Abortus NEW (1)

41
BAB I PERSALINAN NORMAL 1. PERSALINAN / PARTUS 1.1. Definisi Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Partus normal / partus biasa Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Partus abnormal Bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi / ekstraksi, cunam, vakum, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya, atau lahir per abdominam dengan sectio cesarea. Beberapa istilah Gravida : wanita yang sedang hamil Para : wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable) In partu : wanita yang sedang berada dalam proses persalinan 1.2. Sebab terjadinya persalinan 1

description

ika

Transcript of Abortus NEW (1)

Page 1: Abortus NEW (1)

BAB I

PERSALINAN NORMAL

1. PERSALINAN / PARTUS

1.1. Definisi

Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus

melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar.

Partus normal / partus biasa

Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa

memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi

(kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.

Partus abnormal

Bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi /

ekstraksi, cunam, vakum, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya, atau lahir per

abdominam dengan sectio cesarea.

Beberapa istilah

Gravida : wanita yang sedang hamil

Para : wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable)

In partu : wanita yang sedang berada dalam proses persalinan

1.2. Sebab terjadinya persalinan

1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak,

nutrisi janin dari plasenta berkurang.

2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi

(pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.

3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang

terjadinya kontraksi.

4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen

mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi

pencetus rangsangan untuk proses persalinan.

1

Page 2: Abortus NEW (1)

1.3. Tiga “P” Faktor utama yang mempengaruhi persalinan

1. Power

His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan

kardiovaskular respirasi metabolik ibu.

2. Passage

Keadaan jalan lahir

3. Passanger

Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik

mayor)

(++ faktor2 “P” lainnya : psychology, physician, position)

Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut,

persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.

1.4. Pembagian fase/kala persalinan

Kala 1

Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan)

Kala 2

Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)

Kala 3

Pengeluaran plasenta (kala uri)

Kala 4

Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi

1.5. HIS

His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah

fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut

didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.

Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah lokus

minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan laihir) yang membuka, untuk mendorong isi

uterus ke luar. Terjadinya his, akibat :

2

Page 3: Abortus NEW (1)

1. Kerja hormon oksitosin

2. Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi.

3. Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.

His yang baik dan ideal meliputi :

1. Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus

2. Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus

3. Terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.

4. Terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his

5. Serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut

otot, akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka secara

pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internum

pun akan terbuka.

Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor :

1. Iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus

hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri.

2. Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum,

menjadi rangsang nyeri.

3. Keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas, atau

eksitasi).

4. Prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress

Pengukuran kontraksi uterus

1. Amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak

cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.

2. Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit).

3. Satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi).

Sifat his pada berbagai fase persalinan

1 Kala 1 awal (fase laten)

Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka

sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.

3

Page 4: Abortus NEW (1)

2 Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir

Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-

4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).

3 Kala 2

Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga

akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu

kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan

kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan

bayi.

4 Kala 3

Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun.

Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap

menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).

1.6. PERSALINAN KALA 1 :

FASE PEMATANGAN / PEMBUKAAN SERVIKS

Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin

lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir

yang tidak lebih banyak daripada darah haid.

Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio

serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir

kala I.

Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.

Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.

Fase aktif terbagi atas :

1. fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.

2. fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.

3. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).

Peristiwa penting pada persalinan kala 1

4

Page 5: Abortus NEW (1)

1. Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous

plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya

vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan

dinding dalam uterus.

2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan

mendatar.

3. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah

dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).

Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida berbeda

dengan pada multipara :

1. Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan

- pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga

langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan

2. Pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium

eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) -

pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo

ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)

3. Periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara

(+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien

primigravida memerlukan waktu lebih lama.

1.7. PERSALINAN KALA 2 :

FASE PENGELUARAN BAYI

1. Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap.

2. Berakhir pada saat bayi telah lahir lengkap.

3. His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat.

4. Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.

Peristiwa penting pada persalinan kala 2

1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.

2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.

5

Page 6: Abortus NEW (1)

3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)

4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis

sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.

5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan

lahir (episiotomi).

6. Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.

7. Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala:

a. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan

pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu

atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).

b. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari

daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi

otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi

dan menegang.

c. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari

diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-

bregmatikus (belakang kepala).

d. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran

ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala

melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.

e. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati

bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma,

dahi, hidung, mulut, dagu.

f. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan

sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior

sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.

g. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan

mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter

depan dan belakang, tungkai dan kaki.

6

Page 7: Abortus NEW (1)

1.8. PERSALINAN KALA 3 :

FASE PENGELUARAN PLASENTA

Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap.

Berakhir dengan lahirnya plasenta.

Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta

pengeluaran plasenta dari kavum uteri.

Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan

perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai

perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.

Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat

adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.

Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas

pusat.

Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.

(jika lepasnya plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae -

keadaan gawat darurat obstetrik).

1.9. PERSALINAN KALA 4 :

OBSERVASI PASCAPERSALINAN

Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi.

7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 :

1) Kontraksi uterus harus baik,

2) Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,

3) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,

4) Kandung kencing harus kosong,

5) Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,

6) Resume keadaan umum bayi, dan

7) Resume keadaan umum ibu.

7

Page 8: Abortus NEW (1)

BAB II

ABORTUS

1. DEFINISI

Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu

bertahan hidup. Atau definisi lain yang sering digunakan adalah keluarnya janin-neonatus yang

beratnya kurang dari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu (Cunningham, 2005).

2. EPIDEMIOLOGI

Sembilan puluh persen kasus abortus terjadi pada trimester pertama pada kehamilan

(Chan dan Johnson, 2008). Di Indonesia, kejadian abortus spontan diperkirakan sebanyak 10-

15%.

Sekitar 12-15% kehamilan secara klinis berakhir dengan abortus spontan pada usia

kehamilan 4-20 minggu. Abortus spontan merupakan kejadian yang paling sering terjadi dengan

insidens 50% dari semua kehamilan. Penyebab dari abortus ini adalah kelainan kromosom, faktor

endokrin, faktor inkompetensi serviks, imunologik dan infeksi, dan kelainan uterus.

3. ETIOLOGI

3.1. Faktor janin

Abnormalitas kromosom adalah hal yang utama pada embrio dan janinyang mengalami

abortus spontan, serta merupakan sebagian besar dari kegagalan kehamilan dini. Kelainan

dalam jumlah kromosom (autosomal trisomi, monosomi X dan poliploidi ) lebih sering

dijumpai daripada kelainan struktur kromosom. Abnormalitas kromosom secara

struktural dapatditurunkan oleh salah satu dari kedua orang tuanya yang menjadi

pembawa abnormalitas tersebut (Cunningham et al., 2005).

3.2. Faktor ibu

a. Infeksi (Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae,

Streptococcus agalactiae, herpes simplex virus, cytomegalovirus, and Listeria

monocytogenes)

8

Page 9: Abortus NEW (1)

b. Penyakit lain (kelainan endokrin: hipertiroid dan diabetes mellitus yang tidak

terkontrol, kelainan kardiovaskular: hipertensi atau penyakit gnjal, dan penyakit

jaringan ikat: SLE)

c. Malnutrisi berat

d. Pemakaian obat dan faktor lingkungan (tembakau, alkohol, kafein, radiasi,

kontrasepsi, toksin lingkungan)

e. Faktor imunologis (faktor autoimun, faktor aloimun)

f. Trombofilia herediter

g. Gamet yang menua

h. Laparatomi

i. Trauma (trauma langsung: cedera pada uterus dari luka tembak, atau trauma tidak

langsung: operasi pengangkaan uterus yang mengandung korpus luteum)

j. Cacat uterus (kelainan kongenital (distorsi) atau mengecilnya ukuran kavitas

uterus (unikomuat, bikomuat, septauterus), kelainan yang berhubungan dengan

dietilstilbestrol (T-shaped atau uterus hipoplastik dan juga mioma mukosa atau

intramural, bekas luka pada kavitas uterus pada dilatasi&kuretasem Asherman’s

syndrome, miomektomi)

k. Serviks inkompeten

3.3. Faktor ayah

Translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus.

4. FAKTOR RESIKO

1. Usia ibu yang lanjut

2. Riwayat Obstetri/ ginekologi yang kurang baik

3. Riwayat infertilitas

4. Adanya penyakit yang menyertai kehamilan ( Diabetes meilitus, penyakit imunologik

sistemik)

5. Berbagai macam infeksi ( variola, CMV, toxoplasma )

6. Paparan dengan bebrbagai macam zat kimia ( rokok, obat-obatan, alcohol, radiasi)

7. Trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama

9

Page 10: Abortus NEW (1)

8. Kelainan kromosom (trisomi/monosomi)

Dari aspek biologi molekuler, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling

berhubungan dengan terjadinya abortus.

5. PATOLOGI

Pada aborsi spontan, perdarahan pada desidua basalis sering terjadi. Nekrosis dan

inflamasi muncul pada area implantasi. Kehamilan menjadi lepas sebagian atau seluruhnya.

Kontraksi uterus dan dilatasi serviks menunjukan adanya pengeluaran paksa dari sebagian atau

seluruh hasil konsepsi.

6. DIAGNOSIS

Tiap wanita pada usia reproduktif yang mengalami dua dari tiga gejala ( perdarahan pada

vagina, nyeri pada abdomen bawah, riwayat amenorea) harus dipikirkan kemungkinan terjadinya

abortus (WHO, 2004).

Pada pemeriksaan Ultrasonografi penting untuk mengidentifikasikan status kehamilan

dan memastikan bahwa suatu kehamilan adalah intrauterine.

10

Page 11: Abortus NEW (1)

11

Page 12: Abortus NEW (1)

12

Page 13: Abortus NEW (1)

7. KLASIFIKASI ABORTUS

7.1. Threatened Abortion (Abortus Iminens)

Merupakan abortus yang mengancam, atau yang akan terjadi. Sekitar 25%

kejadian perdarahan berupa threatened abortion.

Pemeriksaan :

Pemeriksaan -Hcg

Pemeriksaan fisik untuk mencari sumber perdarahan

Pemeriksaan ultrasonografi untuk menilai ada tidaknya kantong gestasi. USG

transabdominal dapat mengetahui masih ada atau tidaknya kantung gestasi jika -

Hcg kuantitatif mencapai 5000-6000 IU/ml. Pada USG transvaginal dapat

dideteksi lebih awal, yaitu pada kadar -Hcg 1500 IU/ml. Biasanya terlihat

kantung ketuban masih baik serta terdapat tanda-tanda kehidupan janin.

7.2. Inevitable Abortion (Abortus Insipiens)

Merupakan abortus yang tidak dapat dicegah, yaitu terjadi setelah dilatasi serviks

dan ketuban udah pecah. Keadaan ini umumnya diikti oleh pengeiuaran hasil konsepsi.

7.3. Incomplete Abortion

Merupakan keluarnya sebagian hasil konsepsi dari uterus. Pada usia kehamilan

kurang dari 10 minggu, maka janin dan plasenta dapat keluar secara bersamaan,

sementara pada usia kehamilan lebih dari 10 minggu, janin dan plasenta dapat keluar

terpisah sehingga meninggalkan sisa konsepsi di dalam uterus. Sisa jaringan ini dapat

menyebabkan rasa nyeri dan perdarahan.

Gambar 1. Abortus Inkomplit

7.4. Complete Abortion

Page 14: Abortus NEW (1)

Merupakan keadaan dimana jaringan maupun hasil konsepsi telah keluar seluruhnya.

Gambar 2. Abortus Komplit

7.5. Missed Abortion

Pada kasus-kasus kegagalan kehamilan trimester pertama, embrio atau janin tidak

berkembang beberapa lama sebelum adanya tanda-tanda keguguran.

8. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan abortus dapat dilakukan dengan cara kimiawi maupun mekanis

- Kimiawi : pemberian secara intrauterine atau ekstrauterin obagt abortus seperti

prostaglandin, anti progesterone atau oksitosin

- Mekanis :

1. Pemasangan batang laminaria atau dilapan akan membuka serviks secara perlahan

dan tidak traumatis sebelum kemudian dilakukan evakuasi dengan kuret tajam

atau vakum.

2. Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi, dipakai dilator Hegar dilanjutkan

dengan kuretasi

3. Histeretomi / Histerektomi

8.1. Teknik Pengeluaran Sisa Abortus.

Setelah serviks terbuka (primer maupun dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan

secara manual, dilanjutkan dengan kuretase :

1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus

Page 15: Abortus NEW (1)

2. Masukan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90⁰ untuk melepaskan

jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.

3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa

masuk

4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun kuret.

Gambar 3. Kuretase

9. KOMPLIKASI

1. Perdarahan presisten atau berat selama aborsi mengancam nyawa

2. Sepsis

3. Infeksi

4. Sinekia intra uterin

5. Infertilitas

6. Perforasi dari dinding uterus

7. Cedera pada usus dan kandung kemih

8. Pembentukan fistula

10. PENCEGAHAN

Perawatan obstetrik dini dengan treatment yang adekuat pada pasien yang mengalami

kelainan maternal seperti diabetes dan hipertensi. Perlindungan ibu hamil dari lingkungan yang

berbahaya dan dari paparan penyakit menular juga perlu dilakukan.

Page 16: Abortus NEW (1)

BAB III

DISTOSIA

1. DEFINISI

Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai terlalu lambatnya kemajuan persalinan.

Secara umum, persalinan abnormal sering terjadi apabila suatu disporporsi antara bagian

presentasi janin dan jalan lahir.

2. FAKTOR-FAKTOR

Distosia bisa terjadi karena faktor-faktor berikut :

2.1. Power (HIS)

Kelainan kekuatan (power) pada distosia terjadi karena kurangnya kontraksi

uterus dan upaya ekspulsif ibu.

2.2. Passanger (Bayi)

Page 17: Abortus NEW (1)

Kelainan pada janin (passanger) merupakan kelainan yang diakibatkan oleh letak

atau posisi janin serta kelainan bentuk dan besar janin.

2.3. Passage (Jalan lahir)

Kelainan jalan lahir (passage) adalah suatu kelainan yang diakibatkan karena

kelainan anatomis. Distosia jalan lahir bisa diakibatkan karena panggul sempit

(PAP sempit, PTP sempit dan PBP sempit). Pintu atas panggul dikatakan sempit

apabila conjugate vera <11cm dan conjugate diagonalis <12 cm, pintu tengah

panggul dikatakan sempit apabila diameter interspinarum <10 cm dan diameter

transversum dan sagitalis posterior <13,5, yang terakhir pintu bawah panggul.

Kemudian bisa karena kelainan lainnya yaitu kelainan bentuk panggul, kelainan

congenital, dan kelainan tulang belakang. Kelainan passage bisa terjadi karena

faktor herediter, kelainan congenital maupun pernah mengalami kecelakaan. Kita

bisa mendiagnosanya dengan pemeriksaan panggul, vaginal toucher dan radiologi.

Untuk penanganannya sendiri tergantung pada tingkat kesempitan dan

kelainannya. Bisa juga terjadi distosia serviks karena rigid serviks, hanging

serviks, konglumeratio serviks dan edem serviks , sedangkan distosia vagina bisa

terjadi karena adanya kelainan selaput dara dan septa vagina.

3. DISTOSIA AKIBAT POWER

3.1 Etiologi

Primigravida tua, multi gravid dan grandemultigravida, postmatur, faktor herediter

dan kelainan uterus.

3.2 Diagnosis

Memeriksa keadaan HIS atau gelombang kontraksi ritmis otot polos uterus yang

dimulai dari fundus uteri yang secara teratur dan bertahap mendorong janin

melalui serviks. Kelainan his yang bisa menyebabkan distosia adalah inersia uteri

atau kelainan his yang tidak adekuat yang menyebabkan persalinan macet, tetani

uteri atau kekuatan HIS yang terlalu kuat dan sering sehingga tidak terdapat reaksi

otot rahim. Inersia uteri sendiri dibagi menjadi 2 yaitu inersia uteri primer (bila

sejak awal kekuatannya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama dan terjadi

Page 18: Abortus NEW (1)

pada kala 1 laten) dan inersia uteri sekunder (timbul setelah berlangsung his kuat

pada kala 1 aktif tetapi kemudian melemah).

3.3 Penanganan

Untuk inersia uteri bisa kita berikan oksitosin yang berfungsi meningkatkan

frekuensi dan intensitas kontraksi rahim dengan dosis drip 5-10 IU dalam dextrose

5% 500cc , sedangkan untuk tetani uteri kita berikan luminal atau morfin.

4. DISTOSIA AKIBAT FAKTOR PASSENGER

1.1 Kelainan BB

1) Makrosomia adalah janin yang berat badannya > 4000 gram.

Etiologi : Keturunan salah satu atau dari kedua orang tua, multiparitas, postterm,

DM, sosioekonomi tingg.

Diagnosis :

a. Kenaikan berat badan yang bukan disebabkan oleh sebab lain (edema atau

yang lainnya).

b. Wanita hamil dengan perut sangat besar, kemungkinannya adalah janin yang

besar, hamil ganda dan hidraamnion.

c. Sefalo metri dengan USG.

1.2 Malformasi

1) Hidrosefalus

Definisi: Penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak sehingga

kepala menjadi besar serta ubun-ubun menjadi lebar. Jumlah cairan bisa

mencapai 1,5 – 5 L. Sering disertai dengan kelainan seperti spina bifida dan

asites.

Etiologi : belum jelas, salah satu penyebabnya adalah toxoplasmosis.

Diagnosis :

a. Palpasi : teraba kepala yang besar di atas simfisis dan kepala tidak masuk

PAP.

b. Pemeriksaan dalam : teraba kepala yang besar dengan sutura yang dalam

dan ubun-ubun yang luas.

Page 19: Abortus NEW (1)

c. Rontgen : memberikan bayangan kepala yang besar.

d. USG : memberi gambaran kepala besar.

2) Anensefalus

Definisi: Suatu keadaan dimana kepala janin tumbuh kurang sempurna

sehingga sebagian otak atau tengkorak berkurang atau tidak ada.

Etiologi : belum jelas, tetapi berhubungan dengan genetic.

Diagnosis :

a. Pemeriksaan luar : sulit dan sering keliru dengan presentasi bokong.

b. Pemeriksaan dalam : sering keliru dengan presentasi muka.

c. USG

3) Kembar siam adalah penyatuan janin kembar, bisa berupa :

a. Kraniofagus yaitu yang melekat kedua kepala.

b. Pigofagus yaitu kedua panggul melekat.

c. Torakofagus yaitu penyatuan di bagian dada.

4) Akardiatus

Definisi: Bayi yang tidak memiliki jantung atau memiliki jantung rudimeter.

1.3 Malpresentasi dan Malposisi

1.3.1 Definisi

Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada di segmen bawah

rahim, bukan belakang kepala. Malposisi adalah penunjuk (presenting part)

tidak berada di anterior. Dalam keadaan normal, presentasi janin adalah

belakang kepala dengan penunjuk ubun-ubun kecil dalam posisi transversal

dan posisi anterior.

Apabila janin dalam keadaan malpresentasi atau malposisi, maka dapat terjadi

persalinan yang lama atau persalinan macet. Persalinan lama adalah persalinan

kala I fase aktif dengan kontraksi uterus regular selama >12 jam. Persalinan

macet adalah persalinan yang kemajuannya terhambat oleh faktor mekanis dan

proses kelahiran tidak mungkin dilakukan tanpa intervensi operatif.

1.3.2 Klasifikasi

Page 20: Abortus NEW (1)

a. Presentasi Dahi

Presentasi dahi terjadi manakala kepala janin dalam sikap ekstensi

sedang. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba daerah sinsiput yang berada

diantara ubun-ubun besar dan pangkal hidung.

Diagnosis

1. Pada pemeriksaan vaginal dapat diraba pangkal hidung, tepi atas

orbita, sutura frontalis dan ubun-ubun besar tetapi tidak dapat meraba

dagu atau mulut janin.

2. Pada palpasi abdomen dapat teraba oksiput dan dagu janin di atas

simfisis.

Mekanisme Persalinan

Pada umumnya presentasi dahi bersifat sementara untuk kemudian dapat

berubah menjadi presentasi belakang kepala, presentasi muka, atau tetap

presentasi dahi. Jika tidak ada gawat janin, menunggu kemajuan

persalinan dapat dilakukan.

Apabila presentasi dahi yang menetap dibiarkan berlanjut, maka akan

terjadi molase yang hebat sehingga diameter oksipitomental akan

berkurang dan terbentuk caput succedaneum di daerah dahi.

Penanganan

Persalinan secara bedah sesar untuk menghindari manipulasi vaginal

yang sangat meningkatkan mortalitas perinatal.

b. Presentasi Muka

Presentasi muka terjadi apabila sikap janin ekstensi maksimal sehingga

oksiput mendekat ke arah punggung janin dan dagu menjadi bagian

presentasinya.

Diagnosis

1. Pemeriksaan vaginal dapat diraba mulut, hidung, tepi orbita dan dagu.

2. Pada palpasi abdomen kadang-kadang dapat diraba tonjolan kepala

janin di dekat punggung janin

Mekanisme Persalinan

Page 21: Abortus NEW (1)

Sama dengan persalinan presentasi belakang kepala. Secara berurutan

akan terjadi proses kepala mengalami penurunan, rotasi internal, fleksi,

ekstensi dan rotasi eksternal. Sebelum masuk panggul biasanya kepala

janin belum dalam sikap ekstensi maksimal, sehingga masih presentasi

dahi. Ketika terjadi penurunan kepala, tahanan dari panggul akan

menyebabkan kepala lebih ekstensi sehingga terjadi perubahan menjadi

presentasi muka. Ketika masuk PAP dagu dalam posisi transversal atau

oblik.

Pada pintu tengah panggul, rotasi internal terjadi. Tujuannya adalah

membuat kepala dapat semakin memasuki panggul dengan cara mengubah

posisi dagu ke arah anterior. Hal ini akan membuat kepala dapat

memasuki pintu tengah panggul dan dagu serta mulut muncul di vulva.

Pada keadaan demikian dagu bawah tepat berada di bawah simfisis.

Sesuai dengan arah sumbu panggul, gerakan selanjutnya adalah fleksi

kepala sehingga bertutut-turut lahirlah hidung, mata, dahi dan oksiput.

Lalu terjadi putaran eksternal pada kepala menyesuaikan dengan arah

punggung janin.

Penanganan

1. Posisi dagu di anterior adalah syarat yang harus dipenuhi jika ingin

lahir per vaginam.

2. Posisi dagu posterior harus di bedah sesar

3. Kegagalan melahirkan vaginal secara spontan dapat dilakukan

kraniotomi atau bedah sesar

c. Presentasi Majemuk

Terjadinya prolaps satu atau lebih extremitas pada presentasi kepala atau

bokong seperti kepala yang memasuki panggul yang bersamaan dengan

kaki dan atau tangan.

Faktor resiko

- Prematuritas

- Multiparitas

- Panggul sempit

Page 22: Abortus NEW (1)

- Gemeli

- Pecahnya selaput ketuban dengan bagian terndah janin yang masih

tinggi.

Diagnosis

Bila terjadi kemajuan persalinan yang lama saat fase aktif dan bagian

terdah janin tidak dapat masuk panggul terutama setelah terjadi pecaha

ketuban. Saat melakukan pemeriksaan dalam teraba juga

tangan/lengan/kaki.

Mekanisme persalinan

Dapat melakukan persalinan spontan bila janinnya sangat kecil. Dan mekanismenya mirip dengan persalinan kepala atau bokong.

Penanganan

Dimulai dengan menetapkan adanya prolaps tali pusat. tekanan ekstremitas oleh bagian terndah janjn harus dilonggarkan dulu dengan meminta ibu posisi dada lutut

d. Presentasi Bokong

Janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada

di fundus dan bokong di bawah.

Klasifikasi

1. Letak bokong ( frank breech ) adalah letak bokong dengan kedua

tungkai terangkat ke atas.

2. Letak sungsang sempurna ( complete breech ) adalah letak bokong

dimana kedua kaki ada di samping bokong ( letak bokong kaki

sempurna ( lipat kejang ).

3. Letak sungsang tidak sempurna ( incomplete breech ) adalah letak

sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki

atau lutut, terdiri dari :

- Kedua kaki = letak kaki sempurna

1 kaki = letak kaki tidak sempurna

- Kedua lutut = letak lutut sempurna

Page 23: Abortus NEW (1)

1 lutut = letak lutut tidak sempurna

Gambar 4. Macam-macam presentasi letak sungsang

Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi :

a. Left sakrum anterior (sakrum kiri depan)

b. Right sakrum anterior (sakrum kanan depan)

c. Left sakrum posterior (sakrum kiri belakang)

d. Right sakrum posterior (sakrum kanan belakang)

Epidemiologi

Page 24: Abortus NEW (1)

75% adalah complete breech presentation dan 25% adalah incomplete

breech presentation.

Etiologi

1. Fiksasi kepala pada pap tidak baik atau tidak ada

2. Janin mudah bergerk

3. Gemeli

4. Kelainan uterus

5. Janin sudah lama mati

6. Tidak diketahui penyebabnya

Diagnosis

1. Palpasi

Kepala teraba du fundus, di bagian bawah bokong

2. Auskultasi

DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat

3. Pemeriksaan dalam

Dapat diraba os. Sacrum, tuberischii, dan anus . kadang-kadang

kaki teraba.

4. Rontgen

Prognosis

Ibu : kemungkinan robekan pada perineum lebih besar

Anak : asfiksia

Penanganan

- Sikap sewaktu hamil merubah letak janin dengan versi luar untuk

merubah letak menjadi letak kepala

Syarat

- Pembukaan < 5 cm

- Ketuban masih ada

- Bokong belum turun/masuk PAP

Cara melahirkan pervaginam

Page 25: Abortus NEW (1)

1. Fase 1 (fase menungu) sebelum bokong lahir seluruhnya, hanya

dilakukan observasi.

2. Fase 2 (fase bertindak cepat) bila badan janin sudah lahir sampai

pusat, tali pusat akan tertekan , maka janin harus lahir dalam waktu 8

menit

Gambar 5. Cara Lovset

Page 26: Abortus NEW (1)

Cara melahirkan bahu dan lengan:

1. Cara klasik (Deventer)

2. Cara Lovset

3. Cara Mueller

4. Cara Bracht

5. Cara Potter

5. DISTOSIA AKIBAT KELAINAN JALAN LAHIR

Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras /

tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.

5.1 Distosia karena kelainan panggul / bagian keras

Dapat berupa :

1. Kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenis

Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain.

2. Kelainan ukuran panggul.

Panggul sempit (pelvic contaction). Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 – 2

cm kurang dari ukuran yang normal.

Kesempitan panggul bisa pada :

1. Kesempitan pintu atas panggul

Inlet dianggap sempit apabila cephalopelvis kurang dari 10 cm atau diameter

transversa kurang dari 12 cm. Diagonalis (CD) maka inlet dianggap sempit

bila CD kurang dari 11,5 cm.

2. Kesempitan midpelvis

a. Diameter interspinarum 9 cm

b. Kalau diameter transversa ditambah dengan diameter sagitalis posterior

kurang dari 13,5 cm.

c. Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan RO – pelvimetri.

d. Midpelvis contraction dapat member kesulitan sewaktu persalinan sesudah

kepala melewati pintu atas panggul.

Page 27: Abortus NEW (1)

3. Kesempitan outlet

Kalau diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm.

Kesempitan outlet, meskipun mungkin tidak menghalangi lahirnya janin,

namun dapat menyebabkan rupture perineal yang hebat. Karena arkus pubis

sempit, kepala janin terpaksa melalui ruang belakang.

Ukuran rata-rata panggul wanita normal:

Pintu atas panggul (pelvic inlet) :

Diameter transversal (DT) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) + 12.0 cm.

Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 22.0 cm.

Pintu tengah panggul (midpelvis) :

Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP)

+ 11.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20.0 cm.

Pintu bawah panggul (pelvic outlet) :

Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum +

10.5 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 16.0 cm.

Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka

panggul tersebut kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam

spontan.

5.2 Distosia karena kelainan jalan lahir lunak

Kelainan serviks uteri, vagina, selaput dara dan keadaan lain pada jalan lahir yang

menghalangi lancarnya persalinan.

1.Distosia Servisis

Adalah terhalangnya kemajuan persalinan disebabkan kelainan pada serviks uteri.

Walaupun harus normal dan baik, kadang – kadang permukaan serviks menjadi

macet karena ada kelainan yang menyebabkan serviks tidak mau membuka.

Ada 4 jenis kelainan pada serviks uteri :

a. Serviks kaku (rigid cervix)

b. Serviks gantung (hanging cervix)

c. Serviks konglumer (conglumer cervix)

d. Edema serviks

Page 28: Abortus NEW (1)

2.Kelainan selaput dara dan vagina

a. Selaput dara yang kaku, tebal

Penanganannya : dilakukan eksisi selaput dara (hymen)

b. Septa vagina

▪ Sirkuler

▪ Anteris – posterior

Penanganan :

- Dilakukan eksisi sedapat mungkin sehingga persalinan berjalan

Lancar

- Kalau sulit dan terlalu lebar, dianjurkan untuk melakukan sectio

Cesaria

3. Kelainan – kelainan lainnya

a. Tumor – tumor jalan lahir lunak : kista vagina ; polip serviks, mioma

uteri, dan sebagainya.

b. Kandung kemih yang penuh atau batu kandung kemih yang besar.

c. Rectum yang penuh skibala atau tumor.

d. Kelainan letak serviks yang dijumpai pada multipara dengan perut

gantung.

e. Ginjal yang turun ke dalam rongga pelvis.

f. Kelainan – kelainan bentuk uterus : uterus bikorvus, uterus septus,

uterus arkuatus 

Page 29: Abortus NEW (1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, et al. 2005. Obstetri Williams Edisi 21 Vol. 2. Jakarta: EGC.

2. DeCherney, Nathan. 2003. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and Treatment

Edisi 9. Boston: McGraw Hill.

3. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.