpa perbaikan, dengan perbaikan atau dirombak total.
Validitas isi kuesioner ditentukan oleh sejauhmana isi kuesioner tersebut mewakili semua
aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Misal konsep yang mau diteliti terdiri
dari tiga aspek, maka kuesioner yang dibuat harus menanyakan tentang ketiga aspek tersebut,
jika hanya menanyakan satu aspek saja berarti kuesioner tersebut tidak memiliki validitasisi
yang tinggi.

Setelah pengujian konstruk dan isi selesai, perlu diteruskan dengan Validitas eksternal adalah
validitas yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan kuesioner baru dengan tolok ukur
eksternal yang sudah valid, misal skala pengukur motivasi untuk berprestasi yang diciptakan
oleh Mehrabian (1973) yang sudah teruji kevalidanya. Validitas eksternal ini dilakukan
dengan ujicoba kuesioner tersebut pada populasi yang mempunyai kriteria serupa disarankan
sebanyak 30 responden (mendekati kurva normal), setelah data ditabulasi maka pengujian
validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu mengkorelasikan antar skor item
kuesioner.
Jika kita mau menciptakan kuesioner baru, maka hasil pengukurannya harus dikorelasikan
dengan kuesioner yang sudah valid dengan menggunakan uji korelasi, bila korelasinya tinggi
dan signifikan berarti kuesioner yang baru memiliki validitas yang memadai. Setelah validitas
konstruk terpenuhi maka dilakukan validitas eksternal dengan menggunakan bantuan SPSS.
CARA MENGHITUNG UJI VALIDITAS
terlebih dahulu data 30 sampel tadi di tabulasi ke microsoft excell. sebagai contoh saya akan
menguji validitas Y. dalam hal ini Y adalah variabel terikat minat melanjutkan studi
perguruan tinggi.
data yang sudah di tabulasikan ke excell tersebut di copy semua baik dari data dan jumlahnya
ke dalam SPSS, pada contoh di atas angket untuk minat ada 23 nomer, dan 30 responden

sebagai sampel ,tentunya anda harus menginstal dulu program spss. contoh pada gambar di
atas yang saya watermark www.devamelodica.com di copy ke dalam spss. hasil di spss
seperti berikut :
Lalu, ikuti langkah berikut :
1. klik analize —–> corelate ————-> bivariate, ( masukkan semua seperti pada gambar
berikut )

Lalu muncul seperti ini

Nah masukkan semua variabel yang ada dikotak kiri ke kanan, maka akan seperti gambar di
atas lalu klik OK.
hasilnya adalah tabel angka2 uji validitas, nah lalu bagaimana kita membacanya?
Untuk uji validitas yang saya gunakan dengan menggunakan uji factor/ R kritis sesuai dengan
teori di buku Sugiyono, tentunya para pembuat skripsi tidak asing dengan buku yang satu
ini.SYARAT YANG DI GUNAKAN ADALAH PEARSON CORRELATION LEBIH
BESAR DARI R KRITIS 0,3, JIKA KURANG DARI 0,3 MAKA POIN ISNTRUMEN
YANG R CORRELATIONNYA KURANG DARI 0,3 KITA ANGGAP GUGUR/
TIDAK DIPAKAI. lalu pada bagian Output spss setelah di klik OK adalah bagian bawah
sendiri yang kita bandingkan seperti pada tabel output spss sebagai berikut.
nah nilai pada kotak orange di atas adalah hasil yang akan kita bandingkan dengan 0,3 . dari
kiri ke kanan sebanyak 23 item maka kita jadikan tabel sebagai berikut :
Tabel rangkuman hasil uji validitas variabel Minat melanjutkan studi
No. Soal r Hitung Syarat Keterangan
1 0.714 > 0.300 Item soal valid
2 0.419 > 0.300 Item soal valid
3 0.690 > 0.300 Item soal valid

4 0.534 > 0.300 Item soal valid
5 0684 > 0.300 Item soal valid
6 0.698 > 0.300 Item soal valid
7 0.486 > 0.300 Item soal valid
8 0.670 > 0.300 Item soal valid
9 0.047 < 0.300 Item soal tidak valid
10 0.147 < 0.300 Item soal tidak valid
11 0.760 > 0.300 Item soal valid
12 0.724 > 0.300 Item soal valid
13 0.637 > 0.300 Item soal valid
14 0.729 > 0.300 Item soal valid
15 0.419 > 0.300 Item soal valid
16 0.725 > 0.300 Item soal valid
17 0.625 > 0.300 Item soal valid
18 0.410 > 0.300 Item soal valid
19 0.668 > 0.300 Item soal valid
20 0.488 > 0.300 Item soal valid
21 0.529 > 0.300 Item soal valid
22 0.744 > 0.300 Item soal valid
23 0.416 > 0.300 Item soal valid
24 1,000 > 0.300 Item soal valid
Cara Menghitung Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas Instrumen Skripsi Kuantitatif dengan SPSS
maka pada instrumen nomer 9 dan 10 kita nyatakan sebagai item yang tidak valid/gugur.
karena nilainya kurang dari 0,3. Artinya angket yang akan kita gunakan untuk meneliti
sampel asli sebesar 101 adalah menjadi 21 item dari item pra uji validitas sebanyak 23 item,
item nomer 9 dan 10 kita buang / gugur karena item itu tidak valid.
Hal serupa dilakukan untuk variabel yang lain dengan cara yang sama untuk menentukan
kevalidan item instrumen tersebut. Setelah semua item dilakukan uji Validitas maka kita
lanjut ke Uji realibilitas.
B. UJI REliaBILITAS

Reliabilitas menyangkut masalah ketepatan alat ukur. Ketepatan ini dapat dinilai dengan
analisa statistik untuk mengetahui kesalahan ukur. Reliabilitas lebih mudah dimengerti
dengan memperhatikan aspek pemantapan, ketepatan, dan homogenitas. Suatu instrumen
dianggap reliabel apabila instrumen tersebut dapat dipercaya sebagai alat ukur data
penelitian.
Penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan rumus Croanbach’s Alpha.
Adapun Croanbach’s Alpha adalah sebagai berikut:
(Purwanto, 2002:193)
Keterangan:
ri= Reliabilitas instrumen
n = jumlah butir pertanyaan
si2 = varians butir
st2 = varians total
Kriteria dari nilai Croanbach’s Alpha adalah apabila didapatkan nilai Croanbach’s
Alpha kurang dari 0,600 berarti buruk, sekitar 0,700 diterima dan lebih dari atau sama dengan
0,800 adalah baik.
CARA MENGHITUNGNYA adalah :

1. buka spss,,,lalu copy data tabulasi dari excell ( yang gugur dan jumlah total tidak
usah di masukkan ) lalu pastekan pada spss seperti langkah pada uji validitas, lalu ikuti
langkah ini Scale ————> realibilitas analist
nah item 9 dan 10 pada uji validitas sudah gugur, dan item 24 adalah item jumlah tidak usah
dimasukkan, lalu klik OK. maka akan muncu output hasil spssnya sebagai berikut :

Nah lalu yang mana yang akan kita hitung? yaitu pada bagian Cronbachs Alpha .915 artinya
0,915, Untuk variabel lain juga dilakukan hal yang sama, maka bisa dijadikan tabel sebagai
berikut :
apabila didapatkan nilai Croanbach’s Alpha kurang dari 0,600 berarti buruk, sekitar 0,700
diterima dan lebih dari atau sama dengan 0,800 adalah baik.
hasil Uji Realibilitas Hubungan Antara Fasilitas Belajar dan Komunitas Teman Sebaya
Dengan Minat Melanjutkan Studi Perguruan Tinggi Pada Siswa Kelas XII SMK
Muhammadiyah 3 Kulon Progo Tahun Ajaran 2011/2012
No. Variabel Hasil Uji Keterangan
1. Fasilitas Belajar (X2) 0.941 Baik / reliable
2. Komunitas Teman Sebaya (X3) 0.798 Diterima / reliable
3. Minat Melanjutkan Studi (Y) 0.915 Baik / reliable
Nilai tersebut kemudian dikonsultasikan berdasarkan tingkat keterhandalan, sehingga didapat
tingkat keterhandalan untuk instrumen variabel tingkat pendpatan orang tua dan komunitas

teman sebaya dalam kategori diterima yaitu kurang dari 0.800, variabel fasilitas fasilitas
belajar dan minat melanjutkan studi dalam kategori baik yaitu lebih besar dari 0.800.
Setelah dilakukan uji tersebut, maka angket isntrumen yang sudah valid bisa kita lanjutkan ke
proses pengambilan data ke SAMPEL ASLI 101 responden ( sampel skripsi saya ) lalu kita
lakukan tabulasi lagi ke MS excell untuk selanjutnya kita uji prasyarat yang akan saya
terangkan setelah ini. uji prasyarat yang pertama adalah UJI NORMALITAS
Profil Penulis :
2. Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden.[1] Angket merupakan sebuah pertanyaan-pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang diri pribadi atau hal-hal yang ia ketahui.[2] Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah danresponden tanpa merasa khawatir bila responden memberi jawaban yang tidaak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.[3] Disamping itu, responden mengetahui informasi tertentu yang diminta.[3]
Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untukmendapat jawaban (Depdikbud:1975) Angket adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga ( WS. Winkel,1987) Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data (I. Djumhur, 1985 )Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang tidakmemerlukan kedatangan langsung dari sumber data ( Dewa Ktut Sukardi, 1983 ).Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang/anak yang ingindiselidiki atau responden (Bimo Walgito, 1987).Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian angket adalah suatu alat pengumpul data yangberupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepadasubyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis jugaPengambilan data dapat dilakukan secara :a. Pertanyaan langsung vs Pertanyaan tidak langsungPerbedaan mendasar antara Pertanyaan Langsung dan Pertanyaan Tidak Langsung ialah terletak pada tingkatkejelasan suatu pertanyaan dalam mengungkap informasi khusus dari responden. Pertanyaan Langsungmenanyakan informasi khusus secara langsung dengan tanpa basa-basi (direct), dimana jawaban diperoleh darisumber pertama tanpa menggunakan perantara. Pertanyaan Tidak Langsung menanyakan informasi khusus secaratidak langsung (indirect), dimana Jawaban angket itu diperoleh dengan melalui perantara, sehingga jawabannya tidakdari sumber pertama.Contoh :Pertanyaan Langsung: Apakah Saudara mengenal tersangka pembunuhan?Pertanyaan Tidak Langsung: Bagaimana pendapat saudara terhadap pembunuhan yang dilakukan oleh budi?b. Pertanyaan Khusus v.s Pertanyaan UmumPertanyaan Khusus menanyakan hal-hal yang khusus yang dibutuhkan oleh penulis. Sedang Pertanyaan Umumbiasanya menanyakan informasi mengenai identitas dari

koresponden. Lebih baik pertanyaan dimulai dari umum kekhusus.Contoh pertanyaan :Pertanyaan Khusus: Apakah saudara mengenal sistem Kanban?Pertanyaan Umum: Berapa umur anda?c. Pertanyaan Tentang Fakta v.s Pertanyaan Tentang OpiniPertanyaan tentang fakta yang menghendaki jawaban dari responden berupa fakta; sedang Pertanyaan tentang opinimenghendaki jawaban yang bersifat opini. Pada praktiknya dikarenakan responden mungkin mempunyai memoriyang tidak kuat ataupun dengan sadar yang bersangkutan ingin menciptakan kesan yang khusus; maka Pertanyaantentang fakta belum tentu sepenuhnya menghasilkan jawaban yang bersifat faktual.Demikian halnya dengan pertanyaan yang menanyakan opini belum tentu sepenuhnya menghasilkan jawaban yangmengekspresikan opini yang jujur. Hal ini terjadi karena responden mendistorsi opininya didasarkan pada adanya“tekanan sosial” untuk menyesuaikan diri dengan keinginan social dan lingkungannya.Contoh:Pertanyaan Tentang Fakta: Majalah apa yang anda sukai?Pertanyaan Tentang Opini: Mengapa saudara menyukai majalah Aneka?d. Pertanyaan dalam bentuk kalimat tanya v.s. Pertanyaan dalam bentuk kalimat pernyataanPertanyaan dalam bentuk kalimat tanya memberikan pertanyaan langsung kepada responden dimana jawaban yangdiperoleh dapat beraneka ragam; sedang pertanyaan dalam bentuk kalimat pernyataan menyediakan jawabanpersetujuannya.Contoh:Pertanyaan dalam bentuk kalimat tanya: Apakah saudara setuju dengan pemilihan rector secara langsung?Pertanyaan dalam bentuk kalimat pernyataan: Pemilihan rector secara langsung akan dilaksanakan.
1.skala liter
Banyak orang yang bingung jika menggunakan Skala Likert [baca biasa likert, walau ada
yang baca laikert–kata Wikipedia], dan bahkan salah larap. Skala Likert digunakan untuk
membuat angket, tapi kadang-kadang salah isi yang disasar untuk dihimpun dengan Skala
Likert tersebut. Likert itu nama orang, lengkapnya Rensis Likert, pendidik dan ahli psikologi
Amerika Serikat. Jadi, skala ini digagas oleh Rensis Likert, sehingga disebut Skala Likert.
Kalau begitu mari kita mulai dengan memperjelas apa dan untuk apa Skala Likert itu.
Pengertian dan Kegunaan Skala Likert
Skala itu sendiri salah satu artinya, sekedar memudahkan, adalah ukuran-ukuran berjenjang.
Skala penilaian, misalnya, merupakan skala untuk menilai sesuatu yang pilihannya
berjenjang, misalnya 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Skala Likert juga merupakan alat untuk
mengukur (mengumpulkan data dengan cara “mengukur-menimbang”) yang “itemnya”
(butir-butir pertanyaannya) berisikan (memuat) pilihan yang berjenjang.
Untuk apa sebenarnya Skala Likert itu? Skala Likert itu “aslinya” untuk
mengukur kesetujuan dan ketidaksetujuan seseorang terhadap sesuatu objek, yang
jenjangnya bisa tersusun atas:
sangat setuju
setuju

netral antara setuju dan tidak
kurang setuju
sama sekali tidak setuju.
Pernyataan yang diajukan mengenai objek penskalaan harus mengandung isi yang akan
“dinilai” responden, apakah setuju atau tidak setuju. Contoh di bawah ini pernyataannya
berbunyi “Doktrin Bush merupakan kebijakan luar negeri yang efektif.” Objek khasnya
adalah efektivitas (kefektivan) kebijakan. Responden diminta memilih satu dari lima pilihan
jawaban yang dituliskan dalam angka 1-5, masing-masing menunjukkan sangat tidak setuju
(1), tidak setuju (2), netral atau tidak berpendapat (3), setuju (4), sangat setuju (5).1. Skala LikertSkala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena pendidikan. Dalam skala Likert terdapat dua bentuk pernyataan yaitu pernyataan positif yang berfungsi untuk mengukur sikap positif, dan pernyataan negative yang berfungsi untuk mengukur sikap negative objek sikap.
Skor pernyataan positif dimulai dari 1 untuk sangat tidak setuju (STS), 2 untuk tidak setuju (TS), 3 untuk ragu-ragu (R), 4 untuk setuju (S), dan 5 untuk sangat setuju (SS). Skor pernyataan negative dimulai dari 1 untuk sangat setuju (SS), 2 untuk setuju (S), 3 untuk ragu-ragu (R), 4 untuk tidak setuju (TS), dan 5 untuk sangat tidak setuju (STS). Beberapa peneliti menghilangkan option “Ragu-ragu” dalam instrument penelitian untuk memudahkan peneliti melihat sikap siswa sesungguhnya sesuai angket yang responden isikan.
2. Skala GuttmanYaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban benar - salah, ya - tidak, pernah - tidak pernah, positif - negative, tinggi - rendah, baik - buruk, dan seterusnya. Pada skala Guttman, hanya ada dua interval, yaitu setuju dan tidak setuju. Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda maupun daftar checklist. Untuk jawaban positif seperti benar, ya, tinggi, baik, dan semacamnya diberi skor 1; sedangkan untuk jawaban negative seperti salah, tidak, rendah, buruk, dan semacamnya diberi skor 0.
3. Semantik Differensial
Skala diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda
maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat
positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negative terletak dibagian kiri
garis, atau sebaliknya.