AGEN PERUBAHAN DAN PERANNYA DALAM DIFUSI INOVASI

10
AGEN PERUBAHAN DAN PERANNYA DALAM DIFUSI INOVASI Menurut Everret Inovasi memiliki karakteristik yang menentukan dalam hubungannya dengan pengadopsian yaitu : keuntungan relative (relative advantage), Kecocokan (compatibility), kompleksitas (complexity), Keterujian ( trialability), dan teramati (observability). Dalam pembahasan kelompok 4 telah disinggung adanya sejumlah tingkatan adopter yang terdiri dari 5 tingkatan yaitu : Innovators (venturesome); Early adopters (respectable); Early majority (deliberate); Late majority (sceptical); Laggards (traditional). Yang ternyata adanya lima tingkatan itu sangat tergantung pada kekuatan dari saluran komunikasinya, yang mana hal ini merupakan salah satu faktor determinan dari empat elemen difusi, determinan tersebut adalah saluran komunikasi yang memiliki 3 komponen yaitu : Opinion leaders (yaitu orang yang sering berhubungan dengan adopter secara tidak informal dan mampu mempengaruhi tingkah laku orang lain); Change agents (yaitu yang secara positif mempengaruhi keputusan inovasi dengan melalui perantaraan media agen perubahan dan sistem sosial yang relevan); Change aides (yaitu orang yang melengkapi pekerjaan agen perubah dengan melakukan kontak lebih intensif pada penerima atau adopter walaupun orang tersebut memiliki kredibilitas Nama : Fikri Budiman NPM : 0914081230

Transcript of AGEN PERUBAHAN DAN PERANNYA DALAM DIFUSI INOVASI

Page 1: AGEN PERUBAHAN DAN PERANNYA DALAM DIFUSI INOVASI

AGEN PERUBAHAN DAN PERANNYA DALAM DIFUSI INOVASI

Menurut Everret Inovasi memiliki karakteristik yang menentukan dalam hubungannya

dengan pengadopsian yaitu : keuntungan relative (relative advantage), Kecocokan

(compatibility), kompleksitas (complexity), Keterujian ( trialability), dan teramati (observability).

Dalam pembahasan kelompok 4 telah disinggung adanya sejumlah tingkatan adopter yang

terdiri dari 5 tingkatan yaitu :

Innovators (venturesome);

Early adopters (respectable);

Early majority (deliberate);

Late majority (sceptical);

Laggards (traditional).

Yang ternyata adanya lima tingkatan itu sangat tergantung pada kekuatan dari saluran

komunikasinya, yang mana hal ini merupakan salah satu faktor determinan dari empat elemen

difusi, determinan tersebut adalah saluran komunikasi yang memiliki 3 komponen yaitu :

Opinion leaders (yaitu orang yang sering berhubungan dengan adopter secara tidak

informal dan mampu mempengaruhi tingkah laku orang lain);

Change agents (yaitu yang secara positif mempengaruhi keputusan inovasi dengan melalui

perantaraan media agen perubahan dan sistem sosial yang relevan);

Change aides (yaitu orang yang melengkapi pekerjaan agen perubah dengan melakukan

kontak lebih intensif pada penerima atau adopter walaupun orang tersebut memiliki

kredibilitas kompetensi yang kurang tetapi dapat dipercaya kejujuran dan keamanannya).

Fungsi dari Agen Perubah (The change agent functions) adalah:

Mengembangkan kebutuhan perubahan pada khalayak ;

Memunculkan informasi dan hubungannya dengan perubahan;

Mendiagnose kebutuhan khalayak;

Menciptakan keinginan perubahan pada khalayak;

Mewujudkan keinginan melalui tindakan;

Mengukuhkan adopsi dan menjaga pemutusan ; dan

Nama : Fikri BudimanNPM : 0914081230

Page 2: AGEN PERUBAHAN DAN PERANNYA DALAM DIFUSI INOVASI

Memindahkan kepercayaan khalayak dari ketergantungan pada agen perubahan menuju

pada kepercayaan diri sendiri

Selain dari adanya agen perubahan yang disebutkan di atas menurut Greg Orr (2003)

berpendapat kecepatan difusi inovasi akan sangat dipengaruhi dengan tingkat kecerdasan mass

media dalam keikutsertaan pengembangan sebuah inovasi. Pada bentuk budaya modern

dimana mass media mulai menjadi konsumsi harian bagi masyarakat maka opini masyarakat

akan dituntun dan diarahkan berdasarkan berita yang dilaunching oleh mass media.

Kekuatan dari agen perubahan juga akan dipengaruhi dengan sistem kepemimpinan

yang ada pada masyarakat, sistem kepemimpinan biasanya akan memberikan stressing kepada

agen perubah dengan memberikan target – target penyebaran yang telah ditetapkan, oleh

karena itu kreativitas dari adanya agen Perubahan.

Dalam penelitian yang dilakukan di Afrika tentang peranan agen perubahan pada

sejumlah program kesehatan oleh Bent Davies (2005) menunjukkan peranan dari agen

perubahan sangat dipengaruhi pula oleh adanya saluran komunikasi dan media serta tuntutan

pada agen perubahan oleh pimpinan. Hal ini juga dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan di

Vietnam oleh Von Rungen (2006) yang mengubah pola pembentukan ekonomi rakyat melalui

pendidikan vokasional sangat dipengaruhi saluran komunikasi dan mas media, yang mana

selama ini masyarakat sudah banyak terlanjur pada pola – pola sistem rezim Pol Pot yang

bersifat ekonomi kolektif.

Perubahan sosial, bukanlah suatu fenomena yang terjadi secara kebetulan, melainkan

sesuatu yang direncanakan atau diprakarsai oleh agen pembaharu. Agen pembaharu adalah

pekerja profesional yang berusaha mempengaruhi atau mengarahkan keputusan adopsi inovasi

selaras dengan yang diharapkan lembaga pembaharu (change agency) tempat dia bekerja atau

yang menjadi anak buahnya Rogers (1995). Siapapun yang menawarkan produk atau gagasan

baru ke sistem sosial adalah agen pembaru. Secara formal, agen pembaharu memiliki bentuk

kelembagaan yang beragam.

Agen pembaharu memegang posisi vital dalam saluran komunikasi difusi inovasi.

Rogers (1995) menyebutkan tujuh peran penting agen pembaharu. Pertama agen pembaharu

berperan membangkitkan kebutuhan untuk berubah pada diri klien. Agen pembaharu

Page 3: AGEN PERUBAHAN DAN PERANNYA DALAM DIFUSI INOVASI

menjalankan fungsi sebagai katalisator (pembuka kran) dan mempengaruhi klien tentang

pentingnya digunakannya inovasi menuju perubahan yang lebih baik.

Kedua, mengadakan hubungan (relationship) untuk perubahan. Setelah tumbuh

kesadaran untuk berubah, agen pembaharu harus dapat menjalin keakraban dengan klien.

Keakraban dapat diperkuat melalui penciptaan kesan yang dapat dipercaya, kejujuran, dan

empati terhadap masalah klien. Sebelum dapat diterima secara sosial oleh klien, agen

pembaharu harus dapat diterima secara fisik. Terbangunnya hubungan ini penting, karena

menjadi landasan dalam berinteraksi berikutnya.

Ketiga, mendiagnosis masalah, yaitu memahami problematik klien, mengapa cara yang

ada perlu dilakukan perubahan. Untuk dapat menyimpulkan, agen pembaharu dituntut terjun

langsung ke lapangan dan memahami perilaku klien sebelumnya dan perubahan yang

ditawarkan menurut pandangan klien sendiri, untuk selanjutnya dicari cara yang terbaik untuk

mengatasi. Hal ini hanya berhasil, jika agen pembaharu memiliki empati yang tinggi terhadap

klien.

Keempat, memotivasi klien untuk berubah. Agen pembaharu harus dapat memotivasi

klien untuk menerima atau setidak-tidaknya menaruh minat menggunakan inovasi. Namun,

dalam menjalankan peran ini, agen pembaharu harus tetap berorientasi kepada kebutuhan

klien. Ini merupakan tugas ambigo dan sering menimbulkan konflik peran, karena posisinya

sebagai jembatan dua sistem sosial yang sering memiliki kepentingan berbeda.

Kelima, merencanakan tindakan perubahan. Setelah timbul minat untuk mengadopsi,

agen pembaharu dituntut dapat mengarahkan perilaku klien untuk menjalankan

rekomendasinya sesuai dengan kebutuhan klien. Ini berarti klien diharapkan bukan hanya

sekedar menyetujui atau berminat terhadap inovasi, melainkan juga merencanakan program-

program untuk menggunakan inovasi.

Keenam, agen pembaharu dituntut memelihara program pembaharuan dan mencegah

kemungkinan berhenti. Peran ini dapat dilakukan secara efektif dengan menyampaikan pesan-

pesan yang menunjang, sehingga klien merasa aman dan terus berminat mengadopsi inovasi.

Tindakan ini penting terutama, ketika klien masih dalam tahap percobaan sampai konfirmasi,

sebelum klien memutuskan untuk menjadi pemakai tetap inovasi.

Page 4: AGEN PERUBAHAN DAN PERANNYA DALAM DIFUSI INOVASI

Peran terakhir adalah mencapai pemutusan hubungan (terminal relationship). Tujuan

akhir agen pembaharu adalah berkembangnya perilaku “memperbaharui diri sendiri” pada diri

klien (Rogers, 1995). Ini berarti, agen pembaharu dituntut dapat mengembangkan kliennya

sebagai agen pembaharu paling tidak bagi dirinya sendiri. Kondisi demikian terjadi, jika klien

mampu mengimplementasikan inovasi dan semakin percaya terhadap kemampuan diri sendiri.

Jika kondisi demikian tercapai, maka agen pembaharu untuk sementara waktu dapat

menghentikan hubungan, namun bukan berarti hubungan berhenti secara total, akan tetapi

agen pembaharu perlu memonitor penggunaan inovasi, setelah berjalan beberapa waktu.

Memperhatikan peran agen pembaharu dalam difusi inovasi, tampak jelas bahwa dia

dituntut dapat menjalin hubungan yang akrab dengan kliennya. Kemampuan menjalin hubungan

dengan klien ini menjadi prasyarat keberhasilan agen pembaharu, sebelum agen pembaharu

melakukan pemutusan hubungan. Beberapa faktor yang menunjang keberhasilan agen

pembaharu adalah:

1. Gencarnya promosi/komunikasi,

2. Lebih berorientasi pada klien,

3. Kompatibilitas program difusi dengan kebutuhan klien,

4. Empati,

5. Persamaan karakteristik sosial ekonomi dengan klien (homophily),

6. Kredibilitas di mata klien, dan

7. Kemampuan kerja sama dengan tokoh masyarakat (Rogers, 1995)

Promosi bentuk komunikasi yang dapat dilakukan melalui media massa (iklan) atau

kunjungan langsung. Gencarnya promosi agen pembaharu, diperlukan terutama pada tahap

awal pengenalan inovasi. Ini juga mengharuskan agen pembaharu untuk lebih banyak berada di

lapangan untuk bertemu langsung dengan klien dan tokoh masyarakat. Kualitas dan kuantitas

komunikasi agen pembaharu, akan mempercepat tersebarnya informasi inovasi ke sistem sosial.

Guru Sebagai Agen Perubahan

Dalam upaya mengimplementasikan paradigma pendidikan masa depan, peran guru

sebagai pilar utama peningkatan mutu pendidikan jelas tidak boleh dipandang sebelah mata.

Sudah saatnya guru diberi kebebasan dan keleluasaan untuk mengelola proses pembelajaran

Page 5: AGEN PERUBAHAN DAN PERANNYA DALAM DIFUSI INOVASI

secara kreatif, “liar”, dan mencerdaskan, sehingga pembelajaran berlangsung efektif, menarik,

dan menyenangkan.

Profesi guru bukan sembarangan, melainkan penting dan menentukan masa depan

bangsa. Dengan demikian guru harus menjadi orang yang memiliki jati diri kuat,

senantiasa menjadi tauladan dan merencanakan, melaksanakan pembelajaran dengan

serius sepenuh hati. Siswa juga harus memiliki cara pandang baru, yakni, sekolah bukan

merupakan keharusan melainkan kebutuhan; siswa bukan peserta pasif, melainkan

peserta aktif, siswa bukan tidak berdaya, melainkan memiliki kekuatan untuk merealisir

apa yang dinginkan. Dalam konteks demikian, guru harus benar-benar menjadi “agen

perubahan” dan menjadi sosok profesional yang senantiasa bersikap responsif dan kritis

terhadap berbagai perkembangan dan dinamika peradaban yang terus berlangsung di

sekitarnya.

Seiring dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru tidak

perlu lagi menjadi “pengkhutbah” yang terus berceramah dan menjejalkan bejibun teori kepada

siswa didik. Sudah bukan zamannya lagi anak diperlakukan bagai “keranjang sampah” yang

hanya sekadar menjadi penampung ilmu. Peserta didik perlu diperlakukan secara utuh dan

holistik sebagai manusia-manusia pembelajar yang akan menyerap pengalaman sebanyak-

banyaknya melalui proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Oleh karena itu,

kelas perlu didesain sebagai “masyarakat mini” yang mampu memberikan gambaran bagaimana

sang murid berinteraksi dengan sesamanya. Dengan kata lain, kelas harus mampu menjadi

“magnet” yang mampu menyedot minat dan perhatian siswa didik untuk terus belajar, bukan

seperti penjara yang mengkrangkeng kebebasan mereka untuk berpikir, berbicara, berpendapat,

mengambil inisiatif, atau berinteraksi.

Gurulah yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyusun rencana

pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengevaluasi, menganalisis hasil evaluasi,

dan melakukan tindak lanjut. Dalam konteks demikian, gurulah yang akan menjadi “aktor”

penentu keberhasilan siswa didik dalam mengadopsi dan menumbuhkembangkan nilai-nilai

kehidupan hakiki.

Ketika sang guru masuk kelas dan menutup pintu, di situlah sang guru akan menjadi

pusat perhatian berpasang-pasang mata siswa didiknya. Mulai model potongan rambut, busana

yang dikenakan, hingga sepatu yang dipakai akan ditelanjangi habis oleh murid-muridnya. Belum

lagi bagaimana gaya bicara sang guru, caranya berjalan, atau kedisiplinannya dalam mengajar. Di

Page 6: AGEN PERUBAHAN DAN PERANNYA DALAM DIFUSI INOVASI

mata sang murid, guru seolah-olah diposisikan sebagai pribadi perfect yang nihil cacat dan cela.

Itu juga makna yang tersirat dalam akronim “digugu dan ditiru” (dipercaya dan diteladani). Tidak

heran kalau banyak kalangan yang berpendapat bahwa maraknya tindakan premanisme,

korupsi, manipulasi, penyalahgunaan jabatan, pengingkaran makna sumpah pejabat, jual-beli

ijazah, dan semacamnya, gurulah yang pertama kali dituding sebagai pihak yang paling

bertanggung jawab terhadap maraknya berbagai ulah anomali sosial semacam itu.

Harus diakui tugas guru memang berat. Mereka tidak hanya dituntut untuk melakukan

aksi “lahiriah” dalam bentuk kegiatan mengajar, tetapi juga harus melakukan aksi “batiniah”,

yakni mendidik; mewariskan, mengabadikan, dan menyemaikan nilai-nilai luhur hakiki kepada

siswa didik. Ini jelas tugas dan amanat yang amat berat ketika nilai-nilai yang berkembang di

tengah-tengah kehidupan masyarakat sudah demikian jauh merasuk dalam dimensi peradaban

yang chaos dan kacau.

Kalau proses pembelajaran berlangsung monoton dan seadanya; guru cenderung

bergaya indoktrinatif dan dogmatis seperti orang berkhotbah, upaya penyemaian nilai-nilai

luhur hakiki saya kira akan sulit berlangsung dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Apalagi,

kalau anak-anak hanya diperlakukan sebagai objek yang pasif, tidak diajak untuk berdialog dan

berinteraksi. Maka, kegagalan penyemaian nilai-nilai luhur kepada siswa didik hanya tinggal

menunggu waktu. Dalam konteks demikian, guru perlu mengambil langkah dan inisiatif untuk

mendesain proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Guru

memiliki kebebasan untuk melakukannya di kelas. KTSP sangat leluasa memberikan kesempatan

kepada guru untuk menerapkan berbagai gaya dan kreativitasnya dalam kegiatan pembelajaran.

Melalui kegiatan pembelajaran yang inovatif, atmosfer kelas tidak terpasung dalam

suasana yang kaku dan monoton. Para siswa didik perlu lebih banyak diajak untuk berdiskusi,

berinteraksi, dan berdialog sehingga mereka mampu mengkonstruksi konsep dan kaidah-kaidah

keilmuan sendiri, bukan dengan cara dicekoki atau diceramahi. Para murid juga perlu dibiasakan

untuk berbeda pendapat sehingga mereka menjadi sosok yang cerdas dan kritis. Tentu saja,

secara demokratis, tanpa melupakan kaidah-kaidah keilmuan, sang guru perlu memberikan

penguatan-penguatan sehingga tidak terjadi salah konsep yang akan berbenturan dengan nilai-

nilai kebenaran itu sendiri.

Melalui suasana pembelajaran yang kondusif dengan memberikan kesempatan kepada

siswa didik untuk bebas berpendapat dan bercurah pikir, guru akan lebih mudah dalam

menyemaikan nilai-nilai luhur hakiki. Dengan cara demikian, peran guru sebagai agen perubahan

Page 7: AGEN PERUBAHAN DAN PERANNYA DALAM DIFUSI INOVASI

diharapkan bisa terimplementasikan dengan baik. Meskipun korupsi, manipulasi, dan berbagai

jenis “penyakit sosial” menyebar dan meruyak di tengah-tengah kehidupan masyarakat, melalui

proses rekonstruksi konsep yang dibangunnya, anak-anak bangsa negeri ini mudah-mudahan

memiliki benteng moral yang tangguh dalam gendang nuraninya sehingga pantang untuk

melakukan tindakan culas yang merugikan bangsa dan negara.

Guru diharapkan mampu memainkan peran membawa perubahan-perubahan positif

bagi anak didik dan sekolahnya. Peran itu setidaknya dijalankan dalam konteks kurikulum, di

mana guru menjalankan kurikulum dan mengevaluasi pelaksanaan kurikulum dalam interaksi

bersama anak didik di kelas. Lebih luas dari itu, seorang guru juga diteladani oleh anak didiknya

dalam kaitan dengan kebiasaan pribadi yang dilakukannya.

---------------oooOOOooo---------------