Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

28
ADAPTASI NORMAL FISIK DAN PSIKOLOGIS PADA IBU POSTPARTUM 1. Definisi Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup di dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Beberapa kasus seperti plasenta previa, preeklamsia, gawat janin, kelainan letak janin dan besar, persalinan melalui vagina dapat meningkatkan resiko kematian pada ibu dan bayi sehingga diperlukan satu cara alternatif lain dengan mengeluarkan hasil konsepsi melalui pembuatan sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut yang disebut seksio sesarea (Mochtar, 1998). Periode postpartum, masa nifas atau puerperium adalah masa setelah kelahiran sampai uterus dan organ-organ tubuh yang lain kembali ke keadaan seperti sebelum hamil, biasanya berlangsung sekitar 6 minggu atau 40 hari. Setelah kelahiran, ibu mengalami perubahan anatomis dan fisiologis sesuai transisi tubuhnya pada status tidak hamil. Secara psikologis, ibu melanjutkan pencapaian proses peran maternalnya dan kelekatan bayi (Walsh, 2007). Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul, dkk, 2002) Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010). Masa nifas adalah periode sejak mulai persalinan, selama dan segera sesudah melahirkan, hal tersebut kemudian ditambah

description

makalah

Transcript of Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

Page 1: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

ADAPTASI NORMAL FISIK DAN PSIKOLOGIS PADA IBU POSTPARTUM

1. Definisi

Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu

berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup di dalam uterus melalui vagina ke dunia

luar. Beberapa kasus seperti plasenta previa, preeklamsia, gawat janin, kelainan letak

janin dan besar, persalinan melalui vagina dapat meningkatkan resiko kematian pada

ibu dan bayi sehingga diperlukan satu cara alternatif lain dengan mengeluarkan hasil

konsepsi melalui pembuatan sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut yang

disebut seksio sesarea (Mochtar, 1998).

Periode postpartum, masa nifas atau puerperium adalah masa setelah kelahiran

sampai uterus dan organ-organ tubuh yang lain kembali ke keadaan seperti sebelum

hamil, biasanya berlangsung sekitar 6 minggu atau 40 hari. Setelah kelahiran, ibu

mengalami perubahan anatomis dan fisiologis sesuai transisi tubuhnya pada status

tidak hamil. Secara psikologis, ibu melanjutkan pencapaian proses peran maternalnya

dan kelekatan bayi (Walsh, 2007).

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

selama kira-kira 6 minggu (Abdul, dkk, 2002)

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas

(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali

alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi

lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil

(Bobak, 2010).

Masa nifas adalah periode sejak mulai persalinan, selama dan segera sesudah

melahirkan, hal tersebut kemudian ditambah dengan minggu-minggu berikutnya dimana

alat reproduksi pulih kembali seperti keadaan tidak hamil. (Ptrichard, Macdonald, Gant,

1995)

Perubahan fisik yang terjadi pada ibu nifas yaitu uterus mengalami involusi atau

rahim kembali ke ukuran sebelum hamil, payudara pada ibu yang menyusui

mengeluarkan kolostrum, vagina kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil,

servik memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk

semula (Bobak, 2004).

Adaptasi psikologis, pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan ibu

membutuhkan perlindungan dan pelayanan. Pada hari ketiga sampai akhir minggu

keempat atau kelima, ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang

Page 2: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

semua hal-hal baru sedangkan mulai minggu kelima sampai keenam, sistem keluarga

telah menyesuaikan diri dengan anggota barunya (Rubin dalam Hamilton, 1992 ).

Periode postpartum terdiri dari periode immediate postpartum, early postpartum

dan late postpartum. Immediate postpartum yaitu masa segera setelah plasenta lahir

sampai dengan dua puluh empat jam pertama. Periode early postpartum mulai dari

dua puluh empat jam sampai satu minggu dan periode late postpartum mulai satu

minggu pertama sampai lima minggu (Saleha, 2009). Sedangkaan periode late

postpartum terjadi mulai minggu kedua sampai minggu keenam sesudah melahirkan,

dan terjadi perubahan secara bertahap.

Selain itu juga ada pembagian masa nifas yang dibedakan dalam 3 tahap :

a) Puerperium dini

Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan jalan-

jalan. Agama islam menganggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari

b) Puerperium intermedial

Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang

lamanya 6-8 minggu.

c) Remote puerperium

Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu bulanan, atau

tahunan.

2. Etiologi

Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan

atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.

Partus dibagi menjadi 4 kala yaitu:

a. Kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai

pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu

kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk

primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3

menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah

yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada

pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His dan

mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala

lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar

berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan

Page 3: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa badan

bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.

c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan

lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat

ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat

bertambah panjang dan terjadi perdarahan.

d. Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post

partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan yaitu

tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi

uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak

melebihi 400 sampai 500 cc.

(Manuaba, 2007)

3. Adaptasi Fisiologi Ibu Post Partum

Bobak, Lowdermik, dan Jensen (2004) menyatakan bahwa periode post partum

ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke

keadaan sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester

ke empat kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap

normal dimana proses – proses pada kehamilan berjalan terbalik.

Perubahan fisiologis pada masa pascasalin terjadi pada sistem reproduksi,

servik, perineum, vulva dan vagina, payudara, sistem perkemihan, sistem

gastrointestinal, sistem kardiovaskuler, sistem endokrin, sistem muskuloskeletal, dan

sistem integumen (Harnawatiaj, 2008).

Berikut adalah perubahan atau adaptasi anatomi secara fisiologi wanita setelah

melahirkan :

a. Perubahan system reproduksi

1) Involusio Uteri

Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus korpus uteri yang

berkontraksi terletak kira-kira dipertengahan antara umbilicus dan simfisis, atau

sedikit lebih tinggi. Korpus uteri sekarang sebagian besar terdiri dari miometrium

yang dibungkus oleh serosa dan dilapisi erat (menempel), masing-masing

tebalnya 4-5 cm. Karena pembuluh darah tertekan karena kontraksi miometrium,

uterus nifas pada potongan tampak iskemik. Selama 2 hari berikutnya, uterus

masih tetap pada ukuran yang sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam 2

minggu organ ini telah turun ke rongga panggul sejati dan tidak dapat lagi teraba

diatas simfisi. Normalnya organ ini mencapai ukuran tak hamil seperti semula

dalam waktu sekitar 4 minggu. Proses tersebut berjalan sangat cepat. Uterus

Page 4: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

yang baru saja melahirkan kemudian beratnya sekitar 500 gram, pada akhir

minggu kedua turun menjadi 300 gram, dan segera sesuadahnya menjadi 100

gram atau kurang. Jumlah total sel otot tidak berkurang banyak, namun sel-

selnya sendiri kurang jelas sekali berkurang ukurannya. Involusio rangka

jaringan penyambung terjadi sama cepatnya. (Harnawatiaj, 2008)

Karena pelepasan plasenta dan membran-membran terutama

mengikutsertakan lapisan spongiosa desidua, bagian basal desidua tetapi ada di

uterus. Desidua yang tersisa mempunyai variasi ketebalan yang menyolok,

gambaran bergerigi yang tidak teratur dan terinfiltrasi oleh darah khususnya

tempat plasenta.

2) Kontraksi uterus

Intensitas kontraksi uteri menyangkut secara bermakna segera setelah

bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterine

yang sangat besar.

Hormone yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur

kontraksi uterus, mengompresi pembalut darah dan hemostrak

Selama 1-5 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa

berkurang dan menjadi tidak teratur karena penting sekali untuk

mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan oksitosin

(pitosin) secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta

keluar dan merupakan sumber pembentukan endometrium baru. Endometrium

berkembang dari proliferasi sisa-sisa kelenjar endometrium dan stoma jaringan

penyambung antar kelenjar tersebut.

Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali di tempat

plasenta. Di tempat lain, permukaan bebas tertutup oleh epitel dalam satu

minggu atau 10 hari dan seluruh endometrium pulih dalam minggu ketiga

3) Involusi tempat plasenta

Ekstrusi lengkap tempat plasenta perlu waktu sampai 6 minggu. Proses ini

mempunyai kepentingan klinik yang besar, karena kalau proses ini terganggu,

mungkin terjadi perdarahan nifas yang lama. Segera setelah kelahiran, tempat

plasenta kira-kira berukuran sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat

ukurannya mengecil. Pada akhir minggu kedua, diameternya 3-4 cm. Segera

setelah berakhirnya persalinan, tempat plasenta normalnya terdiri dari banyak

pembuluh darah yang mengalami thrombosis yang selanjutnya mengalami

organism thrombus secara khusus. Kalau involusio tempat plasenta yang

meliputi peristiwa ini, setiap kehamilan akan meninggalkan jaringa parut fibrosa

di endometrium dan miometrium dibawahnya, yang akhirnya membatasi jumlah

Page 5: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

kehamilan yang akan datang. Namun luka bekas plasenta tidak meninggalkan

jaringan parut, hal ini disebabkan karena luka ini sembuh dengan cara

dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium dibawah

permukaan luka.

4) Perubahan di Serviks dan Segmen Bawah Uterus

Segera setelah selesai kala ketiga persalinan, serviks dan segmen bawah

uteri menjadi struktur yang tipis, kolap dan kendur. Tapi luar serviks, yang

tadinya os ekstrna biasanya mengalami laserasi, khususnya sebelah lateral.

Mulut serviks mengecil perlahan-lahan. Selam beberapa hari, segera setelah

persalinan, mulutnya dengan mudah dimasuki dua jari, terjadi pada akhir minggu

pertama, telah menjadi sedemikian sempit sehingga sulit untuk memasukkan

satu jari. Sewaktu mulut serviks sempit, seviks menbal dan salurannya terbentuk

kembali. Tetapi setelah selesai involusi os eksterna agak lebih lebar dan secara

tipikal depresi bilateral ditempat laserasi masih tetap sebagai perubahan

permanen yang menandai serviks paru.

Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang sangat tipis

berkontraksi dan berektraksi tetapi tidak sekut korpus uteri. Dalam perjalanan

beberapa minggu segen bawah diubah dari struktur yang jelas-jelas cukup besar

untuk memuat kebanyakan kepala janin cukup bulan menjadi isthimus uteri yang

hamper tidak dapat dilihat yang terletak diantara korpus uteri atas dan os interna

serviks di bawah.

5) Vagina dan Pintu Keluar Vagina

Vagina dan pintu keluar vagina pada bagian pertama masa nifas

membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan

mengecil tetapi jarang sekali kembali ke ukuran nullipra. Rugae terlihat kembali

pada minggu ketiga. Hymen muncul sebagai beberapa potong jaringan kecil,

yang selama proses sikatrisasi diubah menjadi carunculae mirtiformitis yang

khas pada wanita yang pernah melahirkan.

6) Perubahan di Perineum dan Dinding Abdomen

Ketika miometrium berkontraksi dan beretraksi setelah kelahiran, dan

beberapa hari sesudahnya, peritoneum yang membungkus sebagian besar

uterus dibentuk menjadi lipatan-lipatan dan kerutan – kerutan. Ligamentum

ratum dan rotundum jauh lebih kendor daripada kondisi tidak hamil, dan mereka

memerlukan waktu yang cukup lama untuk kembali dari peregangan dan

pengendoran yang telah dialaminya selama kehamilan tersebut.

Sebagai akibatnya putusnya serat – serat elastic kulit dan distensi yang

berlangsung lama akibat besarnya uterus hamil, dinding abdomen masih lunak

Page 6: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan. Kecuali

striae keperak-perakan dinding abdomen biasanya kembali ke keadaan sebelum

hamil, tetapi kalau otot-ototnya atonik, mungkin abdomen akan tetap kendor.

Mungkin ada pembelahan muskulus rektus yang jelas, atau diastasis. Pada

keadaan ini, dinding abdomen disekitar garis tengah hanya dibentuk oleh

peritoneum, fasia tipis, lemak subkutan, dan kulit.

7) Lokhea

Lokhea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina

dalam masa nifas. Lochea megandung darah dan sisa jaringan desidua yang

nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat

membuata organism berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada

pada vagina normal. Lokhea mempunyai bau amis/anyir seperti darah

menstruasi, meskipun tidah terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda

pada setiap wanita. Lokhea yang baunya tidak sedap menandakan adanya

infeksi. Lokhea mempunyai perubahan karena proses involusi.

Lokhea dibagi berdasarkan warna dan kandungannya yaitu :

a) Lokhea Rubra

Keluar pada hari pertama sampai hari ketida postpartum. Warna merah terdiri

dari darah, sel – sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium

dan sisa – sisa selaput ketuban.

b) Lokhea Serosa

Mengandung sel darah tua, serum, leukosit dan sisa jaringan dengan warna

kuning kecoklatan, berlangsung hari keempat dan kesembilan postpartum.

c) Lokhea Alba

Berwarna putih kekuningan, tidak mengandung darh, berisi sel leukosit, sel-

sel epitel dan mukosa serviks. Dimulai pada hari ke-10 sampai minggu ke 2 -6

postpartum.

(Cunningham, 195 : 288)

Perdarahan lokhea menunjukkan keadaan normal. Jika pengeluaran

lokhea berkepanjangan, pengeluaran lokhea tertahan, lokhea yang purulenta

(nanah), rasa nyeri yang berlebihan, terdapat sisa plasenta yang merupakan

sumber perdarahan dan terjadi infeksi intrauterine.

b. Perubahan Kelenjar Mamae

1) Laktasi

Pada hari kedua postpartum sejumlah kolostrum, cairan yang disekresi

payudara selam lima hari pertama setelah kelahiran bayi, dapat diperas dari

putting susu.

Page 7: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

2) Kolostrum

Disbanding dengan susu matur yang akhirnya disekresi oleh payudara,

kolostrum mengandung lebih banyak protein, yang sebagian besar adalah

globulin, dan lebih banyak mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Meskipun

demikian kolostrum mengandung globul lemak agak besar didalam yang disebut

korpustel kolostrum, yang oleh bebrapa ahli dianggap merupakan sel-sel epitel

sebagai fagosit mononuclear yang mengandung cukup banyak lemak. Sekresi

kolostrum bertahan selama sekitar lima hari, dengan perubahan bertahap

menjadi susu matur. Antibodi mudah ditemukan dalam kolostrum. Kandungan

immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan pada neonates melawan

infeksi enteric. Factor – factor kekebalan hospes lainnya, juga immunoglobulin-

immunoglobulin, terdapat didalam kolostrum manusia dan air susu. Factor ini

meliputi komponen komplemen, makrofag, limfosit, latoferin, laktoperoksidase,

dan lisozim.

3) Air Susu

Komponen utama air susu adalah protein, laktosa, air, dan lemak. Air susu

isotonic dengan plasma, dengan laktosa bertanggung jawab terhadap separuh

tekanan osmotic. Protein utama didalam air susu ibu disintesis didalam reticulum

endoplasmic kasar sel sekretorik alveoli. Asam amino essensial berasal dari

darah, dan asam amino non-essensial sebagian besar dari darah atau disintesis

dari kelenjar mamae. Kebanyakan protein air susu adalah protein – protein unik

yang tidak ditemukan dimanapun. Juga prolaktin secara aktif disekresi kedalam

air susu (Cunningham, 2005).

Prubahan besar yang terjadi 30-40 jam postpartum anatara lain peninggian

mendadak konsentrasi laktosa. Sintesis laktosa dari glukosa didalam sel-sel

sekretorik alveoli dikatalis oleh lactose sintetase. Beberapa laktosa meluap

masuk ke sirkulasi ibu dan mungkin diskresi oleh ginjal dan ditemukan didalam

urin kecuali kalau digunakan glukosa oksidase spesifik dalam pengujian

glikosuria (Cunningham, 2005).

Asam-asam lemak disintesis didalam alveoli dari glukosa. Butir-butir lemak

disekresi dengan proses semacam apokrin. Semua vitamin kecuali vitamin K ada

didalam susu manusia tetapi dalam jumlah yang berbeda. Kadar masing-masing

meninggi dengan pemberian makanan tambahan pada ibu. Karena ibu tidak

menyediakan kebutuhan bayi akan vitamin K, pemberian vitamin K pada bayi

segera setelah lahir ada manfaatnya untuk mencegah penyakit perdarahan pada

neonates (Cunningham, 2005).

Page 8: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

Air susu manusia mengandung konsentrasi rendah besi. Tetapi besi

didalam air sus manusia absorbsinya lebaih baik daripada besi didalam susu

sapi. Simpanan besi ibu tampaknya tidak mempengaruhi jumlah besi didalam air

susu. Kelenjar mamae, seperti kelenjar tiroid, menghimpun iodium, yang muncul

didalam air susu (Cunningham, 2005).

c. Perubahan Sistem Pencernaan

Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 sampai 2 jam

setelah melahirkan. Kontipasi dapat terjadi pada masa nifas awal dikarenakan

kekurangan bahan makanan selama persalinan dan pengendalian pada fase

defekasi.

d. Perubahan Sistem Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat

sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara

kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan

dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta

dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami

penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang

berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 mingggu (Harnawatiaj, 2008).

Menurut Hadijono (2008) dieresis terjadi pada hari kedua-kelima postpartum.

Sering terjadi pengeluaran air seni sedikit yang normal sehingga dapat menyebabkan

infeksi saluran kemih akibat terjadi distensi yang berlebihan, pengosongan urine

yang tidak tuntas atau adanya residu urine yang berlebihan.

e. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Adaptasi musculoskeletal ibu terjadi selama kehamilan akan kembali seperti

semula pada puerperinium, adaptasi ini termasuk relaksasi dan mobilitas berlebihan

dari tulang sendi dan perubahan dalam pusat gravitasi ibu untuk merespon terhadap

pembesaran uterus. Tulang sendi akan kembali stabil semua dalam 6-8 minggu post

partum, walaupun seluruh tulang sendi seperti sebelum hamil tapi tidak demikian

dengan ukuran kaki ibu. Biasanya ibu mengatakan ukuran kakinya bertambah besar

(Bobak, 1993)

Pada sistem muskuloskletal, ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam

postpartum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan

mempercepat proses involusi. Penurunan melanin umumnya terjadi pada sistem

integumen setelah persalinan, menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit

Page 9: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

dan perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan

menghilang pada saat estrogen menurun (Harnawatiaj, 2008).

f. Perubahan Sistem Endokrin

Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin yaitu plasenta penurunan HPL

(Human Placental Lactogen) estrogen, kortisol, serta enzim plasenta mengembalikan

efek diabetic janin, menghasilkan tinggi gula darah yang cukup pada nifas

pertengahan. Tingkat penurunan estrogen dan progesterone sangat mencolok

setelah pengeluaran plasenta yaitu terjadi satu minggu post partum. Penurunan

tersebut mencapai 10% dari nilai ketika hamil dalam 3 jam post partum. Tingkat

terendah terjadi pada hari ke-7 pada hormone pituitary keadaan prolatktin pada

darah meninggi selama kehamilan dan persalinan. Pada ibu yang tidak menyusui

prolaktin menurun sampai keadaa sebelum hamil pada waktu 2 minggu (Bobak,

1993)

g. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Tekanan darah perlu diukur setelah plasenta lahir, hasilnya perlu

dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya. Perbedaan yang mencolok dari

perbandingan ini misalnya systole dari 100 menjadi 60 atau 50, menunjukkan bahwa

pekerjaan jantung kurang normal. Jika terlalu lambat memompakan darah ke dalam

arteri, dapat dianggap sebagai satu gejala permulaan shock.

Tanda-tanda vital persalinan adalah :

1) Suhu

Selama 24 jam pertama, mungkin meningkat sampai 100,40F (380C) sebagai

suatu akibat dari dehidrasi. Persalinan setelah 24 jam wanita tidak boleh

demam, bila demam berlangsung selama 2 hari kemungkinan lain adalah

mastitis atau endometritis.

2) Nadi

Bradikardi pada 6-8 jam pertama setelah persalinan ini merupakan suatu

konsukuensi peningkatan kardiak output dan stroke volume. Nadi kembali

normal setelah persalinan 50-70 kali per menit. Bila nadi cepat mungkin indikasi

hipofalemia sekunder dan perdarahan.

3) Tekanan Darah

TD sedikit berubah biasanya terjadi hipotensi yang diindikasikan dengan

perasaan pusing/pening setelah berdiri, berkembang dalam 24 jam pertama

sebagai suatu akibat ganggan daerah persarafan yang mungkin terjadi setelah

persalinan. Jika terjadi hipertensi pada periode pertama post partum, evaluasi

Page 10: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

rutin tekanan darah bila diperlukan. Analgetik diberikan jika tensi tinggi dan

istirhat di tempat tidur.

4) Respirasi

Akan menurun sampai keadaan normal seperti sebelum hamil dalam 6 bulan

setelah persalinan. Bila terjadi peningkatan subarachnoid (spinal) block makan

akan terjadi hipoventilasi dan hipotensi.

h. Perubahan Sistem Hematologi

Pada 72 jam pertama persalinan kehilangan volume plasma dari sel darah.

Pada hari ke 3-7 setelah persalinan terjadi peningkatan keadaan hematokrit dan HB.

Masa puerpurium bukan penghancuran RBC, tetapi tambahan-tambahan akan

menghilang secara perlahan sesuai waktu hidup RBC. Hematokrit dan HB kembali

normal dalam 4-5 minggu post partum.

Jumlah Sel Darap Putih (SDP)

Luekositosis rata-rata pada ibu hamil 12000/mm3. Selama 10-12 jam pasca

persalinan bernilai 20000 – 25000/mm3. Neutropil lebih banyak dari sel darah

putih mungkin sulit diinterpretasikan jika terjadi.

Faktor Pembekuan

Aktivasi ekstensif terjadi setelah persalinan secara bersamaan dengan tidak

adanya pergerakan, trauma/sepsis yang mendorong terjadinya

tromboembolisme beberapa hari sampai keadaan sebelum hamil.

Trombosis

Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-tanda thrombosis

yaitu nyeri hangat dan lemas, vena bengkak, kemerahan yang dirasakan

keras/padat ketika disentuh. Bila positif terdapat tanda-tanda Hoffmans yang

menyebabkan otot betis mengkonvulsi vena dan akan nyeri.

Varises

Varises pada kaki dan sekitar anus adalah umum dalam kehamilan. Varises

pada vulva berkurang dan akan kembali setelah persalinan.

i. Perubahan Sistem Neurologi

Perubahan neurologi selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis

yang terjadi pada saat wanita hamil dan disebabkan trauma yang dalam bagi wanita

saat bersalin dan melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi

kehamilan akan menghilang setelah wanita melahirkan.

4. Adaptasi Psikologi Ibu Post Partum

Page 11: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

Adaptasi adalah suatu proses yang konstan dan berkelanjutan yang

membutuhkan perubahan dalam hal struktur, fungsi, dan perilaku sehingga seseorang

lebih sesuai dengan suatu lingkungan tertentu. Proses ini melibatkan interaksi indivisu

dan lingkungan. Hasil akhirnya tergantung pada tingkat keseseuaian antara ketrampilan

dan kapasitas seseorang dan symber dukungan sosialnya di satu sisi dan jenis

tantangan atau stressor yang dihadapi disisi lain. Maka adpatasi adalah suatu proses

individual dimana masing-masing individu mempunyai kemampuan untuk mengatasi

masalah atau berespon dengan tingkat berbeda-beda (Smeltzer S.C, 2001)

Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gejala-

gejala psikiatrik, demikian juga pada masa menyusui. Meskipun demikian, adapun ibu

yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan,

ibu perlu mengetahui hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi

selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali

sebagai tenaga kesehatan mengetahui tentang penyesuaian psikologi normal dalam

masa nifas ini, suatu variasi atau penyimpangan dari penyesuaian yang normal umum

terjadi. Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stress, terutama ibu

primipara. Tidak perlu ditanyakan bahwa kehamilan dan menunggu kelahiran

menimbulkan kecemasan bagi wanita (Combes dan Schonveld, 1992)

Menurut Rubin (cit Bryar, 1995) terdapat tiga fase peruabahan adatasi

psikososial ibu postpartum yaitu :

a. Fase Taking In : periode tingkah laku bergantung. Fase raking in adalah waktu

refleksi bagi ibu, yang terjadi pada hari pertama sampai hari kedua gejalanya :

1) Ibu berfokus pada dirinya sendiri dan tergantung pada orang lain.

Ketergantungan ini sebagian karena ketidaknyamanan fisik (kemungkinan karena

jahitan di perineum, after pains, hemorrhoid) karena ketidakpastiannya merawat

bayi, dank arena kelelahan yang sangat setelah persalinan. Ibu biasanya

menginginkan untuk membicarakan tentang kehamilannya, khususnya tentang

persalinan dan kelahiran secara emosional, ia berusaha untuk mengintegrasikan

proses persalinan dan kelahiran kedalam pengalaman hidupnya.

2) Seorang ibu akan mengenang kejadian kelahiran secara berulang mencari

detailnya dan membadingkan penampilannya dengan hal yang diharapkannya,

pengalaman kelahiran sbellumnya, atau dari orang lain.

3) Energy yang ada pada ibu postpartum ini lebih dipusatkan pada kesehatan dan

kesejahteraannya sendiri, bukan kepada bayinya.

4) Tingkah laku ibu dapat bersifat pasif dan tergantung. Kebutuhan untuk istirahat,

makan dan membuat keputusan mungkin divervalisasikan dan bantuan dari

pemberi perawatan kesehatan akan dengan senang hati dihargai.

Page 12: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

5) Ibu akan siap menerima bantuan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosinya.

6) Ibu membutuhkan waktu untuk beristirahat dan memperoleh kembali kekuatan

fisik dan untuk menyenangkan, menahan pikiran-pikiran yang beragam. Ibu dapat

menunjukkan sedikit ketertarikan untuk merawat bayinya.

Pada gambaran awal yang disampaikan Rubin, fase ini berlangsung selama

1-2 hari. Sekarang tingkah laku ini dapat diobservasi pada jam-jam pertama

kehamilan.

b. Taking Hold adalah pergerakan dari tergantung menuju tingkah laku mandiri.

1) Fase ini terjadi pada hari ke 2-4 hari post partum.

2) Secara bertahap, tingkat energy ibu bertambah dan akan merasa lebih nyama

serta mampu lebih berfokus pada bayinya dibandingkan pada dirinya sendiri.

3) Seorang ibu mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan (melalukan mobilisasi),

melakukan aktivitas perawatan diri dan sering mengungkapkan perhatian-

perhatian tentang fungsi tubuh. Biasanya ibu mengungkapkan bahwa ia ingin

kondisi atau keadaannya segera pulih seperti keadaan sebelum melahirkan.

Meskipun demikian ibu masih sering merasa kelelahan karena pengaruh

perubahan hormonal, proses penyembuhan dar uterus dan perineum.

4) Ibu memperoleh control terhadap tubuhnya, dia menjadi lebih mampu untuk

bertanggung jawab untuk merawat bayinya yang baru dilahirkannya. Ibu yang

melahirkan tanpa bantuan anastesi mungkin mencapai fase kedua ini dalam

waktu beberapa jam setelah persalinan. Meskupun tindakan ibu menunjukkan

kemandirian yang kuat dalam waktu ini, seorang ibu postpartum masih sering

merasa tidak aman tentang kemampuannya merawat bayinya.

5) Menginterpretasikan kompetensi perawat sebagi refleksi dari

ketidakmampuannya dan memandang bahwa dirinya gagal, dalam hal ini butuh

pujian tentang segala sesuati yang sudah dilakukannya dengan baik untuk

memberikan rasa percaya diri, misalnya dukungan pada bayi, mulai menyusui,

dan menyendawakan bayi yang benar. Pujian yang positif dimulai ketika ibu

masih berada di tempat perawatan dan berlanjut setelah pulang kerumah,

maupun ketika control kembali. Oleh karena itu fase ini ideal untuk mengajarkan

tentang perawatan bayi dan perawatan diri, termasuk pendidikan kesehatan

dengan metode demostrasi.

Setelah fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda

yang membuthkan sumber informasidan penyembuhan fisik, sehingga ia dapat

istirahat dengan baik. Mekanisme pertahanan diri pasien merupakan sumber penting

dalam fase ini, karena postpartum blues bisa terjadi. Layanan kunjungan rumah

(home visite) sangat dianjurkan terutama pada ibu muda.

Page 13: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

c. Fasa Letting Go. Pada fase ketiga disebut letting go (mendifinisikan sebagai peran

barunya) oleh Rubin fase ini dimulai pada akhir minggu pertama postpartum yang

saat ini akan menuju fase letting go dengan peran barunya.

1) Menghilangkan fantasi tentang bayinya dan menerima keadaan bayinya yang

nyata.

2) Penyesuaian diri kembali menyangkut hubungan dengan pasangan, yang mirip

dengan apa yang terjadi selama masa kehamilan. Hal ini meluas dan terus

berlangsung selama masa pertumbuhan anak.

3) Timbul masa depresi ringan pada periode postpartum awal oleh karena berduka

dan bereorganisasi keluarga.

4) Mengakui bahwa mereka merasa tertinggal (abandonment) dan kurang penting

setelah kelahiran anaknya.

5) Bingung dengan perasaan yang sangat dekat dengan kecemburuan oleh karena

setiap orang hanya menanyakan tentang keadaan bayi hari ini dan bukan tentang

diri ibu. Setiap orang menanyakan kesehatan dan kesejahteraan dirinya sesaat

setekah kelahiran bayi yang menjadi perhatian utama, seperti setiap orang

menanyakan bayinya, kado-kado semua untuk bayi. Bagaimana bisa hal tersebut

terjadi ? Dalam hal ini perarawat dapat membantu ibu untuk mengungkapkan

tentang “banyak hal yang berubah”. Betapa aneh dan bahkan tidak nyaman,

yang harus ibu rasakan, ini adalah kata-kata unuk mengetahui sensasi yang

dialami oleh ibu, sementara ibu merasa tetap nyaman merupakan hal yang

normal.

6) Kekecewaan terhadap bayi. Selama kehamilan, ibu mungkin membayangkan

bayi yang gemuk, rambut keriting atau yang suka tersenyum. Ibu mengabaikan

anak yang kurus, tanpa rambut dan selalu menangis.

Merupakan hal yang sulit bagi orang tua untuk merasa positif terhadap

bayinya, yang tidak memenuhi harapan mereka. Jika jenis kelamin anak tidak sesuai

yang diinginkan, ibu dapat merasa gagal meskipun ibu memahami bahwa hal ini

adalah sesuatu yang berada diluar kontrolnya.

Kegagalan dalam adaptasi psikososial post partum dapat mengakibatkan

gangguan psikologis berupa postpartum blues. Postpartum blues merupakan bentuk

depresi postpartum yang paling ringan. Gangguan psikologis yang lebih berat lagi

berupa depresi postpartum dan psikosis postpartum (Reeder et al, 1997).

Steele dan Pollack (1968) menyatakan bahwa menjadi orang tua merupakan

suatu proses yang terdiri dari dua komponen. Komponen pertama, bersifat praktis atau

mekanis, melibatkan ketrampilan kognitif dan motorik, komponen kedua bersifat

Page 14: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

emosional, melibatkan ketrampilan afektif dan kognitif. Kedua komponen ini penting

untuk perkembangan dan keberadaan bayi.

a. Komponen koginitif-motorik

Komponen pertama dalam proses menjadi orang tua melibatkan aktivitas perawatan

anak, seperti memberi makan, menggendogn, mengenakan pakaian, dan

membersihkan bayi, menjadi dari bahaya, dan kemungkinannya untuk bisa bergerak.

Kemampuan orangtua dalam hal ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya dan

budayanya. Banyak orang tua harus belajar untuk melakukan tugas ini dan proses

belajar ini mungkin sukar bagi mereka. Akan tetapi, hamper semua orang tua yang

memiliki keinginan untuk belajar dan dibantu dukungan orang lain menjadi terbiasa

dengan aktivitas merawat anak.

b. Komponen koginitif-afektif

Komponen psikologis dalam menjadi orangtua, sifat keibuan tampaknya berakar dari

pengalaman orang tua di masa kecil saat mengalami dan menerima kasih saying dari

ibunya. Dalam hal ini orang tua bisa dikatakan mewarisi kemampuan untuk

menunjukkan perhatian dan kelembutan serta menyalurkan kemampuan ini ke

generasi berikutnya dengan meniru hubungan orang tua-anak yang pernah

dialaminya. Ketrampilan kognitif-afektif menjadi orang tua ini meliputi sikap yang

lembut, waspada dan memberi perhatian terhadp kebutuhan dan keinginan anak.

Komponen menjadi orang tua ini memiliki efek yang mendasar pada cara perawatan

anak yang dilakukan dengan praktis dan pada respon emosional anak terhadap

asuhan yang diterimanya.

5. Patofisiologi Post Partum

(terlampir)

6. Tanda – Tanda Bahaya Post Partum

Berikut ini adalah tanda-tanda bahaya pada ibu post partum menurut DEPKES

RI (1995) :

a. Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak

b. Pegeluaran vagina yang baunya menusuk

c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung

d. Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan

e. Pembengkakan di wajah/tangan

f. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan

g. Payudara yang beubah menajdi merah, panas, dan/atau terasa sakit

h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

Page 15: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

i. Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki

j. Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri

k. Merasa sangat letih/nafas terengah-engah

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Darah

Beberapa uji laboratorium biasanya segera dilakukan pada periode pasca partum.

Nilai Hb dan Ht seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada partum untuk menguji

kehilangan darah pada saat melahirkan.

b. Pengambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau dengan

teknik pengambilan bersih (clean-cath) specimen ini dikirim ke laboratorium untuk

dilakukan pemeriksaan urinalisi rutin atau kultur dan sentivitas terutama jika kateter

indwelling dipakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus

dikaji untuk menentukan status rubella dan rhesus dan kebutuhan terapi yang

mungkin.

(Bobak, 2004)

8. Penatalaksanaan atau Perawatan Post Partum

Penatalaksanaan pada ibu post partum meliputi perawatan ibu post partum dan

bayinya. Pada pendekatan ini perawat dilatih untuk memberikan perawatan yang terbaik

bagi ibu dan bayinya. Berikut ini adalah penatalaksanaan bagi ibu post partum menurut

Bobak, Lowdermilk, Jensen (2004) :

Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dan menghindarkan adanya

kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka

episiotomy, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan baik. Penolong harus tetap

waspada sekurang-kuranganya 1 jam post partum, untuk mengatasi kemungkinan

terjadinya perdarahan post partum. Delapan jam post partum harus tidur terlentang

untuk mencegah perdarahan post partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh miring ke

kanan atau ke kiri untuk mencegah thrombosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam

satu kamar. Pada hari seterusnya dapat duduk dan berjalan. Diet yang diberikan harus

cukup kalori, protein, cairan banyak buah-buahan. Miksi atau berkemih harus

secepatnya dapat dilakukan sendiri, bila pasien belum dapat berkemih sendiri

sebaiknya dilakukan kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari post partum. Bila ada

obstipasi dan timbul komprestase hingga vekal tertimbun di rectum, mungkin akan

terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os. Bila

pasien mengeluh mules, dapat diberi analgetik atau sedative agar dapat beristirahat.

Page 16: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

Perawatan mamae harus sudah dirawat selama kehamilan, areola dicuci secara teratur

agar tetap bersih dan lemas, setelah bersih barulah bayinya disusui.

9. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian Fokus

Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai

berikut :

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

a) Bagaimana keadaan ibu saat ini ?

b) Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?

2) Pola nutrisi dan metabolik

a) Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan?

b) Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?

c) Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?

d) Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?

3) Pola aktivitas setelah melahirkan

a) Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan?

b) Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?

c) Apakah ibu tampak mengantuk ?

4) Pola eliminasi

a) Apakah ada diuresis setelah persalinan ?

b) Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?

5) Neuro sensori

a) Apakah ibu merasa tidak nyaman ?

b) Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?

c) Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?

d) Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?

e) Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?

6) Pola persepsi dan konsep diri

a) Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini

b) Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan

penampilan tubuhnya saat ini ?

7) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum

Pemeriksaan TTV

Pengkajian tanda-tanda anemia

Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis

Page 17: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

Pemeriksaan reflek

Kaji adanya varises

Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )

b) Payudara

Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )

Kaji adanya abses

Kaji adanya nyeri tekan

Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti

Kaji pengeluaran ASI

c) Abdomen atau uterus

Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri

Kaji adnanya kontraksi uterus

Observasi ukuran kandung kemih

d) Vulva atau perineum

Observasi pengeluaran lokhea

Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi

Kaji adanya pembengkakan

Kaji adanya luka

Kaji adanya hemoroid

b. Intervensi Keperawatan

1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan laserasi atau trauma jalan

lahir.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam nyeri berkurang /

terkontrol

Kriteria Hasil :

Klien menyatakan tidak nyeri

Klien menyatakan nyaman

Skala nyeri berkurang

Klien dapat beraktivitas tnpa merasa nyeri

Ekspresi klien tidak menunjukkan adanya nyeri

Intervensi Rasional

1. Kaji karakteristik nyeri, tingkat

nyeri, tempat nyeri, dan skala

nyeri

2. Inspeksi daerah perineum dan

daerah episiotomy. Perhatikan

adanya oedem, nyeri tekan local,

1. Mengetahui seberapa berap

tingkat nyeri yang dialami pasien

2. Mengetahui apakah ada tanda-

tanda peradangan daerah sekitar

vulva

Page 18: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

purulen

3. Ajarkan dan anjurkan teknik

relaksasi

4. Anjurkan klien berbaring

mengurangi aktivitas

5. Kolaborasi pemberian analgetik

3. Relaksasi dapata mengurangi

penegangan otot didaerah vagina

dan perut

4. Istirhata dapat meminimalkan

terjadinya peningkatan skala

nyeri

5. Analgetik dapat mengurangi nyeri

(Doenges, 2001)

2) Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara

perawatan ibu post partum

Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam tidak terjadi resiko infeksi

dan tingkat pengetahuan pasien bertambah.

Kriteria Hasil :

Klien menyertakan perawatan bagi dirinya

Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri

Perawatan pervaginam berkurang

Jahitan perineum besar

Vulva bersih dan tidak infeksi

Tanda-tanda vital dalam batas normal (Nadi 60-80 x/menit, suhu < 380C)

Intervensi Rasional

1. Pantau vital sign

2. Kaji daerah perineum dan vulva

3. Kaji pengetahuan pasien

mengenai cara perawatan ibu

post partum

4. Ajarkan perawatan vulva bagi

pasien

5. Anjurkan pasien mencuci tangan

sebelum memegang daerah

vulvanya

6. Lakukan personal hyegine

1. Peningkatan suhu dapat

mengidentifikasikan adanya

infeksi

2. Menentukan adakah tanda-tanda

peradangan didaerah vulva da

perineum

3. Pasien mengetahui cara

perawatan vulva bagi dirinya

4. Pasien mengetahui cara

perawatan vulva bagi dirinya

5. Meminimalkan terjadinya infeksi

6. Mencegah terjadinya infeksi dan

memberikan rasa nyaman bagi

Page 19: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

7. Berikan antibiotic sesuai order

dan kolaborasi untuk

pemeriksaan leukosit.

pasien

7. Antibiotik bersifat bakterisida dan

adanya leukositosis merupakan

salah satu tanda infeksi.

(Carpenito, 1998)

3) Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara

perawatan payudara bagi ibu menyusui.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam pasien mengetahui

tentang cara perawatan payudara bagi ibu menyusui

Kriteria Hasil :

Klien mengetahui cara merawat payudara bagi ibu menyusui

ASI keluar

Payudara bersih

Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri

Bayi mau menyusu

Intervensi Rasional

1. Kaji pengetahuan pasien mengenai

manajemen laktasi dan perawatan

payudara

2. Ajarkan cara merawat payudara dan

lakukan brest care

3. Jelaskan mengenai manfaat menyusui

dan mengenai gizi waktu menyusui

4. Jelaskan cara menyusui yang benar

dan nyaman

5. Bantu ibu selama menyusui pertama

dengan memberi posisi yang benar

1. Mengetahui tingkat pengetahuan

pasien dan untuk menentukan

intervensi selanjutnya

2. Meningkatkan pegetahuan pasien dan

mencegah terjadinya bengkak pada

payudara

3. Memberikan pengetahuan bagi ibu

mengenai manfaat ASI bagi bayi

4. Mencegah terjadinya aspirasi bagi bayi

5. Memberi pentahuan mengenai laktasi

(Bobak, 2004)

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: Adaptasi Normal Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Postpartum

1. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.

Jakarta : EGC.

2. Manuaba, Ida. 2007. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana

untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

3. DEPKES RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Jakarta. 1995. Pencegahan dan

Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan. Jakarta : DEPKES RI.

4. Doenges, M. E. 2001. Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and   Documentating

Patient Care. Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

5. Joseph, H.K dan Nugroho. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri (Obsgyn).

Yogayakarta : Nuha Medika.

6. Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2004 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi - 4.

Jakarta: EGC.