Acara vi vegetatif
-
Upload
perdos5-cuy -
Category
Documents
-
view
3.037 -
download
4
Transcript of Acara vi vegetatif
ACARA VI
PEMBIAKAN VEGETATIF
A. PENDAHULUAN
Tujuan
Mempelajari berbagai macam pembiakan vegetatif pada berbagai
tanaman.
Dasar Teori
Dasar dari pembiakan vegetatif adalah pembiakan secara tidak kawin
(Asex) dimana ada kesanggupan tanaman untuk membentuk kembali (regenerasi)
jaringan dan bagian lainnya. Ada beberapa alasan yang utama adalah bahwa
banyak tanaman yang mempunyai sifat tidak sama dengan induknya apabila
dibiakkan dengan biji. Pembiakkan vegetatif dapat terjadi secara alamiah maupun
dibuat oleh manusia. Banyak cara pembiakkan vegetatif dilakukan. Pemilihan cara
ini tergantung kepada jenis tanamannya dan tujuan dari pembiakannya.
Untuk memperoleh tanaman yang sama sifatnya dengan induknya, maka
pembiakan vegetatif mempunyai peranan penting terutama bagi tanaman yang
sukar dibiakkan dengan biji. Oleh karena itu maka dalam rangka usaha
memperoleh tanaman yang mempunyai sifat yang sama dengan induknya dalam
waktu yang relatif singkat maka pembiakan vegetatif perlu diperhatikan terutama
pada praktikum ini yaitu pembiakan secara stek..
Menurut Harjadi (1979), keuntungan pembiakan vegetatif antara lain:
1. Bahan-bahan heterosigus dapat dilestarikan tanpa perubahan.
2. Pembiakan vegetatif lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan
pembiakan benih
3. Pembiakan vegetatif melestarikan klon-klon tak berbiji.
Menurut Jumin (1988), pembiakan vegetatif berlangsung dengan cara
pelepasan organ vegetatif dari tumbuhan induknya yang kemudian tumbuh
menjadi individu baru. Aseksual berlangsung tanpa perubahan susunan
kromosom, sehingga sifat yang diturunkan sama dengan sifat induknya.
Cara stek ini, banyak dipilih orang, apalagi pengebun buah-buahan dan
tanaman hias. Alasannya karena bahan yang digunakan untuk membuat stek ini
hanya sedikit, tetapi dapat diperoleh jumlah yang banyak.
Stek cabang pada sebagian orang menyebut stek kayu karena umumnya
tanaman yang dikembangkan dengan stek cabang adalah tanaman yang berkayu.
Stek cabang ini meliputi stek cabang yang sudah tua dan stek cabang setengah
tua.
Dua model stek cabang ini sering digunakan untuk memperbanyak
tanaman yang mempunyai empulur banyak, dengan demikian dianggap perlu
untuk menambah kayu pada pangkal stek agar karbohidrat yang tersedia
berjumlah cukup. Seperti yang kita ketahui bahwa peranan karbohidrat untuk
membentuk perakaran sangat besar.
Stek pucuk diambil dari pucuk- pucuk batang tanaman yang dapat
diperbanyak dengan stek pucuk. Stek ini biasanya digunakan pada tanaman hias,
misalnya bunga sepatu, soka, dan gardenia. Pada tanaman perkebunan, misalnya
tebu, stevia, dan teh, sedang pada tanaman pangan adalah ubi jalar.
B. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
Tanaman lada
Tanaman durian
Tanah
Rootone F 4 Lt/gr
Pupuk kandang
2. Alat
Polibag
Gunting
Gembor
Plastik pengikat
Plastik pembungkus
Pisau/cutter
C. PROSEDUR KERJA
1. Okulasi.
a. Tanaman yang akan diokulasi adalah tanaman durian sebanyak tiga
buah.
b. Sebagai batang bawah disiapkan tanaman durian yang telah tumbuh di
dalam polibag setinggi ±50 cm.
c. Tanaman durian yang akan dijadikan sebagai calon batang atas juga
disiapkan. Calon batang atas adalah pucuk batang durian dari tanaman
lain.
d. Kulit batang bawah dikerat selebar ± 0,5 – 1 cm dengan panjang ± 2 cm
berbentuk persegi panjang atau jendela.
e. Kulit dibuka dari batang tetapi tidak sampai terlepas dari batang dan
sebagian lidah kupasan dibuang (± 2/3 bagian ).
f. Masing – masing entris yang ada mata tunasnya diambil dari calon
batang atas.
g. Ujung bawah mata tunas diselipkan pada bagian ujung lidah yang tersisa
pada batang bawah dan kemudian diikat dengan tali plastik yang
transparan. Diusahakan agar mata tunas tidak ikut terbungkus.
h. Keberhasilan okulasi ditunggu selama tiga minggu dan selama itu
dilakukan penyirman setiap hari.
2. Sambung pucuk tanaman durian.
2.1. Polibag
a. Sebagai batang bawah disiapkan tanaman durian yang telah
tumbuh di dalam polibag setinggi ± 50 cm sebanyak tiga tanaman.
b. Tanaman durian yang akan dijadikan batang atas juga disiapkan.
Diusahakan ukurannya sama dengan batang bawah.
c. Batang bawah dipotong dan disisakan setinggi ± 15 cm dari
permukaan polibag, kemudian dibelah sama besar dengan ukuran 3
cm – 5 cm.
d. Batang atas yang hendak disambung dipotong dari tanaman induk
dengan panjang 10 cm – 16 cm dari pucuknya.
e. Pucuk tersebut bagian pangkal kiri dan kanannya dipotong miring
seperti kapak sepanjang 3 cm – 5 cm.
f. Pucuk diselipkan pada batang bawah dan diikat dengan tali plastik.
g. Setelah tanaman tersambung sempurna, daun – daun yang ada
dipangkas sehingga dalam satu tanaman paling banyak terdapat 3
helai daun.
h. Tanaman disungkup dengan menggunakan plastik transparan dan
sungkup tersebut juga menutupi sambungan.
i. Keberhasilan sambung pucuk ditunggu selama tiga minggu dan
selama itu dilakukan penyiraman setiap hari.
2.2. Lahan.
Sambung pucuk di lahan caranya sama dengan sambung pucuk di polibag
hanya saja terdapat beberapa perbedaan :
Jumlah tanaman yang akan disambung adalah sebanyak enam buah dengan
perlakuan : tiga tanaman yang telah sempurna disambung, sebelum
disungkup dibersihkan dari daun – daun yang ada. Sedangkan tiga tanaman
lain perlakuannya sama dengan tanaman yang ada di polibag.
Tanaman berada di lahan terbuka tanpa naungan.
3. Stek
a. Bahan untuk melakukan stek adalah tanaman lada.
b. Batang lada yang diperoleh dari tanaman induk dipotong – potong :
Untuk lada rambat diperlukan 6 potong sebagai bahan stek.
Untuk lada perdu diperlukan 2 potong sebagai bahan stek.
Masing – masing potongan diupayakan memiliki ruas sebanyak tiga
buah. Pada bagian atas dipotong rata, sedangkan pada bagian yang
akan ditancapkan ke dalam tanah dipotong secara miring.
c. Media tanam berupa tanah yang telah dicampur pupuk organik,
dimasukkan ke dalam polibag dengan tinggi ± ¾ polibag.
d. Tiga potong lada rambat dan satu potong lada perdu, pada bagian yang
akan dijadikan akar dicelupkan ke dalam larutan Rootone F.
e. Semua bahan stek baik yang dicelupkan ke dalam larutan Rootone F
maupun tidak ditanam ke dalam masing – masing polibag.
f. Apabila tanah kurang lembab, maka dilakukan penyiraman.
g. Penyungkupan dilakukan pada 2 stek lada perdu.
D. DATA DAN PENGAMATAN
Tabel 1. Prosentase keberhasilan pembiakan vegetatif dengan cara okulasi dan sambung pucuk
Teknik
pembiakanPerlakuan
Jumlah
dibuat
Tanggal
pembuata
n
Tanggal
pengamatan
terakhir
Jumlah
berhasil
Prosentase
keberhasil
an
Okulasi - 3
2
November
2003
23
November
2003
0 0 %
Sambung :
Di lahan
- dengan
daun
- tanpa daun
3
9
November
2003
30
November
2003
0 0 %
Sambung :
Di polibag
dengan
daun3
2
November
2003
23
November
2003
1 33,3 %
DAFTAR PUSTAKA
Haddy, Suwarno, dkk. 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan Penanganan Pasca Panen. Jakarta : Raja Grafindo.
Hardjowigeno, Sarwono, Dr., Ir. 1987 Ilmu tanah. Bogor : PT Melson Putra.
Harjadi, Sri Setyati. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta : PT Gramedia.
Sunargiono, Hendro dan Nina Salvia. 1993. Respon Beberapa Varietas Kacang
Panjang Terhadap Perlakuan Benih. Buletin Penelitian Hortikultura
Volume XXV No. 4 : 84 – 91.
Tabel 2. Prosentase keberhasilan pembiakan vegetatif dengan cara stek
Teknik
pembiakanPerlakuan
Jumlah
dibuat
Tanggal
pembuatan
Tanggal
pengamatan
terakhir
Jumlah
berhasil
Jumlah
akar
Prosentase
keberhasil
an
Stek :
Lada perduDengan
Rootone F1
2
November
2003
23
November
2003
1 1 100 %
Tanpa
Rootone F1
2
November
2003
23
November
2003
1 - 100 %
Lada
rambat
Dengan
Rootone F 3
2
November
2003
23
November
2003
3 16 100 %
Tanpa
Rootone F3
2
November
2003
23
November
2003
3 9 100 %
Keterangan :
Prosentase keberhasilan = Jumlah yang berhasil x 100 %
Jumlah yang dibuat
Stek tidak dilakukan tindakan pengulangan.
Okulasi diulang satu kali.
Sambung pucuk diulang satu kali.
E. PEMBAHASAN
Teknik yang dilakukan pada praktikum pembiakan vegetatif kali ini adalah
okulasi ( penyambungan mata ), sambung pucuk (enten, grafting ) dan stek
(cutting ). Pertama yang akan dibahas kali ini adalah mengenai okulasi, okulasi
ialah menyatukan dua atau lebih bagian tanaman dan terbatas sampai tingkat
familia saja ( Suwasono Heddy, 1994). Pada praktikum kali ini okulasi dibuat
pada tiga tanaman durian yang dilakukan pemeliharaan selama tiga minggu.
Tindakan pemeliharaan yang dilakukan adalah hanya sebatas penyiraman saja.
Penyiraman ini memiliki fungsi untuk mencegah agar tanaman tidak mengalami
kekeringan yang dapat menyebabkan tanaman tersebut mati. Waktu yang baik
untuk dilakukannya penyiraman adalah sore hari karena air tidak akan banyak
yang hilang karena adanya proses penguapan.
Berdasarkan hasil pengamatan, kegiatan okulasi yang kami lakukan
mengalami kegagalan dan tingkat keberhasilannya 0 %, hal ini disebabkan karena
tidak ada satupun hasil tempelan okulasi yang berhasil. Berhasil disini
maksudnya adalah apabila tempelan mata tunas tetap berwarna hijau segar dan
gagal apabila tempelan mata tunas berwarna coklat dan kering. Oleh karena itu,
kegiatan okulasi ini dilakukan pengulangan dengan tujuan agar mencapai
keberhasilan yang diinginkan.
Pada proses pengulangan okulasi yang berada di polibag seminggu
sebelum pengulangan, media dipupuk dengan pupuk urea sebanyak satu gram.
Pupuk diletakkan di tepi polibag. Cara penempatan pupuk tersebut tidak boleh
sembarangan karena harus berdasarkan salt indeks dan kadar pupuk itu sendiri.
Hal ini dilakukan agar tanaman tidak mengalami plasmolisis yang menyebabkan
kematian. Pupuk diberikan pada tepian polibag dengan jari – jari 6 cm dan tiap –
tiap lubang diberi pupuk sebanyak satu gram.
Setelah tiga minggu dari hari pengulangan hasil yang didapat sama saja
yaitu kegagalan. Kegagalan ini disebabkan oleh faktor – faktor sebagai berikut
(Hendro Sunaryono, 1984 ) :
Tidak diperhatikannya kelembaban udara di tempat berlangsungnya proses
okulasi.
Tidak diperhatikannya suhu di tempat berlangsungnya proses okulasi.
Suhu ideal untuk melakukan okulasi adalah antara 15 C – 25 C.
Terlalu banyak terkena sinar matahari secara langsung.
Dilakukan pada musim hujan yang lebat, karena mata tempel mudah
busuk.
Teknik pembiakan vegetatif yang selanjutnya adalah teknik sambung
pucuk ( enten,grafting ). Tujuan dilakukannya sambung pucuk ini adalah untuk
( Hendro Sunaryono, 1984 ) :
a. Mempertahankan sifat baik daripada induknya.
b. Mendapatkan tanaman yang tahan terhadap penyakit akar.
c. Cepat berbuah.
d. Memperpendek tanaman.
e. Mendapatkan perakaran yang kuat.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada kegiatan sambung pucuk ini juga
mengalami kegagalan yang sama. Gagal, karena setelah tiga minggu sambungan
mengalami kelayuan atau mati. Untuk sambung pucuk dilakukan pengulangan
juga dengan melepas sambungan atau batang atas dan memupuk tanah dengan
pupuk urea sebanyak 2 gram. Cara pemupukan yang dilakukan hampir sama
dengan pemupukan pada okulasi di polibag, yaitu dengan memberi pupuk pada
tepian tanaman dengan jari – jari sekitar 6 cm. Seminggu setelah pemupukan
dilakukan penyambungan kembali.
Setelah tiga minggu dari waktu pengulangan ternyata hasilnya sama saja
yaitu kegagalan. Tanaman durian hasil sambung yang berada di lahan baik yang
berdaun maupun yang tidak mengalami kegagalan. Sedangkan hasil sambung
yang berada pada polibag dari tiga tanaman durian terdapat satu tanaman yang
berhasil. Dikatakan berhasil karena adanya tunas pada batang atas yang
disambung dan ketika batang atas dilukai ternyata kulitnya masih berwarna hijau
dan segar.
Jika dibandingkan antara tanaman sambung yang hidup di lahan dengan
tanaman sambung yang hidup di polibag ternyata kemungkinan tanaman tersebut
hidup di polibag lebih besar dibandingkan dengan di lahan. Hal ini dikarenakan
polibag diletakkan di tempat yang terlindung sehingga perubahan faktor cuaca
yang menjadi kendala terbesar dapat diminimalisasikan. Faktor yang
menyebabkan gagalnya sambung pucuk ini adalah hampir sama dengan dengan
okulasi, hanya saja pada sambung pucuk ini kecepatan menyambungnya
merupakan hal yang harus diperhatikan.
Teknik pembiakan yang terakhir adalah stek ( cutting ). Pada praktikum
kali ini bahan stek adalah tanaman lada, tanaman ini dibedakan menjadi dua jenis
yakni lada perdu dan lada rambat. Keduanya berada pada satu tanaman, yang
membedakannya adalah lada perdu merupakan batang dari tanaman lada induk
yang berasal dari cabang plagiotrof dan memiliki batang yang berwarna
kehijauan. Sedangkan lada rambat memiliki ciri – ciri yakni dari ruas – ruasnya
keluar akar dan batangnya berwarna keunguan. Cabangnya tumbuh dari cabang
primer.
Batang yang ditanam, pada bagian atasnya dipotong mendatar dan tidak
dipotong secara miring. Ini bertujuan untuk mengurangi penguapan yang terjadi.
Apabila dipotong secara miring, maka akan semakin memperluas permukaan yang
terbuka dan hal ini dapat mengakibatkan batang menjadi layu dan kering karena
terjadi penguapan yang sangat besar. Namun, sebaliknya apabila batang bawah
dipotong secara miring maka yang terjadi adalah penyerapan unsur hara yang
besar dari dalam tanah sehingga dapat mencukupi nutrisi dari tanaman tersebut.
Hal yang harus diperhatikan selain pemotongan batang adalah menyisakan
satu sampai dua lembar daun dari tanaman lada. Ini bertujuan agar terjadi proses
asimilasi pada tanaman yang dapat mempercepat pertumbuhan akar.
Penanaman tanamana lada perdu dan lada rambat ini dibedakan menjadi
beberapa macam yaitu adanya perlakuan dengan pemberian Rootone F ( semacam
hormon pembentukan akar ) dan sungkup. Pemberian Rootone F ternyata
memberikan pengaruh yang signifikan dalam pertumbuhan akar tanaman lada.
Pada lada perdu yang diberi Rootone F ternyata berhasil keluar akar dengan
jumlah satu buah akar, berbeda dengan yang tidak diberi Rootone F tidak muncul
akar pada tanaman. Hal yang sama terjadi pula pada tanaman lada ranbat, dari
tiga tanaman yang dibuat ternyata ketiganya berhasil dengan munculnya akar pada
tanaman. Pada tanaman lada rambat yang diberi Rootone F jumlah total akar
yang tumbuh sebanyak 16 buah dari tiga tanaman. Sedangkan dari tanaman lada
rambat yang tidak diberi Rootone F jumlah total akar yang tumbuh sebanyak 9
buah dari tiga tanaman. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan Rootone F
sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan akar dan dapat menghambat
perkecambahan ( Salvia, 1993 ).
F. KESIMPULAN
1. Pembiakan vegetatif adalah pembiakan secara tidak kawin (Asex) dimana ada
kesanggupan tanaman untuk membentuk kembali (regenerasi) jaringan dan
bagian lainnya.
2. Teknik yang dilakukan pada pembiakan vegetatif kali ini adalah stek,
sambung pucuk dan okulasi.
LAPORAN PRAKTIKUMDASAR – DASAR AGRONOMI
ACARA VI
PEMBIAKAN VEGETATIF
Oleh :
DWI ANTORO
AIC002007ROMBONGAN C2
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2003