Acara IV Karbohidrat

31
ACARA IV KARBOHIDRAT A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Karbohidrat yaitu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Terdiri atas unsur C,H, O dengan perbandingan 1 atom C, 2 atom H, 1 atom O. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Karbohidrat banyak terdapat pada tumbuhan yang berperan struktural dan metabolik. Sedangkan pada tumbuhan untuk sintesis CO 2 + H 2 O yang akan menghasilkan amilum/selulosa melalui proses fotosintesis. Karbohidrat merupakan komponen pangan yang menjadi sumber utama dan sumber serat mekanan. Banyak sekali makanan yang kita makan sehari-hari adalah sumber karbohidrat, seperti: nasi, beras, singkong, umbi-umbian, gandum, sagu, jagung, kentang, dan beberapa buah-buahan lainnya, dan lain lain. Rumus umum karbohidrat yaitu Cn(H 2 O)m,

description

praktikum kimia dasar

Transcript of Acara IV Karbohidrat

ACARA IVKARBOHIDRAT

A. Pendahuluan1. Latar BelakangKarbohidrat yaitu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Terdiri atas unsur C,H, O dengan perbandingan 1 atom C, 2 atom H, 1 atom O. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Karbohidrat banyak terdapat pada tumbuhan yang berperan struktural dan metabolik. Sedangkan pada tumbuhan untuk sintesis CO2 + H2O yang akan menghasilkan amilum/selulosa melalui proses fotosintesis.Karbohidrat merupakan komponen pangan yang menjadi sumber utama dan sumber serat mekanan. Banyak sekali makanan yang kita makan sehari-hari adalah sumber karbohidrat, seperti: nasi, beras, singkong, umbi-umbian, gandum, sagu, jagung, kentang, dan beberapa buah-buahan lainnya, dan lain lain. Rumus umum karbohidrat yaitu Cn(H2O)m, sedangkan yang paling banyak kita kenal yaitu glukosa: C6H12O6, sukrosa C12H22O11, selulosa: (C6H10O5)n. Klasifikasi karbohidrat sendiri terbagi dalam beberapa macam, yakni Monosakarida yang terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi dihidrolisis oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Selanjutnya ada Disakarida dimana senyawanya terbentuk dari 2 molekul monosakarida yang sejenis atau tidak. Disakarida dapat dihidrolisis oleh larutan asam dalam air sehingga terurai menjadi 2 molekul monosakarida. Kemudian ada oligosakarida yakni senyawa yang terdiri dari gabungan molekul-molekul monosakarida yang banyak jumlahnya, misalkan gabungan dari 3 6 monosakarida. Yang terakhir adalah Polisakarida, senyawa yang terdiri dari molekul-molekul monosakarida yang banyak jumlahnya, senyawa ini bisa dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida. Polisakarida merupakan jenis karbohidrat yang terdiri dari lebih 6 rantai monosakarida dengan rantai lurus/cabang.Untuk menguji apakah suatu zat tersebut mengandung karbohidrat atau tidak, maka digunakanlah beberapa mekanisme uji diantaranya: Uji Benedict, Uji Barfoed, Uji Molisch, Uji Iod. Pada Uji Benedict adalah uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus keton dan akan menghasilkan endapan serta mengalami perubahan warna menjadi orange atau merah. Uji Barfoed digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel serta positif jika ditandai dengan terbentuknya endapan merah orange.Uji Molisch, prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat dimana uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan alpha-naftol dalam pereaksi molish. Menguji dengan metode uji Iodin dilakukan untuk menunjukkan adanya polisakarida.2. Tujuan PraktikumTujuan praktikum acara IV Karbohidrat ini adalaha. Mengetahui adanya senyawa karbohidrat secara umumb. Mengetahui adanya sifat reduktor dari larutan karbihidratc. Membedakan monosakarida aldosa dan ketosad. Mengetahui kandungan polisakarida3. Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum Acara IV Karbohidrat dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Oktober 2012 pada pukul 07.30 09.30 WIB di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Tinjauan PustakaKarbohidrat merupakan senyawa karbon yang mengandung atom hidrogen dan oksigen dengan rumus umum . Karbohidrat merupakan sumber energi dan penyusun struktur sel. Di dalam ilmu biokimia terdapat beberapa jenis karbohidrat yang memilki peranan penting, antara lain monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa, ribosa), disakarida (laktosa, sukrosa, maltose), dan polisakarida (glikogen pada hewan dan selulosa pada tumbuhan). Uji kualitatif dapat dilakukan untuk mengetahui keberadaan atau jenis adalah disakarida yang terdiri dari dua satuan jumlah kandungan karbohidrat dalam suatu bahan (Bintang,2010). Monosakarida atau gula sederhana adalah karbohidrat yang tak dapat dihidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana. Polisakarida mengandung banyak satuan monosakarida, kadang-kadang ratusan bahkan ribuan. Biasanya (tetapi tidak selalu) satuan-satuan tersebut identik. Dua dari polisakarida yang penting yaitu pati dan selulosa mengandung satuan-satuan glukosa. Oligosakarida paling sedikit mengandung 2 dan biasanya 8 atau 10 satuan monosakarida yang saling berhubungan. Senyawa demikian dapat dinamakan disakarida, trisakarida, dan selanjutnya bergantung pada jumlah satuan monosakarida yang saling bergabung. Misalnya maltose adalah disakarida yang terdiri dari dua satuan glukosa, tetapi sukrosa (gula biasa) adalah disakarida yang terdiri dari dua satuan monosakarida yang berbeda, yakni glukosa dan fruktosa (Hart, 1990).Karbohidrat merupakan sekelompok gugus aldehid, keton, atau asam polihidroksi atau turunan-turunannya, yang bergabung bersama-sama dengan poliol siklik linier. Kebanyakan senyawa ini adalah bentuk CnH12On atau Cn(H2O)n, sebagai contoh glukosa C6H12O6 atau C6(H2O)6. Kadang-kadang untuk penyederhanaan, karbohidrat dirujuk sebagai gula dan turunannya. Monosakarida, umumnya dirujuk sebagai gula, yang mengandung 3 sampai 9 atom karbon. Kebanyakan monosakarida yang umum di alam mempunyai 5 karbon (pentose, C5H10O5) atau 6 karbon (heksosa, C6H12O6). Di-, tri- dan tetra-sakarida merupakan dimer, trimer, dan tetramer monosakarida, dan dibentuk dari 2, 3, atau 4 molekul monsakarida, dengan eliminasi satu, dua, atau tiga molekul air. Oligosakarida merujuk pada sakarida-sakarida yang mengandung 2 sampai 10 monosakarida. Polisakarida tersusun dari satuan monosakarida yang sangat banyak, dan banyaknya molekul monosakarida yang menyusun sering diketahui sebagai kurang lebih. Aldosa dapat dioksidasi dengan mudah menjadi asam aldonat. Aldosa bereaksi dengan reagen Tollens (Ag+ dalam NH3-berair), reagen Fehling (Cu2+ dalam natrium tartat-berair), dan reagen benedict (Cu2+ dalam natrium sitrat-berair) menghasilkan perubahan warna yang karakteristik (Sarker, 2009).Karbohidrat adalah proporsi utama dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan sumber utama energi yang menyediakan sekitar 40-80% dari total kebutuhan energi sehari-hari pada manusia (FAO/WHO 1998). Namun, pati adalah karbohidrat utama sumber dalam berbagai diet (Chueng et al. 2006). Menuurt Recommended Nutrient Intake Malaysia (NCCFN 2005), karbohidrat harus terdiri 55-75% dari asupan energi harian. Menurut FAO/WHO (1998), faktor yang mempengaruhi repon glikemik postprandial termasuk jumlah karbohidrat, komponen monosakarida alami, pati alami, pengolahan makanan dan metode memasak dan adanya komponen makanan lainnya. Konten amiolsa dan amilopektin dari makanan lainnya adalah salah satu faktor yang mempengaruhi respon glukosa darah (Shanita, 2011).Karbohidrat memegang peranan penting dalam bidang pangan. Oleh karena itu analisis karbohidrat yang akurat, cepat dan dapat dipercaya diperlukan untuk mengetahui kandungan total karbohidrat dalam produk. Diantaranya banyak metode kolorimetri yang ada untuk menganalisis karbohidrat, yang paling banyak digunakan adalah Anthrone sulfat cukup sederhana dan sensitive. Tetapi metode analisis untuk karbohidrat total dalam SNI 01-2891-1992 menggunakan metode Luff Schoorl yang menggunakan prinsip titrimetri, banyak memakan waktu, sulit dikerjakan oleh analis yang tidak terlatih dan reaksi reduksinya tidak stoikiometris. Metode kandidat yang menggunakan Metode Anthrone sulfat diajukan untuk dapat menggantikan metode total Luff Schoorl dalam SNI 01-2891-1992 (Manikharda dkk, 2011). Pati atau karbohidrat dapat diperoleh dari berbagai jenis tumbuhan seperti ketela pohon, ketela rambat, padi, pisang dan sebagainya. Di dalam tumbuhan, pati disimpan dalam batang, akar, buah atau biji sebagai cadangan makanan (Agra dkk., 1973). Ditinjau dari rumus kimianya pati adalah karbohidrat yang berbentuk polisakarida berupa polimer anhidro monosakarida dengan rumus umum (C6H10O5)n. Penyusun utama pati adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa tersusun atas satuan glukosa yang saling beriaktan melalui ikatan 1-4 glukosida, sedangkan amilopektin merupakan polisakarida yang tersusun atas 1-4 glikosida dan mempunyai rantai cabang 1-6 glukosida (Kirk and Othmer, 1954) (Yuniwati dkk, 2011).Uji kuantitatif kandungan glukosa menggunakan metode Luff Schroorl yang didasarkan pada peristiwa tereduksinya kupri-oksida menjadi kupro-oksida karena adanya gula pereduksi. Sebanyak 2 mL larutan blanko dititrasi dengan larutan 0,1 N Na-tiosulfat, kemudian dilakukan juga titrasi terhadap larutan sampel menggunakan penitrasi yang sama. Untuk mengetahui apakah titrasi sudah cukup maka dipergunakan indikator amilum yang ditandai dengan perubahan warna dari biru menjadi putih. Agar perubahan warna dari biru menjadi putih tepat, maka penambahan amilum diberikan pada saat titrasi hampir selesai. Setelah diketahui selisih banyaknya titrasi blanko dengan titrasi sampel kemudian dikonsultasikan dengan table yang tersedia (menunjukkan hubungan antara banyaknya Na-tiosulfat dengan banyaknya gula pereduksi), sehingga dapat diketahui jumlah gula pereduksi dalam larutan (Ratnawati, 2009).Kondensasi, atau sintesis dehidrasi, dalam proses tersebut kedua monosakarida disatukan sehingga membentuk disakarida, dan sebuah molekul air dibebaskan (sebuah OH dari satu monosakarida dan satu H dari monosakarida kedua dilepaskan untuk membentuk ikatan C-O-C diantara kedua monomer, atau unit dasar). Enzim yang mendorong sintesis glikogen dari glukosa ditingkatkan jumlahnya oleh insulin, sejenis hormone yang dilepaskan ke dalam aliran darah ketika kadar glukosa darah mulai naik. Glikogen dapat dipecah menjadi molekul-molekul glukosa penyusunnya oleh enzim-enzim seperti fosforilase, yang diaktifkan oleh hormon-hormon epinefrin dan glukagon (Fried, 2006).

C. Alat, Bahan dan Cara Kerja1. Alat a. Uji Benedict1) Tabung Reaksi2) Penjepit tabung3) Penangas air4) Komporb. Uji Barfoed1) Tabung Reaksic. Uji Molisch1) Tabung reaksid. Uji Iod1) Cawan porselen2) Pipet tetes2. Bahana. Uji Benedict1) Larutan Benedict2) Glukosa 0,013) Glukosa 0,024) Glukosa 0,04b. Uji Barfoed1) Larutan Barfoed2) Glukosa 0,01 M3) Fruktosa 0,01 M4) Laktosa 0,01 M5) Sukrosa 0,01 Mc. Uji Molisch1) Glukosa2) Amilum3) Aird. Uji Iod1) CMC 1%2) Amilum 1%3) Glikogen 1%4) Larutan Iod 1%5) Inulin 3. Cara Kerjaa. Uji Benedict

b. Uji Barfoed

c. Uji Molish

d. Uji Iod

D. Hasil dan Analisis Hasil Percobaan1. Hasil Percobaana. Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Uji BenedictKonsentrasi GlukosaWarnaWaktu (menit)Keterangan

SebelumSesudah

0,01 MBiruBiru kecoklatan9Terdapat endapan merah bata

0,02 MBiruorange7Terdapat agak banyak endapan merah bata

0,04 MBiruOrange kecoklatan4,3Terdapat banyak endapan merah bata

Sumber : Laporan Sementarab. Tabel 4.2 Uji BarfoedKelompokTabung ke-LarutanWarnaKeterangan

SebelumSesudah

9 & 1015 mL 0,01 M glukosaBiruBiru kemerahanTerdapat endapan merah bata

1125 mL 0,01 M fruktosaBiruBiru kemerahanTerdapat endapan merah bata

13 dan 1435 mL 0,01 M laktosaBiruBiru (tetap)Tidak terdapat endapan merah bata

1545 mL 0,01 M sakarosaBiruBiru (tetap)Tidak terdapat endapan merah bata

Sumber : Laporan Sementara

c. Tabel 4.3 Uji MolischKelompokTabung ke-LarutanHasil (warna)

SebelumSesudah

1-311 mL 0,02 M glukosaJernihCoklat pekat

4-621 mL 0,02 M amilumJernihUngu pekat merah

7-831 mL aquadesJernihCoklat pekat

Sumber : Laporan Sementarad. Tabel 4.4 Uji IodKelompokLarutanHasil (warna)

SebelumSesudah

9&10Glikogen 1%BeningCoklat

11&12Inulin 1%BeningKuning

13&14CMC 1%BeningKuning encer

15Amilum 1%BeningBiru tua

Sumber : Laporan Sementara2. Analisis Hasil Pengamatana. Uji benedictPada percobaan uji benedict sampel yang digunakan adalah larutan glukosa dengan berbagai konsentrasi. Pengujian dilakukan dengan menambahkan 3 ml larutan benedict ke dalam larutan glukosa dengan konsentrasi 0,01 M, 0,02 M dan 0,04 M kemudian dipanaskan didalam air mendidih. Sehingga diperoleh hasil percobaan sebagai berikut : 3 ml larutan benedict ditambahkan kedalam larutan glukosa 0,01 M sebelum dipanaskan larutan berwarna biru dan setelah dipanaskan selama 9 menit terjadi perubahan warna menjadi biru kecoklatan dan terdapat endapan merah bata. Pada larutan glukosa 0,02 M sebelum dipanaskan larutan berwarna biru namun setelah dipanaskan selama 7 menit terjadi perubahan warna menjadi orange dan terdapat endapan merah bata yang lebih banyak. Sedangkan pada larutan glukosa 0, 04 M sebelum dipanaskan larutan berwarna biru dan setelah dipanaskan selama 4,3 menit terjadi perubahan warna menjadi orange kecoklatan dan paling banyak terdapat endapan merah bata jika dibandingkan dengan larutan glukosa 0,01 M dan 0,02 M.b. Uji BarfoedPada uji barfoed menggunakan sampel berbagai macam larutan sakarida. Uji barfoed dilakukan dengan menambahkan 5 ml larutan barfoed kedalam masing-masing larutan sakarida (glukosa 0,01 M, fruktosa 0,01 M, laktosa 0,01 M dan sakarosa 0,01 M) kemudian dipanaskan selama 10 menit. Sehingga diperoleh hasil percobaan sebagai berikut : 5 ml larutan barfoed ditambahkan kedalam larutan glukosa 0,01 M, larutan awal berwarna biru kemudian setelah dipanaskan terjadi perubahan warna menjadi biru kemerahan dan pada larutan terdapat endapan merah bata. Perubahan yang sama juga terjadi pada larutan fruktosa 0,01 M. Sedangkan pada larutan laktosa 0,01 M dan larutan sakarosa 0,01 M, larutan awal berwarna biru kemudian setelah dipanaskan larutan tetap berwarna biru atau tidak mengalami perubahan dan pada larutan tersebut juga tidak terdapat endapan merah bata.c. Uji MolishPada percobaan uji molish sampel yang digunakan yaitu glukosa 0,02 M, amilum 0,02 M dan aqudes masing-masing 1 ml larutan. Sampel tersebut kemudian ditambahkan 2 tetes larutan -naphtol 5% dalam alkohol dan 3 ml larutan asam sulfat pekat. Dan diperoleh hasil percobaan sebagai berikut : pada larutan glukosa 0,02 M larutan awal berwarna jernih dan setelah ditambahkan 2 tetes larutan -naphtol 5% dalam alkohol dan 3 ml larutan asam sulfat pekat terjadi perubahan warna sehingga larutan berwarna coklat pekat, pada larutan amilum 0,02 M larutan awal berwarna jernih dan setelah ditambahkan 2 tetes larutan -naphtol 5% dalam alkohol dan 3 ml larutan asam sulfat pekat terjadi perubahan warna sehingga larutan berwarna ungu pekat-merah, sedangkan pada aquades larutan awal berwarna jernih dan setelah ditambahkan 2 tetes larutan -naphtol 5% dalam alkohol dan 3 ml larutan asam sulfat pekat terjadi perubahan warna sehingga larutan berwarna coklat pekat.d. Uji IodPada percobaan uji iod sampel yang digunakan adalah CMC 1%, glikogen 1%, inulin1% dan amilum 1% kemudian sampel tersebut ditetesi dengan beberapa tetes larutan iod. Sampel sebelum ditambahkan larutan iod berwarna bening kemudian masing-masing sampel ditambahkan beberapa tetes larutan iod dan terjadi peruahan warna. Pada sampel CMC 1% terjadi perubahan warna dari bening menjadi kuning encer, sampel inulin 1% setelah ditambahkan larutan iod terjadi perubahan warna dari bening menjadi kuning, sampel amilum1% setelah ditambahkan larutan iod terjadi perubahan warna dari bening menjadi biru tua, dan pada sampel glikogen 1% setelah ditambahkan larutan iod terjadi perubahan warna dari bening menjadi coklat.

E. Pembahasan dan Kesimpulan 1. Pembahasana. Uji BenedictPercobaan mengenai karbohidrat yang pertama adalah uji benedict. Uji benedict dilakukan untuk mengetahui adanya sifat reduktor dari larutan karbohidrat dan uji benedict juga dapat digunakan untuk memperlihatkan sifat mereduksi dari beberapa macam jenis karbohidrat untuk adanya gugus aldehid/keton bebas dalam suatu senyawa. Uji benedict menggunakan sampel glukosa dengan konsentrasi berbeda yaitu 0,01 M; 0,02 M dan 0,04 M. sampel ditambahakan larutan benedict dan dipanaskan kurang lebih selama 10 menit. Larutan benedict merupakan variasi dari larutan yang secara esensial sama dengan larutan fehling yang biasanya juga digunakan dalam uji karbohidrat. Pada larutan benedict terkandung ion-ion tembaga sulfat (II) didalam suasana basa dan dapat memebentuk ion kompleks apabila bereaksi dengan ion-ion sitrat di dalam larutan natrium. Sehingga diperoleh hasil adanya endapan merah bata pada dasar tabung. Munculnya endapan merah karena sakarida dengan bentuk gugus aldehid (aldosa), dapat berperan sebagai reduktor yang mereduksi Cu2+ pada reagen benedict menjadi Cu+ pada Cu2O yang merupakan endapan merah bata pada akhir reaksi ini. Kecepatan mereduksin Cu2+ sebanding dengan besarnya molaritas glukosa, semakin bersar molaritas glukosa maka kecepatan mereduksinya semakin cepat pula dan begitu pula sebaliknya. Begitu juga dengan endapan merah bata yang terbentuk didasar tabung, semakin besar molaritas glukosa maka semakin banyak endapan merah bata yang terbentuk. Pada uji benedict ini yang paling cepat mereduksi adalah glukosa dengan konsentrasi 0,04 M lalu glukosa 0,02 M kemudian yang paling akhir dan paling rendah konsentrasinya glukosa 0,01 M. Berikut reaksi yang berlangsung :

OO RCH + Cu2+ 2OH- RCOH + Cu2OGula Pereduksi kalorEndapanMerah Batab. Uji BarfoedUji barfoed merupakan pengujian untuk membedakan monosakarida atau disakarida. Proses yang terjadi antara lain karbohidrat direduksi oleh susunan asam pada monosakarida yang akan memberikan hasil positif bila dipanaskan cukup lama sampai terjadi hidrolisis pada karbohidrat. Larutan barfoed adalah campuran dari Tembaga (II) Asetat dan Asam Asetat Glasial. Pada praktikum uji barfoed ini mengguanakan empat sampel yaitu fruktosa 0,01 M, laktosa 0,01 M, sakarosa 0,01 M, dan glukosa 0,01 M masing-masing sampel sebanyak 5 ml. Keempat larutan sampel tersebut kemudian diberi larutan barfoed dan dipanaskan secara bersama-sama selama 10 menit. Hasil yang didapat yaitu : larutan tersebut ada yang menghasilkan endapan merah bata. Larutan yang menghasilkan endapan merah bata dan bereksi positif adalah fruktosa san glukosa. Hal ini menunjukkan bahwa kedua larutan tersebut termasuk golongan monosakarida sebab larutan barfoed hanya dapat direduksi oleh golongan monosakarida. Reaksi pereduksi ini disebabkan oleh adanya sakarida yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas dan mempunyai sifat mereduksi. Sifat ini dapat diketahui dengan menambahkan ion kupri dalam suasana alkalis ke dalam larutan barfoed yang nantinya terbentuk endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Sedangkan pada laktosa dan sakarosa tidak terbentuk endapat merah bata sehingga kedua larutan tersebut merupakan golongan disakarida. Pada uji barfoed yang terdeteksi adalah monosakarida dengan membentuk endapan merah bata akibat terbentuknya hasil Cu2O, berikut reaksinya :

c. Uji MolishPengujian karbohidrat yang ketiga yaitu dengan uji molish. Uji molish pada uji karbohidrat digunakan untuk membedakan senyawa yang termasuk golongan karbohidrat dan senyawa yang bukan termasuk golongan karbohidrat. Pereaksi molish yang digunakan terdiri dari -naphtol dalam alkohol dan akan bereaksi furfural dengan membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu akibat daya dehidrasi yang dimiliki asam sulfat pekat apabila bereaksi dengan karbohidrat. Suatu senyawa akan memberikan reaksi positif bila didalam enyawa tersebut mengandung karbohidrat dan ditandai dengan terbentuknya cincin ungu pada larutan senyawa tersebut.Untuk percobaan uji Molisch sampel yang digunakan adalah glukosa 0,02 M, amilum 0,02 M dan air. Sample tersebut kemudian ditambahkan dengan beberapa tetes -naphtol 5% dan 3 ml asam sulfat pekat. Asam sulfat pekat berperan untuk menghidrolisa ikatan glikosidik yaitu, ikatan antara satuan dasar yang satu terhadap ikatan satuan dasar yang lain kemudian akan terjadi dehidrasi membentuk furfural beserta derivatnya.Dari reaksi tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : pada larutan glukosa dan amilum setelah ditambahkan dengan beberapa tetes -naphtol 5% dan 3 ml asam sulfat pekat terjadi perubahan warna dari bening menjadi warna coklat dan terdapat cincin yang berwarna ungu, perubahan tersebut terjadi karena asam sulfat dapat menghidrolisasi ikatan glikosidik karbohidrat menjadi monosakarida dan selanjutnya menjadi dehidrasi membentuk furfural dan derivatnya. Namun pada percobaan tidak terjadi adanya cincin yang berwarna ungu, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu larutan -naphtol yang dipakai sudah terlalu lama sehingga tidak diketahui berapa konsentrasi larutan -naphtol secara pasti dan penambahan -naphtol tersebut berperan dalam memberikan warna ungu pada cincin yang terbentuk dari reaksi tersebut. Sedangkan pada sampel air atau aquades tidak memberikan perubahan apapun karena air bukan merupakan karbohidrat yang mempunyai ikatan glikosidik (ikatan antarmolekul satuan dasar yang satu terhadap yang lainnya) sehingga pada warna akhirnya tidak terbentuk warna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut :

d. Uji IodUji karbohidrat yang terakhir adalah uji iod.Uji iod berguna untuk membuktikan adanya kandungan polisakarida dalm suatu senyawa. Pada uji iod reagen yang digunakan adalah larutan iod atau iodium yang berguna untuk menguji dalam suatu makanan atau bahan makanan terdapat kandungan karbohidrat didalamnya atau tidak.Pada uji iod sampel yang digunakan adalah glikogen 1%, amiluk 1%,CMC 1% dan inulin 1%. Sampel tersebut kemudian ditambahkan dengan beberapa tetes larutan iod sehingga diperoleh hasil percobaan sebagai berikut : pada sampel glikogen 1% setelah ditambahkan beberapa tetes larutan iod terjadi perubahan warna dari bening menjadi coklat, pada sampel inulin1% setelah ditambahkan beberapa tetes larutan iod terjadi perubahan warna dari bening menjadi kuning, pada sampel CMC 1% setelah ditambahkan beberapa tetes larutan iod terjadi perubahan warna dari bening menjadi kuning encer sedangkan pada sampel amilum 1% setelah ditambahkan beberapa tetes larutan iod terjadi perubahan warna dari bening menjadi biru tua. Dari hasil yang didapat warna yang terbentuk dari masing-masing larutan berbeda, hai tersebut diakibatkan karena kandungan amilosa dalam sampel berbeda-beda. Sampel yang mengandung banyak amilosa akan berubah warna menjadi biru tua atau biru kehitaman. Dan terbukti bahwa pada amilum 1% mengandung banyak amilosa. Sedangkan sampel yang mengandung banyak glukosa akan berwarna lebih cerah yaitu merah bata. Berdasarkan teori perubahan warna yang terjadi adalah sebagai berikut : amilum akan memberikan warna biru tua, glikogen akan memberikan warna coklat, CMC akan memberikan warna coklat muda dan pada inulin akan memberikan warna merah coklat. Dan dari hasil percobaan perubahan warna pada amilum dan glikogen sudah sesuai teori namun pada CMC dan inulin terjadi perbedaan perubahan warna. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor antara lain pada saat penambahan larutan iod tidak ditentukan berapa jumlah tetes larutan iod yang ditambahkan, sehingga terjadi kemungkinan pada sampel CMC dan inulin kurang adanya penambahan larutan iod.2. Kesimpulana. Uji Benedict1) Dari percobaan karbohidrat dengan uji benedict dapat disimpulkan bahwa kecepatan mereduksi sebanding dengan konsentrasi molaritas pada senyawa tersebut semakin besar konsentrasi molaritasnya maka semakin cepat pula kecepatan daya mereduksinya.2) Munculnya endapan merah terjadi karena sakarida dengan bentuk gugus aldehid (aldosa), dapat berperan sebagai reduktor yang mereduksi Cu2+ pada reagen benedict menjadi Cu+ pada Cu2O yang merupakan endapan merah bata pada akhir reaksi ini. Semakin besar konsentrasi glukosa dalam senyawa maka semakin banyak pula endapan merah bata yang dihasilkan.b. Uji Barfoed1) Uji barfoed akan memberikan endapan pada senyawa yang termasuk golongan monosakarida sebab larutan barfoed hanya dapat direduksi oleh golongan monosakarida.2) Larutan barfoed bereaksi positif dengan sampel glukosa dan fruktosa yang ditunjukkan dengan perubahan warna yang terjadi dan adanya endapan merah bata yang terbentuk pada akhir reaksi.3) Pada sampel laktosa dan sakarosa pada akhir reaksi tidak terjadi endapan berwarna merah bata, sehingga menandakan larutan barfoed bereaksi negatif dengan laktosadan sakarosa.c. Uji Molish1) Uji molish akan memberikan reaksi positif terhadap senyawa yang mengandung karbohidrat yang ditandai dengan perubahan warna menjadi coklat dan terbentuknya cincin berwarna ungu pada akhir reaksi.2) Uji molish bereaksi positif terhadap sampel glukosa dan amilum sebab pada akhir reaksi terbentuk cincin yang berwarna ungu dan terjadi perubahan warna menjadi coklat.3) Pada sampel air menunjukkan hasil negatif dari uji molish sebab didalam air tidak mengandung senyawa karbohidrat yang mempunyai ikatan glikosidik.d. Uji Iod1) Sampel amilum mengandung banyak amilosa sehingga setelah bereaksi dengan larutan iod warna akan berubah menjadi biru tua atau biru kehitaman.2) Pada sampel CMC dan inulin terjadi perubahan warna mejadi warna cerah atau merah coklat, hal tersebut menandakan bahwa pada sampel tersebut terkandung banyak glukosa.

DAFTAR PUSTAKAHard, Halord.1990.Kimia Organik.Jakarta:ErlanggaBintang, Maria.2010.Biokimia Teknik Penelitian.Jakarta:ErlanggaFried, George H.1999.Teori dan Soal-Soal Biologi.Jakarta:ErlanggaSarker, Satyajid D., Luftun Nahar.2009.Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi.Yogyakarta:Pustaka PelajarManikharda., Lioe, Hanifah Nuryani.,Herawati, Dian.Methode Comparition and Verofication of Total Charbohydrate Analysis with Luff-Schoorl and Anthore Sulfuric Acid. Bogor.Institut Pertanian Bogor Shanita, S. Nik., Hasnah, H., Khoo, C.W.Amylose and Amylopectin in Selected Malaysian Foods and Its Relationship to Glycemic Index.Malaysia.Sains MalaysianaYuniawati, Murni., Ismiyati, Dian., Kurniasih, Reny.Kinetika Reaksi Hidrolisis Pati Pisang Tanduk dengan Katalisator Asam Chlorida.Yogyakarta.Institut Sains dan Teknologi AKPRINDRatnawati, Devi.Kajian Variasi Kadar Glukosa dan Derajat Keasaman (pH) Pada Pembuatan Nata de Citrus dari Jeruk Asam (Citrus limon. L).Bengkulu.Universitas Bengkulu

Disiapkan 4 tabung reaksi

Diisikan pada masing-masing tabung

Ditambahkan pada masing-masing tabung

Dipanaskan bersamaan selama 10 menit

Didinginkan

Dibandingkan kecepatan mereduksinya

5 mL larutan barfoed

@ 5 mL 0,01 M-glukosa-fruktosa-laktosa-sukrosa

Disiapkan 4 tabung reaksi

Ditambah larutan

Dituang melalui dinding tabung reaksi

Jangan digojog atau digoyang

Diamati adanya perubahan warna pada perbatasan kedua lapisan

@ 1 mL :-0,02 M glukosa-0,02 M amilum-aquades

2 tetes larutan 5 % alpha-naphtol

3 mL asam sulfat

Disiapkan cawan porselen kering

Ditetesi larutan

Ditambah larutan

Dicatat perubahan warnanya

@ 1 % :-CMC-glikogen-inulin-amilum

Beberapa tetes larutan iod 0,05 N

Disiapkan 3 tabung reaksi

Diisi larutan

Ditambah larutan

Dicampur

Dipanaskan 10 menit

Diamati dan dibandingkan kecepatan perubahannya

Larutan benedict 3 mL

@ 1 mL :-0,01 M glukosa -0,02 M glukosa -0,04 M glukosa