Resolusi Konflik Umat Beragama - Journal Portal

12
Sertifikasi kompetensi Guru Resolusi Konflik Umat Beragama Melalui Pendidikan Agama Oleh H. Imam Moedjiono Iftitah Perblncangan mengenal agama seolah tidak pernah surut dari perdebatan publtk. BagI mayorltas orang, agama dianggap menyentuh baglan yang paling dalam dan paling asasi pada kehidupannya dan tterasa amat dekat, bahkan telah menjadi urat nadi kehidupan manusla. Namun kadangkala kerap pula terasa begitu jauh yang tampak pada adanya konflik, kekerasan, penindasan, peperangan, bahkan pembunuhan atas nama agama. Belakangan agama sering "ditampllkan" sekelom- pok orang dengan wajah "bringas", seolah-olah agama telah kehilangan wajah ramah dan penuh kasih sayang. Beberapa berita utama televlsl atau surat kabar dl dunia rpenampilkan judul-judul yang mengundang stigma negatif pada agama tertentu seperti: "Hindu dan Muslim dl Ujung Peperangan Khasmir", "Kristen Serbia diadill atas Pelaku TIndak Kekerasan Terhadap Muslim Bosnia", "Milltan Yahudi Membunuh Puluhan Kaum Muslim dl Kamp Pengungsian", "Militan Muslim Menewaskan Belasan Orang Israel Melalui Bom Bunuh Dirl di Restoran Pizza Yerussalem", "Pemerlksaan Pengadllan Mulai Mengarah kepada ' Menteri Kristen Fundamentalis dalam Kasus Dokter Aborsl", dan masih banyak lagi judul- judul berita yang potenslal menda- tangkan stigma negatif pada agama. Orangpun bertanya-tanya, ada apa dengan agama? Benarkah, agama mampu membuat umatnya memiliki rasa percaya diri menghadapi kemajuan llmu pengetahuan dan teknoiogi ? Mampukah agama menjamin pemeluknya tetap eksis pada hyper competive era ? Apakah agama mengandung unsur-unsur yang melegitimasi kekerasan, atau teror? Dalam korldor semacam inl, sangat beralasan apabila ada kalangan yang mengatakan bahwa agama merupakan sumber konflik dan mendatangkan masaiah yang cenderung befsifat anakronistik (tidak cocok untuk zaman tertentu). Akan tetapi, menyatakan agama semata- mata sebagai sumber konflik, jelas tidak arif dan a-historls. Selama berabad-abad bisa dllihat iman yang memperteguh kehidupan telah menopang dan memberi makna bagi jutaan manusla. Tepat apabila ada yang menyatakan , berbicara tentang agama berarti berbicara tentang sebuah paradoks. '' Drs. H. Imam Moedjiono, MAg., Ketua Jurusan Tarblyah dan Dosen FIAI Ull Yogyakarta JPIFIAIJurusan Tarbiyah VolumeXII Tahun VIIIJun}2005 99

Transcript of Resolusi Konflik Umat Beragama - Journal Portal

Page 1: Resolusi Konflik Umat Beragama - Journal Portal

Sertifikasi kompetensi Guru

Resolusi Konflik Umat BeragamaMelalui Pendidikan Agama

Oleh H. Imam Moedjiono

Iftitah

Perblncangan mengenal agamaseolah tidak pernah surut dariperdebatan publtk. BagI mayorltasorang, agama dianggap menyentuhbaglan yang paling dalam dan palingasasi pada kehidupannya dan tterasaamat dekat, bahkan telah menjadi uratnadi kehidupan manusla. Namunkadangkala kerap pula terasa begitujauh yang tampak pada adanyakonflik, kekerasan, penindasan,peperangan, bahkan pembunuhanatas nama agama. Belakanganagama sering "ditampllkan" sekelom-pok orang dengan wajah "bringas",seolah-olah agama telah kehilanganwajah ramah dan penuh kasih sayang.

Beberapa berita utama televlslatau surat kabar dl dunia rpenampilkanjudul-judul yang mengundang stigmanegatif pada agama tertentu seperti:"Hindu dan Muslim dl UjungPeperangan Khasmir", "Kristen Serbiadiadill atas Pelaku TIndak Kekerasan

Terhadap Muslim Bosnia", "MilltanYahudi Membunuh Puluhan Kaum

Muslim dl Kamp Pengungsian","Militan Muslim Menewaskan Belasan

Orang Israel Melalui Bom Bunuh Dirl diRestoran Pizza Yerussalem","Pemerlksaan Pengadllan MulaiMengarah kepada ' Menteri Kristen

Fundamentalis dalam Kasus Dokter

Aborsl", dan masih banyak lagi judul-judul berita yang potenslal menda-tangkan stigma negatif pada agama.

Orangpun bertanya-tanya, adaapa dengan agama? Benarkah, agamamampu membuat umatnya memilikirasa percaya diri menghadapikemajuan llmu pengetahuan danteknoiogi ? Mampukah agamamenjamin pemeluknya tetap eksispada hyper competive era ? Apakahagama mengandung unsur-unsuryang melegitimasi kekerasan, atauteror?

Dalam korldor semacam inl,sangat beralasan apabila adakalangan yang mengatakan bahwaagama merupakan sumber konflik danmendatangkan masaiah yangcenderung befsifat anakronistik (tidakcocok untuk zaman tertentu). Akantetapi, menyatakan agama semata-mata sebagai sumber konflik, jelastidak arif dan a-historls.

Selama berabad-abad bisa dllihatiman yang memperteguh kehidupantelah menopang dan memberi maknabagi jutaan manusla. Tepat apabila adayang menyatakan , berbicara tentangagama berarti berbicara tentangsebuah paradoks.

'' Drs. H. Imam Moedjiono, MAg., Ketua Jurusan Tarblyah dan Dosen FIAI UllYogyakarta

JPIFIAIJurusan Tarbiyah VolumeXII Tahun VIIIJun}2005 99

Page 2: Resolusi Konflik Umat Beragama - Journal Portal

H. Imam Moedjiono, RESOLUSI KONFLIK UMATBERAGAMAMELALUI PENDIDIKAN AGAMA

Sisi mengkhawatirkan sekarangadalah jika paradoks tersebut berjalansemakin timpang. Beberapa dasa-vyarsa terakhir kita melihat serangkaiantragedi yang dipandang bernuansakeagamaan, semisal teror 11September 2001, bom Bali, kasus gasberacun Aum Shinrikiyo pimplnanAsahara Shoko di Jepang, bomOklahoma, Perang Khasmir, peng-hancuran Afganistan, konflik Israeldengan Palestina yang tidakberkesudahan, bunuh diri massal dlPeople Temple pimplnan Jim Jones dlGuyana, gerakan David Koresh dlTexas, dan lain sebagalnya. Ataudalam spektrum kecll keindonesiaanseperti kasus Poso, Ambon, Papua,Aceh, bom Marriott, Ketapang,kupang, SItubondo, bom Natal, danyang semacamnya.

Masyarakat Indonesia dengantingkat kemajemukan yang tinggi balketnik, budaya, ras, bahasa, dan agamamerupakan potensi sekailgusancaman. Beberapa konfllk bernuansaSARA diatas, sering dlkaltkan dengankegagalan bangsa Inl dalammemahami piuralitas. Secara spesiflkpendldlkan juga dituding telah gagalmenjalln kebaragaman melalulpendldlkan yang melampaul sekatagama {Syamsul Maarif, 2005).

Seolah-olah wajah teduh agamasemakin hllang dan yang terslsahanyalah kebrlngasan, dan belakang-an, atas semua yang terjadi itu,membuat agama dipandang sebagalsebuah nama yang sarat konfllk,membuat gentar dan cemas banyakkalangan. Dengan menunjuk tragedi11 September 2001 sebagal punoakeskalasi kekerasan bertopengkanagama, banyak orang klan dicekam

peslmlsme tentang peran agama dlawal fajar mllenlum ini.

Hal Inl seakan mewaklli

kecemasan umat manusia akan

potensi penyalahgunaan agamatersebut. Buku karya Charles Kimball(2003) berjudui Kala Agama JadiBencana, berhasll memetakan secaracantik beragam potensi dan asal-usulkekerasan setlap agama, sembaritIdak lupa mengguratkan pelbagalkemungklnan perbaikan yangmendukung kembaWnya khittah agamasebagal penebar cinta, kaslh sayangdan perdamalan antarsesama.

Teori-teorl Penyebab KonfllkKonfllk merupakan hal alamiah

yang telah ada sejak manusiadiclptakan. Dalam kehldupan, konfllkmerupakan sesuatu yang mendasardan esenslal, serta mempunyalpotensi distruktif maupun konstruktlf.Inl dimungklnkan karena di dalamnyamengandung variable yang bergerakbersamaan secara dinamis dan

sekailgus merupakan proses yangwaj'ar pada suatu kelompok ataumasyarakat.

Mesklpun konfllk merupakan halalamiah dan mampu menumbuhkandinamlka, dapat menjadi persoalanserlus j'lka sudah memuncak danmengganggu ketentraman hidup ataubahkan membahayakan jlwa. Over-dosls konflik seialu kontraproduktlfdalam organlsasi. Oleh karena itu,yang penting dllakukan adalah,bagalmana me-managenya.

Simon Fisher (2001), dalamMengelola Konflik : Keterampiian &Strategi Untuk Bertindak,mengemukakan teori-teori tentangpenyebab terjadinya konfllk yangantaralain:

100 JPIFIAIJurusan Tarbiyah VolumeXII Tahun VIIIJuni2005

Page 3: Resolusi Konflik Umat Beragama - Journal Portal

1. Teori hubungan masyarakatmenganggap bahwa konflikdisebabkan polarisasi yang terusterjadi, ketidak percayaan danpermusuhan kelomppk yangberbeda dalam suatu masyarakat.Sasaran yang ingin dicapai teoriin) adalah:

a. Menlngkatkan komunlkasidan saiing pengertlan antarakelompok-kelompok yangmengalami konflik.

b. Mengusahakan toieransi danagar masyarakat lebih bisasaiing menerima keragamanyang adadi dalamnya.

2. Teori negosiasi prinsip menganggap bahwa konflik disebabkan 4.oleh posisi-posisi yang tidakselaras dan perbedaan pandang-an tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.Sasaran yang Ingin dicapai teoriini adalah:

a. Membantu pihak-pihak yangmengalami konflik untukmemisahkan perasaanpribadi dengan berbagaimasalah dan isu, danmenciptakan kemampuanuntuk melakukan negosiasiberdasarkan kepentingan-

. kepentingan daripada posisitertentu yang sudah tetap.

b. Melancarkan proses penca-paian kesepakatan yangmenguntungkan kedua belah 5.pihak atau semua pihak.

3. Teori Kebutuhan ManusiaBerasumsl bahwa konflik yangberakar disebabkan oleh

kebutuhan dasar manusia (fisik,mental, dan sosial) yang tidakterpenuhi atau dihalangi.Keamanan, identitas, pengakuan,

SERTIFIKASIKOMPETENSIGURU

partislpasi, dan otonpmi seringmerupakan inti pertibicaraan.Sasaran yang ingin dicapai teoriini adalah:

a. Membantu pihak-pihak yangmengalami konflik untukmengidentifikasi dan meng-upayakan bersama kebutuhan yang tidak terpenuhi, danmenghasilkan pilihan-pilihanuntuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan itu.

b. Agar pihak-pihak yang meng-alami konflik mencapaikesepakatan untuk memenuhi kebutuhan dasar semua

pihak.Teori Identitas Berasumsl bahwa

konflik disebabkan identitas yangterancam, yang sering berakarpada hilangnya sesuatu ataupenderltaan di masa lalu yangtidak.diselesaikan. Sasaran yangingin dicapai teori iniadalah:a. Melaluifasilitaslokakaryadan

dialog antara pihak-pihakyang mengalami konflikdiharapkan dapat mengidentifikasi ancaman-ancaman

dan ketakutan yang dirasa-kan masing-masing danuntuk membangun empatidan rekonsiliasi.

b. Meraih kesepakatan bersamayang mengakui kebutuhanidentitas pokok semua pihak.

Teori Kesalahpahaman Antar-budaya Berasumsl bahwa konflikdisebabkan ketidakcocokan

dalam cara-cara komunlkasi

berbagai budaya yang berbeda.Sasaran yang ingin dicapai teoriini adalah:

a. Menambah pengetahuanpihak-pihak yang mengalami

JPIFIAI Jurusan Taibiyah Volume XII Tahun Vlli Juni 2005 101

Page 4: Resolusi Konflik Umat Beragama - Journal Portal

H. Imam Moedjiono, resolusi konflik umat beragama melalui pendidikanAgama

Wajar saja bila orang menggugatdan. berpendapat demikian» karenapada dataran realita , itu yang terjadi.Hanya karena berbeda agama dansedikit polemik, tega membunuh danmenyaklti. Hanya karena berebutpengikut (umat) saling menyudutkandan mencaci. Kejadian seperti inibukan hal yang baru dan tidak hanyaterjadi sekall dua kali, namun seringkali terulang dan terulang lagi hinggaberakhir dengan jatuhnya korban jiwadan kemelaratan serta. penderltaanberkepanjangan.

Itu adalah kondlsl rill dl lapangandan menjadi menu rutin hampir dalamsetiap pemberltaan dalam maupunluar negeri. Namun jika kemudiansecara membabi buta orang member!stigma kepada agama sebagai pemlcukonflik yang memiliki potensi untukmendatangkan bencana kemanuslaanitu, nampaknya masih perludipertanyakan. Agama, padadasarnyamengajarkan kasih sayang terhadapsesama manusta, apapun agama,

kepercayaan, ras, serta bangsanya.Pertanyaan yang muncul disini,

mengapa banyak orang beranggapanbahwa apa yang dllakukannya padadasarnya telah mendapatkanlegitimasi darl Alkitab (Taurat, Injil, al-Quran dan yang lainnya)? Banyakorang ataupun kalangan yangmengutip ayat-ayat al-Quran ataupunal-Hadls tentang izin berperang dantidak jarang membawa tulisan ismAllah Yang Maha Pengasih danPenyayang untuk mengobarkanperang suci tersebut. Ironis sekall.

Apa memang benar semuapermasalahan, terlebih lagi . yangberkaitan dengan agama lain, harusdiselesalkan dengan jalan kekerasandan perang {qital)7 Tidak adakah jalan

yang lebih manuslawi, aman dannyaman serta menyelamatkan selainperang? Apakah musyawarah yangdisarankan oleh kitab suci menjaditidak berlaku dalam masalah yang satuIni?

Apakah Islam maknanya bukanperdamalan sebagaimana dipahamiselama Ini? Bukankah ajaran Kristenadalah cinta>kaslh? Pertanyaan untuksemua agama yang membenarkanpertikaian dan pertumpahan darahtersebut - adalah, apa sebenarnyatujuan yang hendak dicapai darlpertumpahan darah tersebut?Memaksakan hanya ada satu agamadan kepercayaan dl muka bumi ini?Mungkinkah itu? Apakah tidakbertentangan dengan sunnatullahsendiri yang dalam an-Nahl: 93 Allahmenyatakan, "Dan kalau Allahmenghendaki, niscaya Ola menjadlkankalian satu umat saja. Tetapl Allahmenyesatkan slapa yang dlkehendakl-Nya dan memberl petunjuk kepadaslapa yang dIkehendakl-Nya. Dansesungguhnya kalian akan dimintalpertanggungjawaban atas apa yangtelah kalian lakukan"? Akan banyak lagipertanyaan yang diberondongkan dariyang menghendaki perdamalan antarpemeluk agama, tanpa adanya konflik.

Pangkal KonfllkAntar AgamaTimbulnya konflik keagamaan

yang diawali adanya perasaan salingcuriga dan akhirnya saling memusuhiantar umat beragama Itu, tidak laindiantaranya karena: Pertama, adanyacara pandang yang kurang tepat parapemeluk agama terhadap ajaran sertatentang fungsi agama itu. Kedua,adanya upaya memaksakan kehendakoleh satu golongan kepada yanglainnya. Ketlga, karena agama-agama,

104 JPIFIAI Jurusan Tarbiyah Volume XII Tahun VIII Juni2005

Page 5: Resolusi Konflik Umat Beragama - Journal Portal

justru lebih ditampakkan sebagaisesuatu yang saling kontradiktif antarayang satu dengan yang lainnya.

Fenomena tersebut tentu sajaberkaitan erat dengan interpretasi danparadigma yang dipakai oleh umatberagama yang sedemikian eksklusif,sehingga semakin mengarah padaakumulasi pembenaran sepihak. Klaimkebenaran {truth claim) dan fanatlsmebuta kemudian muncul daiam. bentukyang nyata menganggap hanya dalamaganianya kebenaran beradasedangkan yang lainnya tidak, "otherreligions are false paths, that misleadtheir followers" {Ajith Fernando,Republlka,24 Juni 2000).

Seandainya hal tersebut tidakmengemuka dan menjadi sikapberagama masing^masing umatberagama terhadap umat yanglainnya, terutamayang minoritas, tentutidak menjadi masalah krusiai. Namun,jika mengemuka dan menjadi sikapberagama, maka di siniiah pangkalawaiterjadinyabenturan (clash) antarapenganut agama yang berbedatersebut.

Benturan antar penganut agamabukaniah hal yang baru. Kristen Eropadan Islam Timur Tengah pernahberbenturan selama beratus>ratustahun lamanya dalam Perang Salib. DiIriandia Utara, umat Katolik danProtestan saling bermusuhan.Kashmir, penganut agama Hindu danumat Muhammad saiing bersitegang.Sri Lanka, kaum Budha dan kelompokHindu saling bercakar-cakaran. India,kaum Sikh dengan Muslim Indiasalingberbenturan. DI Palestina, Yahudimelakukan pengusiran dan tindakkekerasan terhadap orang-orangKristen dan Muslim.

Sertifikasi Kompetensi Guru

Meiihat realita demikian, umatberagama terkadang merasa frustasi.ApalagI ketika membuka kembaii ayat-ayat al-Quran, bahwa Tuhan memangmenciptakan umat tidak hanya satunamun berbeda-beda dan mempunyaipotensi serta kecenderungan untuksaling berseiisih dan mengalamikonflik. Namun. demikian, tidakdibenarkan jika kemudian umatMuslim menutup mata dan tidakberusaha melakukan apa-apa bagiterwujudnya apa yang disebut denganperdamaian hakiki,tersebut.

Perdamaian sebenarnya bukanhanya sekedar.klise. Tuhan, denganberagamnya jalan (syir'ah wa minhaj)tersebut ingin menguji manusia,seberapa dewasa memahami niiai-nilai yang diturunkan melalui KitabSuci-Nya dan seberapa bijakmenghadapi polemik serta benturan.Selanjutnya Tuhan akan memintapertanggungjawabannya.

Agama islam diturunkan Tuhansebagai Va/jmaf", artlnya bukti kasihsayang Tuhan terhadap makhluk-Nya.Dalam surat al-Hasyr ayat 23, misalnyaTuhan menyatakan telah menurunkanagama untuk menjadi pedoman hidupbagi manusia. Makna dari kata Islamadaiah damai, bahkan kalimat inlterulang sebanyak 42 kali dalam aLQuran (QuraisySyihab, 2000)

Islam, melalui Nabi saw memberi-kan pesan moral bagi umat manusia,"Wahai manusia tebarkanlah salam(perdamaian atau rasa damai), berilahorang lain makan, sambunglahhubungan kasih sayang, dan shalatlahkamu di waktu manusia biasanya tidurniscaya engkau masuk surga dengansenfausa".(AbuZakariaYahya, 1994).

Makna "saiam" dalam hadis yangsangat masyhur tersebut tentu tidak

JPIFIAIJurusan Tarbiyah VolumeXII Tahun VIHJuni2005 105

Page 6: Resolusi Konflik Umat Beragama - Journal Portal

H. Imam Moedjiono, RESOLUSI KONFLIK UMAT BERAGAMA MELALUI PENDIDIKAN AGAMA

Konflik horisontal Islam • danKristen selalu menjadi diskursus yangtidak ada habisnya. Perbedaanmendasartentang konsep ke-Tuhananseolah menjadi dinding pemlsahhubungan yang wajar dan harmonisantar pemeluknya. Sentimen duakelompok penganut anak cucuIbrahim juga terjadi dalam banyakdimensi seperti sosial, politik, ekonomidan budaya.

Tidak bisa ditutup-tutupi,antagonisme pemeluk Islam danKristen merupakan realita. Banyakpihak menepis konflik tersebut,misalnya kasus Ambon. Namun tidaksedikit pula yang memberikanafirmasi. Sejarah juga telahmenunjukkan bagaimana konflik duaagama ini, termasuk Yahudi, telahberupa sejarah panjang. Air mata dandarah menjadi saksi, bagaimana relasiantara keduannya telah menghasilkankekerasan.

Dua tahun menjeiang lengsernyaPresiden Soeharto, tahun 1996 terjadikerusuhan SARA di Situbondo. Ketika

itu, sejumlah gereja dibakar, begitupula sejumlah sekolah dan pantiasuhan. Bahkan sebuah rumah yangdihuni oleh seorang pendeta hangusberikutkeluarganya. Ini hanyabermuladari kekecewaan massa ataskeputusan Pengadilan NegeriSitubondo yang hanya menjatuhkanhukuman 5 tahun penjara atas seorangterdakwa, Saleh, pemuda yangmempelajari Islam secara tidak utuh,kemudlan melecehkan status NabIMuhammad SAW, dan melecehkan KHAs'ad Syamsul Arifin, denganmengatakan bahwa klai tersebut matidalam kesesatan.

Tahun 1998, tidak lama setelahPresiden Soeharto lengser, terjadi

kerusuhan di Ketapang. Berawai dariperkelahlan anak muda di sekitarrumah judi, kemudlan menewaskan 14orang, merusak sebuah mushala, danmerobohkan leblh dua puluhbangunan gereja dan sekolah milikumat Kristiani. Selain itu sempat pulamenimbulkan penjarahan di sejumlahtoko dan pembakaran mobil-mobllpribadi. Tidak terduga umat KristianiKupang melakukan perusakan atasrumah ibadah dan aset umat Islam disana. Peristiwa di Kupang itu adalahpelampiasan amarah yang dinilal olehsebagian umat Islam sebagai balasdendam. Pemerintah dan sejumlahkalangan menilai sebagai hasilrekayasa pihak tertentu atau hasilketidakpuasan masyarakat di bidangsosial-politik.

Usai Kupang, meietus perangAmbon Manise, yang juga berawai dariperkelahlan anak muda di angkutankota, lalu terjadi Idul Fitri berdarahyang menewaskan ratusan Muslim.Hampir empat tahun, Ambon menjadikota mati. Kata orang, suara merduNyong dan Nona Ambon berubahmenjadi tanglsan memilukan. Bauharum pala dan cengkih berganti bauamis darah permusuhan. Asap-asappesta selamatan dan kenduri,berganti asap mesiu dan sisareruntuhan rumah ibadah serta pusatpertokoan yang dilalap api. Pelagandong persaudaraan bergantidengan palu godam perseteruan.Sampai akhlrnya digelar perundlngandamal di Sulawesi Selatan, untukperdamaian Ambon, yang dikenalsebagai PerjanjianMalino II.

Sementara Ambon berkecamuk,meledak pula perang di Poso.Sejumlah rumah ibadah, pusatpertokoan, wadah pendidikan hancur.

108 JPIFIAI Jurusan Tarbiyah Volume XII Ta/jun VIII Juni 2005

Page 7: Resolusi Konflik Umat Beragama - Journal Portal

Pesantren Wallsongo musnah terbakarbersama santri dan guru-gurunya,tiada yang terslsa. Kristenpun akhirnyakehilangan sejumlah wiiayahpemukiman, rumah ibadah, wadahpendidlkan, dan keglatan ekonomi.Kalah jadt abu menang jadi arang.Akhirnya perang Poso pun berakhirsetelah digelar Pefjanjian DamalMalino I, rriendahului perjanjian damaluntuk Ambon.

Kerusuhan Kupang danKetapang, sulit untuk dikataikan tidakmemiliki benang merah. Di Ketapang,gereja-gereja Kristen Protestan dansekoiah-sekolah Kristen Katholikdibakar. Kemudian dl Kupang, masjidyang dibakar. Terakhir, kerusuhandengan pola sejenis terjadi di Ambondengan lebih dashyat dan memprl-hatin-kan, sehingga patut disebutsebagal "tragedl naslonal" yangmemllukan sekallgus memalukansebagai bangsa besar dan seringdikatakan beradab.

Apabila dirangkai, darl berbagaikasus kerusuhan tersebut terlihat

bahwa asal mulanya bukan terletakpada kbnfllk agama. Sebelum Kupang,Ketapang dan Ambon, tragedlSitubondo, Karawang danTaslkmalaya juga dipicu oleh masalahyang tidak bersangkut paut denganagama secara langsung. Lantas, yangperlu dipertanyakan adaiah "Whatcan'the government do?". Apakah denganmencari setiap "aktor intelektual"ataupun "provokator" dalam setiapkasus kerusuhan dapat menyelesai-kan masalah?-

Marcus Mietzner, memandang diIndonesia telah membudaya angga-pan bahwa pada setiap kerusuhanselalu ada "aktor inteiektuar'-nya.Anggapan tersebut adaiah budaya

Sertifikasi Kompetensi Guru

peninggaian Orde Baru yangmenerapkan ideologi "harmoni" semu.Selalu ada "kambing hitam" denganmengabaikan usaha kongkret sebagaisolusi yang diharapkan. Bllademikian,bisa jadI tidak semua kerusuhan yangberbau SARA ada yang merekayasa.Tingkat pluralltas Indonesia yangsangat tinggi dengan pemahamaniman yang belum memadai, dapatmempermudah konflik semacam itumuncul.

Para ulama dan pemuka agamamengutuk keras terhadap berbagaikerusuhan yang berlatarbelakangagama. Rohaniwan secara normatifmenyerukan umatnya untuk menahandiri dan tidak mudah dihasut isu-isu

yang tidak jelas. Seruan itu tampakIndah, karenadidasarkan pada phnsipkerukunan antar umat beragama.Adanya kerusuhan berlatarbelakangagama dengan Intensitas yang kinisemakin besar, mengindikasikanrealita bahwa upaya merukunkan umatberagama dl Indonesia belum berhasil.Oleh karena itu, tingkat pemahamanterhadap "kemajemukan sangatdiperlukan. Dengan kesadaran dantanggungjawab bersama dari semuapenganut agama, serta bahu-membahu antara elemen dankomponen bangsa, niscaya akandiperoleh "makna kebangsaan".

Masalah adaiah, mengapa begitumudah umat beragama teriibat konflikdengan melamplaskan amarah yangsedemikian dahsyat? Artinya,mengapa umat Islam dan umat Kristenbegitu mudah direkayasa (jika benar)untuk melakukan kerusuhan? Hal ini

perlu dillhat dan dikaji. secaramendalam. Tidak untuk mencarikambing hitam atau mencari siapayang bersalah, tetapi sebagai

JPIFIAI Jurusan Tarbiyah Volume XII Tahun VIII Juni 2005 109

Page 8: Resolusi Konflik Umat Beragama - Journal Portal

H. Imam Moedjiono, resolusi konflikumat beragama melalui pendidikan Agama

antisipasi agar peristiwa serupa tidakterulang iagL

Berdasar pengalaman masa lalu,peran media balk cetak maupunelektronlk sangatlah besar, karenamedia massa berpotensi meredamatau membakar konflik keagamaan.Komltmen pengelola media untukmenjaga keutuhan bangsa, sangatdibutuhkan dalam mewujudkankehldupan berbangsa menujumasyarakat yang adil dan makmurdibawah curahan rahmat Tuhan YangMaha Esa.

Dlsamping Itu,good willpara guruagama dan para da'l atau misslonarls,tIdak kalah penting. Denganmemberlkan dasar-dasar keagamaanagar dihayati dan diamalkan, sertadasar-dasar kehldupan bersama dltengah masyarakat plural dalamsemangat saling menghormati tanpamengurangi keyaklnan terhadapkebenaran kepercayaannya, makakonflik keagamaan akan dapatdiellmlnlr.

Sebagian pakar menengaral,bahwa timbulnya konflik yang seringmenjurus pada dehurhanisasi, antaralain ditimbulkan oleh InterpretasIterhadap kitab suci. SIkap radlkal danfundamental menjadikan InterpretasIyang rigid terhadap kItab dankemudlan membentuk sIkap eksklusif,bahkan ada yang menlstakan yanglalnnya.

Cendiklawan Islam dan Kristen

menuliskan interpretaslnya ke dalamtullsan-tullsan dengan berbagalmotivasi. Sebagian yang lainmenyampalkannya langsung secaraoral kepada pemeluknya. Sebagianpemeluk agama tersebut ada yangtetap memegang pemahamannya,tetapl kadang terpengaruh untuk

bersikap toleran atau sebaliknya.SIkap Intoleran mengawall segalamacam konflik serta menghasilkansIkap prejudice dan menyalahkanbahkan mengalahkan yang lalnnya.

Dl Indonesia, cendiklawan Islamyang concern dalam urusan keumatanbanyak yang menulls buku tentangagama Kristen. Demlklan pulasebaliknya cendiklawan Kristenmelakukan hal yang sama sehingga.Karya-karyanya tersebar luas dandijual bebas dl pasaran. Padaumumnya tullsan tersebut didasarlkegellsahan Intelektual penulisnyadalam menylkapl permasalahan yangada, serta kenglnan mencarl jawaban.Demlklan juga yang membaca. Satudiskursus yang sangat menarik untukdijadikan bahan penelltlan lanjutan.

Dengan demlklan perlu kiranyadibahas resolusi konflik umat

beragama melalui dialog emanslpa-torls: Telaah hubungan Islam-Krlsten

Dialog EmanslpatorlsDl tengah meningkatnya gejala-

gejala konflik dan kekerasan, dapatdiamati terjadlnya kecenderunganpenurunan semangat dialog Intra danantaragama. Kalaupun dialog-dialogdiselenggarakan, hanya secaraadhocdan sporadls, tIdak secara regular danterencana. Akibatnya, upaya penyele-salan konflik tIdak pernah secaratuntas, apalagi menyelesalkan secaraleblh menyeluruh, akar-akar danaktuallsasi pertlkalan dan konflik.Kecenderungan inlsedlkit mengheran-kan dan Ironis, karena seharusnyadialog Intra dan antaragama semakindltlngkatkan.

Menurunnya dialog Intra danantaragama juga berkaltan eratdengan merosotnya peran lembaga-

110 JPIFIAI Jurusan Tarbiyah Volume XII Tahun VIII Juni 2005

Page 9: Resolusi Konflik Umat Beragama - Journal Portal

lembaga yang dapat memainkanperanan kunci masalah ini.Departemen Agama, yang pada masaOrde Baru memainkan peran sentraldalam dialog-dialog intra danantaragama, kelihatan kehilanganfokus, orientasi, dan momentum untukmendorong kehidupan keagamaanyang lebih toleran, harmonis, danhidup berdampingan secara damai.Tema-tema tentang kerukunan hidupberagama hanya muncul secarasporadis dari pejabat-pejabat tinggiDepartemen Agama.

Pada saat yang sama, majelis-majells keagamaan yang merupakanrepresentasi masing-masing umatberagama, seperti MUl, PGI, KWI,Parisadha Hindu Dharma, dan Walubi,kehilangan elan vitalnya. Majells-majelis ini lebih banyak meresponsperkembangan politik dan isu-isusesaat atau bahkan sibuk dengankonflik internal di antara berbagaikelompok, aliran, atau denominasi{Azra, Republika25 November2004).

Masih berlangsungnya kebekuanatau kurangnya sikap proaktif majelis-majelis beberapa tahun terakhir inijelas tidak menguntungkan. Di tengah .kecenderungan meningkatnya friksidan konflik yang bernuansa keagamaan, sudah waktunya mengambillangkah-langkah proaktif terjadinyarejuvenasi dialog-dialog intra danantaragama.

Secara etimologis, kata dialogberasal dari bahasa Yunani, dia-iogos,yakni bicara dua pihak. Secaraterminologi, kata iniberarti pembicara-an atau percakapan di duaorang/pihak atau lebih berkenaandengan subyek atau tema tertentuguna terjadinya saling pengertian dankesepahaman yang dapat meningkat-

sertifikasi Kompetensi Guru

kan kerja sama dan toleransi di antaramereka. Prof Dr. H.A. Mukti All, gurubesar perbandingan agama danMenteri agama pada awal 1970-an,salah satu pemrakarsa terpentingdialog antaragama, menyatakandialog lebih tepat diartlkan sebagaikomunikasi di antara orang-orangberiman untuk mencapai kebenarandan kerja sama guna kemaslahatanbersama.

Lalu, Leonard Swidler sebagai-mana dikutip Azra (Republika 25November 2004), merumuskan, dialog(intra dan antaragama) sebagaipercakapan antara dua orang ataulebih yang memiliki pandanganberbeda, yangtujuan utamanya salingbelajar sehingga peserta dialog dapatmengubah pandangannya danmeningkatkan pengalamankeagamaannya. Menurut Daya (2004)tujuan dialog antar agama diarahkankepada penciptaan hidup rukun,pembinaan toleransi, pembudayaanketerbukaan, pengembangan rasasaling menghormati, salingpengertian, membina Integrasi,berkoeksistensi diantara penganutpelbagai agama dan sebagainya.

Dialog emansipatoris dapatdiartlkan sebagai percakapan yang"mernbebaskan" karena terjadipertukaran dan pemahaman timbalbalik yang lebih balk. Kondisi terakhirinidapat "mernbebaskan" pihak-pihakyang terlibat dari prasangka, bias,persepsi tidak akurat, kecurigaan, danbahkan sikap bermusuhan dan salingmembenci, yang potensia! mencipta-kan konflik yang dapat berujung padakekerasan.

Dialog intra dan antaragama bisabetul-betul emansipatoris jika tigasyarat bisa dipenuhi. Pertama, dialog

JPIFIAI Jurusan Tarbiyah Volume XII Tahun VIII Juni 2005 111

Page 10: Resolusi Konflik Umat Beragama - Journal Portal

H. Imam Moedjiono, resolusi konflik umatberagama melalui pendidikan Agama

dilakukan dengan penuh keterbukaan,keterusterangan, keberanian, dankejujuran. Dialog antaragama tidakakan emansipatoris, jlka peserta tidakterbuka, menutupi hal-hal tertentu,sehingga hanya basa-basl. Kedua,dialog disertai kemauan dan iktikadsaling mendengar dan mengemuka-kan pendapat dengan penuhkeseimbangan dan kesetaraan.Ketiga, dialog disertai kesiapanmengubah pandangan dan persepsiyang selama ini keliru, dan salingmembuka dirl untuk menerlmakebenaran dari berbagai pihak

Resolusi Konflik Keagamaan MelaluiPendidikan

Salah satu aspek penting dalamresolusi konflik antar umat beragamadalam rangka mengembangkankeberagamaan yang inklusif danpluralis sebenarnya adalahpendidikan, terutrama pendidikanagama. Sayangnya, aspek pendidikan(agama) selama in! kurang menyentuhhal tersebut, karena pendidikanagama hanya dipandang sebagalpersoalan pinggiran yang tidaksignifikan.

Pendidikan (dalam arti umum)adalah basis atau dasar untukmenciptakan SDM dan pembentukankarakter suatu bangsa. Pendidikan,sebagalmana ditegaskan AhmadSyafii Ma'arif dalam Ahmad FuadFananI (2001), sesungguhnya jugawahana paling efektif untukinternalisasi nilai-nilai demokrasi,pluralisme, dan inklusivisme.

Pendidikan dl Indonesia selama

Orde Baru,. hanya sebagal prosespemenuhan kewajiban yangcenderung bersifat proyek instan,sehingga yang terjadi hanya sekadar

pembentukan manusiayang slap kerjadan menjadi pegawai. Di era OrdeBaru, pendidikan hanya disamakandengan pengajaran; aspek pembentukan sikap, kepribadlan, mental, dan 'kreatlvitas jauh dari jangkauanpendidikan. Hasil pendidikan modelOrde Baru tidak mengajarkan ataubahkan menjauhi sikap keberagamaan yang pluralis-inklusif. Ketika ituyang diajarkan justru yangmenumbuhkan sikap kebenaran danpembelaan yang terkadang dilakukansecara berlebihan pada agamanyasendiri.

Mengingat pendidikan zamanOrde Baru sebatas pengajaran, makasebagalmana proses transfer ofknowledge, mengandaikan siswasebagal obyek yang bisa dibentuksesuai kemauan guru. Meminjamistilah Paulo Freire, siswa menjadimanusia yang hanya memllikikesadaran magis, menerlma semuayang diterima sebagal kebenaranmutlak, tanpa kesadaran kritis.Padahal, pendidikan sebenarnyapembentukan manusia sempurnayang melalui proses dialogis,penghargaan kemanusiaan, dansaling menekankan kebebasan dankeadiian (/\zyumardiAzra,^999).

Kesalahan lain dalam dunia

pendidikan kita, menurut KautsarAzhari Noer (2001) adalah kurangnyaapresiasi terhadap pendidikanhumaniora. Justru yang digalakkandan dianggap prestisius, selama Ini,adalah pendidikan alam dan teknik

" yang cenderung rhekanlstik.Akibatnya, para siswa dan pendldik diIndonesia kurang bisa menghubung-kan aspek normatif suatu ilmupengetahuan dengan kenyataansosial yang terjadi dl sekitarnya.

112 JPIFIAI Jurusan Tarbiyah Volume XII Tahun VIII Juni 2005

Page 11: Resolusi Konflik Umat Beragama - Journal Portal

Pendekatan pendidikan, agamayang diterpkan di semua lembagapendidikan formai adaiah bersifatteoiogis dan scientific cum doctrinair.Meialui pendekatan ini, truth claim darireligositas siswa diharapkan dapattumbuh subur. Begitu pula dengandaya kritis teologisnya dapatberkembang daiam bingkai plurailsmeagama konvensional (Saerozi,2004).

Daiam pendidikan Barat, ilmuhumaniora memiliki kedudukan sejajardengan ilmu iama atau ilmu teknologiiainnya. Pendidikan humaniora adaiahpendidikan yang menekankan padareaiitas sosial, kepeduiian sosia!,pembentukan kesadaran, sertaperjuangan kemanuslaan dankeadilan.

Sebagai bagian sistempendidikan naslonal, pendidikanagama mengalami kondisi yang tidakjauh berbeda. Oleh karenanya,pendidikan agama seiama ini kurangbisa diharapkan kontribusinya daiampembentukan masyarakat yangmenghargai piurallsme dan tidakmenunjang demokratisasl. Apaiagi,seiama ini para guru agama di sekoiahdan perguruan tinggi umumnya hanyamenekankan ajaran agama yangbersifat teoiogis-dogmatis, sehinggamakin membentuk chauvinisms rasa

kebenaran pada agamanya sendiri.Dampaknya, pengajaran agamamenjadi kurang menyentuh aspekreaiitas sosial yang sesungguhnya,tidak sampal pada persoalan akslnyata dari proses perilaku keagamaan.

Hal itu, menurut Amin Abdullah(2001), antara lain disebabkan olehmetode dan sistem pengajaranpendidikan agama. Pendidikan agamacenderung menekankan ekiusivitaskebenaran agama, mengabaikan

sertifikasi kompetensi Guru

aspek piuralitas serta Inklusivitas.Selain itu teks-teks yang dijadikanrujukan dan acuan mesti kembali kemasa iaiu, seperti Perang Salib,ekspansi bangsa Arab, danpemaksaan penyebaran agama-agama.

Kautsar Azhari Noer jugamenengarai, pendidikan agamaseiama Ini kurang menyentuh aspekfenomenologi agama yang bisamenemukan titik-titik persamaan untukkemanuslaan universal. Penekanan

yang kuat justru pada aspek teoiogisdan ritualitas formal yang banyaksekali perbedaannya.

Untuk itu, daiam rangkamembantu membangun kesepaham-an antar umat beragama, teiahdilakukan prakarsa langsung parapemuka masing agama meialui dialog-dialog yang dilakukan oleh para elitekeagamaan dl Indonesia. Namunhasilnyajarang yang sampal padaakarrumput, sehingga tingkat salingmemahami hanya terbatas padatingkat eiitnya saja. Di sinilah ietakperlunyasosialisasi hasil dialog.

Hasii-hasll dialog tersebut akanleblh cepat sampal pada sasarandapat ditempuh meialui jaiurpendidikan agama, dakwah/mlssionariatau media massa. Masing-masingjaiur tersebut memiliki kelebihan dankekurangan. Jaiur pendidikan dandakwah memiliki tingkat efektifitasyang tinggi karena audience dapatterlibat secara langsung, tetapimemiliki keterbatasan daya jangkau.Media massa memiliki daya jangkauyang iuas, tetapi tidak dapatmelibatkan audience secara langsung.Ketiga jaiur tersebut dapat didesaindengan skenarlo yang salingmeiengkapl dengan pembagian

JPIFIAI Jurusan Tarbiyah Volume XII Tahun VIII Juni2005 113

Page 12: Resolusi Konflik Umat Beragama - Journal Portal

H. Imam Moedjiono, resolusi konflik umat beragama melalui pendidikan agama

berdasar urgensi dan ketepatanmaterl..

Belakangan TVRl secara rutinmenayangkan dialog emansipatorlsyang dikemas secara cantik, denganmelibatkan berbagal kalangan terkalt.Kalau saja TV-TV swasta mengikutijejaknya dengan kemasan yang lebihmempesona, maka besar harapan kitauntuk mengellmlnasi friksi dan konflikkeagamaan secara permanen diRepublik yang kita cintai, Indonesia.

Berbagal Forum Kerukunan antarUmat Beragama dibeberapa daerahjuga telah berupaya keras untukmengeliminasi konflik dengan banyakmenggelar dialog emansipatorls.Kalau saja di semua daerah seringdigelar dialog serupa, besar harapankita untuk hidup dalam kedamaianabadi. Semoga.***

Kepustakaan

Daya, Burhanuddin, Agama DIalogis:Merenda dialektlka Ideallta dan

reallta hubungan antar agama,Mataram-Minang Lintas Budaya:Yogyakarta

Karen Armstrong 1996. Muhammad, ABiography of The Prophet. VictorGollancz: London

Kimbal, Charles, 2003, When ReligionBecome Evil, TerjemahanIndonesia NurhadI, "Kala AgamaJadlBencana", Mizan; Bandung

Maarif, Syamsul, 2005. PendidikanPluralisme di Indonesia, LogungPustaka: Yogyakarta

Marcel A. Boisard. Jihad: A

Commitment to Universal Peace

(Indianapolis, IN; American TrustPublications, 1988)

Saerozl, 2004. Politik PendidikanAgama dalam Era Pluralisme,Tiara Wacana; Yogyakarta

Watt, William Montgomery, 1996.Musllm-Crlstlan Encounter :

Perseptlon and Mlsperseptlon,Terjemahan Indonesia Zainuddin,*TItIk Temu Islam Kristen PersepsIdan Salah PersepsI ',Gaya MediaPratama: Jakarta

Wijardjo, 2002. Konflik : Bahaya atauPeluang, Pustaka Pelajar :Yogyakarta

Zaman, Ali ^oer (Ed.), 2000. AgamaUntuk Manusia, Pustaka Pelajar :Yogyakarta

Ajith Fernando, Republlka, 24 Juni2000

Azra, Republlka 25 November 2004

114 JPIFIAIJurusan Tarbiyah VolumeXH Tahun VI!IJunl2005