Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

24
ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU MASA NIFAS ( MK : ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI ) OLEH : Ni Ketut Astariani P07124014025 Ni Putu Putri Srikandi P07124014026 Ni Gusti Ayu Putri Astari P07124014027 Ni Made Yuliari Kalvika Dewi P07124014028 Dewa Ayu Pira Ayomi P07124014029

description

adaptasi psikologis

Transcript of Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

Page 1: Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU MASA NIFAS

( MK : ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI )

OLEH :

Ni Ketut Astariani P07124014025

Ni Putu Putri Srikandi P07124014026

Ni Gusti Ayu Putri Astari P07124014027

Ni Made Yuliari Kalvika Dewi P07124014028

Dewa Ayu Pira Ayomi P07124014029

Ida Ayu Sintya Arsefani P07124014030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI D III JURUSAN KEBIDANAN

2015

Page 2: Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Adaptasi

Psikologis Ibu pada Masa Nifas” ini sesuai dengan rencana. Penulis berterima

kasih kepada Ibu Ni Gusti Kompiang Sriasih, S. ST., M. Kes selaku dosen mata

Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui, karena atas bimbingan dan

masukannya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka

menambah wawasan serta pengetahuan mengenai adaptasi psikologis yang

dialami ibu pada masa nifas. Oleh sebab itu penulis berharap adanya kritik dan

saran untuk perbaikan makalah selanjutnya.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Denpasar, 3 September 2015

Penulis

Page 3: Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

DAFTAR ISI

PRAKATA..................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................... 1

B. Tujuan................................................................................................ 1

C. Manfaat.............................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas.................................................. 2

B. Post Partum Blues.............................................................................. 8

C. Kesedihan dan Duka Cita.................................................................. 9

BAB III PENUTUP

A. Simpulan............................................................................................ 12

B. Saran.................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta

keluar dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan semula

(sebelum hamil). Biasanya berlangsung selama lebih kurang 6-8 minggu.

Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang

juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Tidak heran

bila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan sesekali merasa kerepotan.

Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.

Peran bidan sangat dibutuhkan ibu sebagai pembimbing dan pemberi

nasehat demi kesehatan ibu dan anaknya. Ibu biasanya akan mengalami atau

merasakan hal-hal yang baru setelah melahirkan. Beberapa ibu setelah

melahirkan akan mengalami masa –masa sulit ibu akan terpengaruh dengan

lingkungan sekitarnya. Ibu akan mulai beradaptasi dengan hal yang baru

seperti adanya bayi.

Tidak sedikit bayi tidak terselamatkan, baik dalam waktu kehamilan,

persalinan maupun waktu setelah dilahirkan. Ibu yang bayinya tidak

terselamatkan dan akan mengalami kesedihan yang mendalam. Maka dari itu

bidan sangat berperan dalam masalah ini untuk memberikan asuhan kepada

ibu.

B. Tujuan

Makalah ini kami susun bertujuan untuk mengetahui adaptasi

psikologis ibu pada masa nifas, depresi masa nifas (Post Partum Blues) serta

kesedihan dan duka cita pada masa nifas.

C. Manfaat

Makalah ini kami susun agar bermanfaat bagi mahasiswa yang akan

menemui kasus di lapangan praktik mengenai psikologis ibu nifas, depresi

Page 5: Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

yang dialami ibu pada masa nifas dan kehilangan serta duka cita yang mungkin

dialami ibu pada masa nifas.

Page 6: Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Setelah melahirkan ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang

juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ibu mengalami

stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan

asimilasi terhadap bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap

pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan

perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar biasa sekarang

untuk menjadi seorang “ibu”.

1. Ikatan Antara Ibu-Bayi (Bonding)

Menurut Brazetton (1978), bonding (ikatan) didefinisikan sebagai

suatu ketertarikan satu sama lain (mutual) yang pertama kali antar individu,

seperti antara orang tua dan anak pada waktu pertama kali bertemu. Proses

kasih sayang dapat berlangsung secara terus- menerus, dimulai pada saat ibu

hamil dan semakin menguat pada awal masa pasca melahirkan.

Lima kondisi yang dapat mempengaruhi ikatan, menurut Mercer

(1982) adalah sebagai berikut:

a) Kesehatan emosional orang tua (termasuk kemampuan untuk

mempercayai orang lain)

b) Sistem dukungan sosial yang meliputi pasangan hidup, teman dan

keluarga

c) Suatu tingkat keterampilan dalam berkomunikasi dan dalam memberi

asuhan yang kompeten

d) Kedekatan orang tua dengan bayi

e) Kecocokan orang tua bayi (termasuk keadaan, temperamen dan jenis

kelamin bayi)

f) Apabila salah satu kondisi tersebut di atas tidak terpenuhi/ terganggu

maka diperlukan intervensi ahli lebih lanjut (rujukan) untuk memastikan

proses ikatan (Boback, 1995).

Page 7: Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

2. Adaptasi Psikologis Normal

Perubahan psikologis pada masa nifas terjadi karena:

a) Pengalaman selama persalinan

b) Tanggung jawab peran sebagai ibu

c) Adanya anggota keluarga baru (bayi)

d) Peran baru sebagai ibu bagi bayi

Ibu yang baru melahirkan membutuhkan mekanisme

penanggulangan (coping) untuk mengatasi perubahan fisik dan

ketidaknyamanan selama masa nifas termasuk kebutuhan untuk

mengembalikan figur seperti sebelum hamil serta perubahan hubungan

dengan keluarga.

Dalam adaptasi psikologis setelah melahirkan, terjadi tiga

penyesuaian yaitu:

a)Penyesuaian Ibu (Maternal Adjustment)

Menurut Reva Rubin (1963) seorang ibu yang baru melahirkan

mengalami adaptasi psikologis pada masa nifas dengan melakukan tiga

fase penyesuian ibu (prilaku ibu) terhadap perannya sebagi ibu. Bagi

keluarga muda, masa nifas atau masa pasca melahirkan merupakan “awal

keluarga baru” sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran

barunya. Tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi

yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya

merupakan dukungan positif untuk ibu.

Dalam menjalani adaptasi psikologis setelah melahirkan, Reva

Rubin (1963) mengatakan bahwa ibu akan melalui fase- fase sebagai

berikut:

1) Fase Taking In (Prilaku Dependen)

(a) Fase ini merupakan periode ketergantungan dimana ibu

mengharapkan segala kebutuhannya terpenuhi orang lain.

(b) Berlangsung selama 1-2 hari setelah melahirkan, dimana fokus

perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri (ibu lebih berfokus

pada dirinya)

Page 8: Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

(c) Beberapa hari setelah melahirkan akan menanggupkan

keterlibatannya dalam tanggung jawabnya

(d) Disebut fase Taking In (fase menerima) selama 1-2 hari pertama

ini, karena selama waktu ini, ibu yang baru melahirkan

memerlukan perlindungan dan perawatan

(e) Sedangkan dikatakan sebagai fase dependen selama 1-2 hari

pertama ini karena pada waktu ini, ibu menunjukkan kebahagiaan

atau kegembiraan yang sangat dan sangat senang untuk

menceritakan tentang pengalamannya melahirkan

(f) Pada fase ini, ibu lebih mudah tersinggung dan cenderung pasif

terhadap lingkugannya disebabkan karena faktor kelelahan. Oleh

karena itu, ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala

kurang tidur. Disamping itu, kondisi tersebut perlu dipahami

dengan menjaga komunikasi yang baik.

(g) Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ektra makanan untuk

proses pemulihan ibu dan nafsu makan ibu juga sedang

meningkat

2) Fase Taking Hold (Perilaku Dependen-Independen)

(a) Pada fase taking hold atau dependen mandiri ini, secara

bergantian timbul kebutuhan ibu untuk mendapatkan perawatan

dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa

melakukan segala sesuatu secara mandiri.

(b) Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan

(c) Pada fase ini, ibu sudah mulai menunjukkan kepuasan (terfokus

pada bayinya)

(d) Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan pada

dirinya dan juga pada bayinya.

(e) Ibu mudah sekali didorong untuk melakukan perawatan pada

bayinya.

(f) Pada fase ini, ibu berespon dengan penuh semangat untuk

memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara

Page 9: Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

perawatan bayi dan ibu memiliki keinginan untuk merawat

bayinya secara langsung.

(g) Pada fase ini sangatlah tepat bagi bidan untuk memberikan

pendidikan kesehatan tentang hal- hal yang diperlukan bagi ibu

yang baru melahirkan dan bayinya.

(h) Bidan perlu memberikan dukungan tambahan bagi ibu yang baru

melahirkan berikut ini:

(1) Ibu primipara yang belum berpengalaman mengasuh anak.

(2) Ibu yang merupakan wanita karier.

(3) Ibu yang tidak mempunyai keluarga untuk dapat berbagi rasa.

(4) Ibu yang berusia remaja.

(5) Ibu yang tidak bersuami.

Karena ibu- ibu tersebut seringkali mengalami kesulitan

menyesuaikan diri terhadap isolasi yang dialaminya dan tidak

menyukai terhadap tanggung jawabnya di rumah dan merawat bayi.

3) Fase Letting Go (Perilaku Interdependen)

(a) Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung setelah 10 hari pasca melahirkan.

(b) Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan

bayinya.

(c) Keinginan ibu untuk merawat diri dan bayinya sangat meningkat

pada fase ini.

(d) Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk

mengobservasi bayi.

(e) Hubungan antarpasangan memerlukan dengan kehadiran anggota

baru (bayi).

b) Penyesuaian Ayah (Paternal Adjusment)

Bayi baru lahir memberikan dampak yang besar terhadap ayah.

Greenberg dan Morris (1976) menyebutkan absor besi, keasikan dan

kesenangan ayah dengan bayinya sebagai engrossment, yaitu:

1) Sebagai ayah menunjukkan keterlibatannya yang dalam dengan

bayinya.

Page 10: Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

2) Ayah terpikat dengan bayinya.

3) Ayah sering merasa kontak dengan rabaan atau kontak dari mata ke

mata dengan bayinya.

4) Ayah sering merasakan bahwa harga dirinya atau rasa percaya dirinya

meningkat yaitu merasa lebih besar, lebih dewasa dan lebih tua pada

saat melihat bayinya pertama kali.

5) Ayah mengalami tiga tahap proses selama tiga minggu pertama bayi

baru lahir yaitu:

(a) Tahap I: pengalaman bagaimana rasanya bila nanti membawa

bayinya ke rumah.

(b) Tahap II: realitas yang tidak menyangka menjadi ayah.

(c) Tahap III: keputusan yang dilakukan dengan sadar untuk

mengontrol dan menjadi lebih aktif terlibat dalam kehidupan

bayinya.

6) Untuk itu, bidan juga harus dapat membantu para ayah dalam

melewati masa transisi ini, dengan:

(a) Membantu ayah untuk meninjau kembali harapan pada saat

menjadi ayah.

(b) Memberi informasi yang realistis dan konsisten tentang tingkah

laku bayi.

(c) Melibatkan ayah yang ingin mengetahui cara perawatan bayi.

(d) Menganjurkan ayah untuk berbagi perasaan tentang pengalaman

baru memiliki bayi dengan istrinya.

c) Penyesuaian Orang Tua dan Bayi (Infant Parent Adjusment)

Interaksi orang tua bayi dikarakteristikan dengan satu rangkaian

irama (ritme), perilaku repertoar atau repertoires, dan pola tanggung

jawab (reponsivity).

1) Ritme (Irama kehidupan)

Baik orang tua maupun bayi harus mampu untuk saling

berinteraksi dan orang tua harus bekerja keras untuk membantu bayi

mempertahankan keadaan siap untuk berinteraksi.

Page 11: Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

2) Perilaku Repertoires

Ayah dan ibu menggunakan perilaku ini tergantung pada

kontak atau pemberian perawatan pada bayi.

(a) Repertoires pada bayi meliputi perilaku menatap dimana bayi

dapat memfokuskan tatapan dan mengikuti wajah dan orang sejak

lahir (kontrol sadar), bersuara dan ekspresi wajah dimana bahasa

tubuh adalah bahasa awal bayi.

(b) Repertoires pada orang tua mencakup berbagai perilaku orang tua

dalam berinteraksi dengan bayinya seperti berusaha berbicara

dengan lambat, halus dan berusaha agar bayi mendengarkan

pembicaraan, bermain dengan bayi dan menirukan prilaku bayi.

3) Reponsivity

Reponsivity terjadi pada waktu khusus dan sama dalam suatu

stimulasi prilaku mendapatkan suatu perasaan dalam prilaku yang

mempengaruhi interaksi untuk berbuat positif (feedback). Dengan kata

lain, responsivity merupakan respon yang terjadi pada waktu tertentu

dan bentuknya sama dengan prilaku stimulus. Respon- respon tersebut

merupakan imbalan bagi orang yang memberi stimulus, misalnya bila

orang dewasa meniru bayi.

B. Post Partum Blues

Reaksi penyesuaian dengan perasaan depresi yang juga dikenal dengan

istilah “Post Partum Blues” merupakan periode sementara terjadinya depresi

yang seringkali terjadi selama beberapa hari setelah kelahiran dan berakhir

setelah 10- 14 hari. Post Partum Blues ini dapat disebabkan oleh:

1. Perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima

kehadiran bayinya, yang merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang

dirasakan.

2. Perubahan fisik selama beberapa bulan kehamilan dimana terjadi perubahan

kadar hormon estrogen, progesteron dan prolaktin yang cepat setelah

melahirkan. Setelah melahirkan dan lepasnya plasenta dari dinding rahim,

Page 12: Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

tubuh ibu mengalami perubahan besar dalam jumlah hormon tersebut

sehingga membutuhkan waktu untuk penyesuaian diri.

3. Perubahan emosional, dimana kehadiran seorang bayi dapat membuat

perbedaan besar dalam kehidupan ibu dalam hubungannya dengan suami,

orang tua, maupun anggota keluarga lain.

Gejala- gejala Post Partum Blues antara lain, ibu mengalami perubahan

perasaan, menangis, cemas, kesepian, khawatir mengenai bayinya, tidak

mampu beradaptasi, sensitif, tidak nafsu makan, sulit tidur, penurunan gairah

seks dan kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu.

Post Partum Blues ini seringkali terjadi pada saat ibu masih dirawat di

rumah sakit atau klinik bersalin, tetapi juga bisa berlangsung setelah ibu di

rumah. Post Partum Blues lebih berat dialami oleh ibu primipara daripada ibu

multipara. Post Partum Blues dapat sembuh kembali tanpa pengobatan, namun

bila gejala- gejala terjadi menetap atau memburuk, ibu membutuhkan evaluasi

lebih lanjut terhadap depresi pasca partum.

Bidan dapat membantu ibu yang mengalami gejala- gejala Post Partum

Blues ini, dengan:

1. Membantu perawatan diri ibu dan bayinya.

2. Memberikan informasi yang tepat.

3. Menyarankan pada ibu untuk meminta bantuan pada suami atau keluarga,

memberitahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan, membuang rasa

cemas dan khawatir akan kemampuan merawat bayi dan mencari hiburan

untuk diri sendiri.

C. Kesedihan dan Duka Cita

Proses berduka sangat bervariasi, tergantung dari apa yang hilang, serta

persepsi dan keterlibatan individu terhadap apapun yang hilang. “Kehilangan”

dapat memiliki makna, mulai dari pembatalan kegiatan (piknik, perjalanan atau

pesta) sampai kematian orang yang dicintai. Seberapa berat kehilangan

tergantung dari persepsi individu yang menderita kehilangan. Derajat

kehilangan pada individu direfleksikan dalam respon terhadap kehilangan.

Contohnya, kematian dapat menimbulkan respon berduka yang ringan sampai

Page 13: Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

berat, bergantung pada hubungan dan keterlibatan individu dengan orang yang

meninggal.

Kehilangan maternitas termasuk hal yang dialami wanita yang

mengalami infertilitas (wanita yang tidak mampu hamil atau yang tidak mampu

mempertahankan kehamilannya), yang mendapatkan bayinya hidup, tetapi

kemudian kehilangan harapan (prematuritas atau kecacatan kongenital), dan

kehilangan yang dibahas sebagai penyebab Post Partum Blues (kehilangan

keintiman internal dengan bayinya dan hilangnya perhatian. Kehilangan lain

yang penting, tapi sering dilupakan adalah perubahan hubungan ekslusif antara

suami dan istri menjadi kelompok tiga orang, ayah ibu anak. Dalam hal ini,

“berduka” dibagi dalam tiga tahap, antara lain:

1. Tahap Syok

Tahap ini merupakan tahap awal dari kehilangan. Manifestasi prilaku

meliputi penyangkalan, ketidakpercayaan, marah, jengkel, ketakutan,

kecemasan, rasa bersalah, kekosongan, kesendirian, kesedihan, isolasi, mati

rasa, menangis, introversi (memikirkan dirinya sendiri), tidak rasional,

bermusuhan, kebencian, kegetiran, kewaspadaan akut, kurang inisiatif,

bermusuhan, mengasingkan diri, berkhianat, frustasi dan kurang

konsentrasi. Manifestasi fisik meliputi gelombang disstres somatic yang

berlangsung selama 20-60 menit, menghela nafas panjang, penurunan berat

badan, anoreksia, tidur tidak tenang, keletihan, penampilan kurus dan

tampak lesu, nafas pendek, mengeluh tersiksa karena nyeri di dada,

kelemahan umum dan kelemahan pada tungkai.

2. Tahap Penderitaan (Fase Realitas)

Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya penyesuaian

terhadap realitas yang ia lakukan terjadi selama periode ini. Contohnya,

orang yang berduka akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya tanpa

kehadiran orang yang disayanginya. Dalam rangka ini, ia akan selalu

terkenang dengan orang yang dicintai sehinggak kadang akan muncul

perasaan marah, rasa bersalah, dan takut. Nyeri karena kehilangan akan

dirasakan secara menyeluruh, dalam realitas yang memanjang dan dalam

ingatan setiap hari. Menangis adalah salah satu pelepasan emosi yang

Page 14: Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

umum. Selama masa ini, kehidupan orang berduka akan terus berlanjut. Saat

individu terus melanjutkan tugasnya untuk berduka, dominasi

kehilangannya secara bertahap berubah menjadi kecemasan terhadap masa

depan.

3. Tahap Resolusi (Fase Menentukan Hubungan yang Bermakna)

Selama periode ini, orang yang berduka menerima kehilangan,

penyesuaian telah komplit, dan individu kembali pada fungsinya. Kemajuan

ini berhasil karena adanya penanaman kembali emosi seseorang pada

hubungan lain yang lebih bermakna. Penanaman kembali emosi tidak berarti

bahwa posisi orang yang hilang telah tergantikan, tetapi berarti bahwa

individu lebih mampu dalam menanamkan dan membentuk hubungan lain

yang lebih bermakna dengan resolusi, serta prilaku orang tersebut telah

kembali menjadi pilihan yang bebas, mengingat selama menderita prilaku

ditentukan oleh nilai- nilai sosial atau kegelisahan internal.

Bidan dapat membantu orang tua untuk melalui proses berduka,

sekaligus memfasilitasi pelekatan mereka dan anak yang tidak sempurna

dengan menyediakan lingkungan yang aman, nyaman, mendengarkan,

sabar, memfasilitasi ventilasi perasaan negatif mereka dan permusuhan serta

penolakan mereka terhadap bayinya.

Saudara kandung di rumah juga harus diberitahu mengenai

kehilangan sehingga mereka mendapatkan penjelasan yang jujur terhadap

prilaku dari orang tua. Jika tidak, mereka mungkin akan membayangkan

bahwa merekalah penyebab masalah yang mengerikan dan tidak diketahui

tersebut. Saudara kandung perlu diyakinkan kembali bahwa apapun yang

terjadi bukan kesalahan mereka dan bahwa mereka tetap penting, dicintai,

dan dirawat.

Tanggung jawab bidan adalah membagi informasi tersebut pada

orang tua. Keluarga dapat segera merasakan jika sesuatu tidak berjalan

dengan baik. Pada peristiwa kematian, ibu tidak mendengarkan suara bayi

dan ibu mempunyai hak untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin

dari bidan pada saat itu juga. Kejujuran dan realitas akan jauh lebih baik

menghibur daripada keyakinan yang palsu atau kerahasiaan.

Page 15: Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang

juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikologisnya. Tidak

heran bila ibu mengalami sedikit perubahan prilaku. Masa ini adalah masa

rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.

Dalam teori Reva Rubin membagi periode penyesuaian prilaku ibu

menjadi 3 bagian, yaitu periode taking in, taking hold, dan letting go. Selain

penyesuaian prilaku, ibu juga mengalami penyesuaian dengan perasaan depresi

yang disebut dengan istilah Post Partum Blues yang terjadi selama 10-14 hari

post partum. Dalam masa nifas, kesedihan dan duka cita yang dapat terjadi

diantaranya kehilangan yang dibahas sebagai penyebab Post Partum Blues

(kehilangan keintiman internal dengan bayinya dan hilangnya perhatian.

Kehilangan lain yang penting, tapi sering dilupakan adalah perubahan

hubungan ekslusif antara suami dan istri menjadi kelompok tiga orang yaitu

ayah, ibu dan anak.

B. Saran

Masa nifas adalah masa yang rentan bagi ibu, dimana ibu akan

mengalami perubahan- perubahan fisiologis dan psikologis. Maka dari itu ibu

harus sangat diperhatikan oleh keluarga maupun bidan yang berperan

memberikan dukungan dan pendidikan kesehatan pada ibu masa nifas.

Page 16: Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, Anik. 2009. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas. Jakarta : Trans Info

Media.

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.

Yogyakarta : CV Andi Offset.