Abstrak tesis komunikasi dalam resolusi konflik beragama

2
Abstrak Konflik Ahmadiyah yang terjadi di banyak tempat di Indonesia menjadi salah satu cerminan kehidupan bergama di negara kita. Konflik yang sempat terjadi di Desa Tenjowaringin dan Kutawaringin Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya yang memiliki jumlah Jemaat Ahmadiyah terbanyak kedua di Indonesia, menarik untuk dikaji. Pasca perusakan fasilitas Ahmadiyah oleh pihak FPI pada 5 Mei 2013, kini kondisi Kabupaten Tasikmalaya relatif stabil dan kondusif. Apa yang terjadi tidak lepas dari upaya aktor-aktor dalam penyelesaian konflik. Dari hasil penelitian, didapatkan data bahwa setidaknya ada empat aktor yang berperan dalam penyelesaian konflik Ahmadiyah di Tasikmalaya yaitu, Majelis Ulama Indonesia, Forum Kerukunan Beragama, Kepolisian Resort dan Badan Koordinator Pengawas Aliran Kepercayaan Kabupaten Tasikmalaya. Berbagai strategi dilakukan oleh aktor-aktor tersebut mulai dari mempelajari karakteristik sasaran komunikasi, hingga pendekatan pendidikan dan ekonomi untuk mengurangi dampak konflik yang ada. Namun pendekatan yang dilakukan secara terpisah pada masing-masing pihak berkonflik, belum adanya sistem resolusi konflik yang proaktif serta karakteristik konflik agama yang menyangkut keyakinan personal, membuat upaya yang dilakukan aktor belum mampu mempertemukan kedua pihak yang berkonflik dalam satu forum bersama sehingga gejolak konflik masih mungkin dapat terjadi. Kata kunci : Resolusi Konflik, Upaya Komunikasi, Ahmadiyah.

description

komunikasi dalam resolusi konflik beragama (studi pada upaya komunikasi aktor dalam resolusi konflik Ahmadiyah di indonesia)

Transcript of Abstrak tesis komunikasi dalam resolusi konflik beragama

Abstrak

Konflik Ahmadiyah yang terjadi di banyak tempat di Indonesia menjadi salah satu cerminan kehidupan bergama di negara kita. Konflik yang sempat terjadi di Desa Tenjowaringin dan Kutawaringin Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya yang memiliki jumlah Jemaat Ahmadiyah terbanyak kedua di Indonesia, menarik untuk dikaji. Pasca perusakan fasilitas Ahmadiyah oleh pihak FPI pada 5 Mei 2013, kini kondisi Kabupaten Tasikmalaya relatif stabil dan kondusif. Apa yang terjadi tidak lepas dari upaya aktor-aktor dalam penyelesaian konflik. Dari hasil penelitian, didapatkan data bahwa setidaknya ada empat aktor yang berperan dalam penyelesaian konflik Ahmadiyah di Tasikmalaya yaitu, Majelis Ulama Indonesia, Forum Kerukunan Beragama, Kepolisian Resort dan Badan Koordinator Pengawas Aliran Kepercayaan Kabupaten Tasikmalaya. Berbagai strategi dilakukan oleh aktor-aktor tersebut mulai dari mempelajari karakteristik sasaran komunikasi, hingga pendekatan pendidikan dan ekonomi untuk mengurangi dampak konflik yang ada. Namun pendekatan yang dilakukan secara terpisah pada masing-masing pihak berkonflik, belum adanya sistem resolusi konflik yang proaktif serta karakteristik konflik agama yang menyangkut keyakinan personal, membuat upaya yang dilakukan aktor belum mampu mempertemukan kedua pihak yang berkonflik dalam satu forum bersama sehingga gejolak konflik masih mungkin dapat terjadi.

Kata kunci : Resolusi Konflik, Upaya Komunikasi, Ahmadiyah.

Abstract

Ahmadiyah conflict that occurred in many places in Indonesia became one of the reflection of religious life in our country. The conflict in the village Kutawaringin and Tenjowaringin,Salawu subdistrict, Tasikmalaya regency which has the second highest number of Ahmadiyah in Indonesia, is interesting to study. Post Ahmadiyya destruction facilities by the FPI on May 5, 2013, the Tasikmalaya condition is now relatively stable and conducive. What has happened can not be separated from efforts of actors in conflict resolution. From the research , it was found that the data are at least four actors who play a role in conflict resolution in Tasikmalaya Ahmadis namely , Majelis Ulama Indonesia, Forum Kerukunan Beragama, Kepolisian Resort dan Badan Koordinator Pengawas Aliran Kepercayaan Tasikmalaya regency. Various strategies undertaken by these actors ranging from studying the characteristics of the target communication, education and economy to approach to reduce the impact of conflict. However, the approach taken separately on each of the parties in conflict, the lack of conflict resolution proactive system and the characteristics of religious conflicts involving personal convictions, making the efforts of the actors have not been able to reconcile the two conflicting parties together in a forum that the turmoil of conflict is still possible can occur.

Keywords : Conflict Resolution, Communication Efforts, Ahmadiyya.