draft acara VI new.docx

35
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ACARA VI KROMATOGRAFI KERTAS Disusun Oleh : Kelompok 14 1. Nurlaili Falasifa (H0914070) 2. Rafika Annisa A. (H0914073) 3. Rahmat Pambudi U. (H0914074) 4. Rizkina Lestari U. P. (H0914081) 5. Widad Prismaningtyas (H0914090) 6. Yuni Nur H. (H0914097) 7. Risto Arsowati C. (H1914013) ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN

Transcript of draft acara VI new.docx

Page 1: draft acara VI new.docx

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK

ACARA VI KROMATOGRAFI KERTAS

Disusun Oleh :

Kelompok 141. Nurlaili Falasifa (H0914070)

2. Rafika Annisa A. (H0914073)

3. Rahmat Pambudi U. (H0914074)

4. Rizkina Lestari U. P. (H0914081)

5. Widad Prismaningtyas (H0914090)

6. Yuni Nur H. (H0914097)

7. Risto Arsowati C. (H1914013)

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

Page 2: draft acara VI new.docx

ACARA VI

KROMATOGRAFI KERTAS

A. Tujuan Praktikum

Tujuan dari Praktikum Kimia Analitik Acara VI Kromatografi Kertas

adalah:

1. Mengetahui maksud, prinsip dan mekanisme dari kromatografi kertas.

2. Mengetahui maksud dari nilai Rf pada kromatografi kertas.

3. Mengetahui nilai Rf dan komponen warna pada sampel tertentu

menggunakan prinsip kromatografi kertas menggunakan pelarut tertentu

dan kertas saring tertentu.

4. Mengetahui perbedaan jenis sampel, jenis pelarut dan jenis kertas saring

pada kromatografi kertas terutama pada nilai Rf dan komponen warna.

B. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Bahan

Pewarna kimia didefinisikan sebagai bahan kimia aktif karena itu

memerlukan perhatian yang lebih besar daripada aditif lunak (bland)

seperti emulsifier. Pewarna pangan alami diekstraksi dan diisolasi dari 277

tanaman dan hewan yang berbeda, yang tidak memberikan efek yang

membahayakan, sehingga mereka dapat digunakan dalam beberapa

pangandalam jumlah tertentu. Pewarna ini memiliki kestabilan yang

rendah, kurang cerah dan tidak merata, namun sangat murah. Namun,

pewarna sintetik dan produk metabolitnya jika dikonsumsi dalam jumlah

besar memungkinkan toksik dan menyebabkan kanker, deformasi dan lain-

lain (Sumarlin, 2010).

Pewarna sintetik untuk tekstil untuk mewarnai bahan pangan

karena harga zat pewarna untuk tekstil jauh lebih murah dibandingkan

dengan harga zat pewarna untuk pangan. Selain itu warna dari zat pewarna

Page 3: draft acara VI new.docx

tekstil biasanya lebih menarik. Di Indonesia, dari hasil uji beberapa jenis

bahan makanan oleh BPOM telah ditemukan kandungan bahan berbahaya

dalam bahan makanan, antara lain rhodamin B (pewarna tekstil, kertas,

dan cat) dan methanol yellow. Penggunaan pewarna tekstil pada makanan

atau minuman jelas merugikan kesehatan. Hal ini dikarenakan adanya

residu logam berat dalam makanan atau minuman tersebut

(Liedyawati, 2013).

Pemakaian zat warna yang berasal dari tanaman dan hewan ini

telah banyak dilakukan oleh para pengrajin tenun ikat, namun yang paling

banyak digunakan adalah yang berasal dari daun tanaman yang diperoleh

dari hutan. Pemanfaatan pewarna alami dalam pembuatan kain tenun ikat

ini lebih digemari daripada pewarna sintetik karena dapat memberikan

keistimewaan tersendiri. Selain itu, penggunaan pewarna alami dapat

memberikan beberapa keuntungan, karena tidak toksik terhadap kulit,

lebih murah dan tahan lama (Ati, 2006).

Warna merupakan salah satu unsur sensoris yang penting untuk

makanan. Pada pengolahan bahan makanan, pewarna sering ditambahkan

untuk memperkuat warna asli makanan. Pewarna makanan yang

digunakan sebaiknya adalah pewarna alami. Berkaitan dengan perlunya

pemakaian pewarna makanan alami, tim pengabdian kepada masyarakat

turut berperan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan

pewarna makanan alami dan mengajarkan cara-cara membuat pewarna

alami (Alaudin dan Nuni, 2005).

Pada umumnya pelarut yang sering digunakan dalam kromatografi

kertas adalah etanol. Karena etanol telah banyak digunakan sebagai pelarut

dibidang pangan dan obat-obatan dan cenderung lebih aman dibandingkan

eter dan aseton (Mardaningsih, 2012). Selain itu etanol mempunyai

polaritas yang tinggi dibandingkan jenis pelarut organik yang lain. Etanol

mempunyai titik didih yang rendah dan cenderung aman. Etanol juga tidak

beracun dan berbahaya (Janan, 2012).

Page 4: draft acara VI new.docx

Kloroform merupakan obat anestetik tertua, berupa cairan dengan bau spesifik, rasanya kemanis-manisan pedas, tak dapat terbakar atau eksplosif. Khasiat anastetiknya sangat kuat. Tetapi karena terlalu toksik bagi hati dan jantung, kini kloroform hampir tidak digunakan lagi (Fessenden, 1995).

Metode sederhana menggunakan kertas saring dapat dilakukan

untuk mengidentifikasi adanya zat pewarna sintetis pada makanan (Utami,

2013).

2. Tinjauan Teori

Kromatografi adalah metode fisika untuk pemisahan dalam

komponen-komponen yang akan diditribusikan antara dua fase, salah

satunya merupakan lapisan stasioner dengan permukaan yang luas dengan

fase yang lain berupa zat alir (fluida) yang mengalir lambat (perkolasi)

menembus atau sepanjang lapisan stasioner. Dalam semua teknik

kromatografi, zat terlarut yang dipisahkan beremigrasi sepanjang satu

kolom dan tentu saja dasar pemisahan terletak berbeda-beda laju migrasi

untuk zat terlarut yang berlainan (Underwood, 1994).

Kromatografi adalah suatu cara pemisahan yang sering digunakan.

Penggunaan kromatograf pertama kali dipelopori oleh seorang ahli botani

Rusia bernama M. Tswett. Pada tahun 1903 beliau telah melakukan

pemisahan sampel pigmen berwarna melalui turus yang terpadat dengan

butir-butir kalsium karbonat yang halus. Pigmen yang terbentuk dari

eksperimen itu adalah garis-garis berwarna di dalam turus. Hal ini yang

menyebabkan ia memberi nama kromatografi untuk teknik pemisahan ini

dimana Greek kroma yang berarti warna dan grafi yang berarti tulis

(Sanagi, 1998).

Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-

komponen dalam fase diam dan fase gerak berdasarkan sifat fisik

komponen yang akan dipisahkan. Pada dasarnya semua cara kromatografi

menggunakan dua fase, yaitu fase diam (stationer) dan fase gerak

(mobile). Laju pergerakan fase gerak terhadap fase diam dihitung sebagai

retardation factor (Rf). Nilai Rf diperoleh dengan membandingkan jarak

Page 5: draft acara VI new.docx

yang ditempuh oleh zat terlarut dengan jarak yang ditempuh oleh fase

gerak (Komariah, 2013).

Kromatografi kertas yang dilakukan merupakan kromatografi

partisi, yang termasuk dalam kromatografi cair-cair. Maka, yang berperan

sebagai fase diam biasanya adalah air yang membentuk kompleks dengan

serat selulosa pada kertas, sedangkan sebagai fase gerak adalah pelarut

organik atau campuran pelarut (Touchstone, 1992).

Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan

kualitas makanan antara lain: warna dapat memberi petunjuk mengenai

perubahan kimia dalam makanan. Oleh karena itu, warna menimbulkan

banyak pengaruh terhadap konsumen dalam memilih suatu produk

makanan dan minuman sehingga produsen makanan sering menambahkan

pewarna dalam produknya. Pada awalnya, makanan diwarnai dengan zat

warna alami yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau mineral, akan

tetapi zat warna tersebut tidak stabil oleh panas dan cahaya serta harganya

mahal (Utami dan Andi, 2009).

Salah satu metode pemisahan yang memerlukan pembiayaan

paling murah dan memakai peralatan paling dasar ialah kromatografi lapis

tipis preparatif (KLTP). Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan dalam

jumlah gram, sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah milligram.

KLTP bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka, masih dijumpai

dalam sebagian besar publikasi mengenai isolasi bahan alam, terutama dari

laboratorium yang tidak dilengkapi dengan cara pemisahan modern.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memeriksa pengaruh ketebalan

penyerap terhadap kualitas pemisahan tetapi ketebalan yang paling sering

dipakai ialah 0,5-2 mm. Ukuran pelat kromatografi biasanya 20 x 20 cm

atau 20 x 40 cm. Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran pelat sudah

tentu mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan KLTP.

Penyerap yang paling umum digunakan ialah silika gel dan dipakai untuk

pemisahan campuran senyawa lipofil maupun campuran senyawa hidrofil.

Untuk pembuatan lapisan tanpa retak dianjurkan memakai penyerap niaga

Page 6: draft acara VI new.docx

yang tersedia. Ukuran partikel dan porinya kurang lebih sama dengan

ukuran tingkat mutu KLT. Pelat KLTP dapat dibuat sendiri atau dibeli

yang telah terlapisi penyerap (biasanya disebut pelat siap pakai atau pelat

pralapis). Keuntungan membuat pelat sendiri ialah bahwa ketebalan dan

susunan lapisan dapat kita atur sendiri. Pelarut yang baik ialah pelarut

atsiri (heksana, diklorometana, etil asetat), karena jika pelarut kurang atsiri

terjadi pelebaran pita. Konsentrasi cuplikan harus sekitar 5-10%. Cuplikan

ditotolkan berupa pita yang harus sesempit mungkin karena pemisahan

bergantung pada lebar pita. Penotolan dapat dilakukan dengan tangan

(pipet) tetapi lebih baik dengan penotol otomatis (camag, desaga, dsb).

Untuk pita terlalu lebar, dapat dilakukan pemekatan dengan cara

pengembangan memakai pelarut polar sampai kira-kira 2 cm di atas

tempat penotolan. Kemudian, pelat dikeringkan dan dielusi dengan pelarut

yang diinginkan. Pelat pralapis khusus dengan daerah pemekatan dapat

dibeli (Hostettmann et.al, 1995).

Teori kolom kromatografi cair secara kualitatif akan membantu

dalam mengoptimumkan pemisahan. Penguasaan teori kolom KC akan

bermanfaat pula dalam memahami pentingnya beberapa ciri rancangan dan

pertelaan yang mencirikan alat kromatografi. Pemisahan secara

kromatografi yang berhasil baik berkaitan dengan mengkompromikan

daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis atau

kecepatan seperti digambarkan dalam segitiga kromatografiwan. Tujuan

kromatografi ialah memisahkan komponen cuplikan dalam waktu yang

masuk akal, menjadi pita atau puncak, ketika cuplikan itu bergerak melalui

kolom (Johnson dan Stevenson, 1991).

Pemisahan suatu campuran ke dalam komponen-komponen mereka

penting dalam semua cabang kimia dan tak kalah penting dalam banyak

bidang lain dimana teknik-teknik kimia dipergunakan dalam memecahkan

masalah-masalah yang sangat beraneka. Dengan memanfaatkan metode

kromatografi, pemisahan dalam banyak kasus dicapai dengan jauh lebih

cepat dan efektif daripada sebelumnya, dan banyak pemisahan berhasil

Page 7: draft acara VI new.docx

secara rutin yang tak akan pernah diusahakan dengan teknik lain

sebelumnya (Day, 2005).

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan bertujuan untuk

mengetahui pola kromatogram yang dihasilkan dari pemisahan senyawa

yang terdapat pada sampel. Eluen yang digunakan merupakan kombinasi

dari beberapa pelarut (heksan, etil asetat, kloroform, aseton, metanol dan

air) dengan perbaandingan tertentu, dan telah dijenuhkan terlebih dahulu

(Bustanussalam dkk, 2012).

Kromatografi lapis tipis digunakan secara luas untuk analisa

kualitatif atau pemisahan campuran dalam jumlah yang kecil. Analisa ini

bekerja berdasarkan pada distribusi fasa cair-padat. Sebagai fasa padat

berupa lapisan tipis bubur alumina atau silica gel yang menempel pada

permukaan selembar lempeng kaca, sedangkan sebagai fasa cairnya adalah

eluen yang digunakan untuk membawa zat yang diperiksa bergerak

melalui fasa padat (Husni, dkk, 2008).

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah teknik kromatografi yang

digunakan untuk memisahkan campuran. Kromatografi lapis tipis

dilakukan pada selembar kaca, plastik, atau aluminium foil yang dilapisi

dengan lapisan tipis bahan adsorben, biasanya gel silika, aluminiumoksida,

atau selulosa (kertas penghisap tinta). Lapisan adsorben ini dikenal sebagai

fase diam. Setelah sampel telah diterapkan di piring, campuran pelarut

atau pelarut (dikenal sebagai fase gerak) piring disusun melalui kapiler.

Karena analit yang berbeda TLC naik pelat pada tingkat yang berbeda,

pemisahan tercapai. Kromatografi lapis tipis menggunakan piring kaca

tipis dilapisi dengan aluminiumoksida atau baik silika gel sebagai fase

padat. Fase gerak adalah pelarut yang dipilih sesuai dengan sifat-sifat

komponen dalam campuran. Prinsip TLC adalah distribusi senyawa antara

fase tetap padat (lapisan tipis) diterapkan pada gelas atau piring plastik dan

fase gerak cair (pelarut eluting) yang bergerak selama fase padat. Sejumlah

kecil senyawa atau campuran ini diterapkan pada titik awal tepat di atas

bagian bawah piring TLC. Nilai Rf: Perilaku senyawa individu dalam TLC

Page 8: draft acara VI new.docx

ditandai dengan kuantitas. Dikenal sebagai Rf dan dinyatakan sebagai

pecahan desimal. Rf dihitung dengan membagi jarak tempuh senyawa dari

posisi semula dengan jarak pelarut perjalanan dari posisi semula (depan

pelarut).

Rf = Jarak sampel dari titik awalJarak pelarut dari titik awal

(Bele and Anubha, 2011)

Pada kromatografi lapis tipis atau Thin Layer Chromatography

(TLC), fase diam mempunyai peranan penting pada analisis, baik

kuantitaif maupun kualitatif. Keseragaman dan ukuran partikel adsorben

sangat menentukan keberulangan data analisis kuantitatif. Karakteristik

kromatografi ditentukan terutama oleh parameter fisika. Oleh sebab itu,

lempeng TLC dengan ukuran partikel kecil dan keseragaman ukuran

partikel baik, diperlukan untuk mendapatkan hasil analisis yang baik. Ada

dua macam TLC yang beredar di pasaran, yaitu TLC konvensional dan

HPTLC (Wulandari, 2007).

Kromatografi adalah istilah kolektif untuk satu set teknik

laboratorium untuk pemisahan campuran. Campuran dilarutkan dalam

cairan yang disebut "fase gerak", yang membawanya melalui struktur

holding bahan lain yang disebut "fase diam". Berbagai konstituen dari

perjalanan campuran pada kecepatan yang berbeda, menyebabkan mereka

untuk memisahkan. Pemisahan ini didasarkan pada partisi yang berbeda

antara fase mobile dan stasioner. Perbedaan yang halus dalam

menghasilkan koefisien partisi senyawa dalam retensi diferensial pada fase

stationer dan dengan demikian mengubah pemisahan. Kromatografi

mungkin preparatif atau analitis. Tujuan dari kromatografi preparatif

adalah untuk memisahkan komponen dari campuran untuk digunakan

lebih lanjut (demikian merupakan bentuk pemurnian). Kromatografi

analitis dilakukan secara normal dengan jumlah yang lebih kecil dari

bahan dan untuk mengukur proporsi relatif analit dalam campuran.

Keduanya tidak saling eksklusif. Integritas kimia komponen sampel

Page 9: draft acara VI new.docx

sensitif dapat dipertahankan bahkan dengan penggunaan aktif adsorben

silika gel (Kulkarni, 2011).

Kromatografi kertas pertama kali diperkenalkan oleh Consden,

Gordon, dan Martin pada tahun 1941. Pada kromatografi kertas, campuran

sampel diteteskan pada kertas dan batas migrasi pelarut ditandai. Setelah

kertas dikeringkan, posisi senyawa-senyawa yang ada dalam sampel

dilihat dengan reaksi pewarnaan yang sesuai. Nilai Rf pada kromatografi

kertas adalah rasio jarak yang ditempuh oleh senyawa dan jarak yang

ditempuh oleh pelarut. Nilai Rf kurang lebih konstan untuk senyawa

tertentu, sistem pelarut, dan kertas dibawah kondisi konsentrasi zat

terlarut, suhu, dan pH yang terkontrol dengan baik (Bintang, 2010).

C. Metodologi

1. Alat

a. Wadah/bejana kromatografi dan tutupnya

b. Beaker glass 500 ml

c. Aluminium foil

d. Pipet tetes

e. Gelas ukur

f. mortar

g. Benang

h. Gunting kertas

i. Pensil

j. Penggaris

k. jarum

2. Bahan

a. Kertas kertas saring berukuran 8 x 3 cm

b. Plat TLC berukuran 8 x 3 cm

c. Pewarna makanan ungu

d. Pewarna makanan biru

e. Tinta printer hitam

Page 10: draft acara VI new.docx

f. Tinta printer merah

g. Spidol (biru, biru tua, merah, coklat, orange)

h. Kulit buah naga

i. Kunyit

j. Sirup merah

k. Sirup orange

l. Etanol

m. Kloroform

3. Cara kerja

a. Persiapan kertas kromatografi dan spotting

Kertas dipotong sesuai dengan ukuran (8 x 3 cm).

Pemberian titik (spot) pada masing-masing kolom tepat ditengah yang berjarak 3 cm satu sama lain

Pembuatan tiga kolom dengan lebar 1 cm

Penarikan satu garis lurus sejajar berjarak 2 cm dan salah satu ke atas dengan pensil untuk tanda batas tertinggi

Ditarik satu garis lurus sejajar berjarak 1,8 cm dari salah satu sisi kertas tersebut menggunakan pensil hitam untuk penempatan

spotting

Plat TLC/Kertas saring

Pemberian pengait pada kertas menggunakan benang

Penetesan masing-masing sampel pada spot telah telah dibuat

Page 11: draft acara VI new.docx

b. Developing

c. Deteksi dan penentuan nilai Rf

Pengeluaran kertas dari bejana setelah pelarut mencapai ¾ tinggi kertas

Pengamatan pergerakan pelarut dan sampel

Penutupan bejana

Pemasukan ke dalam beaker glass 500 ml kemudian tutup dengan aluminium foil tunggu sampai jenuh oleh pelarut selama 3 menit

Etanol/kloroform 50 ml

Pemasukan kertas kromatografi ke dalam bejana dengan bagian yang diberi spot berada dibagian bawah dan permukaan pelarut

dalam bejana berada di bawah garis spot

Pemberian batas tertinggi aliran pelarut dan gerakan sampel

Perhitungan jarak dari titik awal spotting sampai batas tertinggi pelarut dan sampel

Pengukuran nilai Rf dengan rumus:

Rƒ = Jarak sampel dari titik awalJarak pelarut dari titik awal

Page 12: draft acara VI new.docx

D. Hasil dan Pembahasan

Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Kromatografi Kertas dan Penentuan Nilai Rf

Kel.Jenis

PelarutJenis Bahan

Warna yang Terbentuk

Jarak Pelarut (cm)

Jarak Sampel

(cm)Rf

1 Etanol

Pewarna makanan ungu

Ungu 4,2 3 0,714

Pewarna makanan biru

Biru 4,2 2,6 0,619

Tinta printer merah Merah muda 4,2 2,2 0,523

2 Etanol

Kunyit Kuning 4,2 3,3 0,786Buah naga Merah muda 4,2 1 0,238

Tinta printer hitamHitam

keunguan4,2 3,2 0,762

3Klorofo

rm

Pewarna makanan ungu

Ungu 4,2 0,2 0,047

Pewarna makanan biru

Biru 4,2 0,45 0,107

Tinta printer merah Merah 4,2 0,55 0,131

4Klorofo

rm

Kunyit Kuning 4,2 0,6 0,142Buah naga Merah muda 4,2 2,1 0,500

Tinta printer hitam Hitam 4,2 0,3 0,071

5 EtanolSpidol coklat

Ungu, hitam, kuning, orange

merah muda

4,2 3,3 0,785

Spidol biru Biru muda 4,2 3,05 0,726Spidol orange Kuning 4,2 0,5 0,119

6Klorofo

rm

Sirup merah merah muda 4,2 0 0Pewarna makanan

unguUngu 4,2 0 0

Pewarna makanan biru

Biru 4,2 0,3 0,071

7 Etanol

Tinta printer merah merah muda 4,2 2,8 0,667

Tinta printer hitamungu, biru.

Hitam4,2 3,5 0,833

Kunyit kuning muda 4,2 3,9 0,928

8Klorofo

rm

Spidol coklat Merah muda 4,2 0,2 0,047Spidol biru Biru 4,2 0,2 0,047

Spidol orange Kuning 4,2 0,2 0,047

9 Etanol

Sirup merah Merah muda 4,2 0,8 0,190Pewarna makanan

unguUngu, merah

muda4,2 2,4 0,571

Pewarna makanan biru

Biru muda 4,2 2 0,476

10 Kloroform

Kunyit Merah 4,2 0,15 0,035Tinta printer merah Hitam 4,2 0,3 0,071

Tinta printer hitamKuning muda

4,2 0,4 0,095

11Etanol Pewarna makanan

biruBiru muda 4,2 2,5 0,595

Pewarna makanan ungu

Ungu muda 4,2 2,95 0,702

Page 13: draft acara VI new.docx

Kunyit Kuning 4,2 3,95 0,940

12Klorofo

rm

Tinta printer hitam Hitam 4,2 0 0Spidol biru tua Biru muda 4,2 1,95 0,464

Sirup merah Merah muda 4,2 0,2 0,048

13 Etanol

Pewarna makanan biru

Biru muda 4,2 3,8 0,904

Pewarna makanan ungu

Ungu muda 4,2 3,1 0,738

Kunyit Kuning 4,2 4,2 1

14Klorofo

rm

Spidol biru tua Biru tua 4,2 0,3 0,071Sirup merah Merah muda 4,2 1,1 0,262

Tinta printer hitam Hitam 4,2 0 0

15 Etanol

Pewarna makanan biru

Biru muda 4,2 3,5 0,833

Pewarna makanan ungu

Ungu muda 4,2 2,75 0,655

Tinta printer merah Merah muda 4,2 3,25 0,774

Sumber: Laporan SementaraKeterangan kertas: Kelompok 1-10 : Plat TLCKelompok 11-15 : Kertas saring

Kromatografi adalah metode fisika untuk pemisahan dalam komponen-

komponen yang akan diditribusikan antara dua fase, salah satunya merupakan

lapisan stasioner dengan permukaan yang luas dengan fase yang lain berupa zat

alir (fluida) yang mengalir lambat (perkolasi) menembus atau sepanjang

lapisan stasioner (Underwood, 1994).

Menurut Ardianingsih (2009), Kromatografi dibagi menjadi beberapa

jenis bergantung pada jenis fase gerak, fase diam dan mekanisme

pemisahannya. Berikut ini adalah beberapa contoh kromatografi yang sering

digunakan untuk analisa di laboratorium:

1. Kromatografi partisi

Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu

kali proses. Contoh khas kromatografi partisi adalah kromatografi kolom

yang digunakan luas karena sangat efisien untuk pemisahan senyawa

organik.

2. Kromatografi kertas

Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam

amino. Asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam

Page 14: draft acara VI new.docx

amino larut dalam air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin

didistilasi). Karena pemisahan asam amino merupakan masalah yang

cukup sulit, maka penemuan kromatografi kertas merupakan berita baik

bagi para kimiawan.

3. Kromatografi gas

Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Metode

ini sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap

seperti hidrokarbon dan ester. Analisis minyal mentah dan minyak atsiri

dalam buah telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini.

4. HPLC (High Pressure Liquid Chromatography)

Ciri teknik ini adalah penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim

fase gerak ke dalam kolom. Dengan memberikan tekanan tinggi, laju dan

efisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan besar. Kromatografi

penukar ion telah berhasil digunakan untuk analisis kation, anion dan ion

organik.

Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-

komponen dalam fase gerak dan fase diam berdasarkan perbedaan sifat fisik

komponen yang akan dipisahkan. Komponen utama kromatografi adalah fase

diam dan fase gerak (Ardianingsih, 2009). Dalam semua teknik kromatografi,

zat terlarut yang dipisahkan beremigrasi sepanjang satu kolom dan tentu saja

dasar pemisahan terletak berbeda-beda laju migrasi untuk zat terlarut yang

berlainan (Underwood, 1994).

Pada percobaan kali ini menggunakan pelarut etanol dan kloroform.

Etanol merupakan pelarut polar, sedangkan kloroform merupakan pelarut non

polar. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa sampel yang

menggunakan pelarut etanol (polar) memiliki nilai Rf yang besar. Sedangkan

sampel yang menggunakan pelarut kloroform (non polar) nilai Rf nya kecil.

Hal ini disebabkan karena sampel yang bersifat polar akan terlarut pada pelarut

yang bersifat polar pula. Pada sampel yang bersifat polar tidak larut dalam

kloroform karena perbedaan kepolaran sehingga tidak menyebabkan pegerakan

sampel. Biasanya pelarut polar digunakan untuk melarutkan sampel organik,

Page 15: draft acara VI new.docx

misalnya pewarna alami. Jadi jika sampel tersebut larut dalam pelarut etanol

berarti sampel tersebut adalah senyawa organik.

Pada umumnya pelarut yang sering digunakan adalah etanol.

Karena etanol telah banyak digunakan sebagai pelarut dibidang pangan dan

obat-obatan dan cenderung lebih aman dibandingkan eter dan aseton

(Mardaningsih, 2012). Fungsi penambahan etanol pada percobaan adalah untuk

mendisosiasi sampel agar sampel dapat terpartisi dengan baik. Sampel mudah

terpartisi karena sampel-sampel tersebut mudah terdissosiasi oleh pelarut,

selain itu kepolaran antara sampel dan pelarut juga mempengaruhi. Semakin

dekat kepolaran antara sampel dan pelarut maka sampel akan semakin mudah

terpartisi.

Perbedaan kromatografi TLC dan kromatografi kertas menurut Koi

(2012) yakni pada teknik TLC/KLT fasa diam (terutama silika, alumina, dan

selulosa) dilapiskan  di permukaan sebuah plat pendukung (umumnya dibuat

dari  bahan kaca atau lembaran logam Al). Bila noda telah kering plat

diletakkan secara vertikal dalam bejana yang sesuai dengan tepi yang di bawah

dicelupkan dalam fasa bergerak yang terpilih, maka pemisahan kromatografi

penaikan akan diperoleh. Sedangkan pada kromatografi kertas termasuk dalam

kelompok kromatografi planar, dimana pemisahannya menggunakan medium

pemisah dalam bentuk bidang (umumnya bidang datar) yaitu bentuk kertas.

Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan

yang didukung pada padatan) dalam percobaan kali ini adalah kertas saring dan

plat TLC, dan fase gerak (cairan atau gas) dalam percobaan kali ini adalah

pelarutnya yaitu etanol dan kloroform. Mekanisme pemisahan dalam

kromatografi adalah ketika fase gerak mengalir melalui fase diam dan

membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-

komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula. Pada

percobaan kali ini digunakan dua kertas yang berbeda, yaitu kertas saring dan

plat TLC. Perbedaan penggunaan kertas ini menyebabkan terjadinya perbedaan

kecepatan waktu pemisahan larutan pada kedua kertas tersebut. Kecepatan

pemisahan larutan pada kertas saring lebih cepat dibanding kecepatan

Page 16: draft acara VI new.docx

pemisahan larutan pada kertas TLC. Warna sampel ketika pemisahan dengana

kertas TLC lebih sukar hilang dibanding dengan menggunakan kertas saring.

Nilai Rf dengan menggunakan kertas saring lebih besar dari kertas TLC karena

pori-pori dari kertas saring lebih besar dibanding kertas TLC sehingga

penyerapan alkohol lebih cepat dan lebih melarutkan sampel-sampelnya. Pada

percobaan kali ini merupakan kromatografi kertas ascending, karena kerta

digantung dari ujung atas wadah sehingga tercelup didalam solven didasar (2-3

mm) dan solven bergerak ke atas kertas oleh daya kapilaritas.

Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase, yaitu

fase diam (stationer) dan fase gerak (mobile). Laju pergerakan fase gerak

terhadap fase diam dihitung sebagai retardation factor (Rf). Nilai Rf diperoleh

dengan membandingkan jarak yang ditempuh oleh zat terlarut dengan jarak

yang ditempuh oleh fase gerak (Komariah, 2013).

Kromatografi kertas pertama kali diperkenalkan oleh Consden, Gordon,

dan Martin pada tahun 1941. Pada kromatografi kertas, campuran sampel

diteteskan pada kertas dan batas migrasi pelarut ditandai. Setelah kertas

dikeringkan, posisi senyawa-senyawa yang ada dalam sampel dilihat dengan

reaksi pewarnaan yang sesuai. Nilai Rf pada kromatografi kertas adalah rasio

jarak yang ditempuh oleh senyawa dan jarak yang ditempuh oleh pelarut. Nilai

Rf kurang lebih konstan untuk senyawa tertentu, sistem pelarut, dan kertas

dibawah kondisi konsentrasi zat terlarut, suhu, dan pH yang terkontrol dengan

baik (Bintang, 2010). Rumus nilai Rf adalah sebagai berikut:

Rƒ = Jarak sampel dari titik awalJarak pelarut dari titik awal

(Bele and Anubha, 2011)

Pengaruh nilai Rf terhadap sampel dapat dilihat pada hasil jarak sampel

yang terbentuk pada kertas kromatografi lapis tipis. Jarak sampel yang

terbentuk ini tergantung dari kelarutan sampel terhadap pelarut yang

digunakan. Jika sampel tersebut juga merupakan larutan yang polar maka akan

larut sangat baik dalam pelarut etanol yang merupakan pelarut polar. Jika

sampel bukan merupakan larutan yang polar maka pelarut akan sulit untuk

Page 17: draft acara VI new.docx

melarutkan sampel dan menarik pelarut sampai pada ¾ bagian kertas

semaksimal mungkin. Semakin besar jarak sampel yang didapatkan maka nilai

Rf akan semakin besar pula. Sesuai dengan teori dari Bele dan Anubha (2011)

bahwa Rf adalah jarak sampel dari titik awal dibagi jarak pelarut dari titik

awal, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai Rf sebanding dengan jarak sampel.

Besarnya jarak sampel juga dipengaruhi dari warna sampel yang

tergambar dalam kertas kromatografi. Warna sampel sebelum dan sesudah

yang secara signifikan menunjukkan perubahan pada sampel pewarna tekstil

dan pewarna alami. Pada sampel pewarna alami warnanya lama-kelamaan

menjadi pudar. Hal ini kemungkinan dikarenakan oleh sifat pewarna alami

yang berupa pigmen mudah larut dalam pelarut non polar. Pada pewarna tekstil

warna awal dan warna hasil akhir sangat berbeda sekali. Kemungkinan karena

penguraian warna akibat pemberian pelarut etanol pada sampel tersebut. Pada

Jurnal milik (Putri, 2011) dikatakan bahwa pewarna alami misalnya klorofil

dapat mengalami penurunan nilai kecerahan filtrat yang dihasilkan. Hal ini

terjadi dikarenakan dengan menggunakan larutan pengekstrak alkohol 85%

akan menyebabkan peningkatan konsentrasi warna gelap sebagai akibat

peningkatan total klorofil terekstrak dalam ekstrak daun suji. Klorofil memiliki

kemudahan terekstrak dengan pelarut organik seperti aseton, alkohol, metanol,

etil asetat, piridin dan dimetilformamid. Dari jurnal ini dapat diketahui bahwa

alkohol dapat menyebabkan hal yang sama pada pewarna alami yang lain

seperti pewarna alami kunyit dan buah bit. Penguraian warna pada sampel

pewarna tekstil dan alami ini juga diikuti dengan besarnya jarak sampel dari

titik awalnya yang menyebabkan nilai Rf juga besar. Kemungkinan ini

disebabkan oleh larutnya sampel pada pelarut etanol yang digunakan dalam

percobaan.

Nilai Rf dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara

lain jenis adsorben, fase gerak, temperatur, ketebalan lapisan, massa sampel,

dan teknik kromatografi. Perbedaan jenis adsorben akan menghasilkan nilai Rf

yang berbeda pula. Kemurnian pelarut harus pada fase gerak harus terkontrol

karena hal ini akan mempengaruhi nilai Rf. Selanjutnya, pengaturan

Page 18: draft acara VI new.docx

temperatur, ketebalan lapisan, massa sampel, dan memperhatikan teknik

kromatografi juga dapat mempengaruhi nilai Rf yang dihasilkan

(Bele and Anubha, 2011).

Nilai Rf pada masing-masing sampel pada kromatografi lapis tipis

(TLC) maupun kromatografi kertas saring menunjukkan perbedaaan yang

tergantung pada jenis sampelnya. Nilai rata-rata Rf dari sampel pewarna

makanan dari kelompok 1, 3, 6, 9, 11, 13, dan 15 secara berturut-turut sebesar:

0,666; 0,077; 0,035; 0,524; 0,649; 0,821 dan 0,744. Nilai Rf dari sampel

pewarna tekstil dari kelompok 1, 2, 3, 4, 7, 10, 12, 14, dan 15 secara berturut-

turut sebesar: 0,523; 0,762; 0,131; 0,071; 0,750; 0,083; 0; 0; dan 0,774. Nilai

Rf dari sampel pewarna alami dari kelompok 2, 4, 7, 10, 11, dan 13 secara

berturut-turut sebesar: 0,512; 0,321; 0,928; 0,035; 0,940; dan 1. Nilai Rf dari

sampel bahan makanan dari kelompok 6, 9, 12, dan 14 secara berturut-turut

sebesar: 0; 0,190; 0,048; dan 0,262. Nilai Rf dari sampel spidol dari kelompok

5,8,12, dan 14 secara berturut-turut adalah 0,543; 0,047; 0,464; dan 0,071.

Pada sampel bahan makanan nilai Rf relatif kecil. Pada sampel pewarna alami

nilai Rf relatif paling tinggi diantara sampel yang lain. Hal ini disebabkan

karena pada pewarna alami jarak sampel dari titik awalnya lebih besar dari

pewarna yang lain sehingga dapat menghasilkan nilai Rf yang lebih tinggi dari

yang lain. Pada sampel bahan makanan nilai Rf paling kecil diantara sampel

yang lain. Hal ini disebabkan karena pada bahan makanan jarak sampel dari

titik awalnya lebih kecil dari pewarna yang lain sehingga dapat menghasilkan

nilai Rf yang lebih kecil pula dari yang lain.

Nilai Rf pewarna makanan hampir sama dengan nilai Rf pewarna

tekstil. Nilai pewarna makanan dapat diindikasikan menggunakan pewarna

tekstil karena nilai Rf nya hampir sama. Pada Jurnal Liedyawati (2013)

dicontohkan bahwa Rhodamin B merupakan pewarna tekstil yang

disalahgunakan sebagai pewarnaan kerupuk, terasi, dan jajanan lain yang

bewarna terang.

Pada percobaan Acara VI yang dilakukan oleh kelompok 14, digunakan

sampel pewarna tekstil (hitam), bahan makanan (merah), dan spidol (biru tua).

Page 19: draft acara VI new.docx

Dari ketiga sampel tersebut didapat urutan nilai Rf dari yang terbesar ke yang

terkecil adalah sebagai berikut: bahan makanan > spidol > pewarna tekstil.

Adapun nilai Rf dari bahan makanan, spidol, dan pewarna tekstil secara

berturut-turut adalah 0,262; 0,071; dan 0.

Pada beberapa sampel terdapat warna yang setelah dicelupkan ke

solven tidak mengalami perubahan/tidak bergerak. Hal ini disebabkan karena

perbedaan kepolarannya. Sampel yang non polar tidak terlarut dalam pelarut

yang polar, sehingga tidak terbentuk warna (tidak terjadi pergerakan sampel).

Pada jurnal (Putri, 2011) sampel pada pewarna alami dapat mengalami

perubahan warna karena pengekstrakan dengan aseton 85 % dan alkohol 85 %,

diduga dengan menggunakan pelarut ekstrak alkohol dan aseton akan

menyebabkan terjadinya denaturasi protein yang mengikat warna dalam sel

sehingga warna dapat lepas dari ikatan dengan protein dan ikut terekstrak

dalam pelarut. Selain itu, penggunaan larutan alkohol 85% dan aseton 85%

menyebabkan terjadinya penurunan nilai kecerahan filtrat yang dihasilkan. Hal

ini terjadi dikarenakan dengan menggunakan larutan pengekstrak alkohol 85%

dan aseton 85% akan menyebabkan peningkatan konsentrasi warna gelap

sebagai akibat peningkatan total klorofil terekstrak dalam ekstrak daun suji.

Metode kromatografi kertas dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Salah

satunya adalah dalam bidang pangan, yaitu untuk memantau keberadaan

pewarna sintetis dalam berbagai produk pangan (Sumarlin, 2010).

E. KesimpulanBerdasarkan hasil percobaan diatas mengenai Acara VI

Kromatografi Kertas dapat disimpulkan bahwa:

1. Kromatografi adalah suatu cara pemisahan senyawa berdasarkan

perbedaan derajat kelarutan dalam dua macam pelarut atau lebih.

2. Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-

komponen dalam fase diam dan fase gerak berdasarkan sifat fisik

komponen yang akan dipisahkan.

Page 20: draft acara VI new.docx

3. Mekanisme dari kromatografi adalah zat terlarut yang dipisahkan

beremigrasi sepanjang satu kolom dan dasar pemisahan terletak

berbeda-beda laju migrasi untuk zat terlarut yang berlainan.

4. Nilai Rf adalah rasio jarak yang ditempuh oleh senyawa dan jarak

yang ditempuh oleh pelarut.

5. Nilai Rf dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis adsorben, fase

gerak, temperatur, ketebalan lapisan, massa sampel, dan teknik

kromatografi.

Page 21: draft acara VI new.docx

DAFTAR PUSTAKA

Alaudin, M. dan Nuni Widiarti. 2005. Sosialisasi Pembuatan Ekstrak Pewarna Alami bagi Ibu-Ibu PKK Desa Sukorejo Kecamatan Gunung Pati Semarang. Jurnal Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Ardianingsih, Retno. 2009. Penggunaan High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC) dalam Proses Analisa Deteksi Ion. Jurnal Berita Dirgantara. Vol. 10, No. 4 (101-104).

Ati, Neltji Herlina, Puji Rahayu, S. Notosoedarmo, and Leenawaty Limantara. 2006. The Composition and The Content of Pigments From Some Dyeing Plant For Ikat Weaving in Timorrese Regency, East Nusa Tenggara. Indo Journal of Chemistry. Vol. 6, No.3 (325-331).

Bele, Arcana A. and Anubha Khale. 2011. An Overview On Thin Layer Chromatography. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, Vol. 2, No.2 (256-267)

Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Erlangga. Jakarta

Bustanussalam., Haryanto Susilo., dan Endang Nurhidayati. 2012. Identifikasi Senyawa dan Uji Aktivitas Ekstrak Etil Asetat Kulit Kayu Massoi (Cryptocarpa massoy). Jurnal Fitofarmaka. Vol.2, No. 1 (67-76).

Day, RA. 2005. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Erlangga.Jakarta.

Fessenden. 1995. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga

Hostettmann, K., A. Marston, and M. Hostettmann. 1995. Cara Kromatografi Preparatif Penggunaan pada Isolasi Senyawa Alam.ITB Press.Bandung.

Husni, Elidahanum. 2008. Analisa Zat Pengawet dan Protein dalam Makanan Siap Saji Sosis.Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1 (1-6).

Janan, Faishal Fida., R. singgih Sugeng., dan Mardiati Sulistiowati. 2013. Pengaruh Lama Maserasi dan Perbandingan Kuning Telur dengan Etanol pada Pembuatan Tepung Kuning Telur Puyuh Terrhadap Kadar Protein dan Lemak. Jurnal ilmiah Peternakan. Vol 1, No. 2 (710-717).

Johnson, Edward dan Robert Stevenson. 1991. Dasar-Dasar Kromatografi Cair. ITB Press.Bandung.

Koi. 2012. http://foodandsnack.wordpress.com/2012/01/18/identifikasi-nilai-rf-pada-analisa-warna-dengan-kromatografi-lapis-tipis-dan-kromatografi-kertas/ . Diakses pada hari Minggu 19 April 2015 pukul 20.25.

Page 22: draft acara VI new.docx

Komariah, Nurul. 2013. Isolasi Senyawa Aktif Antioksidan dari Ekstrak Etil Asetat Herba Kemangi (Ocimum americanum L. Skripsi Sarjana pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kulkarni, Naval., Mayank M., and D. K. Jain. 2011. Centrifugal Thin Layer Chromatography. Asian Journal of Pharmacy and Life Science. Vol. 1, No. 3.

Liedyawati, Wenny. 2013. Penentuan Kelayakan Edar Es Lilin Tidak Bermerk dan Tidak Berlabel di Kecamatan “X” Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Pemanis dan Pewarna yang Digunakan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol.2, No.1.

Mardiningsih, Fitri., M. A. M. Andriani., dan Kawiji. 2012. Pengaruh Konsentrasi Etanol dan Suhu Spray Dryer terhadap Karakteristik Bubuk Klorofil Daun Alfalfa (Medicago sativa L.) dengan Menggunakan Binder Maltodekstrin. Jurnal Teknosains Pangan. Vol. 1, No. 1 (110-117).

Putri, Widya Dwi Rukmi, dll. 2011. Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji Kajian Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan Pengekstrak. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 4, No.1 (13-24).

Sanagi, Mohd Marsin. Teknik Pemisahan dalam Analisis Kimia. Johor Darul Ta’zim: Universitas Teknologi Malaysia.

Sumarlin, 2010.Identifikasi Pewarna Sintetis Pada Produk Pangan Yang Beredar di Jakarta dan Ciputat. Jurnal FST UIN Syarif Hidayatullah.

Touchstone, Joseph C. 1992. Practice of Thin Layer Chromatography. Canada: A Wiley-Interscience Publication.

Underwood, A.L.,1994. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.

Utami, Wahyu dan Andi Suhendi. 2009. Analisis Rhodamin B dalam Jajanan Pasar dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi. Vol. 10, No. 2 (148-155).

Wulandari, Lestyo. Evaluasi Lempeng HPTLC Daur Ulang untuk Analisis Kualitatif dan Kuantitatif. Jurnal SIGMA, Vol. 10, No.2 (105-109).

Page 23: draft acara VI new.docx

LAMPIRAN

Analisis Hasil Percobaan

1. Pengukuran Kromatografi Kertas Lapis Tipis

a. Kelompok 1

a) Pewarna Makanan (ungu)

Rf = 3

4,2 = 0,714

b) Pewarna Makanan (biru)

Rf = 2,64,2

= 0,619

c) Pewarna Tekstil (merah)

Rf = 2,24,2

= 0,523

2. Pengukuran Kromatografi Kertas Saring

a. Kelompok 14

a) Spidol (biru tua)

Rf = 0,34,2

= 0,071

b) Bahan Makanan

Rf = 1,14,2

= 0,262

c) Pewarna Tekstil (hitam)

Rf = 0

4,2 = 0

Rf = Jarak sampelJarak Pelarut

Rf = Jarak sampelJarak Pelarut