Acara vi vegetatif

21
ACARA VI PEMBIAKAN VEGETATIF

Transcript of Acara vi vegetatif

Page 1: Acara vi vegetatif

ACARA VI

PEMBIAKAN VEGETATIF

A. PENDAHULUAN

Tujuan

Mempelajari berbagai macam pembiakan vegetatif pada berbagai

tanaman.

Dasar Teori

Dasar dari pembiakan vegetatif adalah pembiakan secara tidak kawin

(Asex) dimana ada kesanggupan tanaman untuk membentuk kembali (regenerasi)

jaringan dan bagian lainnya. Ada beberapa alasan yang utama adalah bahwa

banyak tanaman yang mempunyai sifat tidak sama dengan induknya apabila

dibiakkan dengan biji. Pembiakkan vegetatif dapat terjadi secara alamiah maupun

dibuat oleh manusia. Banyak cara pembiakkan vegetatif dilakukan. Pemilihan cara

ini tergantung kepada jenis tanamannya dan tujuan dari pembiakannya.

Untuk memperoleh tanaman yang sama sifatnya dengan induknya, maka

pembiakan vegetatif mempunyai peranan penting terutama bagi tanaman yang

sukar dibiakkan dengan biji. Oleh karena itu maka dalam rangka usaha

memperoleh tanaman yang mempunyai sifat yang sama dengan induknya dalam

waktu yang relatif singkat maka pembiakan vegetatif perlu diperhatikan terutama

pada praktikum ini yaitu pembiakan secara stek..

Menurut Harjadi (1979), keuntungan pembiakan vegetatif antara lain:

1. Bahan-bahan heterosigus dapat dilestarikan tanpa perubahan.

2. Pembiakan vegetatif lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan

pembiakan benih

3. Pembiakan vegetatif melestarikan klon-klon tak berbiji.

Menurut Jumin (1988), pembiakan vegetatif berlangsung dengan cara

pelepasan organ vegetatif dari tumbuhan induknya yang kemudian tumbuh

menjadi individu baru. Aseksual berlangsung tanpa perubahan susunan

kromosom, sehingga sifat yang diturunkan sama dengan sifat induknya.

Page 2: Acara vi vegetatif

Cara stek ini, banyak dipilih orang, apalagi pengebun buah-buahan dan

tanaman hias. Alasannya karena bahan yang digunakan untuk membuat stek ini

hanya sedikit, tetapi dapat diperoleh jumlah yang banyak.

Stek cabang pada sebagian orang menyebut stek kayu karena umumnya

tanaman yang dikembangkan dengan stek cabang adalah tanaman yang berkayu.

Stek cabang ini meliputi stek cabang yang sudah tua dan stek cabang setengah

tua.

Dua model stek cabang ini sering digunakan untuk memperbanyak

tanaman yang mempunyai empulur banyak, dengan demikian dianggap perlu

untuk menambah kayu pada pangkal stek agar karbohidrat yang tersedia

berjumlah cukup. Seperti yang kita ketahui bahwa peranan karbohidrat untuk

membentuk perakaran sangat besar.

Stek pucuk diambil dari pucuk- pucuk batang tanaman yang dapat

diperbanyak dengan stek pucuk. Stek ini biasanya digunakan pada tanaman hias,

misalnya bunga sepatu, soka, dan gardenia. Pada tanaman perkebunan, misalnya

tebu, stevia, dan teh, sedang pada tanaman pangan adalah ubi jalar.

B. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan

Tanaman lada

Tanaman durian

Tanah

Rootone F 4 Lt/gr

Pupuk kandang

Page 3: Acara vi vegetatif

2. Alat

Polibag

Gunting

Gembor

Plastik pengikat

Plastik pembungkus

Pisau/cutter

C. PROSEDUR KERJA

1. Okulasi.

a. Tanaman yang akan diokulasi adalah tanaman durian sebanyak tiga

buah.

b. Sebagai batang bawah disiapkan tanaman durian yang telah tumbuh di

dalam polibag setinggi ±50 cm.

c. Tanaman durian yang akan dijadikan sebagai calon batang atas juga

disiapkan. Calon batang atas adalah pucuk batang durian dari tanaman

lain.

d. Kulit batang bawah dikerat selebar ± 0,5 – 1 cm dengan panjang ± 2 cm

berbentuk persegi panjang atau jendela.

e. Kulit dibuka dari batang tetapi tidak sampai terlepas dari batang dan

sebagian lidah kupasan dibuang (± 2/3 bagian ).

f. Masing – masing entris yang ada mata tunasnya diambil dari calon

batang atas.

g. Ujung bawah mata tunas diselipkan pada bagian ujung lidah yang tersisa

pada batang bawah dan kemudian diikat dengan tali plastik yang

transparan. Diusahakan agar mata tunas tidak ikut terbungkus.

h. Keberhasilan okulasi ditunggu selama tiga minggu dan selama itu

dilakukan penyirman setiap hari.

Page 4: Acara vi vegetatif

2. Sambung pucuk tanaman durian.

2.1. Polibag

a. Sebagai batang bawah disiapkan tanaman durian yang telah

tumbuh di dalam polibag setinggi ± 50 cm sebanyak tiga tanaman.

b. Tanaman durian yang akan dijadikan batang atas juga disiapkan.

Diusahakan ukurannya sama dengan batang bawah.

c. Batang bawah dipotong dan disisakan setinggi ± 15 cm dari

permukaan polibag, kemudian dibelah sama besar dengan ukuran 3

cm – 5 cm.

d. Batang atas yang hendak disambung dipotong dari tanaman induk

dengan panjang 10 cm – 16 cm dari pucuknya.

e. Pucuk tersebut bagian pangkal kiri dan kanannya dipotong miring

seperti kapak sepanjang 3 cm – 5 cm.

f. Pucuk diselipkan pada batang bawah dan diikat dengan tali plastik.

g. Setelah tanaman tersambung sempurna, daun – daun yang ada

dipangkas sehingga dalam satu tanaman paling banyak terdapat 3

helai daun.

h. Tanaman disungkup dengan menggunakan plastik transparan dan

sungkup tersebut juga menutupi sambungan.

i. Keberhasilan sambung pucuk ditunggu selama tiga minggu dan

selama itu dilakukan penyiraman setiap hari.

2.2. Lahan.

Sambung pucuk di lahan caranya sama dengan sambung pucuk di polibag

hanya saja terdapat beberapa perbedaan :

Jumlah tanaman yang akan disambung adalah sebanyak enam buah dengan

perlakuan : tiga tanaman yang telah sempurna disambung, sebelum

disungkup dibersihkan dari daun – daun yang ada. Sedangkan tiga tanaman

lain perlakuannya sama dengan tanaman yang ada di polibag.

Tanaman berada di lahan terbuka tanpa naungan.

3. Stek

a. Bahan untuk melakukan stek adalah tanaman lada.

Page 5: Acara vi vegetatif

b. Batang lada yang diperoleh dari tanaman induk dipotong – potong :

Untuk lada rambat diperlukan 6 potong sebagai bahan stek.

Untuk lada perdu diperlukan 2 potong sebagai bahan stek.

Masing – masing potongan diupayakan memiliki ruas sebanyak tiga

buah. Pada bagian atas dipotong rata, sedangkan pada bagian yang

akan ditancapkan ke dalam tanah dipotong secara miring.

c. Media tanam berupa tanah yang telah dicampur pupuk organik,

dimasukkan ke dalam polibag dengan tinggi ± ¾ polibag.

d. Tiga potong lada rambat dan satu potong lada perdu, pada bagian yang

akan dijadikan akar dicelupkan ke dalam larutan Rootone F.

e. Semua bahan stek baik yang dicelupkan ke dalam larutan Rootone F

maupun tidak ditanam ke dalam masing – masing polibag.

f. Apabila tanah kurang lembab, maka dilakukan penyiraman.

g. Penyungkupan dilakukan pada 2 stek lada perdu.

Page 6: Acara vi vegetatif

D. DATA DAN PENGAMATAN

Tabel 1. Prosentase keberhasilan pembiakan vegetatif dengan cara okulasi dan sambung pucuk

Teknik

pembiakanPerlakuan

Jumlah

dibuat

Tanggal

pembuata

n

Tanggal

pengamatan

terakhir

Jumlah

berhasil

Prosentase

keberhasil

an

Okulasi - 3

2

November

2003

23

November

2003

0 0 %

Sambung :

Di lahan

- dengan

daun

- tanpa daun

3

9

November

2003

30

November

2003

0 0 %

Sambung :

Di polibag

dengan

daun3

2

November

2003

23

November

2003

1 33,3 %

Page 7: Acara vi vegetatif

DAFTAR PUSTAKA

Haddy, Suwarno, dkk. 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan Penanganan Pasca Panen. Jakarta : Raja Grafindo.

Hardjowigeno, Sarwono, Dr., Ir. 1987 Ilmu tanah. Bogor : PT Melson Putra.

Harjadi, Sri Setyati. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta : PT Gramedia.

Sunargiono, Hendro dan Nina Salvia. 1993. Respon Beberapa Varietas Kacang

Panjang Terhadap Perlakuan Benih. Buletin Penelitian Hortikultura

Volume XXV No. 4 : 84 – 91.

Page 8: Acara vi vegetatif

Tabel 2. Prosentase keberhasilan pembiakan vegetatif dengan cara stek

Teknik

pembiakanPerlakuan

Jumlah

dibuat

Tanggal

pembuatan

Tanggal

pengamatan

terakhir

Jumlah

berhasil

Jumlah

akar

Prosentase

keberhasil

an

Stek :

Lada perduDengan

Rootone F1

2

November

2003

23

November

2003

1 1 100 %

Tanpa

Rootone F1

2

November

2003

23

November

2003

1 - 100 %

Lada

rambat

Dengan

Rootone F 3

2

November

2003

23

November

2003

3 16 100 %

Tanpa

Rootone F3

2

November

2003

23

November

2003

3 9 100 %

Keterangan :

Prosentase keberhasilan = Jumlah yang berhasil x 100 %

Jumlah yang dibuat

Stek tidak dilakukan tindakan pengulangan.

Okulasi diulang satu kali.

Sambung pucuk diulang satu kali.

Page 9: Acara vi vegetatif

E. PEMBAHASAN

Teknik yang dilakukan pada praktikum pembiakan vegetatif kali ini adalah

okulasi ( penyambungan mata ), sambung pucuk (enten, grafting ) dan stek

(cutting ). Pertama yang akan dibahas kali ini adalah mengenai okulasi, okulasi

ialah menyatukan dua atau lebih bagian tanaman dan terbatas sampai tingkat

familia saja ( Suwasono Heddy, 1994). Pada praktikum kali ini okulasi dibuat

pada tiga tanaman durian yang dilakukan pemeliharaan selama tiga minggu.

Tindakan pemeliharaan yang dilakukan adalah hanya sebatas penyiraman saja.

Penyiraman ini memiliki fungsi untuk mencegah agar tanaman tidak mengalami

kekeringan yang dapat menyebabkan tanaman tersebut mati. Waktu yang baik

untuk dilakukannya penyiraman adalah sore hari karena air tidak akan banyak

yang hilang karena adanya proses penguapan.

Berdasarkan hasil pengamatan, kegiatan okulasi yang kami lakukan

mengalami kegagalan dan tingkat keberhasilannya 0 %, hal ini disebabkan karena

tidak ada satupun hasil tempelan okulasi yang berhasil. Berhasil disini

maksudnya adalah apabila tempelan mata tunas tetap berwarna hijau segar dan

gagal apabila tempelan mata tunas berwarna coklat dan kering. Oleh karena itu,

kegiatan okulasi ini dilakukan pengulangan dengan tujuan agar mencapai

keberhasilan yang diinginkan.

Pada proses pengulangan okulasi yang berada di polibag seminggu

sebelum pengulangan, media dipupuk dengan pupuk urea sebanyak satu gram.

Pupuk diletakkan di tepi polibag. Cara penempatan pupuk tersebut tidak boleh

sembarangan karena harus berdasarkan salt indeks dan kadar pupuk itu sendiri.

Hal ini dilakukan agar tanaman tidak mengalami plasmolisis yang menyebabkan

kematian. Pupuk diberikan pada tepian polibag dengan jari – jari 6 cm dan tiap –

tiap lubang diberi pupuk sebanyak satu gram.

Setelah tiga minggu dari hari pengulangan hasil yang didapat sama saja

yaitu kegagalan. Kegagalan ini disebabkan oleh faktor – faktor sebagai berikut

(Hendro Sunaryono, 1984 ) :

Tidak diperhatikannya kelembaban udara di tempat berlangsungnya proses

okulasi.

Page 10: Acara vi vegetatif

Tidak diperhatikannya suhu di tempat berlangsungnya proses okulasi.

Suhu ideal untuk melakukan okulasi adalah antara 15 C – 25 C.

Terlalu banyak terkena sinar matahari secara langsung.

Dilakukan pada musim hujan yang lebat, karena mata tempel mudah

busuk.

Teknik pembiakan vegetatif yang selanjutnya adalah teknik sambung

pucuk ( enten,grafting ). Tujuan dilakukannya sambung pucuk ini adalah untuk

( Hendro Sunaryono, 1984 ) :

a. Mempertahankan sifat baik daripada induknya.

b. Mendapatkan tanaman yang tahan terhadap penyakit akar.

c. Cepat berbuah.

d. Memperpendek tanaman.

e. Mendapatkan perakaran yang kuat.

Berdasarkan hasil pengamatan, pada kegiatan sambung pucuk ini juga

mengalami kegagalan yang sama. Gagal, karena setelah tiga minggu sambungan

mengalami kelayuan atau mati. Untuk sambung pucuk dilakukan pengulangan

juga dengan melepas sambungan atau batang atas dan memupuk tanah dengan

pupuk urea sebanyak 2 gram. Cara pemupukan yang dilakukan hampir sama

dengan pemupukan pada okulasi di polibag, yaitu dengan memberi pupuk pada

tepian tanaman dengan jari – jari sekitar 6 cm. Seminggu setelah pemupukan

dilakukan penyambungan kembali.

Setelah tiga minggu dari waktu pengulangan ternyata hasilnya sama saja

yaitu kegagalan. Tanaman durian hasil sambung yang berada di lahan baik yang

berdaun maupun yang tidak mengalami kegagalan. Sedangkan hasil sambung

yang berada pada polibag dari tiga tanaman durian terdapat satu tanaman yang

berhasil. Dikatakan berhasil karena adanya tunas pada batang atas yang

disambung dan ketika batang atas dilukai ternyata kulitnya masih berwarna hijau

dan segar.

Jika dibandingkan antara tanaman sambung yang hidup di lahan dengan

tanaman sambung yang hidup di polibag ternyata kemungkinan tanaman tersebut

hidup di polibag lebih besar dibandingkan dengan di lahan. Hal ini dikarenakan

Page 11: Acara vi vegetatif

polibag diletakkan di tempat yang terlindung sehingga perubahan faktor cuaca

yang menjadi kendala terbesar dapat diminimalisasikan. Faktor yang

menyebabkan gagalnya sambung pucuk ini adalah hampir sama dengan dengan

okulasi, hanya saja pada sambung pucuk ini kecepatan menyambungnya

merupakan hal yang harus diperhatikan.

Teknik pembiakan yang terakhir adalah stek ( cutting ). Pada praktikum

kali ini bahan stek adalah tanaman lada, tanaman ini dibedakan menjadi dua jenis

yakni lada perdu dan lada rambat. Keduanya berada pada satu tanaman, yang

membedakannya adalah lada perdu merupakan batang dari tanaman lada induk

yang berasal dari cabang plagiotrof dan memiliki batang yang berwarna

kehijauan. Sedangkan lada rambat memiliki ciri – ciri yakni dari ruas – ruasnya

keluar akar dan batangnya berwarna keunguan. Cabangnya tumbuh dari cabang

primer.

Batang yang ditanam, pada bagian atasnya dipotong mendatar dan tidak

dipotong secara miring. Ini bertujuan untuk mengurangi penguapan yang terjadi.

Apabila dipotong secara miring, maka akan semakin memperluas permukaan yang

terbuka dan hal ini dapat mengakibatkan batang menjadi layu dan kering karena

terjadi penguapan yang sangat besar. Namun, sebaliknya apabila batang bawah

dipotong secara miring maka yang terjadi adalah penyerapan unsur hara yang

besar dari dalam tanah sehingga dapat mencukupi nutrisi dari tanaman tersebut.

Hal yang harus diperhatikan selain pemotongan batang adalah menyisakan

satu sampai dua lembar daun dari tanaman lada. Ini bertujuan agar terjadi proses

asimilasi pada tanaman yang dapat mempercepat pertumbuhan akar.

Penanaman tanamana lada perdu dan lada rambat ini dibedakan menjadi

beberapa macam yaitu adanya perlakuan dengan pemberian Rootone F ( semacam

hormon pembentukan akar ) dan sungkup. Pemberian Rootone F ternyata

memberikan pengaruh yang signifikan dalam pertumbuhan akar tanaman lada.

Pada lada perdu yang diberi Rootone F ternyata berhasil keluar akar dengan

jumlah satu buah akar, berbeda dengan yang tidak diberi Rootone F tidak muncul

akar pada tanaman. Hal yang sama terjadi pula pada tanaman lada ranbat, dari

tiga tanaman yang dibuat ternyata ketiganya berhasil dengan munculnya akar pada

Page 12: Acara vi vegetatif

tanaman. Pada tanaman lada rambat yang diberi Rootone F jumlah total akar

yang tumbuh sebanyak 16 buah dari tiga tanaman. Sedangkan dari tanaman lada

rambat yang tidak diberi Rootone F jumlah total akar yang tumbuh sebanyak 9

buah dari tiga tanaman. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan Rootone F

sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan akar dan dapat menghambat

perkecambahan ( Salvia, 1993 ).

F. KESIMPULAN

1. Pembiakan vegetatif adalah pembiakan secara tidak kawin (Asex) dimana ada

kesanggupan tanaman untuk membentuk kembali (regenerasi) jaringan dan

bagian lainnya.

2. Teknik yang dilakukan pada pembiakan vegetatif kali ini adalah stek,

sambung pucuk dan okulasi.

Page 13: Acara vi vegetatif

LAPORAN PRAKTIKUMDASAR – DASAR AGRONOMI

ACARA VI

PEMBIAKAN VEGETATIF

Oleh :

DWI ANTORO

AIC002007ROMBONGAN C2

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2003

Page 14: Acara vi vegetatif