Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

29
AGAMA DAN PLURALISME DI INDONESIA

description

konflik

Transcript of Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

Page 1: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

AGAMA DAN PLURALISME DI INDONESIA

Page 2: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

KELOMPOK 3 PCL 09

• Bimasakti Wahyu Irianto 121610101074• Anggun Octaviearli P 121610101042• Alifah Nur Jannah 121610101046• Linda Surya S 1216101010101• Intan Rizka 121610101051• Retno Trisnowati 121610101023• Riyadi Agung L. 121910301091

Page 3: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

• Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan memupuk persaudaraan dan semangat kerjasama antar anggota masyarakat. Namun sisi yang lain, agama juga dapat sebagai pemicu konflik antar masyarakat beragama. Ini adalah sisi negatif dari agama dalam mempengaruhi masyarakat Dan hal ini telah terjadi di beberapa tempat di Indonesia.

Page 4: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

Pembagian Konflik Berdasarkan Agama

Menurut sosiolog agama Hendropuspito, konflikbernuansa agama di Indonesia dibagi dalamempat hal, yaitu:• Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental• Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama• Perbedaan Tingkat Kebudayaan• Masalah Mayoritas da Minoritas Golongan

Agama

Page 5: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

Pluralisme

Pengertian Pluralisme Menurut KBBI:• Kerangka dimana ada interaksi beberapa

kelompok kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi satu sama lain.

• Keadaan masyarakat yg majemuk bersangkutan dng sistem sosial dan politiknya.

Page 6: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

Faktor-faktor Kemajemukan

• Keadaan geografi Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari lima pulau besar dan lebih dari 13.000 pulau kecil sehingga hal tersebut menyebabkan penduduk yang menempati satu pulau atau sebagian dari satu pulau tumbuh menjadi kesatuan suku bangsa, dimana setiap suku bangsa memandang dirinya sebagai suku jenis tersendiri.

• Letak Indonesia diantara Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik serta diantara Benua Asia dan Australia, maka Indonesia berada di tengah-tengah lalu lintas perdagangan. Hal ini mempengaruhi terciptanya pluralitas/kemajemujkan agama.

• Iklim yang berbeda serta struktur tanah di berbagai daerah kepulauan Nusantara ini merupakan faktor yang menciptakan kemajemukan regional.

Page 7: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

Ciri Masyarakat Majemuk

Ciri-ciri masyarakat majemuk menurutVandenberg :• Segmentasi ke dalam kelompok-kelompok.• Kurang mengembangkan konsensus.• Sering mengalami konflik.• Integrasi sosial atas paksaan• Dominasi suatu kelompok atas kelompok lain

Page 8: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

Permasalahan

Jika dilihat Indonesia adalah negara yang mempunyaikeragaman dalam banyak hal, dari Suku, Bahasa, Budaya,dan tidak terlepas dengan agama. Bahkan agama yang diIndonesia yang diakui oleh negara ada 5 yaitu, Islam,Kristen, Hindu, Budha, dan Katoli, bahkan pda saatpemerintahan mantan presiden KH. Abdul RahmanWakhid, yang sering dipanggil dengan sebutan GusDur, beliaumengakui keberadaan aliran Konghucu di Indonesia, yang dulutidak diakui keberadaannya, maka dari itu semakin bertambahpula beragam agama di Indonesia. Tetapi yang sering terjadi diIndonesia adalah konflik antara umat agama Islam dan Kristen.

Page 9: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

Contoh Konflik Agama

• Amuk massa di Ketapang• Amuk Massa di Mataram Nusa Tenggara Barat• Penyerangan Jemaat Gereja HKBP Pondok

Indah oleh FPI • Peristiwa Monas 1 Juni 2008• Selebaran Undangan Aksi Akbar Penolakan

Pembangunan Gereja Oleh Fui• FPI Ancam Bakar Kantor Ahmadiyah

Page 10: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

FPI Ancam Bakar Kantor dan Masjid Ahmadiyah

Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha EsaDalam hal ini, FPI yang mengancam

membakar kantor dan masjid Ahmadiyah telah melanggar pancasila sila pertama. Hal tersebut karena sila pertama pancasila yaitu ketuhanan yang maha esa berati menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya.Tidak memaksa warga negara untuk beragama serta menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.

Page 11: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradabKasus ini juga dianggap melanggar sila

kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Seseorang atau sekelompok orang yang sanggup membakar tempat ibadah umat lain tidak bisa dianggap sebagai orang yang beradab . Sehingga kasus ini telah melanggar sila kedua.

Page 12: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

• Sila Ketiga: Persatuan IndonesiaKasus ini tentu saja melanggar sila ketiga

pancasila yaitu persatuan Indonesia karena kasus ini mencerminkan terjadinya perpecahan umat beragama. Apalagi dalam kasus ini kelompok yang terlibat adalah sesama umat Islam tetapi hanya karena sedikit perbedaan terjadi konflik dan akhirnya menimbulkan perpecahan

Page 13: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

• Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarahan/ perwakilan

Kemudian dalam kasus ini, terjadi kasus main hakim sendiri sehingga sangat bertentangan dengan sila keempat pancasila yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berarti demokrasi atau permusyawaratan yang mengusahakan keputusan bersama secara bulat dan tidak main hakim sendiri.

Page 14: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

• Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dalam kasus ini juga melanggar sila kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang artinya setiap orang berhak mendapat perlakuan yang sama atau kebebasan apalagi dalam hal beragama serta tidak terjadi diskriminasi.

Page 15: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

Amuk Massa di Mataram Nusa Tenggara Barat

• Pada tanggal 17 Januari 2000 dilaksanakan tablig Akbar untuk solidaritas kasus Ambon di Mataram, yang dikenal dengan Peristiwa Tabligh Akbar tersebut didukung oleh berbagai organisasi Islam, seperti Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI), Muhammadiyah, Nahdlatul Wathan, HMI, KAMMI, GP Anshor, Banser, Forum Komunikasi Pondok Pesantren NTB dan Pondok Pesantren Nurul Hikmat.

• Tabligh Akbar tersebut didahului dengan surat terbuka kepada umat Nasrani di NTB agar turut mengutuk serangan terhadap umat Islam di Ambon. Hal itu mendapatkan respon dari berbagai pihak, baik Departemen Agama maupun kepolisian setempat. Pemerintah menjamin bahwa umat Nasrani tidak perlu mengkhawatirkan keselamatan mereka. Berbagai persiapan pun dilakukan oleh aparat untuk menjaga Tabligh Akbar tersebut.

• Akan tetapi, selesai acara tersebut, secara tidak terduga terjadi pembakaran terhadap gereja-gereja dan sekolah Kristen. Kerusuhan terjadi selama tiga hari (sampai tanggal 19) dengan sasaran yang semakin beragam, yaitu rumah-rumah warga Nasrani dan pusat-pusat perdagangan.

Page 16: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

Konflik Mataram• Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama “ Ketuhanan yang Maha Esa” yakni bermakna bahwa bangsa Indonesia memiliki kepercayaan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tentunya kepercayaan dan ketaqwaan tersebut sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Tidak boleh terdapat unsur paksaan dalam beragama atau memilih kepercayaan. Dalam sila pertama, masyarakat tidak hanya sekedar memiliki kepercayaan namun juga perlu pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam bermasyarakat. Namun dalam kasus diatas “ Konfik Mataram” tidak tercerminkan sila pertama ini. Kedua pihak sama-sama memiliki agama masing-masing, dan seharusnya agama merekalah yang mampu mengatur prilaku serta cara berfikir bukan dijadikan suatu alasan untuk membuat perbedaan yang nyata antar agama yang berujung konflik. Agama yang memberikan bimbingan serta arahan kepada umatnya, dan seharusnya perbedaan beragama membuat setiap umatnya berlomba dalam meraih kebaikan, bukan dengan saling menghancurkan. Karena hal ini bukanlah tujuan utama adanya suatu agama.

Page 17: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

• Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradabSila kedua” Kemanusiaan yang adil dan beradab” yakni bermakna

bahwa setiap masyarakat memiliki hak dan kewajiban dalam berperilaku sesuai harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Setiap masyarakat memilliki derajat yang sama tanpa dibedakan atas dasar suku, keturunan, agama, dan keparcayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Sila kedua juga bermakna bahwa setiap manusia harus menjunjung tinggi kemanusiaan dan berperilaku kemanusiaan yang berpihak pada kebenaran dan keadilan. Namun dalam kasus diatas sila kedua Pancasila disalah artikan. Dalam memperjuangkan kemanusiaan untuk golongan beragamanya, masyarakat diatas tidak memperdulikan nilai kemanusiaan untuk golongan beragama lain. Pada sila kedua Pancasila, masyarakat diajarkan dalam berperilaku kemanusiaan yang adil, yakni tidak hanya berperilaku kemanusiaan untuk golongannya saja namun juga untuk semua golongan secara adil tanpa membedakan apapun.

Page 18: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

• Sila Ketiga: Persatuan IndonesiaSila ketiga “Persatuan Indonesia “ bermakna bahwa setiap masyarakat

menempatkan diri serta berperilaku sebagai kesatuan Indonesia, bukan sebagai golongan berbeda-beda. Menjadikan kesatuan, persatuan serta kepentingan dan keselamatan Bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Namun dalam kasus diatas sangat terlihat bahwa masyarakat Indonesia masih lebih mengutamakan kepentingan golongan, bukan kepentingan bersama sebagai kesatuan Indonesia. Masyarakat tersebut mudah diadu domba dengan adanya keseragaman dan perbedaan yang ada. Seperti masih terlihat adanya pandangan dan sikap yang sama dengan masa penjajahan dahulu yakni mudah diadu domba oleh Penjajah. Namun lebih parahnya untuk konflik saat ini bukanlah penjajah yang mengadu domakan, namun masyarakat Indonesia sendiri yang mengadu dombakan. Sudah selayaknya masyarakat Indonesia berfikir, berpandangan dan berperilaku sesuai Pancasila,sehingga konflik tidak dibalas dengan konflik kembali, namun dengan perenungan dan kesadaran sehingga masyarakat bisa hidup berdampingan dalam keanekaragaman dan perbedaan.

Page 19: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

• Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarahan/perwakilan

Sila keempat “ Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan” bermakna bahwa sebagai masyarakat Indonesia yang mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama dalam menggunakan hak-haknya maka perlu menyadari dan selalu mengutamakan kepentingan bersama. Hal inilah yang mendasari tidak diperbolehkan adanya suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain. Sebalum diambil keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan musyawarah. Musyarwarah untuk mencapai mufakat merupakan ciri khas Bangsa Indonesia. Namun dalam kasus diatas terdapat unsur pemaksaan dalam melakukan kepentingan masing-masing, yakni dengan membakar gereja, sekolahan dan sebagainya. Hal ini tidaklah mencerminkan sila manapun, karena dalam melakukan peringatan untuk solidaritas suatu peristiwa, justru mengesampingkan solidaritas dengan agama lain. Kegiatan solidaritas, namun berperilaku tidak solidaritas terhadap golongan lain menunjukkan masih sangat kurangnya pemahaman dan cara berfikir sesuai dengan sila keempat ini.

Page 20: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

• Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat IndonesiaSila kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” bermakna bahwa keadilan

tidak hanya untuk golongan tertentu saja, namun keadilan diperuntukkan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan apapun. Dalam sila ini masyarakat Indonesia harus menyadari hak dan kewajiban dari setiap manusia, sehingga bisa berperilaku adil terhadap seluruh rakyat. Yang harus memiliki sikap adil,tidak hanya para pemimpin atau penegak hukum, namun seluruh rakyat Indonesia harus paham dan mampu berperilaku seadil mungkin. Namun dalam kasus diatas demi mendapatkan keadilan untuk golonganya rela dan tega merenggut keadilan bagi golongan lain. Pembakaran gereja akan menghalangi hak umat Kristen dalam beribadah. Pembakaran sekolah Kristen juga akan menghalangi dan menggangu hak dan kewajiban anak untuk menempuh pendidikan. Begitu juga rumah yang dibakar akan menghilangkan hak keluarga dalam berlindung diri. Banyak hal yang terlupakan ketika kita hanya berfikiran dalam satu pandangan atau satu sisi saja, maka sebenar-benarnya pandangan hidup adalah didasarkan Pancasila,sehingga tidak akan ada hak dan kewajiban yang terganggu. Suatu konflik atau tragendi yang terjadi pada suatu golongan karena golongan lain tidak seharusnya dibalas dengan konflik juga, karena jika setiap orang atau golongan berfikiran demikian, maka tidak akan perna habisnya konfik yang dibuat untuk menggantikan kerugian yang terjadi. Jadi yang terbaik adalah mengembalikan setiap kejadian dan berpandangan atas dasar Pancasila

Page 21: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

Selebaran Undangan Aksi Akbar Penolakan Pembangunan Gereja Oleh FUI

• Dalam kasus ini, pada selebaran yang mencancam pilar-pilar Pancasila yang dibagikan pada masyarakat itu tersurat jelas kebencian terhadap umat Nasrani yang hendak mendirikan Gereja untuk beribadah di daerah tersebut.

Page 22: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

Hal ini sungguh ironis dan memalukan mengingat acara itu didukung pula oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai Ormas Pemuda Pancasila. (Yang tentu saja patut dipertanyakan kePancasilaannya karena telah mendukung hal tersebut). Dan yang tidak kalah pentingnya untuk dicermati, lagi-lagi FPI ikut terlibat dalam kasus ini seperti yang tertera dalam selebaran tersebut Dengan hal itu daftar hitam sikap dan perbuatan FPI yang makin hari makin jelas bahwa ideologi mereka tidak sejalan dengan Pancasila. Pantaskah orang yang mengaku sebagai Warga Negara Indonesia yang menjunjung nilai-nilai luhur Pancasila berbuat demikian? Jawabannya sudah jelas tidak pantas. Mereka menentang dengan berbagai dalih mulai dari ketidaksetujuan publik pada poin pertama yang bisa diragukan kebenarannya karena jika misalnya memang benar begitu maka bisa dicurigai akan adanya pihak provokator yang ingin mencapai tujuannya dengan mengandalkan khalayak ramai yang rata-rata kurang berwawasan luas akan pluralisme dan pancasila. Pada poin keempat mereka nampak sekali paranoid tentang pemurtadan massal yang akan terjadi beberapa dekade mendatang. Padahal jika dipikir dengan logika, konversi agama dan leap of faith tidaklah semudah itu. Pada kalimat terakhir mereka mencoba cara persuasive dengan membujuk masyarakat dengan kata-kata: Jika kalian menolong Agama Allah, Percayalah Allah akan menolong Kalian. Argumen yang akan susah ditolak oleh seorang theis karena sudah menyangkut tentang pertolongan Tuhan.

Page 23: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

• Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha EsaPelanggaran pada sila pertama sudah

jelas bahwa mereka bertingkah sangat intoleran terhadap agama tertentu dan tidak menghormati kemerdekaan orang lain untuk untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya dengan menciptakan suasana yang baik dan tanpa diskriminasi

Page 24: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

• Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradabPelanggaran kedua juga ikut ditabrak pada

kasus tersebut, status manusia yang dikaruniai martabat mulia dan hak-hak serta kewajiban kewajiban asasi pun runtuh, oleh karena hak kebebasan memeluk agama dan beribadah dihalang-halangi dan dibelenggu. Hal ini juga menunjukkan bahwa pelaku bukanlah individu yang beradab karena telah menyebarkan Hate Speech pada khalayak ramai dengan menggunakan selebaran.

Page 25: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

• Sila Ketiga: Persatuan IndonesiaSila ketigalah yang mengalami pelecehan paling

parah dalam hal ini, karena pelaku telah menyebarkan Hate Speech pada khalayak ramai dengan menggunakan selebaran yang akan berujung pada provokasi massal dan perpecahan antar umat beragama di daerah tersebut. Bagaimana kita bisa bersatu sebagai bangsa yang menghormati dan menghargai segala perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat jika masih ada provokator agama seperti ini?

Page 26: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

• Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarahan/perwakilan

Sila keempat sempat mengalami pelintiran pada hali ini, yaitu salah satu maknanya dalam mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat serta mengutamakan budaya bermusyawarah dalam mengambil keputusan bersama. Jadi meskipun mereka berdalih mengutamakan kepentingan masyarakat hal itu sebenarnya tidak dapat dijadikan alasan mereka untuk menolak pembangunan rumah ibadah tersebut karena mereka hanya bermusyawarah secara sepihak yang akan berujung pada usaha pencapaian suatu golongan dan penindasan golongan lain.

Page 27: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

• Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sila kelima ini jelas tidak diamalkan oleh mereka, karena umat Nasrani yang ingin membangun gereja sebagai tempat ibadah dirampas keadilan sosialnya oleh mereka (FUI Sudimara Pinang). Jadi sangatlah tidak adil jika mereka tidak boleh membangun rumah peribadatan di wilayahnya sementara warga sekitar dapat melaksanakan kegiatan agama dengan bebas tanpa sanksi sosial dan diskriminasi.

Page 28: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

Kesimpulan• Salah satu penyebab utama konflik agama yang terjadi di Indonesia

adalah plularisme yang tidak diikuti dan didasari dengan rasa toleransi dan konsep Bhinneka Tunggal Ika. Sehingga dari konflik-konflik tersebut terjadi pelanggaran terhadap semua sila-sila yang ada di Pancasila seperti pada beberapa kasus yangb disebabkan oleh FPI yang melanggar sila pertama hingga sila keempat yang menyerang kegiatan umat beragama lain dengan cara kekerasan yang tidak beradab dan juga tidak menunjukkan rasa persatuan karena hanya mementingkan kepentingan golongannya sendiri dan menyelesaikan masalah tanpa musyawarah untuk mencapai mufakat yang sesuai dengan ciri khas bangsa Indonesia. Hal ini juga berimbas pada pelanggaran sila kelima yang dikaitkan dengan kerugian yang ditanggung warga yang tidak terlibat konflik sehingga dirasa tidak adil jika yang tidak ikut melakukan tetapi justru ikut merugi akibat ulah pelaku konflik.

Page 29: Agama Dan Pluralisme Di Indonesia

Saran

Demi menjadikan Indonesia sebagai Negara yang plural dan harmonis, landasan untuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara mestinya harus berbasis pada konsep Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, sekali pun masyarakat Indonesia berada berbeda-beda dalam berbagai hal (suku, ras, agama, golongan) tetapi mereka tetap ada dalam satu kemajemukan sebagai warga Negara Indonesia.

Dengan adanya keanekaragaman yang memberi warna dalam kehidupan, maka warna-warna tersebut akan menjadi serasi, indah apabila ada kesadaran untuk senantiasa menciptakan dan menyukai keselarasan dalam hidup melalui persatuan yang indah melalui semboyan Bhineka Tunggal Ika. Sehingga pelanggaran terhadapnilai-nilai Pancasila dapat diminimalisir bahkan dihilangkan.