Acara 1

30
 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN (PNA3108) ACARA I KETERBATASAN SOURCE  (SUMBER) DAN SINK   (LUBUK), PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN Disusun oleh:  Nama : Rivandi Pranandita Putra  NIM : 10/ 304773/ PN/ 12 175 Golongan/Kelompok : C2 / 3 (Tiga)  Nama Rekan : 1. Rizki Fadillah R. (11879) 2. Gan ang R udianto (11927) 3. Danang Hartanto (11960) 4. Poppy Arisandy (11973) 5. Restiyana Vita (12075)  Nama co-asisten : 1. Rean Afina 2. Ellia Habib M. LABORATORIUM ILMU TANAMAN PROGRAM STUDI AGRONOMI JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

Transcript of Acara 1

  • 5/21/2018 Acara 1

    1/30

    LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN (PNA3108)

    ACARA I

    KETERBATASAN SOURCE(SUMBER) DAN SINK(LUBUK), PENGARUHNYATERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

    Disusun oleh:

    Nama : Rivandi Pranandita Putra

    NIM : 10/ 304773/ PN/ 12175

    Golongan/Kelompok : C2/ 3 (Tiga)

    Nama Rekan : 1. Rizki Fadillah R. (11879)

    2. Ganang Rudianto (11927)

    3. Danang Hartanto (11960)

    4. Poppy Arisandy (11973)

    5. Restiyana Vita (12075)

    Nama co-asisten : 1. Rean Afina

    2. Ellia Habib M.

    LABORATORIUM ILMU TANAMAN

    PROGRAM STUDI AGRONOMI

    JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2012

  • 5/21/2018 Acara 1

    2/30

    ACARA I

    KETERBATASAN SOURCE(SUMBER) DAN SINK(LUBUK), PENGARUHNYA

    TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

    I. TUJUAN

    Mengetahui pengaruh keterbatasan sumber dan lubuk terhadap pertumbuhan dan hasil

    tanaman kacang tunggak (Vigna unguiculataL.).

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    Pada proses fisiologi tanaman, dikenal source-sink. Source lebih dikenal sebagai

    bagian yang menghasilkan fotosintat, sedangkan sink dikenal sebagai bagian yang

    memanfaatkan fotosintat. Source yang paling utama pada tanaman adalah daun yang

    merupakan organ yang berfungsi menghasilkan fotosintat melalui proses fotosintesis; organ

    lain selain daun umumnya berfungsi sebagai sink, tetapi pada kondisi tertentu juga dapat

    berfungsi sebagai source. Buah terutama biji dikenal sebagai sinkyang paling kuat, artinyapaling rakus dalam mengambil fotosintat. Berdasarkan proses fisiologi ini, maka untuk dapat

    menghasilkan sink yang banyak berupa biji, diperlukan source yang juga sebanding

    banyaknya berupa daun dan beberapa organ lain yang juga berfungsi sebagai source seperti

    batang dan ranting. Kecepatan tanaman untuk menghasilkan source dalam jumlah cukup

    besar sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Untuk menghasilkan source

    yang cukup banyak, diperlukan hara yang cukup. Apabila source belum cukup banyak

    sementara sink yang berupa bunga dan bakal buah serta biji sudah terbentuk cukup banyak,

    akan mengakibatkan tanaman tidak akan mampu memenuhi kebutuhansink(Hartati, 2009).

    Umumnya sink dikategorikan ke dalam dua tipe, yaitu pemanfaatan (utilization) dan

    penyimpanan (storage). Biji dan ubi akar merupakan sink (limbung) reproduktif dan sink

    storage. Namun, selain itu sink juga dapat diklasifikasikan menjadi sink permanen dan

    temporer. Akar-akar tempat akumulasi gula dan pati atau organ-organ yang termodifikasi

    seperti rhizoma, ubi, cormas, dll., dari tanaman perenial, annual, dan biannual adalah sink-

    sink yang kuat selama fase vegetatif. Akan tetapi, selanjutnya sink-sink ini beralih fungsi

    menjadisourcepada saat tanaman akan memasuki fase pembungaan. Buah dan biji-biji yang

  • 5/21/2018 Acara 1

    3/30

    sedang berkembang adalah sink permanen yang sefatnya irreversibel karena buah atau biji

    pada akhirnya terabsisi dari tanaman induknya. Buah dan biji biasanya adalah sink yang

    sangat kuat. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya tingkat impor asimilat. Terdapat suatu

    sistem yang kompetitif antar sink di dalam tanaman. Kemampuan sink untuk menarik

    asimilat disebut dengan sink strength. Sink strength tiap-tiap organ sink akan berbeda

    berdasarkan fase pertumbuhan tanaman. Sinkreproduktif merupakansinkyang memilikisink

    strengthpaling kuat dibandingkansink lainnya. Pada fase vegetatif, terjadi asimilasi pati pada

    bagian akar (sink storage) yang akhirnya akan membentuk ubi. Setelah tanaman memasuki

    fase repoduktif, asimilat akan ditarik kesink reproduktif (biji). Oleh karena itu, pemangkasan

    sink reproduktif diduga akan mengalihkan distribusi asimilat ke sink storage (ubi). Denagn

    demikian, hasil ubi akan meningkat (Nusifera et al., 2011).

    Salah satu subjek paling penting dalam fisiologi tanaman adalah source dan sinks.

    Fakta bahwa source atau sinkdapat membatasi hasil tanaman merupakan sebuah tantangan

    bagi ahli-ahli fisiologi tanaman. Salah satu faktor efektif dalam mengubah ukuran sinkdan

    source adalah produksi hormon sitokinin. Dalam meningkatkan durasi luas daun dan

    memperlambat penuaan daun, sitokinin adalah jalan berbeda yang dapat menyebabkansource

    meningkat. Hormon ini mempunyai peranan penting dan dasar dalam pembelahan sel

    endosperm pada biji serealia pada tahap pertama perkembangan biji, sehingga hormon inimemiliki efek yang baik pada ukuran sink. Untuk alasan tersebut, mengaplikasikan hormon

    ini dapat mengurangi keterbatasansinkatausourcedalam upaya meningkatkan hasil tanaman

    (Alizadeh et al., 2010).

    Daun merupakan sumber utama asimilasi pada tanaman. Pertumbuhan daun yang

    sedang berkembang pada dasarnya tergantung pada sumber pasukan (source). Laju

    fotosintesis secara umum rendah pada daun muda dan meningkat pada daun yang menua;

    sebagai akumulat karbohidrat, impor ke daun muda berhenti dan ekspor larutan gula dimulai.

    Pada fase awal pertumbuhan daun, daun adalah pengimpor karbon bersih (sink),

    pertumbuhannya tergantung terutama oleh pasokan substansi hasil import; setelah itu daun

    menjadi eksportir karbon bersih (source) dimana pertumbuhannya tergantung terutama oleh

    proses fotosintesisnya sendiri. Stase perkembangan daun ini biasanya berlangsung beberapa

    hari atau minggu; daun pada tanaman dikotil berubah dari sinkmenjadi source ketika luas

    daun mencapai 30% hingga 60% (Marchi et al., 2005).

  • 5/21/2018 Acara 1

    4/30

    Daun yang berumur tua memproduksi lebih banyak asimilat lebih dari kebutuhannya

    sendiri dan untuk alasan itu, ia mengekspor karbohidrat ekstra ke organ-organ tanaman lain.

    Mereka disebut source dan tujuan produk fotosintesis ini disebut sink. Laju asimilasi/

    transportasi asimilasi darisourceke sinktergantung pada laju produksi asimilat di sourcedi

    satu tempat, dan laju pemasukan produk kesinkpada tempat lainnya (Yosari et al., 2009).

    Perpindahan materi/bahan fotosintetik dari sumber ke lubuk tergantung pada kapasitas

    produksi bahan fotosintetik dari satu tempat dan kapasitas konsumsi bahan hasil fotosintesis

    ke tempat lainnya. Ketidakseimbangan antara kedua faktor tersebut menyebabkan penurunan

    hasil tanaman. Dengan kata lain, keseimbangan antara lubuk dan sumber adalah faktor yang

    penting untuk mendapatkan hasil tanaman yang baik. Fokus pada sumber dan lubuk, mereka

    menjadi sistem dua komponen yang sederhana, sayangnya, analisis pada sistem ini tidak

    selalu dengan jelas mengidentifikasi proses pembatasan hasil tanaman (Khorasani et al.,

    2012).

    Daun-daun yang berfungsi sebagai sumber utama akan kehabisan fotosintat. Pada

    kondisi ini, bakal biji yang merupakan lubuk yang sangat kuat akan menyerap fotosintat dari

    bagian tanaman lain seperti batang dan ranting. Pada kondisi ini, tanaman dapat kehabisan

    energinya sehingga mulai kelelahan dan sering terlihat mulai layu. Pada kondisi yang sanagt

    ekstrim, tanaman dapat mengalami kematian karena akar yang juga membutuhkan energi

    akan kekurangan energi untuk menyerap hara dari dalam tanah. Fenomena ini banyak

    dijumpai pada berbagai tanaman tahunan seperti tanaman buah-buahan (Taiz and Zeiger,

    2002).

    Tanaman akan cepat kehabisan energinya sehingga tidak dapat berproduksi optimal.

    Untuk mengantisipasi hal tersebut, diperlukan dukungan teknik budidaya antara lain

    teknologi pemupukan, pengairan, pemangkasan (arsitektur kanopi), dan lain sebagainya yang

    sesuai agar tanaman dapat memberikan hasil yang optimal seperti yang diharapkan.

    Diperlukan waktu yang cukup bagi tanaman untuk melewati fase vegetatif untuk

    menghasilkan source yang cukup banyak sebelum memasuki fase generatif untuk

    menghasilkan sink yang banyak. Bila source dan sink seimbang, diharapkan tanaman yang

    akan dikembangkan oelh masyarakat dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan

    (Morachan, 1978).

    Sejak pembentukan hasil tanaman tergantung kepada aktivitas tanaman tua/ dewasa

    (sumber) dan bagian berkembang (lubuk), keterbatasan hasil tanaman dapat didiskusikan

  • 5/21/2018 Acara 1

    5/30

    dengan keterbatasan sumber dan lubuk. Keterbatasan sumber dan lubuk selama periode

    pengisian biji pada kedelai sudah diteliti pada aplikasi bentuk, defoliasi, dan pod removal

    treatments selama proses pengisian biji. Eksperimen-eksperimen tersebut sudah diketahui

    banyak tentang karakteristik bahan kering (dry matters); akumulasinya di biji secara individu,

    dimana berkontribusi secara baik pada pemahaman lebih baik tentang pembentukan hasil

    tanaman kedelai (Proulx and Seth, 2009).

    Sejumlah ciri-ciri morfologis dan fisiologis sudah ditemukan berasosiasi dengan

    potensial hasil tanaman pada lingkungan panas. Temperatur tinggi menghasilkan tanaman

    dewasa yang prematur dan memperpendek periode aktivitas fotosintesis. Hasil tanaman

    tergantung pada jumlah pengguna per unit luas (sink) dan kemampuan asimilat (source)

    untuk mengisisink(Mohammadi, 2012).

  • 5/21/2018 Acara 1

    6/30

    III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

    Praktikum Fisiologi Tanaman Acara I yang berjudul Keterbatasan Source (Sumber)

    dan Sink (Lubuk), Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman dilaksanakan

    pada hari Selasa, tanggal 9 Oktober 2012 di kebun percobaan dan pendidikan Jurusan

    Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada di Banguntapan, Bantul,

    Yogyakarta. Dalam melaksanakan praktikum ini, digunakan beberapa bahan dan alat. Bahan

    yang digunakan adalah tanaman kacang tunggak (Vigna unguiculata L.). Tanaman kacang

    tunggak yang digunakan adalah tanaman di lahan milik petani. Sementara itu, alat-alat yang

    digunakan adalah timbangan, penggaris, gunting, oven, dan alat tulis.

    Cara kerja dalam praktikum ini dimulai dengan persiapan tanaman kacang tunggak

    yang ada di lahan milik petani. Selanjutnya dibuat blok, di dalam blok termuat setiap

    perlakuan yang akan diuji. Perlakuan yang digunakan ada tiga, yaitu K (sebagai kontrol, tidak

    diberikan perlakuan apapun), D50 (daun tanaman ada yang dipotong sehingga tinggal 50%

    daun tersisa dari rata-rata kontrol), dan B50 (buah tanaman ada yang dipotong sehingga

    tinggal 50% buah tersisa dari rata-rata kontrol). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali

    (masing-masing ulangan menggunakan satu tanaman sampel). Pemberian perlakuan dimulai

    ketika tanaman mulai membentuk bunga. Pengamatan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu

    pada umur 7 minggu setelah tanam dan pada saat panen akhir (9 minggu setelah tanam).

    Variabel yang diamati meliputi luas daun, berat segar total (tajuk dan akar), jumlah daun,

    berat kering total (tajuk dan akar), jumlah buah, berat buah, dan berat kering biji. Dari hasil

    pengamatan, kemudian dihitung LAI (indeks luas daun), NAR (laju asimilasi bersih), CGR

    (laju pertumbuhan tanaman), dan HI (indeks panen). Setelah itu, dibuat persamaan regresi

    antara LAI dengan NAR, LAI dengan CGR, dan LAI dengan HI. Dibuat pula histogram luas

    daun, jumlah daun, serta histogram berat kering total. Adapun rancangan percobaan yang

    digunakan adalah RAKL (rancangan acak kelompok lengkap) dengan menggunakan

    kelompok sebagai blok.

  • 5/21/2018 Acara 1

    7/30

    IV. HASIL PENGAMATAN

    Tabel 1. Hasil Pengamatan Beberapa Variabel Tanaman

    Perlakuan

    Jumlah

    Daun

    Luas

    Daun

    Berat

    Segar

    Berat

    Kering

    Berat

    Segar

    Polong

    Berat

    Kering

    Polong

    Berat

    Kering

    Biji

    Kontrol 6,00 a 4,54 a 33,59 a 9,30 a 3,74 a 3,03 a 2,47 a

    B 50 6,00 a 3,57 a 32,67 a 7,42 a b 2,54 a 2,79 a 1,93 a

    D 50 3,00 b 3,85 a 23,79 a 5,48 b 1,51 a 0,98 b 0,63 a

    Tabel 2. Hasil Analisis LAI, NAR, CGR, dan HI

    LAI NAR CGR HIKontrol 1,82 a 0,41 a 0,07 a 0,26 a

    B 50 1,43 a 0,07 a 0,01 a 0,30 a

    D 50 1,54 a 0,40 a 0,04 a 0,13 a

    Contoh Perhitungan :

    12

    1ln2ln

    12

    12

    LaLa

    LaLax

    TT

    WWNAR

    mggucmgxxNAR //1028,688,498,342

    8,49ln8,342ln

    35

    2,03,2 24

    Keterangan: W = berat kering total

    T = waktu

    La = luas daun

    W

    WeHI

    0683,01,2

    14,0HI

    Keterangan: W = berat kering total

    We = berat kering hasil (ekonomis)

  • 5/21/2018 Acara 1

    8/30

    V. PEMBAHASAN

    Yang dimaksud dengan sumber (source) adalah bagian dari suatu tanaman yang menghasilkan

    fotosintat (hasil dari proses fotosintesis), sedangkan lubuk (sink) adalah bagian dari tanaman yang

    menggunakan fotosintat. Terdapat beberapa faktor yang dapat membatasi suatu hasil :

    1. Kemampuan tanaman melakukan fotosintesis sesudah pembungaan. Halini dipengaruhi oleh luas

    daun dan ketahanan daun agar tetap hijau. Ketebalan daun menunjukkan banyaknya jumlah

    klorofil dalam daun. Semakin tebal daun tersebut, maka jumlah klorofilnya semakin banyak

    sehingga mengakibatkan NARnya pun juga meningkat. Apabila NAR tersebut diimbangi dengan

    LAI optimum, maka pertumbuhan tanaman akan maksimal dan source yang didapat dari

    fotosisntesis juga akan maksimal.

    2. Kemampuan buah dari tanaman untuk menampung hasil fotosintesis. Apabila (lubuk atau sink)

    buah memiliki daya tampung yang kecil untuk menampung makanan dari source, maka

    penampakan hasil yang didapatkan akan kecil pula. Walaupun source yang dihasilkan dari

    fotosintesis cukup besar, hal lain yang harus diperhatikan dalam mendapatkan makanan dari

    sourceselain ukuran buah adalah jumlah daun dan kemampuan buah dalam bersaing dengan sink

    yang lainnya dalam satu tanaman. Jumlah buah dalam tanaman akan mempengaruhi tinggi

    rendahnya persaingan dalam tanaman tersebut.

    3. Kemampuan jaringan pengangkut untuk mengalirkan hasil fotosintesis. Apabila jaringan

    pengakutnya dapat dengan baik menyalurkan makanan kebuah (sink), maka kebutuhan makananuntuk buah tersebut akan terpenuhi dan perkembangan dan pertumbuhannya akan baik pula.

    Agar dapat memanfaatkan radiasi matahari secara efisien dan menyimpan hasil fotosintesis

    tanaman memerlukan sistem transport untuk memindahkan hasil asimilasi dari daerah sintesis ke

    daerah pemanfaatan. Hasil aimilasi yang diproduksi oleh jaringan hijau ditranslokasikan ke seluruh

    tubuh tanaman untuk pertumbuhan, perkembangan, cadangan makanan, dan pengelolaan sel.

    Pembagian hasil aimilasi diantar oleh proses tersebut. Jadi, pembagian hasil asimilasi dan nutrien

    anorganik dapat mempengaruhi efisiensi produksi berat kering dan porsi berat kering dalam bagian

    tanaman yang dipanen.

    Source adalah organ tanaman yang aktif melakukan fotosintesis, misalnya daun dan organ

    tanaman lain yang mengandung klorofil. Organ-organ tanaman tersebut merupakan sumber yang

    melakukan fotosintesis kemudian menghasilkan asimilat yang dimanfaatkan oleh organ tanaman yang

    lain atausink. Kemampuansourceatau sumber untuk menghasilkan asimilat terbatas. Sebagai contoh,

    yang bertindak sebagai sumber pada mentimun yaitu daun, kulit, dan batang yang berwarna hijau.

    Apabila daun mempunyai luas yang cukup, maka daun mempunyai ketahanan untuk menjaga

    kehijauannya, dan efisiensi fotosintesisnya yang tinggi maka sumber bisa dikatakan mempunyaikemampuan yang tinggi untuk menghasilkan asimilat yang optimal.

  • 5/21/2018 Acara 1

    9/30

    Untuk membuktikan bahwa kemampuan sumber bisa mempengaruhi hasil dengan mempengaruhi

    pertumbuhannya pada praktikum ini dicoba untuk membatasi kinerja sumber dengan memberikan

    perlakuan pengurangan daun yang dibandingkan dengan kontrol. Tanaman yang diperlakukan,

    daunnya dihilangkan sampai jumlahnya berkurang sebanyak 50 % (D 50) dari tanaman kontrol.

    Apabila hasil tanaman mentimun berkurang maka diketahui bahwa sumber menjadi faktor pembatas,

    tetapi jika hasil tanaman mentimun tidak berpengaruh atau tanaman mentimun meningkat maka

    sumber bukan merupakan faktor pembatas.

    Sink (lubuk) adalah bagian tanaman yang berfungsi sebagai pengguna hasil fotosintesis atau

    asimilat. Kemampuan lubuk itu ditunjukkan dengan melihat kemampuan buah untuk menampung

    hasil fotosintesis. Laju fotosintesis akan berkurang sampai laju yang sesuai dengan kemampuan

    menerima hasil asimilasi oleh daerah pengguna. Agar fotosintesis daun dapat mencapai laju

    maksimum, daerah pemanfaatan harus dapat memanfaatkan seluruh hasil asimilasi yang dihasilkan.

    Dalam hal ini, pembagian akan dikendalikan oleh kekuatan daerah pemanfaatan, yaitu tersedianya

    daerah pemanfaatan dan laju pemanfaatan hasil asimilasi oleh daerah pemanfaatan yang tersedia.

    Selain itu, kapasitas sumber atau source juga dibatasi oleh kemampuan daerah pengguna

    memanfaatkan asimilat. Apabila daerah tersebut tidak mampu memanfaatkan asimilat yang semakin

    meningkat, maka akan terjadi penimbunan gula secara terus-menerus dalam sistem (jaringan sumber).

    Hal ini akan menjadi suatu hambatan umpan balik yang dapat mengurangi laju fotosintesis. Untuk

    mendukung kemampuan lubuk, suatu tanaman harus mempunyai jumlah, ukuran buah, dan jugakemampuan bersaing dengan lubuk yang lain yang cukup. Untuk mengetahui pengaruh lubuk maka

    pada praktikum ini diamati tanaman yang sudah dihilangkan bunganya sebanyak 50% dari tanaman

    kontrol, dalam hal ini hanya disisakan 2 bunga pada perlakuan B 50%. Namun, harus diingat pula

    tingginya hasil asimilat tersebut juga dipengaruhi oleh transportasi hasil fotosintesis sehingga sangat

    dipengaruhi oleh kemampuan jaringan pengangkut untuk mengalirkan hasil fotosintesis tersebut.

    Kompetisi dapat terjadi antar bagian-bagian tanaman seperti daun, batang, daun, dan buah. Daun

    selain sebagai penghasil fotosintesis, juga sebagai pengguna hasil fotositesis tersebut, terutama pada

    daun yang masih muda karena klorofilnya belum berkembang sempurna sehingga daun tersebut

    belum dapat berfotosintesis dan menghasilkan asimilat. Untuk mendapatkan energi untuk pembelahan

    sel dan proses-proses lain, daun muda tersebut akan mengambil hasil fotosintesis dari daun lain yang

    sudah berfotosintesis maupun dari cadangan makanan. Selain daun muda, daun yang telah dewasa

    juga membutuhkan hasil fotosintesis untuk pembelahan sel dan untuk mendapatkan energi.

    Selain itu, daun yang sudah tua tidak dapat lagi aktif berfotosintesis sehingga daun ini juga akan

    menyerap hasil fotosintesis dari daun lain. Dalam hal ini daun akan berkompetisi dengan bagian-

    bagian tanaman yang lain seperti batang dan buah dalam pengambilan hasil fotosintesis. Organ

    tersebut juga merupakan organ yang mengambil asimilat darisource.

  • 5/21/2018 Acara 1

    10/30

    Pembagian hasil asimilasi biasanya diberikan ke daerah pemanfaatan yang terdekat dengan

    sumber. Misalnya, daun-daun sebelah atas, pada dasarnya mengekspor ke puncak batan dan daun-

    daun sebelah tengah ke keduanya. Pada derah pemnfaatan (sink), karbohidrat diabsorbsi dan

    dibagikan secara aktif menjadi bagian penyusun sel atau diubah menjadi karbohidrat lainnya. Apabila

    sinktidak dapat memanfaatkan hasil fotosintesis yang meningkat, maka akan terjadi penimbunan gula

    yang terus menerus dalam sistem menjadi hambatan umpan balik yang berakibat pengurangan

    fotosintesis. Laju fotosintesis akan berkurang sampai sampai laju yang sesuai dengan kemampuan

    sinkmemanfaatkan hasil fotosintesis tersebut.

    Pada percobaan ini dilakukan 3 macam perlakuan, yaitu kontrol, D50 (daun dipotong hingga

    tinggal 50% dari rata-rata kontrol), dan B50 (buah dipotong hingga tinggal 50% dari buah kontrol).

    D50 merupakan pengurangan jumlah source, sedangkan B50 merupakan pengurangan jumlah lubuk.

    Melalui percobaan ini dapat diketahui pengaruh keterbatasan sumber dan lubuk terhadap pertumbuhan

    dan hasil tanaman kacang tunggak (Vigna unguiculata). Dari pengamatan yang dilakukan kemudian

    dibuat grafik dan histogram.

    Gambar 1. Histogram Jumlah Daun Tanaman Korban Umur 7 dan 9 MST

    Berdasarkan histogram di atas, dapat dilihat bahwa pada umur 7 MST, jumlah daun

    tanaman yang diperlakukan kontrol dan B50 adalah sama-sama 6 helai daun dan pada

    tanaman yang diperlakukan D50 adalah 3 helai daun. Pada umur 9 MST, jumlah daunnya

    juga sama seperti pada umur 7 MST, dimana tanaman kontrol dan B50 sama-sama memiliki

    jumlah daun 6 helai dan tanaman perlakuan D50 memiliki jumlah daun 3 helai.

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    7 MST 9 MST

    JumlahDaun

    Umur Tanaman

    Jumlah Daun

    Kontrol

    B 50

    D 50

  • 5/21/2018 Acara 1

    11/30

    Pada tanaman semusim, pertumbuhan vegetatif umumnya diakhiri oleh reproduksi.

    Daun, batang, dan bagian-bagian vegetatif lainnya tidak hanya gagal untuk bersaing dalam

    hal hasil asimilasi yang diprosuksi oleh pemasakan buah, tetapi sampai batas tertentu organ-

    organ vegetatif tersebut akan menyumbangkan karbon dan mineral yang telah tertimbun

    sebelumnya melalui proses mobilisasi dan redistribusi. Proses ini mempercepat penuaan dan

    akhirnya berakibat matinya tanaman. Dari histogram tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah

    daun pada perlakuan D50 memiliki jumlah daun yang paling banyak. Hal ini dapat terjadi

    karena fotosintat tanaman pada perlakuan tersebut digunakan untuk perkembangan dan

    pertumbuhan jumlah daun. Pada perlakuan lainnya hasil fotosintat lebih dialokasikan kepada

    pertumbuhan dan perkembangan buah kacang tunggak pada masing-masing perlakuan. Pada

    perlakuan D50, bobot buah merupakan yang paling rendah.

    Daun muda maupun organ tanaman yang tidak atau belum memiliki klorofil yang

    sempurna ataupun yang belum dapat melakukan proses fotosintesis dan menghasilkan

    asimilat merupakan sink. Oleh karena itu, organ tersebut membutuhkan dan menggunakan

    asimilat yang diambil dari source. Daun muda yang sedang berkembang memerlukan hasil

    asimilasi untuk penyediaan energi dan kerangka karbon yang diperlukan untuk tumbuh dan

    berkembang sampai daun-daun itu dapat memproduksi hasil asimilasi yang cukup untuk

    memenuhi kebutuhannya sendiri. Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa daun muda

    juga merupakansinkyang membutuhkan asimilat untuk proses pertumbuhannya.

    Asimilat diambil dari daun dewasa yang memiliki klorofil untuk proses fotosintesisnya

    dan menghasilkan asimilat. Pada perlakuan D 50, daun dirompes. Hal tersebut bertujuan

    untuk mengetahui apakah keterbatasan source dapat mempengaruhi pertumbuhan sink.

    Ketika daun dirompes, sumber yang dapat menghasilkan asimilat juga berkurang. Namun,

    dari pengamatan pada bobot total tanaman kacang tunggak yang menunjukkan hasil asimilat

    yang dihasilkan tanaman, pada perlakuan D50, tidak mempengaruhi asimilat yang dihasilkan

    oleh daun atau sumber pada perlakuan tersebut.

    Bobot buah pada perlakuan tersebut yang paling rendah. Keterbatasan hasil dapat

    dipengaruhi oleh 3 faktor, salah satunya adalah kemampuan buah untuk menampung hasil

    fotosintesis. Faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh kemampuan bersaing dengan pemakai

    atau sink. Dalam hal ini pada perlakuan D50, pertumbuhan dan perkembangan buah harus

    berkompetisi dengan pertumbuhan dan perkembangan daun muda. Dengan demikian,

    asimilat yang dihasilkan oleh source dalam hal ini daun dewasa selain digunakan untuk

    pembentukan buah juga digunakan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Jika perlakuan

    perompesan tanaman atau pengurangan jumlah source tidak mengurangi asimilat yang

  • 5/21/2018 Acara 1

    12/30

    didapatkan, maka keterbatasan jumlah source tidak menjadi faktor pembatas pada asimilat

    yang dihasilkan. Akan tetapi, keterbatasan source dapat menjadi faktor pembatas pada

    kuantitas maupun kuatitas buah yang dihasilkan.

    Pada perlakuan B50 dan kontrol, jumlah daun yang dihasilkan lebih sedikit bila

    dibandingkan dengan perlakuan D50. Keberadaan source tetap, maka jumlah asimilat yang

    dihasilkan pun tetap. Hanya saja pengalokasian asimilat kepada sink yang berbeda. Pada

    perlakuan tersebut, asimilat dialokasikan untuk pengisian atau perkembangan buah mentimun

    dibandingkan dengan pertumbuhan vegetatif tanaman. Daun-daun muda dan juga buah

    merupakansinkatau lubuk karena organ tersebut tidak melakukan fotosintesis dan juga tidak

    menghasilkan fotosintat.

    Gambar 2. Histogram Luas Daun Tanaman Korban Umur 7 dan 9 MST

    Berdasarkan histogram luas daun di atas, dapat diketahui bahwa luas daun tanaman

    kacang tunggak pada umur 7 MST yang paling tinggi adalah pada perlakuan B50 (4,507

    dm2), kemudian diikuti dengan perlakuan kontrol (4,048 dm2) dan luas daun terendah adalah

    perlakuan D50 (1,939 dm2). Sementara itu, pada umur 9 MST, luas daun tertinggi adalah

    pada perlakuan kontrol (4,543 dm2), diikuti dengan perlakuan D50 (3,851 dm2) dan luas

    daun terendah adalah pada perlakuan B50 (3,851 dm2).

    0.00

    0.50

    1.00

    1.50

    2.00

    2.50

    3.00

    3.50

    4.00

    4.50

    5.00

    7 MST 9 MST

    LuasD

    aun(dm2)

    Umur Tanaman

    Luas Daun

    Kontrol

    B 50

    D 50

  • 5/21/2018 Acara 1

    13/30

    Dengan demikian, diketahui bahwa semakin banyak daun, maka luas daun juga akan

    semakin meningkat. Proses fotosintesis juga akan meningkat sehingga pertumbuhan tanaman

    semakin meningkat. Proses fotosintesis juga tidak lepas dari peran cahaya matahari. Respon

    terhadap intensitas cahaya tinggi dapat menguntungkan atau merugikan. Hal ini disebabkan

    tanaman memiliki ambang batas terhadap intensitas cahaya yang harus diterima. Intensitas

    cahaya yang tinggi menyebabkan rusaknya struktur kloroplas yang membantu proses

    metabolisme tanaman sehingga menyebabkan produktivitas tanaman menurun. Daun

    merupakan organ fotosintetik utama dalam tubuh tanaman, tempat terjadinya proses

    perubahan energi cahaya menjadi energi kimia dan mengakumulasikan dalam bentuk bahan

    kering.

    Luas daun mencapai puncak pada minggu kelima, kemudian turun pada minggu ke-7.

    Hal tersebut dapat disebabkan tanaman mentimun mengalami perkembangan luas daun

    setelah awal pertumbuhan, terjadi peningkatan yang cepat yang mendekati linier sampai fase

    pembungaan. Setelah mencapai maksimum, menurun dengan cepat karena daun-daun bawah

    luruh. Selama fase pembuahan sampai fase masak fisiologis luas daun cenderung menurun.

    Pada awal pertumbuhan tanaman kacang tunggak, terlihat peningkatan sesuai bertambahnya

    umur tanaman, kemudian turun dan luas daun maksimum dicapai pada saat jumlah daun dan

    ukuran daun maksimum.

    Kemudian luas daun yang paling rendah adalah pada perlakuan D50, hal tersebut terjadi

    karena pada perlakuan tersebut jumlah daun telah dirompes sebanyak 50 % atau setengah dari

    perlakuan lainnya. Sedangkan, yang paling tinggi adalah pada perlakuan B50, yang jumlah

    daunnya lebih banyak daripada perlakuan D50. Pada perlakuan B50, jumlah bunga lebih

    sedikit daripada perlakuan kontrol sehingga dapat meminimalisir terjadinya kompetisi antar

    organ (yang berperan sebagaisink).

    Pada perlakuan kontrol saat umur 9 MST, jumlah bunga lebih banyak daripada perlakuan

    B50. Pada perlakuan kontrol akan terjadi kompetisi substrat hasil fotosintesis atau asimilat

    yang akan dipergunakan dalam fase pembuahan. Oleh karena itu, semakin banyak lubuk yang

    harus diisi sehingga pertumbuhan vegetatif untuk pertumbuhan luas daun dapat menurun jika

    dibandingkan perlakuan B50. Sedangkan, pada perlakuan B50, jumlah sinkatau bunga lebih

    sedikit sehingga sumber dapat mengisi lubuk secara maksimal.

    Pengisian sumber kepada lubuk dapat lebih optimal, substrat hasil fotosintesis dapat

    sekaligus mengisi organ lubuk lainnya, misalnya pada daun-daun muda. Asimilat dapat

    digunakan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman termasuk pertumbuhan daun-

  • 5/21/2018 Acara 1

    14/30

    daun muda. Oleh karena itu, luas daun pada perlakuan B50 lebih tinggi daripada perlakuan

    kontrol lebih tinggi daripada perlakuan D50.

    Kemampuan daun untuk menghasilkan produk fotosintat ditentukan oleh produktivitas

    per satuan luas daun dan total luas daun. Daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis

    sehingga dengan luas daun yang optimum akan didapat hasil fotosintesis yang maksimum

    juga. Selain luas daun, proses fotosintesis juga dipengaruhi sinar matahari. Jika cahaya

    optimum, maka daun dapat melakukan fotosintesis secara maksimal. Luas daun yang terlalu

    tinggi dapat mengakibatkan mutual shading. Hal ini mengakibatkan ada daun yang ternaungi

    oleh daun laindan menyebabkan kompetisi untuk memperebutkan cahaya matahari dan proses

    fotosintesis pun tidak akan maksimal.

    Dari perlakuan D50, B50, dan kontrol, luas daun yang paling tinggi pada perlakuan B 50.

    Hasil fotosintesis pada perlakuan tersebut tidak terlalu berbeda nyata dengan perlakuan

    lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari berat kering total tanaman kacang tunggak. Berat

    kering tanaman mengindikasikan jumlah fotosintat total (tanpa H2O) yang dapat dihasilkan

    oleh tanaman. Dari bobot kering total tanaman dapat dilihat efektivitas fotosintesis tanaman

    kacang tunggak tersebut.

    Pada perlakuan lainnya, walaupun luas daunnya lebih rendah, bobot kering tanaman

    kacang tunggak tidak berbeda nyata dengan perlakuan B50. Oleh karena itu, dapat

    disimpulkan pada perlakuan D50 keterbatasan source tidak menjadi faktor pembatas bagi

    kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis dan menghasilkan fotosintat. Namun,

    fotosintat yang dihasilkan pada perlakuan D50 menjadi faktor penghambat terhadap bobot

    buah kacang tunggak yang dihasilkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keterbatasan source

    dapat menjadi faktor pembatas bagi pengisian fotosintat buah kacang tunggak yang ada pada

    tanaman perlakuan D50. Dari parameter bobot segar maupun bobot kering tanaman buah

    kacang tunggak, pada perlakuan D50 buah kacang tunggak menunjukkan bobot yang paling

    rendah jika dibandingkan dengan bobot segar maupun bobot kering buah kacang tunggak

    pada perlakuan tersebut.

  • 5/21/2018 Acara 1

    15/30

    Gambar 3. Histogram Berat Kering (BK) Total Tanaman Korban Umur 7 dan 9 MST

    Berdasarkan histogram berat kering total di atas, dapat diketahui bahwa berat kering

    total tanaman kacang tunggak pada umur 7 MST yang tertinggi adalah pada perlakuan B50

    (6,973 gram), kemudian diikuti dengan perlakuan kontrol (5,736 gram) dan berat kering

    terendah adalah perlakuan D50 (3,296 gram). Hal ini sama dengan histogram luas daun umur

    7 MST, dimana urutan luas daun tertinggi adalah dari B50, kontrol, dan D50. Sementara itu,

    pada umur 9 MST, berat kering total tertinggi adalah pada perlakuan kontrol (9,303 gram),

    diikuti dengan perlakuan B50 (7,416 gram) dan luas daun terendah adalah pada perlakuan

    D50 (5,476 gram).

    Dari histogram diatas, dapat terlihat bahwa pada 7 MST berat kering tanaman yang

    paling tinggi adalah pada perlakuan B50 (6,973 gram),. Berat kering tanaman total

    menunjukkan asimilat yang dihasilkan tanaman pada pada masing-masing perlakuan. Pada

    perlakuan B50, daun dirompes, dengan demikian seharusnya tempat untuk menampung hasil

    fotosintesis/ fotosintat menurun. Akan tetapi, pada hasil yang didapatkan tidak demikian. Hal

    ini menunjukkan bahwa sink tidak menjadi faktor pembatas pada ketersediaan asimilat yang

    dihasilkan dari proses fotosintesis pada perlakuan B50. Berat kering buah menunjukkan hasil

    fotosintesis yaitu asimilat (tanpa air) yang ditranslokasikan ke buah tersebut. Pada perlakuan

    B50 bertujuan untuk mengetahui kemampuan buah dalam menampung hasil fotosintesis,

    terlihat bahwa pengurangan buah sebesar 50% dari kontrol justru dapat meningkatkan berat

    kering buah kacang tunggak.

    0.00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    5.00

    6.00

    7.00

    8.00

    9.00

    10.00

    7 MST 9 MST

    BKTotal(gram)

    Umur Tanaman

    Berat Kering Total

    Kontrol

    B 50

    D 50

  • 5/21/2018 Acara 1

    16/30

    Pengurangan buah akan mengurangi persaingan antara bagian vegetatif dan reproduktif

    dalam menggunakan hasil asimilat. Akibat pengguna (sink) berkurang, maka hasil

    fotosintesis dapat digunakan tanaman secara optimal untuk pembentukan buah yang tersisa.

    Buah akan semakin banyak mendapat hasil asimilat sehingga berat segarnya dan berat

    keringnya menjadi lebih tinggi.

    Meskipun jumlahnya berkurang, ukuran buah akan semakin besar karena sedikitnya

    persaingan dengan buah lain. Keterbatasan buah untuk menampung hasil fotosintesis dapat

    terjadi apabila kapasitas total semua tempat penyimpanan tanaman tidak cukup untuk

    mengasimilasi fotosintat yang dapat dihasilkan oleh source. Namun, pada perlakuan B50,

    sink tidak menjadi faktor pembatas pada ketersediaan hasil. Dapat terlihat dari berat kering

    buah kacang tunggak pada perlakuan B50 lebih besar daripada perlakuan kontrol sehingga

    buah (sink) pada perlakuan B50 masih dapat menerima asimilat dari source walaupun

    jumlahnya terbatas.

    Pada perlakuan D50 daun dikurangi untuk mengetahui kemampuan tanaman melakukan

    fotosintesis sesudah penggunaan. Adanya pengurangan daun akan mengurangi banyaknya

    jumlah daun dan mengurangi besarnya indeks luas daun. Bahan kering atau hasil asimilat

    tanaman tersebut dimanfaatkan tanaman untuk pertumbuhannya serta digunakan untuk

    pengisian lubuk (buah).

    Gambar 4. Histogram Berat Segar (BS) Total Tanaman Korban Umur 7 dan 9 MST

    0.00

    5.00

    10.00

    15.00

    20.00

    25.00

    30.00

    35.00

    40.00

    7 MST 9 MST

    BeratSegar(gram)

    Umur Tanaman

    Berat Segar Total

    Kontrol

    B 50

    D 50

  • 5/21/2018 Acara 1

    17/30

    Dari histogram di atas, dapat diketahui bahwa pada umur 7 MST, urutan besarnya

    variabel berat segar tanaman total sama dengan variabel luas daun dan berat kering tanaman,

    dimana yang terberat adalah pada perlakuan B50 (33,773 gram), diikuti dengan perlakuan

    kontrol (27,95 gram), dan yang paling ringan adalah pada perlakuan D50 (23,786 gram).

    Pada umur 9 MST, urutan besarnya berat segar sama dengan urutan besarnya berat kering,

    dimana perlakuan kontrol memberikan bobot segar maksimal (33,593 gram), perlakuan B50

    memberikan bobot sedang (32,670 gram), dan perlakuan D50 memberikan bobot segar total

    yang paling rendah (23,786 gram).

    Gambar 5. Histogram Berat Kering (BK) Biji Tanaman Korban Umur 7 dan 9 MST

    Berdasarkan histogram berat kering biji tersebut, dapat diketahui bahwa dari kontrol

    hingga ke B50 lalu ke D50 semakin mengalami penurunan. Baik pada umur 7 MST dan 9

    MST, keduanya sama-sama menunjukkan berat kering biji tertinggi pada perlakuan kontrol,selanjutnya pada tanaman yang diperlakukan B50 dan yang menunjukkan berat kering biji

    terendah adalah pada perlakuan D50. Pada umur 7 MST, berat kering biji perlakuan kontrol,

    B50, dan D50 secara berturut-turut adalah 0,626 gram, 0,413 gram, dan 0,336 gram.

    Sementara itu, pada umur 9 MST, berat kering biji perlakuan kontrol, B50, dan D50 secara

    berturut-turut adalah 2,467 gram, 1,933 gram, dan 0,630 gram.

    0.00

    0.50

    1.00

    1.50

    2.00

    2.50

    3.00

    7 MST 9 MST

    BeratKeringBiji(gram)

    Umur Tanaman

    Berat Kering Biji

    Kontrol

    B 50

    D 50

  • 5/21/2018 Acara 1

    18/30

    Gambar 6. Histogram Berat Kering (BK) Polong Tanaman Korban Umur 7 dan 9 MST

    Pada histogram di atas, diketahui bahwa pada umur 7 MST dan 9 MST, keduanya

    sama-sama menunjukkan berat kering polong tertinggi pada perlakuan kontrol, diikuti dengan

    B50 dan yang terendah adalah perlakuan D50. Secara berurut-turut, besarnya berat kering

    polong tanaman umur 7 MST pada perlakuan kontrol, B50, dan D50 adalah 1,367 gram,

    0,970 gram, dan 0,886 gram. Sementara itu, secara berturut-turut besarnya berat kering

    polong tanaman umur 9 MST pada perlakuan kontrol, B50, dan D50 adalah 3,026 gram,

    2,793 gram, dan 0,983 gram.

    Gambar 7. Histogram Jumlah Polong Tanaman Korban Umur 7 dan 9 MST

    0.00

    0.50

    1.00

    1.50

    2.00

    2.50

    3.00

    3.50

    7 MST 9 MST

    BeratKeringPolong(gram)

    Umur Tanaman

    Berat Kering Polong

    Kontrol

    B 50

    D 50

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.53

    3.5

    4

    4.5

    5

    7 MST 9 MST

    JumlahPolong

    Umur Tanaman

    Jumlah Polong

    Kontrol

    B 50

    D 50

  • 5/21/2018 Acara 1

    19/30

    Gambar 8. Histogram Berat Segar Polong Tanaman Korban Umur 7 dan 9 MST

    Gambar 9. Grafik regresi LAI vs CGR Kontrol

    0.00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    5.00

    6.00

    7 MST 9 MST

    BeratSegarPolong(g

    ram)

    Umur Tanaman

    Berat Segar Polong

    Kontrol

    B 50

    D 50

    y = 0.1382x - 0.1662

    R = 0.1014

    0.0000

    0.0200

    0.0400

    0.0600

    0.0800

    0.1000

    0.1200

    0.1400

    0.1600

    0.1800

    0 0.5 1 1.5 2

    NAR(kg/m2/ming

    gu)

    LAI

    LAI vs CGR Kontrol

    LAI vs CGR Kontrol

    Linear (LAI vs CGR

    Kontrol)

  • 5/21/2018 Acara 1

    20/30

    Gambar 10. Grafik regresi LAI vs CGR B50

    Gambar 11. Grafik regresi LAI vs CGR D50

    y = -0.3029x + 0.5559

    R = 0.0486

    -0.6000

    -0.4000

    -0.2000

    0.0000

    0.2000

    0.4000

    0.6000

    0.8000

    0 0.5 1 1.5 2 2.5

    NAR(kg/m2/minggu)

    LAI

    LAI vs CGR B50

    LAI vs CGR B50

    Linear (LAI vs CGR B50)

    Linear (LAI vs CGR B50)

    y = 0.0055x + 0.3912

    R = 0.0005

    0.0000

    0.0500

    0.1000

    0.1500

    0.2000

    0.2500

    0.30000.3500

    0.4000

    0.4500

    0.5000

    0 0.5 1 1.5 2

    NAR(kg/m2/ming

    gu)

    LAI

    LAI vs CGR D50

    LAI vs CGR D50

    Linear (LAI vs CGR D50)

  • 5/21/2018 Acara 1

    21/30

    Gambar 12. Grafik regresi LAI vs NAR Kontrol

    Gambar 13. Grafik regresi LAI vs NAR B50

    y = 0.6524x - 0.7088

    R = 0.0733

    0.0000

    0.1000

    0.2000

    0.3000

    0.4000

    0.5000

    0.6000

    0.7000

    0.8000

    0.9000

    1.0000

    0 0.5 1 1.5 2

    NAR(gram/dm2/min

    ggu)

    LAI

    LAI vs NAR Kontrol

    LAI vs NAR Kontrol

    Linear (LAI vs NAR

    Kontrol)

    y = -0.3029x + 0.5559

    R = 0.0486

    -0.6000

    -0.4000

    -0.2000

    0.0000

    0.2000

    0.4000

    0.6000

    0.8000

    0 0.5 1 1.5 2 2.5

    NAR(gram/dm2/minggu)

    LAI

    LAI vs NAR B50

    LAI vs NAR B50

    Linear (LAI vs NAR B50)

  • 5/21/2018 Acara 1

    22/30

    Gambar 14. Grafik regresi LAI vs NAR D50

    Gambar 15. Grafik Regresi LAI vs HI Kontrol

    y = 0.0055x + 0.3912R = 0.0005

    0.0000

    0.1000

    0.2000

    0.3000

    0.4000

    0.5000

    0 0.5 1 1.5 2

    NAR(gram/dm2/minggu)

    LAI

    LAI vs NAR D50

    LAI vs NAR D50

    Linear (LAI vs NAR D50)

    y = -0.1829x + 0.5916

    R = 0.9998

    0.00000

    0.05000

    0.10000

    0.15000

    0.20000

    0.25000

    0.30000

    0.35000

    0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000

    H

    I

    LAI

    LAI vs HI KontroL

  • 5/21/2018 Acara 1

    23/30

    Gambar 16. Grafik Regresi LAI vs HI B50

    Gambar 17. Grafik Regresi LAI vs HI D50

    y = -1.8261x + 2.9041

    R = 0.7337

    0.00000

    0.05000

    0.10000

    0.15000

    0.20000

    0.25000

    0.30000

    0.35000

    0.40000

    0.45000

    1.3500 1.4000 1.4500 1.5000 1.5500

    HI

    LAI

    LAI vs HI B50

    y = -0.1363x + 0.3391R = 0.9754

    0.00000

    0.05000

    0.10000

    0.15000

    0.20000

    0.25000

    0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000

    H

    I

    LAI

    LAI vs HI D50

  • 5/21/2018 Acara 1

    24/30

    V. KESIMPULAN

    1. Source atau sumber merupakan kapasitas kemampuan organ tanaman untuk

    melakukan fotosintesis, sedangkan sinkatau lubuk merupakan kapasitas kemampuan

    organ tanaman dalam memanfaatkan produk fotosintesis.

    2. Keterbatasan sumber (source) tidak menjadi faktor pembatas bagi hasil asimilat

    tanaman, tetapi menjadi faktor pembatas bagi pembentukan buah yang dihasilkan.

    3. Keterbatasan lubuk (sink) tidak menjadi faktor pembatas asimilat yang dihasilkan dan

    ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman maupun ke bagian buah.

    4. Perlakuan yang paling menguntungkan secara ekonomis adalah pada perlakuan B50.

  • 5/21/2018 Acara 1

    25/30

    DAFTAR PUSTAKA

    Alizadeh, O., Bormak J.H., and Kuourosh O. 2010. The effects of exogenous cytokinin

    application on sink size in bread wheat (Triticum aestivum). African Journal of

    Agricultural Research 5 : 28932898.

    Hartati, S. 2009. Keseimbangan Source-Sink Untuk Mendukung Produktivitas Jarak Pagar.

    . Diakses pada tanggal 7 Oktober 2012.

    Khorasani, S.E., Farzad P., Babak D., Vahid A., and Seied M.M. 2012. An evaluation of

    effects of source-sink limitation on yield components in two soybean varieties.

    Journal of Basic Applied Science Research 2 : 90499055.

    Marchi, S., Luca S., Ricardo G., and Robertoo T. 2005. Changes in sink-source relationship

    during shoot development in Olive. Journal of American Social and Horticulture

    Science 130 : 631637.

    Mohammadi, M. 2012. Effects of kernel weight and source limitation on wheat grain yield

    under heat stress. African Journal of Biotechnology 11 : 29312937.

    Morachan, Y.B. 1978. Crop Production and Management. Oxford and IBH Publisher, New

    Delhi.

    Nusifera, S., Murdaningsih H.K., Meddy R., dan Agung K. 2011. Respons 12 aksesi kecipir

    (Psophocarpus tetragonolobus L. DC) terhadap pemangkasan reproduktif pada

    musim hujan di Jatinangor. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah 3 : 2531.

    Proulx, R.A. and Seth L.N. 2009. Pod removal, shade, and defoliation effects on soybean

    yield, protein, and oil. Agronomy Journal 101 : 971980.

    Taiz, L. and E. Zaiger. 2002. Plant Physiology 3rd edition. Sinaver Publisher, Massachusetts.

    Yasari, E. Saedeh, Mozafari, Elnali S., and Abdoreza F. 2009. Evaluation of sink-source

    relationship of soybean cultivars at different dates of sowing. The Research Journal of

    Agriculture and Biological Sciences 5 : 786793.

    http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/wp.content/uploads/2009/04/perkebunan_info%09ekbun_122009-3.pdfhttp://perkebunan.litbang.deptan.go.id/wp.content/uploads/2009/04/perkebunan_info%09ekbun_122009-3.pdfhttp://perkebunan.litbang.deptan.go.id/wp.content/uploads/2009/04/perkebunan_info%09ekbun_122009-3.pdfhttp://perkebunan.litbang.deptan.go.id/wp.content/uploads/2009/04/perkebunan_info%09ekbun_122009-3.pdf
  • 5/21/2018 Acara 1

    26/30

    LAMPIRAN

    The ANOVA Procedure

    Duncan's Multiple Range Test for LAI

    NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error

    rate.

    Alpha 0.05

    Error Degrees of Freedom 4

    Error Mean Square 0.220468

    Number of Means 2 3

    Critical Range 1.064 1.088

    Means with the same letter are not significantly different.

    Duncan Grouping Mean N Treatment

    A 1.8170 3 K

    A

    A 1.5407 3 D50

    A

    A 1.4277 3 B50

    Analisis Acara I 13

    12:54 Thursday, November 27, 2012

    The ANOVA Procedure

    Duncan's Multiple Range Test for NAR

    NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error

    rate.

    Alpha 0.05

    Error Degrees of Freedom 4

    Error Mean Square 0.064555

    Number of Means 2 3

  • 5/21/2018 Acara 1

    27/30

    Critical Range .5760 .5886

    Means with the same letter are not significantly different.

    Duncan Grouping Mean N Treatment

    A 0.4123 3 K

    A

    A 0.3977 3 D50

    A

    A 0.0667 3 B50

    Analisis Acara I 14

    12:54 Thursday, November 27, 2012

    The ANOVA Procedure

    Duncan's Multiple Range Test for CGR

    NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise errorrate.

    Alpha 0.05

    Error Degrees of Freedom 4

    Error Mean Square 0.001783

    Number of Means 2 3

    Critical Range .09571 .09781

    Means with the same letter are not significantly different.

    Duncan Grouping Mean N Treatment

    A 0.07133 3 K

    A

    A 0.04400 3 D50

    A

    A 0.00867 3 B50

    Analisis Acara I 15

    12:54 Thursday, November 27, 2012

    The ANOVA Procedure

    Duncan's Multiple Range Test for HI

    NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error

    rate.

    Alpha 0.05

    Error Degrees of Freedom 4

    Error Mean Square 0.008944

    Number of Means 2 3

    Critical Range .2144 .2191

    Means with the same letter are not significantly different.

  • 5/21/2018 Acara 1

    28/30

    Duncan Grouping Mean N Treatment

    A 0.29700 3 B50

    A

    A 0.25900 3 K

    A

    A 0.12933 3 D50

    Analisis Acara I 16

    12:54 Thursday, November 27, 2012

    The ANOVA Procedure

    Duncan's Multiple Range Test for LD

    NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error

    rate.

    Alpha 0.05Error Degrees of Freedom 4

    Error Mean Square 1.377622

    Number of Means 2 3

    Critical Range 2.661 2.719

    Means with the same letter are not significantly different.

    Duncan Grouping Mean N Treatment

    A 4.5430 3 KA

    A 3.8513 3 D50

    A

    A 3.5697 3 B50

    Analisis Acara I 17

    12:54 Thursday, November 27, 2012

    The ANOVA Procedure

    Duncan's Multiple Range Test for BS

    NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error

    rate.

    Alpha 0.05

    Error Degrees of Freedom 4

    Error Mean Square 62.62977

    Number of Means 2 3

    Critical Range 17.94 18.33

    Means with the same letter are not significantly different.

    Duncan Grouping Mean N Treatment

  • 5/21/2018 Acara 1

    29/30

    A 33.593 3 K

    A

    A 32.670 3 B50

    A

    A 23.787 3 D50

    Analisis Acara I 18

    12:54 Thursday, November 27, 2012

    The ANOVA Procedure

    Duncan's Multiple Range Test for BK

    NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error

    rate.

    Alpha 0.05

    Error Degrees of Freedom 4

    Error Mean Square 1.119044

    Number of Means 2 3

    Critical Range 2.398 2.451

    Means with the same letter are not significantly different.

    Duncan Grouping Mean N Treatment

    A 9.3033 3 K

    A

    B A 7.4167 3 B50

    B

    B 5.4767 3 D50

    Analisis Acara I 19

    12:54 Thursday, November 27, 2012

    The ANOVA Procedure

    Duncan's Multiple Range Test for BKbiji

    NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error

    rate.

    Alpha 0.05

    Error Degrees of Freedom 4Error Mean Square 0.896567

    Number of Means 2 3

    Critical Range 2.147 2.193

    Means with the same letter are not significantly different.

    Duncan Grouping Mean N Treatment

    A 2.4667 3 K

    AA 1.9333 3 B50

    A

  • 5/21/2018 Acara 1

    30/30

    A 0.6300 3 D50

    Analisis Acara I 20

    12:54 Thursday, November 27, 2012

    The ANOVA Procedure

    Duncan's Multiple Range Test for JD

    NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error

    rate.

    Alpha 0.05

    Error Degrees of Freedom 4

    Error Mean Square 0

    Number of Means 2 3

    Critical Range 0 0

    Means with the same letter are not significantly different.

    Duncan Grouping Mean N Treatment

    A 6.000 3 B50

    A

    A 6.000 3 K

    B 3.000 3 D50

    Analisis Acara I 21

    12:54 Thursday, November 27, 2012

    The ANOVA Procedure

    Duncan's Multiple Range Test for JB

    NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error

    rate.

    Alpha 0.05

    Error Degrees of Freedom 4

    Error Mean Square 0.111111

    Number of Means 2 3Critical Range .7557 .7722

    Means with the same letter are not significantly different.

    Duncan Grouping Mean N Treatment

    A 4.3333 3 K

    A

    A 4.0000 3 D50

    B 2.0000 3 B50