Abortus

22

Click here to load reader

description

Keguguran

Transcript of Abortus

I. PemeriksaanA. FisikBercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit.3 Palpasi abdomen dapat memberikan ide keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan pemeriksaan bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi, dan konsistensinya.3 Pada pemeriksaan pelvis, dengan menggunakan spekulum keadaan serviks dapat dinilai terbuka atau tertutup, ditemukan atau tidak sisa hasil konsepsi di dalam uterus yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina.3Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini:3PerdarahanServiksUterusGejala dan tandaDiagnosis

Bercak sedikit hingga sedangTertutupSesuai dengan usia gestasiKram perut bawah, uterus lunakAbortus immines

Tertutup/terbukaLebih kecil dari usia gestasiSedikit/tanpa nyeri perut bawah,riwayat ekspulsi hasil konsepsiAbortus komplit

Sedang sehingga masifTerbukaSesuai dengan usia kehamilanKram atau nyeri perut bawah, belum terjadi ekspulsi hasil konsepsiAbortus insipien

Kram atau nyeri perut bawah, ekspulsi sebahagian hasil konsepsiAbortus incomplit

TerbukaLunak dan lebih besar dari usia gestasiMual/muntah, kram perut bawah, sindroma mirip PEB, tidak ada janin, keluar jaringan seperti anggurAbortus mola

B. PenunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:51. Pemeriksaan ultrasonographi atau Doppler untuk menentukan apakah janin masih hidup atau tidak, serta menentukan prognosis. Ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi dalam uterus.2. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion.3. Hitung darah lengkap: hemoglobin, leukosit, waktu bekuan, waktu perdarahan, trombosit, GDS4. Tes kehamilan: positif bila janin masih hidup, bahkan 2 3 minggu setelah abortus

II. Diagnosis1. Diagnosis BandingMola HidatidosaBeberapa kriteria diagnosa yang penting adalah:61. Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.2. Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon -HCG.3. Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor dan kulit yang hangat.Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi lebih awal pada trimester awal sebelum terjadi onset gejala klasik tersebut, akibat terdapatnya alat penunjang USG yang beresolusi tinggi. Gejala mola parsial tidak sama seperti komplet mola. Penderita biasanya hanya mengeluhkan gejala seperti terjadinya abortus inkomplet atau missed abortion, seperti adanya perdarahan vaginal dan tidak adanya denyut jantung janin. Dari pemeriksaan fisik pada kehamilan mola komplet didapatkan umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya uterus (tinggi fundus uteri). Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik yang eksesif dan tertahannya darah dalam uterus. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg), protenuria (> 300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia. Kejadian kejang jarang didapatkan. Kista theca lutein, yakni kista ovarii yang diameternya berukuran > 6 cm yang diikuti oleh pembesaran ovarium. Kista ini tidak selalu dapat teraba pada pemeriksaan bimanual melainkan hanya dapat diidentifikasi dengan USG. Kista ini berkembang sebagai respon terhadap tingginya kadar beta HCG dan akan langsung regresi bila mola telah dievakuasi.6Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta HCG yang normal. Bila didapatkan > 100.000 mIU/mL merupakan indikasi dari pertumbuhan trofoblastik yang banyak sekali dan kecurigaan terhadap kehamilan mola harus disingkirkan. Anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi disertai dengan kecenderungan terjadinya koagulopati.sehingga pemeriksaan darah lengkap dan tes koagulasi dilakukan. Dilakukan juga pemeriksaan tes fungsi hati, BUN dan kreatinin serta thyroxin dan serum inhibin A dan activin.6Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan standar untuk mengidentifikasi kehamilan mola. Dari gambaran USG tampak gambaran badai salju (snowstorm) yang mengindikasikan vili khoriales yang hidropik. Dengan resolusi yang tinggi didapatkan massa intra uterin yang kompleks dengan banyak kista yang kecil-kecil. Bila telah ditegakkan diagnosis mola hidatidosa, maka pemeriksaan rontgen pulmo harus dilakukan karena paru - paru merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG.6Pemeriksaan histologis memperlihatkan pada mola komplet tidak terdapat jaringan fetus, terdapat proliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta kromosom 46,XX atau 46,XY. Sebagai tambahan pada mola komplet memperlihatkan peningkatan faktor pertumbuhan, termasuk c-myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan pada plasenta yang normal. Pada mola parsial terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus.6Beberapa manifestasi klinis yang bisa muncul pada mola hidatidosa adalah:6a. Amenorrhoe dan tanda-tanda kehamilan.b. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. merupakangejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selamaberapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkananemia defisiensi besi.c. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usiakehamilan.d. Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin maupun ballottement.e. Hiperemesis, pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat.f. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke-24g. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pastih. Gejala TirotoksikosisKehamilan Ektopik TergangguKehamilan ektopik adalah semua kehamilan dimana sel telur yang dibuahi oleh spermatozoa berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uterus. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik, sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter, dan divertikel pada uterus.Pada wanita dengan faktor resiko untuk kehamilan ektopik, dengan penggunaan tes hormonal awal dan sonografi vagina, sekarang dimungkinkan untuk menegakkan diagnosis dari kehamilan ektopik sebelum keluar gejala. Namun, bila umur gestasi sudah meningkat dan perdarahan intraperitoneal muncul karena keluarnya dari dari fimbriae atau ruptur, maka dapat timbul gejala. Bila memang terjadi kehamilan ektopik namun belum muncul gejala, maka kita sebut kehamilan ektopik belum terganggu. Gambaran klinik klasik untuk kehamilan ektopik adalah trias nyeri abdomen, amenore, dan perdarahan pervaginam. Gambaran tersebut menjadi sangat penting dalam memikirkan diagnosis pada pasien yang datang dengan kehamilan di trimester pertama. Namun sayangnya, hanya 50% pasien dengan kehamilan ektopik ini yang menampilkan gejala-gejala tersebut secara khas. Pasien yang lain mungkin muncul gejala-gejala yang umumnya terjadi pada masa kehamilan awal termasuk mual, lelah, nyeri abdomen ringan, nyeri bahu, dan riwayat disparenu baru-baru ini. Sedangkan gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu, seperti tersebut diatas, dapat berbeda-beda, dari yang khas sampai tidak khas sehingga sukar untuk mendiagnosisnya. Pada pemeriksaan fisik harus difokuskan pada tanda vital dan pemeriksaan abdomen dan pelvik. Hipotensi dan takikardi yang dapat terjadi akibat perdarahan banyak akibat ruptur tuba tidak dapat memperkirakan adanya kehamilan ektopik walau tanda itu menunjukkan perlunya resusitasi segera, bahkan faktanya kedua hal tersebut lebih khas pada komplikasi kehamilan intrauterin. Lebih jauh lagi, tanda vital yang normal tidak dapat menyingkirkan adanya kehamilan ektopik. Pada pemeriksaan dalam, dapat teraba kavum douglas yang menonjol dan terdapat nyeri gerakan serviks. Adanya tanda-tanda peritoneal, nyeri gerakan serviks, dan nyeri lateral atau bilateral abdomen atau nyeri pelvik meningkatkan kecurigaan akan kehamilan ektopik dan merupakan temuan yang bermakna. Disisi yang lain, ketidakadaan tanda dan gejala ini tidak menyingkirkan kehamilan ektopik. Terabanya massa adneksa juga tidak dapat memperkirakan kehamilan ektopik secara tepat. Dalam penelitian ini massa adneksa hanya muncul kurang dari 10% pada pasien yang di diagnosis dengan kehamilan ektopik. Satu yang harus diingat juga adalah pemeriksaan pelvik benar-benar normal pada kira-kira 10% pasien dengan kehamilan ektopik. Kesimpulannya, beberapa riwayat dan penemuan pemeriksaan fisik meningkatkan kecurigaan terhadap kehamilan ektopik. Untuk itu, bagaimanapun juga, tidak ada kombinasi penemuan yang boleh dianggap oleh seorang dokter di ruang gawat darurat yang menyimpulkan adanya kehamilan ektopik berdasarkan penemuan klinik saja.7,8Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik yang belum terganggu sangat besar, sehingga pasien harus mengalami rupture atau abortus dahulu sehingga menimbulkan gejala. Dalam menegakkan diagnosis, dengan anamnesis yang teliti dapat dipikirkan kemungkinan adanya kehamilan ektopik, namun untuk menegakkan diagnosis pasti harus dibantu dengan pemeriksaan fisik yang cermat dan dibantu dengan alat bantu diagnostik. Sekarang ini, peran alat bantu diagnostik sangatlah penting, dan sudah merupakan sesuatu yang harus dilakukan,apabila memang tersedia, untuk menentukan diagnosis.7Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan terlambat haid untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subjektif kehamilan muda. Terdapat nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, dan kadang-kadang tenesmus. Perdarahan pervaginam dapat terjadi, dan biasanya terjadi setelah muncul keluhan nyeri perut bagian bawah, berapa jumlah perdarahannya, warna dari darahnya, apakah mengalir seperti air atau hanya seperti tetesan saja, dan apakah keluar gumpalan-gumpalan. Ditanyakan juga riwayat kehamilan sebelumnya, bila sudah pernah hamil, riwayat menstruasinya.7Pada pemeriksaan umum, penderita dapat tampak pucat dan kesakitan. Pada perdarahan dalam rongga perut aktif dapat ditemukan tanda-tanda syok dan pasien merasakan nyeri perut yang mendadak. Pada jenis yang tidak mendadak, mungkin hanya terlihat perut bagian bawah yang sedikit menggembung dan nyeri tekan.72. Diagnosis KerjaAbortus

III. Manifestasi KlinisGejala abortus berupa amenorea, sakit perut kram, dan mules-mules. Perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon yang telah dipakai, dan biasanya berupa darah beku tanpa atau disertai dengan keluarnya fetus atau jaringan. Ini penting untuk melihat progress abortus. Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus sering terjadi infeksi yang dilihat dari demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri tekan,dan luekositosis. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru saja terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran kecil dari seharusnya. Pada pemeriksaan USG, ditemukan kantung gestasional yang tidak utuh lagi dan tiada tanda-tanda kehidupan dari janin.1,2,3,4Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada:a) Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion) dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.9b) Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri.9c) Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.9d) Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar (desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong.9e) Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih.9f) Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan terjadinya abortus tiga kali berturut-turut atau lebih.9g) Abortus infeksius (infectious abortion) adalah abortus yang disertai infeksi genital.9h) Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau peritonium.9Secara umum, pengguguran kandungan dapat dibagi kepada dua macam:1. Abortus Spontan (Spontaneus Abortus), ialah abortus yang tidakdisengaja. Abortus spontan bisa terjadi karena penyakit syphilis, kecelakaan dan sebagainya2. Abortus yang disengaja (Abortus Provocatus/ Induced Pro Abortion)dan abortus ini ada 2 macam yaitu Abortus Artificialis Therapicus dan Abortus Provocatus.3. Abortus Artificialis Therapicus, yakni abortus yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis. Misalnya jika kehamilan diteruskan biasmembahayakan jiwa si calon ibu, karena penyakit yang berat seperti TBC yang berat dan ginjal4. Abortus Provocatus Criminalis, ialah abortus yang dilakukan tanpa dasar indikasi medis. Misalnya abortus yang dilakukan untuk meniadakan hasil hubungan seks di luar nikah/ untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki.

IV. EtiologiFactor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah factor ovum sendiri, factor ibu, dan factor bapak, antara lain:101. Kelainan OvumPertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan . Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinan kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%).2. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi :a. Kelainan kromosom, trisomi, ,monosomi X, triploidi, polisomi, kromosom sex.b. Lingkungan kurang sempurna.c. Pengaruh dari luar : radiasi, virus, obat obatan.3. Kelainan Sirkulasi plasenta :Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum, anomali plasenta, dan end ateritis villi korialis karena hipertensi menahun.4. Penyakit pada ibu : Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid, rubeola, demam malta, dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus. Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasio kordis, penyakit paru berat, anemi gravis. Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan vitamin A, C atau E, diabetes melitus Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi Sangat terkejut karena obat-obat uterotonika, ketakutan, dsb Bisa karena operasi laparotomi. Contohnya terkena appendicitis, lalu dioperasi bahayanya bisa terjadi abortus. Operasi apapun di daerah abdominal bisa risiko abortus Trauma langsung terhadap fetus, antara lain: selaput janin rusak langsung karena instrument, benda, dan obat-obatan.5. Kelainan pada traktus genitalia :a. Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dll)b. Retroversia utei gravidi inkarseratoc. Perlengketan intra uterid. Mioma uteri sub mukosae. Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)f. Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvisg. Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, dan endometriris.6. Inkompetensi cervixCervix longgar (tidak sempit lagi) sehingga mudah janin jatuh/ tidak tertahan di dalam. Penyebabnyan curettage (krn perlukaan, infeksi) dan operasi konisasi (cervix diangkat)7. Antagonis RhesusPada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.8. Penyakit bapakUmur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemi, dekompensasi cordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, Pb, dll) sinar rontgen, avitaminosis.

V. EpidemiologiDiperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman, 70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi tidak aman) diantaranya bahkan terjadi di negara berkembang. Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43 kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000). Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar. Suatu hal yang dapat kita tengarai, kematian akibat infeksi aborsi ini justru banyak terjadi di negara-negara dimana aborsi dilarang keras oleh undang-undang.Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%. Namun demikian, frekuensi seluruh keguguran sukar ditentukan karena abortus buatan buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali jika terjadi komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau Rumah Sakit.10 Makin tua umur, abortus makin sering terjadi. Demikian juga dengan semakin banyak anak, abortus juga akan semakin sering terjadi. Semakin tua umur kehamilan, kemungkinan abortus makin kecil.10 Wanita < 20 tahun abortus 12%, wanita > 40 tahun abortus 26%.10

VI. PatofisiologiAbortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti dengan nekrosis jaringan disekitar perdarahan.1 Jika terjadi lebih awal, maka ovum akan tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakhir dengan ekpulsi karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh.1 Apabila kandung gestasi dibuka, biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus sama sekali dan hal ini disebut blighted ovum.1 Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika fetus yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps, abdomen dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ internal. Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat minimal. Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompresi dan mengalami desikasi, yang akan membentuk fetus compressus.1 Kadang-kadang, fetus boleh juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas yang disebut fetus papyraceous.1 Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, vili korialis telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Perdarahan yang banyak terjadi karena hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi miometrium.VII. Penatalaksanaan1. Abortus Imminens.3Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total dan pasien dilarang dari melakukan aktivitas fisik berlebihan ataupun hubungan seksual. Jika terjadi perdarahan berhenti, asuhan antenatal diteruskan seperti biasa dan penilaian lanjutan dilakukan jika perdarahan terjadi lagi. Pada kasus perdarahan yang terus berlansung, kondisi janin dinilai dan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain dilakukan dengan segera. Pada perdarahan berlanjut khususnya pada uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, harus dicurigai kehamilan ganda atau mola.2. Abortus insipiens.3Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus dilakukan dengan aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan maka, Ergometrin 0,2 mg IM atau Misopristol 400mcg per oral dapat diberikan. Kemudian persediaan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus dilakukan dengan segera. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil konsepsi ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20 unit oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi. Setelah penanganan, kondisi ibu tetap dipantau. 3. Abortus inkomplit.3Jika perdarahan tidak terlalu banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, Ergometrin 0,2 mg IV atau misoprostol 400mcg per oral diberikan.Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum manual. Evakuasi vakum tajam hanya digunakan jika tidak tersedia aspirasi vakum manual (AVM). Jika evakuasi belum dapat dilakukan dengan segera, Ergometrin 0,2mg IM atau Misoprostol 400mcg per oral dapat diberikan.Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, infus oksitosin 20 unit diberikan dalam 500ml cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu Misoprostol 200mcg pervaginam diberikan setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus segera dievakuasi. 4. Abortus komplit.3Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi untuk melihat adanya perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu setelah penanganan tetap dibuat. Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2 minggu diberikan, jika anemia berat diberikan transfusi darah. Seterusnya lanjutkan dengan konseling asuhan pascakeguguran dan pemantauan lanjut jika perlu. 5. Abortus septik/infeksius.2Pengelolaan pasien pada abortus septik harus mempertimbangkan keseimbangan cairan tubuh dan perlunya pemberian antibiotika yang mencukupi sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan cairan flour yang keluar pervaginam. Untuk tahap pertama dapat diberikan Penisillin 4x 1juta unit atau ampicillin 4x 1gram ditambah gentamisin 2x80mg dan metronidazol 2x1gram. Selanjutnya, antibiotik dilanjutkan dengan hasil kultur. Tindakan kuretase dilaksanakan bila tubuh dalam keadaan membaik minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat tindakan, uterus harus dilindungi dengan uterotonik untuk mengelakkan komplikasi. Antibiotik harus dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2 hari pemberian tidak memberikan respons harus diganti dengan antibiotik yang lebih sesuai dah kuat. Apabila ditakutkan terjadi tetanus, injeksi ATS harus diberikan dan irigasi kanalis vagina/uterus dibuat dengan larutan peroksida H2O2. Histerektomi harus dibuat secepatnya jika indikasi.6. Pemantauan pascaabortus.3Sebelum ibu diperbolehkan pulang, diberitahu bahwa abortus spontan hal yang biasa terjadi dan terjadi pada paling sedikit 15% dari seluruh kehamilan yang diketahui secara klinis. Kemungkinan keberhasilan untuk kehamilan berikutnya baik kecuali jika terdapat sepsis atau adanya penyebab abortus yang dapat mempunyai efek samping pada kehamilan berikut. Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi. Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan kembali ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat.13 Tujuan perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase keluarga terdekat pasien menandatangani surat persetujuan tindakan.VIII. KomplikasiKomplikasi yang mungkin timbul dari abortus adalah:6a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.b. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.c. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan dengan segera.d. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.e. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis.f. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi memerlukan waktu.g. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan menggunakan pengaliran arus listrik.

IX. PrognosisMayoritas penderita yang mengalami abortus mempunyai prognosis yang tergantung pada cepat atau tidaknya kita mendiagnosa dan mencari etiologinya. Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan sebelumnya.

12