acara 1
-
Upload
sekar-nur-insani -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of acara 1
Laporan praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan
Acara I
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS
Disusun oleh:
Nama Kelompok : Sekar Nur Insani
NIM : 12788
Golongan : B3
Asisten koreksi : Fitriyana Sholihatun
LABORATORIUM ILMU TANAMAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS
I. PENDAHULUAN
Aktivitas kehidupan di biosfer ini pada dasarnya digerakkan oleh tenaga dari cahaya
matahari. Contohnya adalah pada proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan hijau
dan organisme autotrofik lainnya. Menurut Fried & Hademenos (2006), fotosintesis adalah
reaksi endergonik utama dalam kehidupan. Molekul-molekul berenergi rendah seperti
karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) berinteraksi untuk membentuk karbohidrat berenergi
tinggi dan, pada akhirnya, lipid dan protein.
Laju fotosintesis merupakan parameter yang secara teoritis dapat digunakan untuk
menunjukan tingkat produktifitas tumbuhan. Laju fotosintesis ini sangat dipengaruhi oleh
faktor eksternal (Lingkungan), antara lain ketersediaan sinar sebagai sumber energi,
kecocokan sinar (panjang gelombang, warna cahaya), suhu, dan pH air bagi tumbuhan air.
Penyinaran yang tidak menggunakan sinar matahari, melainkan dengan menggunakan
lampu sorot, dimana keduanya mempunyai panjang gelombang yang berbeda, sehingga
pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga berbeda (Salisbury 1995).
Menurut Effendi (2003) cit. Puspitaningrum et al. (2012), peningkatan suhu akibat
semakin meningkatnya intensitas cahaya mengakibatkan berkurangnya oksigen karena
kemampuan air untuk mengikat oksigen akan menurun. Peningkatan suhu sebesar 1°C
meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10%. Peningkatan suhu juga akan mempercepat
laju respirasi (Afrianto dan Liviawati, 1992 cit. Puspitaningrum et al., 2012). Sehingga CO2
yang dihasilkan dari proses respirasi akan meningkat dan dengan naiknya jumlah CO2 laju
fotosintesis akan semakin cepat.
Menurut Berry dan Bjӧrkman (1980) cit. Yamori et al. (2014), respon suhu fotosintesis
dapat digambarkan dengan kurva parabola yang mempunyai suhu optimum, sehingga
fotosintesis dihambat pada suhu rendah dan tinggi. Kebanyakan tanaman menunjukkan
kapasitas yang cukup untuk menyesuaikan karakteristik fotosintesis mereka untuk suhu
pertumbuhan mereka. Fenomena yang paling khas adalah pergeseran suhu optimum
fotosintesis sebagai perubahan suhu pertumbuhan atau dengan pergeseran suhu musiman,
yang memungkinkan tanaman untuk meningkatkan efisiensi fotosintesis pada suhu
pertumbuhan baru mereka. Temperatur optimum untuk melakukan fotosintesis pada Hydrilla
dioecious adalah 36,5 0C(Van et al., 1976 cit.Rybicki and Carter, 2002). Hydrilla lebih efisien
dalam menggunakan karbon dibandingkan dengan spesies tanaman lain (Holaday and
Bowes1980, Bowes and Beer, 1987 cit. Rybicki and Carter, 2002).
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap laju
fotosintesis.
Volume O2 x 4 = .................. ml O2/gram/jam
Berat Hydrilla
II. METODELOGI
Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Acara I “Pengaruh Faktor Lingkungan
Terhadap Laju Fotosintesis” dilaksanakan pada 7 Mei 2014 di Laboratorium Ilmu Tanaman,
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Bahan yang digunakan adalah ganggang Hydrilla verticillata, alumunium foil, air, dan es
batu. Alat yang dibutuhkan antara lain erlenmeyer, timbangan digital, alat ukur waktu, pipet
volume 5 ml, termometer, tripot, plat asbes, lampu spiritus, gelas piala volume 1 liter, dan
alat tulis.
Praktikum ini dibagi menjadi tiga sub acara yaitu, sub acara A (pengaruh intensitas
cahaya), sub acara B (pengaruh cahaya warna), dan sub acara C (pengaruh suhu). Tiap sub
acara terdapat lima perlakuan yang berbeda. Adapun cara kerja yang dilakukan pada sub
acara A, yaitu yaitu 5 buah erlenmeyer disiapkan dengan diisi air sampai batas leher.
Dimasukkan ganggang Hydrilla verticillata pada pipet volume ke dalam erlenmeyer. Setelah
ganggang dimasukkan, tutup mulut erlenmeyer dengan alumunium foil. Kemudian diberi
sungkup sesuai perlakuan intensitas cahaya yang meliputi 100%, 75%, 50%, 25%, dan 0%.
Pada sub acara B 5 buah erlenmeyer disiapkan dengan diisi air sampai batas leher.
Dimasukkan ganggang Hydrilla verticillata pada pipet volume ke dalam erlenmeyer. Setelah
ganggang dimasukkan, tutup mulut erlenmeyer dengan alumunium foil. Kemudian diberi
sungkup sesuai perlakuan warna cahaya yang meliputi bening, merah, kuning, hijau, dan
ungu. Sedangkan pada sub acara C, 5 buah erlenmeyer disiapkan dengan diisi air sampai
batas leher. Dimasukkan ganggang Hydrilla verticillata pada pipet volume ke dalam
erlenmeyer. Setelah ganggang dimasukkan, tutup mulut erlenmeyer dengan alumunium foil.
Pada pengaruh suhu, masing-masing erlenmeyer dimasukkan ke dalam gelas piala. Setiap
gelas piala diberikan perlakuan suhu antara lain 50C, 150C, 250C, 350C, 450C. Pada
perlakuan 50C dan 150C, gelas piala ditambahi es batu. Pada perlakuan 350C dan 450C
gelas piala diisi dengan air, diletakkan di atas tripot dan plat asbes kemudian dipanaskan
dengan lampu spiritus. Untuk perlakuan 250C perlakukan tergantung suhu air. Pengukuran
suhu dilakukan pada air di dalam erlenmeyer dengan selalu mengaduk-aduk airnya.
Perubahan volume air dalam pipet diamati dan dicatat setiap 15 menit dengan 3 kali
ulangan. Praktikum sub acara A dan B dilakukan di bawah sinar matahari langsung
sedangkan sub acara C di laboratorium. Masing-masing perlakuan diamati dan dicatat
perubahan volum airnya yang ada di dalam pipet. Pengamatan diulangi sebanyak 3 kali.
Laju fotosintesis tanaman Hydrilla verticillata dihitung dengan rumus:
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Fotosintesis merupakan proses penyusunan karbohidrat atau zat gula dengan
menggunakan energi matahari. Matahari sebagai sumber energi utama bagi kehidupan di
Bumi. Melalui fotosintesis, tumbuhan menyusun zat makanan yaitu karbohidrat (pati/gula).
Karena kemampuan menyusun makanannya sendiri inilah, tumbuhan disebut organism
autotrof.
Fotosintesis merupakan aktivitas kompleks, dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor
internal maupun eksternal. Faktor internal menyangkut kondisi jaringan/ organ fotosintetik,
kandungan klorofil, umur jaringan, aktivitas fisiologi yang lain seperti transpirasi, respirasi
dan adaptasi fisiologis yang lain yang saling kait mengkait. Faktor eksternal meliputi faktor
klimatik seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin, hujan, dan juga faktor cahaya,
konsentrasi CO2, O2, kompetitor, dan organisme pathogen. Selain itu juga faktor penyebab
timbulnya stress seperti ketersediaan air, ada polutan biosida dan zat-zat beracun lain
(Suyitno, 2005).
Pada praktikum ini dilakukan percobaan mengenai pengaruh intensitas cahaya, warna
cahaya, dan suhu terhadap laju fotosintesis. Tanaman yang digunakan dalam percobaan ini
adalah Hydrilla verticillata yang merupakan tanaman golongan C3. Hydrilla verticillata
adalah jenis tumbuhan yang tubuhnya seluruhnya berada di dalam air, berakar, monoceous
dan ada yang dioceous, serta merupakan tanaman tahunan (Nukurangi, 2006).
Berikut adalah hasil dari percobaan:
Grafik 1. Intensitas cahaya vs laju fotosintesis
Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa antara intensitas cahaya dengan laju
fotosintesis terdapat hubungan positif, yang artinya kenaikan intensitas cahaya diikuti
dengan kenaikan laju fotosintesisnya. Sehingga dapat dikatakan intensitas cahaya
memberikan pengaruh terhadap laju fotosintesis pada tanaman Hydrilla sp.
Berdasarkan teori peningkatan intensitas cahaya matahari akan meningkatkan laju
fotosintesis. Laju fotosintesis tanaman golongan C3 jenuh pada intensitas tertentu, setelah
mencapai kejenuhan laju fotosintesis tidak dapat meningkat lagi bahkan menurun. Tanaman
golongan shade plant (suka naungan) fotosintesisnya jenuh pada intensitas cahaya yang
lebih rendah dibanding sun plant (suka cahaya).
Grafik 2. Suhu vs laju fotosintesis
Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa antara suhu dengan laju fotosintesis
terdapat hubungan positif, yang artinya kenaikan suhu diikuti dengan kenaikan laju
fotosintesisnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa suhu memberikan pengaruh terhadap laju
fotosintesis pada tanaman Hydrilla sp. Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa suhu
optimumnya adalah 300C.
Secara teori, hal tersebut berkaitan erat dengan fungsi kinerja enzim dalam proses
fotosintesis. Enzim merupakan biokatalisator yang mampu meningkatkan laju fotosintesis
tanaman. Kinerja enzim tersebut memiliki sifat-sifat yang khas, salah satunya adalah peka
terhadap suhu. Pada kondisi suhu rendah kinerja enzim akan sangat lambat dan
terhamabat. bagian protein yang ada pada enzim dapat mengalami koagulasi pada suhu
rendah. Enzim juga sangat peka terhadap suhu tinggi. Bahkan bila suhu melebihi batas
toleransi maka enzim dapat rusak.
Oleh sebab itu, suatu tanaman akan memiliki suatu batas suhu tertentu untuk dapat
menghasilkan laju fotosintesis maksimum yang disebut suhu optimum sehingga kenaikan
suhu, memang akan meningkatkan laju fotosintesis, namun hingga batas tertentu (suhu
optimum) yang menghasilkan laju fotosintesis maksimum dan akan menurun bila kenaikan
atau penurunan suhunya terus berlangsung. Hydrilla sp. merupakan tumbuhan air yang
cukup memiliki daya adaptasi. Hydrilla sp. mampu bertahan pada suhu rendah antara 00C-
100C dan suhu tinggi pada kisaran suhu 200C-350C.
Histogram 1. Pengaruh warna cahaya terhadap laju fotosintesis
Berdasarkan histogram tersebut diketahui bahwa laju fotosintesis paling besar pada
perlakuan warna cahaya kuning. Warna cahaya berkaitan dengan panjang gelombang
cahaya. Berdasarkan teori laju fotosintesis sesuai dengan penyerapan warna cahaya oleh
pigmen fotosintesis terutama oleh khlorofil a dan b, maksimum pada warna merah (panjang
gelombang 650 – 760 nm) dan biru (panjang gelombang 470 – 500 nm) dan minimum pada
warna hijau (panjang gelombang 500 – 560 nm). Akan tetapi pada percobaan yang
dilakukan terdapat penyimpangan. Pada perlakuan dengan sungkup warna merah justru
lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan sungkup warna kuning. Untuk mengetahui
apakah ada pengaruh antara warna cahaya dengan laju fotosintesis maka harus di uji
terlebih dahulu menggunakan uji DMRT.
Analisis ANOVA warna cahaya vs laju fotosintesis
Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)
Perlakuan 4 0.014120 0.003530 17.89 0.000149 ***
Residuals 10 0.001973 0.000197
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
Dari hasil analisis diatas diketahui bahwa laju fotosintesis berbeda nyata terhadap
perlakuan, karena p value yang didapat sebesar 0.000149. Artinya bahwa laju fotosintesis
dipengaruhi oleh warna cahaya. Dengan demikian, walau terdapat penyimpangan terhadap
hasil percobaan namun, hasil analisis menunjukkan adanya beda nyata yang menunjukkan
adanya pengaruh warna cahaya terhadap laju fotosintesis.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Intensitas cahaya, warna cahaya, dan suhu memberikan pengaruh terhadap laju
fotosintesis. Peningkatan intensitas cahaya matahari akan meningkatkan laju fotosintesis
namun pada tanaman C3 peningkatan laju fotosintesisnya hanya terjadi sampai batas
tertentu. Laju fotosintesis sesuai dengan penyerapan warna cahaya oleh pigmen fotosintesis
terutama oleh khlorofil a dan b, maksimum pada warna merah (panjang gelombang 650 –
760 nm) dan biru (panjang gelombang 470 – 500 nm) dan minimum pada warna hijau
(panjang gelombang 500 – 560 nm). Suhu dapat meningkatkan laju fotosintesis namun
sampai batas tertentu yaitu pada suhu optimum.
B. SARAN
Pada saat merangkai alat, diusahakan agar mulut erlenmeyer tertutup rapat agar O2
tetap berada didalam. Kemudian pada saat memasukkan tanaman Hydrilla verticilata
dilakukan dengan hati-hati agar tanaman tidak rusak, sehingga tanaman dapat melakukan
fotosintesis dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Fried, G. H. dan G. J. Hademenos. 2006. Schaum’s Outlines of Theory and Problems of Biology (Schaum’s Outlines: Biologi, alih bahasa : Tyas, D.). Edisi kedua. Erlangga, Jakarta.
Nukurangi, T. 2006. Management Options Assessment Report for Hydrilla verticullata. NIWA
Project
Puspitaningrum, M., M. Izzati, dan S. Haryanti. 2012. Produksi dan konsumsi oksigen terlarut oleh beberapa tumbuhan air. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 20(1):47-48.
Rybicki, N.B. and V. Carter. 2002. Light and temperature effects on the growth of wild celery
and Hydrilla. J. Aquat. Plant Manage 40:92-99.
Salisbury FB. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung: ITB
Suyitno. 2005. Fotosintesis. <http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/suyitno-
aloysius-drs-ms/pengayaan-materi-fotosintesis.pdf>. Diakses pada tanggal 13 Mei
2014.
Yamori, W., K. Hikosaka, D. A. Way. 2014. Temperature response of photosynthesis in C3,
C4, and CAM plants: temperature acclimation and temperature adaptation.
Photosynth Res. 119:101-102.
LAMPIRAN
Tabel 1. intensitas cahaya vs laju fotosintesis
perlakuanVolum O2 laju fotosintesis
1 2 3 1 2 3 rata-rata
0% 0,05 0 0,05 0,2 0 0,2 0,133333
25% 0 0 0 0 0 0 0
50% 0,05 0 0 0,067 0 0 0,022333
75% 0 0 0,05 0 0 0,079 0,026333
100% 0,05 0,05 0 0,2 0,12 0 0,106667
Tabel 2. warna cahaya vs laju fotosintesis
perlakuanVolum O2 laju fotosintesis
1 2 3 1 2 3 rata-rata
bening 0 0 0 0 0 0 0
merah 0 0,05 0 0 0,0544 0 0,018133
kuning 0,05 0,05 0,05 0,0792 0,0792 0,0792 0,0792
hijau 0 0 0 0 0 0 0
ungu 0 0 0 0,2 0 0 0,066667
Tabel 3. suhu vs laju fotosintesis
perlakuan suhu (0C)Volum O2 laju fotosintesis
1 2 3 1 2 3 rata-rata5 0 0 0 0 0 0 015 0 0 0 0 0 0 025 0,1 0 0 0,2 0 0,0792 0,09306735 0,1 0,05 0,025 0,099 0,049 0,024 0,05733345 0,1 0,025 0,0125 0,068 0,034 0,017 0,039667
Analisis R
R version 3.0.1 (2013-05-16) -- "Good Sport"Copyright (C) 2013 The R Foundation for Statistical ComputingPlatform: i386-w64-mingw32/i386 (32-bit)
R is free software and comes with ABSOLUTELY NO WARRANTY.You are welcome to redistribute it under certain conditions.Type 'license()' or 'licence()' for distribution details.
R is a collaborative project with many contributors.Type 'contributors()' for more information and'citation()' on how to cite R or R packages in publications.
Type 'demo()' for some demos, 'help()' for on-line help, or'help.start()' for an HTML browser interface to help.Type 'q()' to quit R.
[Previously saved workspace restored]
> Reg=read.table("D:/kuliah/FISTUM ACARA 1 GOL B3/fistum1.txt",header=T)> Reg Perlakuan Ulangan Hasil1 merah 1 0.00002 merah 2 0.05443 merah 3 0.00004 kuning 1 0.07925 kuning 2 0.07926 kuning 3 0.07927 hijau 1 0.00008 hijau 2 0.00009 hijau 3 0.000010 ungu 1 0.000011 ungu 2 0.000012 ungu 3 0.000013 bening 1 0.000014 bening 2 0.000015 bening 3 0.0000> fix(Reg)> ICA=aov(Hasil~Perlakuan,data=Reg)> summary(ICA) Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F) Perlakuan 4 0.014120 0.003530 17.89 0.000149 ***Residuals 10 0.001973 0.000197 ---Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1> library("agricolae")Warning message:package ‘agricolae’ was built under R version 3.0.2 > attach(Reg)> tapply(X=Hasil,INDEX=list(Perlakuan),FUN=mean) bening hijau kuning merah ungu 0.00000000 0.00000000 0.07920000 0.01813333 0.00000000 > warnacahaya=duncan.test(Hasil,Perlakuan,10,0.002707,alpha=0.05,group=TRUE,main=NULL)
Study:
Duncan's new multiple range testfor Hasil
Mean Square Error: 0.002707
Perlakuan, means
Hasil std.err r Min. Max.bening 0.00000000 0.00000000 3 0.0000 0.0000hijau 0.00000000 0.00000000 3 0.0000 0.0000
kuning 0.07920000 0.00000000 3 0.0792 0.0792merah 0.01813333 0.01813333 3 0.0000 0.0544ungu 0.00000000 0.00000000 3 0.0000 0.0000
alpha: 0.05 ; Df Error: 10
Critical Range 2 3 4 5 0.09465439 0.09891296 0.10141970 0.10302322
Means with the same letter are not significantly different.
Groups, Treatments and meansa kuning 0.0792 a merah 0.01813 a bening 0 a hijau 0 a ungu 0