Agorafobia Dengan Gangguan Panik

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fobia adalah suatu ketakutan irasional yang jelas, menetap dan berlebihan terhadap suatu objek spesifik, keadaan atau situasi. Berasal dari bahasa Yunani yaitu Fobos yang berarti ketakutan. Fobia merupakan suatu gangguan jiwa yang merupakan salah satu tipe dari gangguan ansietas dan dibedakan kedalam tiga jenis objek atau situasi ketakutan yaitu agoraphobia, fobia spesifik, dan fobia sosial. 3 Agorafobia adalah ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak serta adanya kesulitan untuk segera menyingkir ke tempat aman. Menurut DSM-IV- TR agorafobia berhubungan erat dengan gangguan panik, namun ICD I0 tidak mengaitkan gangguan panik dengan agorafobia dan kasus-kasus agorafobia didapati dengan atau tanpa serangan panik. 3 Agorafobia dapat timbul pada penderita yang tidak mengalami serangan panik akan tetapi sebagian besar penderita yang datang untuk pengobatan mempunyai riwayat serangan panik ataupun gangguan fobia sosial yang sangat berat yang menimbulkan simptom yang mirip dengan serangan panik. Penderita agorafobia pada umumnya menghindari tempat ramai karena takut terjadi serangan panik dan merasa malu jika ada orang yang melihat usahanya untuk melarikan diri dari situasi tersebut. Akibatnya, orang yang menderita agorafobia mengalami Agorafobia dengan Gangguan Panik 1

description

stase jiwa

Transcript of Agorafobia Dengan Gangguan Panik

Page 1: Agorafobia Dengan Gangguan Panik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fobia adalah suatu ketakutan irasional yang jelas, menetap dan berlebihan terhadap

suatu objek spesifik, keadaan atau situasi. Berasal dari bahasa Yunani yaitu Fobos yang

berarti ketakutan. Fobia merupakan suatu gangguan jiwa yang merupakan salah satu tipe

dari gangguan ansietas dan dibedakan kedalam tiga jenis objek atau situasi ketakutan yaitu

agoraphobia, fobia spesifik, dan fobia sosial.3

Agorafobia adalah ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak serta adanya

kesulitan untuk segera menyingkir ke tempat aman. Menurut DSM-IV- TR agorafobia

berhubungan erat dengan gangguan panik, namun ICD I0 tidak mengaitkan gangguan panik

dengan agorafobia dan kasus-kasus agorafobia didapati dengan atau tanpa serangan panik.3

Agorafobia dapat timbul pada penderita yang tidak mengalami serangan panik akan

tetapi sebagian besar penderita yang datang untuk pengobatan mempunyai riwayat serangan

panik ataupun gangguan fobia sosial yang sangat berat yang menimbulkan simptom yang

mirip dengan serangan panik. Penderita agorafobia pada umumnya menghindari tempat

ramai karena takut terjadi serangan panik dan merasa malu jika ada orang yang melihat

usahanya untuk melarikan diri dari situasi tersebut. Akibatnya, orang yang menderita

agorafobia mengalami masalah kehidupan  yang sangat berat karena tidak mampu pergi dari

rumah (tempat yang dirasanya aman) baik untuk bekerja, membeli kebutuhan hariannya

maupun untuk bersosialisasi.3,6

Agorafobia dengan Gangguan Panik 1

Page 2: Agorafobia Dengan Gangguan Panik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Agorafobia berasal dari kata Yunani. Agorafobia adalah rasa takut sendirian di tempat

umum (seperti supermarket), terutama tempat yang sulit untuk keluar dengan cepat saat

terjadi serangan panik.1,2

Agorafobia juga termasuk ketakutan jika berada jauh dari rumah, keluarga dan teman-

teman. Penderita takut berada pada situasi atau tempat yang menyebabkan sulit melarukan

diri atau tidak ada bantuan jika terjadi serangan panik.2

Agorafobia sering disertai gangguan panik. Gangguan panik ditandai dengan adanya

serangan panik yang tidak diduga dan spontan yang terdiri atas periode rasa takut intens

yang hati-hati dan bervariasi dari sejumlah serangan sepanjang hari sampai hanya sedikit

serangan selama satu tahun.1

2.2 Epidemiologi

Studi epidemiologis melaporkan angka prevalensi seumur hidup 1,5 – 5 % untuk

gangguan panik dan 3 – 5,6 % untuk serangan panik. Perempuan lebih mudah terkena dua

hingga tiga kali daripada laki-laki walaupun pengabaian diagnosis gangguan panik pada

laki-laki dapat berperan dalam distribusi yang tidak sebenarnya.1

Gangguan panik paling lazim timbul pada dewasa muda (usia rerata timbulnya

gangguan sekitar 25 tahun) tetapi gangguan panik dan agorafobia dapat timbul pada usia

berapapun. Gangguan panik dilaporkan terjadi pada anak dan remaja, serta diagnosis

gangguan ini mungkin kurang terdiagnosis pada kelompok usia tertentu.1

Prevalensi seumur hidup agorafobia dilaporkan berkisar anatara 0,6 – 6 %. Faktor utama

yang menyebabkan kisaran perkiraan yang luas ini adalah pengguanaan berbagai kriteria

diagnostik dan metode penilaian. Dibanyak kasus, awitan agorafobia mengikuti peristiwa

traumatik.1

Agorafobia dengan Gangguan Panik 2

Page 3: Agorafobia Dengan Gangguan Panik

2.3 Etiologi

a. Faktor Biologis

Gejala gangguan panik terkait dengan suatu kisaran abnormalitas biologis dalam

struktur dan fungsi otak. Sebagian besar penelitian dilakukan di area dengan penggunaan

stimulan biologis untuk mencetuskan serangan panik pada pasien dengan gangguan

panik.1

Sistem saraf otonom pada sejumlah pasien dengan gangguan panik dilaporkan

menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradaptasi lambat terhadap stimulus berulang,

dan berespons berlebihan terhadap stimulus sedang.1

b. Faktor Genetik

Walaupun studi yang terkontrol baik mengenai dasar genetik gangguan panik dan

agorafobia jumlahnya sedikit, data saat ini mendukung kesimpulan bahwa gangguan ini

memiliki komponen genetik yang khas. Di samping itu, sejumlah data menunjukkan

bahwa gangguan panik dengan agorafobia adalah bentuk parah gangguan panik sehingga

lebih mungkin diturunkan.1

Berbagai studi menemukan peningkatan risiko empat hingga delapan kali untuk

gangguan panik diantara kerabat derajat pertama pasien dengan gangguan panik

dibandingkan kerabat derajat pertama pasien psikiatri lain. Studi kembar yang telah

dilakukan hingga saat ini umumnya melaporkan bahwa kedua kembar monozigot lebih

mudah terkena bersamaan daripada kembar dizigot. Demikian juga riwayat keluarga

dengan gangguan panik dan agorafobia. Saat ini, tidak ada data yang menunjukkan

hubungan antara lokasi kromosom spesifik atau cara transmisi dan gangguan ini.1,2

c. Faktor Psikososial

Teori psikoanalitik dan perilaku kognitif telah dikembangkan untuk menerangkan

patogenesis gangguan panik dan agorafobia. Keberhasilan metode kognitif perilaku untuk

terapi gangguan ini dapat menambah kepercayaan pada teori perilaku kognitif. 1

a. Teori Perilaku Kognitif

Teori perilaku menyatakan bahwa ansietas adalah respons yang dipelajari baik

dari menirukan perilaku orangtua maupun melalui proses pembelajaran klasik. Di

dalam metode pembelajaran klasik pada gangguan panik dan agorafobia, stimulus

berbahaya (seperti serangan panik) yang timbul bersama stimulus netral (seperti naik

Agorafobia dengan Gangguan Panik 3

Page 4: Agorafobia Dengan Gangguan Panik

bus) dapat mengakibatkan penghindaran stimulus netral. Teoriperilaku lain

menyatakan hubungan antara sensasi gejala somatik ringan (seperti palpitasi) dan

timbulnya serangan panik. Walaupun teori perilaku kognitif dapat membantu

menerangkan timbulnya agorafobia atau peningkatan jumlah maupun keparahan

serangan panik, teori ini tidak menerangkan timbulnya serangan panik pertama yang

tidak dicetuskan dan tidak disangka yang dialami pasien.1

b. Teori Psikoanalitik

Teori psikoanalitik mengonseptualisasi serangan panik sebagai serangan yang

timbul dari pertahanan yang tidak berhasil terhadap impuls yang mencetuskan

ansietas. Hal yang sebelumnya merupakan sinyal ansietas ringan menjadi perasaan

antisipasi cemas yang berlebihan, lengkap dengan gejala somatik. Untuk menjelaskan

agorafobia, teori psikoanalitik menekankan hilangnya orangtua di masa kanak dan

riwayat ansietas perpisahan. Berada sendirian di tempat umum membangkitkan

kembali ansietas saat diabaikan di masa kanak.1

Mekanisme defens yang digunakan mencakup represi, displacement,

penghindaran, dan simbolisasi. Perpisahan traumatik padamasa kanak dapat

memengaruhi sistem saraf anak yang sedang berkembang sedemikian rupa sehingga

mereka menjadi rentan terhadap ansietas di masa dewasa. Mungkin terdapat

kerentanan predisposisi neurofisiologis yang dapat berinteraksi dengan jenis stresor

lingkungan tertentu untuk menghasilkan hasil akhir serangan panik.1

Banyak pasien menggambarkan serangan panik seperti timbul tiba-tiba, dengan

tidak adanya faktor psikologis yang terlibat, tetapi eksplorasi psikodinamik sering

menggunakan penginduksi psikologis serangan panik yang jelas. Walaupun serangan

panik secara neurofisiologis berhubungan dengan locus cerelus, awitan panik

umumnya terkait dengan faktor lingkungan atau psikologis. Pasien dengan gangguan

panik memiliki insiden yang lebih tinggi mengalami peristiwa hidup yang penuh

tekanan, khususnya kehilangan, dibandingkan subjek kontrol dibulan-bulan sebelum

awitan gangguan panik. Lebih jauh, pasien secara khas mengalami penderitaan lebih

hebat akan peristiwa hidup daripada subjek kontrol.1

Riset menunjukkan bahwa penyebab serangan panik cenderung melibatkan arti

peristiwa yang menimbulkan stres secara tidak disadari serta bahwa patogenesis

Agorafobia dengan Gangguan Panik 4

Page 5: Agorafobia Dengan Gangguan Panik

serangan panik dapat berkaitan dengan faktor neurofisiologis yang dicetuskan reaksi

psikologis. Klinis psikodinamik harus selalu melakukan penyelidikan menyeluruh

mengenai kemungkinan penginduksi setiap menilai pasien dengan gangguan panik.1

2.4 Tanda dan Gejala

Pasien dengan agorafobia menghindari situasi disaat sulit untuk mendapatkan bantuan.

Lebih suka ditemani kawan, atau anggota keluarga ditempat tertentu, seperti jalan yang

ramai, tempat yang padat, ruang tertutup (seperti terowongan, jembatan, lift), kendaraan

tertutup (seperti kereta bawah tanah, bus dan pesawat terbang). Mereka menghendaki

ditemani setiap kali harus keluar rumah. Perilaku tersebut sering menyebabkan konflik

perkawinan dan keliru didiagnosis sebagai masalah primer. Pada keadaan parah mereka

menolak meluar rumah dan mungkin ketakutan akan menjadi gila.3

Pasien sering menunjukkan riwayat kekanak-kanakan, yaitu malu-malu, rasa cemas bila

berpisah, takut sekolah dan riwayat keluarga seperti kecemasan, panik dan fobia.

Kebanyakan pasien akan menceritakan bahwa mereka seolah merasa bahwa suatu

kecemasan akan merundungi mereka pada situasi yang tampaknya mengancam, seperti

memikirkan akan pergi ke restoran atau tempat umum. Kemudian kecemasannya meningkat

menjadi serangan panik.4

2.5 Diagnosis

Diagnosis agorafobia berdasarkan gejala ansietas dan fobia yang tampak

jelas. Menurut Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III

(PPDGJ-III), diagnosis pasti agorafobia harus memenuhi semua kriteria dengan adanya

gejala ansietas yang terbatas pada kondisi spesifik yang harus dihindari oleh penderita.6

Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik untuk Agorafobia6

Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:

a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi

primer dari ansietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya

waham atau pikiran obsesif.

b. Ansietas yang timbul harus terbatas pada setidaknya dua dari situasi berikut: banyak

Agorafobia dengan Gangguan Panik 5

Page 6: Agorafobia Dengan Gangguan Panik

orang/keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah dan bepergian sendiri.

c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol.

Sedangkan menurut DSM-IV, agorafobia dapat digolongkan atas gangguan panik

dengan agorafobia dan agorafobia tanpa gangguan panik. Dengan kriteria diagnostik sebagai

berikut:

Tabel 2 Kriteria Diagnostik untuk Agorafobia tanpa Riwayat Gangguan Panik1

a. Adanya agorafobia berhubungan dengan rasa takut mengalami gejala mirip panik

(misalnya pusing atau diare).

b. Tidak pernah memenuhi kriteria untuk panik.

c. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang

disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

d. Jika di temukan suatu kondisi medis umum yang berhubungan, rasa takut yang dijelaskan

dalam kriteria a jelas melebihi dari apa yang biasanya berhubungan dengan kondisi.

Selain itu, DSM-IV juga menetapkan kriteria diagnostik untuk agorafobia, yaitu:

Tabel 3 Kriteria untuk Agorafobia1

Catatan: Agorafobia bukan merupakan gangguan yang dapt dituliskan. Tuliskan diagnosis

spesifik di mana agorafobia panik terjadi (misalnya gangguan panik dengan agorafobia atau

agorafobia tanpa riwayat gangguan panik).

a. Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dari mana kemungkinan sulit

meloloskan diri (atau merasa malu) atau di mana mungkin tidak terdapat pertolongan jika

mendapatkan serangan panik atau gejala mirip panik yang diharapkan atau disebabkan

oleh situasi. Rasa takut agorafobik biasanya mengenai kumpulan situasi karakteristik

seperti di luar rumah sendirian, berada di tempat ramai atau berdiri di sebuah barisan,

berada di atas jembatan, atau bepergian dengan bus, kreta atau mobil.

Catatan: Pertimbangkan diagnosis fobia spesifik jika penghindaran adalah terbatas pada satu

atau hanya beberapa situasi spesifik, atau fobia sosial jika penghindaran terbatas pada situasi

sosial.

Agorafobia dengan Gangguan Panik 6

Page 7: Agorafobia Dengan Gangguan Panik

b. Situasi dihindari (misalnya jarang bepergian) atau jika dilakukan dengan penderitaan

yang jelas atau dengan kecemasan akan mendapatkan serangan panik atau gejala mirip

panik, atau perlu didampingi teman.

c. Kecemasan atau penghindaran fobik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental

lain, seperti fobia sosial (misalnya penghindaran terbatas pada situasi sosial karena rasa

takut malu), gangguan obsesif kompulsif (misalnya menghindari kotoran pada seseorang

dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stres pasca traumatik (misalya

menghindari stimuli yang berhubungan dengan stresor yang berat), atau gangguan cemas

perpisahan (misalnya menghindari meninggalkan rumah atau sanak saudara).

2.6 Gambaran Klinis

Gambaran klinis biasanya meliputi klaustrofobia (takut berada dalam ruang tertutup),

juga berada di tempat ramai, jalan utama dan transportasi umum. Penderita dapat

menyalahgunakan alkohol atau obat-obatan untuk mengatasi fobia mereka. Penderita lain

menjadi depresi akibat pembatasan gaya hidup mereka, yang akhirnya akan semakin

mencetuskan agorafobianya.2

Serangan panik yang pertama sering benar-benar spontan, walaupun serangan panik

kadang-kadang mengikuti kegairahan, kerja fisik, aktivitas seksual, atau trauma emosi

sedang. DSM-IV-TR menekankan bahwa setidaknya serangan pertama harus tidak diduga

(tanpa syarat) untuk memenuhi kriteria diagnostik gangguan panik. Klinisi harus berupaya

mendapatkan setiap kebiasaan atau situasi yang biasanya mendahului serangan panik pasien.

Aktivitas tersebut dapat mencakup penggunaan kafein, alkohol, nikotin, atau zat lain, pola

tidur atau makan yang tidak biasa dan situasi lingkungan tertentu seperti pencahayaan yang

berlebihan di tempat kerja.1

Serangan sering dimulai dengan periode meningkatnya gejala dengan cepat selama 10

menit. Gejala mental utama adalah rasa takut yang ekstrim dan rasa kematian serta ajal yang

mengancam. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber rasa takutnya, mereka

menjadi bingung dan memiliki masalah konsentrasi. Tanda fisik sering mencakup takikardi,

palpitasi, dispnea dan berkeringat. Pasien sering mencoba pergi walau sedang dalam situasi

apapun untuk mencari pertolongan. Serangan biasanya bertahan 20-30 menit dan jarang

lebih dari 1 jam.1

Agorafobia dengan Gangguan Panik 7

Page 8: Agorafobia Dengan Gangguan Panik

2.7 Perjalanan Penyakit

Sebagian besar kasus agorafobia diperkirakan dicetuskan oleh gangguan

panik. Bila gangguan panik diobati, seringkali agorafobianya akan membaik.

Dengan terapi perilaku, penyembuhan cepat dari agorafobia dapat terjadi.

Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik sering menjadi kronis, adanya

gangguan depresi dan ketergantungan alkohol akan memperberat perjalanan

agorafobia.

2.8 Diagnosa Banding

Diagnosis banding untuk agorafobia tanpa suatu riwayat gangguan panik adalah semua

gangguan medis yang dapat menyebabkan kecemasan atau depresi. Diagnosis banding

psikiatrik adalah gangguan depresif berat, skizofrenia, gangguan kepribadian paranoid,

gangguan kepribadian menghindar, dimana pasien tidak ingin keluar rumah dan gangguan

kepribadian dependan karena pasien harus selalu ditemani keluar rumah.5

Perlu diingat bahwa sebagian penderita agorafobia hanya mengalami sedikit ansietas

karena mereka secara konsisten dapat menghindari objek atau situasi fobik. Adanya gejala

lain seperti depresi, depersonalisasi, obsesi, dan fobia sosial, tidak mengubah diagnosis

tersebut. Asalkan gejala ini tidak mendominasi gambaran klinisnya. Namun demikian, bila

mana pasien tersebut jelas sudah mengalami depresi pada saat fobik tersebut pertama kali

timbul, maka lebih tepat untuk mendiagnosis sebagai episode depresif; hal ini lebih lazim

terjadi pada kasus dengan onset lambat.6

2.9 Penatalaksanaan

Dengan terapi, sebagian besar pasien mengalami perbaikan dramatik pada ge j a l a

gangguan pan ik dan ago ra fob i a . Dua t e r ap i yang pa l i ng e f ek t i f ada l ah

f a rmako t e r ap i dan t e r ap i kogn i t i f –pe r i l aku . Te rap i ke lua rga dan

ke lompok  mungkin membantu pasien yang menderita dan keluarganya untuk

menyesuaikan dengan kenya t aan bahwa pa s i en mende r i t a gangguan dan

dengan ke su l i t an  psikososial yang telah dicetuskan oleh gangguan.5

Agorafobia dengan Gangguan Panik 8

Page 9: Agorafobia Dengan Gangguan Panik

a. Farmakoterapi

Tujuan dari farmakoterapi adalah untuk mengobati gangguan panik karenaagorafobia

pada umumnya disebabkan oleh gangguan panik. Diharapkan dengan perbaikan

gangguan panik maka agorafobia juga akan semakin membaik. Semuaobat golongan

Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI ) e f ek t i f un tuk  gangguan

panik. Paroksetin memiliki efek sedatif dan cenderung membuat pasientenang sehingga

menimbulkan kepatuhan yang lebih besar serta putus minum obatyang lebih sedikit. Jika

efek sedasi paroksetin tidak dapat ditoleransi, maka dapat diganti dengan fluoxetin.

Obat lain yang biasa digunakan adalah dari golongan Benzod i azep in ka r ena

memi l i k i aw i t an ke r j a un tuk pan ik yang pa l i ng cepa t , sering dalam

minggu pertama, dan dapat digunakan untuk periode waktu yang lama tanpa

timbul toleransi terhadap anti panik.5

b. Terapi Perilaku dan Kognitif

Terapi lain yang dilakukan selain farmakoterapi adalah terapi perilaku dan kognitif.

Fokus dari terapi kognitif adalah instruksi mengenai keyakinan salah  pasien

dan informasi mengenai serangan panik.5

A p l i k a s i R e l a k s a s i . T u j u a n a p l i k a s i r e l a k s a s i ( c o n t o h n y a

p e l a t i h a n r e l aksa s i He rbe r t Benson ) ada l ah member ikan pa s i en r a sa

kenda l i mengena i tingkat ansietas dan relaksasi.5

Terapi Keluarga. Keluarga pasien dengan gangguan panik dan agorafobia juga

mungkin telah dipengaruhi oleh gangguan anggota keluarga. Terapi keluargayang

ditujukan pada edukasi dan dukungan sering bermanfaat.5

Psikoterapi Berorientasi Tilikan. Psikoterapi berorientasi tilikan dapat

member i keun tungan d i da l am t e r ap i gangguan pan ik dan ago ra fob i a .

Te rap i   be r fokus memban tu pa s i en menge r t i an s i e t a s yang t i dak

d i s ada r i yang t e l ah dihipotesiskan, simbolisme situasi yang dihindari,

kebutuhan untuk menekan impuls, dan keuntungan sekunder gejala tersebut.

Suatu resolusi konflik pada masa bayi dini dan oedipus dihipotesiskan berhubungan

dengan resolusi stres saat ini.5

Psikoterapi Kombinasi dan Farmakoterapi. Bahkan ketika farmakoterapi

efektif menghilangkan gejala primer gangguan panik dan agorafobia, psikoterapi dapat

Agorafobia dengan Gangguan Panik 9

Page 10: Agorafobia Dengan Gangguan Panik

dibutuhkan untuk menterapi gejala sekunder. Intervensi

psikoterapeutik membantu pasien menghadapi rasa takut keluar rumah. Di samping itu,

beberapa pasien akan menolak obat karena mereka yakin bahwa obat akan

menstigmatisasi mereka sebagai orang sakit jiwa sehingga intervensi terapeutik

dibutuhkan untuk memban tu mereka menge r t i dan mengh i l angkan

r e s i s t ens i me reka t e rhadap farmakoterapi.5

2.10 Prognosis

Belum banyak diketahui tentang prognosis agorafobia, namun kecenderungannya

adalah menjadi kronis dan dapat terjadi kormobiditas dengan gangguan lain seperti depresi,

penyalahgunaan alcohol dan obat bila tidak mendapat terapi. Menurut National Institute of

Mental Health, 30% hingga 40% akan bebas dari gejala untuk waktu yang lama dan 50%

masih ada gejala ringan yang secara bermakna tidak mengganggu kehidupan sehari-hari.

Hanya 10% hingga 20% yang tidak membaik. Gangguan fobik mungkin disertai dengan

lebih banyak morbiditas dibandingkan yang diketahui sebelumnya. Tergantung pada

derajat mana perilaku fobik mengganggu kemammpuan seseorang untuk berfungsi, pasien

yang terkena mungkin memiliki ketergantungan finansial pada orang lain serta timbulnya

berbagai gangguan dalam kehidupan sosial, pekerjaan, dan akademik.3

Agorafobia dengan Gangguan Panik 10

Page 11: Agorafobia Dengan Gangguan Panik

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Agorafobia adalah ketakutan terhadap ruangan terbuka, orang banyak serta adanya

kesulitan untuk segera menyingkir ke tempat aman. Agorafobiadapat terjadi pada setiap

usia, dengan rata-rata usia 25 tahun. Etiologi agorafobia belum diketahui secara pasti tapi

patogenesis fobia berhubungan dengan faktor biologis, genetik, dan psikososial.Penegakan

diagnosa dapat menggunakan kriteria PPDGJ-III maupun DSM-IV-TR. Pasien agorafobia

secara kaku menghindari situasi dimana akan sulit untuk mendapatkan bantuan. Mereka

lebih suka disertai oleh seorang teman atau anggota keluarga ditempat-tempat tertentu

seperti jalanan yang sibuk, toko yang padat, ruangan yang tertutup (seperti terowongan,

jembatan, dan elevator), dan kendaraan tertutup (seperti kereta bawah tanah, bus, dan

pesawat udara).

Diagnosis banding untuk agorafobia tanpa suatu riwayat gangguan panik adalah semua

gangguan medis yang dapat menyebabkan kecemasan atau depresi. Diagnosis banding

psikiatrik adalah gangguan depresif berat, skizofrenia, gangguan kepribadian paranoid,

gangguan kepribadian menghindar, dimana pasien tidak ingin keluar rumah dan gangguan

kepribadian dependan karena pasien harus selalu ditemani keluar rumah. Terapi yang paling

baik bagi penderita agorafobia adalah mengobati gangguan paniknya dengan farmakoterapi

dengan SSRI, MAOI, dan benzodiazepine, serta terapi perilaku dan kognitif.

Agorafobia dengan Gangguan Panik 11

Page 12: Agorafobia Dengan Gangguan Panik

DAFTAR PUSTAKA

Elvira, Sylvia D and Hadisukanto, Gitayanti (2010). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, pp: 242-249.

Kaplan, Harold I and Sadock, Benjamin J (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta:

Widya Medika, pp: 106-109.

Puri, B.K, Laking, P.J, Treasaden, I.H (2011). Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta: EGC, pp:

202-207.

Sadock, Benjamin J and Sadock, Virginia A (2010). Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatrin

Klinis. Edisi 2. Jakarta: EGC, pp: 233-241.

http://www.scribd.com/doc/58300398/Agoraphobia

http://www.artikelkedokteran.com/756/agorafobia.html

Agorafobia dengan Gangguan Panik 12