(9)EPILEPSI

download (9)EPILEPSI

of 8

description

(9)EPILEPSI

Transcript of (9)EPILEPSI

LAPORAN PENDAHULUANEPILEPSIA. Definisi EpilepsiEpilepsi adalah gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak berat yang dikarakteristikan oleh kejang berulang. Keadaan ini dapat dihubungkan dengan kehilangan kesadaran , gerakan berlebihan atau hilangnya tonus otot atau gerakan dan gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi dan persepsi. Sehingga epilepsi bukan penyakit tetapi suatu gejala. Penyebab pasti dari epilepsi masih belum diketahui (idiopatik) dan masih menjadi banyak spekulasi (Arif Muttaqin, 2008 Hal : 222).Epilepsi adalah manifestasi gangguan otak dengan sebagai etiologi , namun dengan gejala tunggal yang khas, yaitu serangan berkala dan reversibel, yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik neuron kortikal secara berlebihan (Margareth, dkk ,2008 Hal : 223).B. Etiologi EpilepsiMenurut Margareth (2008) Hal : 224 dalam buku Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam epilepsi disebabkan adanya gangguan sel-sel otak ditambah dengan efektivitas yang berlebihan di otak. Gejala- yang timbul diantaranya tak sadarkan diri, keluar busa dari mulut dan sebagainya.Otak kita terdiri dari jutaan sel saraf (neuron) yang bertugas mengoordinasikan semua aktivitas tubuh kita termasuk perasaan, penglihatan, berpikir, menggerakkan (otot). Epilepsi merupakan salah satu penyakit saraf kronik kejang berulang yang muncul tanpa diprovokasi. Penyebabnya adalah kelainan bangkitan listrik jaringan saraf yang tidak terkontrol baik sebagian maupun seluruh bagian otak. Keadaan ini bisa diindikasikan sebagai disfungsi otak. Gangguan fungsi otak yang bisa menyebabkan lepasnya muatan listrik berlebihan di sel neuron saraf pusat, bisa disebabkan oleh adanya faktor fisiologis, biokimiawi, anatomis atau gabungan faktor tersebut. Tiap-tiap penyakit atau kelainan yang dapat menganggu fungsi otak atau fungsi sel neuron di otak, dapat menyebabkan timbulnya bangkitan kejang atau serangan epilepsi.Untuk menentukan faktor penyebab dapat diketahui dengan melihat usia serangan pertama kali. Misalnya : usia dibawah 18 tahun kemungkinan faktor penyebabnya ialah trauma perinatal, kejang demam, radang susunan saraf pusat, struktural, penyakit metabolik, keadaan toksik, penyakit sistemik, penyakit trauma kepala dan lain-lain. Bangkitan kejang juga dapat disebabkan oleh berbagai kelainan dan macam-macam penyakit diantaranya ialah : 1. Trauma; kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural.2. Radang otak; radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya,toxoplasmosis.3. Tumor otak4. Perdarahan otak5. Gangguan peredaran darah6. Hipoksia7. Anomali kongenital otak; atropi, porensefali, agenesis korpus kalosum.8. Kelainan degeneratif susunan saraf pusat9. Gangguan metabolisme; hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia.10. Gangguan elektrolit11. Demam12. Reaksi toksis-alergis13. Keracunan obat atau zat kimia; timbale (Pb), kapur barus, fenotiazin,air.14. Faktor hereditas, ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertai bangkitan kejang seperti sklerosis tuberose, neurofibromatosis, angiomatosis ensefalotrigeminal, fenilketonuria, hipoparatiroidisme, hipoglikemia. Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui.C. Klasifikasi EpilepsiMenurut Arif Muttaqin (2008 Hal:223-224) terdapat dua golongan utama yaitu epilepsi serangan parsial atau fokal yang mulai pada suatu tempat tertentu di otak (biasanya di daerah korteks serebri) dan serangan umum yang agaknya mencakup seluruh korteks seberi dan diensefalon.1. Epilepsi ParsialDapat bermanifestasi dan gejala-gjala dasar ataupun kompleks. Epilepsi parsial dengan gejala-gejala dasar adalah yang mencakup gejala-gejala motorik atau sensorik. Pada epilepsi parsial sederhana, hanya satu jari atau tangan yang bergetar, atau mulut dapat tersentak tak terkontrol. Individu ini bicara yang tak dapat dipahami, pusing, dan mengalami sinar, bunyi atau rasa yang tidak umum atau tidak nyaman.Epilepsi parsial yang kompleks melibatkan gangguan fungsional serebral pada tingkat yang leih tinggi, seperti ingatan dan proses berpikir, individu tetap tidak bergerak atau bergerak secara otomatis tetapi tidak tepat dengan waktu dan tempat, atau mengalami emosi berlebihan yaitu takut, marah, kegirangan , atau peka rangksang. Fokus epileptik pada jenis epilepsi ini seringkali pada lobus temporalis. Kedua jenis epilepsi parsial tersebut dapat menyebar dan menjadi serangan umum (motorik utama).2. Kejang/ serangan umumLebih umum disebut sebagai kejang grand mall, melibatkan kedua hemisfer otak, yang menyebabkan dua sisi tubuh bereaksi. Mungkin ada kekakuan pada seluruh tubuh yang diikuti dengan kejang yang bergantian dengan relaksasi dan kontraksi otot (kontrak tonik klonik umum).Epilepsi tonik klonik merupakan serangan epilepsi yang klasik. Serangan epilepsi ditandai oleh adanya aura, diikuti oleh hilangnya kesadaran dan kejang tonik klonik. Aura merupakan suatu indikasi sensorik yang menyatakan awal datangnya serangan epilepsi. Aura ini dapat berupa suatu sensasi penglihatan, pendengaran, atau penciuman yang hanya berlangsung beberapa saat.Serangan epilepsi dimulai dengan menghilangnyan kesadaran secara cepat. Klien kehilangan kemampuannya untuk tetap mempertahankan tubuh dalam posisi yang tegap, gerakan tonik kemudain klonik, inkontinensia urine dan feses, disertai disfungsi otonom lainnya. Pada fase tonik , otot-otot berkontraksi dan posisi tubuh dapat terganggu. Fase ini berlangsung hanya beberapa detik. Fase kronik berupa kontaksi dan relaksasi kelompok otot-otot yang berlawanan , sehingga menimbulkan gerakan yang tersentak-sentak. Kontraksi sedikit demi sedikit berkurang frekuensinya, tetapi tidak kekuatannya. Lidah dapat tergigit, seperti yang terjadi pada sekitar separuh pada klien yang mengalami kejang (spasme rahang dan lidah). Serangan itu berlangsung sekitar 3-5 menit dan diikuti dengan periode tidak sadar yang berlangsung selama beberapa menit sampai sekitar setengah jam. Klien yang sadar kembali tampak bingung, atau stupor. Stadium ini disebut stadium postiktal. Biasanya klien tidak dapat mengingat serangan yang telah dialaminya. D. Patofisiologi EpilepsiAdanya predisposisi yang memungkinkan gangguan pada sistem listrik dari sel-sel saraf pusat pada suatu bagian otak akan menjadikan sel-sel terebut memberikan muatan listrik yang abnormal, berlebihan, secara berulang dan tidak terkontrol (disritmia). Aktivitas serangan epilepsi dapat terjadi sesudah suatu gangguan pada otak dan sebagian ditentukan oleh derajat dan lokasi dari lesi. Lesi pada mesensefalon, talamus dan korteks serebri kemungkinan besar bersifat epileptogenik, sedangkan lesi pada serebelum dan batang otak biasanya tidak menimbulkan serangan epilepsi.Pada tingkat membran sel, neuron epileptik ditandai oleh fenomena biokimia tertentu. Beberapa diantaranya adalah ketidakstabilan membran sel saraf sehingga sel lebih mudah diaktifkan. Neuron hipersensitif dengan ambang yang menurun, sehingga mudah terangsang secara berlebihan.Situasi ini akan menyebabkan kondisi yang tidak terkontrol, pelepasan abnormal terjadi dengan cepat, dan seseorang dikatakan menuju ke arah epilepsi. Gerakan-gerakan fisik yang tidak teratur disebut kejang. Akibat adanya disritmia muatan listrik pada bagian otak tertentu ini memberikan manifestasi pada serangan awal kejang sederhana sampai gerakan konvulsif memanjang dengan penurunan kesadaran.Status epileptikus menimbulkan kebutuhan metabolik besar dan dapat mempengaruhi pernapasan. Terdapat beberapa kejadian henti napas pada puncak setiap kejang yang menimbulkan kongesti vena dan hipoksia otak. Episode berulang anoksia dan pembengkakan serebral dapat menimbulkan kerusakan otak janin yang tak reversibel dan fatal. Faktor-faktor yang mencetuskan status epileptikus meliputi gejala putus obat antikonvulsen, demam dan infeksi penyerta.E. Manifestasi Klinis EpilepsiSecara umum manifestasi klinisnya adalah :1. Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan2. Kelainan gambaran EEG3. Bagian tubuh yang kejang tergantung lokasi dan sifat fokus epileptoge4. Dapat mengalami aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-bauan tidak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)5. Napas terlihat sesak dan jantung berdebar6. Raut muka pucat dan badannya berlumuran keringat.7. Satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik khusus atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa yang tidak normal seperti pada keadaan normal8. Individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, dan terkadang individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat9. Di saat serangan, penyandang epilepsi terkadang juga tidak dapat berbicara secara tiba- tiba10. Kedua lengan dan tangannya kejang, serta dapat pula tungkainya menendang- menendang11. Gigi geliginya terkancing12. Hitam bola matanya berputar- putar13. Terkadang keluar busa dari liang mulut dan diikuti dengan buang air kecilF. Komplikasi EpilepsiAlasan kenapa kejang-kejang pada penderita epilepsi perlu ditangani dengan tepat adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi dan situasi yang dapat membahayakan nyawa penderitanya. Contohnya adalah terjatuh, tenggelam, atau mengalami kecelakaan saat berkendaraan akibat kejang.Masalah kesehatan mental yang muncul akibat epilepsi juga tidak boleh dianggap enteng. Penderita bisa saja melakukan bunuh diri akibat merasa depresi dengan kondisinya tersebut. Dalam hal ini, peran keluarga dan orang-orang yang dekat dengan penderita sangat dibutuhkan untuk selalu memberikan dukungan dan semangat padanya.Dalam kasus yang jarang terjadi, epilepsi dapat menimbulkan komplikasi berupa status epileptikus. Status epileptikus terjadi ketika penderita mengalami kejang selama lebih dari lima menit atau mengalami serangkaian kejang pendek tanpa kembali sadar di antara kejang. Status epiliptikus dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak, bahkan kematian.Komplikasi lainnya yang juga jarang terjadi adalah kematian mendadak. Hingga kini, penyebab kematian mendadak pada penderita epilepsi masih belum dapat diketahui secara pasti. Beberapa ahli mengemukakan bahwa itu berkaitan dengan dampak pada jantung dan pernapasan akibat kejang.G. Pemeriksaan Penunjang EpilepsiPemeriksaan penunjang pada klien dengan epilepsi adalah :a. Pemeriksaan laboratoriumPerlu diperiksa kadar glukosa, kalsium, magnesium, natrium, bilirubin, dan ureum dalam darah. Keadaan seperti Hiponatremia , hipoglikemia, hipomagnesia, uremia, dan hepatik ensefalopati dapat mencetuskan timbulnya serangan kejang. Pemeriksaan serum elektrolit bersama dengan glukose, kalsium, magnesium, Blood Urea Nitrogen, kreatinin dan test fungsi hepar mungkin dapat memberikan petunjuk yang sangat berguna.b. Elektro ensefalografi (EEG)Elektroensefalograf ialah alat yang dapat merekam aktifitas listrik di otak melalui elektroda yang ditempatkan dikulit kepala. Kelainan EEG yang sering dijumpai pada penderita epilepsi disebut epileptiform discharge atau epileptiform activity. Pemeriksaan EEG harus dilakukan pada semua pasien epilepsi dan merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan untuk rnenegakkan diagnosis epilepsi. Adanya kelainan fokal pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di otak, sedangkan adanya kelainan umum pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya kelainan genetik atau metabolik.Rekaman EEG dikatakan abnormal ditentukan atas dasar adanya :1) Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama di kedua hemisfer otak.2) Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat dibanding seharusnya misal gelombang delta.3) Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak normal, misalnya gelombang tajam, paku (spike), paku-ombak, paku majemuk, dan gelombang lambat yang timbul secara paroksimal.c. Rekaman video EEGPemeriksaan video-EEG ini berhasil membedakan apakah serangan kejang oleh karena epilepsi atau bukan dan biasanya selama perekaman dilakukan secara terus-menerus dalam waktu 72 jam, sekitar 50-70% dari hasil rekaman dapat menunjukkan gambaran serangan kejang epilepsi.d. Pemeriksaan RadiologisCt Scan (Computed Tomography Scan) kepala dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) kepala merupakan Pemeriksaan yang dikenal dengan istilah neuroimaging yang bertujuan untuk melihat apakah ada atau tidaknya kelainan struktural di otak dan melengkapi data EEG. CT Scan kepala ini dilakukan bila pada MRI ada kontra indikasi, namun demikian pemeriksaan MRI kepala ini merupakan prosedur pencitraan otak pilihan untuk epilepsi dengan sensitivitas tinggi dan lebih spesifik dibanding dengan CT Scan. Oleh karena dapat mendeteksi lesi kecil diotak, sklerosis hipokampus, disgenesis kortikal, tumor dan hemangioma kavernosa, maupun epilepsi refrakter yang sangat mungkin dilakukan terapi pembedahan. MRI bermanfaat untuk membandingkan hipokampus kanan dan kiri.e. Pemeriksaan neuropsikologiPemeriksaan ini mungkin dilakukan terhadap pasien epilepsi dengan pertimbangan akan dilakukan terapi pembedahan. Pemeriksaan ini khususnya memperhatikan apakah ada tidaknya penurunan fungsi kognitif, demikian juga dengan pertimbangan bila ternyata diagnosisnya ada dugaan serangan kejang yang bukan epilepsi.H. Penatalaksanaan EpilepsiPenatalaksanaan medis ditujukan terhadap penyebab serangan. Jika penyebabnya adalah akibat gangguan metabolisme (hipoglikemia, hipokalsemia), perbaikan gangguan metabolism ini biasanya akan ikut menghilangkan serangan itu.Pengendalian epilepsi dengan obat dilakukan dengan tujuan mencegah serangan. Ada empat obat yang ternyata bermanfaat untuk ini: fenitoin (difenilhidantoin), karbamazepin, fenobarbital, dan asam valproik. Kebanyakan pasien dapat dikontrol dengan salah satu dari obat tersebut di atas.Cara menanggulangi kejang epilepsi :1. Selama Kejanga) Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahub) Mengamankan pasien di lantai jika memungkinkac) Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar keras, tajam atau panas. Jauhkan ia dari tempat / benda berbahaya.d) Longgarkan bajunya. Bila mungkin, miringkan kepalanya kesamping untuk mencegah lidahnya menutupi jalan pernapasan.2. Setelah Kejanga) Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi.b) Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi. Yakinkan bahwa jalan napas paten.c) Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mald) Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara tiba- tiba setelah kejange) Pasien pada saaat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkungaf) Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yg hilang selama kejang dan biarkan penderita beristirahat.g) Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal), coba untuk menangani situasi dengan pendekatan yang lembut dan member restrein yang lembuth) Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting untuk pemberian pengobatan oleh dokter.I. Pencegahan EpilepsiUpaya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan untuk pencegahan epilepsi. Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan obat antikonvulsi (konvulsi: spasma atau kekejangan kontraksi otot yang keras dan terlalu banyak, disebabkan oleh proses pada system saraf pusat, yang menimbulkan pula kekejangan pada bagian tubuh) yang digunakan sepanjang kehamilan. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat dicegah. Melalui program yang memberi keamanan yang tinggi dan tindakan pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan epilepsi akibat cedera kepala. Ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, wanita dengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat-obatan, diabetes, atau hipertensi) harus di identifikasi dan dipantau ketat selama hamil karena lesi pada otak atau cedera akhirnya menyebabkan kejang yang sering terjadi pada janin selama kehamilan dan persalinan.Program skrining untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, dan program pencegahan kejang dilakukan dengan penggunaan obat-obat anti konvulsan secara bijaksana dan memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari rencana pencegahan ini.J. Pengobatan EpilepsiPengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan diberikan obat antikonvulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan. Penggunaan obat dalam waktu yang lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan minum obat (compliance) seta beberapa efek samping yang mungkin timbul seperti pertumbuhan gusi, mengantuk, hiperaktif, sakit kepala, dll.Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi. Lama pengobatan tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan selama 2-3th sudah cukup, sedang yang berat pengobatan bisa lebih dari 5th. Penghentian pengobatan selalu harus dilakukan secara bertahap. Tindakan pembedahan sering dipertimbangkan bila pengobatan tidak memberikan efek sama sekali.Penanganan terhadap anak kejang akan berpengaruh terhadap kecerdasannya. Jika terlambat mengatasi kejang pada anak, ada kemungkinan penyakit epilepsi, atau bahkan keterbalakangan mental. Keterbelakangan mental di kemudian hari. Kondisi yang menyedihkan ini bisa berlangsung seumur hidupnya.Pada epilepsi umum sekunder, obat-obat yang menjadi ini pertama pengobatan adalah karbamazepin dan fenitoin. Gabapentin, lamotrigine, fenobarbital, primidone, tiagabine, topiramate, dan asam valproat digunakan sebagai pengobatan lini kedua. Terapi dimulai dengan obat anti epilepsi garis pertama. Bila plasma konsentrasi obat di ambang atas tingkat terapeutis namun penderita masih kejang dan AED tak ada efek samping, maka dosis harus ditingkatkan. Bila perlu diberikan gabungan dari 2 atau lebih AED, bila tak mempan diberikan AED tingkat kedua.

7