Pluralisme Agama Hindu dalam Menghadapi Dunia Global

13

Transcript of Pluralisme Agama Hindu dalam Menghadapi Dunia Global

Page 1: Pluralisme Agama Hindu dalam Menghadapi Dunia Global
Page 2: Pluralisme Agama Hindu dalam Menghadapi Dunia Global

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Konstruksi Pemikiran Global sebagai Habitus Bertindak secara Lokal dan Nasional pada Era

Post-Modern (Perspektif Pendidikan Agama Guna Mewujudkan Homo Pancasilais

I Nengah Bawa Atmaja……………………………………………………………………... 1

Pendidikan Asrama : Memungkinkan Siswa Bertindak Lokal Perennial

I Wayan Sukayasa………………………………………………………………………….. 10

Fenomenologi Pendidikan Pluralisme Berbasis Kearifan Lokal Hindu di Kota Mataram

(Pendekatan Sosiologi Agama)

I Wayan Wirata ……………………………………………………………………………. 20

Pendidikan Agama Hindu Berbasis Budaya di Tengah Perubahahan Jaman

I Ketut Tanu ……………………………………………………………………………….. 30

Kontak Sosial-Edukatif Sebagai Landasan Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal dalam

Menghadapi Pluralisme

Ni Nengah Selasih …………………………………………………………………………. 40

Glokalisasi Simbul-Simbul Ajaran Hindu Bali di Indonesia

I Made Dharmawan……………………………………………………………………….. 50

Pendidikan Karakter melalui Tari Tumbak Selem dan Tumbak Barak dalam Menjaga Pluralism

di Songan, Kintamani, Bangli

Gede Rai Parsua ………………………………………………………………………….. 60

Prinsip-Prinsip Multikulturalisme dalam Ajaran Agama Hindu

Ferdinandus Nanduq ……………………………………………………………………… 70

Memaknai Mahavakya sebagai Bentuk Universalitas Veda dalam Upaya Membangun Semangat

Kebhinekaan

I Made Arsa Wiguna……………………………………………………………………….. 80

Page 3: Pluralisme Agama Hindu dalam Menghadapi Dunia Global

Pluralisme Agama Hindu dalam Menghadapi Dunia Global

I Made Wirahadi Kusuma…………………………………………………………………. 90

Praktek Yoga Untuk Pembentukan Karakter dan Implementasi Pendidikan Multikultur di SDN 1

Karangasem

I Wayan Lali Yogantara ……………………………………………………………………. 100

Revitalisasi Model Pembelajaran Upanisad dalam Pendidikan Agama Hindu Masa Kini

I Made Sedana………………………………………………………………………………...110

Page 4: Pluralisme Agama Hindu dalam Menghadapi Dunia Global

51

KONTAK SOSIAL-EDUKATIF SEBAGAI LANDASANPEMBELAJARAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL

DALAM MENGHADAPI PLURALISME

OlehNi Nengah Selasih

Staf Pengajar PascasarjanaProgram Studi Magister Sastra Agama Konsentrasi Bahasa Bali

[email protected]

Abstrak

Sejarah perkembangan peradaban manusia mengalami suatu proses yang panjang, yaknimelalui belajar, pendidikan, dan pengalaman tersendiri sesuai dengan zamannya. Dalam memenuhikebutuhan hidup, menjalani kehidupan, manusia melakukan kontak sosial, karena manusia sebagaimakhluk sosial harus mampu bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan sosial. Salah satufaktor yang menyebabkan kesenjangan antara sekolah dan masyarakat adalah minimnya informasiyang bertalian dengan pendidikan di sekolah dan kurang kuatnya hubungan antara masyarakatdengan pemerintah. Meningkatkan mutu pendidikan, maka dari pihak sekolah dan guru sebagaitenaga profesional mampu menghubungkan antara sekolah dengan masyarakat dengan menerapkanpendekatan pembelajaran kontektual (CTL), yaitu dengan memasukan kearifan lokal dalampembelajaran. Pendidik sebagai komunikator harus mampu menyampaikan pesan kepadakomunikan (peserta didik), sehingga terjadi kontak sosial secara pedagogik-edukatif.

Kontak sosial bermanfaat dalam pembentukan pribadi atau karakter anak didik, antara lain,(1) memungkinkan terjadinya pendidikan, (2) merupakan sarana mawas diri, (3) menimbulkancita-cita, (4) memberikan pengaruh secara diam-diam. Bila pengawasan berlangsung denganbaik, akan terjadi pengaruh positif. Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yangmenghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah lakuorang lain; serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu. Karena itu, kearifan lokalmerupakan budaya masyarakat setempat yang dianggap mampu bertahan dalam menghadapiarus globalisasi, karena kearifan lokal mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai saranapembangunan karakter bangsa agar menjadi sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif.

I. PENDAHULUANSejarah perkembangan peradaban

manusia mengalami suatu proses yang panjang,yakni melalui belajar, pendidikan, danpengalaman tersendiri sesuai dengan zamannya.Mereka mungkin tidak sekolah secara formaldi sekolah, tetapi mereka belajar daripengalaman. Proses pembelajaran danpendidikan yang dialaminya pada zaman yangberbeda-beda menjadikan manusia mampu

memenuhi kebutuhan hidupnya, menjalanikehidupan hingga memasuki zaman peradabanseperti sekarang ini. Dalam memenuhikebutuhan hidup, menjalani kehidupannyamanusia melakukan kontak sosial, karenamanusia sebagai makhluk sosial harus mampubersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungansosial. Menurut Gunawan (2005:33) sosialisasimerupakan hubungan interaktif di manaseseorang dapat mempelajari kebutuhan sosial

Page 5: Pluralisme Agama Hindu dalam Menghadapi Dunia Global

52

dan kultural yang menjadikan sebagai anggotamasyarakat. Sosialisasi merupakan suatu prosesbelajar kepada seseorang agar dapatmengetahui segala sesuatu yang berhubungandengan masyarakat, agar nanti dapat hidup dimasyarakat dengan layak. Kontak sosial atauinteraksi sosial dapat terjadi di lingkungansekolah, masyarakat dan keluarga. Jika dilihatdari sisimaknanya, hubungan sekolah danmasyarakat memiliki pengertian yang sangatluas, sehingga masing-masing memiliki persepsiyang berbeda.

Menurut Mulyasa (2009:114) salah satufaktor yang menyebabkan kesenjangan antarasekolah dan masyarakat adalah minimnyainformasi yang bertalian dengan pendidikan disekolah dan kurang kuatnya hubungan antaramasyarakat dengan pemerintah. Dalam rangkamemperoleh dukungan yang lebih luas darimasyarakat perlu dilakukan upaya sosialisasiyang bertujuan memperkenalkan beragam haltentang implementasi kurikulum dan kondisiobjektifnya.

Berdasarkan fenomena tersebut untukmeningkatkan mutu pendidikan, maka daripihak sekolah dan guru sebagai tenagaprofesional mampu menghubungkan antarasekolah dengan masyarakat denganmenerapkan pendekatan pembelajarankontektual (CTL), yaitu dengan memasukankearifan lokal dalam pembelajaran. Karenasekolah sebagai sistem sosial yang elemen-elemennya saling keterkaitan dan fungsional.Perubahan yang dinamis dan drastismemerlukan adaptasi para pendidik denganbekal pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai yang akan dikomunikasikan kepadapeserta didik. Munculnya sebuah fenomenapara pendidik (guru) lulusan pendidikan secaramoral cenderung mengalami kemerosotan.Secara intelektual-akademik, tidak siapmemasuki dunia kerja, sehingga dipertanyakansejauhmana eksistensinya secara fungsional.Pendidik sebagai komunikator harus mampu

menyampaikan pesan kepada komunikan(peserta didik), sehingga terjadi kontak sosialsecara pedagogik-edukatif.

II. PEMBAHASAN

2.1 Memanfaatkan Kearifan Lokal dalamPembelajaranDisadari atau tidak, arah pendidikan

semakin mengalami alienasi, terasing dari akarbudayanya yang telah lama menghujam kedalam bumi pertiwi. Kini, akar itu mulai tercabutsecara perlahan namun pasti. Nilai-nilai lokalitasmulai terhempas dari dunia pendidikan. Parapeserta didik, bertambahnya hari bertambahupayanya untuk menjauhi kearifan lokal yangsudah semestinya menjadi warna dalam prosespendidikannya. Contoh, anak-anak dipedesaan gengsi menggunakan bahasa daerahdalam berkomunikasi. Anak-anak dengansendirinya gengsi jika diminta tolong pergi kesawah oleh orang tuanya, rasa jengah telahmenyelimuti dirinya.

Wahyudi (2012:121) menjelaskan bahwapendidikan berkearifan lokal merupakan modelpendidikan yang tidak begitu menjunjung tinggiformalitas. Pendidikan seperti itu tidakberwujud konsep-konsep melangit yang sulitterjangkau oleh anak didik, juga bukanmerupakan materi khusus yang diajarkankepada peserta didik, juga tidak harusdimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan.Pendidikan kearifan lokal adalah sebentuk aksiyang berpangkal dari penyadaran danmenguncup pada kesadaran. Penyadaran yangdimaksud adalah dengan mengajak anak didikterkait dengan realitas hidupnya.

Pendekatan kontektual (contextualteaching and learning/CTL) merupakankonsep belajar yang membantu guru mengaitkanantara materi yang diajarkan dengan situasi dunianyata siswa dan mendorong siswa membuathubungan antara pengetahuan dan keterampilanyang dimilikinya, juga penerapannya dalam

Page 6: Pluralisme Agama Hindu dalam Menghadapi Dunia Global

53

kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaranlebih bermakna. Menurut Wahyudi (2012:70)dalam kelas kontekstual, tugas guru adalahmembantu siswa mencapai tujuannya,maksudnya guru lebih banyak berurusandengan strategi dari pada informasinya. Tugasguru adalah mengelola kelas sebagai sebuah timyang bekerja sama untuk menemukan sesuatuyang baru bagi siswa. Sesuatu yang baru datangdari menemukan sendiri bukan dari apa kataguru. CTL hanyalah sebuah strategi atau metodepembelajaran agar pembelajaran berjalan lebihproduktif dan bermakna tanpa harus mengubahkurikulum yang ada. Dengan pendekatan CTL,minat dan prestasi siswadiharapkan tercapai danmeningkat. Proses pembelajaran langsungalamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerjadan mengalami, bukan transfer pengetahuan dariguru ke siswa. Dalam hal ini lebih mementingkanstrategi pembelajarannya dari pada hasil.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendekatanCTL digunakan oleh guru untuk membuatstrategi yang merupakan inovasi guru dalammelaksanakan pembelajaran, kreativitas guruserta kreativitas siswa dalam pembelajaran.Dengan pendekatan ini, guru dapatmengembangkan potensi peserta didik denganmemberikan tugas membuat karya tulis,makalah, belajar membuat quesioner, pencarianinformasi melalui internet, dan peserta didikditugaskan untuk mempresentasikan karya tulisyang dibuat. Dengan demikian, pembelajarantidak didominasi oleh guru, tetapi didominasioleh siswa melaui pembuatan tugas, danpresentasi karya tulisnya. Terjadi penggabunganbentuk CTL dan penilaian portofolio, sehinggadiharapkan kualitas pembelajaran semakinmenarik dan hasil tes tertulis (pengetahuan/kognitif) lebih memuaskan. Hasil belajar siswadapat berbentuk produk/hasil karya dalambentuk karya tulis. Artinya, peserta didik dapatmenunjukkan kemampuan dalam bidangketerampilan/psikomotoriknya.

Pendidikan merupakan suatu proses di

mana peserta didik akan memiliki pengetahuan(kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan(psikomotorik) guna bekal hidup layak ditengah-tengah masyarakat. Proses ini yangmencakup peningkatan intelektual, personal,dan kemampuan sosial yang diperlukan bagipeserta didik, sehingga tidak saja berguna bagidiri pribadi dan keluarga, juga keberadaannyaberguna/bermanfaat bagi masyarakat. Makadari itu, strategi yang dikembangkan dalamkurikulum pendidikan nasional selaluberdasarkan pada ketiga ranah tersebut, baikdalam proses pembelajaran maupunevaluasinya.

Pembelajaran yang dilaksanakan dalammencapai tujuan pendidikan nasional mengacupada rumusan UNESCO, bahwa tujuan belajaryang dilakukan oleh peserta didik harusdilandaskan pada empat pilar, yaitu learninghow to know, learning how to do, learninghow to be, dan learning how to live together.Dua landasan yang pertama mengandungmaksud bahwa proses belajar yang dilakukanpeserta didik mengacu pada kemampuanmengaktualkan dan mengorganisir segalapengetahuan dan keterampilan yang dimilikimasing-masing individu dalam menghadapisegala jenis pekerjaan berdasarkan basispendidikan yang dimilikinya (hard skill). Dengankata lain, peserta didik memiliki kompetensiyang memungkinkan dapat bersaing dalammemasuki dunia kerja. Sedangkan dua landasanterakhir, mengacu pada kemampuan untukmengaktualkan dan mengorganisir berbagaikemampuan yang ada pada masing-masingindividu dalam suatu keteraturan sistemikmenuju suatu tujuan bersama. Maksudnyabahwa untuk bisa menjadi seseorang yangdiinginkan dan bisa hidup berdampingan denganorang lain, baik di tempat kerja maupun dimasyarakat, maka harus mengembangkansikap toleran, simpati, empati, emosi, etika, danunsur psikomorik lainnya. Artinya, peserta didikdibekali dengan soft skill.

Page 7: Pluralisme Agama Hindu dalam Menghadapi Dunia Global

54

2.2. Kontak Sosial-Edukatif SebagaiLadang Terjadinya PendidikanAbdullah Idi (2010:85) dalam dunia

pendidikan/sekolah, kontak sosial merupakansalah satu sarana mencapai hasil pendidikanyang diharapkan. Kontak sosial disebut jugakomunikasi sosial atau pergaulan sosial antarapendidik dengan anak didik yangmemungkinkan timbulnya rasa senang dan cintaanak didik dari pendidik atau sebaliknya.Kontak sosial memungkinkan menimbulkanpengertian yang mendalam antara tugaspendidik, yang wajib mendidik anak didik, yangmeminta pertolongan atau pendidikan, sehinggamenimbulkan sikap wajar dan objektif padakeduanya. Kontak sosial atau pergaulandibedakan atas dua, yaitu pergaulan biasa danpergaulan pegagogis. Pergaulan biasa dapatberubah menjadi pergaulan pedagogis. Hanyasaja cara merubah pergaulan biasa menjadipergaulan edukatif-pedagogis harus perlahan-lahan, agar jangan memberikan kesan kepadaanak didik sebagai suatu perubahan yangsekaligus. Sebab, hal tersebut oleh anakdirasakan sebagai suatu paksaan terhadappribadinya.

Langeveld (dalam Abdullah, 2010:85)pergaulan atau kontak sosial merupakan ladangatau lapangan yang memungkinkan terjadinyapendidikan. Kontak sosial atau pergaulanmemegang peranan/manfaat penting dalampembentukan pribadi atau karakter anak didik,antara lain, (1) kontak sosial memungkinkanterjadinya pendidikan, (2) kontak sosialmerupakan sarana mawas diri, (3) kontak sosialmenimbulkan cita-cita, (4) kontak sosialmemberikan pengaruh secara diam-diam.Dalam hubungan kontak sosial yang salingpercaya mempercayai antara pendidik dengananak didik sangat penting. Bila pengawasanberlangsung dengan baik, pengaruh positif akandidapat dari kontak sosial/pergaulan, sepertibelajar menghargai pendapat orang lain, sopankepada guru, sopan kepada orang tua dan lain-lainnya.

Hendropuspito (1989:233) interaksi sosialmerupakan hubungan sosial dinamismenyangkut hubungan antara individu denganindividu, antara kelompok dengan kelompok.Interaksi sosial bersifat positif dapatmenciptakan terjadinya komunikasi dankerjasama yang pada akhirnya mempermudahterjadinya asimilasi (pembauran). Komunikasisosial pada hakikatnya adalah suatu prosessosial, yaitu sesuatu yang berlangsung atauberjalan antar manusia. Sebagai proses sosial,maka dalam komunikasi terjadi interaksiindividu dengan lingkungannya. Inilah yangakhirnya menyebabkan terjadinya prosesperubahan perilaku dari tidak tahu menjadi tahu,dari tidak paham menjadi paham, dan dari yangsebelumnya tidak mengacuhkan situasi masadepan menjadi ber antusias sekali akanharapan-harapan positif pada masa yang akandatang. Komunikasi adalah keterampilan yangsangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat dilihat komunikasi dapat terjadipada setiap gerak langkah manusia. Manusiaadalah makhluk sosial yang tergantung satusama lain dan mandiri serta saling terkait denganorang lain di lingkungannya. Satu-satunya alatuntuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya adalah komunikasi baik secaraverbal maupun non verbal (bahasa tubuh danisyarat yang banyak dimengerti oleh sukubangsa).

Muh Nurul Huda, (https://ml.scribd.com/doc/135265746) bahwa komunikasiberhubungan dengan perilaku manusia dankepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksidengan manusia-manusia lainnya. Setiap orangmembutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang lainnya dan kebutuhan ini terpenuhimelalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagaijembatan untuk mempersatukan manusia yangsatu dengan manusia lainnya, yang tanpaberkomunikasi akan terisolasi. Pesan-pesan inimengemukan lewat perilaku manusia. Ketikakita berbicara, kita sebenarnya sedangberperilaku. Begitu juga ketika kita sedang

Page 8: Pluralisme Agama Hindu dalam Menghadapi Dunia Global

55

melambaikan tangan, tersenyum, bermukamasam, menganggukkan kepala, atau memberikan suatu isyarat, kita sedang berperilaku.Sering perilaku–perilaku ini merupakan pesan-pesan, yang mana pesan-pesan itu digunakanuntuk mengkomunikasikan sesuatu kepadaorang lain. Komunikasi juga merupakan suatukeniscayaan. Hal ini dapat dicermati mulai dariaktivitas setelah bangun tidur sampai menjelangtidur kita pasti telah dan selalu melakukankomunikasi. Komunikasi antarpribadi sangatpenting bagi kebahagiaan hidup.

Menurur Muh Nurul Huda, (https://ml.scribd.com/doc/135265746) beberapaperanan yang disumbangkan oleh komunikasiantarpribadi dalam rangka menciptakankebahagiaan hidup manusia. Pertama, komu-nikasi antar pribadi membantu perkembanganintelektual dan sosial. Perkembangan kita sejakmasa bayi sampai masa dewasa mengikuti polasemakin meluasnya ketergantungan kita padaorang lain. Perkembangan intelektual dan sosial,sangat ditentukan oleh kualitas komunikasiyang dilakukan dengan orang lain. Kedua,identitas atau jati diri, terbentuk dalam dan lewatkomunikasi dengan orang lain. Selamaberkomunikasi dengan orang lain, secara sadarmaupun tidak sadar kita mengamati,memperhatikan dan mencatat dalam hati semuatanggapan yang diberikan oleh orang lainterhadap diri sendiri. Ketiga, dalam rangkamemahami realitas di sekeliling serta mengujikebenaran kesan-kesan dan pengertian yangdimiliki tentang dunia sekitar, perlumembandingkannya dengan kesan-kesan danpengertian orang lain tentang realitas yang sama.Tentu saja, pembandingan sosial (socialcomparison) semacam itu hanya dapatdilakukan lewat komunikasi dengan orang lain.Keempat, kesehatan mental sebagian besarjuga ditentukan oleh kualitas komunikasi atauhubungan dengan orang lain, lebih-lebih orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan(signifi cant fi gures) dalam kehidupan sehari-hari.

Apabila hubungan dengan orang lain diliputiberbagai masalah, maka tentu akan merasamenderita, merasa sedih, cemas, frustrasi. Bilakemudian, menarik diri dan menghindar dariorang lain, maka rasa sepi dan terasing yangmungkin dialami, tentu akan menimbulkanpenderitaan, bukan hanya penderitaanemosional atau batin, bahkan mungkin jugapenderitaan fisik. Agar merasa bahagia, makasetiap orang membutuhkan konfirmasi dariorang lain, yakni pengakuan berupa tanggapandari orang lain yang menunjukkan bahwa diriseseorang normal, sehat dan berharga. Lawandari konfirmasi adalah diskonfirmasi, yaknipenolakan dari orang lain berupa tanggapanyang menunjukkan bahwa diri kita abnormal,tidak sehat dan tidak berharga. Semuanya ituhanya diperoleh lewat komunikasi antarpribadiatau berkomunikasi dengan orang lain.

Cangara, 2008 (dalam Huda, (https://ml.scribd.com/doc/135265746) Komunikasiadalah suatu transaksi, proses simbolik yangmenghendaki orang-orang mengaturlingkungannya dengan (1) membangunhubungan antar sesama manusia; (2) melaluipertukaran informasi; (3) untuk menguatkansikap dan tingkah laku orang lain; serta (4)berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.Setiap orang yang hidup dalam masyarakat,sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secarakodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi.Terjadinya komunikasi adalah sebagaikonsekuensi kontak sosial atau hubungan sosial(social relations). Masyarakat paling sedikitterdiri dari dua orang yang saling berhubungansatu sama lain yang, karena berhubungan,menimbulkan interaksi sosial (socialinteraction). Terjadinya interaksi sosialdisebabkan interkomunikasi (intercommuni-cation).

Komunikasi berlangsung apabila antaraorang-orang yang terlibat terdapat kesamaanmakna mengenai suatu hal yangdikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorangmengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang

Page 9: Pluralisme Agama Hindu dalam Menghadapi Dunia Global

56

lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung.Dengan lain perkataan, hubungan antaramereka itu bersifat komunikatif. Sebaliknya jikaia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsungsecara komunikatif.

Makna hakiki komunikasi adalah prosespenyampaian suatu pesan oleh seseorangkepada orang lain untuk memberi tahu atauuntuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku,baik langsung secara lisan, maupun tak langsungmelalui media. Tujuan komunikasi, yaknimemberi tahu atau mengubah sikap (attitude),pendapat (opinion), atau perilaku (behavior).Jadi, ditinjau dari segi si penyampai pernyataan,komunikasi yang bertujuan bersifat informatifdan persuasif. Komunikasi persuasif(persuasive communication) lebih sulit daripada komunikasi informatif (informativecommunicattion), karena memang tidakmudah untuk mengubah sikap, pendapat, atauperilaku seseorang atau sejumlah orang.Komunikasi secara umum dan secaraparadigmatis penting untuk dipahami sebagailandasan bagi penguasaan teknikberkomunikasi. Komunikasi adalah prosespenyampaian pesan dari komunikator kepadakomunikan melalui media tertentu untukmenghasilkan efek/tujuan denganmengharapkan umpan balik (feedback).

2.3 Dampak Kontak Sosial-Edukatif BagiAnak DidikHendropuspeto (1989:233) bahwa

interaksi sosial merupakan hubungan sosialdinamis menyangkut hubungan antara individudengan individu, antara kelompok dengankelompok, dan antara individu dengankelompok. Kontak antarkelompok denganteratur melalui tahapan-tahapan hubunganmempunyai bentuk: kontak (contact),persaingan/ kompetisi (competition),akomodasi (accommodation), dan asimilasi(assimilation). Tahapan-tahapan hubungantersebut dinamakan interaksi sosial (socia;interaction). Interaksi sosial bersifat positif dapat

menciptakan terjadinya kerjasama yang padaakhirnya mempermudah terjadinya asimilasi(pembauran). Proses sosial adalah aspekdinamis dari kehidupan masyarakat, didalamnya terdapat suatu proses hubunganantara satu manusia dengan lainnya. Proseshubungan tersebut berupa interaksi sosial yangterjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terusmenerus, merupakan siklus perkembanganstruktur sosial yang menunjukkan bagaimanaprasangka dan diskriminasi dapat dieliminasiserta konflik nilai dapat menjaga batasan yangdapat dikerjakan pada suatu masyarakat.

Dalam dunia pendidikan/sekolah, kontaksosial merupakan satu sarana mencapai hasilpendidikan yang diharapkan disebut jugapergaulan sosial, antara pendidik dengan anakdidik yang memungkinkan timbulnya rasa senangdan cinta anak didik dari pendidik atausebaliknya. Menurut Langeveld (dalamAbdullah Idi, 2010:85) bahwa pergaulanmerupakan ladang atau lapangan yangmemungkinkan terjadinya pendidikan.Pendidikan hanya akan terjadi dalam pergaulanantara orang dewasa dengan yang belumdewasa. Akan tetapi, dalam pergaulan orangdewasa dengan orang dewasa yang lainnyadapat memungkinkan terjadinya pendidikan,karena hanya dalam pendidikan yang timbul diantara orang dewasa tersebut letaktanggungjawab, tidak terletak pada orang yangmemberi nasihatm larangan, atau saran, akantetapi tanggung jawab terletak pada orangdewasa yang menerima atau yang diberi.

Pergaulan mempunyai peranan pentingdalam pembentukan pribadi anak didik,sehingga memiliki manfaat, antara lain: 1)pergaulan memungkinkan terjadinyapendidikan, karena dengan pergaulan memberidasar pertama kepada anak didik, memberipengenalan yang pertama tentang caramenghadapi sesamanya; 2) pergaulanmerupakan sarana menambah wawasan diri,sehingga anak mendapatkan bermacan-macampengalaman dari lingkungannya; 3) pergaulan

Page 10: Pluralisme Agama Hindu dalam Menghadapi Dunia Global

57

menimbulkan cita-cita, karena setiap anakmemiliki yang disebut ego-ideal, yaitu adanyakeinginan untuk menjadi dokter, guru, polisi,presiden dan lain sebagainya yang didasariadanya kekaguman terhadap orang dewasayang ada disekitarnya yang dijumpainya dalampergaulan selanjutnya; 4) pergaulan memberipengaruh secara diam-diam, karena anakmempyanyai sikap suka dan gampang menirutentang apa yang dilihat, didengar, ditemukanmelalui pergaulannya entah itu baik atau buruk,seakan-akan secara spontan akan menirunya.Kemungkinan anak didik memperolehpengaruh dari pendidik atas pilihannya sendiri,tidak dengan paksaan. Oleh sebab itu,pergaulan anak harus secara terus menerusdikontrol untuk menjaga agar tidakmendapatkan pengaruh yang jelek daripergaulannya. Pengontrolan hendaknyadilakukan dengan bijaksana supaya tidakmendapatkan akibat sampingan yang kurangdiperhitungkan.

Hubungan saling percaya mempercayaiantara pendidik dengan anak didik sangatpenting, sebab pengawasan, pelatihan sertabimbingan yang dilakukan oleh pendidik denganbaik, maka pengaruh positif akan diperoleh daripergaulan, misalnya diajarkan untukbertanggung jawab, toleransi, menghargaisesama, saling membantu, saling mengormatisesama, dan dapat menempatkan diri sertamampu berperanserta dalam bekerja sama.Artinya, bahwa pergaulan dengan prosespendidikan terdapat pendidikan. Kata “proses”memberikan ilustrasi tetang hal-hal yangmenyangkut langkah, sistematika, urutan,jalannya suatu kegiatan. Pendidikan adalahusaha sadar orang dewasa dan disengaja sertabertanggung jawab untuk mendewasakan anakyang belum dewasa berlangsung secara terusmenerus. Berdasarkan definisi tersebut dapatdijelaskan bahwa 1) usaha sadar berarti terjadisituasi pendidikan dilaksanakan atas dasarkesadaran pendidik; 2) orang dewasa, berartipelaksanaan pendidikan haruslah orang yang

sudah dewasa; 3) disengaja, berarti bahwaproses pendidikan memang sengajadirencanakan secara sistematis dan matang; 4)bertanggung jawab, berarti semua tindakanyang dilakukan yang berkaitan denganpendidikan harus dipertanggungjawabkansecara moral berdasarkan kaidah-kaidah ataunorma-norma yang berlaku; 5) dewasa sebagaitujuan, berarti baik psikis maupun fisik yangdiwarnai oleh nilai-nilai bangsanya, untuk itu diIndonesia yang harus diwarnai Pancasila danUUD 1945; 6) terus menerus, berartipendidikan dilaksanakan secaraberkesinambungan dan tidak ada hentinya yangdikenal dengan pendidikan seumur hidup.

Menurut Tim Dosen UNS (1984:23)proses pendidikan ada unsur-unsur yang salingmempengaruhi, yaitu guru sebagai pendidik,murid, tujuan, metode, ikatan kegiatan danpenilaian yang diatur dengan baik agarperanannya berfungsi baik dan utuh. Dalampendidikan terjadi interaksi sosial yangkelihatannya sederhana itu sebenarnyamerupakan suatu proses yang cukup kompleks.

2.4 Pembelajaran Berbasis Kearifan LokalKartawinata, (2011)Pengungkapan

kearifan lokal tidak hanya menunjukkanketahanan dalam hal kebudayaan, tetapi jugakeberlanjutan kebudayaan, dalam arti jangansampai nilai-nilai budaya lokal tergerus oleh nilaibudaya asing. Karena nilai-nilai yangterkandung dalam kearifan lokal merupakankonsepsi eksplisit dan implisit yang khas milikseseorang, suatu kelompok atau masyarakat,yang mampu mempengaruhi pilihan yangtersedia dari bentuk-bentuk, cara-cara, dantujuan-tujuan tindakan secara berkelanjutan;mengikat setiap individu untuk melakukan suatutindakan tertentu; memberi arah dan intensitasemosional serta mengarahkan tingkah lakuindividu dalam situasi sehari-hari.

Kearifan lokal menurut pengertiankebahasaan, berarti kearifan setempat (localwisdom) yang dapat dipahami sebagai

Page 11: Pluralisme Agama Hindu dalam Menghadapi Dunia Global

58

gagasan-gagasan lokal yang bersifat bijaksana,penuh kearifan, bernilai yang tertanam dandiikuti oleh warga masyarakatnya. Dalamkonsep antropologi, kearifan lokal dikenal pulasebagai pengetahuan setempat (indigenous orlocal knowledge), atau kecerdasan setempat(local genius), yang menjadi dasar identitaskebudayaan (cultural identity).

Kearifan lokal atau “local genius” menurutWales (dalam Rosidi, 2011:29) yaitu“kemampuan kebudayaan setempat dalammenghadapi pengaruh kebudayaan asing padawaktu kedua kebudayaan itu berhubungan .Yunus, (2014:37) menjelaskan bahwa kearifanlokal merupakan budaya yang dimiliki olehmasyarakat tertentu dan di tempat-tempattertentu yang dianggap mampu bertahan dalammenghadapi arus globalisasi, karena kearifanlokal tersebut mengandung nilai-nilai yang dapatdijadikan sebagai sarana pembangunankarakter bangsa. Kearifan lokal secarasubstansial merupakan nilai-nilai yang berlakudalam masyarakat, baik secara eksplisitmaupun implisit diyakini kebenarannya menjadiacuan dalam bertingkah laku dalam kehidupansehari-hari di masyarakat. Kearifan lokalmemiliki nilai-nilai yang mampu mempengaruhipilihan yang tersedia dari bentuk-bentuk, cara-cara, dan tujuan-tujuan tindakan secaraberkelanjutan; mengikat setiap individu untukmelakukan suatu tindakan tertentu; memberiarah dan intensitas emosional sertamengarahkan tingkah laku individu dalam situasisehari-hari.

Menurut Tezzi, Marchettini, dan Rosini(dalam Nurma Ali Ridwan, 2007) bahwa akhirdari sedimentasi kearifan lokal ini akan mewujudmenjadi tradisi atau agama. Dalam masyarakatkita, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalamnyayian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan,dan kitab-kitab kuno yang melekat dalamperilaku sehari-hari. Kearifan lokal biasanyatercermin dalam kebiasaan-kebiasaan hidupmasyarakat yang telah berlangsung lama.Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermindalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompokmasyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadipegangan kelompok masyarakat tertentu yang

biasanya akan menjadi bagian hidup takterpisahkan yang dapat diamati melalui sikapdan perilaku mereka sehari-hari.

Suratno, (2010) menjelaskan bahwaproses sedimentasi ini membutuhkan waktuyang sangat panjang, dari satu generasi kegenerasi berikut. Kemunculan kearifan lokaldalam masyarakat merupakan hasil dari prosestrial and error dari berbagai macampengetahuan empiris maupun non-empiris atauyang estetik maupun intuitif. Oleh karena itu,kearifan lokal lebih menggambarkan satufenomena spesifik yang biasanya akan menjadiciri khas komunitas, suku ataupun masyarakatlokal. Dalam hal ini, kearifan lokal memiliki ciri;1) berdasarkan pengalaman; 2) teruji setelahdigunakan berabad-abad; 3) dapatdiadaptasikan dengan kultur kini; 4) padudengan praktik keseharian masyarakat danlembaga; 5) lazim dilakukan oleh individumaupun masyarakat; 6) bersifat dinamis; dan7) sangat terkait dengan sistem kepercayaan.

Menurut Linda Starr (2004:2) dari aspekmetodik, strategi dan manajemen pembelajaranmerupakan aspek penting dalam pendidikan.Manajemen pembelajaran sebagai “praktik danprosedur yang memungkinkan guru mengajardan siswa belajar.” Terkait dengan praktik danprosedur ini ada 3 (tiga) faktor dalammanajemen pembelajaran, yaitu:* Lingkungan fisik (physical environment),

untuk menciptakan lingkungan fisik yangaman dan nyaman, guru dapatmempertimbangkan aspek pencahayaan,warna, pengaturan meja dan kursi,tanaman, dan musik. Guru yang memilikipemahaman terhadap latar belakangbudaya siswanya, akan menciptakanlingkungan fisik yang kondusif untukbelajar.

* Lingkungan sosial (human environment),yang aman dan nyaman dapat diciptakanoleh guru melalui bahasa yang dipilih,hubungan simpatik antar siswa, danperlakuan adil terhadap siswa yangberagam budayanya (Linda Starr, 2004:4).

* Gaya pengajaran guru (teaching style),

Page 12: Pluralisme Agama Hindu dalam Menghadapi Dunia Global

59

selain lingkungan fisik dan sosial, siswa jugamemerlukan gaya pengajaran guru yangmenggembirakan.

Menurut Garcia (1982: 146), gayapengajaran guru merupakan gayakepemimpinan atau teknik pengawalan yangdigunakan guru dalam proses pembelajaran(the kind of leadership or governancetechniques a teacher uses). Dalam prosespembelajaran, gaya kepemimpinan guru sangatberpengaruh bagi ada-tidaknya peluang siswauntuk berbagi pendapat dan membuatkeputusan. Gaya kepemimpinan guru berkisarpada otoriter, demokratis, dan bebas (laizzesfaire). Gaya kepemimpinan otoriter tidakmemberikan peluang kepada siswa untuk salingberbagi pendapat. Apa yang diajarkan gurukepada siswa ditentukan sendiri oleh sang guru.Sebaliknya, gaya kepemimpinan guru yangdemokratis memberikan peluang kepada siswauntuk menentukan materi yang perlu dipelajarisiswa. Selanjutnya, guru yang menggunakangaya kepemimpinan bebas (laizzes faire)menyerahkan sepenuhnya kepada siswa untukmenentukan materi pembelajaran di kelas.Kelas yang beragam latar belakang budayasiswanya, agaknya, lebih cocok dengan gayakepemimpinan guru yang demokratis.

Melalui pendekatan demokratis ini, paraguru dapat menggunakan beragam strategipembelajaran, seperti dialog, simulasi, bermainperan, observasi, dan penanganan kasus.Melalui dialog para guru, misalnya,mendiskusikan sumbangan aneka budaya danorang dari suku lain dalam hidup bersamasebagai bangsa. Selain itu, melalui dialog paraguru juga dapat mendiskusikan bahwa semuaorang dari budaya apa pun ternyata jugamenggunakan hasil kerja orang lain dari budayalain. Sementara itu, melalui simulasi dan bermainperan, para siswa difasilitasi untuk memerankandiri sebagai orang-orang yang memiliki agama,budaya, dan etnik tertentu dalam pergaulansehari-hari. Dalam momen-momen tertentu,diadakan proyek dan kepanitiaan bersama,dengan melibatkan aneka macam siswa dariberbagai agama, etnik, budaya, dan bahasa

yang beragam. Sedangkan melalui observasidan penanganan kasus, siswa dan gurudifasilitasi untuk tinggal beberapa hari dimasyarakat multikultural. Mereka diminta untukmengamati proses sosial yang terjadi di antaraindividu dan kelompok yang ada, sekaligusuntuk melakukan mediasi bila ada konflik diantara mereka.

III. PENUTUPPeradaban manusia mengalami suatu

proses yang panjang, yakni melalui belajar,pendidikan, dan pengalaman tersendiri sesuaidengan zamannya dalam rangka memenuhikebutuhan hidup, menjalani kehidupannyamanusia melakukan kontak sosial, karenamanusia sebagai makhluk sosial harus mampubersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungansosial. Adanya kesenjangan adalah minimnyainformasi yang bertalian dengan pendidikan disekolah dan kurang kuatnya hubungan antaramasyarakat dengan pemerintah. Meningkatkanmutu pendidikan, maka dari pihak sekolah danguru sebagai tenaga profesional mampumenghubungkan antara sekolah denganmasyarakat dengan menerapkan pendekatanpembelajaran kontektual (CTL), yaitu denganmemasukkan kearifan lokal dalampembelajaran. Pendidik sebagai komunikatorharus mampu menyampaikan pesan kepadakomunikan (peserta didik), sehingga terjadikontak sosial secara pedagogik-edukatif.

Pendidikan berkearifan lokal merupakanmodel pendidikan yang tidak begitu menjunjungtinggi formalitas. Pendidikan kearifan lokaladalah sebentuk aksi yang berpangkal daripenyadaran dan menguncup pada kesadaran.Penyadaran yang dimaksud adalah denganmengajak anak didik terkait dengan realitashidupnya. Pendekatan kontektual (contextualteaching and learning/CTL) merupakankonsep belajar yang membantu guru mengaitkanantara materi yang diajarkan dengan situasi dunianyata siswa dan mendorong siswa membuathubungan antara pengetahuan dan keterampilanyang dimilikinya, juga penerapannya dalamkehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaranlebih bermakna.

Page 13: Pluralisme Agama Hindu dalam Menghadapi Dunia Global

60

Dalam dunia pendidikan/sekolah, kontaksosial merupakan salah satu sarana mencapaihasil pendidikan yang diharapkan, disebut jugakomunikasi sosial antara pendidik dengan anakdidik yang memungkinkan timbulnya rasa senangdan cinta anak didik dari pendidik atausebaliknya. Kontak sosial bermanfaat dalampembentukan pribadi atau karakter anak didik,antara lain, (1) memungkinkan terjadinyapendidikan, (2) merupakan sarana mawas diri,(3) menimbulkan cita-cita, (4) memberikanpengaruh secara diam-diam. Bila pengawasanberlangsung dengan baik, akan terjadi pengaruhpositif. Komunikasi adalah suatu transaksi,proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1)membangun hubungan antar sesama manusia;(2) melalui pertukaran informasi; (3) untukmenguatkan sikap dan tingkah laku orang lain;serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkahlaku itu.

Dengan menggunakan pendekatankontekstual dalam pembelajaran dapatmemasukkan kearifan lokal dikenal sebagaipengetahuan setempat (indigenous or localknowledge), atau kecerdasan setempat (localgenius), yang menjadi dasar identitaskebudayaan (cultural identity). Karena itudapat dikatakan bahwa kearifan lokalmerupakan budaya yang dimiliki olehmasyarakat tertentu dan di tempat-tempattertentu yang dianggap mampu bertahan dalammenghadapi arus globalisasi, karena kearifanlokal tersebut mengandung nilai-nilai yang dapatdijadikan sebagai sarana pembangunankarakter bangsa agar menjadi sumber dayamanusia yang unggul dan kompetitif.

IV. REFERENSI

D. Hendropuspeto, 1989. SosiologiSistematik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Abdullah Idi, 2010. Sosiologi Pendidikan.Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Alwasilah, Chaedar, Membangun KarakterBangsa. Artikel Pikiran Rakyat 05/01/2009

Gunawan, Ary. H. 2005. Sosiologi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta

http://anan-nur.blogspot.co.id/2010/08/membangun-pendidikan-indonesia-dengan.html

http://baliposcetak

http://mgmpipablitar.blogspot.com/2010/06/panduan-pendidikan-karakter.html

http://sarbainifkipunlam.blogspot.co.id/2016/02/pendidikan-berbasis-etnopedagogi-baiman.html

http://www.mindamas-journals.com/index.php/sosiohumanika/article/view/509

Muh Nurul Huda, (https://ml.scribd.com/doc/135265746)

Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional:Menciptakan Pembelajaran Kreatif danMenyenangkan. Bandung: RamajaRosdakarya

Ridwan, Nurma Ali.(2007). LandasanKeilmuan Kearifan Lokal. Jurnal StudiIslam dan Budaya. Vol.5 No.1. Jan-Jun2007. 27-38.

Rosidi, Ayip. 2011, Masa Depan Budayadaerah, Kasus Bahasa dan Sejarah Sunda,Jakarta : Pustaka Jaya.

Tim Dosen UNS, 1984. Materi KuliahSosiologi Pendidikan. Jakarta: PTRajagrafindo Persada

Yunus, Rasid. (2014). Nilai-Nilai KearifanLokal (Local Genius) Sebagai PenguatKarakter Bangsa: Studi Empiris tentangHuyula. Yogyakarta: Deepublish