Airway, Breathing dan Circulation (ABC)

60
Arif Wibawa R.

Transcript of Airway, Breathing dan Circulation (ABC)

Arif Wibawa R.

AIRWAY MANAGEMENT(PENGELOLAAN JALAN NAPAS)A

Tujuan : Membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara secara normal

Diagnosa : Cara melakukan diagnosa terhadap adanya gangguan jalan napas dapat diketahui dengan cara L (look), L (listen),dan F (feel) yang dilakukan dalam satu gerak.

L : melihat gerakan napas/pengembangan dada dan adanya retraksi iga

L : mendengar aliran udara pernapasan

F : merasakan adanya aliran udara pernapasan

In unconscious

victim, the muscles in

the tongue may

relax, causing the

tongue to block the

airway

Head tilt and chin

lift may open

airway

I. Tanpa alat :

1. Membuka jalan napas :

Dapat dilakukan dengan :

Head-tilt (dorong kepala ke belakang)

Chin-lift manuver (perasat angkat dagu)

Jaw-thrust manuver (perasat tolak rahang)

Tetapi pada pasien dengan dugaan cedera leher dan

kepala, hanya dilakukan jaw-thrust dengan hati-hati

dan mencegah gerakan leher.

Tindakan yang dilakukan :

2. Membersihkan jalan napas :

Sapuan jari (finger-sweep):

Dilakukan bila jalan napas tersumbat karena adanya

benda asing dalam rongga mulut belakang atau

hipofaring (gumpalan darah, muntahan, benda asing

lainnya) dan hembusan napas hilang.

Cara melakukannya:

• Miringkan kepala pasien (kecuali dugaan adanya

fraktur tulang leher), kemudian buka mulut

dengan jaw-thrust dan tekan dagu kebawah. Bila

otot lemas (“emaresi maneuver”).

• Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah)

yang bersih dan dibungkus dengan sarung

tangan/kassa untuk membersihkan/mengorek/

mengait semua benda asing dalam rongga mulut.

II. Dengan menggunakan alat :

Cara ini dilakukan bila pengelolaan tanpa alat tidakberhasil sempurna.

A. Pemasangan pipa (tube)

Dipasang jalan napas buatan (pipa orofaring, pipa

nasofaring).

Bila dengan pemasangan jalan napas tersebut

pernapasan belum juga baik, dilakukan pemasangan

pipa endotrakhea.

Pemasangan pipa endotrakhea akan menjamin jalan

napas tetap terbuka, menghindari aspirasi dan

memudahkan tindakan bantuan pernapasan.

Miller blade: End of blade should be under epiglottis

Mac blade: End of blade should be placed in front of epiglottis in valecula

ETT for Fastrach LMA

Pediatric uncuffed ETT

ETT for blind nasal

Standard ETT

Class I: Uvula/tonsillar pillars visible

Class II: Tip of uvula/pillars hidden by tongue

Class III: Only soft palate visible

Class IV: Only hard palate visible

Depressed mental status• Head trauma patients with GCS 8 or less is an indication for intubation

- Associated with increased intracranial pressure

- Associated with need for operative intervention

- Avoid hypoxemia and hypercarbia which can increase morbidity and

mortality

• Drug overdose patients may require 24 - 48 hours airway control.

Upper airway edema• Inhalation injuries

• Ludwig’s angina

• Epiglottitis

B. Pengisapan benda cair (suctioning)

Bila terdapat sumbatan jalan napas karena benda

cair, maka dilakukan pengisapan (suctioning).

Pengisapan dilakukan dengan menggunakan alat

bantu pengisap (pengisap manual

portabel, pengisap dengan sumber listrik)

Membersihkan benda asing padat dalam jalan

napas: Bila pasien tidak sadar dan terdapat

sumbatan benda padat di daerah hipofaring yang

tidak mungkin diambil dengan sapuan jari, maka

digunakan alat bantuan berupa:

- laringoskop

- alat pengisap (suction)

- alat penjepit (forceps)

3. Mengatasi sumbatan napas parsial :

Dapat digunakan teknik manual thrust :

Abdominal thrust

Chest thrust

Back blow

C. Mempertahankan agar jalan napas tetap terbuka:

Pipa orofaring digunakan untuk mempertahan kan

jalan napas dan menahan pangkal lidah agar tidak

jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan napas

terutama pada pasien-pasien tidak sadar.

D. Membuka jalan napas dengan krikotirotomi:

Dapat dilakukan 2 jenis krikotirotomi:

Krikotirotomi dengan jarum

Krikotirotomi dengan pembedahan (dengan pisau)

Bila pemasangan pipa endotrakhea tidak mungkin

dilakukan, maka dipilih tindakan krikotirotomi dengan

jarum. Untuk petugas medis yang terlatih dan trampil,

dapat dilakukan krikotirotomi dengan pisau

BREATHING MANAGEMENT(PENGELOLAAN FUNGSI PERNAPASAN)B

Tujuan : Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin kebutuhan adanya oksigen dan pengeluaran gas CO2

Diagnosa : Ditegakkan bila tidak didapatkan adanya tanda-tanda pernapasan pada pemeriksaan dengan metode LLF dan telah dilakukan pengelolaan pada jalan napas tetapi tetap tidak didapatkan adanya pernapasan.

I. Tanpa alat :

Memberikan pernapasan buatan dari mulut ke mulut atau dari

mulut ke hidung sebanyak 2 (dua) kali tiupan dan diselingi ekshalasi

II. Dengan alat :

Memberikan pernapasan buatan dengan alat “Ambu bag” (self

inflating bag). Pada alat tersebut dapat pula ditambahkan oksigen. Pernapasan buatan dapat pula diberikan dengan menggunakan ventilator mekanik.

Tindakan yang dilakukan :

Bantuan pernapasan dan terapi oksigen:

a. Menggunakan masker

b. Penggunaan pipa bersayap

c. Penggunaan balon otomatis dan katup searah

(the self inflating bag and valve device).

d. Penggunaan ventilator mekanik

Nasal Cannula• 4% increase in FiO2 for each 1 L of flow (e.g., 4 L flow = 37% or 6 L flow =

45%)

Face Tent• At most delivers 40% at 10-15 L flow

Ventimask• Small amount of rebreathing

• 8 L flow = 40%, 15 L flow = 60%

Nonrebreather mask• Attached reservoir bag allows 100% oxygen to enter mask with

inlet/outlet ports to allow exhalation to escape - does not guarantee

100% delivery.

Mask ventilation

crucial, especially in

patients who are difficult to

intubate

Sniffing position with tight

mask fit optimal

May require two hands

Mask ventilation

crucial, especially in

patients who are difficult to

intubate

Sniffing position with tight

mask fit optimal

May require two hands

DIRANCANG U/ MEMBANTU INSPIRASI DAN

EKSPIRASI PASIEN

BISA SECARA ELEKTRIK ATAU PNEUMATIK

PERKEMBANGAN MICROPROCESSOR AND

ELECTRONIC CONTROL MAKIN KOMPLEKS

HARGA RATA-RATA $ 30.000 – 40.000

SAAT INI TERSEDIA VENTILATOR KECIL DAN MURAH

UNTUK DIGUNAKAN DI RUMAH (HOME VENTILATOR)

INVASIF

CIRCULATION MANAGEMENT(PENGELOLAAN SIRKULASI)C

Tujuan : Mengembalikan fungsi sirkulasi darah

Diagnosa : denyut nadi karotis (-) (5 - 10 detik)

diagnosa syok :

- nadi radialis - lemah

- tidak teraba

- cepat

- pucat

- kulit dingin - basah

- capilary refill time > 2 detik

Macam-macam syok :

• Hipovolemik

• Kardiogenik

• Distributik

• Obstruktif

Klasifikasi syok Penem uan klin is Pengelo laan

Klas I : kehilangan

volum e darah <15%

Klas II : kehilangan

volum e darah 15-30%

Hanya takikardia

m inim al (<100x/m enit)

Takikard ia (100-120x/m t)

Takipneu (20-30x/m t)

Penurunan “pulse pressure”

Penurunan produksi urine

(20-30cc/jam )

Tidak perlu penggantian

volum e

Penggantian volum e

dengan cairan kristalo id

(3x keh ilangan)

Klas III : kehilangan

volum e darah 30-40%

Takikard ia (>120x/m t)

Takipneu (30-40x/m t)

(confused), penurunan

produksi urine (5-15cc/jam )

Penggantian volum e

dengan cairan kristalo id

dan darah

Klas IV : keh ilangan

volum e darah > 40%

Takikard ia (>140x/m t)

Takipneu (>35x/m t), pucat

dingin, perubahan m ental

(confused & letharg ic),

bila kehilangan volum e >50% ,

pasien tidak sadar, tekanan

sisto lik = diastolik , produksi

urine m inim al atau tidak keluar

Pengelolaan umum

1. Syok hipovolemik karena perdarahan

Prinsip: Penggantian volume yang hilang dan perbaikan oksigenasi jaringan

Klasifikasi Penem uan klin is Pengelo laan

Dehidrasi ringan :

Kehilangan cairan

tubuh sekitar 5%

Selaput lendir kering, nadi

norm al atau sedikit

m eningkat

Penggantian volum e

dengan cairan

krista lo id (NaC l 0,9%

atau RL)

Dehidrasi sedang :

Kehilangan cairan

tubuh sekitar 10%

Selaput lendir sangat kering

Status m ental tam pak lesu.

Nadi cepat.

Tekanan darah m ulai

m enurun.

O liguria .

idem

Dehidrasi berat :

Kehilangan cairan

tubuh >15%

Selaput lendir pecah-pecah.

Pasien m ungkin tidak sadar.

Tekanan darah turun.

Anuria.

idem

Syok hipovolemik karena dehidrasi (muntah, diare)

Sel-sel pada jaringan / organ memerlukan O2

yang kontinyu

O2 sampai ke sel / jaringan melalui sistimkardiovaskuler

Bila terhenti 3 menit akan menyebabkankerusakan sel yang permanen

Sistim Kardiovaskuler :

• Jantung: sebagai alat pompa

• Pembuluh darah: - kompartemen tempat darah mengalir

- merupakan sistim yang tertutup

• Darah: zat untuk pengangkutan oksigen dalam bentuk:-terlarut

- berikatan dengan Hb

Penyebab henti jantung - primer

- sekunder

Henti jantung primer:

- fibrilasi ventrikel & asistol o/k:

• Iskemik myokard

• Heart block

• Obat - obatan

• Electric shock

Penyebab henti jantung sekunder :

Rapid secondary cardiac arrest• Asphyxia ok : - airway obstruction

- apnea

• Kehilangan darah cepat

• Alveolar anoksia o/k : - edema paru akut

- menghirup gas yang tidak

mengandung oksigen

Slow secondary cardiac arrest• Severe hypoxemia o/k :

• Edema paru

• Konsolidasi paru shock lung

• Oligemic atau distributive shock

• Cardiogenic shock

• Acute brain insults (medullary failure & severe

intractable hypotension & apnea)

Identifikasi henti jantung :

gambaran klinis berupa :

gambaran henti sirkulasi a/l :

hilang kesadaran

apnea atau gasping

sianosis atau pucat

tidak ada pulse (karotis atau femoralis)

Bila pulse : - radialis teraba tek sistolik > 80 mmHg

- femoralis teraba tek sistolik > 70 mmHg

- karotis teraba tek sistolik > 60 mmHg

Dilatasi pupil terjadi 1 menit setelah henti sirkulasi

Perabaan art karotis pada anak-anak dapat menekan

airway laryngospasm

Tujuan external chest compression :

sistemik

untuk mengadakan sirkulasi

paru

“artificial circulation” dapat dihasilkan dengan teknik intermitten chest compression

(aliran darah yang lambat dapat diperbaiki dengan ratio kompresi & relaksasi 50 : 50)

Teknik external intermitten chest compression:

• Secara intermitten menekan sternum ke arah bawah

• Menekan jantung antara sternum dan tulang belakang

menimbulkan: “heart pump mechanism”

• Hal ini menimbulkan perubahan tekanan intratorakal

(chest pump mech):

Waktu toraks ditekan, terjadi oksigenisasi darah di paru - paru

dan pemompaan darah ke sirkulasi sistemik, tek intra torakal

tinggi mendorong darah keluar dari jantung,paru dan

pembuluh darah besar.

Waktu tek terhadap intra torakal dilepaskan

Jantung dan paru melebar

Darah masuk ke pemb darah intra torakal (thoracic diastole)

Trainning Section

Rescue &

Amblanc

e

Compression

• Heard is squeezed between

sternum & spine.

• intrathoracic pressure Increase to

force blood out of the heard .

Decompression

• Allow complete chest recoil

after each compression to

maximize the vacuum in the

thoracic cavity to force blood

flow back to the heard

Trainning Section

Rescue &

Amblanc

e

Trainning Section

Rescue &

Amblanc

e

How to perform

CPR?