98651516-Fix

19
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS INSTRUMENTAL P1 Analisis Amoxicillin dengan Metode Spektrofotometri Ultra-Violet (UV) Disusun Oleh : 1. Tika Pratiwi G1F010019 2. Arum Winda Setyorini G1F010020 3. Lutfi Nurindriyati G1F010021 4. Ega Utomo R G1F010022 5. Inayatun Ilaahiyah G1F010023 LABORATORIUM KIMIA-FARMASI JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

description

k

Transcript of 98651516-Fix

Page 1: 98651516-Fix

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS INSTRUMENTAL

P1

Analisis Amoxicillin dengan Metode Spektrofotometri Ultra-Violet (UV)

Disusun Oleh :

1. Tika Pratiwi G1F0100192. Arum Winda Setyorini G1F0100203. Lutfi Nurindriyati G1F0100214. Ega Utomo R G1F0100225. Inayatun Ilaahiyah G1F010023

LABORATORIUM KIMIA-FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2012

Page 2: 98651516-Fix

ANALISIS AMOXICILLIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET (UV)

I. TUJUAN

Melakukan prinsip analisis kuantitatif senyawa obat dengan metode

spektrofotometri UV.

II. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah spektrofotometer UV, mortir

dan stamper, beaker glass, labu ukur, gelas ukur, erlenmeyer, pipet ukur, pipet tetes,

filler, timbangan, dan batang pengaduk.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 1 tablet amoxicillin 500

mg, larutan NaOH 0,1 N, dan aquadest.

III. DATA PENGAMATAN

Untuk sampel (amoxicillin) diambil = 20 mg

1. Pembuatan larutan stok NaOH 0,1 NPembuatan larutan stok dilakukan dengan pengenceran dari NaOH 1 N

M1. V1 = M2 .V2

0,1 . 250 = V2 .1V2 = 25 ml

Dari hasil perhitungan di atas, maka diambil larutan NaOH 1 N sebanyak 25 ml lalu di add dengan 250 ml akuades

2. Penentuan panjang gelombang maximum dan kurva baku20 mg amoxicillin dilarutkan dalam 10 ml NaOH 0,1 N kemudian diambil 1 ml dan add 50 ml dengan NaOH 0,1 N

Kadar amoxicillin ( baku standar ) = 20 mg10 ml

= 2mgml

Kadar amoxicillin dalam 50 ml = 2mg /ml

50 ml

= 4

100mg /ml

= 40 μgml

Page 3: 98651516-Fix

PENGENCERAN : 2,5 ml larutan di add 10m

V1.M1= V2.M2

2,5 . 40 = 10. M2

M2= 10 µg

ml

2,5 ml larutan di add 10ml

V1.M1= V2.M2

2,5 . 10 = 10 . M2

M2= 2,5 µg

ml

2,5 ml larutan di add 10ml

V1.M1= V2.M2

2,5 . 2,5 = 10 . M2

M2= 0,625 µg

ml

Absorbansi terukur 2,977 pada panjang gelombang 248 nm

Page 4: 98651516-Fix

1 ml larutan di add 10ml

V1.M1 = V2.M2

1 . 0,625 = 10 .M2

M2= 0,0625 µg

ml

1,5 ml larutan di add 10ml

V1.M1= V2.M2

1,5 ml . 0,625 = 10 .M2

M2 = 0,09375 µg

ml

2 ml larutan di add 25ml

V1.M1= V2.M2

2 ml . 0,625 = 10 .M2

M2= 0,125 mg

ml

2,5 ml larutan di add 10ml

V1.M1= V2.M2

2,5 ml . 0,625 = 10 .M2

M2 = 0,156 µg

ml

3 ml larutan di add 10ml

V1.M1= V2.M2

3 ml . 0,625 = 10 .M2

M2 = 0,1875 µg

ml

Tabel antara kadar dan absorbansi yang terukur

Page 5: 98651516-Fix

C (mgml

)A

0,625 0,2460,09375 0,3010,125 0,3130,156 0,3200,1876 0,336

Regresi linier yang dihitung dengan kalkulator

a = 0,324

b = 0,637

r = -0,273

y = a+bx

y = 0,224 + 0,637 x

x = y−0,224

0,637=

2,977−0,2240,637

= 4,321µgml

3. Penentuan kadar amoxicillin (sampel) replikasi 3x

Diambil 20 mg sampel dan dilarutkan dalam 10ml NaOH 0,1 N kemudian diambil 1 ml dan diencerkan 50ml (50x pengenceran)

Sampel I : Absorbansi yang terukur 0,180

Dimasukkan dalam persamaan :

y= 0,0808 + 4,4 x 10-3x

0,180 = 0,0808 + 4,4 x 10 -3x

0.0992 =4,4 x 10 -3x

x = 22,545µgml

x = 0,0225 mgml

Sampel II : Absorbansi yang terukur 0,178

Dimasukkan dalam persamaan :

y = 0,0808 + 4,4 x 10-3x

0,0178 = 0,0808 + 4,4 x 10 -3x

Page 6: 98651516-Fix

0.0972 =4,4 x 10 -3x

x = 22,091µgml

x = 0,0221 mgml

Sampel III : Absorbansi yang terukur 0,165

Dimasukkan dalam persamaan :

y = 0,0808 + 4,4 x 10-3x

0,0165 = 0,0808 + 4,4 x 10 -3x

0.0842 =4,4 x 10 -3x

x = 19,130µgml

x = 0,019 mgml

kadar amoxicillin dalam 1 tablet = berattablet

beratsampel x C x Fp

= 20 mg

500 mg x 0,225 x 50

= 0,45mgml

III. DATA HASIL PENGAMATAN

0.0625 0.09375 0,125 0.156 0,18750

0.050.1

0.150.2

0.250.3

0.350.4

Konsentrasi

Kurva Baku

Abso

rban

si (a

)

Page 7: 98651516-Fix

y = A + Bx

y = 0,2236 + 0,6369x dan R= 0,9149

IV. PEMBAHASAN

Percobaan yang dilakukan kali ini adalah analisis kuantitatif amoxicillin dengan

metode spektrofotometri UV. Adapun monografi bahan- bahan yang digunakan yaitu :

1. Amoxicillin

C16H19N3O5S 3H2O BM 419,45

Amoksisilin mengandung tidak kurang dari 90 % C16H19N3O5S, dihitung terhadap zat

anhidrat. Mempunyai potensi setara dengan tidak kurang dari 900 μg dan tidak lebih dari

1050 µg per mg C16H19N3O5S, dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian serbuk hablur, putih,

praktis tidak berbau. Kelarutan sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzena,

dalam karbon tetraklorida dan kloroform ( Anonim, 1995 ).

2. Natrium Hidroksida ( NaOH )

Natrium hidroksida ( NaOH ) memiliki berat molekul

40,0 g/mol. NaOH mengandung tidak kurang dari 95,0% dan

tidak lebih dari 100,5% alkali jumlah, dihitung sebagai NaOH,

mengandung Na2CO3 tidak lebih dari 3,0%. Densitasnya 2,1

g/cm³ dengan titik leleh 318 °C (591 K) dan titik didih 1390

°C (1663 K). NaOH dapat merusak jaringan dengan cepat. Pemeriannya putih atau praktis

putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain, keras, rapuh

dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbon

dioksida dan lembap. NaOH mudah larut dalam air dan dalam etanol. Wadah dan

penyimpanannya dalam wadah tertutup rapat ( Anonim, 1995 ).

3. Aquades / Air Murni (H2O)

Page 8: 98651516-Fix

Air murni (H2O) adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi, perlakuan

menggunakan penukar ion, osmosis balik atau proses lain yang sesuai. Dibuat dari air yang

memenuhi persyaratan air minum dan tidak mengandung zat tambahan lain. H2O memiliki

berat molekul 18,02 g/mol dengan densitas 0,998 g/cm³ dalam fase cairan dan 0,92 g/cm³

dalam fase padatan. Titik leburnya 0 °C (273,15 K) (32 ºF) dan titik didihnya 100 °C (373.15

K) (212 ºF). Pemeriaannya cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dengan pH antara 5,0 -

7,0. Wadah dan penyimpanannya dalam wadah tertutup rapat ( Anonim, 1995 ).

Percobaan ini dilakukan dengan tiga tahap. Tahap pertama yang dilakukan adalah

menetapkan panjang gelombang maksimum, tahap kedua adalah membuat kurva baku kadar

amoxicillin, dan tahap terakhir adalah melakukan pengukuran kadar amoxicillin.

a. Penetapan Panjang Gelombang (λ) Maksimum

Percobaan penetapan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan cara

melarutkan amoxicillin trihidrat sebanyak 20 mg dalam 10 mL larutan NaOH 0,1 N,

kemudian diencerkan 50 kali dengan NaOH 0,1 N dan dibaca absorbansinya pada panjang

gelombang 200-380. Dari percobaan ini diperoleh panjang gelombang maksimum sebesar

248 nm dan panjang gelombang ini digunakan untuk mengukur absorbansi kadar Amoxicillin

selanjutnya.

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang

gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk pemilihan panjang gelombang

manksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan

gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.

Beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu:

1. Panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang

gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan

konsentrasi adalah yang paling besar.

H2 H2O NH3 CH4

Page 9: 98651516-Fix

2. Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada

kondisi tersebut hukum lambert-beer dapat terpenuhi.

3. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh

pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang

gelombang maksimal.

Variabel yang mempengaruhi absorbansi, yaitu :

Jenis Pelarut

pH Larutan

Suhu

Konsentrasi

Zat-zat pengganggu

b. Pembuatan Kurva Baku

Kurva baku larutan standar Amoxicillin ditentukan dengan cara membuat kurva

kalibrasi regresi linier antara absorbansi larutan dengan konsentrasi Amoxicillin trihidrat

dalam larutan NaOH 0,1 N dengan kadar bertingkat. Langkah pertama yang dilakukan adalah

sebanyak 20 mg amoxicillin standar dilarutkan dalam 10 ml NaOH. Kadar amoxicillin pada

kondisi awal adalah 40 µg/ml. Kemudian dilakukan pengenceran berulang kali, hingga

diperoleh kadar amoxicillin sebesar 10 µg/ml dengan volume 2.5 ml amoxicillin dalam 10 ml

NaOH 0,1 N . Larutan tersebut diambil 2,5 ml dan di-ad 10 ml NaOH, kadarnya menjadi 2,5 µg/ml. Dari larutan tersebut, diiambil 2,5 ml dan di-add 10 ml NaOH, kadarnya menjadi 0,625 µg/ml . Selanjutnya, dari kadar terakhir yaitu 0,625 µg/ml diambil sebanyak 1 ml; 1,5 ml; 2 ml;

2,5 ml, dan 3 ml. Tiap- tiap volume yang diambil masing-masing diadd sebanyak 10 ml.

Setelah itu dilakukan pengukuran absorbansi dari larutan-larutan tersebut, hasilnya berturut-

turut adalah 0,246 A; 0,301 A; 0,313 A; 0,320 A; 0,336 A. Persamaan kurva baku (menurut

perhitungan regresi linear ) absorbansi vs kadar :

Y = 0,2236 + 0,6369x dan R= 0,9149

c. Penetapan Kadar Amoxicillin

Dalam praktikum kali ini kami tidak melakukan penetapan kadar penetapan

amoxicillin dikarenakan berbagai hambatan. Data yang kami dapat didapat dari penetapan

kadar amoxicilin kelompok 1 gelombang satu dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan mengambil sebanyak 1ml larutan sampel di

Page 10: 98651516-Fix

add 50ml ( pengenceran 10x ), dan dilakukan replikasi 3x. Kemudian larutan dibaca

absorbansinya denga spekrtofotometer, dan diperoleh hasil pengukurannya adalah sebesar

0,180 A ; 0,178 A ; 0,165 A.

Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometri hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau

1,5 % sampai 70 %. J (Gandjar dan Rohman, 2007). Nilai absorbansi sampel dimasukkan ke

persamaan kurva baku dan menghasilkan nilai X sebesar 0,0225 mg/ml, 0,221 mg/ml dan

0,019 mg/ml. Dari persamaan kurva baku didapat konsentrasi sampel dengan mengalikan

faktor pengenceran (50x), hasil yang didapat adalah kadar amoxicillin dalam tablet sebesar

0,45mg/ml.

d. Prinsip Spektrofotometri UV

Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada absorpsi radiasi

elektromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi terhadap kepekaan mata manusia. Gelombang

dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan sedangkan campuran

cahaya dengan panjang-panjang ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi

seluruh spektrum nampak 400-760 nm. Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu

sumber radiasi yang menjorok ke dalam daerah spektrum ultraviolet itu. Dari spektrum ini,

dipilih panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm (Anonim,

1979).

Spektrum UV merupakam hasil interaksi antara radiasi elektromagentik (REM)

dengan molekul. REM merupakan bentuk energi radiasi yang mempunyai sifat gelombang

dan partikel (foton). Karena bersifat sebagai gelombang maka beberapa parameter perlu

diketahui, misalnya panjang gelombang, frekuensi, bilangan gelombang, dan serapan. REM

mempunyai vektor listrik dan vektor magnet yang bergetar dalam bidang-bidang yang tegak

lurus satu sama lain dan masing-masing tegak lurus pada arah perambatan radiasi. Berbeda

dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sampel

dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar

dapat digunakan lampu deuterium (Khopkar, 2003).

Cara kerja spektrofotometri secara singkat adalah sebagai berikut. Tempatkan larutan

pembanding, misalnya blangko dalam sel pertama sedangkan larutan yang akan dianalisis

pada sel kedua. Kemudian pilih fotosel yang cocok 200 nm-650 nm (650 nm-1100 nm) agar

daerah λ yang diperlukan dapat terliputi. Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup “nol”

galvanometer dengan menggunakan tombol dark-current. Pilih h yang diinginkan, buka

Page 11: 98651516-Fix

fotosel dan lewatkan berkas cahaya pada blangko dan “nol” galvanometer didapat dengan

memutar tombol sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitansi, kemudian atur

besarnya pada 100%. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan dianalisis.

Skala absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel (Khopkar, 2003).

Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu :

A =     log ( Io / It )         =  a b c

Keterangan  : Io = Intensitas sinar datang

It = Intensitas sinar yang diteruskan

a = Absorptivitas

b = Panjang sel/kuvet

c = konsentrasi (g/l)

A = Absorban

Amoxicillin dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri UV karena senyawa

tersebut merupakan senyawa yang tidak berwarna dan dapat menyerap cahaya pada daerah

UV. Sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat menyerap sinar

ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan transparan. Oleh

karena itu, sampel tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagent

tertentu. Bahkan sampel dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu

diingat, sampel keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar

pada spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel

koloid apalagi suspensi (Khopkar, 2003).

Amoxicilin dapat dianalisis dengan metode spektrofotometri karena mempunyai gugus

kromofor dan auksokrom yang dapat ditekesi pada panjang gelombang 200-400 nm.

Page 12: 98651516-Fix

Penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis menggunakan

spektrofotometer adalah sebagai berikut.

1. Serapan oleh Pelarut

Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blanko, yaitu larutan yang berisi

matrik selain komponen yang akan dianalisis.

2. Serapan oleh Kuvet

Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa.

Dibandingkan dengan kuvet dari bahan gelas, kuvet kuarsa memberikan kualitas

yang lebih baik, namun tentu saja harganya jauh lebih mahal. Serapan oleh kuvet ini

diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran, dan bahan kuvet yang sama untuk tempat

blanko dan sampel.

3. Kesalahan Fotometrik Normal pada Pengukuran dengan Absorbansi Sangat Rendah

atau Sangat Tinggi

Hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran

sensitivitas dari alat yang digunakan. (melalui pengenceran atau pemekatan) Sama

seperti pHmeter, untuk mengatasi kesalahan pada pemakaian spektrofotometer UV-

Vis maka perlu dilakukan kalibrasi. Kalibrasi dalam spektrofotometer UV-Vis

dilakukan dengan menggunakan blanko :

Setting nilai absorbansi = 0

Setting nilai transmitansi= 100 % (Day & Underwood, 2002).

Proses kalibrasi pada spektrofotometer UV-Vis akan membantu pemakai untuk

memperoleh hasil yang kaurat dan presisi. Penentuan kalibrasi dilakukan denganikuti

prosedur sebagai berikut.

1. Dilakukan dengan larutan blanko (berisi pelarut murni yang digunakan dalam

sampel) dengan kuvet yang sama.

2. Setiap perubahan panjang gelombang diusahakan dilakukan proses kalibrasi.

3. Proses kalibrasi pada pengukuran dalam waktu yang lama untuk satu macam

panjang gelombang, dilakukan secara periodik selang waktu per 30 menit (Day &

Underwood, 2002).

Spektrofotometri UV memang lebih sederhana. Namun harus hati-hati juga, karena

banyak kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa lain selain analat yang juga

Page 13: 98651516-Fix

menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini berpotensi menimbulkan bias pada hasil

analisa (Saputra, 2009).

V. Kesimpulan

1. Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada absorpsi

radiasi elektromagnet.

2. Percobaan yang dilakukan kali ini adalah analisis kuantitatif amoxicillin dengan

metode spektrofotometri UV.

3. Dari percobaan ini diperoleh panjang gelombang maksimum sebesar 248 nm dan

panjang gelombang ini digunakan untuk mengukur absorbansi kadar Amoxicillin

selanjutnya.

4. Kadar amoxicillin yang didapat dalam praktikum ini yaitu sebesar 0,45mgml

Page 14: 98651516-Fix

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Day, R. A. dan A. L., Underwood. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga : Jakarta.

Gandjar, I. G. dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta.Saputra, Y. E. 2009. Spektrofotometri.

http://www.chem-isry.org/artikel_kimia/kimia_analisis/spektrofotometri. Diakses

tanggal 05 April 2012.