Acara IV Uji perbandingan jamak

48
ACARA IV UJI PERBANDINGAN JAMAK (MULTIPLE COMPARISON TEST) A. Tujuan Tujuan praktikum Uji Inderawi acara IV adalah mahasiswa mampu melakukan uji pembedaan, khususnya uji perbandingan jamak (multiple comparison test). B. Tinjauan Pustaka Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Sampel ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan masalah, tujuan, hipotesis, metode dan instrument penelitian, disamping pertimbangan waktu, tenaga, dan pembiayaan. Secara umum sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang penting manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang menggunakan analisis kuantitatif. Bagi data kuantitatif tentu saja teknik pengolahan datanya menggunakan statistik. Apabila analisis yang digunakan statistik, hendaknya disebutkan metode dan jenis statistiknya, misalnya deskriptif atau inferensial, sedangkan berbicara tentang jenis

description

laporan analisis sensori tentang uji perbandingan jamak ilmu dan teknologi pangan

Transcript of Acara IV Uji perbandingan jamak

ACARA IV

UJI PERBANDINGAN JAMAK (MULTIPLE COMPARISON TEST)

A. Tujuan

Tujuan praktikum Uji Inderawi acara IV adalah mahasiswa mampu melakukan uji pembedaan, khususnya uji perbandingan jamak (multiple comparison test).

B. Tinjauan Pustaka

Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Sampel ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan masalah, tujuan, hipotesis, metode dan instrument penelitian, disamping pertimbangan waktu, tenaga, dan pembiayaan. Secara umum sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang penting manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang menggunakan analisis kuantitatif. Bagi data kuantitatif tentu saja teknik pengolahan datanya menggunakan statistik. Apabila analisis yang digunakan statistik, hendaknya disebutkan metode dan jenis statistiknya, misalnya deskriptif atau inferensial, sedangkan berbicara tentang jenis statistiknya, misalnya persen, rata-rata, korelasi, analisis varians atau yang lainnya (Darmawan, 2013).

Alat pengumpulan data (angket) berfungsi mewakili peneliti untuk menanyakan dan merekam jawaban responden, sehubungan dengan informasi atau keterangan yang hendak dikumpulkannya. Dalam hubungan ini, responden berfungsi sebagai pemberi keterangan tentang yang ditanyakan oleh peneliti melalui angket yang disusun dan disebarkannya. Item pertanyaan merupakan bagian angket yang meminta pengisian atau jawaban dari responden. Isian jawaban responden itulah yang hendak dikumpulkan oleh peneliti. Petunjuk pengisian merupakan bagian angket yang berfungsi menjelaskan kepada responden tentang cara pengisian jawaban pada item pertanyaan (Faisal, 1981).

Pengujian organoleptik menggunakan metode free choice proffiling. Metode ini biasanya digunakan untuk produk yang belum ada kriteria sensorinya, sehingga tujuannya mengumpulkan data dari deskripsi panelis terlatih. Pemilihan metode ini meliputi analisis penampakan, warna, sensori aroma dan rasa. Hal ini dilakukan untuk memperoleh deskripsi dari panelis terhadap kesan penampakan, warna, aroma dan rasa. Untuk mengurangi kebiasan hasil uji organoleptik maka panelis diminta beristirahat sebentar diantara pencicipan sampel dengan minum air putih untuk menghilangkan kesan rasa yang masih melekat dimulut (Koesoemawardani, 2007).

Atribut sensori adalah karakteristik mutu suatu produk yang akan diuji, misalnya aroma, flavor, rasa, warna, kerenyahan, dll. Sebelum memulai analisis sensori perlu ditentukan dahulu atribut-atribut apa saja yang menggambarkan mutu produk yang diharapkan. Cara pengujian sensori adalah dengan menggunakan indra manusia, bisa dengan dilihat untuk atribut warna, dengan dibaui untuk atribut aroma, dicicipi untuk atribut rasa, dan diraba untuk atribut tekstur (Setyaningsih, 2010).

Tekstur adalah properti sensorik dan, dengan demikian, hanya manusia (atau binatang dalam hal makanan hewan) dapat memahami dan menjelaskan. Tekstur hanya dapat mendeteksi dan mengukur parameter fisik tertentu yang kemudian harus ditafsirkan dalam hal persepsi sensorik. Beberapa contoh parameter sensorik kekerasan, ketegasan, kelembutan berada pada skala resistansi makanan untuk kekuatan tekan yang diterapkan. Namun, masih belum diketahui secara pasti apakah manusia bereaksi terhadap stres fisik atau ketegangan, dan bagaimana mensimulasikan dengan instrumen tingkat regangan tinggi berpengalaman dalam mulut, pertimbangan yang sangat penting dengan bahan viskoelastik (yakni sebagian besar produk makanan). Sulit untuk dibedakan skala yang batas-batas adalah antara keras dan tegas, dan lembut. Beberapa sensorik parameter lainnya, misalnya creaminess dan juiciness, mungkin tidak mudah untuk dibedakan. Beberapa peneliti mendefinisikan creaminess terkait dengan ketebalan (yang tergantung pada fisik viskositas) dan juiciness (yang tergantung pada kekuatan fisik gesekan) (Szczesniak, 2002).

Pada uji perbandingan jamak atau majemuk, contoh yang akan diperbandingkan lebih dari satu macam. Dua atau lebih contoh disajikan secara bersamaan untuk kemudian diperbandingkan dengan contoh baku. Pada uji perbandingan jamak jumlah panelis yang dipergunakan 515 orang panelis terlatih dan 1520 orang untuk panelis agak terlatih. Hasil penilaian dari panelis terhadap produk dikonversikan dalam bentuk skor. Selanjutnya data dari setiap parameter tersebut diuji dengan menggunakan sidik ragam atau analisis sebaran (Budijanto, 2010).

Uji perbandingan jamak dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atribut mutu (rasa, warna, penampakan, aroma, kekenyalan dan ekstensibilitas) dari sampel jika dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan uji hedonik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap semua atribut mutu untuk masing-masing formula. Selain kedua uji tersebut dilakukan pengujian oleh panelis untuk menilai urutan atribut mutu terhadap sampel mulai dari yang paling penting hingga kurang penting. Uji ini ditujukan untuk melihat bagaimana penerimaan panelis terhadap atribut mutu apa yang menurut mereka paling penting dari sampel yang diujikan (Mariyani, 2008).

Ada dua pendekatan untuk mengembangkan produk makanan: pendekatan berorientasi proses dan pendekatan berorientasi konsumen. Pendekatan berorientasi proses awalnya mengacu pada proses di mana berbagai bahan yang sistematis bervariasi untuk membuat sejumlah produk yang berbeda. Produk produk ini kemudian dinilai oleh panelis dari semua kategori konsumen. Yang dinilai adalah keinginan konsumen serta berbagai atribut produk. Data yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan analisis varians (ANOVA), regresi dan/atau analisis permukaan respon untuk mendapatkan produk yang optimal dengan pengoptimalan formulasi. Keuntungan dari pendekatan berorientasi proses adalah untuk mengontrol parameter teknis dan dapat mengatur sebuah formulasi yang optimal (Le, 2012).

Evaluasi sensori dilakukan dengan sampel tertentu sebagai kontrol dan beberapa sampel lain sebagai contoh untuk diuji dengan metode uji perbandingan jamak menggunakan beberapa panelis. Perbedaan signifikan diantara keseluruhan kontrol dan sampel control dievaluasi dengan multiples comparison tables. Parameter yang biasa diuji adalah dari segi rasa, aroma, warna, tekstur, tergantung dari kebutuhan dan tujuan penguji melakukan analisa sensori tersebut (Salehifar, 2007).

Metode inferensi beberapa statistik dipisahkan menjadi dua jenis utama, multiple confidence, interval metode dan metode uji multiple. Untuk prosedur pengujian multiple telah disarankan beberapa jenis properti, tes dianjurkan harus mempunyai beberapa tipe dalam rangka untuk memberikan perlindungan yang memuaskan terhadap keputusan yang salah. Beberapa dari mereka didasarkan pada keputusan teoritis konsepsi, sementara yang lain didasarkan pada probabilitas membuat keputusan yang salah. Kita mempelajari prosedur multiple test dan kita menggunakan jenis yang paling umum terhadap kesalahan jenis pertama dengan meminta tes untuk melihat kemungkinan kecil untuk menolak setiap hipotesis yang benar (Holm, 1979).

C. Metodologi

1. Alat

a. Sloki

b. Nampan

c. Cawan kecil

d. Borang

2. Bahan

a. Bolu Pandan

1. Kode 128 : 10 butir telur

2. Kode 212 : 6 butir telur

3. Kode 861 : 8 butir telur

4. Kode R : 12 butir telur

b. Air mineral

3. Cara Kerja

a. Penyaji

(Disiapkan 4 sampel uji dan 1 sampel baku dengan perlakuan berbeda. Kode 128 bolu pandan dengan 10 telur, kode 212 dengan 6 telur, kode 816 dengan 8 telur, dan sampel baku (R) dengan 12 telur) (Panelis diberi intruksi untuk mengisi borang uji perbandingan jamak) (Disiapkan pula borang penelitian untuk panelis) (Diatur letak piring yang berisi sampel bolu pandan dan sloki yang berisi air mineral diatas meja pengujian) (Disajikan sloki yang berisi air mineral sebagai penetral) (Kode-kode sampel dituliskan pada label yang ditempel diatas piring kecil, sesuai letak sampel ujinya.) (Masing-masing sampel bolu pandan dipotong dengan ukuran yang sama dan disajikan di atas piring kecil. Setiap piring diberi 4 sampel bolu dengan kode yang berbeda.)

b. Panelis

(Sampel mulai diuji sesuai instruksi yang ada dalam borang penilaian. Hasil penilaian dituliskan pada borang yang telah disediakanDibaca intruksi yang ada dalam borang penilaian dengan teliti kemudian periksa kelengkapan sampel yang ada di hadapan. Jika belum lengkap, mintalah tim penyaji untuk melengkapiSetelah selesai borang diperiksa kembali apakah hasil pengujian sudah ditulis seluruhnya. Bila sudah lengkap, borang penilaian yang sudah diisi dikumpulkan kepada tim penyajiDitulis nama, tanggal pengujian dan produk yang diuji pada kolom borang yang telah disediakan)

D. Hasil dan Pembahasan

1. Pengujian Paramater Warna

Tabel 4.1.1 Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Warna

Panelis

Respon Sampel

Total

128

212

861

1

5

6

4

15

2

4

7

6

17

3

2

8

3

13

4

6

8

7

21

5

3

8

7

18

6

5

8

6

19

7

6

8

6

20

8

2

5

2

9

9

6

8

7

21

10

6

9

7

22

11

5

9

6

20

12

4

7

6

17

13

3

8

6

17

14

2

8

6

16

15

4

7

5

16

16

5

7

6

18

17

3

7

6

16

18

6

9

6

21

19

2

8

6

16

20

4

9

6

19

21

5

7

6

18

22

6

9

7

22

23

4

6

3

13

24

2

6

4

12

25

3

8

6

17

26

6

8

4

18

27

4

8

3

15

Total

113

206

147

466

Rata-rata

4,185

7,630

5,444

5,753

Sumber: Laporan Sementara

Menurut Mariyani (2008) uji perbandingan jamak merupakan uji yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui bagaimana atribut mutu (rasa, warna, penampakan, aroma, kekenyalan dan ekstensibilitas) dari sampel yang diuji jika dibandingkan dengan sampel kontrol. Menurut Setyoningsih (2010) Uji (perbandingan jamak ini) digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan di antara satu atau lebih sampel uji dengan sampel baku (kontrol) dan untuk memperkirakan besarnya perbedaan yang ada. Mekanisme uji perbandingan jamak ini yaitu, satu contoh dijadikan sebagai kontrol atau baku dan contoh yang lain dievakuasi seberapa berbeda masingmasing contoh kontrol. Pada uji ini, pada panelis disajikan satu buah contoh baku sebagai kontrol. Setelah itu, contoh dinilai dengan menggunakan skala yang menunjukkan tingkat perbedaan dengan contoh baku. Skala yang diterapkan mulai dari tidak ada perbedaan sampai amat sangat berbeda. Panelis juga dapat diminta untuk memberikan alasan mengapa mereka menganggap contoh ini berbeda dari kontrol. Data yang diperoleh kemudian dapat dianalisis dengan menggunakan ANOVA (Analysis of Variance).

Dalam melakukan penilaian dalam uji perbandingan jamak ini panelis tidak diperkenankan membandingkan sampel antar uji. Panelis diminta menilai sampel uji menggunakan skala 1-9. Nilai/skor tersebut yaitu 1 untuk amat sangat lebih baik dari sampel baku, 2 untuk sangat lebih baik dari sempel baku, 3 untuk lebih baik dari sampel baku, 4 untuk intensitas agak lebih baik dari sampel baku, 5 untuk intensitas sama dengan sampel baku, 6 untuk intensitas agak lebih buruk dari sampel baku, 7 untuk intensitas lebih buruk dari sampel baku, 8 untuk intensitas sangat lebih buruk dari sampel baku, dan 9 untuk intensitas amat sangat lebih buruk dari sampel baku.

Sampel yang digunakan pada uji perbandingan jamak (Multiple Comparison Test) ini adalah bolu pandan, satu sampel baku dan tiga sampel uji dengan kode sekaligus perlakuan yang berbeda-beda pula. Disini ada tiga sampel yang digunakan, yaitu kode 128 merupakan bolu pandan dengan 10 butir telur, kode 212 dengan 6 butir telur dan untuk kode 861 menggunakan 8 butir telur. Sedangkan sampel baku (sampel R) menggunakan 12 butir pada proses pembuatannya. Pengkodean sampel ini bertujuan untuk mengurangi bias panelis dalam melakukan pengujian. Pada uji perbandingan jamak ini menggunakan 30 panelis namun ada 3 panelis yang harus dieliminasi karena data hasil pengujian yang diberikan dalam borang tidak sesuai dengan intruksi yang diberikan, sehingga data yang dapat diolah hanya dari 27 panelis saja.

Pada tabel 4.1.1 Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Warna, menunjukkan jumlah dan rata-rata tiap kode sampel. Pada sampel kode 128 didapat total nilai keseluruhan 113 dengan rata-rata nilai 4,185. Untuk sampel kode 212 total nilai keseluruhannya adalah 206 dengan rata-rata nilai 7,630. Sampel terakhir dengan kode 861 total nilai keseluruhannya 147 dengan rata-rata nilai 5,444. Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Pada uji ini nilai rata-rata yang tinggi menjelaskan bahwa memiliki intensitas tingkat warna yang buruk, hal ini tergantung pada pemberian skala numerik yang ada dalam penilaian. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pada segi warna untuk kode 128 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R) dan kode 861 sama dari sampel baku (R) dan untuk kode 212 dianggap lebih buruk dari sampel baku (R). Sehingga diurutkan sampel dengan penilaian warna terbaik hingga terburuk adalah sampel 128, sampel 861 dan yang terakhir sampel 212.

Tabel 4.1.2 Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan

Sumber Varian

df

JK

JKR

F hitung

F tabel 5%

Sampel

2

164,025

82,012

84,212

3,18

Panelis

26

86,395

3,323

3,412

1,71

Error

52

50,642

0,974

Total

80

301,062

86,309

Menurut Sugiyono (2009), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Hipotesis untuk uji ini adalah:

H0= tidak ada perbedaan antara sampel uji dengan sampel baku; dan

H1= ada perbedaan antara sampel uji dengan sampel baku.

Mekanisme pengambilan keputusan dapat digambarkan sebagai berikut:

Fhitung < Ftabel terima H0

Fhitung > Ftabel tolak H0

Untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang nyata pada sample, nilai Fhitung diuji dengan Ftabel 5%. Pada tabel 4.1.2 Daftar Sidik Ragam Sampel Cake Bolu Pandan dapat diketahui bahwa Fhitung untuk sampel lebih besar dari Ftabel (Fhitung>Ftabel) yaitu 84,212>3,18. Dari segi panelis besar Fhitung lebih besar dari Ftabel (Fhitung>Ftabel) yaitu 3,412>1,71. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari segi sampel dan panelis H0 ditolak, sehingga pada uji ini untuk parameter warna ada perbedaan nyata antara sampel dengan sampel baku. Oleh karena itu, pengujian tersebut harus dilanjutkan dengan Uji Duncan atau Duncans Multiple Range Test pada ragam sampel untuk mengetahui sampel mana yang menghasilkan perbedaan yang nyata diantara sampel-sampel yang lain.

Tabel 4.1.3 Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur Menurut Besarnya

Jumlah Butir Telur

A

B

C

10 butir

6 butir

8 butir

Skor Contoh

113

206

147

Rata-rata Contoh

4,185

7,630

5,444

Urutan Skor

1

3

2

Pada tabel 4.1.3 Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur Menurut Besarnya menunjukkan nilai dengan penambahan telur yang berbeda pada setiap sampel. Pada sampel A bolu pandan yang menggunakan 10 butir telur memiliki skor penilaian 113 dengan rata-rata 4,185. Untuk sampel B bolu pandan dengan 6 butir telur mendapat skor penilaian 206 dengan rata-rata 7,630. Sedangkan untuk sampel C bolu pandan yang menggunakan 8 butir telur mendapat skor 147 dengan rata-rata 5,444. Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Semakin besar nilai skor maka intensitasnya semakin lebih buruk dari sampel baku. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pada segi warna untuk sampel A dengan kode 128 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R), sampel C dengan kode 861 samadari sampel baku (R) dan sampel B dengan kode 212 dianggap lebih buruk dari sampel baku (R). Urutan penilaian terbaik hingga terburuk untuk parameter warna pada ketiga sampel adalah kode sampel A, sampel C dan sampel B. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa penggunaan telur 10 butir menghasilkan warna agak lebih baik dari sampel baku. Penggunaan telur 8 butir menghasilkan warna sama dari sampel baku, sedangkan penggunaan 6 butir menghasilkan warna agak lebih buruk dari sampel baku yang menggunakan 12 butir telur.

Tabel 4.1.4 Nilai Rentangan Nyata Terdekat (Rp)

P

2

3

Ranges (5%)

2.83

2.98

LSR

0,537

0,566

Untuk memperoleh rentangan nyata terdekat (Least Significant Ranges) dapat dicari dengan menggunakan tabel Duncans Multiple Range Test dengan nilai range untuk nilai tengah 2 dan 3 pada tingkat probabilitas 5%. Nilai tengah 2 diperoleh ranges pada taraf 5% adalah 2,83; sedangkan untuk nilai tengah 3 diperoleh ranges pada taraf 5% adalah 2,98. Setelah itu kita dapat mencari nilai rentang nyata (LSR) dengan mengalikan nilai tadi dengan standar error (SE). Standar error didapat dengan membagi nilai jumlah kuadrat error dengan jumlah respon untuk tiap sampel kemudian dikuadratkan. Sehingga Least Significant Ranges (LSR) berturut-turut sebesar 0,537 dan 0,566. Selisih antara nilai rata-rata contoh kemudian dibandingkan dengan Least Significant Ranges (LSR), rata-rata contoh pada segi warna tersebut dinotasikan dalam persamaan:

Dari data diatas dapat diketahui bahwa sampel A tidak berbeda nyata dengan sampel C, menunjukkan bahwa bolu pandan dengan jumlah telur 10 butir tidak menghasilkan perbedaan warna yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 8 butir. Begitu pula sampel A dengan sampel B. Sampel A tidak berbeda nyata dengan sampel B, yang artinya bolu pandan dengan jumlah telur 10 butir tidak menghasilkan perbedaan warna yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 6 butir. Berbeda dengan hasil perbandingan sampel B dengan sampel C. Sampel B berbeda nyata dengan sampel C, yang artinya bolu pandan dengan jumlah telur 6 butir menghasilkan perbedaan warna yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 8 butir.

2. Pengujian Parameter Rasa

Tabel 4.2.1 Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Rasa

Panelis

Respon Sampel

Total

128

212

861

1

6

3

5

14

2

6

3

2

11

3

3

8

3

14

4

4

5

5

14

5

4

7

6

17

6

6

3

4

13

7

7

4

6

17

8

3

3

2

8

9

4

2

7

13

10

5

7

4

16

11

6

4

3

13

12

5

7

6

18

13

6

6

3

15

14

7

3

6

16

15

4

6

5

15

16

6

7

7

20

17

2

4

1

7

18

6

9

7

22

19

3

2

2

7

20

4

6

4

14

21

5

3

6

14

22

7

6

4

17

23

7

3

5

15

24

7

3

5

15

25

6

8

7

21

26

6

8

4

18

27

1

4

2

7

Total

136

134

121

391

Rata-rata

5,037

4,963

4,481

4,827

Sumber: Laporan Sementara

Penilaian kedua merupakan penilaian dari segi rasa bolu pandan. Pada tabel 4.2.1 Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Rasa, menunjukkan jumlah dan rata-rata tiap kode sampel. Dari hasil penilaian 27 panelis diperoleh total nilai untuk sampel kode 128 total nilainya sebesar 136 dengan rata-rata 5,037. Untuk sampel kode 212 total nilai keseluruhannya adalah 134 dengan rata-rata nilai 4,963. Sampel terakhir dengan kode 861 total nilai keseluruhannya yaitu 121 dengan rata-rata nilai 4,481. Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Pada uji ini nilai rata-rata yang tinggi menjelaskan bahwa memiliki intensitas rasa yang buruk, hal ini tergantung pada pemberian skala numerik yang ada dalam penilaian. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pada segi rasa untuk kode 861 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R), sampel kode 212 sama dari sampel baku (R) dan untuk sampel kode 128 dianggap lebih buruk dari sampel baku (R). Sehingga dapat diurutkan sampel dengan penilaian rasa dari yang paling baik adalah sampel 861, sampel 212 dan yang terakhir sampel 128.

Tabel 4.2.2 Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan

Sumber Varian

df

JK

JKR

F hitung

F tabel 5%

Sampel

2

4,914

2,457

0,950

3,18

Panelis

26

136,247

5,240

2,028

1,71

Error

52

134,420

2,585

Total

80

257,581

10,282

Hipotesis untuk uji ini adalah:

H0= tidak ada perbedaan antara sampel uji dengan sampel baku; dan

H1= ada perbedaan antara sampel uji dengan sampel baku.

Mekanisme pengambilan keputusan dapat digambarkan sebagai berikut:

Fhitung < Ftabel terima H0

Fhitung > Ftabel tolak H0

Untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang nyata pada sample, nilai Fhitung diuji dengan Ftabel 5%. Pada tabel 4.1.2 Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan dapat diketahui bahwa Fhitung untuk sampel lebih kecil dari Ftabel (Fhitung1,71. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari segi panelis H0 ditolak, sehingga untuk parameter rasa ada perbedaan nyata pada panelis. Oleh karena itu, pengujian tersebut harus dilanjutkan dengan Uji Duncan atau Duncans Multiple Range Test pada ragam sampel untuk mengetahui sampel mana yang menghasilkan perbedaan yang nyata diantara sampel-sampel yang lain.

Tabel 4.2.3 Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur Menurut Besarnya

Jumlah Butir Telur

A

B

C

10 butir

6 butir

8 butir

Skor Contoh

136

134

121

Rata-rata Contoh

5,037

4,963

4,481

Urutan Skor

3

2

1

Pada tabel 4.2.3 Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur Menurut Besarnya menunjukkan nilai dengan penambahan telur yang berbeda pada setiap sampel. Pada sampel A bolu pandan yang menggunakan 10 butir telur memiliki skor penilaian 136 dengan rata-rata 5,037. Untuk sampel B bolu pandan dengan 6 butir telur mendapat skor penilaian 134 dengan rata-rata 4,963. Sedangkan untuk sampel C bolu pandan yang menggunakan 8 butir telur mendapat skor 121 dengan rata-rata 4,481.

Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Semakin besar nilai skor maka intensitas rasanya semakin lebih buruk dari sampel baku. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pada segi rasa untuk sampel C dengan kode 861 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R), sampel B dengan kode 212 sama dari sampel baku (R) dan sampel A dengan kode 128 dianggap lebih buruk dari sampel baku (R). Urutan penilaian terbaik hingga terburuk untuk parameter rasa pada ketiga sampel adalah kode sampel C, sampel B dan sampel A. Hal ini berarti diketahui bahwa penggunaan telur 8 butir menghasilkan rasa agak lebih baik dari sampel baku. Penggunaan telur 6 butir menghasilkan rasa yang sama dari sampel baku, sedangkan penggunaan 10 butir menghasilkan rasa agak lebih buruk dari sampel baku yang menggunakan 12 butir telur.

Tabel 4.2.4 Nilai Rentangan Nyata Terdekat (Rp)

P

2

3

Ranges (5%)

2.83

2.98

LSR

0,876

0,922

Untuk memperoleh rentangan nyata terdekat (Least Significant Ranges) dapat dicari dengan menggunakan tabel Duncans Multiple Range Test dengan nilai range untuk nilai tengah 2 dan 3 pada tingkat probabilitas 5%, selanjutnya dikalikan dengan standar error rata-rata contoh (SE). Dari perhitungan diperoleh SE rata-rata adalah sebesar 0,309. Untuk taraf 5% nilai tengah 2 diperoleh ranges sebesar 2,83 dan nilai tengah 3 adalah 2,98. Dari data tersebut diperoleh Least Significant Ranges (LSR) berturut-turut sebesar 0,876 dan 0,922. Selisih antara nilai rata-rata contoh kemudian dibandingkan dengan Least Significant Ranges (LSR), rata-rata sampel pada segi rasa tersebut dinotasikan dalam persamaan:

Dari data diatas dapat diketahui bahwa sampel A tidak berbeda nyata dengan sampel C, menunjukkan bahwa bolu pandan dengan jumlah telur 10 butir tidak menghasilkan perbedaan rasa yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan dengan jumlah telur 8 butir. Selisih sampel A dan B juga tidak berbeda nyata, yang artinya bolu pandan dengan jumlah telur 10 butir tidak menghasilkan perbedaan rasa yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 6 butir. Begitu juga selisih yang terakhir untuk sampel B dan C. Sampel B dan C tidak berbeda nyata, yang artinya bolu pandan dengan jumlah telur 6 butir tidak menghasilkan perbedaan rasa yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 8 butir.

3. Pengujian Parameter Aroma

Tabel 4.3.1 Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Aroma

Panelis

Respon Sampel

Total

128

212

861

1

4

2

4

10

2

5

6

6

17

3

8

7

5

20

4

5

5

5

15

5

5

5

4

14

6

4

6

5

15

7

7

6

2

15

8

3

2

3

8

9

4

5

4

13

10

3

7

6

16

11

3

4

2

9

12

5

6

5

16

13

7

6

7

20

14

2

1

3

6

15

4

6

5

15

16

7

4

3

14

17

4

3

2

9

18

6

4

4

14

19

3

3

1

7

20

5

6

6

17

21

5

2

4

11

22

6

4

5

15

23

6

3

5

14

24

2

2

6

10

25

5

7

6

18

26

6

4

3

13

27

1

1

6

8

Total

125

117

117

359

Rata-rata

4,630

4,333

4,333

4,320

Sumber : Laporan Sementara

Penilaian ketiga merupakan penilaian dari segi aroma bolu pandan. Pada tabel 4.3.1 Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Aroma, menunjukkan jumlah dan rata-rata tiap kode sampel. Dari hasil penilaian 27 panelis diperoleh total nilai untuk sampel kode 128 total nilainya sebesar 125 dengan rata-rata 4,630. Untuk sampel kode 212 dan kode 861 memiliki total nilai keseluruhan yang sama yaitu 117 dengan rata-rata nilai 4,333. Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Pada uji ini nilai rata-rata yang tinggi menjelaskan bahwa memiliki intensitas aroma yang buruk, hal ini tergantung pada pemberian skala numerik yang ada dalam penilaian. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa untuk parameter aroma, sampel kode 212 dan 861 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R), sedangkan untuk sampel kode 128 dianggap sama dengan sampel baku (R). Sehingga dapat diurutkan sampel dengan penilaian aroma dari yang paling baik adalah sampel 212, sampel 861 dan yang terakhir sampel 128.

Tabel 4.3.2 Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan

Sumber Varian

df

JK

JKR

F hitung

F tabel 5%

Sampel

2

1,581

0,791

0,402

3,18

Panelis

26

127,877

4,918

2,496

1,71

Error

52

102,419

1,970

Total

80

231,877

7,679

Untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang nyata pada sample, nilai Fhitung diuji dengan Ftabel 5%. Pada tabel 4.3.2 Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan dapat diketahui bahwa Fhitung untuk sampel lebih kecil dari Ftabel (Fhitung1,71. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari segi panelis H0 ditolak, sehingga untuk parameter aroma ada perbedaan nyata pada panelis. Oleh karena itu, pengujian tersebut harus dilanjutkan dengan Uji Duncan atau Duncans Multiple Range Test pada ragam sampel untuk mengetahui sampel mana yang menghasilkan perbedaan yang nyata diantara sampel-sampel yang lain.

Tabel 4.3.3 Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur Menurut Besarnya

Jumlah Butir Telur

A

B

C

10 butir

6 butir

8 butir

Skor Contoh

125

117

117

Rata-rata Contoh

4,630

4,333

4,333

Urutan Skor

3

1

2

Pada tabel 4.3.3 Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur Menurut Besarnya menunjukkan nilai dengan penambahan telur yang berbeda pada setiap sampel. Pada sampel A bolu pandan yang menggunakan 10 butir telur memiliki skor penilaian 125 dengan rata-rata 4,630. Untuk sampel B bolu pandan dengan 6 butir telur mendapat skor penilaian 117 dengan rata-rata 4,333. Untuk sampel C bolu pandan yang menggunakan 8 butir telur mendapat skor yang sama dengan sampel B yaitu 117 dengan rata-rata 4,333.

Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Semakin besar nilai skor maka intensitas aromanya semakin lebih buruk dari sampel baku. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pada segi aroma untuk sampel B dengan kode 212 dan sampel C dengan kode 861 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R), sedangkan sampel A dengan kode 128 dianggap sama dengan sampel baku (R). Urutan penilaian terbaik hingga terburuk untuk parameter aroma pada ketiga sampel adalah sampel B, sampel C dan sampel A. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa penggunaan 6 dan 8 butir telur menghasilkan aroma yang agak lebih baik dari sampel baku. Sedangkan untuk penggunaan telur 10 butir menghasilkan aroma yang sama dari sampel baku yang menggunakan 12 butir telur.

Tabel 4.3.4 Nilai Rentangan Nyata Terdekat (Rp)

P

2

3

Ranges (5%)

2.83

2.98

LSR

0,764

0,805

Untuk memperoleh rentangan nyata terdekat (Least Significant Ranges) dapat dicari dengan menggunakan tabel Duncans Multiple Range Test dengan nilai range untuk nilai tengah 2 dan 3 pada tingkat probabilitas 5%, selanjutnya dikalikan dengan standar error rata-rata contoh (SE). Dari perhitungan diperoleh SE rata-rata adalah sebesar 0,270. Berdasarkan tabel tabel 4.3.4 Nilai Rentangan Nyata Terdekat (Rp) dapat diketahui untuk taraf 5% nilai tengah 2 diperoleh ranges sebesar 2,83 dan nilai tengah 3 adalah 2,98. Dari data tersebut diperoleh Least Significant Ranges (LSR) berturut-turut sebesar 0,764 dan 0,805. Selisih antara nilai rata-rata contoh kemudian dibandingkan dengan Least Significant Ranges (LSR), rata-rata sampel pada segi rasa tersebut dinotasikan dalam persamaan:

Dari data diatas dapat diketahui bahwa sampel A tidak berbeda nyata dengan sampel C, menunjukkan bahwa bolu pandan dengan jumlah telur 10 butir tidak menghasilkan perbedaan aroma yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan dengan jumlah telur 8 butir. Selisih pada sampel A dan B juga tidak berbeda nyata, yang artinya bolu pandan dengan jumlah telur 10 butir tidak menghasilkan perbedaan aroma yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 6 butir. Begitu juga selisih pada B dan C tidak berbeda nyata, yang artinya bolu pandan dengan jumlah telur 6 butir tidak menghasilkan perbedaan aroma yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 8 butir.

Selanjutnya ditinjau juga untuk parameter tekstur. Tekstur dalam sebuah kue sangat tergantung dengan banyaknya jumlah telur yang digunakan dalam proses pembuatannya. Telur merupakan bahan terpenting yang paling berkontribusi terhadap kemampuan adonan dalam mengikat atau menangkap udara dan mengemulsikan bahan lain (terigu, gula, lemak, dan udara) ke dalam cairan yang terdapat di dalam telur. Kestabilan emulsi ini bergantung pada keseimbangan komposisi bahan pembuat bolu pandan terhadap telur. Tepung terigu dan telur (putih telur) bertindak sebagai pembangun rangka pada bolu pandan dan memberi sifat keras (toughness) sedangkan lemak dan gula memberikan sifat lembut (tenderness) pada bolu pandan. Karena disini yang kita bandingkan hanya jumlah butir telur yang digunakan pada bahan pembuat bolu pandan, maka dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah telur yang digunakan maka akan semakin padat rongga antar bolu pandan dan tekstur bolu pandan semakin lembut. Sampel 128 yaitu bolu pandan dengan 10 butir telur memiliki rongga yang padat dan tekstur yang paling lembut, kemudian sampel 816 yaitu bolu pandan dengan 8 butir telur memiliki tekstur lembut dibawah sampel 128, dan yang terakhir sampel kode 212 yaitu bolu pandan dengan 6 butir telur memiliki tekstur sedang (tidak begitu lembut) dan berongga sedang. Sehingga dapat disimpulkan untuk parameter tekstur sampel yang memiliki penilaian terbaik hingga terburuk berturut-turut adalah sampel 128, sampel 816, dan sampel 212.

4. Pengujian Parameter Overall

Tabel 4.4.1 Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Overall

Panelis

Respon Sampel

Total

128

212

861

1

4

2

3

9

2

6

7

6

19

3

4

8

3

15

4

5

6

5

16

5

5

7

6

18

6

4

5

5

14

7

6

4

3

13

8

3

3

2

8

9

4

3

4

11

10

4

7

6

17

11

3

2

3

8

12

4

6

5

15

13

6

6

4

16

14

3

7

4

14

15

4

6

5

15

16

6

4

4

14

17

5

4

3

12

18

6

7

6

19

19

3

3

3

9

20

3

8

6

17

21

5

2

3

10

22

3

8

7

18

23

6

4

3

13

24

6

3

5

14

25

5

7

6

18

26

6

7

4

17

27

1

2

3

6

Total

120

138

117

375

Rata-rata

4,444

5,111

4,333

4,630

Sumber: Laporan Sementara

Selain warna, rasa, aroma dan tekstur parameter terakhir yang juga harus diberikan oleh panelis yaitu penilaian overall. Pada tabel 4.4.1 Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Overall, menunjukkan jumlah dan rata-rata tiap kode sampel. Dari hasil penilaian 27 panelis diperoleh total nilai untuk sampel kode 128 total nilainya sebesar 120 dengan rata-rata 4,444. Untuk sampel kode 212 memiliki total nilai 138 dengan rata-rata 5,111. Sementara sampel kode 861 memiliki total nilai keseluruhan yang lebih rendah dari sampel sebelumnya yaitu 117 dengan rata-rata nilai 4,333.

Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Pada uji ini nilai rata-rata yang tinggi menjelaskan bahwa memiliki intensitas atribut overall yang buruk, hal ini tergantung pada pemberian skala numerik yang ada dalam penilaian. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa untuk parameter overall, sampel kode 861 dan 128 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R), sedangkan untuk sampel kode 212 dianggap sama dari sampel baku (R). Sehingga dapat diurutkan sampel untuk penilaian overall dari yang paling baik adalah sampel kode 861, sampel kode 128 dan yang terakhir sampel kode 212.

Tabel 4.4.2 Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan

Sumber Varian

df

JK

JKR

F hitung

F tabel 5%

Sampel

2

9,556

4,778

2,707

3,18

Panelis

26

117,556

4,521

2,561

1,71

Error

52

91,777

1,765

Total

80

218,889

11,064

Untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang nyata pada sample, nilai Fhitung diuji dengan Ftabel 5%. Pada tabel 4.4.2 Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan dapat diketahui bahwa Fhitung untuk sampel lebih kecil dari Ftabel (Fhitung1,71. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari segi panelis H0 ditolak, sehingga untuk parameter overall ada perbedaan nyata pada panelis. Oleh karena itu, pengujian tersebut harus dilanjutkan dengan Uji Duncan atau Duncans Multiple Range Test pada ragam sampel untuk mengetahui sampel mana yang menghasilkan perbedaan yang nyata diantara sampel-sampel yang lain.

Tabel 4.4.3 Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur Menurut Besarnya

Jumlah Butir Telur

A

B

C

10 butir

6 butir

8 butir

Skor Contoh

120

138

117

Rata-rata Contoh

4,444

5,111

4,333

Urutan Skor

2

3

1

Pada tabel 4.4.3 Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur Menurut Besarnya menunjukkan nilai dengan penambahan telur yang berbeda pada setiap sampel. Pada sampel A bolu pandan yang menggunakan 10 butir telur memiliki skor penilaian 120 dengan rata-rata 4,44. Untuk sampel B bolu pandan dengan 6 butir telur mendapat skor penilaian 138 dengan rata-rata 5,111. Sedangkan untuk sampel C bolu pandan yang menggunakan 8 butir telur mendapat skor yang lebih rendah dari sampel A dan B yaitu 117 dengan rata-rata 4,333.

Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Semakin besar nilai skor maka intensitas secara keseluruhan (overall) semakin lebih buruk dari sampel baku. Dari data tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan (overall), sampel C dengan kode 861 dan sampel A dengan kode 128 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R), sedangkan sampel B dengan kode 212 dianggap sama dengan sampel baku (R). Urutan penilaian terbaik hingga terburuk secara keseluruhan (overall) pada ketiga sampel adalah sampel C, sampel A dan sampel B. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa penggunaan 8 dan 10 butir telur secara keseluruhan (overall) menghasilkan penilaian yang agak lebih baik dari sampel baku. Sedangkan untuk penggunaan 6 butir telur secara keseluruhan (overall) menghasilkan penilaian yang agak lebih baik dari sampel baku yang menggunakan 12 butir telur.

Tabel 4.4.4 Nilai Rentangan Nyata Terdekat (Rp)

P

2

3

Ranges (5%)

2,83

2,98

LSR

0,724

0,763

Untuk memperoleh rentangan nyata terdekat (Least Significant Ranges) dapat dicari dengan menggunakan tabel Duncans Multiple Range Test dengan nilai range untuk nilai tengah 2 dan 3 pada tingkat probabilitas 5%. Nilai tengah 2 memiliki nilai 2,83 dan nilai tengah 3 memiliki nilai 2,98. Setelah itu kita dapat mencari nilai rentang nyata (LSR) dengan mengalikan nilai tadi dengan standar error (SE). Standar error didapat dengan membagi nilai jumlah kuadrat error dengan jumlah respon untuk tiap sampel kemudian dikuadratkan. Dari perhitungan diperoleh SE rata-rata adalah sebesar 0,256. Setelah itu barulah dapat dihitung nilai Least Significant Ranges (LSR) berturut-turut sebesar 0,724 dan 0,763. Selisih antara nilai rata-rata contoh kemudian dibandingkan dengan Least Significant Ranges (LSR), rata-rata sampel pada segi rasa tersebut dinotasikan dalam persamaan:

Dari data diatas dapat diketahui bahwa sampel A tidak berbeda nyata dengan sampel C, menunjukkan bahwa bolu pandan dengan jumlah telur 10 butir secara overall tidak menghasilkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan dengan jumlah telur 8 butir. Begitu pula sampel A dengan sampel B. Sampel A tidak berbeda nyata dengan sampel B, yang artinya bolu pandan dengan jumlah telur 10 butir secara overall tidak menghasilkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 6 butir. Berbeda dengan selisih B dan C yang menghasilkan perbedaan yang nyata, yang artinya bolu pandan dengan jumlah telur 6 butir secara overall menghasilkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 8 butir.

E. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum acara IV Uji Perbandingan Jamak (Multiple Comparison Test) ini antara lain:

1. Uji perbandingan jamak adalah uji dengan menggunakan satu sampel baku sebagai pembanding dan dua atau lebih sampel uji untuk dievaluasi seberapa berbeda dengan sampel baku.

2. Sampel yang digunakan pada uji perbandingan jamak adalah bolu pandan dengan perbedaan pada pemberian jumlah telur kedalamnya. Sampel pertama dengan kode 128 berisi 10 butir telur, pada sampel kedua dengan kode 212 berisi 6 butir telur, sampel ketiga dengan kode 861 berisi 8 butir telur dan sampel sebagai sampel baku (R) berisi 12 butir telur.

3. Pada parameter warna, urutan sampel dengan penilaian terbaik hingga terburuk adalah sampel 128, sampel 861 dan sampel 212.

4. Pada parameter rasa, urutan sampel dengan penilaian terbaik hingga terburuk adalah sampel 861, sampel 212 dan sampel 128.

5. Pada parameter rasa, urutan sampel dengan penilaian terbaik hingga terburuk adalah sampel 212, sampel 861 dan yang terakhir sampel 128.

6. Pada parameter tekstur, urutan sampel dengan penilaian terbaik hingga terburuk adalah sampel 128, sampel 861 dan sampel 212.

7. Pada parameter overall, urutan sampel dengan penilaian terbaik hingga terburuk adalah sampel 861, sampel 128 dan sampel 212.

8. Untuk semua parameter (warna, rasa, aroma, dan overall) tidak terdapat perbedaan yang nyata antarsampel bolu pandan, karena selisih antara nilai rata-rata contoh yang didapat lebih kecil dari nilai Least Significant Ranges (LSR).

DAFTAR PUSTAKA

Budijanto, Slamet. dkk. 2010. Penentuan Umur Simpan Seasoning menggunakan Metode Accelerated Shelf-Life Testing (A SLT) dengan Pendekatan Kadar Air Kritis. Jurnal Teknologi Pertanian, Vol.11 (2): 71 77.

Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Faisal, Sanapiah. 1981. Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya. Usaha Nasional.

Holm, Sture. 1979. A Simple Sequentially Rejective Multiple Test Procedure. Jurnal Scand J Statist 6: 65-70, 1979. Chalmers University of Technology, Goteborg.

Kosoemawardani, Dyah. 2007. Analisis Sensori Rusip dari Sungai Liat Bangka. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian, Vol.12 (2): 36-44.

Le, M.T., et al. 2012. Question on IPM: A Case Study on Lemon Juice. Journal of Integrating on Sensory Evalusation, Vol.1 (1): 29-37.

Mariyani, Neny. 2008. Studi Pembuatan Mie Kering Berbahan Baku Tepung Singkong dan Mocal (Modified Cassava Flour). Jurnal Sains Terapan, Vol.1 (3): 1-8.

Salehifar, M. Shahedi, M. 2007. Effects of Oat Flour on Dough Rheology, Texture and Organoleptic Properties of Taftoon Breads. Jurnal Agric. Sci. Technol. (2007) Vol. 9: 227-234. Islamic Republic of Iran.

Setyaningsih, Dwi., Anton Apriyantono dan Maya Puspita Sari. 2010. Analisa Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor. IPB Press.

Szczesniak, Alina Surmacka. 2002. Texture is a Sensory Property. Food Quality and Preference, Vol.13 (1): 215225.

LAMPIRAN

1. Perhitungan Tabulasi Data Penilaian Warna

=

2. Perhitungan Tabulasi Data Penilaian Rasa

=

3. Perhitungan Tabulasi Data Penilaian Aroma

=

4. Perhitungan Tabulasi Data Penilaian Overall

=