perkembang biakan vegetatif
-
Upload
jajangnurzaman31 -
Category
Documents
-
view
584 -
download
0
Embed Size (px)
Transcript of perkembang biakan vegetatif

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI
PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF
JAJANG NURZAMAN05121407004
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif.
Perbanyakan vegetatif, mempunyai pengertian perbanyakan tanaman dengan
menggunakan organ vegetatif tanaman seperti batang yang mempunyai tunas
samping (aksilar/lateral) dan mata tunas dari induk yang terpilih. Induk terpilih
misal mempunyai warna dan corak bunga yang indah dan belum pernah ada, warna
daun bervariasi. Kemudian teknik memperbanyak tanaman tersebut dengan cara
stek batang, cangkok, sambung (grafting) dan okulasi.
Hasil akhir dari perbanyakan vegetatif ini adalah bibit atau tanaman yang
sama dengan induk yang terpilih yang telah dicontohkan di atas atau diistilahkan
dengan fotocopy atau true to type. Pemilihan perbanyakan di atas tentunya juga
terkait dengan tujuannya, apabila menghendaki tanaman yang mempunyai variasi/
keragaman sifat/karakter lain dari normalnya, maka perbanyakan generatif yang
dipilih. Apabila menginginkan tanaman hias yang mempunyai kesamaan dengan
induk yang terpilih, maka perbanyakan vegetatif yang dipilih. Pemahaman tentang
konsep dan aspek pada Mata Diklat Dasar-Dasar Perbanyakan Tanaman Secara
Vegetatif merupakan salah satu bagian yang penting dalam kegiatan perbanyakan
tanaman secara vegetatif. Pengetahuan tentang konsep perbanyakan tanaman secara
vegetatif sangat penting untuk diketahui agar dapat dipahami pengertian perbanyakan
tanaman secara vegetatif dan membedakan pengelompokan dalam perbanyakan
tanaman secara vegetatif. Selain itu, juga perlu didukung pengetahuan tentang arti

penting dari perbanyakan tanaman secara vegetatif agar dapat dipahami perlunya
dilakukan perbanyakan tanaman secara vegetatif ditinjau dari aspek anatomi,
fisiologi, dan genetik. Pemahaman tentang konsep perbanyakan tanaman secara
vegetatif juga perlu didukung dengan pengetahuan tentang teknik-teknik yang dapat
digunakan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga perlu pemahaman tentang
pengatahuan aspek-aspek pentingnya meliputi aspek anatomi, fisiologi, dan genetik.
Aspek anatomi perbanyakan tanaman secara vegetatif berkaitan dengan pengetahuan
struktur internal dari akar, batang, dan daun untuk memahami proses terbentuknya
akar adventif pada stek dan cangkok dan terbentuknya penyatuan sambungan pada
penyusuan, okulasi, dan sambungan. Aspek fisiologi perbanyakan tanaman secara
vegetatif yang perlu diketahui adalah peranan secara fisiologis berbagai hormon
tanaman dalam mempengaruhi proses pertumbuhan hasil perbanyakan tanaman.
Aspek genetik perbanyakan tanaman secara vegetatif berkaitan dengan keseragaman
dan keragaman secara genetik tanaman yang diperbanyak secara vegetatif. Ketiga
aspek tersebut apabila dipahami dengan benar diharapkan akan menunjang
keberhasilan dalam pelaksanaan perbanyakan tanaman secara vegetatif.
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
menerapkan salah satu cara perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Cara memperbanyak tanaman sangat banyak ragamnya. Mulai dari yang
sederhana sampai yang rumit. Ada yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada pula
yang rendah. Ini semua sangat bergantung pada beberapa faktor, misalnya cara
perbanyakan yang kita pilih, jenis tanaman, waktu memperbanyak, ketrampilan
pekerja, dan sebagainya.
Pembiakan kawin merupakan pembiakan yang umum terjadi di alam, baik
secara sederhana maupun secara kompleks. Pembiakan generatif bunga mempunyai
peranan yang sangat penting karena dari bunga akan terjadi pada mekanisme
penyatuan sifat melalui perubahan kromosom dan komponen-komponennya, baik
susunan maupun fungsinya. Pembiakan secara seksual didahului oleh peristiwa
penyerbukan, yaitu penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Setelah
berlangsung penyerbukan proses kedua adalah pembuahan (fertilization). Pembuahan
adalah salah satu peristiwa penyatuan salah satu inti sperma (sperma nucleus) yang
berasal dari pollen tube dengan inti sel telur yang berasal dari di dalam embriosae.
Penyatuan inti sperma dengan inti sel telur ini akan menghasilkan zygota. Pada
pembiakan seksual, bersatunya sel gamet (sel reproduksi) akan terbentuk ragam
genetik yang luas. Pembiakan tak kawin berlangsung dengan cara pelepasan organ
vegetatif dari tumbuhan induknya yang kemudian tumbuh menjadi individu baru.
Aseksual berlangsung tanpa perubahan-perubahan kromosom. Sehingga sifat yang
diturunkan sama dengan sifat induknya. Perkembangbiakan tanaman biasanya

dilakukan secara vegetatif. Sebab, kalau perbanyakan dilakukan secara generatif
dengan biji, hasilnya banyak yang menyimpang dari induknya (Wijaya, 1985).
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, ocultatie (Belanda) atau
budding (Inggris). Banyak jenis pohon buah-buahan yang dapat diokulasi, ada yang
mudah dilakukan dan ada yang susah dilakukan. Jenis tanaman seperti jeruk, apokat,
rambutan, durian, jambu biji dan mangga sangat mudah untuk diokulasi dan berhasil
dengan baik. Sedang buah seperti sawo, nangka, duku, dan pala jika diokulasi
pertumbuhan tunasnya sangat sulit. Jenis tanaman buah-buahan yang sampai saat ini
belum bisa diokulasikan adalah manggis. Memindahkan sebuah mata tunas ke
pangkal bawah tanaman lain yang sejenis (famili) untuk memperoleh tanaman yang
mempunyai sifat gabungan antara kedua tanaman itu disebut okulasi. Asal mata
tunas yang ditempelkan mempunyai sifat tajuk yang baik dan batang bawah
mempunyai perakaran yang kuat maka kedua sifat baik itu tergabung pada satu
tanaman Jumin (1994).
Kelebihan dari hasil okulasi adalah tanamannya lebih baik dari induknya.
Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai
perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan
dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran
yang kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai
batang pokok yang digunakan sebagai batang pokok yang akan ditempeli dan juga
batang bawah. Sedang tanaman yang mempunyai buah lezat diambil matanya untuk
ditempelkan pada batang pokok dan juga dikenal sebagai batang atas. Menurut

Sugito (1991) untuk mendapatkan hasil okulasi yang baik, beberapa hal perlu
diperhatikan, yaitu :
1. antara batang atas dan batang bawah mempunyai sifat kompobilitas yang tinggi di
antaranya mempunyai kesamaan dalam hal: umur batang, diameter batang dan
lingkungan tumbuh tanaman induk. Suhu udara tempat persemaian diusahakan
stabil dan berkisar antara 20-23ºC
2. kelembaban udara dijaga cukup tinggi untuk mempercepat pembentukan kalus
3. bahan stek dan lingkungan persemaian bebas dari hama dan penyakit (bial perlu
disterilkan)
4. diperlukan naungan untuk menghindari intensitas radiasi matahari yang terlalu
tinggi serta untuk menjaga kelembaban udara di bawah naungan.
Perbanyakan vegetatif untuk memperoleh keturunan yang sama dengan
tanaman induknya, sering dilakuakan dengan mencangkok. Orang-orang asing sering
menyebut cangkok dengan air layerage atau aerial layering (Inggris) dan marcottage
(Prancis). Pembiakan dengan cara ini memang terkenal sejak dahulu, bahkan dapat
dikatakan suatu cara perkembangbiakan tertua di dunia. Namun hasilnya sering
mengecewakan pencangkokkannya, mereka ada yang gagal hanya beberapa persen
saja tapi bisa juga gagal total. Kegagalan ini dapat dilihat dari bagian tanaman di atas
keratan/luka yang kering atau mati. Untuk menghindari kejadian seperti ini tentu kita
perlu memperbaharui cara mencangkok dan mencurahkan perhatian yang agak serius
dengan kesabaran dan ketelitian. Translokasi hasil fotosintesa berlangsung melalui
phloem (jaringan kulit kayu) untuk diedarkan ke seluruh bagian tanaman. Kalau
phloem diputuskan, maka tanaman atau hasil fotosintesa akan terhenti, sehingga

membentuk kallus. Kallus ini apabila menyentuk media yang basah akan merangsang
terbentuknya akar. Cabang atau dahan tempat akan terbentuk jika dipotong dan
dipindahkan ke tanah akan diperoleh tanaman baru. Pekerjaan tersebut disebut
mencangkok. Keuntungan yang diperoleh dari mencangkok adalah tanaman yang
baru sama dengan induknya dan cepat memperoleh bibit yang diinginkan. Sedangkan
kelemahannya adalah tidak mempunyai perakaran yang kuat, memakan waktu yang
banyak dan merusak pohon induk asal cabang atau dahan (Jumin, 1994).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencangkok adalah umur batang tidak
terlalu tua atau muda; pohon kuat; sehat dan subur, mencangkok sebaiknya dilakukan
di musim penghujan dan diusahakan media cangkok tetap lembab. Pada mencangkok
dilakukan pengeratan cabang akar cadangan makanan yang terbentuk dari hasil
fotosintesis di daun akan tertahan dan menumpuk di bagian atas keratan yang
selanjutnya digunakan untuk intisari dan pembentukan akar. Cara stek banyak dipilih
orang, apalagi bagi pengebun buah-buahan dan tanaman hias. Alasannya karena
bahan-bahan untuk membuat stek ini hanya sedikit, tetapi dapat diperoleh bibit
tanaman dalam jumlah banyak. Bagian batang, cabang atau pucuk yang ditanamkan
disebut stek. Stek dibedakan menjadi stek batang, stek cabang, stek ranting, stek
pucuk, stek daun, dan stek tunas. Orang-orang pandai sering mendefinisikan stek
sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman
(akar, batang, daun, tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar.
Dari dasar itulah muncul stek akar, stek batang, stek daun, stek umbi.

Berikut ini adalah contoh macam-macam stek yaitu :
a. Stek batang
Sebagian orang menyebutnya dengan stek kayu, karena umumnya tanaman
yang dikembangbiakan dengan stek batang adalah tanaman berkayu. Untuk
memudahkan pertumbuhan akar stek ini kadang-kadang kita juga perlu mengikutkan
sebagian kayu dari cabang induk, sehingga bentuk stek batang ini tidak hanya lurus
tetapi bertumut atau dapat juga dibentuk seperti martil.
b. Stek daun
Untuk memperbanyak tanaman ini biasanya digunakan sehelai daun lengkap
dengan tangkainya. Contoh tanaman seperti ini adalah lidah mertua (Sanciviera sp),
tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara ini biasanya pada ujung daunnya akan
keluar tunas. Dan tunas inilah yang kita tanam.
c. Stek akar
Mengakarkan stek ini sebaiknya dilakukan pada musim dingin, sekalipun
tidak menutup kemungkinan adanya suatu jenis yang menyukai situasi yang hangat.
Stek akar muda akan berakar lebih cepat dan lebih baik bila dibandingkan dengan
stek akar sebesar pensil
d. Stek mata
Stek mata yang juga sering disebut stek tunas ini, sebenarnya merupakan stek
batang, hanya saja batang yang digunakan untuk stek hanya mempunyai satu mata.
Penyemaian stek in sebaiknya dilakukan di pot atau kotak kayu yang telah diisi
dengan pasir dan kompos dengan perbadingan 1:1.

e. Stek pucuk
Sesuai dengan namanya, stek pucuk ini diambil dari pucuk-pucuk batang
yang masih muda dan masih dalam masa tumbuh. Media yang digunakan merupakan
campuran kompos dengan pasir yang sudah bersih dan bebas dari penyakit. Bisa juga
digunakan media campuran pasir yang sudah bersih, tanah gembur dan sejenis
mineral yang disebut vermikulit.
f. Stek umbi
Dari sekian banyak umbi-umbian hanya separuh yangnya yang merupakan
tanamanberumbian sebenarnya atau sering disebut bulb. Sedang yang lainnya dapat
digolongkan dalam umbi palsu (corm), umbi batang (tubers), umbi akar (tuberous
root), dan akar batang (rhizomes).
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan stek antara lain
adalah kondisi lingkungan. Fisik dan fisiologi dari bahan yang digunakan sebagai
stek. Suhu dan kelembaban suatu media merupakan faktor lingkungan yang sangat
menentukan keberhasilan stek. Karena ketiga faktor ini mempunyai peranan yang
sangat penting dalam mempertahankan kesegaran stek serta mempengaruhi
pembentukan dan diferensiasi kalus menjadi akar. Stek yang akan digunakan secara
fisik harus sehat, kekar dan pertumbuhan normal. Sedangkan secara fisiologis, stek
harus mengandung cadangan makanan dan hormon tubuh yang cukup untuk
pembentukan akar tunas. Hormon alami yang terdapat di dalam jaringan stek pada
umumnya kurang memadai. Selain itu aktivitasnya relatif lambat sehingga tidak
dapat langsung berfungsi dengan cepat untuk menginduksi pembentukan akar. Oleh
karena itu diperlukan penambahan hormon yang berasal dari luar jaringan stek.

Menyambung adalah menempelkan atau menyambung bagian tanaman ke bagian
lainnya sehingga tercapainya persenyawaan yang membentuk tanaman baru. Seperti
halnya pembiakan vegetatif lainnya, menyambung tidak mengubah susunan genetis
tanaman baru dan sama dengan tanaman induk. Menyambung ditujukan untuk
memperoleh tanaman yang cepat berbuah, memperbaiki bagian tanaman yang rusak
dan untuk memperbaiki sifat batang atas (Jumin, 1994).
Sedang yang dimaksud dengan sambung pucuk ialah penyatuan pucuk
(bagian atas tanaman) sebagai calon batang atas dengan batang bawah tanaman lain
yang semarga. Sehingga terbentuk tanaman baru yang compatatie (mampu) saling
menyesuaikan diri secara kompleks. Syarat yang harus dipenuhi oleh batang bawah
antara lain ialah : akarnya dalam, sehingga tahan kekeringan, tahan penyakit akar,
tumbuhnya cepat dan bisa bersatu dengan batang atasnya. Sedangkan tanaman yang
akan dijadikan batang atas harus berasal dari tanaman yang sudah terbukti bersifat
unggul.
Grafting atau ent merupakan istilah asing yang sering kita dengar itu,
pengertiannya ialah menggabungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman
yang berbeda sedemikian rupa, sehingga tercapai persenyawaan dan kombinasi ini
akan terus tumbuh membentuk tanaman baru.
Grafting dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
1. Approach graft (penyambungan dekat) adalah menyambung dua tanaman yang
masing-masing tanaman masih berhubungan dengan akarnya. Bagian yang
digabungkan antara kedua tanaman itu adalah bagian atas saja. Setelah cukup

berumur barulah salah satu batang bawah dipotong atau sama sekali dibiarkan
terus sampai waktu tertentu.
2. In arching adalah penyambungan (penyusukan) yang masing-masing batang atas
dan bawah tetap berhubungan dengan akarnya. Hal ini untuk memperoleh yang
daya isap haranya tinggi.
3. Detached seron graft adalah batang atas lepas dari akarnya, diperoleh dari
tanaman lain untuk disambung pada tanaman lainnya yang menjadi batang bawah.
4. Bridge grafting adalah penyambungan yang terbentuk seperti jembatan guna
mengganti kulit yang rusak.
Kondisi siap sambung, baik secara teknis maupun fisiologis banyak
dibentikan oleh kevigoran dan umur batang bawah. Batang bawah yang vigor akan
lebih cepat mencapai kondisi siap sambung karena memiliki kemampuan
pertumbuhnan yang lebih besar. Umur batang bawah berkaitan erat dengan
kandungan cadangan makanan. Dengan bertambahnya umur maka semakin banyak
cadangan makanan yang tertimbun dalam jaringan batang yang kandungan cadangan
makanan dan hormon tumbuhnya berimbang.

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 02 Mei 2013 pukul 10.00
WIB sampai selesai, bertempat di RKC 1107 Universitas Sriwijaya.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah : 1). Polybeg ukuran 5
kg sebanyak 2 lembar, 2). Pisau Cutter, 3). Plastik gula ukuran 1 kg, 4). Tanaman hias.
C. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan.
2. Isi 2 polybeg dengan tanah dan letakan di tempat yang ternaungi.
3. Siapkan tanaman hias, kemudian potong batang dengan pisau cutter.
4. Kurangi jumlah daun, sisakan 3 – 4 helai daun.
5. Buat lubang tanam dengan tugal.
6. Tanam stek kemudian padatkan tanah di sekitar batang stek tersebut.
7. Siram dengan air.
8. Lakukan pengamatan.

IV. HASIL PENGAMATAN
A. Hasil
Adapun hasil dari praktikum perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah :
Tanggal Pengamatan ke- hidup mati Deskripsi tanaman
7 mei I - Daun segar
14 mei II - Daun bertambah
17 mei III - Tingggi bertambah
B. Pembahasan
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman yang menggunakan
bagian-bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun. Cara perbanyakan
vegetatif yang dipergunakan dalam praktikum kali ini adalah menyetek. Perbanyakan
dengan cara ini cukup efektif dalam rangka memperoleh hasil keturunan yang lebih
baik dibandingkan kedua induknya.
Perbanyakan stek batang adalah perbanyakan vegetatif dengan cara
memotong batang lalu ditanam pada media tanam yang sesuai dengan jenis
tanamannya. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman hias
sambang darah. Syarat pemilihan batang yaitu batang berumur kurang lebih satu
tahun karena pada cabang yang terlalu tua sangat sulit untuk membentuk akar,
sedangkan pada cabang yang terlalu muda prosos penguapannya terlalu cepat

sehingga stek menjadi lemah dan mati. Ada tidaknya penyakit dalam cabang yang
akan kita jadikan stek juga harus kita perhatikan. Karena hal ini akan berpengaruh
pada hasil stek yang kita buat. Sebaiknya kita memilih batang yang berwarna hijau,
cabang seperti ini biasanya memiliki kandungan nitrogen dan karbohidrat yang tinggi
sehingga mempercepat petumbuhan akar.
Untuk pemotongan pada batang yang telah memenuhi syarat sebaiknya
pemotongan ini dibuat miring dengan sudut kemiringan 45° pada bagian atas
maupun bagian bawah. Pemotongan batang secara miring pada bagian atas ditujukan
untuk menjaga agar air yang jatuh dari atas tidak membuat batang busuk dan
pemotongan miring bagian bawah bertujuan untuk memperluas persinggungan antara
batang dengan media tanam. Untuk mengurangi tingginya penguapan pada tanaman
dapat dilakukan mengurangi jumlah daun yang terdapat pada batang yang akan
digunakan untuk stek. Pangkal dipotong miring tersebut kemudian diberi zat
pengatur tumbuh agar pada pangkal batang tersebut nantinya cepat tumbuh akar.
Sebelum batang dimasukkan ke dalam media tanam perlu dibuat lubang pada tanah
yang ukurannya sesuai dengan diameter batang agar zat pengatur tumbuh tetap
memempel pada batang yang distek. Sehingga pada pangkal batang tersebut akan
terang sang tumbuh akar.
Tanaman sambang darah merupakan tanaman mudah untuk diperbanyak,
maka dilakukan suatu percobaan menggunakan metode perbanyakan vegetatif
dengan cara stek batang. Pertumbuhan bagian akar, daun, dan tinggi batangnya cepat
dikarenakan tanaman tersebut mudah tumbuh.

Dari hasil pengamatan, dilihat pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi
pada tanaman hias sambang darah.Selama 3 minggu pengamatan, dengan melakukan
pengamatan 1 minggu sekali. Terlihat hasilnya yaitu ada perbedaan atau
pertumbuhan bakal tunas yang tumbuh pada ketiak atau buku-buku batang.
Pertumbuhan daun pada tanaman tersebut juga mulai tumbuh walaupun relatif
sedikit. Dikarenakan tanaman hias sambang darah adalah tanaman yang mudah
tumbuh dan tidak perlu perawatan ekstra agar bisa tumbuh dengan baik.
Pertumbuhan akarnya juga mulai ada walaupun belum begitu kuat dan lebat,
karena asoka berakar tunggang.perbanyakan stek yang dilakukan pada tanaman
tersebut dengan memotong ujung batang dengan miring dan meruncing, kemudian
menyisahkan 3 cabang daun mulai dari pucuk, daun tersebut di potong menjadi 2,
hingga tersisa setengah bagian daun, hingga daun tumbuh kembali setelah
penyetekan dilakukan. Pada kebanyakan tanaman, iniasi dan akar adventif terjadi
setelah stek dibuat, yang disebut dengan akar yang diinduksi (induced root) atau akar
yang muncul karena adanya perlakuan. Pembentukan akar adventif dibatasi oleh
faktor-faktor inherent (faktor bawaan dari tanaman) yang tidak di translokasikan di
dalam jaringan tanaman. Namun, pembentukan akar adventif dapat di katakana
bahwa interaksi antara faktor-faktor yang tidak bergerak (immobile) yang terletak di
dalam sel yang berupa enzim-enzim tertentu dan nutrient serta faktor-faktor endogen
yang mudah di translokasikan yang saling berinteraksi untuk menciptakan kondisi
favorable untuk perakaran. Perbanyakan stek termasuk dalam perbanyakan tanaman
secara vegetatif melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel tanaman.

Penggolongan stek menurut bagian tanaman terdiri dari stek akar, stek batang, dan
stek daun.
Efetivitas pengakaran batang stek tanaman bervariasi menurut tahap
perkembangan dan unsur yang mengalami bertambah umur tanaman, tipe dan lokasi
batang dan waktu. Pada umunya, kemampuan berakar bertalian dengan tahap
pertumbuhan juvenil, tanaman yang sukar berakar yaitu tanaman dewasa dapat
dibuat mudah berakar dengan mengendalikannya ke masa juvenil. Kemampuan suatu
stek batang untuk berakar telah terbukti karena faktor-faktor dalam yang ada dalam
sel-sel batang dan zat-zat yang diproduksi daun dan tunas yang tertranslokasikan
seperti : auksin, karbohidrat, senyawa nitrogen, vitamin, dan berbagai senyawa lain.
Fator-faktor luar seperti cahaya, suhu, kelembaban, dan ketersediaan oksigen
berperan penting dalam proses pengakaran tersebut.
Perbanyakan tanaman secara stek terdapat juga kelemahan baik secara
fisiologis maupun morfologis dalam pertumbuhan tanaman yaitu perbanyakan
tanaman stek mudah roboh pada akar karena tidak terlalu kuat, kejenuhan air,
sehingga memerlukan biaya dan waktu yang cukup, karena perbanyakan tanaman
secara stek tingkat keberhasilannya sangat rendah.

V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Perbanyakan vegetatif yang bertujuan untuk mendapatkan hasil, yaitu kualitas dan
sifat-sifat tanaman yang sama dengan induknya dapat dilakukan dengan cara stek
batang, stek daun dan cangkok.
2. Tanaman hias sambang darah merupakan tanaman yang mudah diperbanyak, yaitu
dengan cara metode stek batang.
3. Perbanyakan tanaman secara stek tingkat keberhasilannya sangat rendah.
4. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi juga dengan perlakuan
perbanyakan untuk menghasilkan daun, tunas, tinggi tanaman, serta akarnya.
5. Tanaman hias sambang darah bergantung dari jumlah air yang diserap, serta
penyinaran dari cahaya matahari.
B. Saran
Dalam praktikum perbanyakan tanaman secara vegetatif (aseksual) dengan
menggunakan metode stek batang pada tanaman asoka sebagai bahan praktikum ini,
tanah yang digunakan tidak dalam kondisi jenuh air, sehingga membutuhkan air yang
cukup. Serta tanaman yang akan dijadian stek harus berukuran sedang, dan daunnya
bewarna hijau agak tua, agar dihasilkan tanaman yang kokoh dan lebih baik, dan
efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2002. Biologi Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Effendi, S. 1985. Stek dan Cara Perawatannya. Yasaguna. Jakarta.
Fahn, A. 2009. Reproduksi Vegetatif. UGM Press. Yogyakarta.
Jumin, Hasan. Basri, 1994, Dasar-Dasar Agronomi, PT. Raja Garfindo, Jakarta. 140p
Sutiyoso, Y. 1995. Mencangkok Pohon Buah. Trubus. XVI(187):192p.
Wijaya. 1985. Sambung Pucuk Untuk Tanaman Buah. Trubus. XVI(185):192p.
Wudianto. Rini, 1991. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 150p.