Advokasi m.jays Dkk

18
ADVOKASI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata kuliah : Hukum Acara, Advokasi dan Mediasi Syari’ah Dosen Pembimbing : Dr. Hasbi Hasan, MA. Drs. Henry Iwansyah, MA. Oleh : 1. Adi Wijaya 2. Anjar Rohmi 3.Hendriyadi 4. Muhammad Jayus 5.Muslim 6. Rudi Santoso 7.Sumarni 8. Toha Maarif Prodi Ilmu Syari’ah 0

Transcript of Advokasi m.jays Dkk

Page 1: Advokasi m.jays Dkk

ADVOKASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata kuliah :

Hukum Acara, Advokasi dan Mediasi Syari’ah

Dosen Pembimbing : Dr. Hasbi Hasan, MA.

Drs. Henry Iwansyah, MA.

Oleh :

1. Adi Wijaya 2. Anjar Rohmi 3. Hendriyadi 4. Muhammad Jayus 5. Muslim 6. Rudi Santoso 7. Sumarni 8. Toha Maarif

Prodi Ilmu Syari’ah

PROGRAM PASCASARJANAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG2011

0

Page 2: Advokasi m.jays Dkk

ADVOKASI

A. Pendahuluan

Advokasi adalah strategi untuk mempengaruhi para pengambil keputusan

khususnya pada saat mereka menetapkan peraturan, mengatur sumber daya dan

mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut khalayak masyarakat.

Mengadvokasikan hak anak berarti menyuarakan kepedulian Anda untuk anak-

agar setiap anak dapat tumbuh sehat, aman dan memiliki kesempatan dan harapan

akan masa depan yang lebih baik. Sebagai advokator, Anda menjadi pencentus

perubahan tersebut.

Advokasi adalah alat yang ampuh. Di dalam negara demokratis seperti

Indonesia, masyarakat dan para wakilnya membutuhkan individu-individu yang

memiliki pengetahuan, komitmen dan kepedulian untuk mengangkat isu-isu yang

ada agar keputusan yang diambil tepat sasaran. Hanya dengan menyuarakan

kepedulian Anda, baik secara perorangan maupun secara kolektif, Anda dapat

mempengaruhi keputusan-keputusan yang menyangkut anak-anak di negeri ini.

Suara Anda dapat memperbaiki kehidupan keluarga dan masyarakat yang hidup di

bawah garis kemiskinan, menghilangkan diskriminasi dan mencegah kematian

dan kesengsaraan yang tidak seharusnya terjadi.

B. Pengertian Advokasi

Menurut  Dr Edi Suharto, Ph.D dalam buku Pekerjaan Sosial di Dunia

Industri, ”advocaat atau advocateur (dalam bahasa Belanda) berarti pengacara

atau pembela. Karenanya tidak heran jika advokasi sering diartikan sebagai

’sebagai pembelaan kasus atau berbicara di pengadilan.”

”Dalam  bahasa Inggris,” lanjut beliau, ”to advocate tidak hanya to

defend (membela), melainkan pula to promoteto create (menciptakan) dan to

change (melakukan perubahan) (Topatimasang, et.al., 2000: 7) (mengemukakan

atau memajukan)

Advokasi sosial  menurut Mickelson dalam Sheafor dan Horejsi, 2003;

dapat diartikan sebagai tindakan-tindakan yang secara langsung mewakili,

1

Page 3: Advokasi m.jays Dkk

mempertahankan, mencampuri, mendukung atau merekomendasikan tindakan

tertentu  untuk kepentingan suatu atau lebih individu, kelompok atau masyarakat

dengan tujuan untuk menjamin atau menopang keadilan sosial.

Sedangkan Schneider dan Lester, 2001; mengartikan sebagai perwakilan

eksklusif dan timbal balik untuk seseorang atau beberapa klien atau untuk

beberapa perkara dalam sebuah forum, berupaya secara sistematik untuk

mempengaruhi pengambilan keputusan dalam sistem yang tidak adil atau tidak

responsif.

Sedangkan dalam buku Analisis Kebijakan Publik advokasi diartikan

sebagai upaya untuk mengubah kebijakan publik melalui berbagai bentuk

komunikasi persuasif. Atau advokasi diartikan juga sebagai sebuah proses yang

melibatkan seperangkat tindakan politis yang dilakukan oleh warga negara yang

terorganisir untuk mentranspormasikan hubungan-hubungan kekuasaan.

Sejarahnya

“Judicial Review” atau hak uji materil merupakan kewenangan lembaga

peradilan untuk menguji kesahihan dan daya laku produk-produk hukum yang

dihasilkan oleh ekesekutif dan legislatif di hadapan konstitusi yang berlaku.

Hak uji materil pertama kali muncul dalam Konstitusi Republik Indonesia

Serikat (RIS) yang diundangkan pada tahun 1949, kemudian tahun 1970 diatur

melalui UU No. 14 Tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman, kemudian

melalui UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, namun semuanya ini

terbatas pada peraturan di bawah UU terhadap UU. Amandemen ketiga UUD

1945 memunculkan lembaga kehakiman baru yakni Mahkamah Konstitusi (MK)

yang memilki hak menguji (toetsingrecht) UU terhadap UUD 1945. Mahkamah

Konstitusi diatur dalam Pasal 24C(1) sampai dengan ayat (6) UUD 1945.

Pengaturan lebih lanjut mengenai Mahkamah Konstitusi diatur oleh UU No.

24/2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Adapun Dasar hukum dari Keberatan

Adminstratif adalah UU No. 22 Tahun 2003 tentang Pemerinthan Daerah yang

telah di rubah dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Kemudian secara teknis mekanisme pengawasan itu diatur dalam Peraturan

2

Page 4: Advokasi m.jays Dkk

Pemerintah No.79 tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, sedangkan dasar hukum gugatan Perdata

adalah Pasal 1365 KUH Perdata “Setiap orang yang melakukan perbuatan

melanggar hukum dan menimbulkan kerugian pada pihak lain wajib baginya

mengganti kerugian itu”. Tata cara mengajukan gugatan tuntutan atas ganti

kerugian bisa dilakukan dalam bentuk gugatan individual, gugatan perwakilan

kelompok (class action), gugatan organisasi (legal standing) maupun gugatan

warga negara (citizen law suit).

C. Tujuan Advokasi

Menurut Sheafor dan Horejsi tindakan advokasi bertujuan untuk

membantu klien untuk menegakan hak-hak mereka untuk menerima sumber-

sumber dan pelayanan-pelayanan atau untuk memberikan dukungan aktif terhadap

perubahan-perubahan kebijakan dan program-progran yang memiliki efek negatif

pada klien, baik secara individual maupun kelompok.

Selain yang disebutkan oleh Sheafor dan Horejsi adapun tujuan yang

lainnya lagi adalah sebagai berukut :

a. Meningkatkan partisifasi dalam proses penanganan

b. Menumbuhkan dan mengembalikan harkat dan martabat dalam kehidupan

masyarakat

c. Meningkatkan kepercayaan diri dan akses dalam proses pelayanan

d. Meningkatkan posisi tawar dalam proses meningkatkan hak dan

kewajiban1

Demikianlah beberapa tujuan dari advokasi disamping mungkin masih

banyak lagi tujuan yang lainnya dari para ahli mengenai advokasi.

D. Sasaran Advokasi

Adapun yang menjadi sasaran advokasi ialah orang-orang, individu,

kelompok, atau masyarakat yang menmbutuhkan bantuan berupa pertolongan atau

1 http://www.bantuanhukum.info/?page=detail&cat=B16&sub=B1602&prod=B160203&t=3&ty=2

3

Page 5: Advokasi m.jays Dkk

pelayanan sosial, karena selama ini mereka tidak mendapatkan pelyanan atau

terampas haknya. Seperti kesulitan mengakses informasi, tidak tahu sistem

sumber dan lain sebagainya.2

Selain itu, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa : Target advokasi

adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan untuk memenuhi tuntutan advokasi

anda, seperti mengubah atau mencabut kebijakan lama, mengalokasikan sumber

dana, dan sebagainya. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah para anggota

dewan legislatif, menteri-menteri kabinet, pimpinan eksekutif organisasi, dan

sebagainya. Mereka bisa dikategorikan sebagai target primer atau sekunder,

tergantung besar kecilnya kekuasaan yang mereka miliki. Target advokasi bisa

berasal dari level lokal, nasional, atau bahkan internasional, semuanya ter-gantung

pada isu advokasi yang dikemukakan.

Pekerja sosial memerlukan advokasi untuk membantu memberikan

pertolongan atau pelayanan kepada klien yang membutuhkan pertolongan, seperti

klien yang terampas haknya untuk menerima sesuatu yang semestinya mereka

terima. Misalnya tidak mendapatkan pelayanan dengan baik, di anak bawangkan

dan di tidak dianggap punya hak setara dengan yang lainnya (terampas haknya).

E. Jenis-Jenis Advokasi

Ada beberapa jenis pembedaan advokasi. Yaitu, :

1. Advokasi litigasi – non litigasi (pengadilan – diluar pengadilan)

2. Advokasi kasus – non kasus (Kebijakan)

3. Advokasi Pengorganisasian – Legislasi (Atas – bawah)

4. Advokasi pemenuhan hak asasi, politik – ekonomi, sosial, budaya

Menilik jenis-jenis tersebut, maka jelas bahwa advokasi bukan hanya pekerjaan

yang dilakukan oleh pengacara di dalam pengadilan, lebih dari itu, kegiatan

pembelaan (advokasi) pun bisa dilakukan oleh perseorangan/ kelompok dil uar

pengadilan.

Advokasi non Litigasi dalam pemecahan masalahnya dapat dilakukan berbagai

penyelesaian, antara lain ;

2 http://ichwanmuis.com/?p=1745

4

Page 6: Advokasi m.jays Dkk

a. Counter/Diseminasi Issue : Sebuah perlawanan yang dilakukan dengan cara

membalikan suatu pernyataan yang ada, karena pernyataan yang ada itu

dianggap tidak sesuai atau bahkan salah.

b. Kampanye, Press Release, Surat Pembaca : Merupakan salah satu bentuk

pembelaan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah pencitraan lawan

di mata publik dengan keadaan yang sebenarnya. Hal yang dapat dilakukan

dengan cara ini, antara lain ; konfrensi pers, press release, hak jawab, opini

dan tentunya menjalin kerjasama dengan media massa.

c. Pendampingan Jalanan, Aksi Masa : Dilakukan dengan cara mengkordinir

masa yang memiliki tujuan yang sama untuk melakukan  demonstrasi untuk

mengubah kebijakan yang dianggap “salah” lalu diharapkan diantara dari

masa yang terkumpul itu dapat berdialog dengan pemegang kekuasaan untuk

melakukan mediasi atau jalan tengah agar kebijakan itu disesuaikan agar dapat

menguntungkan kepentingan umum.

Dari beberapa cara atau langkah diatas, kita tetap harus melalui

pendekatan-pendekatan terhadap pemegang kekuasaan untuk dapat menyelesaikan

permasalahan-permasalahan yang ada. Dan adapun pendekatan-pendekatan yang

dapat dilakukan, antara lain ; Pendekatan Stuktural dan Pendekatan Kultural.

Pendekatan struktural adalah pendekatan yang dilakukan sesuai dengan tingkatan

birokrasi yang ada dilingkungan dimana ia berada yang bersifat horizontal

(keatas), misalkan ;

mahasiswa dengan dosen, dosen dengan dekan, dll . Sedangkan

pendekatan kultural adalah pendekatan yang dilakukan bersama dan tidak ada

tingkatan didalamnya karena pendekatan ini lebih bersifat vertikal (mendatar),

misalkan ; mahasiswa dengan mahasiswa, dosen dengan dosen, dll .

Solusi untuk advokasi hukum non litigasi :

a. Diskusi rutin dengan seluruh pihak terkait apabila terjadi sebuah masalah.

b. Menerbitkan buletin serta media pencerdasan lainnya.

c. Lakukan pendekatan stuktural dan kultural apabila terjadi sebuah masalah

d. Advokasi hukum yang berkelanjutan

5

Page 7: Advokasi m.jays Dkk

e. Aksi massa (People Power)

f. Bakti Sosial (Advokasi Sosial) atau peka terhadap setiap permasalahan

yang ada.3

F. Strategi advokasi

Strategi-strategi advokasi yang dapat dikembangkan adalah antara lain :

Tahap 1: Melakukan Penilaian pada lingkungan advokasi

Kampanye advokasi berbeda dari satu negara ke negara lain dikarenakan

lingkungan kebijakan masing-masing negara juga berbeda. Sebelum memilih

strategi advokasi yang cocok dengan konteks negara, maka organisasi yang

melakukan advoksi harus menilai semua aspek kekuatan, kelemahan, serta

peluang dan ancaman yang ada di dalam lingkungannya. Konteks politik dan

sosial ekonomi, terutama yang melatar belakangi ketiga pelaku negara, pelaku

pasar dan pelaku masyarakat sipil, sangat menentukan jenis strategi apa yang

cocok untuk digunakan. Perlu diingat: strategi yang paling efektif harus dapat

memanfatkan segala kekuatan organisasi, dan memanfatkan semua peluang yang

ada.

Tahap 2: Mengenali Para Pengemban kepentingan (stakeholder) dari Isu

Advokasi

Dalam mengembangkan strategi advokasi juga perlu mengetahui pihak-

pihak mana saja yang terkena dampak masalah yang dihadapi, dan siapa saja yang

memegang kekuasaan untuk mengatasi masalah itu. Tak kalah penting-nya, harus

mengetahui pihak-pihak yang memiliki sumber daya yang diperlukan, dengan

demikian anda menjadi tahu siapa yang harus dihubungi dan dimintai bantuan

atau dukungan.

Tahap 3: Memilih Strategi yang Tepat

Untuk dapat memilih sebuah strategi atau kombinasi beberapa strategi

harus memahami berbagai altenatif strategi yang dapat digunakan untuk

melancarkan advokasi: advokasi media, advokasi legislatif, advokasi melalui

3 http://daniramdhani2010.blogspot.com/2011/03/advokasi-hukum-non-litigasi.html

6

Page 8: Advokasi m.jays Dkk

lembaga eksekutif dan birokrasi, advokasi melalui pengadilan, dan membangun

koalisi. Pilihan strategi dapat didasarkan pada ketepatannya, efisiensinya, serta

keefektifannya.

Keberhasilan sebuah kampanye advokasi juga tergantung pada pengaturan

waktu dan kejelian pihak yang melakukan advokasi dalam menyesuaikan

advokasi dengan “momen” yang pas.* Yang dimaksud momen adalah peluang

politis yang kondusif bagi sebuah advokasi, misalnya: acara pemilihan umum,

peristiwa-peristiwa internasional dan rapat-rapat pengambilan keputusan, berbagai

tahap perumusan undang-undang atau peristiwa kriminal yang meninggalkan

tragedi luar biasa. Organisasi harus dapat mengambil kesempatan selagi peluang-

peluang seperti itu muncul.4

Mengidentifikasi Para Pengemban Kepentingan (stakeholder) Advokasi

Demi efektifnya advokasi, perlu mengetahui para pengemban kepentingan

(stakeholder) advokasi, yakni orang-orang atau kelompok-kelompok yang peduli,

atau mereka-mereka yang akan menikmati dampak dari perjuangan anda untuk

mengubah keadaan status quo. Pengetahuan ini sangat penting bukan hanya untuk

menggalang sekutu dan pendukung advokasi anda, namun juga untuk

memprediksikan reaksi atau serangan balik yang akan anda alami dalam

perjuangan mengubah keadaan itu. Kerangka kerja “pemetaan kekuatan” sangat

penting kedudukannya di sini untuk mengidentifikasi pelaku negara, pelaku pasar,

dan pelaku masyarakat sipil yang memiliki pengaruh, kekuasaan, dan

kepentingan, atau terkena dampak masalah yang anda perjuangkan.

Untuk mengidentifikasi pengemban kepentingan (stake holder) advokasi,

perlu mengevaluasi kebutuhan-kebutuhan, kelemahan dan kekuatan dari semua

lembaga yang terlibat dalam isu tersebut, serta berbagai ancaman dari luar. Proses

ini akan sangat mempermudah rencana advokasi anda, sebab sejak awal anda

sudah mengetahui bentuk-ben-tuk partisipasi dan peranan stakholder yang

diperlukan dalam mendukung upaya advoksi anda.

4 Lisa VeneKlasen, Lisa & Miller, Valerie. New Weave of Power, People & Politics: The Action Guide for Advocacy and Citizen Participation. Oklahoma: 2002

7

Page 9: Advokasi m.jays Dkk

Selain strategi di atas, juga terdapat upaya-upaya yang bisa ditempuh,

Gene Sharp (1973) mengidentifikasi sedikitnya 198 metode advokasi nonlitigasi,

yang terbagi dalam 3 kelompok besar, yaitu: 1) protes dan persuasi; 2)

nonkooperasi; dan 3) intervensi. Ataupun melalui Komunikasi Langsung dengan

Lembaga Eksekutif dan Legislatif dan aksi massa (Demonstrasi). Untuk metode

advokasi Unjuk rasa saat ini diatur dengan UU No. 9/1998 Tentang Kemerdekaan

Menyampaikan Pendapat di Muka Umum

Tahapan dan Tata Cara Melakukan Aksi Massa.Tahapan dan Tata Cara

Melakukan Aksi Massa.

Tahapan Menuju Aksi Massa ada tiga tahap, yaitu: I. Persiapan, persiapan

aksi massa berjalan dalam lingkaran-lingkaran diskusi yang harus diorientasikan

untuk melahirkan:

1) Isu/tuntutan;

2) Pra kondisi aksi, yaitu kegiatan yang dilakukan sebelum aksi utama);

3) Perangkat Aksi massa, yaitu pembagian kerja para partisipan aksi massa

sesuai dengan kebutuhan (misal:Korlap, Wakorlap, Dinamisator dll);

4) Kelengkapan material aksi massa, seperti baliho, poster, spanduk, selebaran,

pengeras suara, statement;

5) Masa persiapan Aksi;

6) Target Aksi;

7) Sasaran dan Waktu;

8) Konferensi Pers. II. Pelaksanaan Aksi massa/demonstrasi. Pada saat aksi

dilaksanakan, semua perangkat dan alur aksi dilaksanakan sesuai dengan

kesepakatan rapat persiapan. III. Evaluasi, adalah ruang koreksi dari

pelaksanaan aksi yang telah dilakukan.

G. Prinsip-Prinsip Advokasi

PRINSIP-PRINSIP ADVOKASI

8

Page 10: Advokasi m.jays Dkk

Sejak tujuan advokasi adalah melakukan perubahan, maka akan

selalu ada resistansi, oposisi dan konflik. Tidak ada faktor tunggal yang

menjamin keberhasilan advokasi. Beberapa prinsip di bawah ini bisa

dijadikan pedoman dalam merancang advokasi yang sukses.

1. Realistis. Advokasi yang berhasil bersandar pada isu dan agenda

yang spesifik, jelas dan terukur (measurable). Karena kita tidak

mungkin melakukan segala hal, kita harus menyeleksi pilihan-pilihan

dan membuat keputusan prioritas. Pilihlah isu dan agenda yang realistis

dan karenanya dapat dicapai (achievable) dalam kurun waktu tertentu

(time-bound). Jangan buang enerji dan waktu kita dengan pilihan

yang tidak mungkin dicapai. Gagas kemenangan-kemanangan kec il

namun konsisten. Sekecil apapun, keberhasilan senantiasa memberi

motivasi. Kegagalan biasanya ditemani frustrasi.

2. Sistematis. Advokasi adalah seni, tetapi bukan lukisan abstrak.

Advokasi memerlukan perencanaan yang akurat. “If we fail to plan,

we plan to fail,” artinya jika kita gagal merencanakan, maka itu

berarti kita sedang merencanakan kegagalan. Kemas informasi

semenarik mungkin. Libatkan media secara efek tif. Proses advokasi

dapat dimulai dengan memilih dan mendefinisikan isu strategis,

membangun opini dan mendukungnya dengan fakta, memahami sistem

kebijakan publik, membangun koalisi, merancang sasaran dan taktik,

mempengaruhi pembuat kebijakan, dan memantau serta menilai

gerakan atau program yang dilakukan.

3. Taktis. Ingat, kita tidak mungkin melakukan advokasi sendirian.

Pekerja sosial harus membangun koalisi atau aliansi atau sek utu

dengan pihak lain. Sekutu dibangun berdasarkan kesamaan

kepentingan dan saling percaya (trust). Sekutu terdiri dari sek utu

dekat dan sekutu jauh. Sekutu dekat biasanya dinamakan lingkar

9

Page 11: Advokasi m.jays Dkk

inti, yakni kumpulan orang atau organisasi ‘yang menjadi

penggagas.

H. Bahan Bacaan

Suharto, Edi. Dr. Ph.D. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri. Bandung. Refika ADITAMA.

Suharto, Edi Dr. Ph.D. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Bandung. ALFABETA.

Hand Out Mata Kuliah Teori Pascasarjana Spesialis-1 Pekerjaan Soaial Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung

http://ichwanmuis.com/?p=1745

http://www.bantuanhukum.info/?page=detail&cat=B16&sub=B1602&prod=B160203&t=3&ty=2

http://daniramdhani2010.blogspot.com/2011/03/advokasi-hukum-non-litigasi.html

Lisa VeneKlasen, Lisa & Miller, Valerie. New Weave of Power, People & Politics: The Action Guide for Advocacy and Citizen Participation. Oklahoma: 2002

10