Adaptasi Psikologis Ibu Nifas
Embed Size (px)
description
Transcript of Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU MASA NIFAS
( MK : ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI )
OLEH :
Ni Ketut Astariani P07124014025
Ni Putu Putri Srikandi P07124014026
Ni Gusti Ayu Putri Astari P07124014027
Ni Made Yuliari Kalvika Dewi P07124014028
Dewa Ayu Pira Ayomi P07124014029
Ida Ayu Sintya Arsefani P07124014030
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI D III JURUSAN KEBIDANAN
2015

PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Adaptasi
Psikologis Ibu pada Masa Nifas” ini sesuai dengan rencana. Penulis berterima
kasih kepada Ibu Ni Gusti Kompiang Sriasih, S. ST., M. Kes selaku dosen mata
Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui, karena atas bimbingan dan
masukannya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan mengenai adaptasi psikologis yang
dialami ibu pada masa nifas. Oleh sebab itu penulis berharap adanya kritik dan
saran untuk perbaikan makalah selanjutnya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
Denpasar, 3 September 2015
Penulis

DAFTAR ISI
PRAKATA..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................ 1
C. Manfaat.............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas.................................................. 2
B. Post Partum Blues.............................................................................. 8
C. Kesedihan dan Duka Cita.................................................................. 9
BAB III PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................ 12
B. Saran.................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Biasanya berlangsung selama lebih kurang 6-8 minggu.
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Tidak heran
bila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan sesekali merasa kerepotan.
Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.
Peran bidan sangat dibutuhkan ibu sebagai pembimbing dan pemberi
nasehat demi kesehatan ibu dan anaknya. Ibu biasanya akan mengalami atau
merasakan hal-hal yang baru setelah melahirkan. Beberapa ibu setelah
melahirkan akan mengalami masa –masa sulit ibu akan terpengaruh dengan
lingkungan sekitarnya. Ibu akan mulai beradaptasi dengan hal yang baru
seperti adanya bayi.
Tidak sedikit bayi tidak terselamatkan, baik dalam waktu kehamilan,
persalinan maupun waktu setelah dilahirkan. Ibu yang bayinya tidak
terselamatkan dan akan mengalami kesedihan yang mendalam. Maka dari itu
bidan sangat berperan dalam masalah ini untuk memberikan asuhan kepada
ibu.
B. Tujuan
Makalah ini kami susun bertujuan untuk mengetahui adaptasi
psikologis ibu pada masa nifas, depresi masa nifas (Post Partum Blues) serta
kesedihan dan duka cita pada masa nifas.
C. Manfaat
Makalah ini kami susun agar bermanfaat bagi mahasiswa yang akan
menemui kasus di lapangan praktik mengenai psikologis ibu nifas, depresi

yang dialami ibu pada masa nifas dan kehilangan serta duka cita yang mungkin
dialami ibu pada masa nifas.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
Setelah melahirkan ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ibu mengalami
stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan
asimilasi terhadap bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap
pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan
perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar biasa sekarang
untuk menjadi seorang “ibu”.
1. Ikatan Antara Ibu-Bayi (Bonding)
Menurut Brazetton (1978), bonding (ikatan) didefinisikan sebagai
suatu ketertarikan satu sama lain (mutual) yang pertama kali antar individu,
seperti antara orang tua dan anak pada waktu pertama kali bertemu. Proses
kasih sayang dapat berlangsung secara terus- menerus, dimulai pada saat ibu
hamil dan semakin menguat pada awal masa pasca melahirkan.
Lima kondisi yang dapat mempengaruhi ikatan, menurut Mercer
(1982) adalah sebagai berikut:
a) Kesehatan emosional orang tua (termasuk kemampuan untuk
mempercayai orang lain)
b) Sistem dukungan sosial yang meliputi pasangan hidup, teman dan
keluarga
c) Suatu tingkat keterampilan dalam berkomunikasi dan dalam memberi
asuhan yang kompeten
d) Kedekatan orang tua dengan bayi
e) Kecocokan orang tua bayi (termasuk keadaan, temperamen dan jenis
kelamin bayi)
f) Apabila salah satu kondisi tersebut di atas tidak terpenuhi/ terganggu
maka diperlukan intervensi ahli lebih lanjut (rujukan) untuk memastikan
proses ikatan (Boback, 1995).

2. Adaptasi Psikologis Normal
Perubahan psikologis pada masa nifas terjadi karena:
a) Pengalaman selama persalinan
b) Tanggung jawab peran sebagai ibu
c) Adanya anggota keluarga baru (bayi)
d) Peran baru sebagai ibu bagi bayi
Ibu yang baru melahirkan membutuhkan mekanisme
penanggulangan (coping) untuk mengatasi perubahan fisik dan
ketidaknyamanan selama masa nifas termasuk kebutuhan untuk
mengembalikan figur seperti sebelum hamil serta perubahan hubungan
dengan keluarga.
Dalam adaptasi psikologis setelah melahirkan, terjadi tiga
penyesuaian yaitu:
a)Penyesuaian Ibu (Maternal Adjustment)
Menurut Reva Rubin (1963) seorang ibu yang baru melahirkan
mengalami adaptasi psikologis pada masa nifas dengan melakukan tiga
fase penyesuian ibu (prilaku ibu) terhadap perannya sebagi ibu. Bagi
keluarga muda, masa nifas atau masa pasca melahirkan merupakan “awal
keluarga baru” sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran
barunya. Tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi
yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya
merupakan dukungan positif untuk ibu.
Dalam menjalani adaptasi psikologis setelah melahirkan, Reva
Rubin (1963) mengatakan bahwa ibu akan melalui fase- fase sebagai
berikut:
1) Fase Taking In (Prilaku Dependen)
(a) Fase ini merupakan periode ketergantungan dimana ibu
mengharapkan segala kebutuhannya terpenuhi orang lain.
(b) Berlangsung selama 1-2 hari setelah melahirkan, dimana fokus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri (ibu lebih berfokus
pada dirinya)

(c) Beberapa hari setelah melahirkan akan menanggupkan
keterlibatannya dalam tanggung jawabnya
(d) Disebut fase Taking In (fase menerima) selama 1-2 hari pertama
ini, karena selama waktu ini, ibu yang baru melahirkan
memerlukan perlindungan dan perawatan
(e) Sedangkan dikatakan sebagai fase dependen selama 1-2 hari
pertama ini karena pada waktu ini, ibu menunjukkan kebahagiaan
atau kegembiraan yang sangat dan sangat senang untuk
menceritakan tentang pengalamannya melahirkan
(f) Pada fase ini, ibu lebih mudah tersinggung dan cenderung pasif
terhadap lingkugannya disebabkan karena faktor kelelahan. Oleh
karena itu, ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala
kurang tidur. Disamping itu, kondisi tersebut perlu dipahami
dengan menjaga komunikasi yang baik.
(g) Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ektra makanan untuk
proses pemulihan ibu dan nafsu makan ibu juga sedang
meningkat
2) Fase Taking Hold (Perilaku Dependen-Independen)
(a) Pada fase taking hold atau dependen mandiri ini, secara
bergantian timbul kebutuhan ibu untuk mendapatkan perawatan
dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa
melakukan segala sesuatu secara mandiri.
(b) Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan
(c) Pada fase ini, ibu sudah mulai menunjukkan kepuasan (terfokus
pada bayinya)
(d) Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan pada
dirinya dan juga pada bayinya.
(e) Ibu mudah sekali didorong untuk melakukan perawatan pada
bayinya.
(f) Pada fase ini, ibu berespon dengan penuh semangat untuk
memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara

perawatan bayi dan ibu memiliki keinginan untuk merawat
bayinya secara langsung.
(g) Pada fase ini sangatlah tepat bagi bidan untuk memberikan
pendidikan kesehatan tentang hal- hal yang diperlukan bagi ibu
yang baru melahirkan dan bayinya.
(h) Bidan perlu memberikan dukungan tambahan bagi ibu yang baru
melahirkan berikut ini:
(1) Ibu primipara yang belum berpengalaman mengasuh anak.
(2) Ibu yang merupakan wanita karier.
(3) Ibu yang tidak mempunyai keluarga untuk dapat berbagi rasa.
(4) Ibu yang berusia remaja.
(5) Ibu yang tidak bersuami.
Karena ibu- ibu tersebut seringkali mengalami kesulitan
menyesuaikan diri terhadap isolasi yang dialaminya dan tidak
menyukai terhadap tanggung jawabnya di rumah dan merawat bayi.
3) Fase Letting Go (Perilaku Interdependen)
(a) Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung setelah 10 hari pasca melahirkan.
(b) Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya.
(c) Keinginan ibu untuk merawat diri dan bayinya sangat meningkat
pada fase ini.
(d) Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk
mengobservasi bayi.
(e) Hubungan antarpasangan memerlukan dengan kehadiran anggota
baru (bayi).
b) Penyesuaian Ayah (Paternal Adjusment)
Bayi baru lahir memberikan dampak yang besar terhadap ayah.
Greenberg dan Morris (1976) menyebutkan absor besi, keasikan dan
kesenangan ayah dengan bayinya sebagai engrossment, yaitu:
1) Sebagai ayah menunjukkan keterlibatannya yang dalam dengan
bayinya.

2) Ayah terpikat dengan bayinya.
3) Ayah sering merasa kontak dengan rabaan atau kontak dari mata ke
mata dengan bayinya.
4) Ayah sering merasakan bahwa harga dirinya atau rasa percaya dirinya
meningkat yaitu merasa lebih besar, lebih dewasa dan lebih tua pada
saat melihat bayinya pertama kali.
5) Ayah mengalami tiga tahap proses selama tiga minggu pertama bayi
baru lahir yaitu:
(a) Tahap I: pengalaman bagaimana rasanya bila nanti membawa
bayinya ke rumah.
(b) Tahap II: realitas yang tidak menyangka menjadi ayah.
(c) Tahap III: keputusan yang dilakukan dengan sadar untuk
mengontrol dan menjadi lebih aktif terlibat dalam kehidupan
bayinya.
6) Untuk itu, bidan juga harus dapat membantu para ayah dalam
melewati masa transisi ini, dengan:
(a) Membantu ayah untuk meninjau kembali harapan pada saat
menjadi ayah.
(b) Memberi informasi yang realistis dan konsisten tentang tingkah
laku bayi.
(c) Melibatkan ayah yang ingin mengetahui cara perawatan bayi.
(d) Menganjurkan ayah untuk berbagi perasaan tentang pengalaman
baru memiliki bayi dengan istrinya.
c) Penyesuaian Orang Tua dan Bayi (Infant Parent Adjusment)
Interaksi orang tua bayi dikarakteristikan dengan satu rangkaian
irama (ritme), perilaku repertoar atau repertoires, dan pola tanggung
jawab (reponsivity).
1) Ritme (Irama kehidupan)
Baik orang tua maupun bayi harus mampu untuk saling
berinteraksi dan orang tua harus bekerja keras untuk membantu bayi
mempertahankan keadaan siap untuk berinteraksi.

2) Perilaku Repertoires
Ayah dan ibu menggunakan perilaku ini tergantung pada
kontak atau pemberian perawatan pada bayi.
(a) Repertoires pada bayi meliputi perilaku menatap dimana bayi
dapat memfokuskan tatapan dan mengikuti wajah dan orang sejak
lahir (kontrol sadar), bersuara dan ekspresi wajah dimana bahasa
tubuh adalah bahasa awal bayi.
(b) Repertoires pada orang tua mencakup berbagai perilaku orang tua
dalam berinteraksi dengan bayinya seperti berusaha berbicara
dengan lambat, halus dan berusaha agar bayi mendengarkan
pembicaraan, bermain dengan bayi dan menirukan prilaku bayi.
3) Reponsivity
Reponsivity terjadi pada waktu khusus dan sama dalam suatu
stimulasi prilaku mendapatkan suatu perasaan dalam prilaku yang
mempengaruhi interaksi untuk berbuat positif (feedback). Dengan kata
lain, responsivity merupakan respon yang terjadi pada waktu tertentu
dan bentuknya sama dengan prilaku stimulus. Respon- respon tersebut
merupakan imbalan bagi orang yang memberi stimulus, misalnya bila
orang dewasa meniru bayi.
B. Post Partum Blues
Reaksi penyesuaian dengan perasaan depresi yang juga dikenal dengan
istilah “Post Partum Blues” merupakan periode sementara terjadinya depresi
yang seringkali terjadi selama beberapa hari setelah kelahiran dan berakhir
setelah 10- 14 hari. Post Partum Blues ini dapat disebabkan oleh:
1. Perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima
kehadiran bayinya, yang merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang
dirasakan.
2. Perubahan fisik selama beberapa bulan kehamilan dimana terjadi perubahan
kadar hormon estrogen, progesteron dan prolaktin yang cepat setelah
melahirkan. Setelah melahirkan dan lepasnya plasenta dari dinding rahim,

tubuh ibu mengalami perubahan besar dalam jumlah hormon tersebut
sehingga membutuhkan waktu untuk penyesuaian diri.
3. Perubahan emosional, dimana kehadiran seorang bayi dapat membuat
perbedaan besar dalam kehidupan ibu dalam hubungannya dengan suami,
orang tua, maupun anggota keluarga lain.
Gejala- gejala Post Partum Blues antara lain, ibu mengalami perubahan
perasaan, menangis, cemas, kesepian, khawatir mengenai bayinya, tidak
mampu beradaptasi, sensitif, tidak nafsu makan, sulit tidur, penurunan gairah
seks dan kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu.
Post Partum Blues ini seringkali terjadi pada saat ibu masih dirawat di
rumah sakit atau klinik bersalin, tetapi juga bisa berlangsung setelah ibu di
rumah. Post Partum Blues lebih berat dialami oleh ibu primipara daripada ibu
multipara. Post Partum Blues dapat sembuh kembali tanpa pengobatan, namun
bila gejala- gejala terjadi menetap atau memburuk, ibu membutuhkan evaluasi
lebih lanjut terhadap depresi pasca partum.
Bidan dapat membantu ibu yang mengalami gejala- gejala Post Partum
Blues ini, dengan:
1. Membantu perawatan diri ibu dan bayinya.
2. Memberikan informasi yang tepat.
3. Menyarankan pada ibu untuk meminta bantuan pada suami atau keluarga,
memberitahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan, membuang rasa
cemas dan khawatir akan kemampuan merawat bayi dan mencari hiburan
untuk diri sendiri.
C. Kesedihan dan Duka Cita
Proses berduka sangat bervariasi, tergantung dari apa yang hilang, serta
persepsi dan keterlibatan individu terhadap apapun yang hilang. “Kehilangan”
dapat memiliki makna, mulai dari pembatalan kegiatan (piknik, perjalanan atau
pesta) sampai kematian orang yang dicintai. Seberapa berat kehilangan
tergantung dari persepsi individu yang menderita kehilangan. Derajat
kehilangan pada individu direfleksikan dalam respon terhadap kehilangan.
Contohnya, kematian dapat menimbulkan respon berduka yang ringan sampai

berat, bergantung pada hubungan dan keterlibatan individu dengan orang yang
meninggal.
Kehilangan maternitas termasuk hal yang dialami wanita yang
mengalami infertilitas (wanita yang tidak mampu hamil atau yang tidak mampu
mempertahankan kehamilannya), yang mendapatkan bayinya hidup, tetapi
kemudian kehilangan harapan (prematuritas atau kecacatan kongenital), dan
kehilangan yang dibahas sebagai penyebab Post Partum Blues (kehilangan
keintiman internal dengan bayinya dan hilangnya perhatian. Kehilangan lain
yang penting, tapi sering dilupakan adalah perubahan hubungan ekslusif antara
suami dan istri menjadi kelompok tiga orang, ayah ibu anak. Dalam hal ini,
“berduka” dibagi dalam tiga tahap, antara lain:
1. Tahap Syok
Tahap ini merupakan tahap awal dari kehilangan. Manifestasi prilaku
meliputi penyangkalan, ketidakpercayaan, marah, jengkel, ketakutan,
kecemasan, rasa bersalah, kekosongan, kesendirian, kesedihan, isolasi, mati
rasa, menangis, introversi (memikirkan dirinya sendiri), tidak rasional,
bermusuhan, kebencian, kegetiran, kewaspadaan akut, kurang inisiatif,
bermusuhan, mengasingkan diri, berkhianat, frustasi dan kurang
konsentrasi. Manifestasi fisik meliputi gelombang disstres somatic yang
berlangsung selama 20-60 menit, menghela nafas panjang, penurunan berat
badan, anoreksia, tidur tidak tenang, keletihan, penampilan kurus dan
tampak lesu, nafas pendek, mengeluh tersiksa karena nyeri di dada,
kelemahan umum dan kelemahan pada tungkai.
2. Tahap Penderitaan (Fase Realitas)
Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya penyesuaian
terhadap realitas yang ia lakukan terjadi selama periode ini. Contohnya,
orang yang berduka akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya tanpa
kehadiran orang yang disayanginya. Dalam rangka ini, ia akan selalu
terkenang dengan orang yang dicintai sehinggak kadang akan muncul
perasaan marah, rasa bersalah, dan takut. Nyeri karena kehilangan akan
dirasakan secara menyeluruh, dalam realitas yang memanjang dan dalam
ingatan setiap hari. Menangis adalah salah satu pelepasan emosi yang

umum. Selama masa ini, kehidupan orang berduka akan terus berlanjut. Saat
individu terus melanjutkan tugasnya untuk berduka, dominasi
kehilangannya secara bertahap berubah menjadi kecemasan terhadap masa
depan.
3. Tahap Resolusi (Fase Menentukan Hubungan yang Bermakna)
Selama periode ini, orang yang berduka menerima kehilangan,
penyesuaian telah komplit, dan individu kembali pada fungsinya. Kemajuan
ini berhasil karena adanya penanaman kembali emosi seseorang pada
hubungan lain yang lebih bermakna. Penanaman kembali emosi tidak berarti
bahwa posisi orang yang hilang telah tergantikan, tetapi berarti bahwa
individu lebih mampu dalam menanamkan dan membentuk hubungan lain
yang lebih bermakna dengan resolusi, serta prilaku orang tersebut telah
kembali menjadi pilihan yang bebas, mengingat selama menderita prilaku
ditentukan oleh nilai- nilai sosial atau kegelisahan internal.
Bidan dapat membantu orang tua untuk melalui proses berduka,
sekaligus memfasilitasi pelekatan mereka dan anak yang tidak sempurna
dengan menyediakan lingkungan yang aman, nyaman, mendengarkan,
sabar, memfasilitasi ventilasi perasaan negatif mereka dan permusuhan serta
penolakan mereka terhadap bayinya.
Saudara kandung di rumah juga harus diberitahu mengenai
kehilangan sehingga mereka mendapatkan penjelasan yang jujur terhadap
prilaku dari orang tua. Jika tidak, mereka mungkin akan membayangkan
bahwa merekalah penyebab masalah yang mengerikan dan tidak diketahui
tersebut. Saudara kandung perlu diyakinkan kembali bahwa apapun yang
terjadi bukan kesalahan mereka dan bahwa mereka tetap penting, dicintai,
dan dirawat.
Tanggung jawab bidan adalah membagi informasi tersebut pada
orang tua. Keluarga dapat segera merasakan jika sesuatu tidak berjalan
dengan baik. Pada peristiwa kematian, ibu tidak mendengarkan suara bayi
dan ibu mempunyai hak untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin
dari bidan pada saat itu juga. Kejujuran dan realitas akan jauh lebih baik
menghibur daripada keyakinan yang palsu atau kerahasiaan.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikologisnya. Tidak
heran bila ibu mengalami sedikit perubahan prilaku. Masa ini adalah masa
rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.
Dalam teori Reva Rubin membagi periode penyesuaian prilaku ibu
menjadi 3 bagian, yaitu periode taking in, taking hold, dan letting go. Selain
penyesuaian prilaku, ibu juga mengalami penyesuaian dengan perasaan depresi
yang disebut dengan istilah Post Partum Blues yang terjadi selama 10-14 hari
post partum. Dalam masa nifas, kesedihan dan duka cita yang dapat terjadi
diantaranya kehilangan yang dibahas sebagai penyebab Post Partum Blues
(kehilangan keintiman internal dengan bayinya dan hilangnya perhatian.
Kehilangan lain yang penting, tapi sering dilupakan adalah perubahan
hubungan ekslusif antara suami dan istri menjadi kelompok tiga orang yaitu
ayah, ibu dan anak.
B. Saran
Masa nifas adalah masa yang rentan bagi ibu, dimana ibu akan
mengalami perubahan- perubahan fisiologis dan psikologis. Maka dari itu ibu
harus sangat diperhatikan oleh keluarga maupun bidan yang berperan
memberikan dukungan dan pendidikan kesehatan pada ibu masa nifas.

DAFTAR PUSTAKA
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas. Jakarta : Trans Info
Media.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta : CV Andi Offset.